You are on page 1of 11

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Kelompok tumbuhan yang terbesar ini diantara lumut hati kadangkadang disebut juga lumut sisik. Umumnya tumbuh subur pada balok-balok kayu, tanah lembab atau tumbuh sebagai epifit pada batang atau cabang pohon. Contoh dari kelompok ini adalah Porella. Tubuh tumbuhan ini khas dorsiventral, dan tersusun dari suatu sumbu dengan bentuk-bentuk seperti pada daun. Tidak ada atau sedikit saja diferensiasi internal dalam jaringannya. Struktur yang seperti daun itu tumbuh lateral pada kedua sisi sumbu. Dunia lateral kadang-kadang terbagi menjadi dua bagian. Daun tingkat ketiga muncul dari permukaan ventral. Terkadang-kadang lumut hati berdaun dikeluarkan dengan lumut sejati, tetapi dapat diperbedakan jika diperhatikan struktu vegetativnya secara berhati-hati. Lumut sejati bentuknya simetri radial, artinya daun-daunnya melekat sekeliling batang, berlawanan dengan lumut hati yang telah dujelaskan di atas. Selain itu, lumut sejati mempunyai tulang tengah yang tidak terdapat pada lumut hati. Organ seksual macam lumut ini tumbuh pada generasi gametifit. Anterida tumbuh pada ketiak daun dan arkegonia tumbuh di ujung, pada apeks pucuk utama atau cabang-cabangnya. Sporofit dilengkapi dengan kaki, tangkai, dan kapsul, yang membuka dengan empat katup. Yang

melatarbelakangi pembuatan laporan tentang ciri-ciri lumut, karakteristik, serta identifikasi lumut.

1.2 Tujuan Adapun tujuan dari laporan praktikum bryologi sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui morfologi lumut hati berdaun spesies Schistochila aligera 2. Untuk mengetahui kegunaan dan habitat dari lumut hati berdaun spesies Schistochila aligera

BAB II TINJUAN PUSTAKA

Pada dasarnya hampir sama penanaman lumut dengan Moss yang lain. Hanya yang membedakan adalah Ricchia sebenarnya adalah tanaman yang mengambang, jadi untuk membawa tanaman ini kedasar aquarium harus benar2 rapat mengikatnya karena mudah sekali rapuh dan melayang keatas. Merupakan kepuasan tersendiri apabila kita berhasil menanam dan melihat Ricchia kita bertumbuh kembang dengan subur. Keistimewaan Ricchia ini adalah dia menyimpan oksigen dan pada waktu tertentu akan mengeluarkan secara bersamaan lewat ujungnya sehingga membentuk gelembung kecil yang cantik disetiap ujung2nya. Tanaman akan tumbuh subur apabila kebutuhan akan CO2 dan sinar lampu mencukupi, apalagi kalau ditambah pupuk cair semakin cepat pertumbuhannya. Tumbuh dengan mengapung dan jarang menyentuh substrat seperti duckweed. crystalwort tumbuh seperti hamparan rumput liar di permukaan air dan tidak akan tumbuh menempel pada apapun. Untuk membuat hamparan riccia di dasar tanki anda dapt mengikatkan pada batu atau kayu dengan benang atau hair web. Pada awal-awal menanam biasanya akan banyak yang rontok lalu mngapung, tapi jika sudah tumbuh stabil akan tampak hijau terang yang sangat menawan. Crystalwort dapat tumbuh cepat dengan cahaya tinggi dan tambahan CO2 pada suhu rendah 10-28'C. Karena sifat aslinya yang tumbuh subur di permukaan air (Crystalwort) sangat mudah untuk teknik emerse (setengah basah) sehingga selain aquascape bisa untuk bikin paludarium/terrium (Rusmendro, 2009). Pola percabangan pada lumut cabang biasanya bagian vegetatif tanaman, kecil, ukuran seperti daun atau tidak ada daun. Percabangan dengan ukuran sperti daun disebut flagela dan tanpa daun disebut stolon. Stolon dengan sedikit daun berasal dari bgn ventral batang, terutama dasar batang, dan mungkin sbg bgn yang dapat dipegang dari tanaman ini (Stephaniella, Odontoschisma). Percabangan ini sangat penting dalam taksonomi. Crandall-Stotler (1972), ada 2

