You are on page 1of 30

Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Kontrol Fisiologis terhadap Filtrasi Glomerulus dan Aliran Darah Ginjal, tak lupa pula salawat beriring salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan pengetahuan dan teknologi seperti yang kita rasakan ini.
Makalah ini kami buat dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi kewajiban pada mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia II. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini kedepannya sangat kami harapkan. Akan tetapi kami berharab makalah yang kami buat ini juga dapat memberikan tambahan informasi dan pengetahuan bagi pembacanya.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Pekanbaru, 15 Oktober 2011

Penulis

KONTROL FISIOLOGIS TERHADAP FILTRASI GLOMERULUS DAN ALIRAN DARAH GINJAL BAB I PENDAHULUAN
Anatomi Ginjal
Dua ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, di luar rongga peritoneum. Ginjal kanan lebih rendah dari pada ginjal kiri karena adanya hati. Setiap ginjal pada orang dewasa beratnya kira-kira 150 gram dan kira-kira ukurannya seukuran kepalan tangan. Setiap ginjal diselubungi kapsul fibrosa yang keras untuk melindungi struktur dalamnya yang rapuh, juga dikelilingi oleh lemak perinefrik, kemudian oleh fasia perinefrik (perirenal) yang juga menyelubungi kelenjar adrenal.(Chris OCallaghan, At a Glance Sistem Ginjal 2nd ed: 13)

Jika ginjal dibagi dua dari atas ke bawah, dua daerah yang dapat digambarkan yaitu korteks di bagian luar yang berwarna gelap dan medula di bagian dalam yang berwarna lebih terang. Medulla ginjal terbagi menjadi beberapa massa jaringan berbentuk kerucut yang disebut piramida ginjal. Dasar dari setiap piramida dimulai pada perbatasan antara korteks dan medulla serta berakhir di papilla, yang menonjol ke dalam ruang pelvis ginjal, yaitu sambungan dari ujung ureter bagian atas yang berbentuk corong. Batas luar pelvis terbagi menjadi kantong-kantong dengan ujung terbuka yang disebut kalises mayor, yang meluas ke bawah dan terbagi menjadi kalise minor, yang mengumpulkan urin dari tubulus setiap papilla. Dinding kalises, pelvis, dan ureter terdiri dari elemen-elemen kontraktil yang mendorong urin

menuju kandung kemih, tempat urin disimpan sampai dikeluarkan melalui mikturisi. Korteks berisi glomerulus dan tubulus proksimal dan tubulus distal dari nefron, sedangkan ansa Henle dan duktus kolektivus turun ke dalam medulla. Duktus kolektivus menjadi satu di papilla pada apeks setiap piramida ginjal.(Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Nefron merupakan unit dasar ginjal. Nefron tersusun dari tubulus ginjal dan dan glomerulus(W.F.Ganong, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran:725). Glomerulus merupakan suatu bola kapiler yang dikelilingi oleh kapsula bowman, kumpulan epitel tubulus berbentuk kapsul cekung di mana urin difiltrasi. Glomerulus juga mengandung sel mesangial, yang merupakan penggantung untuk menyangga lengkung kapiler dan memiliki kemampuan kontraktil dan fagositik. Darah memasuki kapiler glomerulus melalui arteriol aferen dan meninggalkannya melalui arteriol eferen, bukan venula. Vasokontriksi arteriol eferen menyebabkan tekanan hidrostatik tinggi didalam kapiler glomerulus, memaksa air, ion, dan molekul kecil melewati sawar filtrasi ke kapsula bowman. Apakah suatu zat difiltrasi atau tidak tergantung pada ukuran molekul dan muatannya. Sawar filtrasi terdiri dari tiga lapisan. (Chris OCallaghan, At a Glance Sistem Ginjal 2nd ed: 13) 1. Sel endotel Sel endotel dinding kapiler glomerulus tipis, dan memilki pori berukuran 70 nm yang dipenuhi oleh glikoprotein bermuatan negative, terutama podokaliksin. (Chris OCallaghan, At a Glance Sistem Ginjal 2nd ed: 13) 2. Membrane basal glomerulus Membrane basal kapiler juga mengandung glikoprotein bermuatan negative. Membran ini terdiri dari dua lapisan yang mengandung kolagen tipe IV, proteoglikan heparin

sulfat, laminin, podokaliksin, dan sejumlah kecil kolagen tipe III dan V, fibronektin, dan entaktin. Kolagen tipe IV membentuk rantai heliks yang tersusun sebagai struktur tiga dimensi dan menjadi tempat melekat komponen lainnya. (Chris OCallaghan, At a Glance Sistem Ginjal 2nd ed: 13) 3. Sel epitel kapsula Bowman Sel epitel atau podosit memiliki proyeksi panjang yang merupakan asal tonjolan kaki dan menempel pada membrane basal glomerulus sisi saluran kemih. Tonjolan kaki dari podosit-podosit yang berbeda saling menempel dan menyisakan celah filtrasi (filtration slit) berukuran 25-65 nm diantaranya. Melintasi celah-celah ini, jalinan protein membentuk pori celah. Protein pori celah utama adalah nefrin, yang berinteraksi dengam protein lain termasuk podosin dan CD2AP. Pori ini merupakan kunci selektivitas sawar pada proses filtrasi dan mencegah lewatnya molekul besar seperti albumin. (Chris OCallaghan, At a Glance Sistem Ginjal 2nd ed: 13)

Fisiologi Ginjal
Ginjal menjalankan fungsi multipel. .(Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: 1. Eksresi produk sisa metabolic, bahan kimia asing, obat, dan metabolic hormone 2. Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit 3. Pengaturan tekanan arteri 4. Pengaturan keseimbangan asam dan basa 5. Pengaturan produksi eritrosit 6. Pengaturan produksi 1,25-Dihidroksivitamin D3. 7. Sintesis glukosa )

Plasma difiltrasi di dalam glomerulus secara ultrafiltrasi (yaitu bekerja pada tingkat molecular), dan filtrar masuk ke dalam tubulus proksimal. Laju filtrasi glomerulus (LFG) adalah ~125ml/s pada manusia. Aliran plasma/ plasmanya ginjal adalah ~600ml/s, sehingga jumlah plasma yang difiltrasi ke nefron (fraksi filtrasi) adalah ~20%. Cairan dan solute (zat terlarut) haris melalui 3 sawar filtrasi. (Jeremy Ward. dkk, At a Glance, Fisiologi: 65) Laju filtrasi dglomerulus bergantung pada perbedaan antara tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik (osmotic koloid, yang disebabkan oleh protein) pada kapiler glomerulus dan kapsula bowman seperti pada persamaan Starling (Jeremy Ward. dkk, At a Glance, Fisiologi: 65). LFG ditentukan oleh (1) jumlah daya hidrostatis dan osmotic koloid pada membrane glomerulus, yang menghasilkan tekanan akhir filtrasi, dan (2) koefisien filtrasi glomerulus. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Penentuan LFG yang paling bervariasi dan menjadi subyek control fisiologis adalah tekanan hidrostatik glomerulus dan tekanan osmotic koloid di kapiler glomerulus. selanjutnya, variable ini dipengaruhi oleh system saraf simpatis, hormone dan autokoid (zat vasoaktif yang dilepaskan dalam ginjal dan bekerja secara lokal), dan control umpan balik lainnya yang bersifat intrinsic terhadap ginjal. Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Pada dasarnya semua pembuluh darah ginjal, termasuk arteriol aferen dan efren, kaya akan persyarafan serabut saraf simpatis. Aktivitas saraf simpatis ginjla yang kuat dapat mengakibatkan konstriksi arteriol ginjal dan menurunkan aliran darah ginjal serta LFG. Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Terdapat beberapa hormone yang dapat mempengaruhi LFG dan aliran darah ginjal, diantaranya : 1. Norepinefrin, epinefrin, dan endotelin, menyebabkan konstruksi pembuluh darah ginjal dan menurunkan LFG. 2. Angiotensin II menyebabkan konstriksi arteriol eferen. 3. Peran nitrat oksida yang berasal dari endotel terhadap penurunan tahanan vascular ginjal dan peningkatan LFG. 4. Prostaglandin dan bradikinin cenderung meningkatkan LFG. Pada laki-laki dengan berat badan rata-rata 70 kg, gabungan aliran darah yang melalui ginjal kira-kira 1100 ml/menit, atau kira-kira 22% dari curah jantung. Dengan mempertimbangkan fakta bahwa kedua ginjal hanya mencakup 0.4% dari berat badan. Kita

