You are on page 1of 143

Category Archives: Medical Resources

Acut Myocardiac Infarction (AMI) atau Serangan Jantung


Apr 19 Posted by dr.Rozi Abdullah Acut Myocardiac Infarction (AMI) atau Serangan Jantung Kriteria untuk mendiagnosa AMI ( acut myocardiac infarction) dengan ST segmen elevasi atau (STEMI) yaitu :

Clinicaly pasien adalah yang paling utama, dimana pasien mengeluh tidak nyaman di dada seperti rasa tertekan,terbakar dan sakit di dada yang menyebar (ke bahu, lengan dan leher) yang disertai dengan keringat dingin dan kadang pasien muntah. Adanya ST segmen elevasi dengan atau tanpa adanya gel Q patologis. Gel Q patologis cirinya yaitu dalamnya lebih dari 1/3 gelombang R. Adanya peningkatan enzim jantung ( CKMB, CK, Troponomin ), Jika tidak anda temukan ST segmen elevasi dan gel Q patologis maka dinamakan Non -Q MI

AMI berasal dari jantung iskemik yang tidak ditangani dengan baik. Pada gb 32 terlihat gelombang T yang tinggi dan runcing (fase hyper acut T) . Hyper acut T jarang terlihat pada 12 lead EKG karena sangat singkat sekali prosesnya.

Gb : 32 1. Fase acut/ injury yaitu ditandai dengan ST segmen elevasi yang sudah disertai atau tidak dengan gel Q patologis. Fase ini terjadi kurang lebih dari 0 24 jam. 2. Fase early evolusion, yaitu ditandai masih dengan ST segmen elevation tapi gel T mulai inverted. Proses ini terjadi antara 1 hari sampai beberapa bulan. 3. Fase old infarct, yaitu gelombang Q yang menetap disertai gel T kembali ke normal . Proses ini di mulai dari beberapa bulan MI sampai dengan tahun dan seumur hidup. ( lihat gb 33 ).

Gb : 33 Adapun beberapa letak acut myocardiac infarction (AMI) yang harus dikenali yaitu : 1. Septal > ST segmen elevasi di lead V1 dan V2, 2. Anterior > ST segmen elevasi di lead V1 sampai V4, reciprocal dengan di tandai ST segment depresi di lead II,III, aVF. 3. Anterolateral (ektensif) > ST segmen elevasi di lead V1 s/d V6, lead I dan aVL, reciprocal dengan ditandai ST segmen depresi di lead II, III, aVF 4. Lateral > ST segmen elevasi di lead V5 & V6, lead I & aVL 5. Inferior > ST segmen di lead II, III, aVF, reciprocal dengan ditandai ST segmen depresi di lateral. 6. Posterior > ST segmen di lead V8 & V9 7. Ventrikel kanan > ST segmen elevasi di lead V1, V2R, V3R, V4R, reciprocal dengan ditandai ST depresi di lead inferior.

Gb: 34 (AMI Septal)

ST segmen elevasi di V1 dan V2

ST segmen elevasi di V1, V2,V3, V4

Gb : 36 ( AMI Anterior)

Gb : 37 ( AMI Anterolateral)

Gb : 38

ST segmen elevai di lead I, aVL, V6, V6. Jika hanya ditemukan ST segmen elevasi di lead I dan aVL saja, maka dinamakan AMI High Lateral. Gb : 39 (AMI Lateral)

Gb : 40

ST segmen elevasi di lead II, III, aVF dan ST depresi V6, I, aVL Gb : 41 ( AMI Inferior)

Gb : 42 (AMI Posterior)

Gel R yang tinggi di lead V1, lead V8 & V9 ditemukan ST segmen elevasi. Gb : 43

Gb : 44 ( AMI Ventrikel kanan)

ST segmen elevasi di lead V1, V2R, V3R, V4R dan reciprocal di lead inferior ST segmen depresi. Sumber : www.kursusekg-iv.blogspot.com

Share this:

Posted in Medical Resources Leave a Comment

FILARIASIS
Apr 12 Posted by dr.Rozi Abdullah

Kompetensi : 4 Laporan Penyakit : 0702 ICD X :B.74 Definisi Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular kronik yang disebabkan sumbatan cacing filaria di kelenjar / saluran getah bening, menimbulkan gejala klinis akut berupa demam berulang, radang kelenjar / saluran getah bening, edema dan gejala kronik berupa elefantiasis. Penyebab Di Indonesia ditemukan 3 spesies cacing filaria, yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori yang masing-masing sebagai penyebab filariasis bancrofti, filariasis malayi dan filariasis timori. Beragam spesies nyamuk dapat berperan sebagai penular (vektor) penyakit tersebut. Cara Penularan Seseorang tertular filariasis bila digigit nyamuk yang mengandung larva infektif cacing filaria. Nyamuk yang menularkan filariasis adalah Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan Armigeres. Nyamuk tersebut tersebar luas di seluruh Indonesia sesuai dengan keadaan lingkungan habitatnya (got/saluran air, sawah, rawa, hutan). Gambaran klinik
Filariasis tanpa Gejala

Umumnya di daerah endemik Pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan pembesaran kelenjar limfe terutama di daerah inguinal. Pada pemeriksaan darah ditemukan mikrofilaria dalam jumlah besar dan eosinofilia.

Filariasis dengan Peradangan


Demam, menggigil, sakit kepala, muntah dan lemah yang dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Organ yang terkena terutama saluran limfe tungkai dan alat kelamin. Pada laki-laki umumnya terdapat funikulitis disertai penebalan dan rasa nyeri, epididimitis, orkitis dan pembengkakan skrotum. Serangan akut dapat berlangsung satu bulan atau lebih. Bila keadaannya berat dapat menyebabkan abses ginjal, pembengkakan epididimis, jaringan retroperitoneal, kelenjar inguinal dan otot ileopsoas.

Filariasis dengan Penyumbatan


Pada stadium menahun terjadi jaringan granulasi yang proliferatif serta pelebaran saluran limfe yang luas lalu timbul elefantiasis. Penyumbatan duktus torasikus atau saluran limfe perut bagian tengah mempengaruhi skrotum dan penis pada laki-laki dan bagian luar alat kelamin pada perempuan. Infeksi kelenjar inguinal dapat mempengaruhi tungkai dan bagian luar alat kelamin. Elefantiasis umumnya mengenai tungkai serta alat kelamin dan menyebabkan perubahan yang luas. Bila saluran limfe kandung kencing dan ginjal pecah akan timbul kiluria (keluarnya cairan limfe dalam urin) Sedangkan bila yang pecah tunika vaginalis akan terjadi hidrokel atau kilokel, dan bila yang pecah saluran limfe peritoneum terjadi asites yang mengandung kilus. Gambaran yang sering tampak ialah hidrokel dan limfangitis alat kelamin. Limfangitis dan elefantiasis dapat diperberat oleh infeksi sekunder Streptococcus.

Diagnosis
Diagnosis filariasis dapat ditegakkan secara klinis. Diagnosis dipastikan dengan menemukan mikrofilaria dalam darah tepi yang diambil malam hari (pukul 22.00 02.00 dinihari) dan dipulas dengan pewarnaan Giemsa. Pada keadaan kronik pemeriksaan ini sering negatif.

Penatalaksanaan Perawatan Umum


Istirahat di tempat tidur Antibiotik untuk infeksi sekunder dan abses Perawatan elefantiasis dengan mencuci kaki dan merawat luka.

Pengobatan Spesifik
Untuk pengobatan individual diberikan Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) 6 mg/kgBB 3 x sehari selama 12 hari. Efek samping : pusing, mual dan demam selama menggunakan obat ini. Pengobatan masal (rekomendasi WHO) adalah DEC 6 mg/kgBB dan albendazol 400mg (+ parasetamol) dosis tunggal, sekali setahun selama 5 tahun. Implementation unit (IU) adalah kecamatan / wilayah kerja puskesmas (jumlah penduduk 8.000 10.000 orang).

Tabel 1. Dosis DEC untuk filariasis berdasarkan umur Umur DEC (100mg) Albendazol (400mg) 2 6 tahun 1 tablet 1 tablet 7 12 tahun 2 tablet 1 tablet > 13 tahun 3 tablet 1 tablet Sumber : PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS, DEPKES RI

Share this:

Posted in Penyakit Dalam Leave a Comment

DEMAM BERDARAH DENGUE


Apr 12 Posted by dr.Rozi Abdullah

Kompetensi : 3A Laporan Penyakit : 0405 ICD X : A.91 Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang ditandai dengan: 1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2 7 hari;

2. Manifestasi perdarahan (petekie, purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis, ekimosis, perdarahan 3. 4. 5.


mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri) termasuk uji Tourniquet (Rumple Leede) positif; Trombositopeni (jumlah trombosit 100.000/l); Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20%); Disertai dengan atau tanpa pembesaran hati (hepatomegali)

Penyebab Virus dengue yang sampai sekarang dikenal 4 serotipe (Dengue-1, Dengue-2,Dengue-3 dan Dengue-4), termasuk dalam group B Arthropod Borne Virus (Arbovirus). Ke-empat serotipe virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Dengue-3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas distribusinya disusul oleh Dengue-2, Dengue-1 dan Dengue-4. Cara Penularan
Penularan DBD umumnya melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes albopictus yang biasanya hidup di kebun-kebun. Nyamuk penular DBD ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.

Gambaran Klinis 1. Masa inkubasi biasanya berkisar antara 4 7 hari 2. Demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung 2 7 hari. Panas dapat turun pada hari ke-3
yang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 panas mendadak turun.

3. Tanda-tanda perdarahan
o Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya berupa uji Tourniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu atau lebih manifestasi perdarahan sebagai berikut: Petekie, Purpura, Ekimosis, Perdarahan konjungtiva, Epistaksis, Pendarahan gusi, Hematemesis, Melena dan Hematuri. Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannya regangkan kulit, jika hilang maka bukan petekie. Uji Tourniquet positif sebagai tanda perdarahan ringan, dapat dinilai sebagai presumptif test (dugaan keras) oleh karena uji Tourniquet positif pada hari-hari pertama demam terdapat pada sebagian besar penderita DBD. Namun uji Tourniquet positif dapat juga dijumpai pada penyakit virus lain (campak, demam chikungunya), infeksi bakteri (Typhus abdominalis) dan lain-lain. Uji Tourniquet dinyatakan positif, jika terdapat 10 atau lebih petekie pada seluas 1 inci persegi (2,52,5 cm) di lengan bawah bagian depan (volar) dekat lipat siku (fossa cubiti)

4. Pembesaran hati (hepatomegali) o Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit o Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit o Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus. 5. Renjatan (syok) o Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari tangan dan kaki o Penderita menjadi gelisah o Sianosis di sekitar mulut o Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba o Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang. 6. Trombositopeni

Jumlah trombosit 100.000/l biasanya ditemukan diantara hari ke 3 7 sakit Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti bag. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) o Peningkatnya nilai hematokrit (Ht) menggambarakan hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator yang peka terjadinya perembesan plasma, sehingga dilakukan pemeriksaan hematokrit secara berkala. o Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningkatan hematokrit. Hemokonsentrasi dengan peningkatan hematokrit > 20% (misalnya 35% menjadi 42%: 35/100 x 42 = 7, 35+7=42), mencerminkan peningkatan permeabilitas kapiler dan perembesan plasma. Perlu mendapat perhatian, bahwa nilai hematokrit dipengaruhi oleh penggantian cairan atau perdarahan. Penurunan nilai hematokrit >20% setelah pemberian cairan yang adekuat, nilai Ht diasumsikan sesuai nilai setelah pemberian cairan. 7. Gejala klinik lain o Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita DBD ialah nyeri otot, anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi, dan kejang o Pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia disertai kejang dan penurunan kesadaran sehingga sering di diagnosis sebagai ensefalitis o Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahului perdarahan gastrointestinal dan renjatan
o o

Diagnosis
Tersangka Demam Berdarah Dengue Dinyatakan Tersangka Demam Berdarah Dengue apabila demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari disertai manifestasi perdarahan (sekurang-kurangnya uji Tourniquet positif) dan/atau trombositopenia (jumlah trombosit 100.000/l) Penderita Demam Berdarah Dengue derajat 1 dan 2 Diagnosis demam berdarah dengue ditegakkan atau dinyatakan sebagai penderita DBD apabila demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2 7 hari disertai manifestasi perdarahan (sekurangkurangnya uji Tourniquet positif), trombositopenia, dan hemokonsentrasi (diagnosis klinis). atau hasil pemeriksaan serologis pada Tersangka DBD, menunjukkan hasil positif pada pemeriksaan HI test atau terjadi peninggian (positif) IgG saja atau IgM dan IgG pada pemeriksaan dengue rapid test (diagnosis laboratoris)

Penatalaksanaan Penatalaksana demam berdarah dengue (pada anak) 1. Adakah tanda kedaruratan, yaitu tanda syok (gelisah, nafas cepat, bibir biru, tangan dan kaki dingin, 2.
kulit lembab), muntah terus-menerus, kejang, kesadaran menurun, muntah darah, tinja darah, maka pasien perlu dirawat / dirujuk. Apabila tidak dijumpai tanda kedaruratan, periksa uji Tourniquet dan hitung trombosit o Bila uji Tourniquet positif dan jumlah trombosit 100.000/l, penderita dirawat o

/ dirujuk. Bila uji Tourniquet negatif dengan trombosit > 100.000/l atau normal, pasien boleh pulang dengan pesan untuk datang kembali setiap hari sampai suhu turun.

3. Pasien dianjurkan minum banyak, seperti: air teh, susu, sirup, oralit, jus buah dan lain-lain. 4. Berikan obat antipiretik golongan parasetamol jangan golongan salisilat.

5. Apabila selama di rumah demam tidak turun pada hari sakit ketiga, evaluasi tanda klinis adakah tanda6.
tanda syok, yaitu anak menjadi gelisah, ujung kaki / tangan dingin, sakit perut, tinja hitam, kencing berkurang; bila perlu periksa Hb, Ht dan trombosit. Apabila terdapat tanda syok atau terdapat peningkatan Ht dan / atau penurunan trombosit, segera rujuk ke rumah sakit.

Penatalaksanaan demam berdarah dengue (pada dewasa)


Pasien yang dicurigai menderita DBD dengan hasil Hb, Ht dan trombosit dalam batas nomal dapat dipulangkan dengan anjuran kembali kontrol dalam waktu 24 jam berikutnya Bila keadaan pasien memburuk agar segera kembali ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya. Sedangkan pada kasus yang meragukan indikasi rawatnya, maka untuk sementara pasien tetap diobservasi dengan anjuran minum yang banyak, serta diberikan infus ringer laktat sebanyak 500cc dalam 4 jam. Setelah itu dilakukan pemeriksaan ulang Hb, Ht dan trombosit.

Pasien dirujuk ke rumah sakit apabila didapatkan hasil sebagai berikut.


Hb, Ht dalam batas normal dengan jumlah trombosit < 100.000/l atau Hb, Ht yang meningkat dengan jumlah trombosit < 150.000/l trombosit dalam batas normal atau menurun. Pemeriksaan dilakukan pada saat pasien diduga menderita DBD, bila normal maka diulang tiap`hari sampai suhu turun.

Sumber : PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS, DEPKES RI

Share this:

Posted in Ilmu Kesehatan Anak, Penyakit Dalam Leave a Comment

MELOXICAM
Apr 5 Posted by dr.Rozi Abdullah MERK DAGANG Meloksikam, Arimed, Artrilox, Cameloc, Loxil, Loxinic, Mecox, Meloxin, Meluempi, MoviCox, Mevilox, Mexpharm, Mobiflex, Moxam, Moxic, Moxic Forte, Relox, Velcox, Vitracox, X-Cam, Ostelox KANDUNGAN
Meloxicam / Meloksikam tablet 7.5mg Meloxicam / Meloksikam tablet 15mg Meloxicam / Meloksikam Suppost 15mg

Meloxicam / Meloksikam cairan injeksi 10mg/ml

INDIKASI Osteoartritis, artritis reumatoid. KONTRA INDIKASI


Hipersensitif terhadap Aspirin dan obat-obat anti inflamasi non steroid lainnya. Penyakit ginjal berat. Wanita hamil, ibu menyusui, anak-anak. Ulserasi peptikum aktif atau berulang. Insufisiensi ginjal berat non dialisa. Perdarahan saluran cerna, perdarahan pembuluh darah otak, atau gangguan perdarahan lainnya.

