You are on page 1of 13

Askep anak Hipotermi

BAB I LANDASAN TEORITIS 1. Defenisi Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun suhu normal bayi adalah 36,50 C- 37,50 C. (Dwi Maryanti, dkk, 2011,201) Hipotermia yaitu kondisi dimana suhu tubuh inti turun sampai dibawah 0 35 C.(Sandra M.T., 1997). 2. Etiologi Penyebab terjadinya hipotermipada bayi yaitu : 1. Jaringan lemak subkutan tipis, 2. Perbandingan luas tubuh dengan berat badan besar Luas permukaan tubuh pada bayi baru lahir (terutama jika berat badannya rendah), relative lebih besar dibandingkan dengan berat badannya sehingga panas tubuhnya cepat hilang. Pada cuaca dingin, suhu tubuhnya cenderung menurun. Panas tubuh juga bisa hilang melalui penguapan, yang bisa terjadi jikan bayi yang baru lahir dibanjiri oleh cairan ketuban. 3. Persediaan lemak coklat belum berkembang(bayi prematur) 4. BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering(menggigil) pada reaksi kedinginan. 5. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami hipotermi. (Dwi Maryanti, dkk, 2011,201)

3. Sistem Pengaturan Suhu Tubuh Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu tubuh inti telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan terangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap. (Dwi Maryanti, dkk, 2011,201). 4. Penjalaran Sinyal Suhu Pada Sistem Saraf

Sinyal suhu yang dibawa oleh reseptor pada kulit akan diteruskan ke dalam otak melalui jaras spinotalamikus (mekanismenya hampir sama dengan sensasi nyeri). Ketika sinyal suhu sampai di tingkat medulla spinalis , sinyal akan menjalar dalam traktus Lissauer beberapa segmen di atas atau di bawah, dan selanjutnya akan berakhir terutama pada lamina I, II dan III radiks dorsalis. Setelah mengalami percabangan melalui satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis, sinyal suhu selanjutnya akan dijalarkan ke serabut termal asenden yang menyilang ke traktus sensorik anterolateral sisi berlawanan, dan akan berakhir di tingkat reticular batang otak dan komplek ventrobasal thalamus. Beberapa sinyal suhu pada kompleks ventrobasal akan diteruskan ke korteks somatosensorik.

Termoregulasi Pada Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasikan terjadinya infeksi, sehingga tindakan yang dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5-37C. Bayi prematur atau berat badan rendah sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia.

5.

6. Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah 1. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu : a. Vasodilatasi

Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak. b. Berkeringat Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati batas kritis, yaitu 37C. pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat. Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin dan norefineprin. Epinefrin dan nerofineprin (juga dikenal sebagai adrenalin) merupakan hormon dan neurotransmitter Meningkatkan laju jantung, kontraksi pembuluh darah, melebarkan saluran udara dan berpartisipasi dalam respon fight-or-flight dari sistem saraf simpatik . Secara kimia, epinefrinadalah sebuah katekolamin, monoamina yang hanya dihasilkan oleh kelenjar adrenal dariasam amino fenilalanin dan tirosin. c. Penurunan pembentukan panas Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat. (Dwi Maryanti, dkk, 2011,201)

2. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu : a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior.

b. Piloereksi Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap lingkungan.

c. Peningkatan pembentukan panas Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin. 7. Fisiologis Tubuh Memberikan Respon Untuk Menghasilkan Panas

Suhu tubuh diatur dengan mengimbangi produksi panas terhadap kehilangan panas. Bila kehilangan panas dalam tubuh lebih besar daripada laju pembentukan panas maka akan terjadi penurunan suhu tubuh. Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan memberikan respon untuk menghasilkan panas berupa : 1.Shivering Thermoregulation (ST) Merupakan mekanisme tubuh berupa menggigil atau gemetar secara involunter akibat dari kontraksi otot untuk menghasilkan panas. 2.Non-shivering thermoregulation (NST) Merupakan mekanisme yang dipengaruhi oleh stimulasi sistem saraf simpatis untuk menstimulasi proses metabolik dengan melakukan oksidasi terhadap jaringan lemak coklat. Peningkatan metabolisme jaringan lemak coklat akan meningkatkan produksi panas dari dalam tubuh. 3.Vasokonstriksi perifer Merupakan mekanisme yang distimulasi oleh sistem saraf simpatis,kemudian sistem saraf perifer akan memicu otot sekitar arteriol kulit untuk berkontraksi sehingga terjadi vasokontriksi. Keadaan ini efektif untuk mengurangi aliran darah ke jaringan kulit dan mencegah hilangnya panas yang tidak berguna.
8. Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit 1. Radiasi Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5 20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas. Panas adalah energi kinetic pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat di pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran panas, yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuh.