dapat segera mengetahui bahwa ginjal menerima aliran darah yang sangat tinggi dibandingkan dengan organ lain. Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Aliran darah ginjal ditentukan oleh gradient tekanan pada pembuluh renal (perbedaan antara tekanan hidrostatik di arteri renalis dan vena renalis), dibagi dengan tahanan pembuluh rena total. Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Mekanisme umpan balik instrinsik terhadap ginjal dapat mempertahankan aliran darah ginjal dan LFG agar relative konstan, walaupun terjadi perubahan tekanan darah arteri yang nyata. Mekanisme ini tetap berfungsi pada ginjal yang telah diangkat dari tubuh tetapi masih mendapat suplai darah, dan bebas dari pengaruh sistemik. LFG dan aliran darah ginjal yang relative konstan ini disebut sebagai autoregulasi. Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: ) Meskipun mekanisme aotoregulasi ginjal tidak 100%, tetapi dapat mencegah perubahan LFG serta eksresi air dan zat yang terlarut yang ekstrem, yang akan terjadi pada setiap perubahan tekanan darah bila tidak ada mekanisme ini. Kita dapat memahami pentingnya aotoregulasi secara kuantitatid dengan melihat besarnya jumlah filtrasi glomerulus, reabsorbsi tubulus, dan eksresi ginjal, serta perubahan eksresi ginjal yang akan terjadi tanpa adanya mekanisme aotoregulasi ini. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: ) Untuk melakukan fungsi autoregulasi, ginjal mempunyai mekanisme umpan balik yang menghubungkan perubahan konsentrasi natrium klorida di macula densa dengan pengaturan tahanan arteriol ginjal. Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

BAB II PEMBAHASAN
FILTRASI GLOMERULUS
Plasma difiltrasi di dalam glomerulus secara ultrafiltrasi (yaitu bekerja pada tingkat molecular), dan filtrar masuk ke dalam tubulus proksimal. Laju filtrasi glomerulus (LFG) adalah ~125ml/s pada manusia. Aliran plasma/ plasmanya ginjal adalah ~600ml/s, sehingga jumlah plasma yang difiltrasi ke nefron (fraksi filtrasi) adalah ~20%. Cairan dan solute (zat terlarut) haris melalui 3 sawar filtrasi : 1. Endotel Kapitel Glomelurus, yang kira-kira 50 kali lebih permeable daripada sebagian bersar jaringan lain karena memiliki pori-pori (fenestra) beryukuran kecil 70 nm 2. Membrane Basal kapiler terspesialisasi yang mengandung glikoprotein

bermuatan negative, yang diperkirakan sebagai temapt utama ultrafiltrasi. 3. Sel Epitel termodifikasi (podosit) dengan peninjolan panjang (prosesus primer) yang meliputi kapiler dan memilki banyak tonjolan / prosesus seperti kaki (pedikel) yang berhubungan langsung dengan membrane basal. Celah regular diantra partikel-partikel disebut celah filtrasi, dan celah ini membatasi molekulmolekul besar. Podosit mempertahankan membrane basal dan seperti masanial, dapat bersifat fagositik dan sedikit kontrkatil.

*ultrastuktur dasar dari kapiler glomerulus (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed:

Permeabilitas sawar filtrasi tergantunga pada ukuran molekul. Zat dengan berat molekul <700 Da dapat lewat dengan bebes, tetapi molekul yang lebih besar hingga berukuran 70.000-100.000 Da semakin terbatas, dan bila molekul lebih besar lagi maka filtrasi menjadi tidak signifikan. Molekul bermuatan negative semakin terbatas karena ditolak oleh muatan negative membrane basal. Jadi, albumin (~69000 Da), yang juga bermuatan negative hanaya trerfiltrasi dalam jumlah yang sangat kecil, sedangkan molekul kecil seperti ion, glukosa, asama amino, dan ureum melewati filter tanpa hambatan. Hal ini berarti bahwa filtrate (hasil filtrasi) glomerulus hamper tidak mengandung protein tetapi sebaliknya, memilki komposisi yang identik dengan plasma.(Jeremy ward. Dkk, At a Glance Fisiologi: 65)

Faktor yang Mempengaruhi Laju filtrasi Glomerulus


Laju filtrasi dglomerulus bergantung pada perbedaan antara tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik (osmotic koloid, yang disebabkan oleh protein) pada kapiler glomerulus dan kapsula bowman seperti pada persamaan Starling. Tekanan kapiler glomerulus (Pc) lebih besar dari padsa tempat lain manapun (~48 mmHg) karena pengaturan arteriol aferen dan eferen yang unikm dan kerena resistensi aferen yang rendah tetapi resistensi eferennya tinggi. Karena tekanan kapsula bowman (Pb) adalah (~10 mmHg), maka gaya hidrostatik netto yang mendorong filtrasi adalah (Pc- Pb) atau ~35 mmHg. Gaya ini dilawan oleh tekanan onkotik plasma kapiler (c: ~25 mmHg); tekanan onkotik filtrate pada dasarnya adalah nol (tidak ada protein). Jadi, LFG (Pc- Pb) - c. Yang harus diperhatikan, karena fraksi filtrasi cukup berarti (~20%) dan protein tidak difiltrasi, maka konsentrasi protein plasma dan kemudian c akan meningkat saat darah melewati glomerulus, sehingga mengurangi (tetapi tidak menghentikan) pada kapiler petritubulus, di mana tekanan hidrostatik sangat rendah, peningkatan c akan memacu reabsobsi. .(Jeremy ward. Dkk, At a Glance Fisiologi: 65) Jadi LFG sangat bergantung pada resistensi relative arteriol aferen dan eferen, yang dipengaruhi tonus simpatis dan zat-zat vasoaktif lainnya. LFG bersifat konstan pada kisaran tekanan darah yang luas (90-120 mmHg) karena adanya autoregulasi aliran darah ginjal. Penyakit ginjal, vasokonstiktor sirkulasi dan lokal, dan aktivitas simpatis akan mengurangi LFG, walaupun angiotensin II akan lebih mengonstiksi arteriol eferen, sehingga meningkatkan LFG. .(Jeremy ward. Dkk, At a Glance Fisiologi: 65)

