You are on page 1of 24

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak pada hakikatnya merupakan amanah dari Allah SWT. Setiap
amanah tentunya akan dimintai pertanggung jawabannya kelak di mahkamah
tertinggi. Orang Tua memiliki kewajiban untuk mendidik anaknya agar
mampu sejalan dengan kebenaran yang hakiki. Salah sedikit saja orang tua
dalam mendidik, maka akan berdampak fatal pada perkembangan anak. Anak
itu ibarat pohon kecil yang mudah untuk dibentuk. Jika sedari kecil di didik
dalam lingkungan yang baik maka ketika dewasa pun akan menuai hasilnya,
berupa pribadi yang soleh dan berkarakter islami. Namun, sebaliknya apabila
semenjak dini jauh dari didikan agama yang semestinya, maka dipastikan
sang anak akan menjadi pribadi yang jauh dari nilai- nilai keislaman dan tidak
mustahil bisa menjadi manusia dengan sosok yang menyeramkan..
Di dalam Al-Quran dan Al-Hadits yang merupakan sebagai sumber
pokok ajaran Agama Islam ini telah diterangkan mengenai hal-hal apa saja
yang menjadi tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak. Apabila
semua orang tua memahaminya maka tidak akan sulit untuk mendidik anak
dengan benar. Namun, kita lihat fenomena sekarang ini banyak orang tua
yang lebih bangga dengan cara mendidik barat yang pragmatis dan hedonis
daripada memakai konsep Islam. Hal ini disebabkan karena kurangnya
pemahaman mereka terhadap konsep Islam tersebut. Penyebabnya banyak
sekali dan kita tidak boleh menyudutkan salah satu pihak yang kita anggap
salah. Kita seharusnya mengoreksi diri sendiri dalam hal ini.
Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali begitulah kata pepatah.
Begitupun bagi orang tua yang terlanjur terjebak dalam kondisi ketidak
tahuan, maka janganlah berputus asa. Mari mulai saat ini sama- sama belajar
untuk mendidik dan menanamkan nilai- nilai keislaman kepada anak agar
kelak terwujud generasi yang kuat baik secara keimanan, financial,
kesehatan, atau dari segi ilmu pengetahuan.
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
a. Bagaimana definisi pendidikan baik secara umum atau pendidikan islam ?
b. Bagaimanakah kewajiban anak terhadap orang tua dan sebaliknya di
dalam Islam ?
c. Bagaimana konsep Islam tentang tanggung jawab orang tua dalam
mendidik anak ?
d. Bagaimana langkah- langkah yang benar dalam mendidik anak ?
e. Apa tujuan orang tua mendidik anak ?
f. Apa saja kesalahan orang tua dalam mendidik anak ?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah, untuk mengetahui :
a. Definisi Pendidikan baik secara umum atau pun pendidikan dari perspektif
Islam.
b. Kewajiban anak terhadap orang tua
c. Kewajiban orang tua terhadap anak
d. Konsep Islam berkaitan dengan tanggung jawab orang tua dalam mendidik
anak
e. Tujuan mendidik anak
f. Kesalahan orang tua dala mendidik anak






3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti Pendidikan
a. Pendidikan secara Umum
Pendidikan, menurut Muchtar (2005:1) adalah suatu proses untuk
mendewasakan manusia. Atau dengan kata lain pendidikan merupakan suatu
upaya untuk memanusiakan manusia.
Ramayulis sebagaimana yang dikutip oleh Mubaroq (2011:12)
memberikan penjelasan tentang pengertian Pendidikan dalam arti luas, yaitu :
Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar
yang dilalui peserta didik dengan segala lingkungan dan sepanjang
hayat. Sementara pendidikan dalam batasan yang sempit adalah
proses pembelajaran yang dilaksanakan di lembaga pendidikan
formal (madrasah/ sekolah).

Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk mendidik
manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang serta memiliki potensi atau
kemampuan sebagai mana mestinya.(Muchtar, 2005:14)
Di dalam kamus bahasa Indonesia sebagaimana yang dikutip oleh
Rahmaniyah (2007:45) menjelaskan bahwa yang dimaksud pendidikan adalah
proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.
Kewajiban mendidik anak secara kodrati menjadi tanggung jawab
orang tua. Pendidikan yang diberikan kepada anak hendaklah pendidikan
yang layak agar kelak anak bisa menjadi manusia yang baik, mandiri, dan
berguna hidup di masyarakat. Secara sosiologis, orang tua harus
mempersiapkan anak- anaknya, sehingga mereka bisa survive dalam
menghadapi kehidupannya dimasa yang akan datang. (Rahmaniyah, 2007:13)
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Dengan pendidikan itulah umat manusia dapat maju dan
berkembang baik, melahirkan kebudayaan dan perbadaban positif yang
membawa kepada kebahagiaan dan kesejahteraan hidup mereka. Makin tinggi
4

pendidikan mereka makin tinggi pula tingkat kebudayaan dan peradabannya.
( Romli, 2011:56-57)
Sudirman sebagaimana yang dikutip oleh Syahrullah (2008: 108)
menjelaskan bahwa : Pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani yaitu
Paedagogie asal kata dari Pais yang artinya anak dan again yang
artinya membimbing, jadi dapat disimpulkan : bimbingan yang diberikan
kepada anak. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan secara sengaja
oleh orang dewasa.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan adalah sebuah proses yang
terjadi secara terus menerus dengan tujuan tercapainya pribadi manusia yang
utuh.

