You are on page 1of 24

PERILAKU KEORGANISASIAN

Konsep Diri Positif dan Negatif Dan Cara Menyempurnakan Penghargaan Diri Yang Umum

Oleh:

Anthony Aditya Akbar Putra C1C108110

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2011

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb Saya memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan ridha-Nya. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Perilaku Keorganisasian yang membahas mengenai Konsep diri positif dan negatif dan Cara Penyempurnaan penghargaan diri yang umum. Makalah ini saya buat berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari berbagai buku sebagai referensi dan berbagai artikel di internet. Makalah ini saya buat sebagai nilai tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing. Dalam pembuatan Makalah ini, saya menyadari sepenuhnya bahwa jauh dari sempurna, hal ini disebabkan oleh keterbatasan dan kemampuan yang saya miliki. Sudah tentu banyak kekurangan dan kejanggalankejanggalannya baik dari segi ilmu pengetahuan, pengalaman, maupun dalam penyajian makalah ini. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang syaratnya membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Wassalamualaikum wr.wb

Banjarmasin,

Maret 2011

Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR......................................................................... i DAFTAR ISI........................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...................................................................... 1-2 1.2 Rumusan Masalah................................................................. 3 1.3 Tujuan.................................................................................... 3 BAB II PEMBAHASAN Pengertian Konsep diri positif dan negatif.................................. 4-5 Cara menjembatani kedua konsep diri........................................ 6-8 Cara menyempurnakan penghargaan diri yang umum............... 8-10 BAB III PENUTUP Kesimpulan................................................................................. 11 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN
Latarbelakang

Manusia adalah mahkluk biopsikososial dan spiritual yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untukmempertahankan keseimbangan hidupnya. Kesimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut sehat. Manusia memiliki kebutuhan yang secara terus menerus untuk dipenuhinya. Manusia dibekali cipta (cognitive), rasa (affective) dan karsa (psychomotor), serta dapat mengatur dunia untuk kepentingan hidupnya sehingga timbullah kebudayaan dengan segala macam corak dan bentuknya, yang membedakan dengan makhluk lainnya di bumi. Proses perkembangan perilaku manusia sebagian ditentukan oleh kehendaknya sendiri dan sebagian bergantung pada alam. A. Pengertian Konsep Diri Konsep diri merupakan semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tenteng dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998). Menurut, Sumarno 2004. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh menyangkut fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir tetapi sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia.

Beberapa hal yang perlu diketahui terlebih dahulu dalam konsep diri yaitu : 1. Dipelajari melalui pengalaman dan interaksi individu dengan orang lain 2. Berkembang secara bertahap, diawali pada waktu bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. 3. Positif, ditandai dengan kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan 4. Negatif, ditandai dengan hubungan individu dan hubungan sosial yang maladaptive 5. Merupakan aspek kritikal dan dasar dari pembentukan perilaku individu 6. Berkembang dengan cepat dan bersama sama dengan perkembangan bicara. 7. Terbentuk karena peran keluarga khususnya pada masa anak anak yang mendasari dan membantu perkembangannya B. Komponen-komponen Konsep Diri 1. Citra tubuh/body image Kumpulan sikap individu yang didasari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi penampilan dan potensi. Citra tubuh dimodifikasi secara berkesinambungan dengan persepsi dan pengalaman baru. Hal hal penting terkait dengan gambaran diri sebagai berikut : a. Fokus individu terhadap fisik lebih menonjol pada usia remaja b. Betuk tubuh TB, BB serta tanda tanda pertumbuhan kelamin sekunder ( mamae, menstruasi, perubahan suara, pertumbuhan bulu) menjadi gambaran diri c. Cara individu memandang diri berdampak penting terhadap aspek psikologis. d. Gamabaran yang realistis terhadap menerima dan menyukai bagian tubuh yaitu akan memberi rasa aman dalam menghindari kecemasan dan meningkatkan harga diri. e. Individu yang stabil, realistik, dan konsisten terhadap gambaran dirinya, dapat mendorong sukses dalam kehidupan.