Penentuan LFG
LFG ditentukan oleh (1) jumlah daya hidrostatis dan osmotic koloid pada membrane glomerulus, yang menghasilkan tekanan akhir filtrasi, dan (2) koefisien filtrasi glomerulus, Kf secara sistematis, LFG merupakan hasil dari Kf dan tekanan filtrasi akhir. . (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

LFG = Kf x tekanan filtrasi akhir


Tekanan filtrasi akhir merupakan jumlah daya osmotikm koloid dan hidrostatik yang mendorong atau melawan filtrasi yang terjadi pada kapiler glomerulus. daya ini meliputi (1) tekanan hidrostatik didalam kapiler glomerulus yang mendorong filtrasi (Pc); (2) tekanan hidrostatik dalam kapsul bowman (Pb) di luar kapiler, melawan filtrasi; (3) tekanan osmotic koloid protein plasma di dalam kapiler glomerulus (c) yang melawan filtrasi; (4) tekanan osmotic koloid protein dalam kapsul bowman (b) yang mendorong filtrasi. (Pada keadaan normal, konsentrasi protein dalam filtrate glomerulus sedemikian rendahnya sehingga tekanan osmotic koloid cairan di kapsula bowman dianggap nol). . (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Karena itu LFG dapat dinyatakan sebagai :

LFG = Kf [(Pc- Pb) (c-b)


Nilai LFG seorang pria normal dengan ukuran tubuh sedang adalah kira-kira sebesar 125 ml/s. besar nilai ini sebanding dengan luas permukaan tubuh. Namun, meskipun telah dikoreksi dengan besar luas permukaan tubuh, nilai LFG wanita tetap 10% lebih rendah dari pada nilai LFG pria. Nilai LFG sebesar 125 ml/s sama dengan 7.5 L/jam, atau 180 L/hari, sedangkan volume urine normal hanya sekitar 1 L/hari. Hal ini berarti dalam keadaan normal, lebih dari 99% filtrate direabsorbsi. Dengan laju 125 ml/s, ginjal melakukan filtrasi cairan yang sama dengan 4 kali jumlah total air tubuh dalam sehari, atau 15 kali volume cairan ekstra sel (CES) atau 60 kali volume plasma.(W.F.Ganong, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 22nd ed: 732) Meskipun nilai normal untuk penentuan LFG tidak dihitung secara langsung pada manusia, namun nilai ini telah dihitung pada hewan yaitu anjing dan tikus. Berdasarkan pada hewan, daya normal yang mendorong dan melawan filtrasi glomerulus pada manusia diduga sebagai berikut. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: ):

Daya yang Mendorong Filtrasi (mmHg) Tekanan hidrostatik glomerulus Tekanan osmotic koloid di kapsula bowman Daya yang Melawan Filtrasi (mmHg) Tekanan hidrostatik glomerulus Tekanan osmotic koloid di kapiler glomerulus Tekanan filtrasi akhir = 60 18 32 = + mmHg 18 32 60 0

*ringkasan berbagai gaya yang menyebabkan filtrasi oleh kapiler glomerulus (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed:

Peningkatan Glomerulus

LFG

Akibat

Peningkatan

Koefisien

Filtrasi

Kapiler

Kf merupakan ukuran hasil konduktivitas hidrolik dan area permukaan kapiler glomerulus. K f tidak dapat diukur secara langsung, tetapi diperkirakan secara eksperimental dengan cara membagi laju filtrasi glomerulus dengan tekanan filtrasi akhir(Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: ):

Kf = LFG/ tekanan akhir filtrasi

Karena LFG total untuk kedua ginjal kira-kira 125 ml/s dan tekanan akhir filtrasi 10 mmHg, maka Kf normal kira-kira 12.5 ml/s/mmHg dari tekanan filtrasi tersebut. Jika Kf dinyatakan 100 gram berat ginjal, rata-rata Kf sekitar 4.2 ml/s/mmHg per 100 gram ginjal, nilai tersebut 400 kali lebih besar dari Kf pada kebanyakan system kapiler tubuh lainnya; ratarata Kf pada banyak jaringan tubuh lainnya kira-kira hanya 0.01 ml/s/mmHg per 100 gram. Kf kapiler glomerulus yang tinggi ini sangat mempengaruhi laju filtrasi cairannya yang cepat. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Meskipun peningkatan Kf akan menaikkan LFG dan penurunan Kf akan mengurangi LFG, perubahan Kf mungkin bukan merupakan mekanisme utama pengaturan LFG normal dari hari ke hari. Namun, beberapa pentyakit akan menurunkan Kf dengan cara mengurangi jumlah kapiler glomerulus fungsional (dengan demikian mengurangi area permukaan untuk filtrasi) atau dengan menambah ketebalan membrane kapiler glomerulus dan mengurangi konduktivitas hidroliknya. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Penurunan LFG Akibat Peningkatan Tekanan Hidrostatik di Kapsula Bowman


Pengukuran langsung tekanan hidrostatik di kapsula bowman dan pada berbagai tempat di tubulus proksimal dengan menggunakan mikropipet, menunjukkan bahwa dalam keadaan normal perkiraan yang masuk akal untuk tekanan kapsula bowman pada manusia adalah 18 mmHg. Kenaikan tekanan hidrostatik pada kapsula bowman akan menurunkan LFG, sedangkan penurunan tekanan tersebut akan menyebabklan kenaikan LFG. Namun perubahan tekanan di kapsula Bowman biasanya bukan merupakan cara utama untuk mengatur LFG.Dalam keadaan patologi tertentu yangb disertai dengan obstruksi traktus urinarius, tekanan di kapsula bowman dapat meningkat secara nyata, menyebabkan penurunan LFG yang serius. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Penurunan LFG Akibat Peningkatan Tekanan Osmotik Koloid di Kapiler Glomerulus


Ketika darah mengalir dari arteriol aferen melalui kapiler glomerulus menuju ke arteriol eferen, konsentrasi protein plasma meningkat kira-kira 20%. Alas an untuk ini ialah kira-kira seperlima cairan pada kapiler disaring ke dalam kapsula bowman, sehingga akan

memekatkan protein plasma glomerulus yang tidak disaring. Dengan anggapan bahwa tekanan osmotic koloid plasma normal yang memasuki kapiler glomerulus besarnya 28 mmHg, nilai tersebut biasanya meningkat menjadi 36 mmHg pada saat darah mencapaio ujung eferen kapiler. Oleh karena itu tekanan osmotic koloid rata-rata dari protein plasma kapiler glomerulus merupakan nilai pertengahan antara 28 mmHg dan 36 mmHg, atau kirakira 32 mmHg. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Jadi ada dua factor yang mempengaruhi tekanan osmotic koloid kapiler glomerulus : (1) tekanan osmotic koloid plasma arterial dan (2) fraksi plasma yang disaring oleh kapiler glomerulus (fraksi filtrasi). Kenaikan tekanan osmotic koloid plasma arterial akan meningkatkan tekanan osmotic koloid di kapiler glomerulus, ayng kemudian akan menurunkan LFG. Kenaikan fraksi filtrasi juga akan memekatkan protein plasma dan meningkatkan tekanan osmotic kolid glomerulus. karena fraksi filtrasi diartikan sebagai LGF/aliran plasma ginjal, maka fraksi filtrasi dapat ditingkatkan dengan cara menaikkan LFG atau menurunkan aliran plasma ginjal. Sebagai contoh, penurunan aliran plasma ginjal tanpa disertai dengan perubahan awal pada LFG akan cenderung meningkatkan fraksi filtrasi, yang akan menaikkan tekanan osmotic koloid kapiler glomerulus dan cenderung untuk menurunkan LFG. Dengan alas an ini, perubahan aliran darah ginjal dapat mengurangi LFG secara bebas terhadap perubahan tekanan hidrostatik glomerulus. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed:

