You are on page 1of 52

BAB 1 Introduction

I. Definition
Penciptaan mesin baru yang lebih baik mesin dan meningkatkan yang sudah ada. Dalam merancang
komponen mesin, diperlukan untuk memiliki pengetahuan yang baik tentang berbagai subyek seperti :
- Matematika
- Mekanika Teknik,
- Kekuatan Bahan,
- Teori Mesin,
- Workshop Process
- Engineering drawing.

A. Yang perlu diperhatikan dalam Merancang mesin:

- Jenis beban (Load) dan Tegangan (Stress) yang disebabkan oleh Gaya gaya yang bekerja

- Gerakan Bagian mesin :
o Gerakak Curvilinear yang meliputi rotary, osilasi harmonik dan
sederhana..
o Gerakan dengan kecepatan Konstan atau variabel
o Gerakan Rectlinier : Gerakan searah atau bolak balik

- Pemilihan materials.
penting bahwa seorang desainer harus memiliki pengetahuan mendalam tentang
sifat-sifat bahan (properties of materia) dan perilaku mereka di bawah kondisi kerja
Cth : strength, durability, flexibility, weight, resistance to heat and corrosion,
ability to cast, welded or hardened, machinability, electrical conductivity, etc

- Frictional resistance and lubrication
Selalu ada kehilangan daya akibat gaya gesekan dan perlu dicatat bahwa gesekan awal adalah
lebih tinggi daripada menjalankan gesekan

- Pemakaian komponen yang standart
Penggunaan bagian standar terkait eratbiaya, karena biaya standar
atau bagian saham hanya sebagian kecil dari biaya bagian yang sama made to order

- Safety of operation
Beberapa mesin sangat berbahaya untuk Dioperasikan khususnya yang
bekerja dengan kecepatan tinggi untuk memastikan produksi pada tingkat maksimum

- Assembling
Unit yang besar seringkali harus dirakit di toko, diuji dan kemudian dibawa untuk diangkut ke
mereka tempat pelayanan.


B. System of Units
1. C.G.S. units,
2. F.P.S. units, (Foot-pound-second)
3. M.K.S. units,
4. S.I. units

C. Junis Gaya dan beban
o Masa
o Berat
o Inertia
o Gaya : an agent, which produces or tends to produce, destroy or tends to destroy
motion.
o Momen : Moment of a force = F l


o Kopel


o Memontum Angular

o Torsi : Gaya yang bekerja secara tegak lurus terhadap garis yang melalui titik pusat
lingkaran


.



D. Material
a. Metal : Ferous metal (iron, cast iron), Non ferous metal (alumunium, tembaga dll)
b. Non Metal : Plastik, karet, keramik,

Mechanical Properties of Metals (Sifat mekanin bahan)

Strength : adalah kemampuan suatu material untuk menahan gaya eksternal tanpa
merusak material tersebut. Resistansi internal yang dilakukan oleh bagian material untuk
menahan gaya eksternal yang diterapkan disebut stress

Stiffness : kemampuan suatu material untuk menahan deformasi . ukuran kekakuan
(stifness) adalah Modulus elastisitas

Elasticity : kemampuan material untuk mendapatkan kembali bentuk aslinya setelah
terjadi deformasi setelah kekuatan eksternal dihapus

Plasticity : kemampuan dari bahan untuk mempertahankan deformasi ketika terjadi
pembebanan secara permanen.

Ductility : Kemampuan dari bahan yang memungkinkan untuk ditarik menjadi kawat
dengan aplikasi dengan kekuatan tarik

Brittleness :Sifat dari bahan yang mudah pecah (rapuh) hanya dengan distorsi permanen
sedikit. Bahan rapuh ketika mengalami beban tarik

Fatigue : Ketika material mengalami tegangan berulang yang akhirnya rusak pada pembebanan
yang besarnya masih dibawah kekuatan material yang sebenarnya. Jenis kegagalan material ini
dikenal sebagai Fatique atau kelelahan

Hardness : Sifat yang sangat penting dari logam dan memiliki berbagai macam arti seperti
ketahanan untuk dipakai menggaruk, kemampuan logam untuk memotong logam lain

II. Manufacturing
A. Manufacturing Processes
o Primary shaping processes : The common operations used for this process are casting,
forging, extruding, rolling, drawing, bending, shearing, spinning, powder metal forming,
squeezing
o Machining processes : Proses yang digunakan untuk memberikan bentuk akhir terhadap
komponen mesin
o Surface finishing processes : Proses yang digunakan untuk memberikan bentuk
permukaan akhir yang baik untuk komponen mesin
o Joining processes : Proses yang digunakan untuk bergabung dengan komponen mesin
o Processes effecting change in properties : Proses ini digunakan untuk memberikan sifat
yang spesifik tertentu untuk komponen mesin sehingga membuat mereka cocok untuk
digunakan operasi tertentu



BAB 2 Tegangan tegangan sederhana
Dalam praktek rekayasa (engineering) , biasanya bagian-bagian mesin akan mengalami berbagai macam
gaya (force) yang disebabkan oleh salah satu atau lebih dari hal berikut :
- Transimisi daya
- Berat mesin
- Gesekan
- Inersia dari bagian yang bergerak bolak balik
- Perubahan suhu
- Ketidak seimbangan bagian yang tidak bergerak

A. Beban (Load)
Didefinisikan sebagai kekuatan eksternal yang bekerja atas suatu
bagian mesin
- steady load
- variable load
- shock loads.
- Impact load

B. Tegangan (Stress)
Ketika suatu gaya/beban eksternal bekerja pada bagian komponen, maka akan timbul kekuatan
internal (sama dan berlawanan) yang yang terjadi pada bagian tersebut, yang menahan
kekuatan eksternal.
Gaya internal per satuan luas tersebut dikenal sebagai Tegangan / stress



Dalam Satuan Internasional (SI)
1 Pa = 1 N/m
2
1 MPa = 1 x 10
6
N/m
2
= 1 N/mm
2

1 Gpa = 1 x 109 N/m
2
= 1 kN/mm
2


C. Strain
Ketika kekuatan atau beban bekerja pada komponen,maka komponen akan mengalami
deformasi . deformasi per satuan panjang ini disebut sebagai (Regangan/strain) .



D. (Tegangan tarik) Tensile Stress
Ketika Sebuah benda dikenai dua gaya aksial yang sama besar dan berlawanan menarik
P(jugadisebut beban tarik) maka tegangan akan terjadi pada setiap bagian bendat tersebut. Hal
ini dikenal sebagai tegangan tarik




E. Beban tarik (Tensile Strain)
karena beban tarik yang bekerja pada sebuah benda, maka akan ada
penurunan ukuran luas penampang dan peningkatan panjang benda. Rasio peningkatan
panjang dengan panjang aslinya dikenal sebagai regangan tarik (tensile strain)





F. Beban tekan (Compresive Stress )
Ketika benda dikenai dua gaya aksial P yang sama dan berlawanan arah dan saling mendorong
disebut juga beban tekan (compresive load)

G. Regangan tekan (Kompresive Strain)
karena beban tekan yang bekerja pada sebuah benda, maka akan ada peningkatan luas
penampang dan penurunan panjang. Rasio dari penurunan panjang dengan panjang awal
dikenal sebagai regangan tekan (compresive strain)





Modulus Young atau Modulus Elastisitas
Hukum Hooke menyatakan bahwa ketika suatu material dibebani tidak melebihi pada batas
elastisitasnya, tegangan secara langsung sebanding dengan regangan



H. Tegangan Geser (Shear Stress ) dan Regangan Geser (Shear Strain)
Ketika benda dikenai dua gaya yang sama besar dan berlawanan arah (P).
dan gaya tersebut bekerja dalam arah tangensial terhadap permukaan yang terbebani, maka
benda cenderung akan terputus pada bagian yang terbebani. Teganan ini disebut tegangan
geser (shear stress) dan perubahan dimensi pada bagian ini disebut regangan geser (shear
strain)
Simbol tegangan geser = tau () , Simbol regangan geser = phi ()