2. Ideal diri Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu (Stuart and Sundeen ,1998). Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai- nilai yang ingin di capai. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan citacita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga budaya) dan kepada siapa ingin dilakukan. Ideal diri mulai berkembang pada masa kanakkanak yang di pengaruhi orang yang penting pada dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja ideal diri akan di bentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu : a. Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya. b. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri. c. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasan cemas dan rendah diri. d. Kebutuhan yang realistis. e. Keinginan untuk menghindari kegagalan. f. Perasaan cemas dan rendah diri. Agar individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara persepsi diri dan ideal diri. Ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai

3. Harga diri Yakni penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah yang perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan atau kegagalan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga. Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal , maka cenderung harga diri rendah. Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Harga diri tinggi terkait dengam ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk dan resiko terjadi depresi dan skizofrenia. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional ( trauma ) atau kronis ( negatif self evaluasi yang telah berlangsung lama ). Dan dapat di ekspresikan secara langsung atau tidak langsung (nyata atau tidak nyata). Menurut beberapa ahli dikemukakan faktor-Fator yang mempengaruhi gangguan harga diri, seperti : a. Perkembangan individu. Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang tua menyebabkan anak merasa tidak dicintai dan mengkibatkan anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal untuk mencintai orang lain. Pada saat anak berkembang lebih besar, anak mengalami kurangnya pengakuan dan pujian dari orang tua dan orang yang dekat atau penting baginya. Ia merasa tidak adekuat karena selalu tidak dipercaya untuk mandiri, memutuskan sendiri akan bertanggung jawab terhadap prilakunya. Sikap orang tua yang terlalu mengatur dan mengontrol, membuat anak merasa tidak berguna.

b. Ideal Diri tidak realistis. Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk gagal dan berbuat kesalahan. Ia membuat standart yang tidak dapat dicapai, seperti cita cita yang terlalu tinggi dan tidak realistis. Yang pada kenyataan tidak dapat dicapai membuat individu menghukum diri sendiri dan akhirnya percaya diri akan hilang. c. Gangguan fisik dan mental Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri. d. Sistim keluarga yang tidak berfungsi. Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu membangun harga diri anak dengan baik. Orang tua memberi umpan balik yang negatif dan berulang-ulang akan merusak harga diri anak. Harga diri anak akan terganggu jika kemampuan menyelesaikan masalah tidak adekuat. Akhirnya anak memandang negatif terhadap pengalaman dan kemampuan di lingkungannya. e. Pengalaman traumatik yang berulang,misalnya akibat aniaya fisik, emosi dan seksual. Penganiayaan yang dialami dapat berupa penganiayaan fisik, emosi, peperangan, bencana alam, kecelakan atau perampokan. Individu merasa tidak mampu mengontrol lingkungan. Respon atau strategi untuk menghadapi trauma umumnya mengingkari trauma, mengubah arti trauma, respon yang biasa efektif terganggu. Akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi dan denial pada trauma. 4. Peran Yakni serangkaian pola perilaku yang diharapkan diberbagai lingkungan social berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok social. Peran yang ditetapkan adalah peran yang dijalani dan seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diambil adalah yang terpilih atau dipilih oleh individu. Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat ( Keliat, 1992 ). Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran

yang terpilih atau dipilih oleh individu. Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri. Stress peran terdiri dari konflik peran yang tidak jelas dan peran yang tidak sesuai atau peran yang terlalu banyak. Peran yang tidak jelas, terjadi apabila individu diberikan peran yang kabur, sesuai perilaku yan diharapkan. Misalnya : individu yang ditetapkan sebagai ketua panitia, tetapi tidak disertai uraian tugas apa yang ia harus lakukan atau kerjakan. Peran berlebihan terjadi jika seseorang individu memiliki banyak peran dalam kehidupannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus di lakukan menurut Stuart and sundeen, 1998 adalah : a. Kejelasan prilaku dengan penghargaan yang sesuai dengan peran. b. Konsisten respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan . c. Kesesuain dan keseimbangan antara peran yang di emban. d. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran. e. Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidak sesuain perilaku peran. Hal hal penting terkait dengan peran a. Peran dibutuhkan individu sebagai aktualisasi diri b. Peran yang memenuhi kebutuhan dan sesuai ideal diri, menghasilkan harga diri yan tinggi atau sebaliknya c. Posisi individu di masyarakat dapat menjadi stressor terhadap peran d. Stress peran timbul karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran atau tuntutan posisi yang tidak mungkin dilaksanakan e. Stress peran terdiri dari, konflik peran, peran yang tidak jelas, peran yang tidak sesuai dan peran yang terlalu banyak.