bgn dari cabang : interkalar (tekal) dan terminal (atekal). Interkalar cabang berasal dari sel bgn dalam dari batang dan punya sedikit kerah di sekitar bgn dasar. Cenderung terlihat seperti sayap bidadari dan terlihat tegak/berdiri di bgn aksil tanaman (tanpa underleaves), kecuali cabang tipe Lejeunea. Ada 4 jenis cabang interkalar : 1. Tipe Bazzania : dibentuk dari bgn ventral batang, dari underleaves axil 2. Tipe Plaiochila : dibentuk dari bgn lateral batang, dari daun axil 3. Tipe Lejeunea : dibentuk dari bgn lateral batang, dari belakang daun 4. Tipe Anomoclada :dibentuk dari bgn dorsal batang Ujung cabang dibentuk dari sel awal daun atau dari sel epidermis batang yg sangat dekat dengan apeks, tidak ada kerah/leher yg terbentuk. Berkembang dengan sudut 45-600 pada batang. Saat terbentuk dari sel pemula, daun dihubungkan dengan cabang pada setengah daun. Ada 3 tipe percabangan terminal : 1. Tipe Frullania : dibentuk dari sel pemula ventral daun yg menempatkan setengah daun ventral, cabang yang menghubungkan dengan setengah daun bgn dorsal. 2. Tipe Kurzia : dibentuk dari sel pemula dorsal yang menghubungkan dengansetengah daun pada bgn ventral. 3. Tipe Radula : dibentuk dari sel epidermis batang yang menghubungkan dengan tidak mengurangi daun. Organ reproduksi dibentuk dari sel superfisial batang atau cabang. Lokasi antheridia di bgn aksil daun khusus, organ jantan pada tunas utama atau cabang khusus jantan. Bentuk sseperti bola atau oval dan bersatu di batang dengan tangkai tipis. Pada beberapa group primitif (Herbertaceae), antheridia berkembang dari aksil underleaves atau brakteola jantan. Archegonia tidak ada paraphyses dan diproteksi oleh braktea atau brakteola pada satu atau lebih seri, pada ujung panjang atau tunas pendek. Pada beberapa taksa, archegonia dikelilingi oleh organ tubular tipis sbg perianthium, letaknya antara braktea dan archegonia dan dibentuk dengan penggabungan dari 2 atau 3 daun. Perianthium selalu sangat

pendek sebelum fertilisasi tapi menjadi sangat luas setelah fertilisasi, muncul melebihi braktea dan menyelimuti sporophyte muda Sporofit lumut Tidak seperti musci, perkembangan sporofit penuh diselubungi kaliptra (modifikasi fertilisasi archegonium) sampai matang. Umumnya kaliptra tetap sangat tipis dan tidak menarik, tapi berubah menjadi tebal, struktur berdaging disusun pada bgn jaringan batang dan bgn jaringan archegonia. Seperti tunas kaliptra terjadi pada Calobryales, Adelanthus, Anthelia, dan beberapa anggota Metzgeriales. Pada beberapa taksa, struktur tabung menyelubungi dan memproteksi perkembangan sporofit yg terjadi berasal dari jaringan batang disebut perigynium. Beberapa peryginia tegak (Isotachis, Trichocolea) atau tergantung (Balantiopsis, Tylimanthus, Calypogeia,

Gongylanthus), saat tergantung disebut marsupium. Pada tanaman yg punya tunas kaliptra atau perigynium perianthium secara normal hilang atau direduksi. Sporofit matang tersusun pada luasnya kaki, mengangkat sporofit parasitik ke dalam gametofit; tangkai atau seta : dan kapsul. Seta sangat pendek sampai kapsul matang, setelah itu dengan cepat memanjang pada waktu 1-beberapa hari sel memanjang. Seta yg memanjang berwarna dan selalu lembut, tegak hanya karena tekanan turgor. Kapsul yg matang berbtk bola atau silindris dan dehiscens dengan 4 keping. Orientasi keping pada kapsul tidak terbuka selalu lurus tapi pada Balantiopsidaceae dan Calypogeiaceae keping membelit spiral. Dinding kapsul tersusun beberapa lapis, lapisan dalam selalu punya hiasaan sel dengan titik atau seperti ingkaran tebal yg sangat khusus anatomi dinding kapsul dan pola tebal sbg penting bagi gambaran taksonomi.

