You are on page 1of 22

BAB I PENDAHULUAN

Luka Bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Luka bakar berat dapat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi. Di Amerika Serikat, kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar membutuhkan tindakan emergensi, dan sekitar 210 penderita luka bakar meninggal dunia. Di Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk serta industri, angka luka bakar tersebut makin meningkat. Luka bakar adalah luka yang di sebakan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api,air panas,listrik,bahan kimia dan radiasi; juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah,luka bakar ini bisa menyebabkan kematian ,atau akibat lain yang berkaitan dengan problem fungsi maupun estetika. Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga menimbulkan efek sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung pada dalam, luas dan letak luka. Selain beratnya luka bakar, umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi prognosis. Saat ini banyak terjadi kasus kebakaran. Tidak menutup kemungkinan banyak terjadinya korban. Korban biasanya mengalami luka bakar pada bagian-bagian tertentu. Dan pasti membutuhkan perawatan luka bakar yang baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I.

ANATOMI KULIT Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan dalam

homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7-3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ektoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat. EPIDERMIS Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan Merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setaip 4- 6 minggu. Fungsi epidermis adlaah proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel langerhans). Epidermis terdiri atas lima lapisan ( dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam): 1. Stratum korneum Terdiri atas sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti. 2. Stratum lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan tangan.

3. Stratum granulosum Ditandai oleh 3-5 lapis sel polyglonal gepeng yang intinya di tengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans. 4. Stratum Spinosum Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basal dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malphigi. Terdapat sel Langerhans. 5. Stratum Basale Terdapat aktivitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit. DERMIS Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaqki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan: Lapisan papiler: tipis mengandung jaringan ikat jarang Lapisan retikuler: tebal, terdiri dari jaringan ikat padat Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai deawsa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang. Hal ini menyebabkan kulti terjadi kehilangan kelemasanya dan tampak banyak keriput. Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis. Fungsi dermis sebagai penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi.
3

SUBKUTIS Merupakan lapisan dibawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi subkutis adalah melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

Gambar 1. Anatomi kulit

BAB III LUKA BAKAR

I.

DEFINISI Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-

benda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat). II. KLASIFIKASI LUKA BAKAR Luka bakar dibagi berdasarkan penyebab dan kedalaman luka bakar. 1. Berdasarkan penyebab antara lain : a) Flame b) Scald c) Contact d) Chemical e) Electricity : kerusakan akibat terbakar oleh api : kerusakan akibat adanya kontak dengan air panas : kerusakan akibat adanya kontak dengan benda padat yang panas/dingin : kerusakan akibat adanya kontak dengan bahan kimia : adanya konduksi arus listrik melewati jaringan

2. Berdasarkan kedalaman luka bakar :

Gambar 2. Derajat luka bakar

1. Luka bakar grade I Disebut juga luka bakar superficial Mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai mengenai daerah dermis. Sering disebut sebagai epidermal burn

Kulit tampak kemerahan, sedikit oedem, dan terasa nyeri. Pada hari ke empat akan terjadi deskuamasi epitel (peeling).

2. Luka bakar grade II

Superficial partial thickness

Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat daripada luka bakar grade I Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam setelah terkena luka Bila bula disingkirkan akan terlihat luka bewarna merah muda yang basah Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih pucat bila terkena tekanan Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu ( bila tidak terkena infeksi ), tapi warna kulit tidak akan sama seperti sebelumnya.

Deep partial thickness

Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis disertai juga dengan bula permukaan luka berbecak merah muda dan putih karena variasi dari vaskularisasi pembuluh darah (bagian yang putih punya hanya sedikit pembuluh darah dan yang merah muda mempunyai beberapa aliran darah)

luka akan sembuh dalam 3-9 minggu.

3. Luka bakar grade III

Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung saraf dan pembuluh darah sudah hancur. Terjadi koagulasi protein pad epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar. Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot dan tulang
6

III.