PERHATIAN
Riwayat penyakit saluran pencernaan, gangguan fungsi hati atau ginjal, penyakit hati, dehidrasi, hipertensi, asma, usia lanjut. Interaksi obat : resiko perdarahan meningkat jika diberikan dengan obat-obat anti inflamasi non steroid, antikoagulan oral, Tiklopidin, heparin, trombolitik, Litium, Metotreksat. penurunan efek antihipertensi. peningkatan nefrotoksisitas Siklosporin. penggunaan bersama kortikosteroid meningkatkan resiko tukak lambung. konsentrasi dalam serum meningkat oleh Aspirin.

EFEK SAMPING Gangguan saluran pencernaan, edema, nyeri, pusing, sakit kepala, anemia, nyeri sendi, nyeri pada punggung dan pinggang, insomnia (susah tidur), infeksi saluran nafas, gatal-gatal, ruam, sering buang air kecil, infeksi saluran kemih. INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL C: Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin. DOSIS
Osteoartritis : 7,5 mg sekali sehari, memungkinkan untuk ditingkatkan menjadi 15 mg sekali sehari. Artritis reumatoid : 15 mg sekali sehari , memungkinkan untuk dikurangi menjadi 7,5 mg sekali sehari. Pasien dengan resiko tinggi : dosis awal 7,5 mg sekali sehari. Gagal ginjal : maksimal 7,5 mg sekali sehari.

PENYAJIAN Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak

Share this:

Posted in Medical Resources Leave a Comment

Natrium Diklofenak
Apr 3 Posted by dr.Rozi Abdullah MERK DAGANG Natrium Diklofenak, Atranac, Berifen 100 SR, Berifen, Deflamat 100 CR, Deflamat 75, Deflamat 75 CRDicloflam, Diclomec, Difelin, Divoltar, Elithris, Fenaren, Fenavel, Flamar, Flamenac, Gratheos, Kaflam, Kemoren, Klotaren, Linac, Megatic, Merflam, Nadifen, Neurofenac, Nilaren, Neurofenac, Proklaf, Prostanac, Reclofen, Renadinac, Renvol, Rheumabet, Scantaren, Tirmaclo, Valto, valto forte, Volmatik, Voltadex, Voltadex Retard, Voltaren, Voltaren Retard, Voltaren SR, Volten, Voren, Xepathritis, Zegren, Arthrotec, Ostelox, Dolofenac
KANDUNGAN

Diclofenac sodium / Natrium Diklofenak. INDIKASI


Bentuk peradangan & degeneratif reumatisme, artritis reumatoid, ankylosing spondylitis, asteoartrosis, & spondilartritis. Sindroma nyeri pada rulang belakang. Reumatik bukan pada sendi. Serangan gout akut.

KONTRA INDIKASI
Ulkus peptikum.

PERHATIAN
Gejala-gejala/riwayat penyakit saluran pencernaan, asma, gangguan fungsi hati, ginjal, atau jantung. Lansia. Pasien yang menggunakan diuretika. Selama penggunaan jangka panjang, dianjurkan untuk memonitor fungsi hati & hitung darah. Hamil, menyusui. Porfiria. Deplesi volume ekstraselular. Kemampuan untuk mengendarai atau menggunakan mesin bisa terpengaruh.

Interaksi obat : Litium, Metotreksat, Digoksin, Siklosporin, diuretika, antikoagulan, antidiabetikum oral, Quinolon.

EFEK SAMPING
Kadang-kadang : gangguan saluran pencernaan, sakit kepala, pusing, vertigo, ruam kulit, peningkatan serum transaminase. Jarang : ulkus peptikum, perdarahan saluran pencernaan, abnormalitas fungsi ginjal, reaksi hipersensitifitas, hepatitis. Kasus-kasus tertentu : gangguan sensasi/perasaan atau penglihatan, gangguan sistem jantung dan pembuluh darah, pankreatitis, penyempitan usus seperti diafragma, meningitis aseptik, pneumonitis, eritema multiforme, diskrasia darah, purpura, eritroderma, sindroma Lyell, sindroma Stevens-Johnson.

INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL B: Baik penelitian reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko pada janin maupun penelitian terkendali pada wanita hamil atau hewan coba tidak memperlihatkan efek merugikan (kecuali penurunan kesuburan) dimana tidak ada penelitian terkendali yang mengkonfirmasi risiko pada wanita hamil semester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada trisemester selanjutnya). KEMASAN Tablet 50mg x 5 x 10 biji. DOSIS Oral
75-150 mg/hari dalam 2-3 dosis sebaiknya setelah makan.

Injeksi intramuskular dalam ke dalam otot panggul,


untuk nyeri pasca bedah dan kambuhan akutnya, 75 mg sekali sehari (pada kasus berat dua kali sehari) untuk pemakaian maksimum 2 hari. Kolik ureter, 75 mg kemudian untuk 75 mg lagi 30 menit berikutnya bila perlu.

Rektal dengan supositoria,


75-150 mg per hari dalam dosis terbagi Dosis maksimum sehari untuk setiap cara pemberian 150 mg.

ANAK juvenil artritis, oral atau rektal, 1-3 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi (25 mg tablet salut enterik, hanya supositoria 12,5 mg dan 25 mg) PENYAJIAN Dikonsumsi bersamaan dengan makanan

Share this:

Posted in Medical Resources Leave a Comment

Piracetam
Apr 2 Posted by dr.Rozi Abdullah Merk Dagang Piracetam, Antikun, Benocetam, Brenaris, Cetoros, Chepamed, Ciclobrain, Dexpira, Encebion, Ethopil, Ethroxa, Fepiram, Gotropil, Gracetam, Ineuron, Latopril, Lutrotam, Mersitropil, Neurocet, Neurotam, Neutrop, Noocephal, Nootropil, Notrotam, Nufacetam, Piratrof, Pratropil, Primatam, Procetam, Resibron, Revolan, Scantropil, Sotropil, Tropilex, Zetropil KANDUNGAN Piracetam. INDIKASI
Infark Serebral

Terapi tambahan pada mioklonik kortikal


Gejala involusi yang berhubungan dengan usia lanjut alkoholisme kronik dan adiksi disfungsi serebral sehubungan dengan akibat pasca trauma.

KONTRA INDIKASI
Gangguan ginjal berat (bersihan kreatinin kurang dari 20 mL/menit). Hipersensitif terhadap piracetam dan komponen obat ini.

PERHATIAN Gangguan fungsi ginjal. Hamil, laktasi. EFEK SAMPING Agitasi, rasa gugup, iritabilitas, rasa lelah, gangguan tidur. Gangguan gastrointestinal (mual, muntah, diare, gastralgia), pusing, sakit kepala, tremor, peningkatan libido, kegelisahan ringan. KEMASAN

Kapsul 400 mg , Kapsul 200mg, Kapsul 800 mg, kaptab 1200mg Cairan Injeksi 200mg , cairan injeksi 600mg Sirup 500mg/5ml

DOSIS
dosis awal 7,2 g/hari, dosis terbagi 2-3 kali. Dinaikkan sesuai respons, dengan 4,8 g/hari tiap 3-4 hari sampai maksimal 20 g/hari. ANAK di bawah 16 tahun tidak dianjurkan.

Gejala psiko organik sehubungan usia lanjut


Awal 2.4 g/hari terbagi dalam 2-3 dosis selama 6 minggu Dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 1.2 g/hari.

Gejala pasca trauma


Awal 800 mg 3 kali sehari, bila sudah didapat efek adekuat, kurangi dosis secara bertahap sampai dengan 400 mg 3 kali sehari.

Lansia dan gangguan fungsi ginjal dengan bersihan


40-60 mL/menit dosis lazim. 20-40 mL/menit dosis lazim.

Share this:

Posted in Drug List, Medical Resources, Obat lain-lain Leave a Comment

Ketorolac tromethamine
Apr 2 Posted by dr.Rozi Abdullah Merk Dagang Ketorolak, Dolac, Ketoflam, Lantipain, Latrol, Matolac, Remopain, Rolac, Scelto, Toradol, Toramine, Torasic, Torpain, Trolac, Xevolac, Zevolac 30 KANDUNGAN

Ketorolac tromethamine 30 mg/ml Ketorolac tromethamine 10 mg/ml

INDIKASI Penatalaksanaan jangka pendek, nyeri akut sedang -berat setelah operasi prosedur bedah. KONTRA INDIKASI

Ulkus peptikum aktif, penyakit serebrovaskular, diatesis hemoragik, gangguan koagulasi, sindrom polip nasal, angioedema. Bronkospasme, hipovolemia, gangguan ginjal derajad sedang-berat riwayat asma, hamil, persalinan laktasi, anak usia kurang 16 tahun. Riwayat sindrom, Steven-Johnson atau ruam vesikulobulosa.

PERHATIAN Iritasi, ulkus, perforasi atau Gastro Intestinal, hamil, laktasi, anak, usia lanjut. Interaksi Obat: Warfarin Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor, diuretik, obat nefrotoksik, obat anti epilepsi, obat psikoaktif. EFEK SAMPING Diare, dispepsia, nyeri Gastro Intestinal, neusea, sakit kepala, pusing, mengantuk, berkeringat, asma, dispnea, pruritus, urtikaria, vasodilatsi, pucat. INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL C: Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin. DOSIS
Dewasa :

Awal 10 mg Intra Muskular atau bolus Intra Vena, kemudian 10 30 mg tiap 4 6 jam. Maksimal : 90 mg/hari selama 2 hari. Usia Lanjut : Maksimal 60 mg.

Share this:

Posted in Medical Resources

Leave a Comment

Glimepiride
Mar 30 Posted by dr.Rozi Abdullah Merk Dagang Glimepiride, Amadiab, Amaryl, Diaversa, Glamarol, Glimexal, Gluvas, Mapryl, Metrix, Relide, Versibet Indikasi: Non-insulin-dependent (type II) Diabetes melitus (NIDDM) dimana kadar glukosa darah tidak dapat hanya dikontrol dengan diet dan olahraga saja. Kontra Indikasi:
Hipersensitivitas Pasien ketoasidosis diabetik, dengan atau tanpa koma

Komposisi:
Tiap tablet mengandung : Glimepiride 1 mg

Tiap tablet mengandung : Glimepiride 2 mg Tiap tablet mengandung: Glimepiride 3 mg Tiap tablet mengandung: Glimepiride 4 mg

Farmakologi: Glimipiride bekerja terutama menurunkan kadar glukosa darah dengan perangsangan sekresi insulin dari sel beta pankreas yang masih berfungsi. Selain itu, aktivitas sulfonilurea seperti glimipiride dapat juga melalui efek ekstra pankreas, hal ini didukung oleh studi preklinis dan klinis yang menunjukkan bahwa pemberian glimipiride dapat meningkatkan sensitivitas jaringan perifer terhadap insulin. Dosis: Kadar glukosa darah pasien dan HbA1c harus diukur secara berkala untuk menetapkan dosis minimum yang efektif bagi pasien tersebut, untuk mendeteksi kegagalan primer yaitu tidak adanya penurunan berarti dari gula darah pada pemberian dosis maksimum yang diperbolehkan, untuk mendeteksi kegagalan sekunder yaitu hilangnya respon penurunan glukosa darah setelah adanya periode keefektifan inisial. Dosis awal:

1-2 mg satu kali sehari, diberikan bersamaan makan pagi atau makanan utama yang pertama. Untuk pasien yang lebih sensitif terhadap obat-obat hipoglikemik, dosis awal yang diberikan sebaiknya dimulai dari 1 mg satu kali sehari, kemudian boleh dinaikkan (dititrasi) dengan hati-hati.

Dosis pemeliharaan:
1-4 mg satu kali sehari. Dosis maksimum yang dianjurkan 8 mg satu kali sehari. Pada saat pemberian telah mencapai dosis 2 mg maka kenaikkan dosis tidak boleh melebihi 2 mg dengan interval 1-2 minggu tergantung dari respon gula darah pasien. Efikasi jangka panjang harus dimonitor dengan mengukur kadar HbA1c, sebagai contoh setiap 3-6 bulan.

Peringatan dan Perhatian Umum

Hipoglikemia:

Tidak terkendalinya kadar glukosa darah: Bila seorang pasien, yang kondisi penyakit DMnya stabil dengan menggunakan regimen antidiabetik tertentu, terpapar stress seperti demam, trauma, infeksi, pembedahan, kadar gluosa darah bisa tidak terkendali. Dalam keadaan seperti ini, dibutuhkan kombinasi insulin dengan glimipiride atau pengobatan tunggal dengan insulin.
Informasi untuk Pasien Pasien harus diinformasikan mengenai: Risiko, manfaat glimipiride, dan cara pengobatan lain Pentingnya untuk melakukan diet, program olah raga secara teratur dan pemeriksaan glukosa darah secara teratur Risiko hipoglikemia, gejala-gejala dan cara pengobatannya serta kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi sebaiknya dijelaskan kepada pasien dan anggota keluarga yang bertanggung jawab. Berdasarkan penelitian pada hewan, glimipiride tidak dianjurkan pada kehamilan. Pada ibu menyusui penggunaan glimipiride sebaiknya tidak dilanjutkan. Keamanan dan efektivitas pada anak-anak belum diketahui.

Efek Samping
Gangguan pada saluran cerna seperti muntah, nyeri lambung dan diare (<1%). Reaksi alergi seperti pruritus, erythema, urtikaria, erupsi morbiliform atau maculopapular, reaksi ini bersifat sementara dan akan hilang meskipun penggunaan glimipiride dilanjutkan, jika tetap terjadi maka penggunaan glimepiride harus dihentikan (<1%) Gangguan metabolisme berupa hiponatremia. Perubahan pada akomodasi dan/atau kaburnya penglihatan mungkin terjadi pada penggunaan glimepiride (plasebo 0,7%, glimepiride 0,4%). Reaksi hematologik seperti leukopenia, agranulositosis, trombositopenia, anemia hemolitik, anemia aplastik, dan pansitopenia dilaporkan terjadi pada penggunaan sulfonilurea.

Interaksi obat:
Risiko hipoglikemia akan meningkat pada pemberian glimepiride bersama-sama dengan obat-obat tertentu, yaitu NSAID dan obat lain dengan ikatan protein tinggi, seperti salisilat, sulfonamida, kloramfenikol, kumarin, probenesid, MAO inhibitors, b adrenergic blocking agents. Daya kerja glimepiride dalam menurunkan kadar glukosa darah akan menurun jika diberikan bersamaan dengan obat-obat yang cenderung menimbulkan hiperglikemia, seperti tiazid dan diuretik lain, kortikosteroid, fenotiazin, produk-produk kelenjar tiroid, estrogen, kontrasepsi oral, fenitoin, asam nikotinat, simpatomimetik dan isoniasid.

Pemberian propranolol (40 mg tid) dan glimepiride meningkatkan Cmax, AUC dan T1/2 dari glimepiride sebesar 23%, 22% dan 15% serta menurunkan CL/f sebesar 18%, pasien perlu diperingatkan akan potensi hipoglikemia yang dapat terjadi. Pemberian glimepiride bersamaan dengan warfarin, menurunkan respon farmakodinamik dari warfarin, namun tidak bermakna secara klinis. Interaksi antara mikonazol oral dan obat hipoglikemia oral dilaporkan dapat menyebabkan hipoglikemia, sedangkan interaksi pada pemberian i.v., topikal atau vaginal belum pernah dilaporkan. Glimepiride berpotensi terjadi interaksi dengan fenitoin, diklofenak, ibuprofen, naproksen dan asam mefenamat, karena seluruhnya dimetabolisme oleh sitokrom P450 II C9.