*peningkatan tekanan osmotic koloid dalam plasma yang mengalir melalui kapiler glomerulus. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Pada kenaikkan aliran darah ginjal, mula-mula hanya sedikit fraksi plasma yang disaring keluar dari kapiler glomerulus, menyebabkan kenaikan tekanan osmotic koloid di kapiler glomerulus yang lebih lambat dan efek penghambatan LFG yang lebih sedikit. Akibatnya, walaupun dengan tekanan hidrostatik glomerulus yang konstan, laju aliran darah

yang lebih besar ke dalam glomerulus cenderung akan meningkatkan LFG, dan laju aliran darah yang lebih rendah ke dalam glomerulus cenderung akan menurunkan LFG. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Peningkatan LFG Akibat Peningkatan Tekanan Hidrostatik di Kapiler Glomerulus


Pada kondisi normal, tekanan hidrostatik kapiler glomerulus diperkirakan besarnya sekitar 60 mmHg. Perubahan tekanan hidrostatik glomerulus merupakan alat utama untuk mengatur LFG secara fisiologis. Kenaikan tekanan hidrostatik glomerulus akan meningkatkan LFG, sedangkan penurunan tekanan hidrostatik glomerulus akan mengurangi LFG. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Tekanan hidrostatik glomerulus ditentukan oleh tiga variable, masing-masing variable berada di bawah kendali fisiologis: (1) tekanan arteri, (2) tahanan arteriol aferen, (3) tahanan arteriol eferen. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Kenaikkan tekanan arteri cenderung meningkatkan tekanan hidrostatik glomerulus, dan, karena itu, meningkatkan LFG. Kenaikkan tahanan arteriol aferen mengurangi tekanan hidrostatik glomerulus dan menurunkan LFG. Sebaliknya dilatasi arteriol aferen meningkatkan tekanan hidrostatik glomerulus dan LFG. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

*pengaruh perubahan tahanan arteriol aferen atau eferen terhadap laju filtrasi glomerulus dan aliran darah ginjal. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Konstriksi arteriol eferen meningkatkan tahanan aliran keluar dari kapiler glomerulus. hal ini akan meningktakan tekanan hidrostatik glomerulus, dan sepanjang kenaikan tahanan eferen tidak mengurangi aliran darah ginjal terlalu banyak, maka LFG hanya meningkat sedikit. Namun, karena konstriksi arteriol eferen juga mengurangi aliran darah ginjal, fraksi filtrasi dan tekanan osmotic koloid glomerulus akan meningkat seiring dengan peningkatan tahanan arteriol eferen. Karena itu, jika konstriksi arteriol eferen cukup berat(melebihi tiga kali lipat kenaikan tahana arteriol eferen), maka kenaikan tekanan osmotic koloid akan melebihi kenaikan tekanan hidrostatik kapiler glomerulus yang disebabkan oleh konstriksi arteriol eferen. Bila hal ini terjadi, daya akhir filtrasi menjadi menurun, menyebabkan penurunan LFG. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Jadi, konstriksi arteriol eferen mempunyai pengaruh bifasik terhadap LFG. Pada konstriksi tingkat sedang, terjadi sedikit kenaikan LFG, tetapi pada konstriksi yang berat, terjadi penurunan LFG. Penyebab utama penurunan LFG ini adalah sebagai berikut : ketika konstriksi eferen menjadi berat dan konsentrasi protein plasma meningkat, terjadi peningkatan tekanan osmotic koloid yang cepat dan nonlinier yang disebabkan efek Donnan; semakin tinggin konsentrasi protein, semakin cepat tekanan koloid meningkat karena interaksi ikatan ion terhadap protein plasma, yang juga menimbulkan efek osmotic. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Singkatnya kontraksi arteriol aferen selalu menurunkan LFG. Namun, efek konstriksi arteriol eferen bergantung pada beratnya konstriksi; konstriksi eferen yang sedang akan menaikkan LFG, tetapi konstriksi eferen yang berat (lebih dari tiga kali lipat kenaikan tahanan) cenderung akan menurunkan LFG. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed:

Permeabilitas
Permeabilitas kapiler glomelurus kira-kira 50 kali permeabilitas kapiler otot rangka. Zat yang tidak bermuatan (netral) dengan diameter efektif molekul yang kurang dari 4 nm bebas difiltrasi, sedangkan filtrasi mendekati nol jika zat tersebut memilki diameter yang lebih dari 8 nm. Diantara kedua ini, proses filtrasi berbanding terbalik dengan diameter zat yang difiltrasi. Akan tetapi, sialoprotein yang terdapat di dinding kapiler glomerulus yang bermuatan negative, dan penelitian dengan deksttan anionic atau kationik menunjukkan bahwa muatan negative dinding kapiler akan menolak zat dalam darah yang juga mermuatan negative sehingga filtrasi anion berdiameter 4 nm kurang dari sepuluh filtrasi zat netral

berukuran sama. Hal ini mungkin dapat menjelaskan mengapa albumin, yang memiliki diameter efektif molekul sekitar 7 nm, dalam keadaan normal memilki kadar di glomerulus hanya sekitar 0.2% dari kadar plasmanya atau lebih rendah daripada yang seharusnya terjadi hjika perhitungannya hanya didasarkan pada diameternya; albumin dalam sirkulasi bermuatan negative. Filtrasi kation lebih besar daripada filtrasi zat bermuatan netral. (W.F.Ganong, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 22nd ed: 733)
*pengaruh muatan listrik Buku pada Ajar bersihan Fisiologi

fraksional.(W.F.Ganong, Kedokteran 22nd ed: 733)

Jumlah protein dalam urine normalnya kurang dari 100 mg/hari, dan sebagian besar protein tidak difiltrasi tetapi berasal dari sel tubulus yang terlepas. Ditemukannya albumin dalam jumlah bermakna dalam urine disebut albuminuria. Pada penyakit nefritis, muatan negative dinding glomerulus hilang sehingga albuminuria dapat terjadi tanpa disertai pelebaran pori-pori membrane filtrasi.(W.F.Ganong, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 22nd ed: 733)

Luas Permukaan Filtrasi


Kf dapat diubah nilainya oleh sel mesangial. Kontraksi sel-sel ini akan menurunkan Kf yang sebagian besar terjadi akibat penciutan luas permukaan filtrasi. Kontraksi di tempat percabangan pembuluh kapiler mungkin mengalirkan darah dari beberapa pembuluh, sedangkan dib tempat lain, kontraksi sel mesangial akan mengubah dan mengganggu ukuran lumen kapiler. (W.F.Ganong, Buku Ajar Fisiologis Kedokteran 22nd ed: 733)