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Adapun praktikum Bryologi dilaksanakan pada: Hari/Tanggal Waktu Tempat : Senin, 27 Mei 2013 : 13.00 WITA sampai selesai : Laboratorium Biodiversitas jurusan Biologi FMIPA Untad

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu : 1. Mikroskop biasa 2. Mikroskop stereo 3. Cawan petri 4. Pinset 5. Objekglass 6. Degglass 3.2.2 Bahan Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu : 1. Lumut 2. Amplop 3. air 4. Buku kunci determinasi

4.3 Prosedur Kerja Adapun prosedur kerja dari praktikum ini yaitu : 1. Mengambil lumut memasukan kedalam cawan petri yang berisi air 2. Merendam lumut hingga substrat keluar 3. Mengambil sehelai lumut diatas degglas ditetesi air 4. Mengamati dibawah mikroskop 5. Mengamati bagian-bagian dan ciri-ciri lumut pada buku kunci determinasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan Adapun hasil pengamatan pada praktikum Bryologi ini sebagai berikut : No Nama spesies 1. Schistochila aligera Gambar Keterangan 1. Lobule 2. Lobes 3. Underleaves 4. Lamela

Susunan daun Transverse

4.2 Pembahasan Lumut hati banyak ditemukan menempel di bebatuan, tanah, atau dinding tua yang lembab. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan. Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang, dan daun. Hal ini menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati merupakan kelompok peralihan dari tumbuhan Thallophyta menuju Cormophyta. Lumut hati beranggota lebih dari 6000 spesies. Terdapat rizoid berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat makanan. Tidak memiliki batang dan daun. Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk gemma (kuncup), secara generatif dengan membentuk gametjantan dan betina. Berdasarkan karakteristik yang diamati dibawah mikroskop berdasarkan bentuk morfologi dari spesies Schistochila aligera yaitu : a. Morfologi Tumbuhan lumut berdaun memiliki bagian-bagian daun besar (daun besar), daun kecil (lobule) hanya terdiri dari 1 sel, tumbuhan lumut sangat kecil ukuran 1 mm seperti alga dengan 2-4 lembaran, memiliki lamela dan underleaves. Tubuh dapat dibedakan antara sisi dorsal dan ventral, menempel pada tanah dengan rizoid (umumnya terdapat di sisi ventral) Spora yg berkecambah hanya berkembang menjadi suatu buluh yg pendek atau boleh dikatakan lumut hati tidak membentuk protonema (merupakan pembeda dengan kelas lainnya) (Penuntun Praktikum Bryologi, 2013). Adapun klasifikasi dari spesies Schistochila aligera yaitu: Kingdom Divisio Classis Ordo Familia Genus Species : Plantae : Bryophyta : Hepaticae : Schistochilales : Schistochilaceae : Schistochila : Schistochila aligera

b. Habitat Pada umumnya atau dapat dikatakan kebanyakan lumut hati hidup di tempat-tempat yang basah. Dalam tubuh terdapat tubuh terdapat alat penyimpanan air, atau dapat menjadi kering tanpa mengakibatkan kematiannya. Yang bersifat epifit ada yang dapat hidup pada daun pohon-pohon dalam imba daerah tropika, dan karena hidupnya di atas daun itulah hingga lumut tadi merupakan suatu bentuk ekologi yang khusus dinamakan epifit. Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati. Siklus hidup lumut ini mirip dengan lumut daun. Didalam spongaria terdapat sel yang berbentuk gulungan disebut alatera. Elatera akan terlepas saat kapsul terbuka, sehingga membantu memencarkan spora. Srtuktur tubuhnya terdiri dari talus dan kuncup (Anonimous, 2013).