PATOFISIOLOGI

EFEK LOKAL Kerusakan jaringan Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi dan sel darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Luka bakar menyebabkan rupturnya sel atau nekrosis sel. Sel yang di perifer masih dapat hidup tapi sebagian ada yang rusak. Akibat rusaknya mikrosirkulasi perifer lapisan kolagen akan berubah bentuk dan rusak. Pembuluh kapiler yang mengalami trombosis, padahal pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh dan antibiotik, permeabilitas kapiler meningkat sehingga mengakibatkan kebocoran cairan intravaskular sehingga terjadi odem. Luka bakar derajat tiga yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami kontraktur. Bila terjadi di persendian, fungsi sendi dapat berkurang atau hilang. Inflamasi Reaksi inflamasi yang paling awal terlihat adalah eritema, yang disebabkan karena respon neovaskular mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah. Makin berat kerusakan jaringan, respon inflamasi yang muncul akan makin lama bertahan. Makrofag akan menghasilkan mediator inflamasi seperti sitokin dan sel fagosit nekrotik. Netrofil dan limfosit akan mengahalangi terjadinya infeksi. Infeksi Luka bakar merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme, biasanya akan menyebabkan infeksi dalam 24-48 jam. Dalam kondisi yang lebih berat akan muncul bakteriemia atau spetikemia yang kemudian akan terjadi penyebaran infeksi ke tempat yang lain. Bakteriemia merupakan penyebab kematian tersering pada luka bakar mulai dari 24 jam pertama sampai pada luka bakar yang sudah sembuh. Streprococcus beta hemolyticus dan psedomonas memproduksi enzym protease yang dapat mencegah penempelan dari skin graft. Infeksi ringan dan non invasif ditandai dengan keropeng yang mudah terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasive ditandai dengan keropeng yang mudah terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan keropeng yang mula-mula kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menjadi nekrotik, akibatnya luka

bakar yang mula-mula derajat dua menjadi derajat tiga. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis. EFEK REGIONAL Sirkulasi Jika terdapat odem yang luas, maka akan terjadi pembengkakkan, aliran darah dari ekstremitas dapat mengalami obstruksi. Sirkulasi untuk otot tangan intrinsik dapat terganggu akibat edema, dapat terjadi nekrosis yang lama kelamaan menjadi kontraktur. Akumulasi cairan interstitial dalam tangan menyebabkan jaringan kolagen menggembung maksimal sehingga terbentuk posisi claw. Dapat juga terjadi muscle compartement syndrome yang mengenai otot flexor dan ekstensor ekstremitas bagian atas maupun bawah. EFEK SISTEMIK Kehilangan cairan Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskular. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng luka derajat tiga. Bila luas luka bakar kurang dari 20 %, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20 % akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam Multiple organ failure dan sepsis Kegagalan progrsif dari ginjal dan hepar diakibatkan karena kehilangan cairan, toksemia karena infeksi, sepsis. Gangguan sirkulasi ke ginjal menyebabkan iskemia ginjal (tubulus) berlanjut dengan acute tubular necrosis yang akhirnya menjadi gagal ginjal. Gangguan sirkulasi perifer menyebabkan iskemia otot-otot dengan dampak pemecahan glikoprotein yang meningkatkan produksi nitric oxide. NO ini diketahui berperan sebagai mediator sepsis. Luka bakar inhalasi

Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi diwajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Odem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga. Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila lebih 60 % hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal. KOMPLIKASI SISTEMIK Stress yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat menimbulkan tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama dengan tukak peptik. Kelainan ini disebut tukak Curling. Yang dikhawatirkan pada tukak curling ini adalah penyulit perdarahan yang tampil sebagai hematemesis dan atau melena. Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan protein menjadi negatif. Protein dalam tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi, dan infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan pada fase ini terutama didapat dari pembakaran protein dari otot skelet. Oleh karena itu, penderita manjadi sangat kurus, otot mengecil dan berat badan menurun.

IV.

LUAS LUKA BAKAR Ada beberapa metode cepat untuk menentukan luas luka bakar, yaitu: Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas telapak tangan individu mewakili 1 % luas permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya dihitung pada pasien dengan derajat luka II atau III. Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa. Pada orang dewasa digunakan rumus 9 yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9 %, sisanya 1 % adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu untuk menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.
9

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak lebih besar. Karena perbandingan luar permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak. Untuk anak, kepala dan leher 15 %, badan depan dan belakang masing-masing 20 %, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10 %, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15 % Lund and Browder : Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh di kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak dapat menggunak rumus 9 dan disesuaikan dengan usia. Pada anak dibawah usia 1 tahun: kepala 18 % dan tiap tungkai 14 %, torso dan lengan persentasenya sama dengan dewasa. Untuk tiap penambahan usia 1 tahun, tambahkan 0,5 % untuk tiap tungkai dan turunkan persentase kepala sebesar 1 % hingga tercapai nilai dewasa.