** Tegangan geser yang terjadi seperti pada pake keling seperti pada gambar termasuk kategori
tegangan geser tunggal

Luas Penampang yang menerima tegangan adalah :



A = Luas penampang
d = Diameter

Sehingga Tegangan geser pada sambunga keling tunggal adalah



= Tegangan geser
P = Gaya

Untuk tegangan geser ganda


Luas Penampang A =

Sehingga


*** Ketika harus dibuat lubang pada plat dengan cara dipres atau dibor, maka alat yang
digunakan harus dapat mengatasi resistensi gaya geser plat tersebut.
Jika diameter lubang adalah d dan ketebalan plat t maka luas area tegangan geser adala


Dan Gaya yang dibutuhkan untk melubanbgi plat adalah


u
= Tegangan geser maksimum plat

Modulus Regiditas
Tegangan geser secara langsung sebanding dengan regangan geser atau

atau atau
Dimana
= Tegangan geser
= Regangan geser
C = Modulus Rigiditas

I. Tegangan kerja (Working stress)
Ketika merancang bagian-bagian mesin, selalu diinginkan untuk menjaga agar tegangan yang
terjadi harus lebih rendah daripada tegangan maksimum dari material. Tegangan ini dikenal
sebagai tegangan kerja atau desain stres. Atau juga dikenal sebagai Safe atau Tegangan yang
diijinkan

Factor of Safety
Didefinisikan secara umum sebagai rasio tegangan maksimum terhadap tegangan kerja


Bab 4
Sambungan Las


Las adalah jenis sambungan Permanen yang dilakukan melalui penggabungan tepian dari 2
bagian yang akan disambungkan. Proses bisa dilakukan dengan atau tanpa adanya tekanan
(preasure) dan material pengisi (filler)

Keuntungan las
- Struktur las biasanya lebih ringan
- Sambungan las memberikan efisiensi maksimum (mungkin 100%)
- Perubahan dan penambahan dapat dengan mudah dibuat dalam struktur yang ada
- Sebagai struktur, las halus dalam penampilan,
- Pada sambungan las, tidak terjadi pelemahan bagian2 sambungan
- Sambungan las memiliki kekuatan yang besar
- Dapat menyambung benda2 yang memiliki bentuk melingkar, seperti pipa baja (rumit)
- Sambungannya rigid (kaku)
- Dimungkin melakukan pengelasan pada setiap titik di setiap bagian
- Pengerjaan las lebih cepat

Kerugian :
- Karena ada proses pemanasan & pendinginan dapat menimbulkan tegangan-tegangan
tambahan pada material atau ganguan lainnya
- Memerlukan tenaga kerja dengan keahlian tinggi
- Dapat terjadi retakan pada sambungan
- Proses pengecekan las cukup rumit

Jenis jenis las

- Fussion welding : Proses pengelasan yang menggunakan panas.
Menggunakan filler yang berupa logam cair. Biasanya komposisi filler menyerupai
komposisi logam yang akan disambung.
Jenis Fussion Welding:
- Thermit Welding : Filler yang digunakan merupakan campuran besi oksida dan
alumunium,yang juga disebut thermit.
Biasa digunakan untuk menyambung komponen yang besar: Rel kereta chasis trailer dll
- Gas Welding : Gas welding dibuat dengan menyalakan api dari oxy acetylene atau gas
hidrogen. Api digunakan untuk memanaskan tepian material yang akan disambung.
- Electric Arc Welding: memiliki cara yang hampir sama dengan las gas, tetapi
menggunakan filler logam yang berasal dari elektroda.
- Forge Welding :, bagian-bagian yang akan disambung terlebih dahulu dipanaskan sampai
suhu yang tepat dalam tungku dan kemudian ditempa/dipalu



Jenis2 sambungan las

1) Lap Joint / Fillet joint



1. Single transverse fillet, 2. Double transverse fillet, and 3. Parallel fillet joints.



2) Butt Joint



Kekuatan sambungan Transverse Fillet Joint

Lap joint/ fillet joint dirancang untuk dapat menahan beban tensil.




untuk menentukan kekuatan sendi fillet, diasumsikan bahwa bagian dari fillet adalah
tepat di siku segitiga ABC dengan AC miring membuat sudut yang sama dengan lainnya dua sisi
AB dan BC


t = Throat thickness (BD),
s = Leg or size of weld, = Thickness of plate, and
l = Length of weld,

Throat thickness : t = s sin 45 = 0.707 s
Minimum area of the weld or throat area,
A = Throat thickness Length of weld = t l = 0.707 s l

Jika
t
adalah tegangan tarik yang diijinkan untuk las logam,
maka kekuatan tarik sambungan untuk las fillet tunggal,

P = Throat area Allowable tensile stress = 0.707 s l
t


dan kekuatan tarik sambungan untuk las fillet ganda ;
P = 2 0.707 s l
t
= 1.414 s l
t

Note: Since the weld is weaker than the plate due to slag and blow holes, therefore the weld is given a
reinforcement which may be taken as 10% of the plate thickness

Kekuatan sambungan paralel fillet joint

Sambungan paralel fillet dirancang untuk menahan beban yang menimbulkan tegangan geser yang
besar.

Kita telah bahas dalam artikel sebelumnya, bahwa ,
- Throat thickness minimum A = 0,707 s l



Jika adalah tegangan geser yang diijinkan untuk logam las

- Tegangan geser of the joint for double parallel fillet weld :

P = 2 0.707 s l = 1.414 s l



Jika sambungan merupakan kombinasi transverse dam paralel seperti ditunjukkan pada Gambar. 10,8
(b), maka kekuatan sambungan adalah jumlah kekuatan transverse dan parale fillet.

P = (0.707x s l
1

t
)+ (1.414 x s l
2
)





Contoh :
Sebuah plat lebar 100 mm dan tebal 10 mm yang akan dilas ke plat lain dengan cara
fillet paralel ganda. Lempeng plat2 tersebut dikenakan beban statis 80 kN. Hitung panjang lasan jika
tegangan geser yang diizinkan dalam lasan tidak melebihi 55 MPa
Solution.
Given: Lebar = 100 mm ; Tebal = 10 mm ; P = 80 kN = 80 10
3
N ;
= 55 MPa = 55 N/mm
2

Let l = Length of weld, and s = Size of weld = Plate thickness = 10 mm

We know that maximum load which the plates can carry for double parallel fillet weld (P)

P = 2 0.707 s l
= 1.414 x s l

80 10
3
= 1.414 s l = 1.414 10 l 55
80 10
3
= 778 l
l = 80 10
3
/ 778 = 103 mm

Tambahkan 12,5 mm untuk area mulai dan area akhir las,
l = 103 + 12,5 = 115,5 mm


KeKuatan Butt Joint

Butt joint adalah sambungan yang biasa digunakan untuk menahan tarikan atau tekanan





Kekuatan tarik pada butt joint (single-V or square butt joint)

P = t l
t


l = Length of weld

Untuk double-V butt joint P = (t
1
+ t
2
) l
t


t
1
= Throat thickness at the top, and
t
2
= Throat thickness at the bottom.



