You are on page 1of 9

MASTITIS pada Ibu Postpartum

I. Definisi Mastitis adalah infeksi yang disebabkan adanya sumbatan pada duktus (saluran susu) hingga puting susu pun mengalami sumbatan. Mastitis ini biasanya diderita oleh ibu yang baru melahirkan dan menyusui. Radang ini terjadi karena si ibu tidak menyusui atau puting payudaranya lecet karena menyusui. Kondisi ini bisa terjadi pada satu atau kedua payudara sekaligus.

II. Etiologi Mastitis disebabkan oleh organisme S. aureus, Candida albican dan Haemophilus parainfluenza yang berasal dari hidung dan tenggorokan bayi. Factor-faktor yang mempengaruhi: penyumbatan saluran susu, daya tahan ibu yang rendah, berkaitan dengan kelelahan atau stress, tangan yang tidak bersih, keretakan atau keretakan atau terbelahnya puting. III. Manifestasi Klinis Dimulai dengan adanya rasa gatal pada puting dan berkembang menjadi adanya rasa nyeri saat bayi menyusui, Namun tidak semua kasus mastitis ada keluhan nyeri, Adanya rasa demam dan

kemerahan disekitar area hisapan. Sisi yang mengalami sumbatan duktus akan menunjukkan warna kemerahan yang lebih jelas dibandingkan daerah lainnya, Umumnya disertai dengan rasa

nyeri yang hebat terutama bila tersentuh hingga tidak dapat menggendong bayi pada sisi yang mengalami mastitis karena sensasi rasa sakitnya. Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu, dengan gejala demam, rasa dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit.

Dilihat dari penyebabnya, mastitis tidak dipengaruhi oleh faktor keturunan, melainkan lebih kepada faktor hormonal dan infeksi. Lain dengan kanker payudara yang dipengaruhi faktor hormonal bahkan faktor keturunan. Pada mastitis yang disebabkan infeksi kuman, terkadang berkembang menjadi suatu abses/ kumpulan nanah dalam rongga baru di jaringan kelenjar payudara. Nanah ini terbentuk dari kumpulan bakteri, jaringan, dan leukosit baik yang mati ataupun yang hidup. Bahayanya, nanah ini bisa menyebar ke bagian tubuh lain hingga menyebabkan rasa meriang/demam tinggi dan menggigil, keringat banyak, turunnya daya tahan tubuh, bahkan hingga menurunnya kesadaran. Kalau sudah begini, mau tak mau harus dilakukan penanganan dokter secara seksama. Setelah dilakukan diagnosa, dokter bisa menentukan langkah penyembuhan yang tepat, baik dengan pemberian antibiotik saja atau harus dilakukan tindakan operasi. Bila ditemukan gejala menetesnya cairan dari putting, maka perlu dilakukan pemeriksaan yang disebut duktografi. Pemeriksaan dilakukan dengan memasukan bahan kontras, dimana akan dilakukan foto di saluran payudara, dengan demikian dapat diketahui adanya sumbatan atau polip pada saluran tersebut. Dalam kasus mastitis periductal, terkadang dilakukan juga langkah biopsi bila disertai massa tumor, minimal untuk menyingkirkan kemungkinan tumor atau kanker. Sedangkan bila ternyata ditemukan benjolan tersebut diduga suatu abses, apalagi yang mengandung nanah, maka harus dilakukan operasi berupa insisi dan drainase, yaitu operasi penyayatan dan penyaluran nanah. Perlu diingat bahwa operasi pengeluaran nanah ini harus dilakukan pada waktu yang tepat, yaitu pada saat benjolan tersebut melunak / matang agar mudah dikeluarkan.

IV. Patofiologi Pada dasarnya gejala yang timbul akibat mastitis ialah timbulnya benjolan di payudara. Benjolan/penebalan ini berwarna merah, juga terasa panas dan nyeri. Nyeri yang timbul ialah berupa rasa 'nyut-nyut' di daerah payudara, apalagi bila benjolan ini sebagai bisul yang pecah, maka penampilannya jadi mengerikan selain nyeri yang menyertainya. Rasa nyeri inilah yang merupakan perbedaan mendasar antara mastitis dan kanker payudara. Pada kanker payudara, pada awalnya pengidap tidak akan merasa nyeri sama sekali, melainkan hanya timbul benjolan. Benjolan yang ada pada mastitis bukan seperti kanker yang bentuknya keras, melainkan berupa penebalan yang berisi cairan. Radang biasanya menyerang salah satu payudara saja, tapi tidak menutup kemungkinan bisa menyebar hingga kedua payudara terinfeksi. Pada beberapa kondisi, mastitis bisa menyebabkan keluarnya cairan dari daerah puting, cairan ini berwarna putih kekuningan serupa nanah. Lain dengan kanker payudara dimana cairan yang keluar dari puting biasanya merah atau kuning kecoklatan seperti noda darah. Terkadang perasaan seperti puting tertarik juga dialami pengidap. Ada tiga jenis mastitis yaitu mastitis periductal, mastitis pueperalis, dan mastitis supurativa. Ketiga jenis mastitis ini muncul akibat penyebab yang berbeda dan muncul dalam kondisi yang juga berbeda. Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause, penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan mamary duct ectasia, yang berarti pelebaran saluran karena adanya penyumbatan pada saluran di payudara. Menurut dr. Samuel J. Haryono, SpB K Onk dari RS Kanker Dharmais, pada wanita usia 45 tahun ke atas atau pada usia memasuki menopause, beberapa pemicu reaksi peradangan ialah perubahan hormonal dan aktivitas menyusui di masa lalu. Faktor penyebab penyumbatan yang utama ialah jaringan yang mati dan air susu itu sendiri. Tumpukan jaringan mati dan air susu di saluran payudara ini menyebabkan buntunya saluran dan pada akhirnya malah melebarkan saluran