Gambar 3. Penilaian luas luka bakar

10

V.

BERAT LUKA BAKAR Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka

bakar. Walaupun demikian beratnya luka bergantung pada dalam, luas dan letak luka. Umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Selain dalam dan luasnya luka bakar, prognosis dan penanganan ditentukan oleh letak luka, usia dan kesehatan penderita. Perawatan daerah perineum, ketiak, leher dan tangan sulit antara lain karena mudah mengalami kontraktur. Pembagian luka bakar berdasarkan ABA antara lain: 1. Luka bakar berat Derajat II-III >20 % pada pasien berusia dibawah 10 tahun atau di atas usia 50 tahun Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan diatas Luka bakar pada muka, telinga tangan, kaki dan perineum Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka bakar Luka bakar listrik bertegangan tinggi Disertai trauma lainnya

2. Luka bakar sedang (moderate burn) Luka bakar dengan luas 15-25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat tiga kurang dari 10 % Luka bakar dengan luas 10- 20 % pada anak usia <10 tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat II kurang dari 10 % Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai muka, tangan, kaki dan perineum 3. Luka bakar ringan Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa Luka bakar dengan luas < 10 % pada nak dan usia lanjut

11

Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan, kaki dan perineum.

VI.

PERTOLONGAN PERTAMA PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya dengan

menyelimuti dan meutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala. Korban dapat mengusahakannya dengan cepat menjatuhkan diri dan berguling agar bagian pakaian yang terbakar tidak meluas. Kontak dengan bahan yang panas juga harus cepat diakhiri misalnya dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau menceburkan diri ke air dingin, atau melepaskan baju yang tersiram panas. Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Upaya pendinginan ini dan upaya mempertahankan suhu dingin pada jam pertama akan menghentikan proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi yang akan terus berlangsung walaupun api telah dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Oleh karena itu merendam bagian yang terbakar selama 15 menit pertama dalam air sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil, luka yang sebenarnya menuju derajat dua dapat berhenti pada derajat satu, atau luka yang akan menjadi tingkat tiga dihentikan pada tingkat dua atau satu. Pencelupan atau penyiraman dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin, tidak perlu steril. Pada luka bakar ringan prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berproliferasi, menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat secara atau terbuka. Pada luka bakar berat, selain penanganan umum seperti pada luka bakar ringan, kalau perlu dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala syok. Bila penderita menunjukkan gejala terbakarnya jalan nafas, diberikan campuran udara lembab dan oksigen. Kalau terjadi udem laring, dipasang pipa endotrakea atau dibuat trakeostomi. Trakeostomi berfungsi untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi ruang mati dan memudahkan pembersihan jalan nafas dari lendir dan kotoran.

12

Primary survey Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka akibat trauma lain, yaitu dengan ABC yang diikuti dengan pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey sekunder. Airway and breathing Perhatikan adanya stridor, suara serak, dahak berwarna jelaga, gagal napas bulu hidung terbakar, bengkak pada wajah. Bila benar terdapat luka bakar inhalasi dibutuhkan pemasangan intubasi. Circulation Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena melalui infus diberikan bila luas luka bakar > 10 %. bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melaui mulut. Cairan merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah yang mengakibatkan timbunya edema. Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah dapat berkurang mengakibatkan keurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi organ-organ tubuh. Secondary survey a through head to to toe evaluation anamnesis riwayat trauma, mekanisme, ruang tertutup, gas kimia, trauma inhalasi adanya trauma penyerta lain Evaluasi luka Resusitasi cairan Monitoring lain-lain: dekompresi lambung, laboratorium, pain control, profilaktik tetanus.

13

VII.