Share this:

Posted in Drug List, Medical Resources, Obat lain-lain Leave a Comment

METFORMIN
Mar 30 Posted by dr.Rozi Abdullah Merk Dagang Metformin, Benoformin,Benoformin, Diabex, Diabex Forte, Diafac, Efomet, Forbetes, Formell, Gliformin Indikasi:
Pengobatan penderita diabetes yang baru terdiagnosis setelah dewasa, dengan atau tanpa kelebihan berat badan dan bila diet tidak berhasil. Sebagai kombinasi terapi pada penderita yang tidak responsif therhadap terapi tunggal sulfonilurea baik primer ataupun sekunder. Sebagai obat pembantu untuk mengurangi dosis insulin apabila dibutuhkan.

Kontra Indikasi: Penderita kardiovaskular, gagal ginjal, gagal hati, dehidrasi dan peminum alkohol, koma diabetik, ketoasidosis, infark miokardial, keadaan penyakit kronik akut yang berkaitan dengan hipoksia jaringan, keadaan yang berhubungan dengan asidosis laktat seprti syok, insufisiensi pulmonar, riwayat asidosis laktat. Komposisi:
Tiap tablet salut selaput mengandung : metformin HCL 500 mg Tiap tablet salut selaput mengandung: metformin HCL 850 mg

Farmakologi: Metformin adalah zat antihiperglikemik oral golongan biguanid untuk penderita diabetes militus tanpa ketergantungan terhadap insulin. Mekanisme kerja metformin yang tepat tidak jelas, walaupun demikian metformin dapat memperbaiki sensitivitas hepatik dan periferal terhadap insulin tanpa menstimulasi sekresi insulin serta menurunkan absorpsi glukosa dari saluran lambung-usus. Metformin hanya mengurangi kadar glukosa darah dalam keadaan hiperglikemia serta tidak menyebabkan hipoglikemia bila diberikan sebagai obat tunggal. Metformin tidak menyebabkan pertambahan berat badan bahkan cendrung dapat menyebabkan kehilangan berat badan. Dosis:
Metformin harus diberikan bersama dengan makanan atau sesudah makan dalam dosis yang terbagi tablet 500 mg Dosis: 3 x sehari 1 tablet Tablet 850 mg : Dosis awal: 1 x sehari 1 tablet (pagi) Dosis pemeliharaan: 2 x sehari 1 tablet (pagi dan malam)

Catatan:
Dalam pengobatan kombinasi dengan sulfonilurea atau insulin, kadar gula darah harus diperiksa, mengingat kemungkinan timbulnya hipoglikimea. Dosis harus diperbesar secara perlahan-lahan, satu tablet 500 mg 3 kali sehari atau satu tablet 850 mg 2 kali sehari seringkali cukup untuk mengendalikan penyakit diabetes. Hal ini dapat dicapai dalam beberapa hari, tetapi tidak jarang efek ini baru dicapainya dalam waktu dua minggu. Apabila efek yang diinginkan tidak dicapai, dosis dapat dinaikkan secara berhati-hati sampai maksimum 3 g sehari. Bila diperlukan tablet 850 mg dapat diberikan 3 kali sehari. Bila gejala diabetes telah dapat dikontrol, ada kemungkinan dosis dapat diturunkan. Apabila dikombinasikan dengan pengobatan sulfonilurea yang hasilnya kurang memadai, mula-mula diberikan satu tablet 500 mg, kemudian dosis metformin dinaikkan perlahan-lahan sampai diperoleh kontrol maksimal. Seringkali dosis sulfonilurea dapat dilanjutkan dengan metformin sebagai obat tunggal. Apabila diberikan bersama dengan insulin dapat diikuti petunjuk ini: o a. Bila dosis insulin kurang dari 60 unit sehari, mula-mula diberikan 1 tablet metformin 500 mg, kemudian dosis insulin dikurangi secara berangsur-angsur (4 unit setiap 2 4 hari). Pemakaian tablet dapat ditambah setiap interval mingguan. o b. Bila dosis insulin lebih dari 60 unit sehari, pemberian metformin adakalanya menyebabkan penurunan kadar gula darah dengan cepat. Pasien demikian harus diamati dengan hati-hati selama 24 jam pertama setelah pemberian metformin, sesudah itu dapat diikuti petunjuk yang diberikan pada (a) di atas.

Dosis percobaan tunggal: Penentuan kadar gula darah setelah pemberian suatu dosis percobaan tidak memberikan petunjuk apakah seorang penderita diabetes akan memberikan respon terhadap metformin. Efek maksimum mungkin baru diperoleh setelah pasien menerima pengobatan metformin berminggu-minggu dan oleh karena itu dosis percobaan tunggal tidak dapat digunakan untuk penilaian. Efek Samping:
Efek samping bersifat reversible pada saluran cerna termasuk anoreksia, gangguan perut, mual, muntah, rasa logam pada mulut dan diare.

Dapat menyebabkan asidosis laktat tetapi kematian akibat insiden ini lebih rendah 10 15 kali dari fenformin dan lebih rendah dari kasus hipoglikemia yang disebabkan oleh glibenklamid/sulfonilurea. Kasus asidosis laktat dapat dibati dengan natrium bikorbonat. Kasus individual dengan metformin adalah anemia megaloblastik, pneumonitis, vaskulitis.

Peringatan dan Perhatian:


Keadaan yang memicu hipoksia dan akumulasi laktat dapat menyebabkan terjadinya asidosis laktat yang berbahaya, maka metformin tidak boleh diberikan pada penderita penyakin kardiovaskuler, gagal ginjal, gagal hati, dehidrasi dan peminum alkohol. Terapi metformin jangka panjang, dapat menyebabkan gangguan absorpsi vitamin B12 dan asam folat di saluran cerna, oleh karena itu perlu diperiksa kadar vitamin B12 dalam serumnya tiap tahun. Meskipun metformin tidak menimbulkan efek samping embrionik pada wanita hamil yang mengalami diabetes, insulin lebih baik daripada zat antihiperglikemik oral untuk mengontrol hiperglikemia pada kehamilan. Tidak dianjurkan untuk diberikan pada wanita menyusui. Kemungkinan terjadinya interaksi antara metformin dan antikoagulan tertentu, dalam hal ini mungkin diperlukan penyesuaian dosis antikoagulan. Perlu hati-hati untuk orang-orang lanjut usia, infeksi serius dan dalam keadaan trauma.

Interaksi Obat : Acarbose penghambat alpha-glukosidase mengurangi bioavailabilitas metformin dan mengurangi konsentrasi puncak plasma metformin rata-rata, tetapi waktu untuk mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah. Getah guar dapat mengurangi kecepatan absorpsi metformin dan mengurangi konsentrasi metformin dalam darah. Simetidin menghambat sekresi metformin pada tubular ginjal secara kompetitif dan meningkatkan daerah di bawah kurva konsentrasi plasma metformin terhadap waktu serta mengurangi ekskresi ginjal metformin. Antikoagulan oral phenprocoumon menambah eliminasi obat ini, meningkatkan aliran darah hati dan ekstraksi hati sebagai efek metformin pada aktivitas enzim mikrosomal.

Share this:

Posted in Drug List, Medical Resources, Obat lain-lain Leave a Comment

Theophyllin / Teofilin anhidrat


Mar 30 Posted by dr.Rozi Abdullah Merk Dagang Brondilex eliksir, Bufabron, Cospasmic, Euphyllin retard, Euphyllin retard mite, Kalbron, Neo erlasma, Neo franol, Neo napacin, Panvar, Pulmo-timelets, Quibron t/sr, Retaphyl,

Thema 200 SR, Thema 300 SR, Theobron, Tusapres, Uni-dur, Asmadex, Asmano, Asmasolon, Asthma soho, Bromedin, Brondilat, Defasthma-N, Erogrip, New Ascaps, Neo Hufasma, Neo Yekasthma, Omedrin, Krisal, Mediasma, Napadrin, Neo Asma, Neo Broncholex, Neo Bufakris, Tedral, Bronchophylin, Theocodil, Teosal, Bronsolvan, Coritrat, Coropas, Grafasma, Neo suwasthma, Prinasma KANDUNGAN Theophyllin / Teofilin anhidrat. INDIKASI
Penyakit sumbatan saluran pernafasan seperti asma bronkhial, radang disertai penyumbatan pada cabang-cabang tenggorok kronis, emfisema paru (pelebaran dan pecahnya gelembung-gelembung paru secara abnormal). Kelainan sekitar pusat pernafasan. Kor pulmonale (penyakit jantung karena peningkatan tekanan darah dalam pembuluh-pembuluh nadi paru).

KONTRA INDIKASI Infrak miokardial yang baru saja terjadi. PERHATIAN


Trimester pertama masa hamil. Interaksi obat : kadar serum ditingkatkan oleh Eritromisin, Oleandomisin, Linkomisin, Simetidin, dan Allopurinol.

EFEK SAMPING
Kadang-kadang terjadi gangguan saluran pencernaan, rangsangan berlebihan pada sistem saraf pusat, vertigo, dan kejang pada dosis tinggi. Hipersensitifitas.

INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL C: Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin. DOSIS Dewasa : 2 kali sehari 1 tablet. PENYAJIAN Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak

Share this:

Posted in Drug List, Medical Resources, Obat Jantung, Saluran Cerna & Nafas Leave a Comment

Tramadol HCl
Mar 30 Posted by dr.Rozi Abdullah Merk Dagang Tramadol, Andalpha, Bellatram,Centrasic, Contram, Corsadol, Danalsic, Dolana, Dolgesic, Dolika, Dolocap, Dolsic, Forgesic, Intradol, Kamadol, Katrasic, Miradol, Nonalges, Nufapotram, Orasic, Pinorec, Radol, Seminac, Simatral, Tradomed, Tradonal, Tradosic, Tradyl, Tragesic, Tramal, Tramnalsin, Tranagan, Trasidan, Trasik, Traumasik, Trunal Dx,Tugesal, Zephanal, ZumatramAnakanak tidak direkomendasikan. KANDUNGAN
Setiap tablet/kapsul mengandung 25mg Tramadol HCl Setiap tablet/kapsul mengandung 50mg Tramadol HCl Setiap ml cairan injeksi mengandung 50mg Tramadol HCl Setiap ml cairan drop mengandung 100mg Tramadol HCl Setiap 1 suppost mengandung 100mg Tramadol HCl

INDIKASI Nyeri akut atau kronis berat, nyeri sesudah operasi, nyeri yang disebabkan oleh prosedur diagnostik. KONTRA INDIKASI
Pasien yang sedang mendapatkan terapi penghambat mono amin oksidase (MAOI). Hipersenstitifitas terhadap opioid lain. Pasien dengan ketergantungan obat.

PERHATIAN
Pasien dengan cedera kepala, peningkatan tekanan intrakranial (dalam tengkorak), gangguan ginjal atau hati berat, hipersekresi bronkhial. Hamil, menyusui. Bisa mempengaruhi kemampuan untuk mengendarai atau mengoperasikan mesin.

Interaksi obat :
Depresan susunan saraf pusat, alkohol, obat-obat MAOI, analgesik (pereda nyeri) lain.

Efek analgesik meningkat dengan tranquilizer.

EFEK SAMPING Mual, muntah, dispepsia (gangguan pencernaan makanan), sembelit (susah buang air besar), lelah, sedasi, pusing, pruritus (gatal), berkeringat, wajah merah, mulut kering, sakit kepala. INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL
C: Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin

DOSIS
Oral, 50100 mg tidak boleh lebih sering dari 4 jam; total pemakaian lebih dari 400 mg per hari tidak selalu dibutuhkan. Anakanak tidak direkomendasikan. Intramuskular atau intravena (lebih dari 23 menit) atau infus intravena, 50100 mg setiap 46 jam. Nyeri pasca bedah, dosis awal 100 mg kemudian 50 mg tiap 10 20 menit, jika diperlukan selama 1 jam pertama hingga total maksimum 250 mg (termasuk dosis awal) pada 1 jam pertama, kemudian 50 100 mg tiap 46 jam , maksimum 600 mg per hari.

PENYAJIAN Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak

Share this:

Posted in Analgetik, Kortikosteroid & antihistamin, Drug List, Medical Resources Leave a Comment

Pseudoefedrin HCl.
Mar 30 Posted by dr.Rozi Abdullah Merk Dagang Ares, Alco, Disudrin, Neo Triaminic, Otrinol, Restafed, Sudafed, Sudafed Expectorant, Clarinase, Actifed, Actifed DM, Actifed Plus Expectorant, Actigesic KANDUNGAN

Pseudoefedrin HCl. INDIKASI Menghilangkan selesma dan alergi (bersin-bersin dan hidung tersumbat karena pilek). KONTRA INDIKASI Hipersensitif terhadap komponen obat ini. Peka terhadap obat simpatomimetik lain, hipertensi berat, bersamaan dengan terapi yang menggunakan obat-obat penghambat mono amin oksidase (MAOI). PERHATIAN Hentikan pemberian obat jika terjadi insomnia (susah tidur), jantung berdebar, pusing. Disfungsi hati dan ginjal, glaukoma, hipertrofi prostatik, gangguan jantung dan pembuluh darah, diabetes melitus, anak-anak berusia kurang dari 2 tahun, hamil, menyusui. Interaksi obat : dengan antidepresan tipe MAOI menyebabkan krisis hipertensi. EFEK SAMPING Mengantuk, gangguan pencernaan, sakit kepala, insomnia, eksitasi susunan saraf pusat, gemetar, takhikardia, aritmia, mulut kering, jantung berdebar-debar, penyumbatan saluran kemih. KEMASAN Tablet 30 mg x 100 DOSIS Anak berusia 6 sampai 12 tahun : 3 kali sehari 0,5 tablet. Usia lebih 12 tahun: 3x sehari 1 tablet. PENYAJIAN Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak

Share this:

Posted in Medical Resources Leave a Comment Tags: interaksi obat, merk dagang

EFEDRIN HIDROKLORIDA
Mar 30 Posted by dr.Rozi Abdullah Merk Dagang Efasma, Erladrine, Konisma SP, Neo Asmadrin, Asmadex Indikasi obstruksi saluran napas yang reversibel Peringatan : hipertiroidisme, diabetes melitus, penyakit jantung iskemik, hipertensi, gangguan ginjal, lansia, dapat menyebabkan retensi akut pada hipertrofi prostat, interaksi dengan penghambat MAO Interaksi : Efek samping : takikardia, ansietas, ketegangan, insomnia sering terjadi, juga tremor, aritmia, mulut kering, dan rasa dingin di ektremitas Dosis : 3 kali sehari, 15-60 mg. ANAK <1 tahun 37,5 mg, 1-5 tahun 315 mg, 6-12 tahun 330 mg.

Share this:

Posted in Drug List, Medical Resources, Obat Jantung, Saluran Cerna & Nafas Leave a Comment

Chlorpromazine
Mar 28 Posted by dr.Rozi Abdullah Merk Dagang Cepezet Meprosetil Promactil Largactil Bentuk sediaan Tablet 25 mg, 100 mg, Injeksi 25mg/ml, 2ml Indikasi

Mengendalikan mania, terapi shcizofrenia, mengendalikan mual dan muntah, menghilangkan kegelisahan dan ketakutan sebelum operasi, porforia intermiten akut, Terapi tambahan pada tetanus. Cegukan tidak terkontrol, Perilaku anak 1-12 tahun yang ekplosif dan mudah tersinggung dan terapi jangka pendek untuk anak hiperaktif.