5. Identitas diri Yakni prinsip pengorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesinambungan, kesatuan, konsistensi dan keunikan individu. Prinsip tersebut sama artinya dengan onotomi dan mencakup persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan

identitas dimulai pada masa bayi dan terus menerus berlangsung sepanjang kehidupan, tetapi merupakan tugas utama pada masa remaja. Hal hal yang penting terkait dengan identitas diri yaitu : a. Berkembang sejak masa kanak kanak bersamaan dengan berkembangnya konsep diri b. Individu yang memiliki perasaan indentitas diri kuat akan memandang dirinya tidak sama dengan orang lain, unik, dan tidak ada duanya. c. Identitas jenis kelamin berkembang secara bertahap sejak bayi. d. Identitas jenis kelamin dimulai dengan konsep laki laki dan perempuan serta banyak dipengaruhi oleh pandangan maupun perlakuan masyarakat. e. Kemandirian timbul dari perasaan berharga, menghargai diri sendiri, kemampuan, dan penguasaan diri f. Individu yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Ciri identitas diri a. Memahami diri sendiri sebagai organisme yang utuh berbeda dan terpisah dari orang lain b. Menilai diri sendiri sesuai penilaian masyarakat c. Mengakui jenis kelamin d. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang,dan masa yang akan datang e. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keserasian dan keselarasan f. Mempunyai tujuan hidup yang bernilai dan dapat direalisasikan.

C. Rentang Respon Konsep Diri Respon-respon maladaptif meliputi : Aktualisasi diri adalah pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman yang sukses. Konsep diri positif individu mempunyai pengalaman yang positif dalam perwujudan dirinya. Rentang respon yang berada antara rentang respon adaptif dan maladaptif meliputi : Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami atau beresiko mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan diri. Rentang respon maladaptif meliputi : Kekacauan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan kepribadian pada remaja yang harmonis Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik dan merasa asing dengan diri sendiri, yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan dan kegagalan dalam ujian realitas. Individu mengalami kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya.( Stuart, 2007).

B. Rumusan Masalah
Materi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah KONSEP DIRI POSITIF DAN NEGATIF serta CARA PENYEMPURNAAN PENGHARGAAN DIRI YANG UMUM . Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya pembahasan, maka masalah yang akan dibahas saya batasi pada : 1. Pengertian Konsep diri positf dan negatif. 2. Cara menjembatani kedua konsep diri. 3. Cara penyempurnaan penghargaan diri yang umum.

C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah perilaku organisasi. 2. Untuk mengetahui cara menjembatani konsep diri positif dan negatif serta cara menyempurnakan penghargaan diri yang umum.

BAB II PEMBAHASAN PEMAHAMAN KONSEP DIRI POSITF DAN NEGATIF

Menurut William D.Brooks (dalam Rahkmat, 2005:105) bahwa dalam menilai dirinya seseorang ada yang menilai positif dan ada yang menilai negatif. Maksudnya individu tersebut ada yang mempunyai konsep diri yang positif dan ada yang mempunyai konsep diri yang negatif. Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah : 1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah . Orang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. 2. Merasa setara dengan orang lain . Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain. 3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain. 4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak di setujui oleh masyarakat. 5. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya. Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini lebih mengarah kekerendahan hati dan kekedermawanan dari pada keangkuhan dan keegoisan. Orang yang mengenal dirinya dengan baik merupakan orang yang mempunyai konsep diri yang positif.

Tanda-Tanda individu yang memiliki konsep diri negatif adalah : 1. Peka terhadap kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya dan mudah marah atau naik pitam, hal ini berarti dilihat dari faktor yang mempengaruhi dari individu tersebut belum dapat mengendalikan emosinya, sehingga kritikan dianggap sebagi hal yang salah. Bagi orang seperti ini koreksi sering dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam berkomunikasi orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog yang terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai logika yang keliru.