RESUSITASI CAIRAN Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar, pemberian cairan

intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang adekuat harus ada, terutama pada bagian ekstremitas yang tidak terkena luka bakar. Adanya luka bakar diberikan cairan resusitasi karena adanya akumulasi cairan edema tidak hanya pada jaringan yang terbakar, tetapi juga seluruh tubuh. Telah diselidiki bahwa penyebab permeabilitas cairan ini adalah karena keluarnya sitokin dan beberapa mediator yang menyebabkan disfungsi dari sel, kebocoran kapiler. Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan terbesar adalah 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimun edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertaa kali adalah pemberian garam ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh. Pemberian cairan paling populer adalah dengan Ringer laktat ntuk 48 jam setelah terkena luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0,5-1-5 ml/kgBB/jam Formula yang terkenal untuk resusitasi cairan adalah: Formula Parkland 24 jam pertama cairan RL: 4 ml/ kgBB/%luka bakar. Contoh: Pria dengan berat 80 kg dengan luas luka bakar 25 % membutuhkan cairan 4 X 25 X 80 = 8000 ml dalam 24 jam pertama. jumlah cairan >> 4000 ml diberikan dalam 8 jam jumlah cairan sisanya >> 4000 ml diberikan dalam 16 jam berikutnya

Cara Evans Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl/24 jam Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah plasma/24 jam Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis hingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairang yang telah keluar.

14

2000 cc Dextrose 5 %/ 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang akibat penguapan. Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dal

16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan pada hari pertama. Dan hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Pemberian cairan dapat ditambah jika perlu, misalnya bila penderita dalam keadaan syok atau jika diuresis kurang. Untuk itu pemantauan yang ketat sangat penting, karena fluktuasi perubahan keadaan sangat cepat terutama pada fase awal luka bakar. Intinya status hidrasi penderita luka bakar luas harus dipantau terus menerus. Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat yaitu sekurang-kurangnya 1000-1500 ml/24 jam atau 1ml /kgBB/jam dan 3 ml/kgBB/jam pada pasien anak. Yang penting juga adalah pengamatan apakah sirkulasi normal atau tidak. Besarnya kehilangan cairan pada luka bakar luas disertai resusitasi yang tidak betul dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit ini juga harus dikoreksi namun bukan menjadi prioritas utama dalam resusitasi cairan emergensi.
VIII.

PERAWATAN LUKA Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan dilakukan

perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan dari semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang minimal. Setelah luka dibersihkan dan didebridemen, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki beberapa fungsi yaitu penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur, mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi, supaya pasien merasa nyaman dan tidak timbul sakit. Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar antara lain: Luka bakar derajat I merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barier pertahanan kulit. Luka sperti ini tidak perlu dibalut, cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu diberi NSAID untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan. Luka bakar derajat II (superfisial), perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-tama luka diolesi dengan salep antibotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan
15

dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan luka dapat ditutup dengan penutup luka sementara yang terbuat dari bahan alami (xenograft (pig skin) atau allograft (homograft, cadaver skin) atau bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra) Luka bakar derajat II (dalam dan luka derajat III perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok kulit (early exicision and grafting) IX. TINDAKAN BEDAH Pemotongan eskar atau eskarotomi dilakukan pada luka bakar derajat tiga yang melingkar pada ekstremitas atau tubh karena pengerutan keropeng dan pembengkakan yang terus berlangsung dapat mengakibatkan penjepitan yang membahayakan sirkulasi sehingga bagian distal bisa mati. Tanda dini penjepitan adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai kebas pada ujung-ujung distal. Keadaaan ini harus cepat ditolong dengan membuat irisan memanjang yang membuka keropeng sampai jepitan terlepas. Debridemen diusahakan sedini mungkin setelah keadaan penderita menjadi stabil karena eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan sesegera mungkin setelah keadaan menjadi stabil karena eksisi tangensial juga menyebabkan perdarahan. Biasanya eksisi dini dilakukan pada hari ke 3 sampai hari ke 7, dan pasti boleh dilakukan pada hari ke 10. Eksisi tangensial sebaiknya tidak dilakukan lebih dari 10 % luas permukaan tubuh karena dapat terjadi perdarahan yang cukup banyak. Luka bakar yang telah dibersihkan atau luka granulasi dapat ditutup dengan skin graft yang umumnya diambil dari kulit penderita sendiri (skin grafting autolog). Sebaiknya pada penderita luka bakar derajat dua dalam dan derajat tiga dilakukan skin grafting untuk mencegah terjadinya keloid dan jaringan parut yang hipertrofik. Skin grafitng dapat dilakukan sebelum hari kesepuluh yaitu sebelum timbulnya jaringan granulasi. Saat ini telah banyak terdapat material pengganti kulit (skin substitute) yang dapat digunakan jika skin grafting tidak bisa dilakukan. Skin substitute ini antara lain integra, aloderm, dan dermagraft. Aloderm adalah dermis manusia yang elemen-elemen epitelnya telah dibunag sehingga secara teoritis bersifat bebas antigen dan berfungsi sebagai pengganti kerangka pengganti dermis. Dermagraft merupakan hasil pembiakan fibroblas neonatus yang digabung dengan membran silikon dikelupas dan digantikan dengan STTG (split thickness skin graft). Integra merupakan analog dermis yang terbuat dari lapisan kolagen dan kondroitin ditambah lapisan silikon tipis.