Mekanisme kerja Memblok reseptor dopaminergik di postsinaptik mesolimbik otak. Memblok kuat efek alfa adrenergik. Menekan penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal, temperatur tubuh, kesiagaan, tonus vasomotor dan emesis. Dosis Skizofrenia /psikosis :
Anak Oral : 0,5-1 mg/kg/dosis setiap 4-6 jam; Anak yang lebih tua mungkin membutuhkan 200 mg/hari atau lebih besar; im, iv: 0,5-1 mg/kg/dosis setiap 6-8 jam, < 5 tahun (22,7 kg): maksimum 75 mg/hari

Dewasa : Oral : 30-2000 mg/hari dibagi dalam 1-4 dosis, mulai dengan dosis rendah, kemudian sesuaikan dengan kebutuhan. Dosis lazim : 400-600 mg/hari, beberapa pasien membutuhkan 1-2 g/hari. im.,iv.: awal: 25 mg, dapt diulang 25-50 mg , dalam 1-4 jam, naikkan bertahap sampai maksimum 400 mg/dosis setiap 4-6 jam sampai pasien terkendali; Dosis lazim : 300-800 mg/hari. Cegukan tidak terkendali : Oral, im.: 25-50 mg sehari 3-4 kali.

Mual muntah ;

Anak
Oral :0,5 -1 mg/kg/dosis setiap 4-6 jam bila diperlukan; im, iv : 0,5-1 mg/kg/dosis setiap 6-8 jam, < 5 tahun (22,75 kg) : maksimum 40 mg/hari, 5-12 tahun (22,7-45,5 jg) : maksimum 75 mg/hari.

Dewasa
Oral : 10-25 mg setiap 4-6 jam, im.,iv., : 25- 50 mg setiap 4-6 jam.

Orang tua : Gejala-gejala perilaku yang berkaitan dengan demensia :


awal : 10-25 mg sehari 1-2 kali, naikkan pada interval 4-7 hari dengan 10-25 mg/hari, naikkan interval dosis, sehari 2x, sehari 3 kali dst Bila perlu untuk mengontrol respons dan efek samping; dosis maksimum : 800 mg.

Kontraindikasi Hipersensitifitas terhadap klorpromazin atau komponen lain formulasi, reaksi hipersensitif silang antar fenotiazin mungkin terjadi, Depresi SSP berat dan koma. Efek samping
Kardiovaskuler : hipotensi postural, takikardia, pusing, perubahan interval QT tidak spesifik. SSP : mengantuk, distonia, akathisia, pseudoparkinsonism, diskinesia tardif, sindroma neurolepsi malignan, kejang. Kulit : fotosensitivitas, dermatitis, pigmentasi (abu-abubiru). Metabolik & endokrin : laktasi, amenore, ginekomastia, pembesaran payudara, hiperglisemia, hipoglisemia, test kehamilan positif palsu. Saluran cerna : mual, konstipasi xerostomia. Agenitourinari : retensi urin, gangguan ejakulasi, impotensi. Hematologi : agranulositosis, eosinofilia, leukopenia, anemia hemolisis, anemia aplastik, purpura trombositopenia. Hati : jaundice. Mata : penglihatan kabur, perubahan kornea dan lentikuler, keratopati epitel, retinopati pigmen.

Interaksi Dengan Obat Lain :


Efek klorpromazin dapat ditingkatkan oleh delavirdin, fluoksetin, mikonazol, paroksetin, pergolid, kuinidin, kuinin, ritonavir, ropinirol dan inhibitor CYP2D6 lainnya. Klorpromazin memperkuat efek penekan terhadap SSP dari analgesik narkotik, etanol, barbiturat, antidepresan siklik, antihistamin, hipnotik-sedatif. Klorpromazin dapat meningkatkan efek amfetamin, betabloker tertentu, dekstrometorfan, fluoksetin, lidokain, paroksetin, risperidon, ritonavir, antidepresan trisiklik dan substrat CYP2D6 lainnya. Klorpromazin dapat meningkatkan efek /toksiksitas antikolinergik, antihipertensi,litium, trazodon, asam valproat. Penggunaan bersama antidepresan trisklik dapat mengubah respons dan meningkatkan toksisitas.

Kombinasi dengan epinefrin akan dapat menimbulkan hipotensi. Kombinasi dengan antiaritmia, cisaprid, pimosid, sparfloksacin dan obatobat yang memperpanjang interval QT akan dapat meningkatkan resiko aritmia. Kombinasi dengan metoklopramid akan dapat meningkatkan resiko gejala ekstrapiramidal. Klorpromasin mungkin menurunkan efek substrat prodrug CYP2D6 seperti kodein, hirokodon, oksikodon dan tramadol. Klorpromasin mungkin dapat menghambat efek3/29/13 .::Medicatherapy::.Klorpromazin antiparkinson levodopa dan mungkin dapat menghambat efek pressor epinefrin.

Dengan Makanan :
Etanol, valerian, St Johns wort, kava -kava, gotu kola dapat meningkatkan efek depresi SSP.

Parameter monitoring Gambaran vital : profil lipid, glukosa darah puasa/Hgb A1c, indeks berat badan, status mental, skala normal gerakan yang tidak disadari, gejala ekstrapiramidal. Stabilitas penyimpanan Injeksi : hindari cahaya, larutan berwana sedikit kuning tidak menunjukkan hilangnya potensi, tetapi bila perubahan warna jelas maka harus dibuang. Pengenceran larutan dengan larutan NaCl fisiologis 1 mg/ml tetap stabil selama 30 hari. Informasi pasien
Obat ini untuk mengobati gangguan emosi, mental dan kecemasan. Katakan ke dokter bila pernah alergi dengan obat ini atau dengan obat atau makanan lain. Gunakan obat sesuai anjuran dokter. Kadang obat ini harus digunakan beberapa minggu sebelum efek penuh dicapai. Bila lupa meminum obat ini yang aturan pakainya satu tablet pada malam hari, jangan meminumnya pagi hari kecuali setelah berkonsultasi dengan dokter. Bila digunakan lebih dari satu dosis/tablet per hari, segera minum obat bila lupa, tetapi bila sudah dekat dengan waktu minum kedua, tinggalkan dosis pertama dan mulai dengan dosis reguler. Jangan hentikan minum obat tanpa berkonsultasi dengan dokter. Konsultasikan dengan dokter bila anda memakan obat lain. Bila anda merasakan reaksi yang tidak menyenangkan/menggangu karena memakan obat ini konsultasikan dengan dokter. Simpan obat ini jauh dari jangkauan anak-anak.

Share this:

Posted in Medical Resources Leave a Comment Tags: skizofrenia

Haloperidol
Mar 28

Posted by dr.Rozi Abdullah Merk Dagang Haloperidol , Dores, Govotil, Haldol, Halonace, Lodomer, Serenace, Seradol, Quilez, Upsikis Aksi Dan Farmakologi klinis:
Haloperidol adalah butyrophenone antipsikotik turunan dengan sifat-sifat yang telah dianggap sangat efektif dalam pengelolaan hiperaktivitas, gelisah, dan mania. Haloperidol adalah neuroleptic yang efektif dan juga memiliki sifat Antimuntah, tetapi memiliki kecenderungan untuk memprovokasi ditandai efek ekstrapiramidal dan relatif lemah adrenolytic alfaproperti. Ini juga menunjukkan anorexiant hipotermia dan efek dan mungkin terjadi tindakan barbiturates, anestesi umum, dan obat-obatan depresan SSP lain.

Farmakokinetik: Puncak haloperidol tingkat plasma terjadi dalam waktu 2 sampai 6 jam pemberian dosis oral dan sekitar 20 menit setelah im administrasi. Mean plasma (terminal tereliminasi) paruh telah ditetapkan sebagai 20,7 4.6 (SD) jam, dan meskipun ekskresi dimulai dengan cepat, hanya 24 sampai 60% dari obat radioaktif tertelan diekskresikan (terutama sebagai metabolit dalam urin, beberapa di tinja) pada akhir minggu pertama, dan sangat kecil tetapi tingkat radioaktivitas dideteksi terus berada di dalam darah dan dikeluarkan selama beberapa minggu setelah pemberian dosis. Sekitar 1% dari dosis yang tertelan kembali berubah dalam urin. Indikasi Dan Penggunaan Klinis: Management of manifestasi psikosis akut dan kronis, termasuk skizofrenia dan manik negara. Ini mungkin juga nilai dalam pengelolaan perilaku agresif dan gelisah pada pasien dengan sindrom otak kronis dan keterbelakangan mental dan dalam mengendalikan gejala Gilles de la Tourettes syndrome. Kontra-Indikasi: Pada keadaan koma dan dalam kehadiran depresi SSP karena alkohol atau obat depresan lainnya. Hal ini juga kontraindikasi pada pasien dengan depresi berat negara, penyakit kejang sebelumnya, lesi ganglia basal, dan dalam sindrom Parkinson, kecuali dalam kasus dyskinesias akibat pengobatan levodopa. Tidak boleh digunakan pada pasien yang diketahui sensitif terhadap obat, atau di pikun pasien dengan Parkinson yang sudah ada gejala seperti. Anak-anak: Keamanan dan efektivitas pada anak-anak belum ditetapkan, karena itu, haloperidol adalah kontraindikasi pada kelompok usia ini. Kehamilan dan Laktasi: Haloperidol tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam anomali janin dalam studi populasi yang besar. tidak akan diberikan pada wanita yang potensial melahirkan atau ibu menyusui kecuali, menurut pendapat para dokter Tua atau lemah pasien yang menerima obat itu harus diamati dengan hati-hati untuk kelesuan dan penurunan sensasi rasa haus karena hambatan utama yang dapat menyebabkan dehidrasi

dan berkurangnya ventilasi paru-paru dan bisa mengakibatkan komplikasi, seperti terminal bronkopneumonia. Haloperidol dapat memperpanjang aksi hipnotis barbiturates dan mungkin memberi kekuasaan pengaruh alkohol dan obat-obatan depresan SSP lainnya seperti obat bius dan narkotika; hati-hati karenanya harus dilaksanakan bila digunakan dengan agen jenis ini dan penyesuaian dalam dosis yang mungkin diperlukan. Pencegahan: Administrasi untuk pasien dengan keterlibatan jantung berat harus dijaga, terlepas dari kenyataan bahwa baik haloperidol ditoleransi oleh pasien dengan insufisiensi jantung dan itu telah digunakan dengan hasil yang baik untuk mempertahankan fungsi kardiovaskular pasien dengan excitive krisis. Dalam kasus yang sangat jarang, telah merasa bahwa sumbangan untuk haloperidol adalah presipitasi serangan di angina-pasien rawan. Moderat hipotensi dapat terjadi dengan administrasi atau berlebihan parenteral dosis haloperidol oral, namun, vertigo dan sinkop terjadi hanya jarang. Interaksi Obat:
Haloperidol dilaporkan dapat mengganggu sifat antikoagulan phenindione dalam kasus yang terisolasi, dan kemungkinan harus diingat efek yang serupa terjadi ketika haloperidol digunakan dengan antikoagulan lain. Dalam studi farmakokinetik, ringan sampai sedang meningkat tingkat haloperidol telah dilaporkan ketika haloperidol diberikan secara bersamaan dengan obat-obatan berikut: quinidine, busipirone, fluoxetine. Mungkin perlu untuk mengurangi dosis haloperidol.

Efek SSP lain: Insomnia, reaksi depresif, dan beracun negara confusional adalah efek yang lebih umum ditemui. Mengantuk, kelesuan, pingsan dan katalepsia, kebingungan, kegelisahan, agitasi, gelisah, euforia, vertigo, kejang grand mal, dan eksaserbasi gejala psikotik, termasuk halusinasi, juga telah dilaporkan. Overdosage: Gejala: Secara umum, gejala akan overdosage berlebihan efek farmakologi yang sudah diketahui dan reaksi yang merugikan, yang paling menonjol dari daerah yang akan 1) reaksi ekstrapiramidal berat, 2) hipotensi, atau 3) sedasi. Pasien akan muncul pingsan dengan depresi pernapasan dan hipotensi yang dapat cukup parah untuk menghasilkan shock-seperti negara. Reaksi yang ekstrapiramidal akan terwujud oleh kelemahan otot atau kekakuan dan getaran umum atau lokal seperti yang ditunjukkan oleh akinetic atau agitans masing-masing jenis. Dosis Dan Administrasi: Oral: 1. Skizofrenia dan psikosis lain, mania, terapi tambahan jangka pendek untuk agitasi psikomotor, eksitasi,
perilaku kekerasan atau impulsif yang berbahaya: o dosis awal 1,5-3 mg, 2-3 kali sehari

atau 3-5 mg, 2-3 kali sehari pada kasus berat atau resisten.

2. Pada skizofrenia resisten


o o o sampai 100 mg (jarang sampai 120 mg) per hari mungkin diperlukan.

Sesuaikan dengan respons, dosis pemeliharaan efektif serendah mungkin (sampai serendah 5-10 mg/hari). LANSIA (atau debil) dosis awal setengah dosis dewasa.

ANAK:
dosis awal 25-50 mcg/kg bb/hari dalam 2 dosis terbagi, maksimal 10 mg.

Remaja sampai 30 mg/sehari.

Terapi tambahan jangka pendek pada ansietas berat,


DEWASA: 500 mcg, 2 kali sehari. ANAK: tidak dianjurkan.

Pada kasus cegukan yang sulit diobati:


1,5 mg, 3 kali sehari. Sesuaikan dengan respons. ANAK tidak dianjurkan.

Injeksi intramuskular
2-10 mg diberi tiap 4-8 jam sesuai respons (bila perlu tiap jam) sampai total maksimum 60 mg. Kasus yang berat mungkin memerlukan dosis awal sampai 30 mg. ANAK: tidak dianjurkan. Mual dan muntah: 0,5-2 mg

Pasien lanjut usia atau lemah:


Lower dosis yang direkomendasikan pada pasien tersebut karena mereka mungkin lebih sensitif terhadap obat tersebut. Awalnya, dosis harian berkisar 0,5-1,5 mg (0,25-0,5 mg, 2 atau 3 kali sehari) harus digunakan. Atas penyesuaian dosis ini harus dilakukan secara bertahap; maksimum dan pemeliharaan harus dosis individual dan biasanya lebih rendah dalam jenis pasien.

Ketersediaan Dan Penyimpanan:


Setiap mL ampul mengandung: haloperidol 5 mg (sebagai laktat). Nonmedicinal bahan: asam laktat yang cukup untuk menyesuaikan pH dalam kisaran 3,0-3,6, Methylparaben, propylparaben dan air. Jangan diencerkan dengan saline steril. Ampuls dari 1 mL, unit 10. Toko pada suhu ruangan terkontrol (15 sd 30 C). Lindungi dari cahaya. Jangan bekukan.

Share this:

Posted in Medical Resources

Leave a Comment

PREDNISONE
Mar 28 Posted by dr.Rozi Abdullah Merk Dagang : Dellacorta, Eltazon, Etacortin, Erlanison, Inflason, Kokosone, Metacort, Pehacort, Pimicort, Prednicap, Predsil, Remacort, Sohoson, Tiapren, Trifacort INDIKASI Artritis reumatoid, asma bronkhial, lupus eritematosus sistemik, demam reumatik yang berhubungan dengan karditis. KONTRA INDIKASI Tukak lambung, osteoporosis, diabetes melitus, penyakit infeksi sistemik, gagal ginjal kronis, uremia, hamil, tuberkulosa aktif, hipersensitif. PERHATIAN
Tidak untuk terapi awal artritis reumatoid. Menyusui : Pemakaian jangka panjang mengganggu pertumbuhan anak, menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, penghentian obat harus bertahap.

Interaksi obat : Rifampisin, Barbiturat. EFEK SAMPING Mual, anoreksia (kehilangan nafsu makan), nyeri otot, gelisah. Edema, hipernatremia, hipokalemia, iritasi lambung. DOSIS 1-4 tablet 5mg /hari setelah makan dan sebelum tidur.