ALIRAN DARAH GINJAL


Pada laki-laki dengan berat badan rata-rata 70 kg, gabungan aliran darah yang melalui ginjal kira-kira 1100 ml/menit, atau kira-kira 22% dari curah jantung. Dengan mempertimbangkan fakta bahwa kedua ginjal hanya mencakup 0.4% dari berat badan. Kita dapat segera mengetahui bahwa ginjal menerima aliran darah yang sangat tinggi dibandingkan dengan organ lain (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: ). Aliran darah ginjal

dapat diukur dengan menggunakan flow meter elektromagnetik atau dengan menggunakan asas Fick pada ginjal yaitu dengan cara mengukur jumlah zat tertentu yang diambil oleh ginjal persatuan waktu dan membagi nilai tersebut dengan pebedaan kadar zat tersebut antara darah arteri dan vena ginjal.(W.F.Ganong, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 22nd ed:728)
*sirkulasi ginjal (W.F.Ganong, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 22nded:729)

Seperti pada jaringan lainnya, aliran darah menyuplai ginjal dengan nutrisi dan mengeluarkan produk sisa. Namun aliran yang tinggi menuju ginjal tersebut sangat melebihi kebutuhan ini. Tujuan penambahan aliran ini adalah untuk menyuplai cukup plasma untuk laju filtrasi glomerulus yang tinggi yang penting untuk pengaturan volume cairan tubuh dan konsentrasi zat terlarut secara tepat. Seperti yang diperkirakan, mekanisme aliran darah ginjal berkaitan erat dengan pengaturan LFG dan fungsi eksresi ginjal. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Aliran Darah Ginjal dan Konsumsi Oksigen


Untuk setian gram berat ginjal biasanya mengkonsumsi oksigen sebanyak dua kali lipat dari konsumsi otak tetapi memilki aliran darah hamper tujuh kali lipat lebih banyak dari pada otak. Jadi, oksigen yang dikirim ke ginjal jauh melebihi kebutuhan metaboliknya, dan ekstraksi oksigen di arteri-vena relative rendah dibandingkan sebagian besar jaringan lainnya. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Sejumlah besar oksigen yang dikonsumsi oleh ginjal dikaitkan dengan laju reabsorbsi aktif natrium yang tinggi pada tubulus ginjal. Jika aliran darah ginjal dan LFG berkurang dan lebih sedikit natrium yang difiltrasi, maka lebih sedikit natrium direabsorbsi dan lebih sedikit pula oksigen yang dikonsumsi. Oleh karena itu, konsumsi oksigen ginjal bervariasi sesuai dengan reabsorbsi natrium di tubulus ginjal, yang kemudian berkaitan dengan LFG dan laju filtrasi natrium. Jika filtrasi glomerulus berhenti sama sekali, reabsorbsi natrium ginjal juga akan berhenti sama sekali, dan konsumsi oksigen menurun menjadi sekitar seperempat nilai normal. Konsumsi oksigen residu ini mencerminkan kebutuhan metabolic dasar dari sel-sel ginjal.(Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Penentuan Aliran Darah Ginjal


Aliran darah ginjal ditentukan oleh gradient tekanan pada pembuluh renal (perbedaan antara tekanan hidrostatik di arteri renalis dan vena renalis), dibagi dengan tahanan pembuluh rena total.(Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Tekanan arteri renalis kira-kira sama dengan terkanan arteri sistemik, dan tekanan vena rata-rata sekitar 3-4 mmHg. Seperti pada system pembuluh darah lainnya, total tahanan vascular yang melalui ginjal ditentukan oleh jumlah tahanan pada masing-masing segmen pembuluh darah, termasuk arteriol, arteri, vena, dan kapiler.(Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Kebanyakn tahanan vascular ginjal terletak pada tiga segmen utama, arteri interlobularis, arteriol aferen, dan arteriol eferen. Tahanan pembuluh ini dikontrol oleh system saraf simpatis, berbagai hormone, dan mekanisme internal pengaturan ginjal setempat. Kenaikan tahanan pada setiap segmen vascular ginjal cenderung akan mengurangi aliran darah ginjal, sedangkan penurunan tahanan vascular akan meningkatkan aliran darah ginjal jika tekanan arteri dan vena renalis tetap konstan.(Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: ) Walaupun perubahan tekanan arteri mempunyai beberapa pengaruh terhadap aliran darah ginjal, ginjal mempunyai mekanisme yang efektif untuk mempertahankan aliran darah ginjal dan LFG agar relative konstan pada kisaran tekanan arteri antara 80 dan 170 mmHg, proses ini disebut autoregulasi. Kapasitas untuk autoregulasi ini terjadi melalui mekanisme yang seluruhnya instrinsik pada ginjal.(Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed:
Tekanan dalam Pembuluh (mmHg) Pembuluh Awal Arteri renalis Arteri interlobaris, arkuata, dan interlobularis Arteriol aferen Kapiler glomerulus Arteriol eferen Kapiler petribulus Vena interlobaris, arkuata, dan interlobularis Vena renalis 8 4 4 ~4 ~4 ~0 ~100 85 60 59 18 85 60 59 18 8 ~16 ~26 ~1 ~43 ~10 100 Akhir 100 di Vaskular Ginjal ~0

Persentase Tahanan Total

Aliran Darah dalam Vasa Rekta Medula Ginjal Jauh Lebih Rendah Dibandingkan dengan Aliran dalam Korteks Ginjal
Bagian luar ginjal yaitu korteks renal, menerima sebagin besar aliran darah ginjal. Aliran darah pada medulla ginjal hanya mencakup 1 sampai 2% dari aliran darah ginjal total. Aliran ke medulla ginjal disuplai oleh bagian khusus dari system kapiler petribulus yang disebut vasa rekta. Pembuluh ini turun ke dalam medulla berjalan parallel dengan ansa Henle dan kemudian melengkung kembali bersama dengan ansa Henle serta kembali ke korteks sebelum mengalir ke system vena.(Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

KONTROL FISIOLOGIS TERHADAP FILTRASI GLOMERULUS DAN ALIRAN DARAH GINJAL


Penentuan LFG yang paling bervariasi dan menjadi subyek control fisiologis adalah tekanan hidrostatik glomerulus dan tekanan osmotic koloid di kapiler glomerulus. selanjutnya, variable ini dipengaruhi oleh system saraf simpatis, hormone dan autokoid (zat vasoaktif yang dilepaskan dalam ginjal dan bekerja secara lokal), dan control umpan balik lainnya yang bersifat intrinsic terhadap ginjal. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Penurunan LFG Akibat Aktivitas Sistem Saraf Simpatis


Pada dasarnya semua pembuluh darah ginjal, termasuk arteriol aferen dan efren, kaya akan persyarafan serabut saraf simpatis. Aktivitas saraf simpatis ginjla yang kuat dapat mengakibatkan konstriksi arteriol ginjal dan menurunkan aliran darah ginjal serta LFG. Ransangan simpatis yang ringan atau sedang memberikan pengaruh yang kecil pada aliran darah ginjal dan LFG. Sebagai contoh, aktivitas reflex system saraf simpatis yang disebabkan oleh sedikit penurunan tekanan pada baroreseptor sinus carotid atau reseptor kardiopulmonal akan memberikan sedikit pengaruh terhadap aliran darah ginjal atau LFG. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Saraf simpatis ginjal tampaknya berperan penting dalam menurunkan LFG selama gangguan akut dan berat, yang berlangsung selama beberapa menit samapi beberapa jam, seperti yang ditimbulkan oleh reaksi pertahanan, iskemia otak, atau perdarahan berat. Pada otang sehat dalam keadaan istirahat, tampaknya tonus simpatis hanya akan memberi sedikit pengaruh terhadap aliran darah ginjal.(Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Kontrol Hormonal dan Autokoid terhadap Sirkulasi Ginjal