16

X.

NUTRISI Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan

nitrogen yang negatif pada fase katabolisme yaitu sebanyak 2500- 3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Penderita yang sudah mulai stabil keadaqanya memerlukan fisioterapi untuk memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi. Kalau perlu sendi diistirahatkan dalam posisi fungsional dengan bidai. XI. MEDIKAMENTOSA Dengan terjadinya luka mengakibatkan hilangnya barier pertahan kulit sehingga memudahkan timbulnya koloni bakteri atau jamur pada luka. Bila jumlah kuman sudah mencapai 10 5 organisme jaringan, kuman tersebut dapat menembus ke dalam jaringan yang lebih dalam kemudian menginvasi ke pembuluh darah dan mengakibatkan infeksi sistemik yang dapat menyebabkan kematian. Pemberian antimikroba ini dapat secara topikal atau sistemik. Pemberian secara topikal dapat dalam bentuk salep atau cairan untuk meredam. Contoh antibiotik yang sering dipakai. Salep: Silver sulfadiazine, Mafenide acetate, Silver nitrate, Povidone-iodine, Bacitracin (biasanya untuk luka bakar grade I, Neomycin, Polymixin B, Nystatin, mupirocin, Mebo. MEBO/ MEBT (Mosit Exposed Burn Ointment/ Therapy

Broad spectrum ointment Preparat herbal, menggunakan zat alami tanpa kimiawi, toksisitas dan efek samping belum pernah ditemukan. Terdiri dari: 1. Komponen pengobatan : beta sitosterol, bacailin, berberine, yang mempunyai efek analgesik, anti inflamasi, anti infeksi pada luka bakar dan mampu mengurangi pembentukan jaringan parut. 2. Komponen nutrisi : amino acid, fatty acid dan amylose yang memberikan nutrisi untuk regenerasi dan perbaikan kulit yang terbakar.

17

Efek pengobatan: Menghilangkan nyeri luka bakar Mencegah perluasan nekrosis pada jaringan yang terluka Mengeluarkan jaringan nekrotik dengan mencairkannya Membuat lingkungan lembab pada luka yang dibutuhkan selama perbaikan jaringan kulit yang tersisa Kontrol infeksi dengan membuat suasana yang jelek untuk pertumbuhan kuman bukan dengan membunuh kuman. Merangsang pertumbuhan PRC (potential regenerative cell) dan stem cell untuk penyembuhan luka dan mengurangi terbentuknya jaringan parut. Mengurangi kebutuhan untuk skin graft

Prinsip penanganan luka bakar dengan MEBO Makin cepat diberi MEBO , hasilnya lebih baik (dalam 4-12 jam setelah kejadian) Biarkan luka terbuka Kelembaban yang optimal pada luka dengan MEBO Pemberian salep harus teratur dan terus menerus tiap 6-12 jam dibersihkan dengan kain kasa steril jangan dibiarkan kulit terbuka tanpa salep > 2-3 menit untuk mencegah penguapan cairan di kulit dan microvaskular menyebabkan trombosit merusak jaringan di bawahnya yang masih vital. Pada pemberian jangan sampai kesakitan/berdara, menimbulkan perlukaan pada jaringan hidup yang tersisa

Luka jangan sampai maserasi maupun kering Tidak boleh menggunakan desinfektan apapun saline atau atau air untuk wound debridement