b. Pendidikan Islam
Pendidikan adalah salah satu aspek yang penting dalam Islam.
Pendidikan merupakan sarana untuk bahan perilaku individu agar menjadi
lebih baik dalam kehidupan pribadinya maupun dalam kehidupan masyarakat
serta alam sekitarnya. (Syahrullah, 2008: 107)
Ahmad Tafsir (dalam Syahrullah, 2008:109) menyimpulkan bahwa :
Pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oelh seseorang kepada
seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran islam,
yang bila disingkat pendidikan Islam yaitu bimbingan terhadap seseorang
agar ia menjadi muslim semaksimal mungkin.
Pendidikan Islam adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan
kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam atau suatu upaya, memikir,
memutuskan dan berbuat dan berdasarkan nilai- nilai Islam (Zuhairini dalam
Sopyan, 2010 :15 )
Pendidikan Islam adalah usaha bimbingan jasmani dan rohani pada
tingkat kehidupan individu dan sosail untuk mengembangkan fitrah manusia
berdasarkan hukum- hukum Islam menuju terbentukya manusia ideal (insan
kamil) yang berkepribadian muslim dan berakhalk terpuji serta taat pada
5

Islam sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. (Sopyan,
2010:18)
An-Nahlawi (dalam Mubaraq, 2012:87) menyebutkan bahwa
Pendidi-kan Islam adalah penataan individual dan sosial yang dapat
menyebabkan seseorang tunduk dan taat pada Islam dan menerapkannya
secara sempurna di dalam kehidupan individu dan masyarakat.
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hinga
mengimani ajaran Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati
penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat
beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. (Suhendra,
2008:14)

B. Kewajiban Orang Tua terhadap Anak
Anak merupakan anugerah yang tidak ternilai harganya bagi orang tua.
Masa depan anak diharapkan sukses tanpa mengabaikan nilai- nilai keagamaan
yang ada. Selain sebagai anugerah, sebenarnya anak merupakan amanah dari
Allah SWT. Dimana setiap amanah nantinya akan dipertanggung jawabkan. Oleh
karena itu, sudah sepatutnya anak sejak dini di didik dengan benar oleh kedua
Orang Tuanya agar ketika dewasa memiliki kepribadian yang utuh.
Setiap orang tua harus mendidik anak mengenai dunia dan akhiratnya.
Artinya, orang tua harus memerhatian perkembangan anak dalam
hubungannya dengan Allah, manusi, dan alam sekitar, serta
mengantarkannya menjadi manusia produktif agar mampu hidup berguna
di dunia. Demikian juga ia harus mendidik rohani sang anak untuk
senantiasa ingat beribadah kepada Allah swt. dan tawadhu. (Ismail. 2008:
209)
a. Perhatian sebelum Anak Dilahirkan
Al-Shabbagh ( 182-185) menyebutkan tentang perhatian anak sebelum
dilahirkan, diantaranya :
1. Perhatian terhadap anak-anak oleh syariat Islam telah dimulai sejak
mereka belum dilahirkan, yaitu ketika Rasul yang mulia
6

memerintahkan kaum Muslimin untuk terus mencari calon suami atau
isteri yang baik. Kriteria calon pasangan hidup harus didasarkan atas
asas takwa dan kesalihan, jelasnya nasab dan kehormatan para calon
itu.
2. Rasulullah saw. yang mulai menganjurkan untuk memilih pasangan
yang tidak ada hubungan kekerabatan sama sekali untuk memperkuat
keturunan
3. Diantara perhatian lain yang diberikan oleh syariat agama ini untuk
anak-anak yang hendak dilahirkan adalah diperbolehkannya ibu hamil
untuk tidak berpuasa dan menggantinya pada hari yang lain, jika ia
merasa bahwa puasa akan membahayakan atas dirinya dan anaknya.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwasannya Rasulullah saw.
bersabda :

Sesungguhnya Allah swt. membolehkan orang berpergian untuk


meninggalkan puasanya dan mewajibkannya untuk mendirikan shalat, dan
Dia juga membolehkan berbuka puasa bagi wanita yang sedang hamil
atau sedang menyusui anaknya. (HR. Al-Khamsah, Nayl Al Awthar, juz
IV)

b. Perhatian terhadap Anak yang Sudah Lahir
Setelah orang tua memberikan perhatian terhadap calon anak yang
sedang di kandung maka ketika anak tersebut lahir tentunya ada perhatian
yang berbeda. Perhatian dan perlakuan tersebut menunjukan sebuah rasa
tanggung jawab dari orang tua karena telah di amanahi seorang anak. Suami
isteri yang bersangkutan diharapkan bekerja sama untuk memenuhi
kebutuhan dan hak sang anak.
Menurut Muchtar (2005:75) ada beberapa kewajiban atau tanggung
jawab orang tua terhadap anak, yaitu :
i. Bersyukur kepada Allah karena kita diberi anugerah dan amanah
berupa anak.
ii. Beraqiqah, yakni menyembelih dua ekor kambing apabila anak laki-
laki ; dan atau satu ekor kambing apabila anak kita perempuan.
iii. Memberi nama yang baik dan mulia.
iv. Menyusuinya selama dua tahun.
v. Mengkhitannya sebelum baligh.