Terdapat beberapa hormone yang dapat mempengaruhi LFG dan aliran darah ginjal, diantaranya. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: ):

1. Norepinefrin, epinefrin, dan endotelin, menyebabkan konstruksi pembuluh darah ginjal dan menurunkan LFG. Hormone yang mengakibatkan konstiaksi

arteriol aferen dan eferen, sehingga menyebabkan penurunan LFG dan aliran darah ginjal, antara lain ialah norepinefrin dan epinefrin yang dilepaskan dari medulla adrenal. Pada umumnya kadar hormone-hormon tersebut dalam darah sejajar dengan aktivitas system saraf simpatis, jadi norepinefrin dan epinefrin hanya bisa member sedikit pengaruh pada homodinamika ginjal kecuali dalam kondisi yang ekstrem, seperti perdarahan berat. . (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Vasokonstriktor lainnya, yaitu endotelin, adaqlah suatu peptide yang dapat dilepaskan oleh sel endotel vascular ginjal atau jaringan lain yang rusak. Peran fisiologis autokoid ini tidak seluruhnya dimengerti. Namun jika pembuluh darah terluka berat, sehingga endotel rusak dan melepaskan endotelin, maka vasokonstriktor kuat ini dapat membantu homeostatis (meminimalkan kehilangan darah). Kadar endotelin dalam plasma juga meningkat pada keadaan sakit tertentu yang disertai dengan cedera vascular, seprti toksemia pada kehamilan, gagal ginjal akut, dan uremia kronik, dan mungkin berperan dalam proses vasokontriksi gunjal dan menurunkan LFG pada beberapa keadaan patofosiologis ini.(Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: 2. Angiotensin II menyebabkan konstriksi arteriol eferen. Vasokonstiksi ginjal yang kuat, yaitu angiotensin II, dapat dianggap sebagai hormone sirkulasi, (demikian juga dengan autokoid yang dihasilkan secara lokal), karena hormone ini dibentuk dalam ginjal dan sirkulasi sistemik. Karena angiotensin II secara khusus menyebabkan konstriksi arteriol eferen, maka peningkatan kadar angiotensin II akan meningkatkan tekanan hidrostatik glomerulus dan menurunkan aliran darah ginjal. Kita harus ingat bahwa kenaikan tingkat pembentukan angiotensin II biasanya terjadi pada keadaan yang disertai dengan penurunan tekanan arteri atau kehilangan volume, yang cenderung menurunkan LFG, pada keadaan ini kenaikan kadar angiotensin II, yang menyebabkan konstriksi arteriol eferen, dapat membantu mencegah penurunan tekanan hidrostatik glomerulus dan LFG, namun pada saat yang sama, penurunan aliran darah ginjal yang disebabkanm oleh arteriol eferen turut berperan dalam penurunan aliran darah yang melalui kapiler petritubulus, yang kemudian menyebabkan kenaikan rebasorbsi natrium dan air.(Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Jadi, kenaikan kadar angiotensin II yang terjadi pada diet rendah natrium atau kehilangan volume, dapat membantu mempertahankan LFG dan eksresi produk sisa metabolic yang normal, yang eksresinya bergantung pada filtrasi glomerulus, pada waktu yang bersamaan, konstriksi arteriol eferen yang dipicu oleh angiotensin II dapat

menyebabkan kenaikan reabsorbsi natrium dan air di dalam tubulus., yang membantu memulihkan volume darah dan tekanan darah.(Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

3. Peran nitrat oksida yang berasal dari endotel terhadap penurunan tahanan vascular ginjal dan peningkatan LFG. Suatu jenis autokoid yang menurunkan tahanan vascular ginjal dan dilepaskan oleh endotel vascular keseluruh tubuh disebut endothelial-derived nitric oxide. Produksi nitrat oksida dalam kadar basal tampaknya penting untuk mempertahankan vasodilatasi ginjal, sehingga memungkinkan ginjal untuk mengeksresikan natrium dan air dalam jumlah normal. Oleh karena itu, pemberian obat yang menghambat pembentukan nitrat oksida normal dapat meningkatkan tahanan vascular ginjal dan menurunkan LFG serta eksresi natrium urine, pada akhirnya menyebabkan tekanan darah tinggi. Pada beberapa pasien hipertensi, produksi nitrat oksida yang terganggu dapat meningkatkan vasokontriksi ginjal dan meningkatkan tekanan darah.(Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: 4. Prostaglandin dan bradikinin cenderung meningkatkan LFG. Hormon dan autokoid yang menyebabkan vasodilatasi serta meningkatkan aliran darah ginjal dan LFG antara lain prostaglandin (PGE2 dan PGI2) dan bradikinin. Meskipun vasodilati ini tampaknya bukan merupakan factor utama yang mengatur aliran darah ginjal atau LFG dalam kondisi normal, vasodilatasi tersebut dapat mengurangi efek vasokonstriktor ginjal aktivitas saraf simpatis atau angiotensin II, terutama pengaruhnya terhadap konstriksi arteriol aferen. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Dengan melawan vasokonstriksi arteriol aferen, prostaglandin dapat membantu mencegah dapat membantu mencegah penurunan LFG dan aliran darah ginjal yang berlebihan. pemberian obat anti inflamasi nonsteroid, seperti aspirin, yang menghambat sintesis prostaglandin, dapat mengakibatkan penurunan LFG yang berarti dalam kondisi yang penuh stress, seperti pada keadaan kehilangan volume atau setelah operasi (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

*autoregulasi aliran darah ginjal dan laju flitrasi glomerulus tetapi tidak ada autoregulasi untuk aliran urin selama terjadi perubahan tekanan arteri ginjal . (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Autoregulasi LFG dan Aliran Darah Ginjal


Mekanisme umpan balik instrinsik terhadap ginjal dapat mempertahankan aliran darah ginjal dan LFG agar relative konstan, walaupun terjadi perubahan tekanan darah arteri yang nyata. Mekanisme ini tetap berfungsi pada ginjal yang telah diangkat dari tubuh tetapi masih mendapat suplai darah, dan bebas dari pengaruh sistemik. LFG dan aliran darah ginjal yang relative konstan ini disebut sebagai autoregulasi.(Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: ) Fungsi utama autoregulasi aliran darah pada banyak jaringan lain selain ginjal adalah untuk mempertahankan pengiriman oksigen , dan bahan nutrisi lain pada kadar normal, dan membuanh produk sisa metabolism, walaupun terjadi perubahan pada tekanan arteri. Pada ginjal aliran darahnya jauh lebih tinggi daripada yang dibutuhkan untuk fungsi ini. Fungsi utama autoregulasi ginjal yaitu mempertahankan LFG agar relative konstan dan memungkinkan control yang tepat terhadap eksresi air dan zat terlarut oleh ginjal. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