Contoh Soal:
A plate 100 mm wide and 12.5 mm thick is to be welded to another plate by means of parallel fillet
welds. The plates are subjected to a load of 50 kN. Find the length of the weld so that the maximum
stress does not exceed 56 MPa. Consider the joint first under static loading and then under fatigue
loading

Sebuah pelat 100 mm lebar dan tebal 12,5 mm yang akan dilas ke piring lain melalui lasan fillet paralel.
Lempeng dikenakan beban 50 kN. Cari panjang lasan sehingga tegangan maksimum tidak melebihi 56
MPa. Pertimbangkan sendi pertama di bawah pembebanan statis dan kemudian di bawah beban sikli

Solution. Given:
Lebar = 100 mm ; Tebal = 12.5 mm ; P = 50 kN = 50 10
3
N ; = 56 MPa = 56 N/mm
2

Panjang lasan untuk pembebanan statis
Jika l = Panjang las, dan
s = Ukuran las = ketebalan pelat = 12,5 mm

P = 1.414 x s l
50 10
3
N = 1.414 x s l
50 10
3
N = 1.414 12.5 l 56
50 10
3
N = 990 l
l = 50 10
3
/ 990 = 50.5 mm

Tambahkan 12,5 mm
l = 50.5 + 12.5 = 63 mm

Panjang lasan untuk loading kelelahan

From Table 10.6, we find that the stress concentration factor for parallel fillet welding is 2.7.
Permissible shear stress, = 56 / 2.7 = 20.74 N/mm
2

We know that the maximum load which the plates can carry for double parallel fillet welds
(P) = 50 10
3
= 1.414 s l = 1.414 12.5 l 20.74 = 367 l
l = 50 10
3
/ 367 = 136.2 mm

Adding 12.5 for starting and stopping of weld run, we have
l = 136.2 + 12.5 = 148.7 mm

Contoh Soal:
A plate 75 mm wide and 12.5 mm thick is joined with another plate by a single transverse weld and a
double parallel fillet weld as shown in Fig. 10.15. The maximum tensile and shear stresses are 70 MPa
and 56 MPa respectively. Find the length of each parallel fillet weld, if the joint is subjected to both
static and fatigue loading

Sebuah pelat 75 mm lebar dan tebal 12,5 mm bergabung dengan piring lain oleh las melintang tunggal
dan fillet lasan paralel ganda seperti ditunjukkan pada Gambar. 10.15. Tarik maksimum dan tegangan
geser adalah masing-masing 70 MPa dan 56 MPa. Cari panjang setiap fillet lasan paralel, jika sendi
dibebani oleh beban statis dan kelelahan



Solution :
Given : Width = 75 mm ; Thickness = 12.5 mm ; = 70 MPa = 70 N/mm
2
;
= 56 MPa = 56 N/mm
2
.
The effective length of weld (l
1
) for the transverse weld may be obtained by subtracting
12.5 mm from the width of the plate.
l
1
= 75 12.5 = 62.5 mm

Length of each parallel fillet for static loading

Let l
2
= Length of each parallel fillet.

We know that the maximum load which the plate can carry is
P = Area Stress = 75 12.5 70 = 65 625 N

Load carried by single transverse weld,
P
1
= 0.707 s l
1

t
= 0.707 12.5 62.5 70 = 38 664 N

and the load carried by double parallel fillet weld,
P
2
= 1.414 s l
2
= 1.414 12.5 l
2
56 = 990 l
2
N

Load carried by the joint (P) = 65 625 = P
1
+ P
2
= 38 664 + 990 l
2

l
2
= 27.2 mm

Adding 12.5 mm for starting and stopping of weld run, we have
l
2
= 27.2 + 12.5 = 39.7 say 40 mm

Length of each parallel fillet for fatigue loading

the stress concentration factor for transverse welds is 1.5 and for parallel fillet welds is 2.7.

Permissible tensile stress,
t
= 70 / 1.5 = 46.7 N/mm
2

and permissible shear stress, = 56 / 2.7 = 20.74 N/mm
2

Load carried by single transverse weld,
P
1
= 0.707 s l
1

t
= 0.707 12.5 62.5 46.7 = 25 795 N

and load carried by double parallel fillet weld,
P
2
= 1.414 s l
2
= 1.414 12.5 l
2
20.74 = 366 l
2
N

Load carried by the joint (P) = 65 625 = P
1
+ P
2
= 25 795 + 366 l
2

l
2
= 108.8 mm

Adding 12.5 mm for starting and stopping of weld run, we have
l
2
= 108.8 + 12.5 = 121.3 mm






Sambungan Skrup

Sebuah sambungan skrup biasanya terrdiri dari dua buah elemen yaitu baut dan mur. Sambungan skrup
biasanya digunakan pada bagian mesin yang membutuhkan kegiatan bongkar pasang yang cukup sering.

Keuntungan
1. Sangat dapat diandalkan
2. Sangat mudah untuk dibongkar pasang
3. Tersedia banyak jenis sambungan untuk berbagai macam kebutuhan
4. Memiliki biaya yang rendah

Kerugian
Konsentrasi tegangan pada bagian berulir yang juga meruapakan titik yang sangat rentan terhadap
beban variabel


Diameter Mayor : Diameter terbesar dari ulir skrup ( ulir luar dan ulir dalam)
Diameter Minor : Diameter terkecil dari ulir skruo (ulir luar dan ulir dalam)
Diameter Pirtch : Diameter imajiner
Pitch : Jarak antara ulir yang dihitung dalam arah aksial
Crest : Bagian puncak ulir
Root : Bagian dasar dari ulir
Kedalama Ulir : Jarak antara Crest dan root
(Depth of thread)
Sudut Ulir : Sudut ulir
(angel of thread)
Slope : Jarak setengan pitch


Ulir




Bentuk umum sambungan skrup

Through bolt adalah sambungan skrup yang dibuat dengan cara melubangi dua bagian yang akan diikat
bersama-sama ,
Dimana pada ujung bagian atas mur dipasang baut yang dapat mengencangkan sambungan tersebut



Tap bolt adalah sambungan dengan membuat ulir dalam pada salah satu bagian yang akan disambung,
kemudian ditanamkan batang yang berulir kedalamnya. Mur dipasang kemudian

Stud Salah satu bagian yang akan disambung memiliki ulir tap (ulir dalam), untuk mengencangkan
sambungan digunakan baut yang dikencangkan


Ukuran baut dinyatakan dengan lambang M yang diikuti oleh diamete X pitch. (kadang ukuran pitch
tidak disertakan) cth: M 5 ; M 12

Merangcang baut

Tegangan tegangan yang timbul pada sambungan skrup akibat beban statis
1. Teganan internal pada proses pengencangan
2. Tegangan yang terjadi akibat beban eksternal
3. Tegangan yang terjadi yang merupakan kombinasi dari beban eksternal dan proses
pengencangan












Perhitungan Pembebanan Pada Poros
shaft
Shaft (poros) adalah elemen mesin yang digunakan untuk mentransmisikan daya dari satu tempat
ke tempat lainnya. Daya tersebut dihasilkan oleh gaya tangensial dan momen torsi yang hasil
akhirnya adalah daya tersebut akan ditransmisikan kepada elemen lain yang berhubungan dengan
poros tersebut. Poros juga merupakan suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya
berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel,
engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya. Poros bisa menerima beban lenturan, beban
tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu
dengan lainnya.
J enis-J enis Poros
A. Berdasarkan pembebanannya
- Poros transmisi (transmission shafts)
Poros transmisi lebih dikenal dengan sebutan shaft. Shaft akan mengalami beban puntir
berulang, beban lentur secara bergantian ataupun kedua-duanya. Pada shaft, daya dapat
ditransmisikan melalui gear, belt pulley, sprocket rantai, dll.
- Poros Gandar
Poros gandar merupakan poros yang dipasang diantara roda-roda kereta barang. Poros
gandar tidak menerima beban puntir dan hanya mendapat beban lentur.
- Poros spindle
Poros spindle merupakan poros transmisi yang relatip pendek, misalnya pada poros
utama mesin perkakas dimana beban utamanya berupa beban puntiran. Selain beban
puntiran, poros spindle juga menerima beban lentur (axial load). Poros spindle dapat
digunakan secara efektip apabila deformasi yang terjadi pada poros tersebut kecil.
B. Berdasarkan bentuknya
- Poros lurus
- Poros engkol sebagai penggerak utama pada silinder mesin