c. Alat reproduksi Secara aseksual menggunakan spora dan tunas Anteredium terpancang pada permukaan atas, bentuknya seperti cakram. Dasar bunga betina agak melebar dan berbentuk paying, dengan cuping berbentuk jari, umumnya berjumlah 9. Arkegonium tumbuh pada alur-alur diantara cuping-cuping dengan leher menekuk kebawah. Anteredium merekah, mengeluarkan sperma menuju ke arkegonium, generasi sporofit dari telur yang sudah dibuahi (zigot). Zigot membelah membentuk embrio (bentuk bola), bagian pangkal dari embrio membentuk kaki masuk ke jaringan reseptakel. Bagian terbesar dari janin membentuk kapsul yang dipsahkan dari bagian kaki oleh zona yang terdiri dari sel-sel yang disebut tangkai. Kapsul berisi sel-sel induk spora yang berkelompok yaitu benang-benang memanjang dengan dinding bagian dalam terpilin. Setelah meiosis terbentuklah tetraspora, tangkainya

memanjang, arkegonium yang melebar jadi pecah dan kapsul jadi

terdorong kebawah. Kapsul lalu mongering dan terbuka memancarkan spora, lepasnya spora dari kapsul dibantu oleh elater yang sifatnya higroskopik. Akibat mengeringnya kapsul, elater menggulung menjadi kering dan menggandakan gerakan sentakan yang melebar spora keudara.

d. Kegunaan Penyedia tanah bagi tumbuhan yang lebih besar yang tumbuh dipohon Karena akar-akar lumut dapat menyimpan tanah.

Sebagai penyedia makanan bagi hean-hewan kecil dan tanaman lain yang semuanya tersimpan diakar lumut. Sebagai sarang hewan-hewan kecil Karen biasanya terdapat celah-celah pada tumbuhan tersebut segingga hewan bias masuk kedalamnya. Sebagai penyimpanan air dalam jumlah yang cukup besar. lumut menjaga kelembaban udara dan porositas tanah (Syamsuhidayat, 1991).

e. Fitokimia Sebagai bahan kasur Manfaat lainnya, ada lumut yang dipercaya bisa digunakan sebagai bahan obat, meski masih diperlukan penelitian lebih lanjut, termasuk uji klinis. Secara tradisional lumut dari marga Marchantia (lumut hati) yang bentuknya mirip hati, digunakan untuk mengobati penyakit hepatitis. Sementara, lumut spagnum dikenal sebagai obat penyakit kulit dan mata (Syamsuhidayat, 1991).

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari laporan bryologi ini sebagai berikut : 1. Lumut hati banyak ditemukan menempel di bebatuan, tanah, atau dinding tua yang lembab. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan. 2. Tumbuhan lumut berdaun spesies Schistochila aligera memiliki bagianbagian daun besar (lobes), daun kecil (lobule) hanya terdiri dari 1 sel, tumbuhan lumut sangat kecil ukuran 1 mm seperti alga dengan 2-4 lembaran, memiliki lamela dan underleaves. Tubuh dapat dibedakan antara sisi dorsal dan ventral, menempel pada tanah dengan rizoid. 3. lumut spesies Schistochila aligera yang dipercaya bisa digunakan sebagai bahan obat, meski masih diperlukan penelitian lebih lanjut, termasuk uji klinis. Secara tradisional lumut dari marga Marchantia (lumut hati) yang bentuknya mirip hati, digunakan untuk mengobati penyakit hepatitis. Sementara, lumut spagnum dikenal sebagai obat penyakit kulit dan mata.

5.2 Saran Adapun saran dalam laporan ini dalam melakuakan pengamatan lebih diperhatikan agar tidak kesalahan dalam mengamati.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2013, http://wikantika.wordpress.com/2013/05/27/identifikasivegetasinon-vegetasi-dengan-spot-vegetation/ Diunduh, 27 Mei, 2013) Heyne K. 1987.Tanaman Berguna Indonesia, Jilid 2, Yayasan SaranaJaya, Jakarta. Rusmendro, Hasmar, 2009, Penuntun Praktikum Tumbuhan tingkat Rendah,. Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta. Rusmendro, Hasmar, 2003, Seri Diktat Kuliah Tumbuhan tingkat Rendah. Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta. Eny Yuniati, 2013, Penuntun praktikum bryologi, Laboratorium Biodiversity, Palu. Purnomohadi, S. 1985. Sistem Pengetahuan Tradisional Masyarakat di Sekitar Kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut, Kab. Pasir Provinsi Kalimantan Timur. Kajian: Pemanfaatan Tumbuhan. Skripsi, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Syamsuhidayat SS, Hutapea JR. 1991. Inventaris Tanaman Obat 1, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

You might also like