LFG biasanya tetap diautoregulasi (agar tetap relative konstan), walaupun terjadi fluktuasi tekanan arteri selama aktivitas yang biasa dilakukan oleh seseorang. Sebagai contoh,

penurunan tekanan arteri sampai 75 mmHg atau peningkatan sampai 160 mmHg hanya mengubah LFG beberap persen. Pada umumnya, aliran darah ginjal diautoregulasi secara parallel dengan LFG, tetapi LFG diautoregulasi lebih efisien pada kondisi tertentu. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Arti Regulasi Autoregulasi dalam Mencegah Perubahan Eksresi Ginjal yang Ekstrem
Meskipun mekanisme aotoregulasi ginjal tidak 100%, tetapi dapat mencegah perubahan LFG serta eksresi air dan zat yang terlarut yang ekstrem, yang akan terjadi pada setiap perubahan tekanan darah bila tidak ada mekanisme ini. Kita dapat memahami pentingnya aotoregulasi secara kuantitatid dengan melihat besarnya jumlah filtrasi glomerulus, reabsorbsi tubulus, dan eksresi ginjal, serta perubahan eksresi ginjal yang akan terjadi tanpa adanya mekanisme aotoregulasi ini.(Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: ) Dalam keadaan normal, nilai LFG rata-rata 180liter/hari dan reabsorbsi tubulus 178.5liter/hari, menyisakan 1.5 liter cairan per hari untuk dieksresikan kedalam urine. Bila tidak ada autoregulasi, maka sedikit kenaikan tekanan darah (dari 100 mmHg menjadi 125 mmHg) akan menyebabkan kenaikan LFG yang sama sebanyak 25%(dari kira-kira 180 menjadi 225liter/hari). Jika reabsorbsi tubulus tetap konstan sebesar 178.5liter/hari, kenaikan LFG akan meningkatkan alirn urin menjadi 46.5liter/hari (selisih antara LFG dan reabsorbsi tubulus), mengakibatkann peningkatan urine total hanya kira-kira 3 liter, perubahan seperti itu akan menurunkan volume darah dengan cepat.. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed

Tetapi pada kenyataannya, perubahan tekanan arteri semacam itu hanya akan dan ginjal mencegah perubahan LFG yang besar, dan (2) terdapat mekanisme adaftif tambahan pada tubulus ginjal yang memungkinkannya untuk meningkatkan laju reabsorbsi bila LFG meningkat, suatu fenomena yang disebut sebagai keseimbangan glomerulotubulus. Ternyata, bahkan dengan mekanisme control yang khusus ini, perubahan tekanan arteri tetap member efek yang bermakna terhadap eksresi natrium dan air eleh ginjal, hal ini disebut sebagai diuresis tekanan atau natriuresis tekanan, dan hal ini penting dalam pengaturan volume cairan tubuh dan tekanan arteri. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Peranan Umpan Balik Tubuloglomerulus dalam Autoregulasi LFG


Untuk melakukan fungsi autoregulasi, ginjal mempunyai mekanisme umpan balik yang menghubungkan perubahan konsentrasi natrium klorida di macula densa dengan pengaturan tahanan arteriol ginjal. Mekanisme umpan balik ini membantu menjamin pengiriman natrium klorida yang relative konstan ke tubulus distal dan membantu mencegah fluktuasi eksresi ginjal yang palsi yang akan terjadi bila tidak ada mekanisme umpan balik ini. Pada banyak keadaan, mekanisme ini mengautoregulasikan aliran darah ginjal LFG secara parallel. Namun, karena mekanisme ini secara spesifik langsung ditujukan untuk menstabilkan pengirim natrium klorida ke tubulus distal, maka terdapat beberapa keadaan yang menggambarkan bahwa LFG diautoregulasikan dengan mengorbankan perubahan aliran darah ginjal. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Mekanisme umpan balik tubuloglomerulus mempunyai dua komponen yang bekerja bersama-sama untuk mengontrol LFG: (1) mekanisme umpan balik arteriol aferan dan (2) mekanisme umpan balik arteriol eferen. Mekanisme umpan balik ini bergantung pada susunan anatomi khusus pada kompleks jukstaglomerulus. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: ) Komplek jukstaglomerulus terdiri dari sel-sel macula densa pada bagian awal tubulus distal dan sel-sel jukstaglomerulus pada dinding arteriol aferen dan eferen. Macula densa merupakan kelompok sel epitel khusus pada tubulus distal yang berhubungan erat dengan arteriol aferen dan eferen. Sel macula densa mengandung apparatus golgi, yang merupakan organel sekretorik intrasel yang mengarah ke arteriol, menunjukkan bahwa sel-sel tersebut mungkin menyekeresikan zat kea rah arteriol. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed:

*struktur apparatus jukstaglomerulus, menunjukkan kemungkinan perannya dalam melaksanakan umpan balik untuk mengatur fungsi nefron. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed:

Penurunan Natrium klorida di Makula Densa Menyebabkan Dilatasi Arteriol Aferen dan Meningkatkan Pelepasan Renin.
Sel-sel macula densa mengetahui adanya perubahan pengiriman volume kea rah tubulus distal melalui sinyal yang belum dimengerti sepenuhnya. Penelitian eksperimental menunjukkan bahwa penurunan LFG akan memperlambat laju aliran di dalam ansa henle, menyebabkan kenaikan reabsopsi ion natrium dan klorida pada ansa Henle asendent dank arena itu menurunkan konsentresi natrium klorida pada sel- sel macula densa. Penurunan konsentrasi natriunm klorida ini kemudian memicu sinyal yang berasal dari makula densa, dan memberikan dua efek: (1) menurunkan tahanan terhadap aliran darah diarterior arteren, yang meningkatkan tekana hidrostatik glomerulus dan membantu mengembalikan LFG menjadi normal., dan (2) meningkatkan spasi renin dari sel-sel jukstaglomerulus pada arteriol aferen dan eferen, yang merupakan tempat penyimpanan utama untuk renin. Renin yang dilepaskan dari sel-sel ini kemudian sebagai enzim untuk meningkatkan pembentukan angiotensin I, yang diubah menjadi angiotensin II. Akhirnya, angiotensin II mengakibatkan konstriksi arteiol eferen, dengan demikian meningkatkan tekanan hidrostatik glomerulus dan mengembalikan LFG menjadi normal. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Dua komponen pada mekanisme umpan balik tubologlomerulus ini, bekerjasama melalui struktur anatomi khusus pada aparatus jukstaglomerulus, memberikan sinyal umpan balik ke dua arteriol aferen dan eferen untuk autoregulasi LFG yang efesien selama perubahan tekanan arteri. Jika kedua mekanisme ini berpungasi bersama-sama, LFG berubah hanya beberapa %, bahkan pada keadaan fluktuasi tekanan arteri yang besar, yaitu antara 75 dan 160 mmHg. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

*mekanisme umpan balik macula densa untuk proses autoregulasi terhadap tekanan hidrostatik glomerulus dan LFG selam penurunan tekanan arteri renalis.(Guyton & Hall, Fisiologi Kedsokteran 11th ed: )