2. Responsif sekali terhadap pujian. Walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Buat orang seperti ini, segala macam embel-embel yang menjunjung harga dirinya menjadi pusat perhatian. Bersamaan dengan kesenangannya terhadap pujian, merekapun hiperkritis terhadap orang lain. 3. Cenderung bersikap hiperkritis. Ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain. 4. Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan, karena itulah ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan, berarti individu tersebut merasa rendah diri atau bahkan berperilaku yang tidak disenangi, misalkan membenci, mencela atau bahkan yang melibatkan fisik yaitu mengajak berkelahi (bermusuhan). 5. Bersikap psimis terhadap kompetisi. Hal ini terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia akan menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya. Pernyataan lain menyebutkan bahwa individu yang memiliki konsep diri negatif maupun positif memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (Rini, 2002:http://www.epsikologi./com/dewasa/1670502.htp). Individu yang memiliki konsep diri negatif meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Individu ini akan cenderung bersikap psimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Individu yang memiliki konsep diri negatif akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika ia mengalami kegagalan akan menyalahkan diri sendiri maupun menyalahkan orang lain.

Individu yang memiliki konsep diri positif akan bersikap optimis, percaya diri sendiri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialami. Kegagalan tidak dipandang sebagai akhir segalanya, namun dijadikan sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah kedepan. Individu yang memiliki konsep diri positif akan mampu menghargai dirinya sendiri dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang. Dengan melihat uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik konsep diri dapat dibedakan menjadi dua yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif, yang mana keduanya memiliki ciri-ciri yang sangat berbeda antara ciri karakteristik konsep diri positif dan karakteristik konsep diri yang negatif. Individu yang memiliki konsep diri positif dalam segala sesuatunya akan menanggapinya secara positif, dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacammacam tentang dirinya sendiri. Ia akan percaya diri, akan bersikap yakin dalam bertindak dan berperilaku. Sedangkan individu yang memiliki konsep diri negatif akan menanggapi segala sesuatu dengan pandangan negatif pula, dia akan mengubah terus menerus konsep dirinya atau melindungi konsep dirinya itu secara kokoh dengan cara mengubah atau menolak informasi baru dar lingkungannya. Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah Harga diri yang rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat 1992: 18) mengemukakan 9 cara individu mengekspresikan secara langsung harga diri rendah: a. Mengejek dan mengkritik diri sendiri Individu mempunyai pandangan negatif tentang dirinya. Individu tersebut sering mengatakan dirinya bodoh, tidak tau apa-apa. b. Merendahkan atau mengurangi martabat Menghindari, mengabaikan atau menolak kemampuan yang nyata dimiliki. c. Rasa bersalah dan khawatir Individu menghukum diri sendiri. Ini dapat ditampilkan berupa fobia, obsesi. Individu tersebut menolak dirinya sendiri. d. Manifestasi fisik Termasuk tekanan darah tinggi, penyakit psikosomatis dan penyalahgunaan zat.

e. f.

Menunda keputusan Sangat ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Rasa aman terancam. Gangguan berhubungan Individu menjadi kejam, merendahkan diri atau mengeksploitasi orang lain. Perilaku lain adalah menarik diri atau isolasi yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga.

g.

Menarik diri dari realitas Bila kecemasan yang disebabkan oleh penolakan diri sendiri mencapai tingkat berat atau panik, klien mungkin mengalami gangguan asosiasi, halusinasi, curiga, cemburu atau paranoid.

h. i.

Merusak diri Harga diri yang rendah dapat mendorong individu mengakhiri kehidupannya. Merusak atau melukai orang lain

Kebencian dan penolakan pada diri sendiri dapat dikisar pada lingkungan dengan melukai orang lain.

CARA MENJEMBATANI PEMAHAMAN KONSEP DIRI POSITIF DAN NEGATIF

1. Bersikap obyektif dalam mengenali diri sendiri Jangan abaikan pengalaman positif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang pernah dicapai. Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara dan kesempatan untuk mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap bahwa Anda dapat membahagiakan semua orang atau melakukan segala sesuatu sekaligus. You cant be all things to all people, you cant do all things at once, you just do the best you could in every way....

2. Hargailah diri sendiri Tidak ada orang lain yang lebih menghargai diri kita selain diri sendiri. Jikalau kita tidak bisa menghargai diri sendiri, tidak dapat melihat kebaikan yang ada pada diri sendiri, tidak mampu memandang hal-hal baik dan positif terhadap diri, bagaimana kita bisa menghargai orang lain dan melihat hal-hal baik yang ada dalam diri orang lain secara positif. Jika kita tidak bisa menghargai orang lain, bagaimana orang lain bisa menghargai diri kita ??? 3. Jangan memusuhi diri sendiri Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah peperangan yang terjadi dalam diri sendiri. Sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan merupakan pertanda bahwa ada permusuhan dan peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri sejati (real self). Akibatnya, akan timbul kelelahan mental dan rasa frustrasi yang dalam serta makin lemah dan negatif konsep dirinya.