Sifat-Sifat Poros Yang Harus Diperhatikan
- Kekuatan poros
Poros transmisi akan menerima beban puntir (twisting moment), beban lentur (bending
moment) ataupun gabungan antara beban puntir dan lentur. Dalam perancangan poros perlu
memperhatikan beberapa faktor, misalnya : kelelahan, tumbukan dan pengaruh konsentrasi
tegangan bila menggunakan poros bertangga ataupun penggunaan alur pasak pada poros tersebut.
Poros yang dirancang tersebut harus cukup aman untuk menahan beban-beban tersebut.
- Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup aman dalam menahan
pembebanan tetapi adanya lenturan atau defleksi yang terlalu besar akan mengakibatkan
ketidaktelitian (pada mesin perkakas), getaran mesin (vibration) dan suara (noise). Oleh karena
itu disamping memperhatikan kekuatan poros, kekakuan poros juga harus diperhatikan dan
disesuaikan dengan jenis mesin yang akan ditransmisikan dayanya dengan poros tersebut.
- Putaran kritis
Bila putaran mesin dinaikan maka akan menimbulkan getaran (vibration) pada mesin
tersebut. Batas antara putaran mesin yang mempunyai jumlah putaran normal dengan putaran
mesin yang menimbulkan getaran yang tinggi disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada
turbin, motor bakar, motor listrik, dll. Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi dapat
mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan poros
perlu mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah dari putaran
kritisnya.
- Korosi
Apabila terjadi kontak langsung antara poros dengan fluida korosif maka dapat
mengakibatkan korosi pada poros tersebut, misalnya propeller shaft pada pompa air. Oleh karena
itu pemilihan bahan-bahan poros (plastik) dari bahan yang tahan korosi perlu mendapat prioritas
utama.
C. Material poros
Material yang biasa digunakan dalam membuat poros adalah carbon steel (baja karbon), yaitu
carbon steel 40 C 8, 45 C 8, 50 C 4, dan 50 C 12. Namun, untuk poros yang biasa digunakan
untuk putaran tinggi dan beban yang berat pada umumnya dibuat dari baja paduan (alloy steel)
dengan proses pengerasan kulit (case hardening) sehingga tahan terhadap keausan. Beberapa
diantaranya adalah baja khrom nikel, baja khrom nikel molebdenum, baja khrom, baja khrom
vanadium, dll. Sekalipun demikian, baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika alasannya
hanya karena putaran tinggi dan pembebanan yang berat saja. Dengan demikian perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan jenis proses heat treatment yang tepat sehingga akan diperoleh
kekuatan yang sesuai.
D. Perhitungan Poros
1. Pembebanan tetap (constant loads)
.: Untuk Poros yang hanya terdapat momen puntir saja

Dimana :
T = Momen puntir pada poros, J = Momen Inersia Polar, r = jari-jari poros = d
o
/2, = torsional
shear stress
- Untuk poros solid (solid shaft), dapat dirumuskan :

Sehingga momen puntir pada poros adalah:


- Sedangkan momen inersia polar pada poros berongga (hollow shaft) digunakan :

Dimana d
o
dan d
i
adalah diameter luar dan dalam
r = do / 2
Substituting these values in equation (i), we have

Dengan mensubstitusikan, d
i
/d
o
= k
k = Ratio of inside diameter and outside diameter of the shaft


Maka didapat,


Daya yang ditransmisikan oleh poros dapat diperoleh dari :

Dimana : P = daya (W), T = moment puntir (N.m), N = kecepatan poros (rpm)
Untuk menghitung sabuk penggerak (belt drive), dapat digunakan :

Dimana :
T
1
dan T
2
: tarikan pada sisi kencang (tight) dan kendor (slack).
R = jari-jari pulley
Cth soal
1).Sebuah poros berputar pada 200 rpm untuk mengirimkan daya sebesar 20 kW. Poros dapat
diasumsikan terbuat dari baja ringan dengan tegangan geser yang diijinkan 42 MPa. Tentukan diameter
poros, abaikan momen lentur pada poros


2).Sebuah poros solid mentransmisi daya sebesar 1 MW pada 240 r.p.m. Tentukan diameter
poros jika torsi maksimum ditransmisikan melebihi rata-rata torsi sebesar 20%. Ambil tegangan
geser maksimum yang diijinkan sebagai 60 MPa




.: Untuk Poros yang hanya terdapat bending momen saja

Dimana :
M = momen lentur pada poros, I = momen inersia,
b
= bending stress, y = jari-jari poros = d/2
- Untuk poros solid (solid shaft), besarnya momen inersia dirumuskan :

Substituting these values in equation (i),

From this equation, diameter of the solid shaft (d) may be obtained
- Sedangkan untuk poros berongga (hollow shaft), besarnya momen inersia dirumuskan :

Again substituting these values in equation (i), we have.

Cth soal
Sepasang roda gerbong kereta api membawa beban 50 kN pada setiap dudukan poros,
yang bekerja pada jarak 100 mm di luar wheel base. Lebar rel adalah 1,4 m. Cari
diameter poros antara roda, jika stres tidak melebihi 100 MPa.


A little consideration will show that the maximum bending moment acts on the wheels at C and
D. Therefore maximum bending moment,


.: Untuk Poros dengan kombinasi momen lentur dan momen puntir
Jika pada poros tersebut terdapat kombinasi antara momen bending dan momen puntir maka
perancangan poros harus didasarkan pada kedua momen tersebut. Banyak teori telah diterapkan
untuk menghitung elastic failure dari material ketika dikenai momen lentur dan momen puntir,
misalnya :
- Maximum shear stress theory atau Guests theory: Teori ini digunakan untuk material yang
dapat diregangkan (ductile), misalnya baja lunak (mild steel).
- Maximum normal stress theory atau Rankines theory: Teori ini digunakan untuk material yang
keras dan getas (brittle), misalnya besi cor (cast iron).
Terkait dengan Maximum shear stress theory atau Guests theory bahwa besarnya maximum
shear stress pada poros dirumuskan :
Dengan mensubtitusikan nilai
b
dan , didapat:

Substituting the values of and
b
from previous equation

Atau
Pernyataan dikenal sebagai equivalent twisting moment yang disimbolkan dengan T
e

sehingga dapat disimpulkan bahwa :

Selanjutnya, berdasarkan maximum normal stress theory, didapat :




Dengan cara dan proses yang sama seperti sebelumnya, maka akan didapatkan

Cth;
Sebuah poros cirkular solid dikenakan momen lentur sebesar 3000 Nm dan torsi 10.000 N-m.
Poros terbuat dari baja 45 C 8 yang memiliki tegangan tarik utama sebesar 700 MPa dan
tegangan geser utama 500 MPa. Dengan asumsi faktor keamanan sebagai 6, menentukan
diameter poros
Jawab








2. Pembebanan berubah-ubah (fluctuating loads)
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai pembebanan tetap (constant loads)
yang terjadi pada poros. Dan pada kenyataannya bahwa poros justru akan mengalami
pembebanan puntir dan pembebanan lentur yang berubah-ubah. Dengan mempertimbangkan
jenis beban, sifat beban, dll. yang terjadi pada poros maka ASME (American Society of
Mechanical Engineers) menganjurkan dalam perhitungan untuk menentukan diameter poros
yang dapat diterima (aman) perlu memperhitungkan pengaruh kelelahan karena beban berulang.
Dalam hal ini untuk momen puntir digunakan factor koreksi K
t
dan untuk momen bending
digunakan factor koreksi K
m
. Sehingga persamaan untuk Te dan Me menjadi,