7

vi. Mendidiknya dengan baik dan benar.
vii. Menikahkan ketika sudah cukup umur atau sudah ada jodohnya.

Selain itu, Al-Shabbagh (1994:188) menyebutkan beberapa hal
penting lainnya terkait kewajiban orang tua terhadap anaknya. Hal tersebut
antara lain :
i. Mengazani dan mengiqomati di kedua telinga anak yang baru lahir.
ii. Mengtahnikkan ketika anak dilahirkan.
iii. Mencukur rambut bayi.
iv. Perawatan anak.
v. Penyusuan
vi. Pendidikan anak dengan nilai- nilai dan keutamaan.

Rasulullah saw menegaskan tentang kewajiban orang tua terhadap anak
dalam haditsnya, yaitu :
Kewajiban orang tua atas anaknya ialah membaguskan nama dan
akhlaknya, mengajari menulis, berenang dan memanah, dan tidak
memberinya rezeki kecuali yang baik dan menikahkannya apabila ia telah
berkehendak. (HR. Hakim)
(Ismail, 2008: 210)
Jadi, jelaslah bahwa orang tua memiliki kewajiban yang bermacam-
macam, dimana hal tersebut menjadi penting untuk dipenuhi. Anak memiliki hak
untuk diberikan semuanya itu kepadanya. Orang tua pun harusnya berupaya
dengan sekuat tenaga agar beberapa tanggung jawab atau kewajiban yang telah
dikemukakan oleh para ahli tersebut diberikan kepada anak-anaknya.

C. Kewajiban Anak terhadap orang Tua
Ternyata bukan hanya orang tua saja yang memiliki kewajiban terhadap
anaknya. Anak pun memiliki kewajiban kepada kedua orang tuanya sebagai
wujud baktinya. Selain sebagai balas budi atas kebaikan kedua orang tua terhadap
anak, hal tersebut juga memang telah tersurat baik dalam Al- Quran maupun
hadits.
8

Menurut Muchtar (2005:110) kewajiban-kewajiban anak terhadap orang
tua diantaranya, yaitu :
a. Menaati perintah orang tua
b. Menghormati dan berbuat baik kepada kedua orang tua
c. Mendahulukan dan memenuhi kebutuhan orang tua
d. Minta izim dan doa restu orang tua
e. Membantu tugas dan pekerjaan orang tua
f. Menjaga nama baik dan amanat orang tua
g. Mendoakan orang tua
h. Mengurus orang tua sampai meninggal
i. Memenuhi janji dan kewajiban orang tua
j. Meneruskan Silaturahmi dengan saudara dan Teman- teman serta
sahabat Orang Tua.

D. Konsep Mendidik Anak dalam Al-Quran dan Hadits
Dalam pandangan Islam anak merupakan dambaan hati bagi orang tuanya.
Dalam Alquran disebutkan Ya Tuhan Kami, anugerahkanlah kepada ister- isteri
kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) (QS. Al-Furqan [25] :
74). Oleh karena itu anak menjadi dambaan hati, maka orang tua cenderung untuk
berbuat dengan rela dan suka untuk anak- anaknya. Namun demikian kerelaan dan
kesuksesannya itu tidak boleh berlebihan, karena dapat menjadikan mereka
terlena serta menjadikan tidak baiknya, baik buat anak itu sendiri, orang tuanya
maupun lingkungannya. ( Nurhadi, Tanpa tahun: 2)
Mujib (dalam Romli 2011:7) mengatakan bahwa Pendidik pertama dan
utama adalah orang tua sendiri. Orang tualah yang memiliki tanggung jawab
yang besar terhadap perkembangan anaknya, karena sukses tidaknya anak
tergantung pengasuhan, perhatian, dan pendidikannya.
Pendidik pertama dan utama adalah orang tua sendiri. Mereka berdua yang
bertanggung jawab penuh atas kemajuan perkembangan anak kandungnya, karena
sukses tidaknya anak sangat bergantung pengasuhan, perhatian, dan
9

pendidikannya. Kesuksesan anak kandung merupakan cerminan atas kesuksesan
orang tua juga. ( Mujib dan Mudzakkir, 2008:88)
Kita sebagai muslim sebenarnya memiliki kitab induk yang berisi
petunjuk-petunjuk untuk menjalani kehidupan. Kitab itu yakni Al-Quranul
Karim. Selain itu, yang kedua adalah hadits Rasulullah saw. Hadits di dalamnya
memberikan perincian terhadap ayat-ayat dalam Al-Quran yang masih global.
Dalam mendidik anak pun dalam kedua referensi utama tersebut telah dituliskan.
Kalau kita ingin sukses dalam mendidik anak, maka seharusnya kita merujuk
kepada Al-Quran dan Hadits tersebut.
a. Ayat- ayat al-Quran tentang mendidik anak
1. QS. At-Tahrim [66]:6
Og^4C 4g~-.-
W-ONL4`-47 W-EO~ 7=O^
7O)Uu-4 -4O4^
E-1O~4 +EEL-
7E4OEg4^-4 OgOU4
NOj^U4` [+EgN 1-Eg-
4pOOu4C -.- .4` -4O4`
4pOUE^4C4 4` 4p+OuNC ^g
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim [66]:6)