4. Berpikir positif dan rasional We are what we think. All that we are arises with our thoughts. With our thoughts, we make the world (The Buddha). Jadi, semua itu banyak tergantung pada cara kita memandang segala sesuatu, baik itu persoalan maupun terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita jika pikiran itu mulai menyesatkan jiwa dan raga. CARA MENYEMPURNAKAN PENGHARGAAN DIRI YANG UMUM (TIDAK TINGGI DAN TIDAK RENDAH )
1. Pengertian Harga Diri Pengertian Harga Diri menurut Coopersmith (1967) dan Walgito (1991) merupakan suatu proses penilaian yang dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya sendiri. Karena berkaitan dengan dirnya sendiri, penilaian tersebut biasanya mencerminkan penerimaan atau penolakan terhadap dirinya, menunjukkan seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, berhasil serta berharga. Menurut Branden (1987) harga diri merupakan aspek kepribadian yang paling penting dalam proses berpikir, tingkat emosi, keputusan yang diambil, nilai-nilai yang dianut serta penentuan tujuan hidup. Harga diri mencakup dua komponen yaitu perasaan akan kompetensi pribadi dan perasaan akan penghargaan diri pribadi. Seseorang akan menyadari dan menghargai dirinya jika ia mampu menerima diri pribadinya. Brehm dan Kassin (1990) menyatakan bahwa individu yang menilai dirinya baik umumnya bahagia, sehat, sukses, adaptif dalam situasi yang membuat stres. Harga diri adalah hasil evaluasi individu terhadap dirinya sendiri yang merupakan sikap penerimaan atau penolakan serta menunjukan seberapa besar individu percaya pada dirinya, merasa mampu, berarti, berhasil dan berharga. Harga diri ini akan diungkap dengan skala Harga Diri modifikasi dari Coopersmith, dimana harga diri yang tinggi akan ditunjukan dengan skor yang tinggi pada skala tersebut dan sebaliknya harga diri yang rendah akan ditunjukan dengan skor yang rendah pula. Sheaford & Horejski (2003 : 393) menyatakan bahwa harga diri berhubungan dengan kepercayaan seseorang tentang yang bernilai dalam dirinya. Seseorang yang tidak menghargai atau menghormati dirinya sendiri akan merasa kurang percaya diri dan banyak berjuang dengan segala keterbatasan dirinya, sehingga sering mereka terlibat dalam tingkah laku yang salah atau rentan untuk dieksploitasi dan disalahgunakan oleh orang lain.

Selanjutnya Sheaford menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki perasaan menghargai diri yang rendah timbul karena persepsi yang subjektif dan tidak selalu akurat dengan pandangan orang lain. Rasa menghargai diri yang rendah seringkali berasal