Tabel 1 :factor koreksi
3. Menentukan nilai safety factor
Untuk menentukan safety factor (n
s
) pada poros, kami menggunakan metode Pugsley.
Penentuan safety factor (n
s
) dengan menggunakan metode Pugsley dapat ditentukan melalui
persamaan:

dimana :
n
sx
= safety factor untuk karakteristik A,B, dan C
A = kualitas material, pembuatan, perawatan, dan pemerikasaan
B = kontrol dari beban berlebih yang diberikan ke alat
C = ketelitian dari analisa beban, data percobaan atau mengalami kemiripan dengan alat yang
sejenis.
n
sy
= safety factor untuk karakteristik D dan E
D = Bahaya ke manusia
E = Dampak Ekonomi
Tabel 1.1 memberikan harga n
sx
untuk berbagai kondisi A,B, dan C. Untuk menggunakan tabel
ini, digunakan beberapa karakterisrik untuk keterangan-keterangan seperti Very Good (vg),
Good (g), Fair (f), atau Poor (p). Tabel 1.2 memberikan harga n
sy
untuk berbagai kondisi D dan
E. Untuk menggunakan tabel tersebut, digunakan salah satu karekteristik seperti Very serious
(vs), Serious (s), atau Not serious (ns). Menempatkan harga dari n
sx
dan n
sy
dalam persamaan
diatas menghasilkan harga safety factor.
Penentuan harga A, B, C, D, dan E:
- A = vg, karena poros merupakan salah satu komponen terpenting
- B = g, karena poros hanya menerima beban yang konstan.
- C = g, perhitungan yang akurat dalam merancang poros. Akan tetapi banyak variable yang tidak
diketahui sehingga banyak menggunakan asumsi
- D = vs, karena tidak ada factor yang membahayakan bagi pengguna.
- E = ns, karena tidak ada perkara hukum.
Tabel 1.1
Karakteristik safety faktor A, B, dan C
vg = very good
g = good
f = fair
p = poor

Tabel 1.2
Karakteristik safety faktor D dan E
ns = not serious
s = serious
vs = very serious


















BAB VII
KOPLING

A. Kopling Poros
Ukuran terpanjang poros pada alat transportasi adalah 7 m agar didapatkan poros yang lebih
panjang maka poros dapat disambungkan dengan bantuan kopling.
Penggunaan kopling pada mesin adalah:
1. Untuk menyambungkan poros dari beberapa unit yang dibuat secara terpisah seperti motor dan
generator
2. Memberikan pleksibilitas mesin
3. Mengurangi beban kejutan pada transmisi antar poros
4. Melindungi mesin dari pembebanan berlebihan.
5. Merubah karakter getaran unit yang berputar.
Syarat-syarat Kopling :
1. Mudah memasang dan melepaskannya
2. Dapat mentransmisikan daya dengan penuh
3. Dapat menyanga poros dengan posisi yang tepat
4. Tidak ada bagian yang menonjol

B. Jenis-jenis Kopling
1. Kopling Kaku
Kopling kaku digunakan untuk menyambungkan dua poros yang sejajar, beberapa tipe kopling kaku
:
a. Kopling sleeve (lengan) atau kopling sarung
b. Kopling kompresi
c. Kopling flens
2. Kopling Fleksibel
Kopling fleksibel digunakan untuk menghubungkan sambungan angular dan lateral. Beberapa
macam kopling fleksibel:
a. Kopling tipe bushed pin
b. Kopling universal
c. Kopling oldham




C. Kopling Sleeve atau Kopling Muff
Kopling sleeve atau kopling muff adalah jenis kopling kaku yang paling sederhana, dibuat dari baja
cor. Pada kopling ini adalah silinder berlubang dengan ukuran diameter dalam sama dengan ukuran
poros. Kedua ujung poros disambungkan kedalam kopling ini dengan bantuan pasak kepala gib, seperti
pada gambar dibawah. Gaya yang ditransmisikan oleh kopling ini dilakukan oleh sleeve dan pasak. Oleh
karena itu seluruh bagian harus kuat menahan beban puntiran. Ukuran proposional kopling sleeve baja
cor adalah
diameter terluar adalah mm d D 13 2 + =
panjang sleeve adalah L = 3,5 d , d adalah diameter poros

Gambar 7.1
Prosedur yang harus ditaati dalam perancangan kopling sleeve
(1) Kopling didesain berdasarkan ukuran ujung poros
T = Torsi yang ditransmisikan
F
s1
= Tegangan geser ijin bahan besi cor. Angka yang aman untuk tegangan geser besi cor adalah
140 Kg/cm
2

Torsi yang ditransmisikan poros adalah
|
.
|

\
|
= =
|
|
.
|

\
|
=
D
d
k k D f T
D
d D
f T
s s
) 1 (
16 16
4 3
1
4 4
1
t t

(2) Desain untuk pasak kopling sama dengan pada artike13.8 pada (kurmi dan gupta). Keterbalan dan
lebar pasak kopling disediakan oleh persamaan. Panjang kopling setidaknya sama dengan panjang
sleeve. Pasak kopling biasa dibuat dalam dua bagian, panjang setiap pasak pada setiap poros
2
5 , 3
2
d L
l = =


Pemeriksaan dengan perhitungan tegangan geser
2
d
x lxwxf T
s
=

Contoh 7.1 Desainlah sebuah muff kopling untuk menghubungkan dua buah poros yang
mentransmisiskan daya 50 hp pada 120 rpm. Tegangan geser ijin bahan mild steel 300kg/cm
2
dengan
teganagan tarik 800kg/cm
2
. Muff terbuat dari bahan dengan tegangan geser ijin 150 kg/mm
2
. Asumsi
torsi maksimum adalah 25% dari torsi utama.

Diketahui:
P = 50 hp
N = 120 rpm
F
s
= 300 kg/cm
2

F
c
= 800 kg/cm
2

F
sl
= 150 kg/cm
2

Jawab :
kgm x T T
kgm
x
x
N
Px
T
mean
mean
5 , 372 298 25 , 1 25 , 1
298
120 2
4500 500
2
4500
max
= = =
= = =
t t

a. Desain poros
cm cm
x
x
f
T
d
d f T
s
s
9 58 , 8
300
37250 16 16
16
3
3
max
3
max
~ = = =
=
t t
t

b. Desain sleeve
cm x d L
cm x cm d D
5 , 31 9 5 , 3 5 , 3
5 , 19 3 , 1 9 2 3 . 1 2
= = =
~ + = + =



Pengecekan tegangan geser pada muff
( ) ( )
2
4 4 4 4
4 4
/ 8 , 26
9 5 , 19
5 , 19 37250 16 16
16
cm kg
x x
d D
Td
f
D
d D
f T
sl
sl
=

=
|
|
.
|

\
|
=
t t
t

c. Desain pasak
Dari tabel 13.1 (Machine Design, Khurmi & Gupta), lebar dan ketebalan pasak untuk poros dengan
diameter 90 mm, w = 28 mm, t = 16 mm
Panjang pasak pada setiap poros
cm
L
l 75 , 15
2
3 , 31
2
= = =
Pengujian tegangan geser pada pasak
2 max
/ 7 , 187
9 8 , 2 75 , 15
37250 2
. .
2
2
. .
cm kg
x x
x
d w l
T
f
d
f w l T
s
s mak
= = =
=

Pengujian berdasarkan patahan pada pasak
2
max
/ 657
9 6 , 1 75 , 15
37250 4
. .
4
2 2
cm kg
x x
x
d t l
T
f
d
x xf
t
l T
mak
s
c
= = =
=


D. Kopling Kompresi atau Clamp
Kopling ini diketahui sebagai bagian dari muff kopling, muff dibuat yang terdiri dari dua bagian
seperti pada gambar. Setengah bagaian muff terbuat dari besi cor. Ujung poros dibuat terbatasi oleh
masing-masing pasak. setengah bagian muff dipasang secara tepat dari bawah dan setengah bagian
yang lainnya ditempatkan diatas.