Share this:

Posted in Medical Resources

Leave a Comment

Miconazole
Mar 28 Posted by dr.Rozi Abdullah Merk Dagang : Miconazole, Clearderma, Daktarin, Daktazol, Epiderm, Fungares , Fungitia , Funtas, Goderm , Kalpanax-K , Mexoderm , Moladerm , Micrem , Nazoderm , Neo Kanesol, Nilozanoc , Sporend ,Yuphamicorine , Zetasal, Zolagel

Komposisi Tiap g krim berisi dari : Miconazole nitrat 20 mg Deskripsi Miconazole nitrat, sintetis turunan dari 1-phenethyl-imidazole. Adalah antijamur spektrum luas dan bacreicidal agen. Ini menggabungkan aktivitas antijamur terhadap Common dermatophytes, ragi dan jamur dengan berbagai aktivitas antibakteri terhadap beberapa bakteri gram positif dan cocci Miconazole telah terbukti efektif dalam mycoses sekunder infeksi yang kambuh atau resisten dengan pengobatan lainnya. Tidak ada perlawanan terhadap Miconazole. Indikasi Kulit dan kuku infeksi yang disebabkan oleh dermatophytes, yeastsnand berbagai jamur lain, misalnya. tinea capitis, tinea corporis, tinea manum, tinea pedis. DOSIS
dewasa dan anak-anak,dioleskan secukupnya Tinea pedis,krusis,korposis dan kandiasis kulit : 2 kali sehari Tinea versikolor : sekali sehari

Share this:

Posted in Medical Resources Leave a Comment

Tags: corporis tinea, tinea capitis, tinea manum, tinea pedis

Ketokonazol
Mar 26 Posted by dr.Rozi Abdullah Indikasi:
Infeksi pada kulit, rambut, dan kuku (kecuali kuku kaki) yang disebabkan oleh dermatofit dan atau ragi (dermatophytosis, onychomycosis, candida perionyxixs, pityriasis versicolor, pityriasis capitis, pityrosporum, folliculitis, chronic mucocutaneus candidosis), bila infeksi ini tidak dapat diobati secara topikal karena tempat lesi tidak dipermukaan kulit atau kegagalan pada terapi topikal. Infeksi ragi pada rongga pencernaan. Vaginal kandidosis kronik dan rekuren kandidosis. Pada terapi lokal penyembuhan infeksi yang kurang berhasil. Infeksi mikosis sistemik seperti kandidosis sistemik, paracoccidioidomycosis, histoplasmosis, coccidioidomycosis, blastomycosis. Pengobatan profilaksis pada pasien yang mekanisme pertahanan tubuhnya menurun (keturunan, disebabkan penyakit atau obat), berhubungan dengan meningkatnya risiko infeksi jamur. Ketoconazole tidak dipenetrasi dengan baik ke dalam susunan saraf pusat. Oleh karena itu jamur meningitis jangan diobati dengan oral ketoconazole.

Kontra Indikasi :
Penderita penyakit hati yang akut atau kronik. Hipersensitif terhadap ketoconazole atau salah satu komponen obat ini. Pada pemberian peroral ketoconazole tidak boleh diberikan bersama-sama dengan terfenadin, astemizol, cisaprid dan triazolam. Wanita hamil.

Komposisi: Tiap tablet mengandung ketoconazole 200 mg. Cara Kerja Obat:
Ketoconazole adalah suatu derivat imidazole-dioxolane sintetis yang memiliki aktivitas antimikotik yang poten terhadap dermatofit, ragi. Misalnya Tricophyton Sp, Epidermophyton floccosum, Pityrosporum Sp, Candida Sp. Ketoconazole bekerja dengan menghambat enzym cytochrom P. 450 jamur, dengan mengganggu sintesa ergosterol yang merupakan komponen penting dari membran sel jamur.

Dosis: Tidak boleh digunakan untuk anak dibawah umur 2 tahun. Pengobatan kuratif:
Dewasa:

Infeksi kulit, gastrointestinal dan sistemik: 1 tablet (200 mg) sekali sehari pada waktu makan. Apabila tidak ada reaksi dengan dosis ini, dosis ditingkatkan menjadi 2 tablet (400 mg sehari). Kandidosis vagina: 2 tablet (400 mg) sekali sehari pada waktu makan.

Anak-anak:
Anak dengan berat badan kurang dari 15 kg: 20 mg 3 kali sehari pada waktu makan. Anak dengan berat badan 15-30 kg: 100 mg sekali sehari pada waktu makan. Anak dengan berat badan lebih dari 30 kg sama dengan dewasa. Pada umumnya dosis diteruskan tanpa interupsi sampai minimal 1 minggu setelah semua simptom hilang dan sampai kultur pada media menjadi negatif.

Pengobatan profilaksis:
1 tablet (200 mg) sekali sehari pada waktu makan.

Lama pengobatan:
Kondidosis vaginal 5 hari. Mikosis pada kulit yang disebabkan oleh dermatosis: kurang lebih 4 minggu. Pityriasis versicolor: 10 hari. Mikosis mulut dan kulit yang disebabkan oleh kandida: 2 3 minggu. Infeksi rambut 1 2 bulan. Infeksi kuku: 3 6 bulan, bila belum ada perbaikan dapat dilanjutkan hingga 12 bulan. Dipengaruhi juga dengan kecepatan pertumbuhan kuku,sampai kuku yang terinfeksi diganti oleh kuku yang normal. Parakoksidioidomikosis, histoplasmosis, coccidioidomycosis: lama pengobatan optimum 2 6 bulan.

Efek Samping Sediaan peroral:


Dispepsia, nausea, sakit perut dan diare. Sakit kepala, peningkatan enzim hati yang reversibel, gangguan haid, dizzines, paraesthesia dan reaksi alergi.

Thrombositopenia, alopecia, peningkatan tekanan intracranial pressure yang reversibel (seperti papiloedema, bulging fontanel pada bayi).
Impotensi sangat jarang. Gynaecomastia dan oligospermia yang reversibel bila dosis yang diberikan lebih tinggi dari dosis terapi yang dianjurkan. Hepatitis (kemungkinan besar idiosinkrasi) jarang terjadi (terlihat dalam 1/12.000 penderita). Reversibel apabila pengobatan dihentikan pada waktunya.

Peringatan dan Perhatian:


Penting memberikan penjelasan kepada pasien yang diterapi untuk jangka panjang mengenai gejala penyakit hati seperti letih tidak normal yang disertai dengan demam, urine berwarna gelap, tinja pucat atau ikterus. Faktor yang meningkatkan risiko hepatitis: wanita berusia di atas 50 tahun, pernah menderita penyakit hati, diketahui mempunyai intoleransi dengan obat, pemberian jangka lama dan pemberian obat bersamaan dengan obat yang mempengaruhi fungsi hati. Tes fungsi hati dilakukan pada pengobatan dengan ketoconazole lebih dari 2 minggu. Apabila telah didiagnosis sebagai penyakit hati, pengobatan harus dihentikan. Fungsi adrenal harus dimonitor pada pasien yang menderita insufisiensi adrenal atau fungsi adrenal yang border line dan pada pasien dengan keadan stres yang panjang (bedah dasar, intensive care, dll).

Tidak boleh digunakan untuk anak dibawah umur 2 tahun. Jangan diberikan pada wanita hamil, kecuali kemungkinan manfaatnya lebih besar dari risiko pada janin. Kemungkinan diekskresikan pada air susu ibu, maka ibu yang diobati dengan ketoconazole dianjurkan untuk tidak menyusui.

Interaksi Obat:
Pemberian bersama-sama dengan terfenadin dan astemizol. Absorpsi ketoconazole maksimal bila diberikan pada waktu makan. Absorpsinya terganggu kalau sekresi asam lambung berkurang, pada pasien yang diberi obat-obat penetral asam (antasida) harus diberikan 2 jam atau lebih setelah ketoconazole. Pemberian bersama dengan rifampicin dapat menurunkan konsentrasi plasma kedua obat. Pemberian bersama dengan INH dapat menurunkan konsentrasi plasma ketoconazole, bila kombinasi ini digunakan konsentrasi plasma harus dimonitor.

Overdosis: Tidak ada indakan yang khusus yang harus diberikan. Hanya tindakan suportif yang perlu dilakukan seperti bilas lambung.

Share this:

Posted in Medical Resources Leave a Comment Tags: astemizol, infeksi, jamur, membran sel, pityriasis versicolor, sintesa

Drugsafety Antibiotik
Dec 27 Posted by dr.Rozi Abdullah

DAFTAR OBAT AMAN DAN BERBAHAYA UNTUK IBU HAMIL DAN MENYUSUI
Antibiotik Nama Generik Amoxicillin Aztreonam Cefadroxil Cefazolin Kategori Risiko Kehamilan B B B B

Risiko Menyusui L1 L2 L1 L1

Cefotaxime Cefoxitin Cefprozil Ceftazidime Ceftriaxone Ciprofloxacin Clindamycin Erythromycin Fleroxacin Gentamicin Kanamycin Moxalactam Nitrofurantoin Ofloxacin Penicillin Streptomycin Sulbactam Sulfisoxazole Tetracycline Ticarcillin Trimethoprim/sulfamethoxazole

B B C B B C B B C D B C B D C D B C

L2 L1 L1 L1 L2 L3 L3 L1 L3 early postnatal NR L2 L2 NR L2 L2 L1 L3 NR L2 L2 L1 L3

* Per the AAP Policy Statement The Transfer of Drugs and Other Chemicals Into Human Milk, revised September 2001.

Approved: (Table 6) Maternal Medication Usually Compatible With Breastfeeding Concern: (Table 4) Drugs for Which the Effect on Nursing Infants Is Unknown but May Be of Concern Caution: (Table 5) Drugs That Have Been Associated With Significant Effects on Some Nursing Infants and Should Be Given to Nursing Mothers With Caution NR: Not Reviewed. This drug has not yet been reviewed by the AAP.

** Per Medications and Mothers Milk by Thomas Hale, PhD (2004 edition). Lactation Risk Categories L1 (safest) L2 (safer) L3 (moderately safe) L4 (possibly hazardous) L5 (contraindicated) Pregnancy Risk Categories A (controlled studies show no risk) B (no evidence of risk in humans) C (risk cannot be ruled out) D (positive evidence of risk) X (contraindicated in pregnancy)

NR: Not Reviewed. This drug has not yet been reviewed by Hale.

Share this:

Posted in Drug List, Lain-lain, Obat yang aman untuk ibu Hamil & Menyusui Leave a Comment

Kontrasepsi
Nov 15 Posted by dr.Rozi Abdullah DEFINISI Pengertian kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim.
Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam kontrasepsi. Metode dalam kontrasepsi tidak ada satupun yang efektif secara menyeluruh. Meskipun begitu, beberapa metode dapat lebih efektif dibandingkan metode lainnya. Efektivitas metode kontrasepsi yang digunakan bergantung pada kesesuaian pengguna dengan instruksi. Perbedaan keberhasilan metode juga tergantung pada tipikal penggunaan (yang terkadang tidak konsisten) dan penggunaan sempurna (mengikuti semua instruksi dengan benar dan tepat). Perbedaan efektivitas antara penggunaan tipikal dan penggunaan sempurna menjadi sangat bervariasi antara suatu metode kontrasepsi dengan metode kontrasepsi yang lain. Sebagai contoh: kontrasepsi oral sangat efektif bila digunakan secara tepat, tetapi banyak wanita yang sering kali lupa untuk meminum pilnya secara teratur. Sehingga penggunaan kontrasepsi oral secara tipikal kurang efektif dibandingkan penggunaan sempurna.

Tahukah anda. Efektivitas perhitungan pada metode kontrasepsi seperti pil atau metode ritmik bergantung pada sebaik apa petunjuknya dipatuhi/ diikuti.
Pada kontrasepsi implan, saat implan dimasukkan ke dalam tubuh, tidak diperlukan perlakuan apapun lagi (sehingga penggunaan implan menjadi penggunaan sempurna) sampai tiba waktunya untuk diganti. Dalam hal ini maka penggunaan tipikal sama saja dengan penggunaan sempurna, sampai saat penggantian implan. Seseorang cenderung menggunakan suatu metode kontrasepsi secara tepat ketika semakin terbiasa dengan metode kontrasepsi tersebut. Hasilnya, perbedaan efektivitas antara penggunaan yang tipikal dengan penggunaan sempurna semakin berkurang seiring dengan berjalannya waktu.

Efektivitas Kontrasepsi Metode Kontrasepsi oral Implan Koyo kontrasepsi dan cincin vagina Gagal tahun 1 (%) sempurna tipikal 0,3 8 0,05 0,05 0,3 8

Injeksi medroxyprogesteron Kondom Diafragma dengan spermisida

0,3 3 2 15 6 16 18 40 Penutup serviks dengan spermisida 9 18 26 32 Spons kontrasepsi 9 16 Intrauterine device (IUD)/ Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) 0,10,8 0,10,8 KB alami metode ritmik 19 25 Senggama terputus 4 27 Sekitar 85% wanita dapat menjadi hamil pada hubungan seksual tanpa kontrasepsi selama satu tahun Selain efektivitasnya, masing-masing metode kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangan. Misalnya saja, metode hormonal memiliki efek samping berupa peningkatan maupun penurunan risiko terhadap beberapa penyakit. Pilihan metode bergantung pada gaya hidup, pilihan, dan keperluan pengguna. METODE HORMONAL Kontrasepsi Oral Keuntungan Harus diminum setiap hari. Untuk kontrasepsi oral kombinasi (mengandung estrogen dan progestin), seorang wanita mengkonsumsi pil aktif setiap hari selama 3 pekan, kemudian diikuti dengan minum tablet inaktif selama 1 pekan. Efek samping Menstruasi (perdarahan) tidak teratur selama beberapa bulan pertama. Pertimbangan Lain Wanita yang berusia di atas 35 tahun dan perokok tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi oral.

Mual, perut kembung, retensi cairan, peningkatan tekanan Beberapa gangguan juga dapat darah, nyeri payudara, mengurangi penggunaannya. migrain, sakit kepala, pertambahan berat badan, jerawat, dan gelisah. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral, lebih jarang Meningkatkan resiko mendapat kram perut saat haid, terjadinya penyumbatan Jerawat, perdarahan tak teratur, pembuluh darah & kemungkinan terkena kemungkinan kanker leher osteoporosis, serta resiko rahim mendapat beberapa jenis kanker tertentu.

Untuk kontrasepsi oral yang hanya mengandung progestin saja maka pil diminum setiap hari.

Implan

Efek samping Menstruasi tidak teratur Kontrasepsi implan hanya perlu selama tahun pertama dipasang 1 kali untuk pemakaian selama pemakaian. 3 tahun. Implan dipasang oleh seorang Sakit kepala dan dokter. penambahan berat badan. Koyo kontrasepsi/ koyo KB Keuntungan Wanita menggunakan patch kontrasepsi (berbentuk seperti koyo) untuk penggunaan selama 3 minggu. 1 minggu berikutnya tidak perlu menggunakan koyo KB. Kunjungan ke dokter dilakukan secara periodik untuk memperbarui resep. Cincin vagina Keuntungan Efek samping

Keuntungan

Pertimbangan Lain Larangan sama seperti penggunaan kontrasepsi oral. Diperlukan torehan untuk mengeluarkan implan

Pertimbangan Lain

Efek samping sama dengan kontrasepsi oral, namun jarang ditemukan adanya perdarahan tidak teratur.

Larangan sama seperti penggunaan kontrasepsi oral.