di belakangnya, yang biasanya terletak di belakang puting payudara. Hasil akhirnya ialah reaksi peradangan yang disebut mastitis periductal. Jenis kedua ialah mastitis pueperalis atau disebut juga lactational mastitis, jenis ini banyak diidap wanita hamil atau menyusui. Menurut dr. Samuel, sekitar 90 persen penyebab utama mastitis jenis ini ialah akibat kuman yang menginfeksi payudara ibu. Hal ini dikarenakan air susu merupakan media yang subur bagi pengembang biakan berbagai jenis kuman. Jenis kuman yang paling umum ditemui pada mastitis jenis ini ialah Staphylococcus aureus, yang bisa ditransmisi ke puting ibu melalui kontak langsung. Ibu yang sedang menyusui, bisa mendapatkan kuman ini dari kontak dengan mulut bayi, tapi bisa juga dilakukan penularan sebaliknya, dari ibu ke bayi melalui plasenta. "Asal kuman pastinya dari kontak langsung antara puting dengan dunia luar, baik itu dari mulut bayi atau mulut suaminya, apalagi pada orang dengan kesehatan mulut rendah seperti mulut dari pengisap rokok," tutur dokter spesialis bedah onkologi ini. Jenis terakhir ialah mastitis supurativa. Mastitis jenis ini ialah yang paling sering ditemui. Mirip dengan jenis sebelumnya, mastitis jenis ini juga disebabkan kuman staphylococcus. Selain itu bisa juga disebabkan oleh jamur, kuman TBC, bahkan sifilis. Infeksi kuman TBC memerlukan penanganan yang ekstra intensif. Bila penanganan tidak tuntas, bukan mustahil langkah mastektomi/pengangkatan payudara harus dilakukan. "Kelainan di kelenjar dan saluran payudara bisa menyebar tak terkendali dan bahkan bisa berulang kejadiannya bila penanganan tidak tuntas," tegas dokter kelahiran Yogyakarta ini. V. WOC (terlampir) VI. Pemeriksaan Penunjang - Uji Laboratorium Infeksi mastitis biasanya didindikasikan oleh peningkatan jumlah lekosit dan jumlah bakteri.

VII. Terapi Terapi pengobatan. Antibiotic yang dipesankan untuk pemakaian 10 hari penuh, sekalipun jika gejala telah reda dalam beberapa hari. Antipiretik seperti asetaminofen dan obat antiinflamasi nonsteroid juga digunakan. Dianjurkan pemberian ASI kontinu. Bila ada infeksi jamur, baik ibu dan bayi, keduanya diobati dengan nistatin selama 14 hari. Penatalaksanaan abses pada payudara. Jika terbentuk abses pada mammae, ASI an setiap drainase dikultur. Area yang mengalami abses perlu diinsisi, didrainase serta dikompres dengan kasa steril. Tindakan Pencegahan 1. Diskusikan tentang faktor-faktor pencetus 2. Gunakan teknik mencuci tangan yang baik. 3. Latih ibu tentang perawatan mammae: mencuci tangan sebelum memegang mammae atau puting susu, membersihkan mammae hanya dengan air (untuk mempertahankan lapisan minyak pelindung pada lapisan atas, pakai bra penyokong setip saat untuk menghindari stasis susu pada lobus mamae yang lebih rendah, dan mengganti bra dan pembalut mammae secara berkala 4. Memberikan tambahan pengetahuan kepada ibu, tentang teknik pemberian ASI, seperti posisi, frekuensi, dan cara melepaskan bayi dari puting mammae. 5. Memberikan perhatian khusus kepada ibu yang saluran susunya terhalang, yang dapat meningkatkan risiko terhadap mastitis. Jika Ibu Mengalami Mastitis 1. Berikan obat-obatan analgetik per oral sesuai pesanan dan obat ini biasanya diberikan sebelum menyusui, untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan. 2. Ajari ibu untuk meningkatkan frekuensi menyusui, meningkatkan asupan cairan (6-8 gelas air sehari), anjurkan teman atau anggota keluarga membantu dalam perawatan, sehingga dapat meningkatkan masa istirahat, pemberian ASI mula-mula diberikan, pada mammae yang tidak terkena,