Hambatan Pembentukan Angiotensin II Selanjutnya Dapat Menurunkan LFG Selama Hipoperfusi Ginjal.
Efek konstriktor angiotensi II yang khusus pada arteriol eferen akan membantu mencegah penurunan tekanan hidrostatik glomerulus dan LFG yang serius jika tekanan pefusi ginjal menurun di bawah normal. Pemberian obat yang menghambat pembentukan angiotensi II (penghambat enzim pengubah angiotensin) atau yang menghambat angiotensi II menyebabkan penurunan LFG yang lebih besar dari pada biasanya jika tekanan arteri renalis turun di bawah normal. Karena itu, komlikasi penting dari obat tersebut untuk mengobati pasien yang mempunyai hipertensi karena stenosis arteri renalis (hambatan parsial pada arteri renalis) adalah penurunan yang hebat yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut. Namun, obat-obat yang menghambat angiotensi II dapat berguna sebagai obat terateutik pada banyak pasien hipertensi, gagal jantung kongestif, dan berbagai kondisi lain selamapasien tersebut tetap diawasi untuk memastikan tidak terjadi penurunan LFG yang hebat. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Autoregulasi Miogenik Terhadap Aliran Darah Ginjal LFG


Mekanisme lain yang membantu mempertahankann aliran darah ginjal dan LFG agar leratif konstan adalah kemampuan setiap pembuluh darah untuk menahan regangan yang terjadi selama tekanan kenaikan yang terjadi, fenomena in disebut mekanisme miogenik. Penelitian pada pembuluh darah ( terutama arteriol kecil) diseluruh tubuh telah menunjukkan bahwa pembuluh tersebut berespon terhadap peningkatan tegangan dinding atau regangan dinding dengan cara mengkontraksikan otot polos faskular. Regangan dinding faskular memudahkan peningkatan pergerakakn ion kalsium dari cairan ekstra sel kedalam sel, menyebabkan pembuluh berkontraksi. Kontraksi ini mencegah distensi pembuluh yang berlebihan, dan pada waktu yang bersamaan, melalui kenaikan tahanan faskular, membantu mencegah kenaikan aliran darah ginjal dan LFG yang berlebihan ketika tekana arteri meningkat.(Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Meskipun mekanisme miogenik mungkin bekerja pada sebagian besar arteriol di seluruh tubuh, arti pentingnya terhadap autoregulasi aliran darah ginjal dan LFG telah di pertanyakan oleh beberapa ahli fisiologi, karena mekanisme yang sensitive, tekanan ini tidak dapat mendeteksi perubahan aliran darah ginjal atau LFG secara langsung dengan sendirinya. .(Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Factor Lain yang Meninkatkan Aliran Darah Ginjal Dan LFG : Asupan Tinggi Protein Dan Kenaikan Glukosa Darah
Meskipun aliran darah ginjal dan LFG stabil pada banyak kondisi, namun terdapat beberapa keadaan yang disertai dengan perubahan bermakna dari variable-variabel. Sebagai contoh, asupan tinggi protein diketahui dapat meningkatkan aliran darah ginjal dan LFG. pada diet tinggi protein yang kronik, seperti yang terjadi pada diet yang mengandung sebagian besar daging, kenaikan LFG dan aliran darah ini sebagian disebabkan oleh pertumbuhan ginjal. Namun, LFG dan aliran darah meningkat 20-30% dalam waktu 1-2 jam setelah seseorang makan daging berprotein tinggi.(Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Mekanisme pastinya terjadi hal ini masih belum dimengerti sepenuhnya, namun satu penjelasan yang paling mungkin adalah sebagai berikut: daging berprotein tinggi meningkatkan pelepasan asam amino ke dalam darah, yang kemudian diabsorbsi di tubulus proksimal. Karena asam amion dan natrium diabsorbsi bersama oleh tubulus proksimal, maka kenaikan reabsorbsi asam amino juga merangsang kenaikan reabsorbsi natrium dalam tubulus proksimal. Penurtunan pengiriman natrium ke macula densa ini, kemudian mencetuskan penurunan tahanan arteriol aferen yang diperantarai oleh umpan balik tubuloglomerulus. Penurunan tahanan arteriol aferen akan meningkatkan aliran darah ginjal dan LFG. Kenaikan LFG ini menyebabkan eksresi natrium dipertahankan pada kadar yang mendekati normal, sementara terjadi kenaikan eksresi produk sisa metabolism protein seperti urea. (Guyton & Hall, Fisiologi Kedokteran 11th ed: )

Kesimpulan
Plasma difiltrasi di dalam glomerulus secara ultrafiltrasi (yaitu bekerja pada tingkat molecular), dan filtrar masuk ke dalam tubulus proksimal. Penentuan LFG yang paling bervariasi dan menjadi subyek control fisiologis adalah tekanan hidrostatik glomerulus dan tekanan osmotic koloid di kapiler glomerulus. selanjutnya, variable ini dipengaruhi oleh system saraf simpatis, hormone dan autokoid (zat vasoaktif yang dilepaskan dalam ginjal dan bekerja secara lokal), dan control umpan balik lainnya yang bersifat intrinsic terhadap ginjal. Terdapat beberapa hormone yang dapat mempengaruhi LFG dan aliran darah ginjal, diantaranya : 5. Norepinefrin, epinefrin, dan endotelin, menyebabkan konstruksi pembuluh darah ginjal dan menurunkan LFG. 6. Angiotensin II menyebabkan konstriksi arteriol eferen. 7. Peran nitrat oksida yang berasal dari endotel terhadap penurunan tahanan vascular ginjal dan peningkatan LFG. 8. Prostaglandin dan bradikinin cenderung meningkatkan LFG. Aliran darah ginjal ditentukan oleh gradient tekanan pada pembuluh renal (perbedaan antara tekanan hidrostatik di arteri renalis dan vena renalis), dibagi dengan tahanan pembuluh rena total. Mekanisme umpan balik instrinsik terhadap ginjal dapat mempertahankan aliran darah ginjal dan LFG agar relative konstan, walaupun terjadi perubahan tekanan darah arteri yang nyata. Mekanisme ini tetap berfungsi pada ginjal yang telah diangkat dari tubuh tetapi masih mendapat suplai darah, dan bebas dari pengaruh sistemik. LFG dan aliran darah ginjal yang relative konstan ini disebut sebagai autoregulasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton & Hall. Fisiologi kedokteran. 11th ed. Jakarta: buku kedokteran. 2008 2. Ganong F.W. Fisiologi Kedokteran. 22th ed. Jakarta: buku kedokteran. 2008 3. Ward Jeremy, dkk. At a glance fisiologi. Jakarta: erlangga. 2007 4. Callaghan O, Chris. At a glance system ginjal. 2nd ed. Jakarta: erlangga. 2007

MAKALAH KELOMPOK

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA


KONTROL FISIOLOGIS TERHADAP FILTRASI GLOMERULUS DAN ALIRAN DARAH GINJAL

Oleh : 1. Rahmayanti Rusnedy (1001074) 2. Ratna Juwitasari (1001075) 3. Resna Muharnis (1001076) 4. Resti Yuni Hastari (1001077) 5. Rezi Afrianty (1001078) 6. Rialita Lifiani (1001080) 7. Richa Afrianty Pratiwi (1001081) 8. Rico Juliardi (1001082) 9. Rita Astuti (1001084) 10.Rizka Alfitri (1001085) 11.Rizky Rindiana (1001086) SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU YAYASAN UNIVERSITAS RIAU PROGRAM STUDI S1 2011

You might also like