dari perbandingan yang tidak menyenangkan tentang dirinya sendiri dan orang lain. Pendapat senada dinyatakan Rosenberg (1979) bahwa individu yang memiliki harga diri tinggi ia akan menghormati dirinya dan menganggap dirinya sebagai individu yang berguna. Sedangkan individu yang memiliki harga diri yang rendah ia tidak dapat menerima dirinya dan menganggap dirinya tidak berguna dan serba kekurangan. Sedangkan Coopersmith (1967) mengatakan bahwa harga diri (self esteem) adalah evaluasi diri yang dibuat seseorang, biasanya untuk dipertahankan, dan sebagian berasal dari interaksi seseorang dengan lingkungannya dan dari sejumlah penghargaan, penerimaan dan perhatian orang lain yang diterimanya . Sedangkan menurut Ubaydillah (http://e-psikologi.com) harga diri secara bahasa pengertiannya adalah kehormatan-diri. Jadi, orang yang harga-dirinya bagus itu adalah orang yang mengalami proses hubungan yang positif dengan dirinya, punya perasaan positif terhadap dirinya, punya penilaian yang bagus terhadap dirinya (self-concept). Pengalaman dan proses hubungan yang positif inilah yang kemudian melahirkan sikap dan tindakan yang positif (terpuji atau terhormat). Pengertian tersebut menjelaskan bahwa harga-diri itu adalah proses intrinsik di mana orang merasa perlu (sadar) untuk menjaga atau menghormati dirinya dengan cara-cara yang terhormat. Cara ini bisa dalam bentuk melakukan sesuatu yang positif atau dengan menghindari sesuatu yang negatif. Dengan cara ini maka secara alamiahnya akan mendatangkan feed-back atau balasan yang bernama penghormatan itu. Lebih lanjut Ubaydillah menjelaskan bahwa harga diri ini terkait dengan berbagai hal yang berperan vital dalam kehidupan, antara lain harga-diri terkait dengan : a). Kualitas emosi. Menurut Gary Zukav dalam bukunya The Heart of The Soul (2002), sumber berbagai malapetaka emosi, seperti misalnya stres, distress atau depresi itu adalah self-worth. b). Aktualisasi-diri. Aktualisasi di sini pengertiannya adalah proses yang kita lakukan dalam merealisasikan potensi yang kita miliki c). Kepercayaan diri (self-confidence) Pendapat tersebut menjelaskan bahwa harga-diri ini menjadi penting terutama bagi penyalahguna napza, dimana saat mereka memiliki perasaan positif hanya ketika mengkonsumsi narkoba atau zat kimia lain saja. Ini menjadi bukti adanya harga-diri yang rendah pada penyalahguna napza karena tidak bisa menciptakan kebahagian dari dalam dirinya tetapi dengan mencari di luar melalui penggunaan napza. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sendiri oleh Triantoro safari yang membuktikan bahwa harga diri yang rendah memiliki kecenderungan seseorang untuk menggunakan dan menyalahgunakan napza . Selain itu harga diri sangat berkaitan dengan arti hidup seseorang artinya walaupun dalam keadaan apapun seseorang harus tetap merasakan dirinya berarti dalam hidupnya. Begitupula para penyalahguna napza yang rentan terhadap gangguan emosi harus tetap menjalani kehidupannya dengan penuh rasa berarti agar dapat hidup secara normal dan wajar serta terhindar dari penggunaan dan penyalahgunaan napza . Hal-hal yang dapat meningkatkan Harga diri seseorang menurut pendapat Coopersmith (1967: 38) diantaranya adalah keberhasilan yang diperoleh selama dirinya

berinteraksi dengan lingkungan. Keberhasilan itu sendiri antara lain: a. Power, kemampuan untuk mempengaruhi atau menguasai orang lain; b. Virtue, kesesuaian diri dan kecemasan dalam mengemukakan tentang dirinya; c. Significance, penerimaan perhatian dari keluarga; d. Competence, kesuksesan dan perasaan katidakpuasan. Sedangkan Soepri Tjahyono menjelaskan beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan harga diri diantaranya adalah : a). Mengenali diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan dengan cara bercermin baik dengan kaca maupun melalui tulisan dikertas dan menuliskan mana potensi-potensi yang bisa kita kembangkan atau tunjukan ke orang lain, dan mana yang harus kita tinggalkan. b). Menerima diri seperti apa adanya. Orang yang dapat menerima diri sendiri apa adanya tidak akan menyesali segala yang terjadi dalam menghadapi kenyataan. Artinya, apa yang ada pada diri kita harus diterima dan dikembangkan. c). Manfaatkan kelebihan dengan cara mengenali kelebihan yang kita miliki, selanjutnya digunakan dan dimanfaatkan seoptimal mungkin. Misalnya kita yang pandai berbicara, mengapa tidak mencoba jadi pembawa acara? d). Meningkatkan keahlian yang dimiliki. Kemampuan, keahlian, dan keterampilan yang kita miliki memberikan sumbangan untuk meningkatkan harga diri kita. Semakin banyak dan beragam keahlian yang kita miliki, akan semakin besar kita menghargai diri kita. e). Memperbaiki kekurangan. Kita harus mengenali kekurangan yang ada pada diri kita. Kalau kita tidak mengenalinya, maka keinginan untuk memotivasi dan mengembangkan diri kita ke arah yang lebih baik juga tidak ada. Kalau kita mengenali kekurangan kita, maka sebenarnya kekurangan itu dapat juga kita manfaatkan untuk sesuatu yang berguna. f). Mengembangkan pemikiran bahwa kita sama dan sederajat dengan orang lain. Setiap orang berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan itu bisa dari sudut ekonomi ataupun status sosial. Tetapi semuanya itu akan sama haknya dalam setiap kesempatan. Pemikiran itulah yang harus selalu dikembangkan bahwa setiap orang punya hak dan derajat yang sama. Raymond Tambunan (http:/e-psikologi.com) menjelaskan bahwa perkembangan harga diri pada seseorang akan menentukan keberhasilan maupun kegagalannya dimasa mendatang. Sedangkan arti harga diri itu sendiri menurutnya adalah hasil penilaian individu terhadap dirinya yang diungkapkan dalam sikap-sikap yang dapat bersifat positif dan negatif. Bagaimana seseorang menilai tentang dirinya akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupannya sehari-hari. Harga diri yang positif akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dunia ini. Pendapat diatas menunjukan peningkatan harga diri seseorang dipengaruhi oleh beberapa