Gambar 7.2

Kedua bagian dipasangkan bersamaan dengan pin mild steel atau baut. Jumlah baut yang
dipasangkan dua empat atau enam buah. Baut yang dipasangkan mencapai muff yang dicetak. kopling
jenis ini adalah dapat digunakan pada pembebanan yang kerat pada kecepatan putaran yang moderat.
Keunggulan dari jenis kopling ini adalah penempatan posisi poros tidak perlu diubah pada perakitan
mesin. Perhitungan secara proposional kopling ini adalah
D = 2d+13mm, diamana L = 3,5 d
Pada clamp atau kopling kompresi, daya yang ditransmisikan poros dihasilkan oleh pasak dan
gesekan antara muff dan poros.


1. Desain muff dan pasak
Muff dan pasak didesain seperti pada kopling muff
2. Desain baut clamping
T = torsi yang ditransmisikan
d = diameter poros
d
b
= diameter efektif baut
n = jumlah baut
f
t
= tegangan geser ijin bahan baut
= koefisien gesek antara muff dengan poros
L = panjang muff
Gaya yang dipikul untuk setiap baut
=
t b
xf d
2
4
t

Gaya setiap baut pada kedua sisi
=
2 4
2
n
xf d
t b
t

Tekanan pada poros dan permukaan muff selama pembebanan

d L
n
x xf d
luas
gaya
P
t b
.
2
1
2 4
2
t
= =
Gaya gesek diantara poros dan muff
uas xtekananxl F =
n f d dL
Ld
n
f d
dL P F
t b
t b
8 2
1
2
1
2 4
2
1
2
2
t
t
t
t = = =
Puntiran yang dapat ditransmisikan oleh kopling
d n f d
d
F T
t b
2
2
16 2

t
= X =

Contoh 7.2 Desainlah sebuah kopling clamp yang mentransmisiskan daya 40 HP pada 100 rpm.
Tegangan geser ijin untuk bahan pors dan pasak adalah 400 kg/cm
2
jumlah baut yang menghubungkan
kedua bagian adalah 6 buah. Tegangan tarik ijin untuk bahan baut adalah 700 kg/cm
2
. Koefisien gesek
antara muff dan permukaan poros adalah 0,3


Diketahui:
P = 40 HP
N = 100 rpm
f
s
= 400 kg/cm
2

n = 6
f
t
= 700 kg/cm
2
= 0,3
Jawab:
kgm
x
x
n
Px
T 4 , 268
100 2
4500 40
2
4500
= = =
t t


a. Desain untuk poros

3
16
d f T
s
t
=

cm
x
f
T
d
s
5 , 7
400
286400 16 16
3
3 ~ = =
t t

b. Desain untuk muff
D = 2d +1,3 cm = 16,3 ~16,5 cm
Panjang total muff
L = 3,5 d = 3,5 x 7,5 = 26,25 cm
c. Desain untuk baut

cm
x x x x
x
nd f
T
d
nd f d T
t
b
t b
5 , 2 215 , 2
5 , 7 6 700 3 , 0
28640 16 16
16
2 2
2
2
~ = = =
=
t t

t


E. Kopling Flens
Kopling flens adalah kopling yang terbuat dari dua buah flens yang terbuat dari baja cor secara
terpisah. Setiap flens diikatkan pada ujung poros. Flens yang pertama berfungsi sebagai projek flens dan
flens yang lainnya sebagai korespoding flens. Hal ini membantu pemeliharaan kesejajaran diantara flens.
Poros kedua flens dihubungkan oleh baut dan mur. Kopling flens digunakan pada pembebanan berat
dengan poros yang panjang. Jenis-jenis kopling flens adalah:
1. Kopling flens tanpa perlindungan
2. Kopling flens dengan pelindung
3. Kopling flens kapal laut
Kopling flens tanpa perlindungan diperlihatkan pada gambar 7.3, setiap poros dikuncikan pada boss
dengan pasak counter shung dan flens dipasangkan oleh baut, pada umumnya digunakan tiga atau
enam baut. Penghunci dimiringkan pada sudut yang tepat sepanjang dan mengelilingi poros untuk
membagi pelemahan jalur pasak

Gambar 7.3
Untuk kopling flens dengan pelindung, seperti pada gambar baut yang menonjol terlindungi flens
pada kedua bagian kopling, untuk menghindari bahaya pada pekerja.

Gambar 7.4
Ukuran kopling flens baja cor
diameter poros atau diameter dalam hub = d
Diameter luar hub D = 2d
Panjang hub = 1,5 d
Diameter pitch baut = 3 d
Ketebalan flens = 0,5 d
Ketebalan lingkaran pelindung flens = 0,25 d
Jumlah baut = 3 untuk d sampai dengan 40 mm
= 4 untuk d sampai dengan 100 mm
= 6 untuk d sampai dengan180 mm
Pada jenis kopling flens kapal laut ditempa dengan poros seperti pada gambar. flens dipasangkan
dengan baut yang ditab.

Gambar 7.5

Tabel 7.1 Pemilihan Jumlah Baut (IS : 3653 1996)
Diameter
poros
35
55
56 - 150 151 230
231 -
390
390 >
Jumlah baut 4 6 8 10 12

Ketebalan flens =
3
d

Baut yang diruncingkan = 1 in 20 sampai dengan 1 in 40
Diameter pitch baut = 1,6 d

Desain Kopling Flens
Berdasarkan pada gambar
d = diameter poros atau diameter dalam hub
D = diameter luar hub
d
1
= diameter nominal atau diameter luar baut
D
1
= diameter lingkaran baut
n = jumlah baut
t
f
= tebal flens
f
s
= tegangan geser ijin bahan baut, poros dan pasak
f
sl
= tegangan geser ijin bahan flens
f
c
= tekanan ijin pada bahan baut dan bahan pasak
(1) Desain Hub
Desain hub berdasarkan pada lengkungan poros

|
|
.
|

\
|
=
D
d D
f T
s
4 4
16
t

Diameter terluar hub biasa diambil dua kali diameter poros. Oleh karena kedua hubungan itu
pemeriksaan tegangan geser pada hub dapat di periksa.
(2) Desain pasak
Pasak didesain dengan proposional dan dilakukan pemeriksaan tegangan geser dan gaya penekanan.
Bahannya disamakan dengan bahan poros. Panjang pasak sama dengna panjang hub.
(3) Desain Flens
Tegangan pada hub dengan pembebanan geseran dari torsi (T)
T = keliling hub x ketebalan flens x radius hub

sl f sl f
f t
D D
f t D T
4 2
. .
t
t = =
Ketebalan flens bisa diambil setengah diameter poros. Sehingga hubungan tegangan geser pada
flens dapat diperiksa.
(4) Desain Baut
Baut mengalami tegangan geser ketika transmisi puntir terjadi. Jumlah baut tergantung pada
diameter poros dan diameter pitch baut (D
1
) 3d.
Beban setiap baut
s
xf d
2
1
4
t
=
Total beban setiap baut xn xf d
s
2
1
4
t
=
Torsi yang ditransmisikan
2 4
1
2
1
D
x xf d
s
t
=
Dari persamaan ini, diameter baut (d
1
) dapat dihitung selama penekanan
Luas penekanan baut adalah
f
t nd
1

Daya penekanan baut
s f
f t nd
1

T =
2
) (
1
1
D
f t nd
s f

Dengan persamaan ini gaya tekan pada baut dapat diperiksa
Diameter luar flens ( ) D D D D D = + =
1 1 1
2
Ketebalan lingkaran flens = o,25 d

Contoh 7.3 Desain sebuah kopling baja cor (jenis protektif) untuk menghubungkan dua buah
poros 8 cm. Poros berputar pada 250 rpm, torsi yang ditrasmisikan 430 kgm. Tegangan yang diijinkan:
Tegangan geser ijin untuk bahan baut, poros dan pasak = 500 kg/cm
2