2. Konduksi Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan bendabenda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus. 3. Evaporasi Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450 600 ml/hari.

Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.

Gambar Keseimbangan antara produksi panas dan pengeluaran panas (Tamsuri Anas, 2007) Selama suhu kulit lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, panas hilang melalui radiasi dan konduksi. Namun ketika suuhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh, tubuh memperoleh suhu dari lingkungan melalui radiasi dan konduksi. Pada keadaan ini, satusatunya cara tubuh melepaskan panas adalah melalui evaporasi. Memperhatikan pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh, sebenarnya suhu tubuh actual ( yang dapat diukur ) merupakan suhu yang dihasilkan dari keseimbangan antara produksi panas oleh tubuh dan proses kehilangan panas tubuh dari lingkungan.

4. Usia Usia sangat mempengaruhi metabolisme tubuh akibat mekanisme hormonal sehingga memberi efek tidak langsung terhadap suhu tubuh. Pada neonatus dan bayi, terdapat mekanisme pembentukan panas melalui pemecahan (metabolisme) lemak coklat sehingga terjadi proses termogenesis tanpa menggigil (non-shivering thermogenesis). Secara umum, proses ini mampu meningkatkan metabolisme hingga lebih dari 100%. Pembentukan panas melalui mekanisme ini dapat terjadi karena pada neonatus banyak terdapat lemak coklat. Mekanisme ini sangat penting untuk mencegah hipotermi pada bayi.

Tabel Perbedaan derajat suhu normal pada berbagai kelompok usia (Tamsuri Anas, 2007)

9. Tanda dan gejala 1) Secara umum gejalanya bisa berupa: a. Bayi tampak mengantuk b. Kulitnya tampak pucat dan dingin c. Lemah dan lesu d. Menggigil

2) Tanda- tanda klinis hipotermia: a. Hipotermia sedang Bila suhu tubuh bayi teraba dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 30 C - < 360 C). Ciri- ciri: Kaki teraba dingin Kemampuan menghisap lemah Tangisan lemah Kulit berwarna tidak rata atau disebut kulit marmorata b. Hipotermia Berat Ciri-ciri:

Suhu Tubuh < 320 C Sama dengan hipotermia sedang Pernapasan lambat tidak teratur Bunyi jantung lambat Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosis metabolik c. Stadium Lanjut Hipotermia ciri-ciri: Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang Bagian tubuh lainnya pucat Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema). 10. Penatalaksanaan Untuk mempertahankan suhu tubuh bayi dalam mencegah hipotermi: 1. Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering dan bersih 2. Mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir/ miring air ketuban segera setelah lahir dengan handuk yang kering dan bersih 3. Menjaga bayi tetap hangat dengan cara mendekap bayi di dada ibu dengan keduanya diselimuti atau metode kanguru 4. Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat merangsang puting refleks dan bayi memperoleh kalori dengan :Menyusui Bayi, pada bayi kurang bulan yang belum menetek ASI diberikan dengan sendok atau pipet, selama member ASI bayi tetap dalam dekapan ibu agar tetap hangat 5. Melatih semua oaring yang terlibat dalam persalinan 6. Menghangatkan bayi didalam incubator atau melalui penyinaran lampu

Cara Perawatan Bayi dalam Inkubator Merupakan cara memberikan perawatan pada bayi dengan dimasukkan ke dalam alat yang berfungsi membantu terciptanya suatu lingkungan yang cukup dengan suhu yang normal. Dalam pelaksanaan perawatan di dalam inkubator terdapat dua cara yaitu dengan cara tertutup dan terbuka. Inkubator tertutup: 1. Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka dalam keadaan tertentu seperti apnea, dan apabila membuka incubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen harus selalu disediakan. 2. Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung. 3. Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan observasi. 4. Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh. 5. Pengaturan oksigen selalu diobservasi. 6. Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu 270 C. Inkubator terbuka: 1. Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian perawatan pada bayi. 2. Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal dan kehangatan. 3. Membungkus dengan selimut hangat. 4. Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran udara.

11.

5. Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala. 6. Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai dengan ketentuan di bawah ini.