Wanita memasukkan cincin setiap 3 minggu sekali. Kemudian selama 1 minggu cincin vagina dilepaskan. Cincin yang baru digunakan untuk pemakaian 1 bulan

Pertimbangan Lain Larangan sama seperti pada penggunaan kontrasepsi oral. Pada minggu-minggu awal pemakaian, perlu digunakan metode Efek samping mirip kontrasepsi lain sebagai cadangan. dengan kontrasepsi Cincin vagina dapat Keluar dengan oral, namun jarang ditemukan perdarahan sendirinya. Apabila cincin dimasukkan kembali dalam waktu tidak teratur. kurang dari 3 jam (setelah keluar dengan tidak sengaja) maka metode kontrasepsi cadangan tidak perlu digunakan.

Efek samping

Injeksi Medroxyprogesterone Efek samping Terjadi perdarahan tidak teratur (seiring waktu, perdarahan makin jarang terjadi) atau tidak Injeksi diberikan menstruasi sama sekali saat oleh dokter setiap 3 kontrasepsi injeksi digunakan. bulan. Sedikit kenaikan berat badan, sakit kepala, dan kehilangan kepadatan tulang secara sementara Keuntungan Pertimbangan Lain Metode ini mengurangi risiko terjadinya kanker rahim (endometrial), penyakit radang panggul, dan anemia karena kekurangan zat besi.

METODE BARRIER (PENGHALANG) Kondom Keuntungan Pria menggunakan kondom segera sebelum melakukan hubungan seksual dan membuangnya setiap habis digunakan. Kondom banyak tersedia di toko obat bebas. Efek samping Pertimbangan Lain Kondom lateks memberi perlindungan terhadap penyakit yang ditularkan lewat hubungan seksual.

Reaksi alergi dan iritasi Kondom harus di gunakan secara benar. Agar efektif, metode ini memerlukan kerjasama dari pasangan.

Diafragma dengan krim atau gel kontrasepsi Keuntungan Efek samping Pertimbangan Lain Diafragma dapat digunakan oleh wanita sebelum melakukan hubungan seksual. Kemudian didiamkan (dibiarkan) selama 24 jam. Setelah diafragma dipasang, krim Penentuan ukuran diafragma yang sesuai Reaksi alergi, atau gel tambahan perlu dilakukan oleh dokter (setidaknya iritasi & infeksi dimasukkan sebelum melakukan setahun sekali). saluran kemih hubungan seksual. Diafragma yang menggunakan krim atau gel kontrasepsi dapat menyebabkan penempatan diafragma menjadi berantakan. Spons kontrasepsi Keuntungan Efek samping Spons kontrasepsi dapat dimasukkan sebelum melakukan hubungan seksual. Spons dapat Reaksi alergi dan dimasukkan kemudian dan dapat efektif kekeringan pada selama 24 jam. Spons dibuang setiap habis vagina atau iritasi digunakan. Spons kontrasepsi tersedia di toko obat bebas METODE LAIN Intrauterine device (IUD)/ Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) Keuntungan IUD/ AKDR hanya perlu dipasang setiap 5-10 tahun sekali, tergantung dari tipe alat yang Efek samping Pertimbangan Lain Perdarahan dan rasa Kadangkala IUD / nyeri. AKDR dapat terlepas. Pertimbangan Lain Spons dapat sulit untuk dikeluarkan. Spons harus dikeluarkan dalam setelah 30 jam.

digunakan. Alat tersebut harus dipasang atau dilepas oleh dokter. KB alami metode ritmik Keuntungan Wanita memeriksa suhu tubuh, lendir vagina dan gejala lain atau kombinasi dari ketiganya hampir setiap hari. Efek samping Tidak ada. Pertimbangan Lain Metode ini memerlukan ketekunan wanita dan hubungan seksual tidak dilakukan selama beberapa hari dalam sebulan. Metode ini kurang efektif bagi wanita yang mempunyai siklus mentruasi tidak teratur

Sanggama terputus Keuntungan Pria menarik keluar penisnya dari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Sangat diperlukan pengendalian diri dan pengaturan waktu yang tepat. Sumber : http://medicastore.com Efek samping tidak ada Pertimbangan Lain Metode ini tidak dapat diandalkan karena sperma bisa saja keluar sebelum terjadi ejakulasi

Share this:

Posted in Medical Resources, Obstetri dan Ginekologi Leave a Comment

Keluarga Berencana (KB)


Nov 15 Posted by dr.Rozi Abdullah Keluarga Berencana (KB) DEFINISI

Keluarga Berendana adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak antara kelahiran

anak.

Untuk menghindari kehamilan yang bersifat sementara digunakan kontrasepsi sedangkan untuk menghindari kehamilan yang sifatnya menetap bisa dilakukan sterilisasi. Aborsi bisa digunakan untuk mengakhiri kehamilan jika terjadi kegagalan kontrasepsi.

KONTRASEPSI Metode kontrasepsi terdiri dari: Kontrasepsi oral (pil KB)


Pil KB mengandung hormon, baik dalam bentuk kombinasi progestin dengan estrogen atau progestin saja. Pil KB mencegah kehamilan dengan cara menghentikan ovulasi (pelepasan sel telur oleh ovarium) dan menjaga kekentalan lendir servikal sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma. Tablet yang hanya mengandung progestin sering menyebabkan perdarahan tidak teratur. Tablet ini hanya diberikan jika pemberian estrogen bisa membahayakan, misalnya pada wanita yang sedang menyusui. Pil kombinasi ada yang memiliki estrogen dosis rendah dan ada yang mengandung estrogen dosis tinggi. Estrogen dosis tinggi biasanya diberikan kepada wanita yang mengkonsumsi obat tertentu (terutama obat epilepsi). Keuntungan pemakaian pil KB adalah mengurangi:
o o o o o o o o

Resiko kanker jenis tertentu Angka kekambuhan kram pada saat menstruasi Ketegangan premenstruasi Perdarahan tidak teratur Anemia Kista payudara Kista ovarium Kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan)

Infeksi tuba falopii.

Sebelum mulai menggunakan pil KB, dilakukan pemeriksaan fisik untuk meyakinkan bahwa tidak ada masalah kesehatan yang bisa menimbulkan resiko. Jika wanita tersebut atau keluarga dekatnya ada yang menderita diabetes atau penyakit jantung, biasanya dilakukan pemeriksaan darah untuk mengukur kadar kolesterol dan gula darah. Jika kadar kolesterol atau gula darahnya tinggi, maka diberikan pil KB dosis rendah. 3 bulan setelah pemakaian pil KB, dilakukan pemeriksaan ulang untuk mengetahui adanya perubahan tekanan darah. Selanjutnya pemeriksaan dilakukan 1 kali/tahun. Pil KB sebaiknya tidak digunakan oleh: Wanita yang merokok dan berusia diatas 35 tahun Wanita penderita penyakit hati aktif atau tumor Wanita yang memiliki kadar trigliserida tinggi d. Wanita penderita tekanan darah tinggi yang tidak diobati Wanita penderita diabetes yang disertai penyumbatan arteri Wanita yang memiliki bekuan darah Wanita yang tungkainya sedang digips Wanita penderita penyakit jantung Wanita yang pernah menderita stroke Wanita yang pernah menderita penyakit kuning pada saat kehamilan Wanita penderita kanker payudara atau kanker rahim. Pengawasan harus dilakukan jika pil KB digunakan oleh: o Wanita yang mengalami depresi o Wanita yang sering mengalami sakit kepala migren o Wanita yang merokok tetapi berusia dibawah 35 tahun o Wanita yang pernah menderita hepatitis atau penyakit hari lainnya tetapi telah sembuh total.

Pemakaian pil KB setelah kehamilan


Resiko terbentuknya bekuan darah di tungkai meningkat setelah kehamilan dan akan semakin meningkat jika wanita tersebut memakai pil KB. Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu setelah persalinan, maka pil KB bisa langsung digunakan. Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu 12-28 minggu, maka harus menunggu 1 minggu sebelum pil KB mulai digunakan, sedangkan jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu lebih dari 28 minggu, harus menunggu 2 minggu sebelum pil KB mulai digunakan. Wanita yang menyusui biasanya tidak mengalami ovulasi sampai 10-12 minggu setelah persalinan, tetapi mereka bisa mengalami ovulasi dan hamil sebelum terjadinya menstruasi pertama. Karena itu, ibu yang menyusui sebaiknya menggunakan pil KB jika tidak ingin hamil. Pil kombinasi yang diminum oleh ibu menyusui bisa mengurangi jumlah air susu dan kandungan zat lemak serta protein dalam air susu. Hormon dari pil terdapat dalam air susu sehingga bisa sampai ke bayi. Karena itu untuk ibu menyusui sebaiknya

diberikan tablet yang hanya mengandung progestin, yang tidak mempengaruhi pembentukan air susu.

Pil KB yang diminum segera setelah terjadinya pembuahan atau pada awal kehamilan (sebelum wanita tersebut mengetahui bahwa dia hamil) tidak akan membahayakan janin.

Efek samping pil KB

Perdarahan tidak teratur. Sering terjadi pada beberapa bulan pertama pemakaian pil KB, jika tubuh telah menyesuaikan diri dengan hormon biasanya perdarahan abnormal akan berhenti. Beberapa bulan setelah berhenti menggunakan pil KB, mungkin tidak akan terjadi menstruasi, tetapi obat ini tidak menyebabkan berkurangnya kesuburan secara permanen. Efek samping yang berhubungan dengan estrogen adalah mual, nyeri tekan pada payudara, perut kembung, penahanan cairan, peningkatan tekanan darah dan depresi. Efek samping yang berhubungan dengan progestin adalah penambahan berat badan, jerawat dan kecemasan. Penambahan berat badan sebanyak 1,5-2,5 kg biasanya terjadi akibat penahanan cairan dan mungkin karena meningkatnya nafsu makan. Bekuan darah diperkirakan 3-4 kali lebih sering terjadi pada pemakaian pil KB dosis tinggi. Jika secara tiba-tiba timbul nyeri dada atau nyeri tungkai, pemakaian pil KB harus segera dihentikan dan segera memeriksakan diri karena gejala tersebut mungkin menunjukkan adanya bekuan darah di dalam vena tungkai dan kemungkinan sedang menuju ke paru-paru. Pil KB dan pembedahan menyebabkan meningkatnya resiko pembentukan bekuan darah, sehingga 1 bulan sebelum menjalani pembedahan pemakaian pil harus dihentikan dan baru mulai dipakai lagi 1 bulah setelah pembedahan. Mual dan sakit kepala. 1-2% wanita pemakai pil KB mengalami depresi dan kesulitan tidur. h. Melasma (bercak-bercak berwarna gelap di wajah). Jika terkena sinar matahari, bercak semakin gelap. Melasma akan menghilang secara perlahan setelah pemakaian pil KB dihentikan. Resiko terjadinya kanker leher rahim tampaknya meningkat, terutama jika pil KB telah dipakai selama lebih dari 5 tahun. Karena itu wanita pemakai pil KB harus rutin menjalani pemeriksaan Pap smear (minimal 1 kali/tahun). Di lain fihak, wanita pemakai pil KB memiliki resiko kanker ovarium ataupun kanker rahim yang lebih rendah.

Interaksi pil KB dengan obat lain

Pil KB tidak berpengaruh terhadap obat lain, tetapi obat lain (terutama obat tidur dan antibiotik) bisa menyebabkan berkurangnya efektivitas dari pil KB. Wanita pemakai pil KB bisa hamil jika secara terus menerus mengkonsumsi antibiotik (misalnya rifampin, penisilin, ampisilin, tetrasiklin atau golongan sulfa). Ketika mengkonsumsi antibiotik tersebut, selain pil KB sebaiknya ditambah dengan menggunaka kontrasepsi penghalang (misalnya kondom atau diafragma). Oba anti-kejang (fenitoin dan phenobarbital) bisa menyebabkan meningkatkan perdarahan abnormal pada wanita pemakai pil KB. Untuk mengatasi hal ini, kepada wanita penderita epilepsi yang mengkonsumsi antikejang perlu diberikan pil KB dosis tinggi.

Sumber : http://medicastore.com

Share this:

Posted in Medical Resources, Obstetri dan Ginekologi Leave a Comment

EKG Myocardiac Ischemia & Myocardiac Infarction


Nov 15 Posted by dr.Rozi Abdullah

Myocardiac Ischemia & Myocardiac Infarction


Topik ini bagi saya pribadi adalah sangatlah menegangkan karena inilah topik yang ditunggutunggu saat kita mempelajari EKG. Ya boleh dikatakan topik ini adalah jantung dari kursus EKG. Seperti yang anda ketahui bahwa jantung merupakan organ tubuh yang sangat dan sangat vital sekali yang bertugas secara disiplin dan teratur memompakan darah keseluruh bagian tubuh dan jantung itu sendiri. Untuk menjaga continuitas kerja jantung secara maksimal atau adekuat, maka jantung harus mendapatkan pasokan darah (nutrisi) yang adekuat pula.Apabila pasokan atau aliran darah ke jantung mengalami penurunan atau tidak seimbangnya antara kebutuhan darah yang di butuhkan jantung dengan pasokan darah yang di alirkan ke jantung, maka jantung akan mengalami gangguan yang dinamakan dengan jantung iskemia. Dan apabila pasokan/aliran darah mengalami hambatan atau sumbatan, maka jantung akan mengalami gangguan yang dinamakan serangan jantung atau acut miokardiac infarction. Perlu saya garis bawahi dengan tinta emas, bahwa jantung iskemia dan serangan jantung atau akut miokardiac infarction akan jelas terekam dalam EKG yang nanti saya jelaskan, dimana kriteria pada rekaman EKG untuk jantung iskemia atau acut miokardiac infarction bukanlah

menjadi patokan utama dalam menegakkan diagnosa tersebut. Tapi anda harus menetapkan keadaan klinis pasien sebagai pegangan utam kita sebelum menegakkan diagnosa. A. Myocardiac Ischemia atau Jantung Ischemia Myocardiac ischemia atau jantung iskemia adalah suatu keadaan dimana ketidakseimbangan antara kebutuhan jantung akan darah dengan pasokan atau suplai darah yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darau arteri koroner. Penyempitan arteri koroner paling sering disebabkan oleh arterosklerosis dan arteri koroner spasme. Arterosklerosis adalah suatu proses yang sudah dimulai sejak kita lahir, dan proses ini tidak hanya pada pembuluh darah jantung tapi diseluruh pembuluh darah proses ini sudah dimulai dan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti gaya hidup, pola makan dll. Anda merasa jantung anda sehat-sehat saja biarpun lifestyle anda tidak anda perhatikan seperti mengkonsumsi lemak lebih, merokok, kurang aktivitas dll. Anda beranggapan demikian karena jantung kita dalam batas tertentu mampu melindungi dari iskemia, akan tetapi apabila kebutuhan jantung bertambah misalkan saat anda melakukan aktivitas ringan sampai berat dimana jantung tidak bisa melindungi dirinya lagi, maka anda akan mengalami keluhan seperti nyeri dada yang hebat, dada terasa terbakar atau tertekan dan nyeri bisa menjalar (bahu, lengan dan leher).Keadaan ini dinamakan anda sedang mengalami stable angina. Jika keluhan muncul tidak lagi pada saat anda melakukan aktivitas dinamakan unstable angina. Apabila unstable angina tidak ditangani dengan tepat, maka bukan tidak mungkin lagi serangan jantung atau acut myocardiac infarction dan kematian mendadak akan terjadi. Dengan EKG, jantung iskemia bisa anda identifikasi berupa gambaran ST segmen depresi dengan kriteria sebagai berikut :

ST segmen depresi > 1mm Terdapat lebih dari 1 ST segmen depresi ST segmen depresi bisa berupa datar atau horizontal, downsloping atau upsloping.

(lihat gb. 31 a, b, c, d)

(A)

(B)

(C)

(D) ( Gb :31 ) Saya ingatkan kembali bahwa keadaan klinis pasien lebih utama dengan gambaran EKG.