Tekanan ijin bahan baut dan pasak = 1500 kg/cm
2
Tegangan geser ijin untuk baja cor = 80 kg/cm
2

Diketahui:
Diameter poros d = 8 cm
Kecepatan poros N = 250 rpm
Torsi yang ditranmisiskan = 430 kgm =43000 kgcm
Tegangan geser ijin bahan poros, baut dan pasak = f
s
= 500 kg/cm
2
Tegangan geser ijin baja cor = 80 kg/cm
2

Jawab:
a. Desain hub
Diameter luar hub
cm d D 16 ) 8 ( 2 2 = = =
mengingat lubang hub sama dengan diameter poros, kita harus memeriksa bahan hub yaitu besi
cor

( )
2
4 4
4 4
4 4
/ 57
8 16
16 16 43000
16
8 16
16
43000
16
cm kg
x x
f
f
D
d D
f T
sl
sl
sl
=

=
|
|
.
|

\
|
=
|
|
.
|

\
|
=
t
t
t

karena tegangan kurang dari 80kg/cm
2
maka bahan aman
b. Desain pasak
dari tabel 13.1 pasak proporsional untuk poros 8 cm adalah
Diameter pasak w = 22 mm = 2,2 cm
Ketebalan pasak t = 14 mm = 1,4 cm
Panjang pasak didasarkan pada tegangan geser dan besar penekanan

cm
x x
x
l
x x lx
d
f W l T
s
8 , 9
8 500 2 , 2
2 43000
2
8
500 2 , 2 43000
2
. .
= =
=
=

Diketahui juga bahwa

cm
x x
x x
l
x x lx
d
x xf
t
lx T
s
11 24 , 10
8 1500 4 , 1
2 2 43000
2
8
1500
2
4 , 1
43000
2 2
~ = =
=
=





c. Desain Flens
Ketebalan flens diambil setengah dari diameter poros
t
f
= 0,5d = 0,5(8) = 4 cm
Mengingat sambungan flens terhadap hub mengalami beban puntir kita harus memeriksa
tegangan geser pada flens

2
2
2
2
/ 7 , 26
4 16
2 43000
4
2
16
43000
4
2
cm kg
x x
x
f
x f
x
t x f
D
T
sl
sl
f sl
= =
=
=
t
t
t

Tegangan geser pada flens kurang dari 80kg/cm
2
maka flens aman
d. Desain Baut
Diameter poros 8 cm maka jumlah baut 4
Diameter pitch baut adalah
D
1
= 3 d = 3( 8) = 24

506 . 1
24 4 500
2 4 43000
2
24
4 500
4
43000
2 4
1
2
1
1
2
1
= =
=
=
x x x
x x
d
x x x d
D
n f d T
s
t
t
t

Standard terdekat dari baut adalah
d
1
= M 16
Pemeriksaan gaya tekan baut

2
1
1
/ 140
24 4 6 , 1 4
2 43000
4
24
4 6 , 1 4 43000
2
.
cm kg
x x x
x
f
xf x x
D
f t d n T
c
c
s f
= =
=
=

Gaya tekan terhadap baut kurang dari 1500 kg/cm
2
maka baut aman
Diameter luar flens = 2D1 D = 2(24) 16 = 32 cm
Ketebalan pelindung flens = 0,25 d = 1,25 (8) = 2 cm

Contoh 7.4 Sebuah kopling kapal lau digunakan untuk mentrasmisikan daya 3,75 MW pada 150
rpm. Tegangan geser ijin poros dan baut 50 N/mm
2
. Tentukanlah diameter poros dan diameter baut.

Diketahui:
P = 3,75 MW = 3,75 x 10
6

N = 150 rpm
F
s
= 50 N/mm
2
Jawab:
a. Diameter poros

6
10 24 , 0
50 2
60 75 , 3
2
60
x
x
x
N
Px
T = = =
t t


mm
x
x x
d
d f T
s
300 2 . 290
50
16 10 24 , 0
16
3
6
3
~ = =
=
t
t

b. Diameter baut
Dari tabel 7.1 jumlah baut untuk poros 300 mm adalah 10 buah
Diameter pitch baut D
1
= 1,6 d = 1,6 x 300 = 480 mm

mm
x
x
d
x x x d x
D
xnx xf d T
s
46 , 50
10 26 , 94
10 24 , 0
2
480
10 50
4
10 24 , 0
2 4
3
6
1
2
1
6
1
2
1
= =
=
=
t
t


F. Kopling Fleksibel
Kopling fleksibel digunakan pada ujung poros yang tidak tepat sejajar, yang dapat ditemukan pada
penggerak utama pada genarator listrik. Disana digunakan empat pasang bantalan untuk menahan
posisi poros utama. Kopling ini juga dapat ditemukan dalam berbagai permesinan seperti penghubung
antara motor listrik dengan mesin tool. Berbagai jenis kopling fleksibel :
1. Kopling fleksibel dengan bush pin
2. Oldham kopling
3. Kopling universal

1. Kopling Fleksibel dengan Bush Pin
Kopling fleksibel dengan bush pin diperlihatkan pada gambar. kopling ini merupakan kopling flens
kaku baut kopling diketahui sebagai pin. Karet atau kulit digunakan untuk menutup celah pin. Kedua
bagian kopling mirif secara konstruksi. Pada kedua permukaan kopling disiapkan clerenc 5 mm. Pada
keduanya memiliki sambungan yang tidak kaku, pengerak menempati celah karet atau kulit yang
kompresibel.

Gambar 7.6
Dalam merancang kopling fleksibel dengan bush pin, perhitungan jenis kopling flens kaku
mengalami modifikasi. Magsud dari modifikasi adalah mengurang tekanan beareing khususnya pada
bagian celah karet atau kulit yang tidak melebihi 5 kg/cm
2
. Agar tekanan bearing tetap kecil perlu
memperhitungkan diameter pitch dan ukuran pin.

l = panjang bush (celah) pada flens
d
2
= diameter bush (celah)
p
b
= tekanan bearing pada bush atau pin
n = jumlah pin
D = diameter lingkaran pitch pin
Pembebanan pada setiap pin, xl xd p F
b 2
=
Pembebanan total pada bush atau pin xlxn xd p Fxn
b 2
= =
Torsi yang ditransmisikan oleh kopling

2
D
Fxnx T = =
2
2
D
xlxn xd p
b

Pada pemasangan flens sebelah kanan harus ditab pada kopling untuk menghindari pembebanan
bending. Jarak pin harus sekecil mungkin, sehingga tegangan geser terdapat pada leher sambungan.
Tegangan geser yang terjadi selama puntiran pada setengah bagian kopling,

2
1
4
d
F
f
s
t
=
Pin dan bush pada kopling sebelah kiri tidak kaku, karenannya gaya tangensial F terfokus pada
bagian pin yang membesar pin bush yang panjang bertindak sebagai batang cntilever. Asumsi
pembebanan F merata sepanjang bush, bending maksimum pada pin adalah
|
.
|

\
|
+ = 5 , 0
2
1
F M
Tegangan lengkung adalah

2
1
32
5 , 0
2
1
d
F
Z
M
f
t
|
.
|

\
|
+
= =
Pin mengalami bending dan geseran, karena itu desain harus diperiksa untuk pembebanan
maksimum

(

+ + =
2 2
4
2
1
s
f f f
Tegangan geser maksimum pada pin
Gambar 3.7

(

+ =
2 2
4
2
1
s
f f
Angka tegangan geser maksimum bervariasi antara 280-420 kg/cm
2

Contoh 7.5 Desainlah Kopling Fleksibel Dengan Bush Pin untuk menghubungkan poros motor pada
poros pompa untuk pelayanan pemeliharaan, dengan kondisi
Daya yang ditransmisikan = 50 hp
Kecepatan poros motor = 1000 rpm
Diameter poros motor = 50 mm
Diameter poros pompa = 45 mm
Pembatasan beban pada bush karet 4,5 kg/cm
2
dan pada pin 250 kg/cm
2