12. Pemeriksaan diagnostik Kadar glukosa serum untuk mengidentifikasi penurunan yang disebabkan energi yang digunakan untuk respon terhadap dingin atau panas Analisa gas darah untuk menentukan peningkatan karbondoksida dan penurunan kadar oksigen, mengindikasikan resiko acidosis Kadar Blood Urea Nitrogen, peningkatan mengindikasikan kerusakan fungsi ginjal dan potensila oliguri Kultur cairan tubuh untuk mengidentifikasi adanya infeksi

BAB I LANDASAN TEORITIS 1. Defenisi Hipertermi didefenisikan sebagai temperature di atas 380C.(Wood Blake & Muray, 1993) Hipertermia adalah suhu tubuh yang tinggi dan bukan disebabkan oleh mekanisme pengaturan panas hipotalamus. (Dwi Maryanti, dkk, 2011,210) 2. Etiologi Disebabkan oleh: 1. Menigkatnya produksi panas andogen 2. Pengurangan kehilangan panas 3. Terpajan lama pada lingkungan bersuhu tinggi atau sengatan panas (Dwi Maryanti, dkk, 2011,201) 3. Tanda dan gejala a. Suhu badan tinggi b. Merasa kehausan c. Mulut kering-kering d.Kedinginan, lemas e. Anoreksia f. Nadi cepat g. pernapasan tidak teratur Gejala Hipertermia pada Bayi baru Lahir: a. Suhu Tubuh Bayi > 37.5 b. Frekuensi nafas bayi > 60x/i c. Tanda-tanda dehidrasi

d. Turgor kulit berkurang 4. Penatalaksaan a. Bila suhu diduga karena paparan panas yang berlebihan: 1. Letakkan bayi di ruangan dengan suhu lingkungan normal(25-28) 2. Lepaskan sebagian atau seluruh pakaiannya bila perlu 3. Periksa seluruh aksiler setiap jam sampaie tercapai suhu dalam batas normal 4. Bila suhu sanga tinggi lebih dari 390 bayi dikompres atau dimandikan selama 10-15 menit dalam air yang suhunya 40 C lebih rendah dari suhu tubuh bayi b. Bila bayi pernah diletakkan dibawah pemancar panas atau inkubator 1. Turunka suhu alat penghangat, bila bayi didalam incubator, buka incubator sampai suhu dalam batas normal 2. Lepaskan sebagian atau seluruh pakaian bayi selama sepuluh menit kemudian 3. Beri pakaian lagi sesuai dengan alat penghangat yang digunakan 4. Periksa suhu bayi setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal 5. Periksa suhu incubator atau pemancar panas setiap jam dan sesuaikan pengatur suhu C. Manajemen lanjutan suhu lebih dari 37,50 C 1. Yakinkan bayi mendapatkan masukan cukup cairan a. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya. Bila bayi tidak dapat menyusui, beri ASI peras dengan salah satu alternative cara pemberian minum b. Bila terdapat tanda dehidrasi tangani dehidrasinya 2. Periksa kadar glukosa darah, bila kurang 45mg/dl(2,6 mmol/tangani hipoglikemia 3. Cari tanda sepsis sekarang dan ulangi lagi bila suhu tubuh mendapat batas normal.(Dwi Maryanti, dkk, 2011,213).

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian hipotermi dan hipertermi 1. Riwayat kehamilan Kesulitan persalinan dengan trauma infant Penyalahgunaan obat-obatan Penggunaan anestesia atau analgesia pada ibu 2. Status bayi saat lahir Prematuritas APGAR score yang rendah Asfiksia dengan rescucitasi Kelainan CNS atau kerusakan Suhu tubuh dibawah 36.50 C (Hipotermi) Suhu tubuh diatas 390 C(Hipertermi) Demam pada ibu yang mempresipitasi sepsis neonatal 3. Kardiovaskular

Bradikardi(hipotermi) Takikardia(Hipertermi)

4. Gastrointestinal Asupan makanan yang buruk Vomiting atau distensi abdomen Kehilangan berat badan yang berarti 5. Integumen Cianosis central atau pallor Edema pada muka, bahu dan lengan Dingin pada dada dan ekstremitas 6. Neorologi Tangisan yang lemah Penurunan reflek dan aktivitas Fluktuasi suhu diatas batas normal sesuai umur dan berat badan 7. Pulmonary Nasal flaring atau penurunan nafas, iregguler Retraksi dada Ekspirasi grunting 8. Renal Oliguria

2. Diagnosa keperawatan 1. Suhu tubuh abnormal berhubungan dengan kelahiran abnormal, paparan suhu lingkungan yang dingin atau panas. 2. Ketidakefektifan pengaturan suhu tubuh yang berhubungan dengan pembedahan 3. Deficit pengetahuan (orangtua) berhubungan dengan kondisi bayi baru lahir dan cara mempertahankan suhu tubuh bayi.

