You are on page 1of 2

LAPORAN PK APLIKASI KLINIS BILIRUBIN 1.

Atresia bilier Atresia bilier merupakan kelainan dimana tidak adanya atau kecilnya lumen pada sebagian atau keseluruhan traktus bilier ekstrahepatik yang menyebabkan hambatan aliran empedu. Atresia bilier terjadi karena proses inflamasi berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan progresif pada duktus bilier ekstrahepatik sehingga menyebabkan hambatan aliran empedu sehingga berakibat terhadap penumpukan garam empedu di dalam hati dan darah serta peningkatan bilirubin direk (Ringoringo, 1993). Manifestasi klinis utama atresia bilier adalah feses acholic, air kemih seperti air teh, dan ikterus. Feses acholic timbul dikarenakan tidak adanya bilirubin yang masuk ke dalam usus untuk mewarnai feses sedangkan air kemih seperti air teh ini disebabkan karena bilirubin yang meningkat dalam darah, kemudian bilirubin terfiltrasi melalui ginjal, dan dibuang melalui urin (Ringoringo, 1993).

2. Anemia Hemolitik Anemia hemolitik adalah kurangnya kadar hemoglobin akibat penghancuran eritrosit yang lebih cepat daripada kemampuan sumsum tulang untuk menggantinya kembali (Rubenstein, 2005). Penghancuran eritrosit yang berlebihan akan menunjukan tanda-tanda yang khas yaitu: a. Perubahan metabolisme bilirubin dan urobilin yang merupakan hasil pemecahan eritrosit. Peningkatan zat tersebut akan dapat terlihat pada hasil ekskresi yaitu urin dan feses (Rubenstein, 2005). b. Hemoglobinemia : adanya hemoglobin dalam plasma yang seharusnya tidak ada karena hemoglobin terikat pada eritrosit. Pemecahan eritrosit yang berlebihan akan membuat hemoglobin dilepaskan kedalam plasma. Jumlah hemoglobin yang tidak dapat diakomodasi seluruhnya oleh sistem keseimbangan darah akan menyebabkan hemoglobinemia (Rubenstein, 2005). c. Masa hidup eritrosit memendek karena penghancuran yang berlebih. d. Retikulositosis : produksi eritrosit yang meningkat sebagai kompensasi banyaknya eritrosit yang hancur sehingga sel muda seperti retikulosit banyak ditemukan (Rubenstei, 2005).

APLIKASI KLINIS SEL EPITEL 1. Ulcerative Colitis Ulcerative colitis merupakan suatu penyakit penyakit ulceroinflamatorik yang mengenai kolon, tetapi sebatas mukosa dan submukosa (Rubenstein, 2005). Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa superfisisal kolon dan dikarakteristikkan dengan adanya ulserasi multiple, inflamasi menyebar, dan deskuamasi atau pengelupasan epitelium kolonik. Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara bergiliran, satu lesi diikuti lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rectum dan akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit, memendek dan menebal akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak (Rubenstein, 2005). Adanya proses peradangan pada usus pada pemeriksaan feses dapat ditemukan sel epitel yang meningkat. APLIKASI KLINIS SEL DARAH 1. Colorectal Cancer Colorectal cancer merupakan suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan appendix. Mula-mula gejala pada penyakit ini tidak jelas, seperti berat badan menurun (sebagai gejala umum keganasan) dan kelelahan yang tidak jelas sebabnya. Setelah berlangsung beberapa waktu barulah muncul gejala-gejala lain yang berhubungan dengan keberadaan tumor dalam ukuran yang bermakna di usus besar. Salah satu cara untuk mendiagnosis penyakit ini adalah dengan pemeriksaan feses. Pada pemeriksaan feses biasanya ditemukan keadaan feses yang bercampur darah berwarna merah segar. Pemeriksaan feses ini merupakan tes penapisan awal colorectal cancer. SOURCES : Ringoringo, Parlin. 1993. Atresia Bilier. Cermin Dunia Kedokteran. 46 49. Rubenstein, david et all. 2005. Lecture Notes Kedokteran Klinis Edisi keenam. Jakarta: Erlangga.

You might also like