2. QS. Al-Baqarah [2]:132-133
_/-44 .Ogj Og-4O)
gOOg[4 COu4C4 O/j_4:4C
Ep) -.- _O>C;- N7
4g].- E O}>O> )
+^4 4pO)UOG` ^@g u
+-47 47.-EOg+ ^O) 4O=EO
10

=Ou4C OE^- ^O) 4~
gOOg[4lg 4` 4p+lu> }g`
Ogu4 W-O7~ +lu4^
ElE_) 4O)4
Elj*.4-47 =g-4O)
1gEc)4 4-Ec)4
4_) -4g4 }^44 N.
4pO)UON` ^@@

Dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya,
demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku!
Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah
kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". Adakah kamu hadir
ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada
anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" mereka
menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek
moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan
Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (QS. Al-Baqarah [2]:132-133)

3. QS. Al-Baqarah [2]: 233
4).4O^-4 =}uONC
O}-Eu u-.OEO
u-Ug`~E W ;}Eg E1-4O p
E+NC O4N=O- _ O>4N4
g1O7OO^- N. O}_~^ejO
O}g4OOg4
NOuO^) _ -^U>
R^4^ ) E_EcN _ O._>
E4).4 E-g.4O) 4
1O7O4` +O- jg.4O) _
O>4N4 g[jO-4O^- NuVg`
ElgO up) -E1-4O =g
}4N -4O> 4gu+g)`
ON4=>4 E EEE4N_
EjgOU4N up)4 <>14O
p W-EONuO4O
7Eu E EE4LN_
7^OU4 -O) +;^UEc .E`
7+^O>-47 ^OuO^)
W-OE>-4 -.-
11

W-EOU;N-4 Ep -.- Eg
4pOU4u> OO4 ^g@@
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah
memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf.
seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan
keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan
jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah [2]: 233)




4. QS.An-Nisa [4]: 9
=uC4O^4 -g~-.- O
W-O74O> ;}g` )_gUE=
LO+CjOO E W-O~
)_^1U4 W-O+-4OU -.-
W-O7O4O^4 LO~ -CgEc
^_
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
Perkataan yang benar. (QS.An-Nisa [4]:9)


b. Hadits-hadits tentang mendidik anak
Hadits tentang anjuran mendidik anak

12

Tidak ada pemberian orang tua kepada anaknya yang lebih baik
daripada budi (pendidikan) yang baik (HR. Turmudzi)

(
)
Muliakanlah anak- anak kalian dan didiklah akhlak mereka, karena
sesungguhnya anak- anak kalian itu merupakan hadiah bagi kalian
(HR. Ibnu Majah)

Jika ada seseorang yang mendidik anaknya, itu lebih baik ketimbang
bersedekah dengan satu sha. (HR.Tirmidzi)


Jika salah seorang di antara kamu sekalian mau mendidik anaknya,
maka perbuatan itu lebih baik baginya ketimbang bersedekah setengah
sha setiap hari untuk para fakir miskin. (HR.Tirmidzi)
Dari Ibn Abbas r.a dari Rasulullah saw. bersabda :

Muliakanlah anak-anakmu, perbaikilah pendidikan mereka.



Rasulullah saw bersabda yang artinya :
Kewajiban orang tua atas anaknya ialah membaguskan nama dan
akhlaknya, mengajari, menulis, berenang, dan memanah, dan tidak
memberinya rezeki kecuali yang baik dan menikahkannya apabila ia telah
berkehendak. (HR. Hakim) dikutip dari Ismail 210


13

Anas mengatakan bahwa Rasulullah saw. Bersabda : Anak itu pada hari
ketujuh dari kelahirannya disembelih akikahnya, serta diberi namanya
dan disingkarkan dari segala kotoran-kotoran. Jika dia telah berumur 6
tahun ia didik beradab susila, jika ia telah berumur 13 tahun dipukul agar
mau sembahyang (diharuskan ). Bila ia telah berumur 16 tahun boleh
dikawinkan, setelah itu ayah berjabat tangan dengannya dan mengatakan
: Saya telah mendidik, mengajar dan mengawinkan kamu, saya mohon
perlindungan kepada Allah dari fitnah- fitnah di dunia dan siksaan di
akhirat.....(Daradjat dalam Romli, 2011:8 )

Hadits tentang Hak dan kewajiban terhadap Anak
Orang Tua bertanggung jawab terhadap Pendidikan Agama Anak

Setiap anak dilahirkan berada dalam kondisi fitrah (Islam); kedua orang
tuanyalah yang berperan menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani, atau
Majusi. (HR.Bukhari)

Kepada Nabi saw dibawa beberapa bayi, lalu beliau memohonkan


barakah atas mereka dan mentahniknya (HR.Al-Bukhri)