3. Perencanaan Dx I Tujuan : 1. Mengidentifikasi bayi dengan resiko atau aktual ketidakstabilan suhu tubuh 2. Mencegah kondisi yang dapat mencetuskan fluktuasi suhu tubuh Intervensi: Lindungi dinding inkubator dengan meletakkan inkubator ditempat yang tepat Monitor suhu tubuh, lakukan pengukuran secara teratur Monitor suhu lingkungan

baju ruangan kelembaban 12 inkubator

Cegah kondisi yang menyebabkan kehilangan panas pada bayi seperti basah atau bayi tidak kering, paparan uadara luar atau pendingin Cek respiratory rate (takipnea), kedalaman dan polanya Observasi warna kulit Monitor adanya iritabilitas, tremor dan aktivitas seizure Monitor adanya flushing, distress pernafasan, episode apnea, kulit, dan kehilangan cairan. Suhu kamar perawatan/kamar operasi dipertahankan Gunakan alas atau pelindung panas dalam inkubator Keringkan bayi baru lahir segera dibawah pemanas Air mandi diatas 37 C dan memandikannnya sesudah bayi stabil dan 6 jam postnatal,keringkan segera Pergunakan alas pada meja resusitasi atau pemanas Tutup permukaan meja resusitasi dengan selimut hangat, dihangatkan dulu Pertahankan suhu kulit 36 36,5 C Sesedikit mungkin membuka incubator

1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Dx II Tujuan: Anak akan mempertahankan termoregulasi normal yang ditandai oleh anak dapat mempertahankan suhu aksila 36,40C-37,20C. Intervensi: Pastikan bahwa suhu ruang operasi diatur pada 36,-37 selama 30 menit sebelum anak tiba diruangan Letakkan bantalan aquatermia pada suhu 38,5c diatas meja operasi beri anak selimut hangat pada anak saat tiba diruang operasi Hindari pajanan kulit anak yang tidak perlu atau yang terlalu lama selama periode praoperasi , dan fase induksi serta kegawat daruratan anesthesia. Pantau dan catat suhu anak sepanjang prosedur Gunakan lampu termal sesuai kebutuhan selama fase induksi dan kegawatdaruratan anesthesia. Pantau denga ketat untuk mencegah pemanasan yang berlebihan Hangatkan semua larutan yang akan digunakan di area bedah dalam larutan salin normal atau air mandi steril Lindungi ekstermitas anak dengan kantong plastik Setelah prosedur pembedahan selesai keringkan anak secara menyeluruh. Apabila anak akan dipindahakan ke unit inkubasi self- contained hangatkan unit tersebut selama 45 menit sebelum pemindahan dilakukan

Rasional 1. Mempertahankan ruangan pada suhu tersebut dapat mengurangi resiko hipotermia dari factor penyebab yang berasal dari lingkungan 2. Bantalan aquatermia dapat menghangatkan meja operasi sehingga mengurangi resiko kehilangan panas melalui konduksi selama prosedur pembedahan 3. Selimut hangat mengurangi resikon kehilangan panas melalui konduksi 4. Pajanan kulit yang lama menyebabkan penurunan suhu tubuh dan peningkatan aktivitas metabolik 5. Pemantauan yang sering memungkinkan deteksi dini dan terapi yang tepat terhadap fluktuasi nilai yang signifikan pada suhu tubuh anak 6. Lampu termal member panas pancar dan dapat mempertahankan suhu tubuh 7. Larutan dingin dapt mengurangi suhu tubuh, larutan dingin yang digunakan sebagai pembilas (Flush) dapat menurunkan suhu tubuh inti 8. Kantong plastik merupakan insulasi ekstra 9. Mengeringkan dapat mencegah anak menggigil melalui cara evaporasi atau penguapan 10Menghangatkan unit mencegah kehilangan panas melalui konveksi dan konduksi. (Kathleen Morgan Speer, 2007,299)

DX III Tujuan : Memberikan informasi yang cukup kepada orangtua tentang kondisi bayi dan perawatan yang diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh bayi Intervensi: Beri informasi pada orangtua tentang : oPenyebab fluktuasi suhu tubuh Kondisi bayi Treatment untuk menstabilkan suhu tubuh Perlunya membungkus/menyelimuti bayi saat menggendong dan bepergian Ajari orangtua cara mengukur suhu tubuh aksila pada bayi dan minta mereka untuk mendemontrasikannya Informasikan kepada orangtua tentang perawatan saat bayi di inkubator Anjurkan pasien bertanya, mengklarifikasi yang belum jelas dan menunjukkan prilaku seperti diajarkan

o o o

DAFTAR PUSTAKA Maryanti, Dwi, dkk. 2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi, dan Balita.Jakarta: Trans Info Media.

Rukiah Yeyeh, Ai, dkk. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Trans Info Media. Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta Trans Info Media Morgan, Kathleen. 2007. Asuhan Pada Pediatrik. Jakarta. EGC

You might also like