Kalau anda menemukan ST depresi atau T inverted tapi tidak ditemukan signs yang mengarah ke diagnosa jantung iskemik, maka anda namakan gambaran tersebut dengan ST atau T non spesifik. Tapi ST or T nonspesifik ini bukan berarti tidak penting, tapi anda harus mengkajinya kenapa terjadi gambaran EKG tersebut. Adapun penyebab gambaran dengan ST atau T nonspesifik itu adalah sebagai berikut :

Gangguan keseimbangan elektrolit Myocarditis & Pericarditis Cardiomypaty Pulmonary emboli, dll.

B.Acut Myocardiac Infarction (AMI) atau Serangan Jantung Seperti yang saya katakan diatas bahwa apabila jantung iskemia khususnya unstable angina tidak anda tangani dengan tepat, maka myocardiac infarction atau serangan jantung akan terjadi. AMI atau serangan jantung adalah keadaan dimana tidak mendapatkan suplai darah lagi yang disebabkan adanya sumbatan total dipembuluh darah arteri koroner yang menyebabkan kerusakan jaringan otot jantung atau infarction. Adapun tanda-tanda serangan jantung atau acut myocardiac infarction adalah sama dengan jantung iskemia, akan tetapi nyeri dada pada serangan jantung tidak bisa dihilangkan dengan analgesik biasa (harus dengan morphine), kadang disertai dengan keringat dingin serta muntah dan kematian mendadak bila lambat atau kurang tepat penangananya. Banyak rekan-rekan kita yang mungkin masih bingung dan belum tahu dalam memahami myocardiac infarction, sehingga dalam prakteknya mereka beranggapan kalau istilah myocardiac infarction adalah sosok serangan yang menyerang jantung dan bisa menyebabkan kematian. Benar sekali kalau AMI sangat berbahaya dan bisa mengancam jiwa pasien bila tidak ditangani dengan tepat. Akan lebih baik jika anda mengenal dan memahami letak MI serta kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi yang harus anda waspadai atau observasi setelah post MI. Disamping itu, tidak semua AMI akan menyebabkan kematian mendadak. Karena tergantung letak bagian otot mana yang terkena MI dan clinical jantung itu sendiri. Misalkan pasien dengan latar belakang lifestyle yang kurang sehat atau adanya penyakit jantung yang menyertainya, maka jika terkena serangan jantung yang sebenarnya tidak menyebabkan kematian jika ditangani secara tepat, tapi pada pasien ini bisa menyebabkan kematian mendadak sebelum pertolongan datang. Apa yang anda harus perhatikan pada EKG untuk pasien yang mengalami AMI ? Ada 3 kriteria yang harus anda temukan untuk mendiagnosa AMI ( acut myocardiac infarction) dengan ST segmen elevasi atau (STEMI) yaitu :

Clinicaly pasien adalah yang paling utama, dimana pasien mengeluh tidak nyaman di dada seperti rasa tertekan,terbakar dan sakit di dada yang menyebar (ke bahu, lengan dan leher) yang disertai dengan keringat dingin dan kadang pasien muntah. Adanya ST segmen elevasi dengan atau tanpa adanya gel Q patologis. Gel Q patologis cirinya yaitu dalamnya lebih dari 1/3 gelombang R. Adanya peningkatan enzim jantung ( CKMB, CK, Troponomin ), Jika tidak anda temukan ST segmen elevasi dan gel Q patologis maka dinamakan Non -Q MI

Seperti yang saya katakan bahwa AMI berasal dari jantung iskemik yang tidak diobati tangani dengan baik. Seperti yang anda lihat pada gb 32 yang terekam oleh holter monitor bahwa diawali dengan gelombang T yang tinggi dan runcing (fase hyper acut T) . Anda tidak akan pernah mendapatkan gambaran hyper acut T pada 12 lead EKG karena sangat singkat sekali prosesnya.

Gb : 32 1. Fase acut/ injury yaitu ditandai dengan ST segmen elevasi yang sudah disertai atau tidak dengan gel Q patologis. Fase ini terjadi kurang lebih dari 0 24 jam. 2. Fase early evolusion, yaitu ditandai masih dengan ST segmen elevation tapi gel T mulai inverted. Proses ini terjadi antara 1 hari sampai beberapa bulan. 3. Fase old infarct, yaitu gelombang Q yang menetap disertai gel T kembali ke normal . Proses ini di mulai dari beberapa bulan MI sampai dengan tahun dan seumur hidup. ( lihat gb 33 ).

Gb : 33 Adapun beberapa letak acut myocardiac infarction (AMI) yang harus anda kenali yaitu :

1. Septal > ST segmen elevasi di lead V1 dan V2, 2. Anterior > ST segmen elevasi di lead V1 sampai V4, reciprocal dengan di tandai ST segment depresi di lead II,III, aVF. 3. Anterolateral (ektensif) > ST segmen elevasi di lead V1 s/d V6, lead I dan aVL, reciprocal dengan ditandai ST segmen depresi di lead II, III, aVF 4. Lateral > ST segmen elevasi di lead V5 & V6, lead I & aVL 5. Inferior > ST segmen di lead II, III, aVF, reciprocal dengan ditandai ST segmen depresi di lateral. 6. Posterior > ST segmen di lead V8 & V9 7. Ventrikel kanan > ST segmen elevasi di lead V1, V2R, V3R, V4R, reciprocal dengan ditandai ST depresi di lead inferior. Gb: 34 (AMI Septal)

Anda lihat ST segmen elevasi di V1 dan V2

Gb

35

Anda lihat ST segmen elevasi di V1, V2,V3, V4 Gb : 36 ( AMI Anterior)

Gb

37

AMI

Anterolateral)

Gb

38

Anda lihat ST segmen elevai di lead I, aVL, V6, V6. Jika anda hanya menemukan ST segmen elevasi di lead I dan aVL saja, maka dinamakan AMI High Lateral.

Gb : 39 (AMI Lateral)

Gb

40

Anda lihat ST dan ST depresi V6, I, aVL

segmen

elevasi

di

lead

II,

III,

aVF

Gb

41

AMI

Inferior)

Gb

42

(AMI

Posterior)

Anda lihat gel R yang tinggi di lead V1, anda harus rekam juga lead V8 & V9 kalau ingin menemukan ST segmen elevasi.

Gb

43

Gb : 44 ( AMI Ventrikel kanan)

Kalau anda rekam ekg, anda akan mendapatkan ST segmen elevasi di lead V1, V2R, V3R, V4R dan reciprocal di lead inferior anda akan temun ST segmen depresi.

Share this:

Posted in EKG, Jantung, Medical Resources Leave a Comment

Jerawat
Nov 15

Posted by dr.Rozi Abdullah Jerawat DEFINISI Jerawat adalah suatu keadaan dimana pori-pori kulit tersumbat sehingga timbul beruntusberuntus dan abses (kantong nanah) yang meradang dan terinfeksi. PENYEBAB

Jerawat paling sering menyerang remaja, tetapi bisa terjadi pada semua usia. Keadaan ini biasanya mulai timbul pada masa pubertas dan bisa berlanjut selama bertahun-tahun. Kemungkinan penyebabnya adalah perubahan hormonal yang merangsang kelenjar sebasea (kelenjar penghasil minyak) di kulit. Perubahan hormonal lainnya yang juga bisa memicu timbulnya jerawat terjadi pada masa menstruasi, kehamilan, pemakaian pil KB atau stres. Jerawat seringkali memburuk pada musim dingin dan membaik pada musim panas, mungkin disebabkan oleh efek sinar matahari yang menguntungkan. Makanan hanya sedikit berperngaruh atau sama sekali tidak berpengaruh terhadap timbulnya jerawat, meskipun beberapa penderita beranggapan bahwa mereka peka terhadap makanan tertentu. Selama masa pubertas, kelenjar sebasea menjadi lebik aktif dan menghasilkan minyak yang berlebihan. Minyak yang mengering, kulit yang mengelupas dan bakteri berkumpul dalam poripori kulit dan membentuk komedo. Komedo menyebabkan tersumbatnya aliran minyak dari selubung akar rambut (folikel) ke pori-pori. Jika penyumbatannya parsial, akan timbul bintil hitam; jika penyumbatannya total, akan timbul bintil putih. Bakteri tumbuh di dalam pori-pori yang tersumbat dan menguraikan beberapa lemak di dalam minyak yang menyebabkan iritasi kulit. Jerawat merupakan bintil hitam dan bintil putih yang mengalami iritasi. Jika infeksi dan iritasi pada jerawat semakin memburuk, bisa terbentuk abses. Jika terdapat komedo, jerawat dan pustula (lepuhan berisi nanah) tanpa disertai abses, maka disebut jerawat superfisial. Jika jerawat yang meradang menyusup ke dalam jaringan kulit di bawahnya dan timbul kista berisi nanah yang bisa pecah dan berkembang menjadi abses yang lebih besar, maka disebut jerawat dalam.

GEJALA

Jerawat biasanya muncul di wajah dan bahu, tetapi bisa menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai.

Pada jerawat dalam infeksi bisa menyebar dan menyebabkan terbentuknya daerah peradangan yang lebih luas dan menonjol, kista yang berisi nanah dan abses; yang kesemuanya bisa pecah dan meninggalkan jaringan parut. Jerawat superfisial biasanya tidak meninggalkan jaringan parut. Menekan atau mencoba memecahkan bisa memperburuk jerawat superfisial karena meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi, peradangan dan pembentukan jaringan parut.

DIAGNOSA Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik. PENGOBATAN

Kompres air hangat bisa melunakkan komedo sehingga lebih mudah diangkat. Komedo bisa diangkat oleh penderita sendiri sebanyak 1-2 kali/minggu dengan menggunakan jarum steril atau ekstraktor Schamberg.

Jerawat superfisial

Untuk menghilangkan jerawat, bisa dioleskan antibiotik clindamycin atau erythromycin dengan atau tanpa zat iritan (misalnya tretinoin). Antibiotik per-oral (melalui mulut), yaitu tetracycline, minocycline, erythromycin atau doxicycline, bisa mengurangi atau mencegah jerawat permukaan. Sinar matahari membantu mengeringkan kulit dan menyebabkan pembentukan sisik

yang sifatnya ringan sehingga mempercepat penyembuhan. Tetapi pada penderita yang menggunakan tretinoin, sinar matahari bisa menyebabkan iritasi yang hebat. Tretinoin tersedia dalam bentuk krim, cairan atau gel dan bisa mengeringkan kulit tetapi pemakaiannya harus hati-hati. Jika terjadi iritasi, tretinoin hanya boleh digunakan pada malam hari. Selain itu tretinoin dioleskan tipis-tipis, tidak boleh mengenai mata, sudut bibir dan lipatan kulit di sekitar hidung. Selama beberapa hari pertama pemakaian tretinoin, mungkin jerawat tampak semakin memburuk dan perbaikan baru terjadi dalam waktu 3-4 minggu. Obat lainnya yang bisa digunakan adalah benzoil peroksida dan obat yang mengandung sulfur resorsinol. Obat tersebut biasanya dioleskan 2 kali/hari, yaitu pada malam dan pagi hari. obat derivat retinoid lainnya yang dapat digunakan antara lain Isotretinoin , Adapalene , Tazarotene

Jerawat dalam

Diberikan antibiotik per-oral (tetracycline, minocycline atau erythromycin) selama beberapa minggu. Pada remaja putri, pamakaian antibiotik bisa menyebabkan infeksi jamur pada vagina (vaginitis kandidiasis). Jika pemberian antibiotik tidak berhasil, diberikan isotretinoin per-oral. Obat ini sangat efektif tetapi bisa menyebabkan cacat bawaan pada janin. Karena itu wanita yang sedang menjalani pengobatan dengan isotretinoin sebaiknya juga menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. Kontrasepsi harus mulai dipakai 1 bulan sebelum, selama dan 1 bulan sesudah pemakaian isotretinoin. Sebelum mulai minum isotretinoin dan setiap bulan selama meminum tretinoin, sebaiknya setiap wanita yang sudah menikah menjalani tes kehamilan. Pemeriksaan darah juga harus dilakukan untuk meyakinkan bahwa obat tidak mempengaruhi sel darah, hati dan kadar lemak (trigliserida dan kolesterol). Pemeriksaan darah dilakukan sebelum dan 2 minggu setelah pengobatan dimulai, lalu setiap bulan selama penderita menjalani pengobatan. Kebanyakan penderita yang memakai isotretinoin mengalami kekeringan pada matanya, bibirnya pecah-pecah dan kekeringan pada klit tipis yang melapisi vagina atau penis. Untuk mengatasi kekeringan ini bisa diberikan jeli petroleum. Sekitar 15% pemakai tretinoin mengalami nyeri atau kekakuan pada persendian yang besar dan punggung bagian bawah; nyeri bisa dikurangi jika dosis obat diturunkan. Pengobatan biasanya berlangsung sampai 20 minggu. Jika diperlukan pengobatan lanjutan, sebaiknya diberi jarak sekitar 4 bulan. Kadang kista yang meradang atau abses diobati dengan menyuntikkan kortikosteroid langsung ke dalamnya. Untuk mengeluarkan nanahnya, juga bisa dilakukan penyayatan pada kista atau abses. Dermabrasi adala suatu prosedur dimana permukaan kulit digosok dengan suatu alat

pengasah yang terbuat dari logam untuk membuang lapisan paling atas. Tindakan ini dilakukan untuk mengangkat jaringan parut yang kecil.

Terapi sinar X tidak dianjurkan untuk mengatasi jerawat dan salep kortikosteroid bisa memperburuk jerawat. Untuk wanita yang memiliki jerawat hebat selama siklus menstruasinya bisa diberikan pil KB, tetapi hasilnya baru diperoleh setelah pemakaian pil KB selama 4-6 bulan.

PENCEGAHAN Setelah Anda mengobati atau membersihkan jerawat, Anda mungkin perlu untuk melanjutkan pengobatan atau perawatan jerawat lainnya untuk mencegah jerawat baru. Dalam beberapa kasus, Anda mungkin perlu menggunakan obat topikal di daerah yang rawan jerawat, melanjutkan minum kontrasepsi oral atau menghadiri sesi terapi cahaya yang berkelanjutan untuk menjaga kulit Anda bersih. Berbicara dengan dokter Anda tentang bagaimana Anda dapat mencegah erusi baru. Anda dapat juga mencegah munculnya jerawat baru dengan perawatan sendiri langkahlangkah, seperti mencuci kulit dengan pembersih yang lembut dan hindari menyentuh atau memencet area yang bermasalah. Tips pencegahan jerawat lain meliputi: 1. Cuci daerah yang rawan jerawat hanya dua kali sehari. Mencuci menghilangkan kelebihan minyak dan sel-sel kulit mati. Tapi terlalu banyak mencuci dapat mengiritasi kulit. Cuci daerah dengan pembersih yang lembut dan gunakan produk perawatan kulit bebas minyak, berbasis air. 2. Gunakan krim atau gel jerawat untuk membantu mengeringkan kelebihan minyak. Cari produk yang mengandung benzoil peroksida atau asam salisilat sebagai bahan aktif. 3. Hindari riasan dasar berat. Pilih bedak kosmetik daripada produk krim karena mereka kurang mengiritasi. 4. Hapus make-up sebelum pergi tidur. Tidur dengan kosmetik pada kulit Anda dapat menyumbat bukaan kecil folikel rambut (pori-pori). Juga, pastikan untuk membuang riasan lama dan membersihkan kuas dan aplikator kosmetik secara teratur dengan air sabun. 5. Pakailah pakaian longgar. Perangkap pakaian ketat panas dan kelembaban dan dapat mengiritasi kulit Anda. Juga, sedapat mungkin, hindari tali ketat, ransel, helm atau perlengkapan olahraga untuk mencegah gesekan terhadap kulit Anda. 6. Mandi setelah berolahraga atau melakukan kerja berat. Minyak dan keringat di kulit Anda dapat menjebak kotoran dan bakteri. Sumber : http://medicastore.com

Share this:

Posted in Ilmu Penyakit Kulit, THT, dan Mata, Medical Resources

Leave a Comment

EKG Aritmia-Ventrikel Region


Nov 15 Posted by dr.Rozi Abdullah D. Ventrikel Region Idioventrikular Rhytm

Ciri-cirinya :

Irama regular Frekwensi 20 40 x/menit Tidak ada gelombang P Komplek QRS lebar or lebih dari normal

Accelerated Idioventrikular

Ciri-cirinya :

Irama regular Frekwensi antara 40 100 x/menit Tidak ada gel P Komplek QRS lebar atau lebih dari normal, RR interval regular

Ventrikel Takikardia/ VT

Ciri-cirinya :

Irama regular Frekwensi 100-250x/menit Tidak ada gelombang P Komplek QRS lebar atau lebih dari normal

VT Polymorphic

Ciri-cirinya :

Irama regular irregular Frekwensi 100-250x/menit Tidak ada gelombang P Komplek QRS lebar atau lebih dari normal

Ventrikel Fibrilasi/VF

Ciri-cirinya :

Irama chaotic atau kacau balau No denyut jantung.