Mengajari Anak Kalimat Tauhid


Kami bersama Nabi saw ketika kami masih anak-anak. Kami
mempelajari masalah keimanan sebelum mempelajari Al-Quran. Setelah
itu, kami mempelajari Al-Quran. Maka, iman kami semakin bertambah.
(HR. Ibnu Majjah)

Iman itu ada lebih dari 70 cabang, atau lebih dari 60 cabang. Tingkatan
yang paling tinggi adalah mengucapkan la ilaha illallah (Tidak ada
sesembahan yang hak selain Allah), dan yang paling rendah adalah
14

menyingkirkan penghalang (duri) dari jalanan. Dan rasa malu termasuk
cabang iman. (HR. Ahmad)

Mengajarkan Alquran dan Hadits
Berilah anak- anakmu pendidikan atas tiga macam : mengasihi Nabi,
mengasihi keluarganya (ahlul bait) dan membaca Alquran. Maka
sesungguhnya orang yang hafal Alquran berada pada naungan Allah,
yaitu di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan Allah beserta para
Nabi dan kekasih-kekasih-Nya ( Hadits Riwayat dari Ali ra)

Memisahkan tempat tidur dan Menutup Aurat
Rasulullah bersada : .ketika mereka berumur tahun, dan pisahkanlah
tempat tidur mereka (putra-putri) (HR. Abu Dawud)
Memperlakukan anak sesuai dengan kemampuannya

Allah memberi rahmat kepada ayah yang membantu anaknya untuk


berbakti kepadanya (HR. Abu Syaikh)

Berlaku Adil terhadap anak- anaknya

Berbuat adillah terhadap anak- anakmu sekalian, sebagai mana kamu
sekalian senang bila mereka berlaku adil terhadapamu sekalian (para
orang tua) (HR. Muslim)

E. Langkah- langkah mendidik anak sesuai dengan Al-Quran dan Hadits
Al-Quran dan Hadits telah mengemukakan petunjuk- petunjuk atau
landasan dalam mendidik anak. Namun, banyak dari kita yang belum tentu dapat
memahami apa yang terkandung dalam beberapa ayat Alquran dan Hadits
tersebut. Oleh karena itu perlu penjabaran atau perincian secara sistematis
langkah- langkah yang dapat dilakukan dalam mendidik anak.
15

Ismail (2008: 213) mengemukakan bahwa setidaknya minimal ada tiga hak
pendidikan anak dari orang tua, yaitu :
Pertama, pendidikan beribadah. Ini merupakan hak fundamental yang
diberikan sebagai bekal hidupnya menghamba kepada Allah swt. Sebab,
prestasi setinggi apa pun di dunia tanpa dibarengi prestasi iman adalah sia-
sia.
Kedua, pendidikan keterampilan, yaitu pemberdayaan tabiat dan
kemampuan dasar anak untuk bersaing (fastabiq al-khairat) memenuhi
dunianya dan sebagai modal untuk menumbuhkan kepekaan sosial,
termasuk menyantuni kaum lemah.
Ketiga, pengajaran (talim) berbagai ilmu. Al-Quran menyebut anak
dalam keadaan tidak tahu apa- apa.

Menurut Samsul Munir Amin sebagaimana yang dikutip oleh Sopyan
(2010:19-21) menyebutkan ada lima hal yang perlu ditanamkan dalam mendidik
anak, yaitu sebagai berikut :
1. Pendidikan Akidah dan Agama
Akidah dan agama merupakan suatu keyakinan yang harus
ditanamkan kepada anak. Akidah adalah keimanan yang menjadi
landasan seseorang menjadi yakin dalam beragama.
2. Pendidikan ketaatan
Sikap taat timbul dari kesadaran kalbu dan jiwa. Sikap ini merupakan
bibit pertama yang haru dipupuk dalam jiwa anak didik dengan cara
lembut dan perlahan- lahan. Dengan cara demikian jiwa sang anak
akan terbuka dan siap menerima pengarahan sang pendidik. Di dalam
menanamkan ketaatan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar
tidak menimbulkan hal- hal yang negatif atau yang membahayakan.
Untuk itu, pendidik jangan sekali- kali memakai cara paksaan agar
timbul reaksi- reaksi kebalikannya dari pihak anak didik.
3. Pendidikan kejujuran
Sifat jujur merupakan tonggak akhlak yang mendasari bangunan
pribadi yang benar bagi anak- anak. Sifat dusta merupakan kunci
segala perbuatan yang jahat. Anak- anak harus dijaga jangan sampai
melakukan kebohongan.
4. Pendidikan Amanah
Adapun yang dimaksud di sini bukanlah dalam lingkup yang sempit.
Akan tetapi, mencakup pengertian yang luas. Sifat amanah meliputi
segi pendengaran, pemindahan berita, dan penggunaan pandangan
mata. Sifat amanah adalah sifat yang terpuji bagi pendidikan anak-
anak. Oleh karena itu, anak perlu sejak dini dibiasakan dengan sifat
amanah agar sifat amanah telah tertanam dalam jiwa anak-anak. Anak
yang memiliki sifat amanah akan memiliki masa depan yang gemilang
karena dia akan dipercaya banyak orang.
5. Pendidikan sifat Qanaah dan Ridha
Dalam usia dini, sang anak perlu diperkuat dengan perasaan
keagamannya dan dipusatkan perhatiannya kepada akidah serta
16