Diketahui:
Daya yang ditransmisikan P= 50 hp
Kecepatan poros motor N= 1000 rpm
Diameter poros motor d= 50 mm
Diameter poros pompa = 45 mm
Tekanan bush karet p
b
= 4,5 kg/cm
2

Pembebanan pada pin f
s
= 250 kg/cm
2
Jawab:
Torsi yang ditransmisikan adalah
kgcm kgm
x
x
N
Px
T 3580 8 , 35
100 2
4500 50
2
4500
= = = =
t t

Kita pernah diskusikan bahwa kopling jenis flens kaku dengan diameter 50 mm menggunakan 4
buah baut. Dalam kopling fleksibel jumlah pin diambil enam buah.
n = 6
Diameter pin
cm
x
n
d
d 02 , 1
6
5 5 , 0 5 , 0
1
= = =
Diameter pin diambil 2 cm, agar karet tetap dapat menahan bebannya.
Panjang pin diambil sekurang-kurangnya 2 cm pada kopling sebelah kanan berdasarkan pada
standar mur. Diameter pin pada kopling sebelah kanan 2,4 cm. Pada batasan yang lebih besar ketebalan
bush yang tertekan 0,2 cm. Asumsi ketebalan karet bush adalah 0,6 cm, karenanya diameter karet bush
seluruhnya
cm x x d 4 6 , 0 2 2 , 0 2 4 , 2
2
= + + =
Diameter lingkaran pin pitch
cm x x d d D 2 , 15 2 , 1 4 5 2 6 , 0 2 2
2
= + + = + + =
Beban dukung pada setiap pin adalah
l xl x xl xd p F
b
18 4 5 , 4
2
= = =
Torsi yang ditransmisikan kopling adalah

cm
x x
x
l
x lx
D
Fxnx T
4 , 4 36 , 4
2 , 15 6 18
2 3580
2
2 , 15
6 18 3580
2
~ = =
=
=

F = 18 l =18 x 4,4 =79,2 kg
Arah tegangan selama puntiran murni pada salah satu bagian kopling

2
2 2
1
/ 2 , 25
2
4
2 , 79
4
cm kg
d
F
f
s
= = =
t t

Pin dan karet tidak terpasang kaku pada flens sebelah kiri, gaya tangensial F akan memberikan
moment bending pada pin. Dengan asumsi gaya F terbagi rata sepanjang bush, moment bending
maksimum pada pin adalah
kgcm F M 214 5 , 0
2
4 , 4
2 , 79 5 , 0
2
1
= |
.
|

\
|
+ = |
.
|

\
|
+ =

Moment lengkung

2
2 2
1
kg/cm 273
2
32
214
32
5 , 0
2
1
= =
|
.
|

\
|
+
= =
x d
F
Z
M
f
t t

Tegangan maksimum adalah

2
2 2
2 2
kg/cm 3 , 275
2 , 25 4 273 273
2
1
4
2
1
=
(

+ =
(

+ + =
x
f f f
s

Tegangan geser maksimum pada pin

2
2 2
2 2
kg/cm 8 , 138
2 , 25 4 273
2
1
4
2
1
=
(

+ =
(

+ =
x
f f
s

Rancangan aman selama tegangan maksimum utama dan tegangan maksimum geser dibawah
batas kekuatan bahan.

2. Kopling Oldham
Digunakan untuk mengabungkan dua buah poros yang tidak sejajar. Kopling ini terdiri dari dua buah
flens dengan slot dengan bagian tengah yang mengambang dengan dua buah puntiran T
1
dan T
2
sudut
kanan, bagian tengah yang mengembang yaitu pin yang melewati flens dan bagian yang mengambang.

Gambar 7.8
Torsi T
1
terpasang pada slot flens A dan memberikan ruang agar dapat bergerak secara lelatif terhadap
poros, T
2
terpasang pada slot flens B agar dapat bergerak secara vertikal. Hasil dari kedua komponen
gerak akan memfasilitasi gerakan yang tidak sejajar.
3. Kopling Universal

Gambar 7.9
Sebuah Kopling universal atau pengait digunakan untuk menghubungkan dua buah poros yang
membentuk sudut kecil. Inklinasi kedua poros konstan tetapi pada perkteknya bervariasi ketika terjadi
transmisi dari poros pertama ke poros kedua. Pengunaan kopling universal dapat ditemukan pada
transmisi dari kotak roda gigi ke differensial pada mobil. Pada beberapa kasus kita gunakan dua buah
kopling pengait, ujung pertama ditempatkan pada ujung poros propeler dan ujung yang lainnya pada
ujung differensial. Kopling pengait universal digunakan untuk mentransmisikan daya pada mesin multi
bor. Kopling ini juga digunakan sebagai sambungan menyudut pada miling mesin.
Dalam merancang kopling universal diameter poros dan diameter pin diperhitungkan seperti pada
pembahasan kopling dibawah.
T = torsi yang ditransmisikan poros
d = diameter poros
d
p
= diameter pin
f
s
& f
sl
= teganagan geser ijin pada bahan poros dan pin
3
16
d f T
s
t
=
3
16
s
f
T
d
t
=

Pada penggunaan kopling single hook, perhitungan perbandingan putarannya adalah

o u
o
o
o u
Sin Cos
Cos N
N
Cos
Sin Cos
N
N
. 1
. . 1
2
1
2 2
1

=

=
dimana,
N = Kecepatan poros pengerak rpm
N
1
= Kecepatan poros yang digerakan rpm
o = Sudut inklinasi poros
u = Sudut poros penggerak terhadap posisi pin poros penggerak pada plane kedua poros
Kecepatan maksimum poros penggerak

( )
o Cos
N
N
maksimum
= =
1

Kecepatan minimum poros

( )
o Cos N N
imum
.
min 1
= =
Dari kedua persamaan diatas dapat diketahui kecepatan putaran poros penggerak bervariasi dari
kecepatan minimum sampai dengan kecepatan maksimum.

Contoh 7.6 Kopling universal digunakan untuk menghubungkan dua poros mild steel, yang
mentransmisikan daya sebesar 500 kgm. Dengan asumsi poros hanya mentransmisikan torsi,
tentukan diameter poros dan diameter pin. Tegangan geser ijin bahan poros dan pin adalah 600
kg/cm
2
dan 280 kg/cm
2

Diketahui:
T = 500 kgm = 50000 kgcm
Tegangan geser ijin bahan poros f
s
= 600 kg/cm
2

Tegangan geser ijin bahan pin f
sl
= 280 kg/cm
2

Jawab:

3
16
d f T
s
t
=

cm
x
d 5 , 7
600
000 . 50 16
3
= =
t

Diameter pin menggunakan persamaan

cm
x x
x
d
x x d x
xd xf d x T
p
p
s p
4 92 , 3
5 , 7 280 2
4 000 . 50
5 , 7 280
4
2 000 . 50
4
2
2
2
~ = =
=
=
t
t
t



BELT (Sabuk)
Sabuk digunakan untuk mentransmisikan daya melalui puli yang terpasanga pada poros. Puli berfungsi
sebagai dudukan bagi belt.
Besarnya gaya yang ditransmisikan tergantung dari:
1. Kecepatan dari sabuk.
2. Ketegangan di mana sabuk ditempatkan pada puli
3. Sudut kontak antara belt dan puli kecil
4. Kondisi di mana sabuk digunakan

Hal hal yang harus diperhatikan
- Kedua poros harus benar- benar sejara (inline)
- Jarak kedua puli tidak boleh terlalu dekat
- Jarak puli juga tidak boleh terlalu jauh
- Sisi Ketat (tight side) harus berada pada posisi bawah
- Untuk flat belt, jarak maksimim 10 meter

You might also like