faktor , yaitu faktor internal pada diri individu dan faktor eksternal. Faktor internal pada individu meliputi penghargaan, penerimaan, pengertian dan perlakuan orang lain terhadap dirinya. Sedangkan faktor eksternal adalah prestasi yang dicapai, hubungan dimasyarakat, keluarga dan peer groupnya. Harga diri bukan merupakan faktor bawaan tetapi dapat dibangun / ditingkatkan melalui proses belajar melalui interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya dalam bentuk umpan balik yang diterima dari orang-orang yang berarti bagi individu. Kemauan untuk mengevaluasi kembali kepercayaan seseorang tentang diri sendiri merupakan langkah awal terhadap pertumbuhan dalam menghargai dirinya. Menurut Ubaydillah (2001) menaikkan harga-diri harus dimulai dari diri sendiri terlebih dulu. Jika ini sudah kita lakukan, orang lain akan menghargai kita meski prosesnya ada yang tidak langsung-seketika. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi : a). Secara mental, temukan sesuatu yang menurut anda berharga di dalam diri anda. Ini bisa sifat, watak, skill, pengetahuan, kelebihan, pedoman hidup yang anda yakini, kebaikan anda, sikap, atribut akademik, modal sosial yang anda miliki, dan lainlain. Ini adalah jalan untuk menciptakan perasaan positif tadi. Untuk bisa menemukan ini memang harus sering-sering melakukan dialog dengan diri sendiri dan cepat sadar atas munculnya unek-unek negatif yang bisa menimbulkan perasaan negatif. b). Secara aktual, lakukan sesuatu yang menurut anda itu bernilai atau berharga buat diri anda, entah itu untuk hari ini atau hari esok. Ini pokok. Tidak ada orang yang punya perasaan positif kalau tidak melakukan hal-hal positif. Menurut pengalaman hidup Michael Angier, jika seseorang punya perasaan positif terhadap dirinya, orang itu akan merasa lebih ringan untuk melakukan hal-hal positif. Semakin banyak tindakan positif yang dilakukan, semakin besar pula perasaan positif yang muncul. Jadi ada semacam timbal-balik yang saling terkait. c). Melatih diri untuk memiliki jiwa yang lebih besar, pikiran yang lebih besar atau pertimbangan yang lebih bijak. Tapi ini perlu kita dasari atas pengetahuan tentang adanya manfaat yang lebih besar (kekuatan). Ini misalnya saja kita memaafkan atau memahami orang lain karena itu hasilnya akan lebih baik, bukan karena tidak mampu melawan secara terang-teranga lalu ngomong di belakang (kelemahan). d). Latihlah menghadapi persoalan dengan keputusan. e). Jauhi hal hal yang berpotensi menegatifkan perasaan dan pikiran.

Selanjutnya Sumarni (2007) menjelaskan bahwa terdapat tiga hal yang dapat dilakukan agar harga diri atau kehormatan diri seseorang dapat terpelihara dengan baik diantaranya

a). Mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri , artinya menyadari bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. b). Menerima diri apa adanya , artinya menyadari dan menerima apa adanya dengan mensyukuri keadaan yang ada pada diri sendiri walau dalam keadaan apapun juga dengan menyadari bahwa manusia tidak ada yang sempurna. c). Memanfaatkan kelebihan, artinya menyadari bahwa semua orang mempunyai kelebihan dan kekurangan yang beragam bentuknya. Berdasarkan beberapa pendapat diatas menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki harga diri akan dapat menerima dirinya sendiri dan juga orang lain. Harga diri juga penting bagi manusia dalam mempertahankan dirinya sebagai mahluk sosial begitupula dengan penyalahguna napza. Hal ini berarti tingkat harga-diri yang tinggi sangat menentukan dan memiliki andil dalam kecenderungan terlibatnya seseorang dalam penyalahgunaan napza. 2. Aspek-Aspek Tentang Harga Diri Faktor kepribadian mempunyai peranan penting di samping faktor fisiologik pada penyalahgunaan Napza (shield, 1976;jessor dan jessor, 1977; wienfield, dkk, 1989;Brook dan Brook, 1990; Hawari, 1991). Faktor kepribadian ini dapat dibedakan menjadi aspek intrapersonal, interpersonal dan aspek kognitif(Olson, dkk, dalam Brown&Lent,1992). Aspek intrapersonal yang diidentifikasi berperan penting dalam penyalahgunaan Napza pada remaja adalah rendahnya Harga Diri remaja (Gorsuch dan Butter, 1976: Sield, 1976). Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa remaja dengan harga diri rendah merasa dirinya terasing, tertekan dan kurang memiliki keberanian untuk berbuat sesuatu. Mereka cenderung lebih cemas, mudah depresi, pesimis akan masa depannya dan mudah gagal. Selanjutnya remaja dengan cirri-ciri tersebut mudah mendapat pengaruh dari lingkungannya untuk mengkonsumsi Napza. Remaja yang memiliki Harga Diri rendah memilih menggunakan Napza sebagai sarana untuk mengembalikan kestabilan emosinya, sehingga menimbulkan rasa aman pada diri mereka. Hal ini terbukti pada penelitian test (dalam Skager dan Kerst, 1989) melaporkan bahwa remaja yang menggunakan mariyuana mengalami perubahan positif pada harga dirinya. Demikian juga pada pemakai kokain merasa meningkat dalam keyakinan diri dan hubungan sosialnya ketika dalam keadaan memakai. Pada individu yang memiliki Harga Diri tinggi, mereka umumnya merasa lebih bahagia, bebas dari simptom psikosomatis, sukses dan adaptif dalam situasi yang dapat menimbulkan stres (Brehm dan Kassin, 1990).

Menurut Sigal dan Gould (dalam Brehm dan Kassin, 1990) individu yang memiliki Harga Diri yang tinggi selalu akan termotivasi untuk berperilaku baik, termasuk tidak melibatkan diri dalam penyalahgunaan Napza karena menreka mengerti bahwa efek negatif zat tersebut akan merusak kehidupan mereka. Selain Harga Diri sebagai aspek intrapersonal, aspek interpersonal juga berperan penting dalam penyalahgunaan Napza. Aspek interpersonal atau kemampuan melakukan hubungan sosial dengan orang lain yang diidentifikasi berperan penting dalam penyalahgunaan Napza pada remaja adalah rendahnya asertivitas remaja (Horan dan Harrison, 1981; Schaps, dkk,1981; Afiatin, 2001a). Hasil hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja dengan kemampuan asertivitas rendah tidak mampu untuk menghadapi tekanan kelompok, termasuk menolak bujukan menggunakan Napza. Remaja yang kurang asertif memiliki ciri-ciri tidak dapat menguasai diri pada situasi yang seharusnya ia dapat bersikap bebas dan menyenangkan, mengalami kesulitan dalam merespon hal-hal yang sangat disukai, mengalami kesulitan dalam menyatakan perasaan cinta dan kasih sayang pada orang lain atau pada orang yang sangat berarti dalam hidupnya. Ketidak asertivan remaja membuat mereka measa terombang-ambing dalam situasi yang tidak menentu. Remaja yang kurang asertif sering tidak efektif dan adaptif dalam menghadapi stress dan konflik.

Daftar Pustaka
http://www.scribd.com/doc/22318053/konsep-diri http://belajarpsikologi.com/pengertian-konsep-diri/ http://e-learning.nurulfikri.sch.id/new/course/info.php?id=39

http://gyocha.multiply.com/journal/item/11/Konsep_Diri_Positif_dan_Konsep_Diri_Neg atif http://belajarpsikologi.com/jenis-jenis-konsep-diri/ http://www.a741k.web44.net/KENALI%20KONSEP.htm http://fuddinbatavia.com/?p=272 http://www.andriewongso.com/awartikel-882-Artikel_AndaPentingnya_Penghargaan_Diri http://monicabiheria.wordpress.com/2010/05/05/pentingnya-penghargaan-terhadap-diri2/

You might also like