akhlak. Hal tersebut dimaksudkan agar dalam diri anak dapat
dilenyapkan hal- hal yang menyebabkan tumbuhnya rasa dengki, iri
hati dan tamak. Diharapkan sifat tercela itu tidak akan tumbuh dalam
kehidupan mereka di masa mendatang karena sejak dini anak sudah
diterapkan dengan sifat- sifat terpuji. Sifat Qanaah dan ridha
merupakan kunci kebahagaiaan serta memberi ketenangan dalam
berfikir. Sedangkan sifat dengki dan iri hati dapat mengakibatkan
terkoyaknya kehidupan sosil, bahkan lingkungan keluarga pun dapat
berantakan.

Menurut Abdullah Nashih Ulwan sebagaimana yang dikutip oleh Muchtar
(2005:87) menyebutkan bahwa secara garis besar pendidikan terhadap anak
meliputi :
a. Masuliyyah Al Tarbiyah Al Imaniyyah (Pendidikan Keimanan).
b. Masuliyyah Al Tarbiyah Al Khuniyah (Pendidikan Akhlak).
c. Masuliyyah Al Tarbiyah Al Jismiyyah (Pendidikan Jasmani).
d. Masuliyyah Al Tarbiyah Al Aqiyyah (Pendidikan Akal).
e. Masuliyyah Al Tarbiyah Al Nafsiyyah (Pendidikan Jiwa).
f. Masuliyyah Al Tarbiyah Al Ijtimaiyyah (Pendidikan Sosial)
g. Masuliyyah Al Tarbiyah Al Jinisiyyah (Pendidikan Seksual).
Muchtar (2005:88) memberikan perincian terhadap tujuh pendidikan
diatas, yaitu :
a. Menanamkan Tauhid dan Aqidah
b. Mengajarkan Al-Quran dan Hadits
c. Melatih dan mengerjakan shalat dan ibadah- ibadah lain
d. Memisahkan tempat tidur dan menutup aurat
e. Mengajarkan halal dan haram
f. Memperlakukan anak dengan kasih sayang dan bijaksana
g. Menanamkan rasa cinta kepada sesama anak
h. Memperlakukan anak sesuai dengan kemampuannya
i. Berlaku adil terhadap anak- anaknya
j. Memberi teladan terhadap anak- anak
k. Memperhatikan pergaulan anak
l. Memberi hiburan dan mengajak berolahraga
m. Mendidik anak agar mandiri
n. Memperkenalkan dan bersilaturahmi kepada kerabat
o. Mendidik anak patut untuk peduli kepada sesama
p. Mendidik anak agar peduli terhadap lingkungan sekitar
q. Mewasiatkan Islam kepada anak


Kiat- kiat Mendidik Anak secara Islami
17

Menanamkan awidah tauhid yang benar kepada anak. Mengenalkan bahwa
Allah swt. adalah sang Maha Pencipta. Mengenalkan para malaikat, para
Rasul/ Nabi, Kitab Allah, surga dan neraka, Nabi Muhammad saw. dan
para sahabat Nabi.
Mengajar anak tentang prinsip- prinsip agama, Al-Quran, hadits, dan
mengari ibadah shalat. Nabi Muhammad saw. bersabda Suruhlah anak-
anakmu mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun dan
pukullah mereka keitka meninggalkannya apabila mereka telah berumur
sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka. (HR. Imam Ahmad)
Mengajarkan nilai- nilai perbuatan yang baik dan efeknya pada individu
dan masyarakat, serta menunjukkan akibat dari perbuatan buruk sesuai
kemampuan pemahaman anak.
Orang tua harus menjadi contoh yang baik dalam perilaku mereka karena
anak- anak suka meniru orang tua mereka dalam ucapan dan perbuatan
mereka.
Memperlakukan anak dengan baik dan ramah.
Memilihkan lingkungan dan teman yang baik bagi anak- anaknya untuk
menghindari pengaruh yang buruk, karena anak- anak selalu dipengaruhi
oleh lingkungan dan teman mereka

F. Tujuan Pendidikan Bagi Anak
Anak diberikan pendidikan tentunya atas dasar tujaun yang baik. Anak
dari usia dini dididik dengan benar karena suatu saat ia diharapkan menjadi orang
yang sempurna walaupun sebenarnya tidak ada orang yang bisa sempurna.
Tujuan pendidikan bagi anak dapat kita pahami secara langsung dari tujuan
pendidikan dalam Islam. Tujuan tersebut antara lain :
Menurut, Ibnu Taimiyah sebagaimana yang diutip oleh Madjid Irsan al-
Kqylani (dalam Mujib dan Mudzakkir, 2008:78), tujuan pendidikan Islam
bertumpu pada empat aspek, yaitu : (1) tercapainya pendidikan tauhid dengan cara
mempelajari ayat Allah swt. dalam wahyu-Nya dan ayat- ayat fisik (afaq) dan
psikis (anfus); (2) mengetahui ilmu Allah swt. melalui pemahaman terhadap
18