18

Flow chart dari penanganan luka Earlier period (1-6 hari) : Blister di pungsi, kulitnya dibiarkan utuh. Beri MEBO pada luka setebal 0,5-1 mm. Ganti dan beri lagi MEBO tiap 6 jam hari ke 3- 5 kulit penutup bulla diangkat. Liquefaction period 6-15 hari : Angkat zat cair yang timbul diatas luka bersihkan dengan kasa, beri mebo lagi setebal 1 mm Preparative period (10-21 hari) : Bersihkan luka seperti sebelumnya beri MEBO dengan ketebalan 0,5-1 mm. Ganti dan beri lagi MEBO tiap 6-8 jam Rehabilitation : Bersihkan luka yang sembuh dengan air hangat. Beri MEBO 0,5 mm, 1-2 x/hari. Jangan cuci luka yang sembuh berlebihan. Lindungi luka yang sembuh dari sinar matahari Rasa sakit merupakan masalah yang signifikan untuk pasien yang mengalami luka bakar untuk melalui masa pengobatan. Pada luka bakar yang mengenai jaringan epidermis akan menghasilkan rasa sakit dan perasaan tidak nyaman. Dengan tidak terdapatnya jaringan epidermis (jaringan pelindung kulit), ujung saraf bebas akan lebih mudah tersensitisasi oleh rangsangan. Pada luka bakar derajat II yang dirasakan paling nyeri sedangkan luka bakar derajat III atau IV yang lebih dalam, sudah tidak dirasakan nyeri atau hanya sedikit sekali. Saat timbul rasa nyeri terjadi peningkatan katekolamin yang mengakibatkan peningkatan denyut nadi, tekanan darah dan respirasi, penurunan saturasi oksigen, tangan menjadi berkeringat. Pasien akan mengalami nyeri terutama saat ganti balut prosedur operasi atau saat terapi rehabilitasi. Dalam kontrol rasa sakit digunakan terpai farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi yang digunakan biasanya dari golongan opioid dan NSAID. Preparat anestesi seperti ketamin N2O digunakan pada prosedur yang dirasakan sangat sakit seperti saat ganti balut. Dapat juga digunakan obat psikotropik seperti anxiolitik, tranquilizer dan anti depresan.

19

XII.

INDIKASI RAWAT INAP Pasien luka bakar diindikasikan untuk rawat inap harus mengikuti pedoman dari

American Burn Association: Pasien yang lebih muda lebih muda dari 10 tahun atau lebih tua dari 50 tahun mengalami luka bakar parsial atau dengan luka bakar seluruh lapisan lebih besar dari 10 % Luka bakar parsial/ luka bakar sampai lebih dari 20 % pada usia lainnya. Khusus daerah termasuk sendi, tangan, kaki, perineum, alat kelamin, wajah mata, atau telinga Luka bakar seluruh lapisan lebih besar dari 5 % Luka akibat aliran listrik termasuk petir disebabkan kerusakan jaringan dalam tubuh dapat terjadi akibat aliran listrik yang masuk ke dalam tubuh

Luka bakar kecil pada pasien dengan permasalahan sosial termasuk anak yang beresiko tinggi

20

BAB IV KESIMPULAN

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Pemeriksaan penunjang mencakup pemeriksaan darah, radiologi, tes dengan fiberoptic bronchoscopy terutama untuk luka bakar inhalasi. Penanganan luka bakar dapat secara konservatif seperti resusitasi cairan, penggantian darah, perawatan luka bakar, pemberian antimikroba serta analgetik, perbaikan nutrisi sampai tindakan pembedahan seperti Early Exicision and Grafting (E&G), Escharotomy. Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi dan kecepatan pengobatan medikamentosa.

21

DAFTAR PUSTAKA

1. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC. Jakarta. p 66-88. 2. David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam : Surabaya Plastic Surgery. http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com. 3. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12. McGraw-Hill Companies. New York. p 245-259. 4. Jerome FX Naradzay. http: // www. emedicine. com/ med/ Burns, Thermal. Februari 2012. 5. Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.nlm.nih.gov/medlineplus. Februari 2012 6. Benjamin C. Wedro. First Aid for Burns. http://www.medicinenet.com. Februari 2012. 7. James H. Holmes., David M. heimbach. 2005. Burns, in : Schwartzs Principles of Surgery. 18th ed. McGraw-Hill. New York. p.189-216. 8. Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.mayo.clinic.com. Februari 2012. 9. Ernest B.Hawkins. Burns. http://www.umm.edu/ . Februari 2012.

22

You might also like