hingga terjadi pengeluaran ASI(meningkatkan pengosongan yang komplet dari kedua mammae), memperlihatkan pengeluaran susu paling sedikit setiap 3 jam, dan memijat area mammae yang melekuk kearah puting susu selama menyusui 3. Suhu tubuh ibu biasanya dipantau setiap 4 jam, hingga infeksi dapt diatasi 4. Anjurkan ibu mengunjungi tempat pelayanan kesehatan jika tidak ada kemajuan dalam 12-14 jam atau jika demam berlangsung lama, sebaliknya ia memberi tahu penyedia asuhan kesehatan. Jika ibu sedang mengkonsumsi antibiotik dan bayi menjadi diare, sebaliknya ia menjelaskan hal ini kepada dokter. 5. Berikan motivasi jika ibu membutuhkan penghentian pemberian ASI untuk sementara, dan melatihnya mengeluarkan susu.

VIII. Pemeriksaan Fisik IX. Asuhan keperawatan Mastitis pada Ibu Postpartum A. Pengkajian Periksa mamae terhadap area kemerahan, nyeri tekan, dan pembengkakan yang terlokalisir. Pada palpasi, daerah tersebut mungkin sangat keras dan teraba panas, dan gumpalan mungkin terasa seperti sebuah batu barus yang keras. Inspeksi puting bila terdapat fisura dan keretakan karena ini merupakan jalan tempat masuk terhadap infeksi. Waspada terhadap puting yang meradang dan terasa sangat sakit, yang bisa berindikasi infeksi fungus dan yeast. Abses pada mammae tampak berupa inflamasi lokal yang nyeri, teraba keras di bawah permukaan kulit.

Kaji keadaan fisik umum ibu. Gejala yang sistematis termasuk gejala menyerupai flu: sakit kepala, malaise, nyeri otot, frekuensi nadi yang cepat, dan suhu sekitar 38.5C.

Kaji pola makan dan tidur serta tingkat stress ibu. Penurunan dalam asupan makan, serta tidur atau stress, dan aktivitas yang berlebihan dan menurunkan daya tahan ibu terhadap infeksi. Kaji riwayat untuk faktor-faktor presipiyasi saat menyusui, seperti ketidakefektifan pengosongan mammae, pembengkakan, kompresi mammae yang berasal dari pakaian atau BH yang ketat, atau perubahan yang mendadak dalam pola menyusui seperti bayi tidur sepanjang malam, dan penggunaan suplemen makanan. Inspeksi mulut bayi bila terdapat bercak putih yang dikelilingi oleh kemerahan pada membran mulut, yang berindikasi infeksi akibat Candida albicans, atau infeksi sariawan pad mulut. B. Diagnosa Yang mungkin muncul Perilaku mencari kesehatan yang berhubungan dengan kekurangan informasi tentang praktek menyusui yang tepat Resiko infeksi yang berhubungan dengan fissura dan trauman pada jaringan atau puting payudara. Menyusui yang tidak efektif yang berhubungan dengan nyeri sekunder akibat mastitis

C. Rencana Keperawatan No 1. Diagnosa Intervensi Keperawatan Menyusui 1. Menyuruh yang tidak Ibu Segera efektif yang tidur bila berhubungan menduga dengan nyeri adanya sekunder mastitis dan akibat istirahatlah mastitis dengan benar. DO: Duduk lama - Puting selama Mammae beberapa merah, jam tanpa lecet dan melakukan retakaktifitas retak dapat - Saat bayi membantu menghisa memperpen p puting dek durasi susu ibu, mastitis. ibu meringih 2. Konsumsi kesakitan echinacea DS: dan vitamin - Ibu C. mengata kan malas menyusu 3. Kompres air i bayi hangat pada karena daerah yang sakit mengalami - Ibu sumbatan mengata duktus. kan sekitar 4. Bantuan payudara pancuran air bengkak hangat dan (shower merah hangat) untuk Rasional

i. Untuk meningkatka infeksi. Jika infeks kepada dokter

ii. Membantu memper

iii. Membantu memper

iv. Membantu memper

v. Membantu memper

Kriteria mandi, akan Hasil: sangat. - Ibu tidak mengelu 5. Tetap h nyeri berikan ASI - Bengkak kepada teratasi bayi, bila - Anak gagal coba mendapa lagi, susui tkan ASI terutama adekuat payudara yang sakit sesering dan selama mungkin sehingga sumbatan tersebut lamakelamaan akan menghilang. Bila gagal gunakan pompa sedot. 6. Lakukan pemijatan terus menerus saat menyusui juga sangat membantu.

You might also like