kebenaran mahluk-Nya; (3) mengetahui kekuatan (qudrah) Allah melalui
pemahaman jenis-jenis, kuantitas, dan kreatifitas mahluk-Nya; dan (4) mengetahui
apa yang diperbuat Allah swt (sunnah Allah) tentang realitas (alam) dan jenis-
jenis perilakunya.
Muchtar Yahya sebagaimana yang dikutip oleh Mujib dan Mudzakkir
(2008: 83) merumuskan tujuan pendidikan Islam dengan sederhana sekali, yaitu :
memberikan pemahaman ajaran- ajaran Islam pada pesera didik dan
membentuk keluhuran budi pekerti sebagaimana misi Rasulullah saw.
sebagai pengemban perintah menyempurnakan akhlak manusia, untuk
memenuhi kebutuhan kerja (QS. an-Nahl: 97. al-Anam :132) dalam
rangka menempuh hidup bahagia dunia dan akhirat (QS. al-Qashash : 77)

Sedangkan menurut al-Ghazali, yang dikutip oleh Fathiyah Hasan
Sulaiman, (dalam Mujib dan Mudzakkir, 2008:80) tujuan umum pendidikan Islam
tercermin dalam dua sedi, yaitu : (1) insan purna yang bertujuan mendekatkan diri
kepada Allah swt. ; (2) insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat. Kebahagiaan dunia akhirat dalam pandangan al-
Ghazali adalah menempatkan kebahagiaan dalam proporsi yang sebenarnya.
Kebahagiaan yang lebih memiliki nilai universal, abadi, dan lebih hakiki itulah
yang diprioritaskan.
Berdasarkan tujuan- tujuan pendidikan Islam di atas penulis dapat
menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam itu adalah menjadikan seseorang
sebagi sosok yang lebih dekat kepada Allah swt dan memahami cara- cara dan
langkah- langkah untuk mewujudkannya serta menjadikan seseorang mampu
berkepribadian mulia.
Menurut penulis, tujuan pendidikan bagi anak pun memiliki poin yang
sama dengan tujuan pendidikan Islam sebagaimana yang telah dikemukakan
diatas. Tujuan pendidikan bagi anak adalah untuk menjadikan anak sebagai
pribadi yang mampu mendekati sempurna meskipun kenyataannya tidak akan
pernah bisa. Namun, tujuan mendidik anak diarahkan untuk menuju ke arah
kesempurnaan itu, kelak di masa yang akan datang
19



G. Kesahan Orang Tua dalam Mendidik Anak
Dalil- dalil tentang mendidik Anak dalam Alquran bertujuan untuk
memberikan tuntunan bagi para orang tua agar benar dalam mendidik anak.
Namun, tidak jarang banyak orang tua yang mendidik ala kadarnya tanpa
mengikuti tuntunan yang ada. Akibatnya anak akan tumbuh menjadi sosok yang
tidak diharapkan. Kepribadiannya menjadi jauh dari nilai- nilai keagamaan.
Affandi (2012) menyebutkan 10 kesalahan orang tua mendidik anak,yaitu :
1. Terlalu Berlebihan
2. Bertengkar Dihadapan Anak
3. Tidak Konsisten
4. Jarang Bertemu Muka
5. Gagal Mendengarkan
6. Kurang Pengawasan
7. Mengabaikan Kata Hati
8. Terlalu Banyak Nonton TV
9. Segalanya Diukur dengan Materi
10. Bersikap Berat Sebelah

Lain halnya dengan yang disebutkan oleh Fendik (2011), disebutkan
sedikitnya ada tujuh hal yang merupakan kesalahan orang tua dalam mendidik
anak, yaitu :
1. Ucapan orang tua tidak sesuai dengan perbuatan
2. Kedua urangtua tidak sepakat atas cara tertentu dalam pendidikan anak
3. Membiarkan anak menjadi korban televisi
4. Menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak kepada pembantu atau
pengasuh
5. Orangtua menampakkan kelemahannya dalam mendidik anak
6. Berusaha mengekang anak secara berlebihan
7. Mendidik anak tidak percaya diri dan merendahkan pribadinya


Jadi, setelah diketahui beberapa kesalahan orang tua dalam mendidik anak
kita seharusnya bisa memperbaiki cara dalam mendidik anak. Hal- hal tersebut
hendaknya dihindari supaya tidak memperparah kondisi anak, baik itu fisik atau
20

psikologisnya. Sebaliknya sebagai orang tua diharapkan lebih memahami konsep
dan langkah mendidik anak sesuai tuntunan Alquran dan Hadits.



BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini, maka dapat diambil
kesimpulan :
1. Sebenarnya hampir sama makna pendidikan baik secara umum atau dilihat
dari perspektif islam. Namun, terdapat perbedaan dalam hal sumber
rujukan dari keduanya. Tujuannya pun dapat dikatakan berbeda dimana
pendidikan secara umum lebih mengarah pada tujuan yang bersifat
duniawi saja, sedangkan pendidikan Islam lebih menekankan pada
kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun diakhirat.
2. Orang tua memiliki kewajiban terhadap anaknya baik itu sebelum
dilahirkan ataupun sesudah dilahirkan. Kewajiban itu antara lain :
21

(1) bersyukur kepada Allah karena kita diberi anugerah dan amanah
berupa anak.
(2) beraqiqah, yakni menyembelih dua ekor kambing apabila anak
laki- laki ; dan atau satu ekor kambing apabila anak kita
perempuan.
(3) memberi nama yang baik dan mulia.
(4) menyusuinya selama dua tahun.
(5) mengkhitannya sebelum baligh.
(6) mendidiknya dengan baik dan benar.
(7) menikahkan ketika sudah cukup umur atau sudah ada jodohnya.
(Muchtar, 2005:110)
3. Orang tua memiliki hak yang bisa diperoleh dari anaknya. Sebaliknya,
anak harus memenuhi kewajibannya terhadap orang tua yang telah
mendidiknya. Kewajiban anak terhadap orang tua, antara lain : (1)
Menghormati keduanya dan jangan membuatnya tersinggung atau merasa
tersakiti oleh tingkah laku anak ; (2) Senantiasa mematuhi perintahnya,
dna berusaha untuk tidak melakukan apa yang mereka larang ; (3)
mendoakan keduanya ; (4) merawatnya dikala sakit ; (5) menguburkan
jenazahnya ketika mereka sudah meninggal dunia, dll.
4. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk memberikan pendidikan sesuai
petunjuk dalam Alquran dan Hadits. Pendidikan yang paling penting
diantaranya Pendidikan tentang aqidah, yakni tata cara mengimani Allah
swt., tata cara ibadah, pendidikan jasmani yang bertujuan agar anak sehat
secara fisik dan psikis, dll.
5. Tujuan orang tua dalam mendidik anak adalah untuk mewujudkan
generasi- generasi mendatang yang tanggung baik dari segi keimanan
,ekonomi, keilmuan, ataupun kesehatan.
6. Masih banyak orang tua yang masih belum memahami cara mendidik anak
yang baik sesuai dengan tuntunan Alquran dan hadits sehingga anak
menjadi tumbuh tidak sesuai dengan yang diharapkan.

22

B. Rekomendasi











DAFTAR PUSTAKA

Affandi.(2012). Kesalahan dalam mendidik Anak. [online]
Tersedia : www.kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2012/09/08/10-ke-
salahan-dalam-mendidik-anak-485195.html), [15 Februari 2013]
Al-Shabbagh, M. (1994). Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam . Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.
Fendik.( 2011). Kesalahan orang tua dalam mendidik anak. [online]
Tersedia : www.imadiklus.com/2011/11/kesalahan-orang-tua-dalam-men-
didik-anak.html [15 Februari 2013]
Hanna, M. (2006). Mutiara Pendidikan Hadits : Kumpulan Hadits . Jakarta :
Tasnim Publishing.
Ismail, R. (2008). Menuju Hidup Islami. Yogyakarta: PT Pustaka Hidup Madani .
23

Mubaroq, S.H. (2012). Konsep Pendidikan Keluarga dalam Al-Quran : (Analisis
Metode Tafsir Tahlili mengenai Pendidikan Keluaga dalam Alquran Surat
Luqman :12-19). Dalam Jurnal Tarbawi, Vol.1 No.2 Juni 2012.
______.(2011). Konsep Pendidikan Keluarga dalam Alquran (Analisis Metode
Tafsir Tahlili Mengenai Pendidikan Keluarga Dalam Al-Quran Surat
Luqman :12-19). Skripsi Sarjana pada Program Studi Ilmu Pendidikan
Agama Islam FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Muchtar, H. J. (2005). Fikih Pendidikan . Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Mujib, A dan Mudzakkir, J. (2008). Ilmu Pendidikan Islam . Jakarta: Kencana
Predana Media Group.
Nurhadi, R. t.t. Anak dalam Pandangan Islam dan Implikasinya terhadap
Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Rahmaniyah, R.. (2007). Nilai- nilai Pendidikan Hadits Riwayat Bukhari dan
Muslim tentang Keutamaan Orang Tua dalam Mendidik Anak Perempuan.
Skripsi Pada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Bandung : tidak
diterbitkan.
Romli, U. (2011). Model Pendidikan Tauhid pada Keluarga Pengusaha Religius
(Studi Kasus pada Keluarga H. Abdurrahman Yuri R.G). Skripsi Sarjana
pada Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam FPIPS UPI Bandung:
tidak diterbitkan.
Sopyan, I.I. (2010). Nilai- Nilai Pendidikan Islam dalam buku Salahnya kodok
(Bahagia Mendidik Anak bagi Ummahat). Skripsi pada Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta : tidak diterbitkan.
Suhendra, M. N. (2008). Peranan keluarga dalam pelaksanaan pendidikan
Agama Islam di RW.05 Kelurahan sungai bambu Jakarta Utara. Skripsi
pada Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Imu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : tidak diterbitkan.
24

Syahrullah. (2008). Konsep Pendidikan Islam tentang Perilaku Anak. Dalam
Jurnal Pendidikan Islam, vol. XI No.2 Desember 2008.
Ulwan, A. N. (1999). Pendidikan Anak Dalam Islam . Jakarta: Pustaka Amani .

You might also like