Torsade de pointes

Ciri-cirinya :

Irama irregular Frekwensi lebih dari 200x/menit Komplek QRS lebar Keadaan ini sangat cepat dan berubah ke VF atau asystole

Ventrikel Ekstra sistole Ada beberapa macam ventrikel ekstra sistole, yaitu : Unifokal VES/PVC >

Ciri-cirinya

Muncul pada pada gambaran EKG dimana saja, Beat dari ventrikel yang jelas sekali kita lihat. Beat ini bisa ke arah positip defleksi atau negatif defleksi, tergantung di lead mana kita melihatnya.
VES/PVC Bigiminy > yaitu alternate VES dimana bergantian dengan normal beat. VES/PVC Trigeminy > yaitu VES yang muncul setelah 2 (dua) normal beat, kalau muncul setelah 3 normal beat dinamakan Quartgemini, dan seterusnya.

VES/PVC Multifocal > yaitu adanya lebih dari satu bentuk VES Consekuti atau Cauplet VES/PVC > yaitu VES yang muncul secara beruntun VES/PVC R on T -> yaitu VES yang muncul persis di gelombang T

RBBB (right bundle branch block)

Ciri-cirinya :

Adanya M shape di lead V1 (RSR) Gelombang S di lateral lead (V6, I, aVL)

Komplek QRS yang lebar. Aksis jantung bisa normal atau RAD Karena terjadi blok di bundle his kanan, maka dari bundle his kiri impuls mengarah ke kanan (gel R di V1)dengan singkat kemudian ke kiri (gel S di V1) dan balik lagi ke kanan (gel R lagi di V1) dan (gel S yang lebar di lateral lead).

LBBB (left bundle branch block)

Ciri-cirinya :

Adanya kuping kelinci di lateral lead dengan tidak adanya gel Q Komplek QRS lebar Tidak ada gelombang R kecil di V1 Aksis jantung ke kiri (LAD) Awas jangan sampai salah interpretasi dengan old MI anterior atau septal

LAHB & LPHB


Dua-duanya adalah cabang dari bundle his kiri Bila ditemukan EKG dengan LAD, adanya pattern rS di lead II dan III, serta QRS komplek yang lebar menandakan adanya LAHB. Bila ditemukan EKG dengan LAD, adanya pattern rS di lead I &aVL, serta QRS komplek yang lebar menandakan adanya LPHB.

http://www.kursusekg-iii.blogspot.com

Share this:

Posted in Jantung, Medical Resources Leave a Comment

Junctional Region
Nov 15

Posted by dr.Rozi Abdullah Contoh Aritmia EKG dengan Kriterianya C. Junctional Region Junctional Rhytm

Ciri-cirinya :

Irama teratur Frekwensinya 40-60 x/menit Gelombang P bisa tidak ada, bisa terbalik (tidak bakal positip) Kompleks QRS normal Kalau frekwensinya lebih dari 40x/menit dinamakan slow junctional rhytm.

Junctional Takikardia

Ciri-cirinya:
Sama dengan junctinal rhytm, bedanya frekfensi atau HR pada junctional takikardia lebih dari 100 x/menit.

Accelerated Junctional

Ciri-cirinya :
Sama dengan junctional rhytm, bedanya frekwensi atau HR pada accelerated junctional antara 60-100 x/menit.

Junctional Ekstra Sistole atau PJC

Ciri-cirinya :

Irama tidak teratur

Ada premature beat sebelum waktunya, dengan adanya gel P yang terbalik atau tidak adanya gel P.

Junctional Escape Beat

Ciri-cirinya :

Irama irregular Komplek QRS normal Pada EKG normal yang seharusnya muncul normal beat pada beat berikutnya, tapi impuls normal diambil alih oleh juction region sehingga tampak pada EKG tidak adanya gel P, misalkan ada gel P tapi bentuknya akan terbalik.

Supra Ventrikuler Takikardia/SVT

Ciri-cirinya :

Irama teratur Frekwensinya lebih dari 150x/menit Gel P tertutup oleh gel T Komplek QRS normal dan tingginya harus sama ( ingat duri ikan)

Paroksimal Supraventrikuler Takikardia/PSVT

Ciri-cirinya :

Dari gambaran EKG normal tiba-tiba berubah menjadi gambaran EKG SVT. Frekwensinya lebih dari 150 x/menit

AV Blok first Degree

Ciri-cirinya :

Irama teratur

Gel P normal, PP interval regular Komplek QRS normal, RR interval regular PR interval > 0,20 detik atau > 5 kotak kecil Panjang PR interval harus sama di setiap beat !! Misalkan panjang PR intervalnya 0,24detik, maka di tiap beat PR intervalnya harus sama yaitu 0,24detik

AV Blok 2nd Degree Type I atau Wenckebach

Ciri-cirinya :

Irama irregular Gel P normal, PP interval regular Komplek QRS bisa normal juga bisa tidak normal, RR interval irregular PR interval mengalami perpanjangan, mulai dari normal PR interval dan memajang pada beat berikutnya, sampai ada gel P yang tidak diikuti komplek QRS, kemudian kembali lagi ke normal PR interval dan seterusnya. Misalkan awalnya PR interval 0,16 detik, kemudian memanjang dibeat berikutnya 0,22 detik, terus memanjang lagi menjadi 0,28 detik, lalu ada gel P yang tidak diikuti oleh QRS, setelah itu kembali lagi ke normal PR interval yaitu 0,16 detik, dan seterusnya.

AV Blok 2nd Degree Type II

Ciri-cirinya :

Irama irregular Gel P normal, PP interval regular Komplek QRS bisa normal atau bisa juga tidak normal, RR interval irregular PR interval harus sama di tiap beat!! Panjangnya bisa normal dan lebih dari normal. Ada 2 atau lebih, gelombang P tidak diikuti oleh komplek QRS.

AV Blok Total/Komplit

Ciri-cirinya :

Irama regular Tidak ada hubungan antara atrium dengan ventrikel. Makanya kadang gelombang P muncul bareng dengan komplek QRS.

Komplek QRS biasanya lebar dan bentuknya berbeda dengan komplek QRS lainya karena gel P juga ikut tertanam di komplek QRS, RR interval regular. Gel P normal, kadang bentuknya beda karena tertanam di komplek QRS.

Wolff Parkinson White Syndrome

ciri-cirinya :

Adanya delta wave PR interval kurang dari normal Otot ventrikel didepolarisasi bukan melalui sistem konduksi yang normal, melainkan melalui jalur pendek atau bypass sehingga ditemukan PR interval yang pendek.

Sumber : http://www.kursusekg-iii.blogspot.com

Share this:

Posted in Medical Resources Leave a Comment

Aritmia EKG Otot Atrium


Nov 15 Posted by dr.Rozi Abdullah Atrial Ekstra Sistole

Ciri-cirinya :

Gelombang P normal berasal dari SA node, gel P yang berasal dari otot atrium tidak sama dengan gel P yang berasal dari SA node. Pada PAC (premature atrial contraction) atau AES ( atrial ekstra sistole), Gelombang P muncul sebelum waktunya dan bentuk gelombang pun beda dengan normal gel P yang berasal dari SA node. Kalau anda temukan gel P yang berbeda dan muncul persis sama dengan waktu yang seharusnya, ini dinamakan Atrial escape beat.

Atrial Flutter

Ciri-cirinya :

Irama teratur Ciri utama yaitu gelombang P yang mirip gigi gergaji (saw tooth). Komplek QRS normal, interval RR normal

Atrial Takikardia

Ciri-cirinya :

Irama teratur Komplek QRS normal PR interval <0,12detik dan Frekwensi jantungnya > 150x/menit Apabila gambaran EKG dari normal tiba tiba berubah menjadi Atrial takikardia maka gambaran ini dinamakan paroksimal atrial takikardia (PAT).

Multifocal Atrial Takikardia

Ciri-cirinya :

Irama irreguler Kadang mirip dengan atrial fibrilasi, tapi pada MAT gel P masih terlihat dan tiap beat bentuk gelombang P nya berbeda (minimal 3 macam). Frekwensi > 100x/menit, PR intervalpun bervariasi, normal komplek QRS.

Wandering Atrial Pacemaker

1 Ciri-cirinya :

Sama dengan multifokal atrial takikardia, hanya pada wandering pacemaker HR nya normal.

Sumber : http://www.kursusekg-iii.blogspot.com

Share this:

Posted in EKG, Jantung, Medical Resources Leave a Comment

Contoh Aritmia EKG dengan kriterianya


Nov 15 Posted by dr.Rozi Abdullah Untuk membaca Halaman ini dianjurkan menggunakan mode Layar Landscape A. SA Node Sinus Bradikardia

Ciri-cirinya :

Irama teratur RR interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang PP interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang Komplek QRS harus sama dalam 1 lead panjang Impuls dari SA node yang ditandai dengan adanya gel P yang mempunyai bentuk sama dalam 1 lead panjang. Frekwensi (HR) dibawah 60x/menit Adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS Gel P dan komplek QRS normal dan sama bentuknya dalam satu lead.

Sinus Takikardia

Ciri-cirinya :

Sama dengan sinus bradikardia, yang membedakanya adalah frekwensi jantung (HR) lebih dari 100x/menit.

Sinus Aritmia

Ciri-cirinya :

Sama dengan kriteria sinus rhytme, yang membedakannya adalah pada sinus aritmia iramanya tidak teratur karena efek inspirasi & ekspirasi.

Sinus Arrest

Ciri-cirinya:

Gel P dan komplek QRS normal Adanya gap yang panjang tanpa adanya gelombang yang muncul. Gap ini jaraknya melebihi 2 kali RR interval.

Sinus Blok

Ciri-cirinya :
Sama dengan sinus arrest yaitu adanya gap tanpa adanya gelombang yang muncul, dimana jarak gapnya 2 kali dari RR interval.

Sumber : http://www.kursusekg-iii.blogspot.com

Share this:

Posted in EKG, Jantung, Medical Resources Leave a Comment

Aritmia or Dysritmia
Nov 14 Posted by dr.Rozi Abdullah

Aritmia or Dysritmia
EKG Normal dinamakan sinus rhythm, sedangkan aritmia atau dysritmia adalah gangguan irama pada bioelektrikal jantung baik itu terjadi karena adanya gangguan pembentukan impuls atau gangguan pengahantaran impuls yang semua ini sebabkan oleh suatu penyakit yang terjadi pada sel pacemaker jantung atau pada sistem konduksi. Aritmia atau dysritmia bisa juga di sebabkan karena proses fisiologi jantung sendiri atau pengaruh obat-obatan. Jadi apapun gambaran yang anda temukan saat menginterpretasi 12 lead EKG bila diluar kriteria normal EKG atau sinus rhythm dinamakan aritmia atau dysritmia. Banyak sekali macam-macam nama aritmia yang kadang membingungkan bagi yang mempelajari EKG, karena tidak semua dokter akan sama dalam menulis hasil interpretasi mereka. Sebenarnya ini bukan masalah yang sulit jika anda sudah mengerti dari topik-topik yang telah saya tulis sebelumnya. Dan perlu anda ketahui juga bahwa tidak semua aritmia bisa menyebabkan ancaman bagi jiwa pasien, akan tetapi dengan munculnya aritmia menandakan adanya gangguan pada organ jantung itu sendiri atau akan berpengaruh pada organ jantung. Jadi apabila aritmia diabaikan maka akan berubah menjadi aritmia yang bisa menyebabkan ancaman bagi jiwa pasien. Sebelum saya menjelaskan secara detail tentang aritmia, saya ingin sedikit menyegarkan ingatan anda tentang pacemaker dan sistem konduksi jantung. SA node adalah sumber utama normal pacemaker, dimana impuls yang dikeluarkan oleh SA node akan menyebar ke seluruh sel-sel otot atrium melalui lintasan khusus (tractus nodal), setelah semua otot-otot atrium terdepolarisasi yang menyebabkan atrium berkontraksi, impuls akan diteruskan AV node melalui sistem konduksinya yaitu bundle his dengan cabangnya, kemudian diteruskan ke furkinje fiber untuk mendepolarisasi otot-otot ventrikel yang menyebakan otot ventrikel berkontraksi. Apabila impuls utama berasal dari luar SA node, atau terjadi perlambatan/percepatan pada sistem konduksi, atau adanya bypass konduksi, ini semua akan menyebabkan gambaran EKG yang berbeda dengan normal EKG atau dinamakan aritmia/dysritmia. Pembagian Region Aritmia/dysritmia

SA Node > Sinus Bradikardia, Sinus Takikardia, Sinus Aritmia, Sinus Arrest, Sinus blok. Otot Atrium > Atial Ekstra sistole (AES),Atrial escape beat. Atrial Fibrilation (AF), Atrial Flatter (AFl), Atrial Takikardia, Multifokal Atrial Takikardia (MAT), Paroksimal Atrial Takikardia (PAT), Wandering Atrial Pacemaker. Junction Region ( AV node & sekitarnya) -> Junctional Rhytm, Junctional Takikardia, Accelerated Junctional, Slow Junctional, Junctional Ekstra sistole,

Junctional escape beat, Supraventrikular Takikardia, AV blok first degree, AV blok 2nd degree, Total/komplit AV blok, WPW (wolff parkinson white) Syndrome.

Ventrikel Region > Idioventrikuler Rhytm, Accelerated Idioventrikuler, Ventrikel Takikardia, Ventrikel Fibrilasi, Ventrikel ekstra sistole, Torsade de pointes, LBBB (left bundle branch block), LAHB (left anterior hemi block), LPHB (left posterior hemiblock), RBBB ( right bundle branch block).

Share this:

Posted in EKG, Jantung, Medical Resources Leave a Comment

EKG NORMAL
Nov 14 Posted by dr.Rozi Abdullah

EKG NORMAL
EKG adalah salah satu test diagnostik yang juga mempunyai nilai normal sendiri, dimana untuk menentukan nilai normal pada EKG memerlukan analisis yang tepat. Sinus Rhytm adalah nilai normal atau parameter normal sebuah EKG, walaupun dalam prakteknya banyak sekali variant-variant normal EKG yang nanti akan anda temukan. Dimana variant-variant normal yang anda temukan tersebut tidak persis atau tidak sama dengan kriteria normal EKG yaitu sinus rhytm. Anda tidak perlu risau memikirkanya, karena saya sudah memberikan semua dasar tentang EKG, sehingga anda terus maju untuk menjadi seorang interpreter EKG yang handal. Adapun kriteria nrmal EKG atau sinus rhytm sebagai berikut :

Irama regular Frekwensi antara 60-100x/menit Adanya gelombang P yang normal atau berasal dari SA node, karena adanya gel P tapi belum tentu berasal dari SA node. Jadi anda harus bandingkan di dalam satu lead harus mempunyai bentuk gel P yang sama. Selalu ada gelombang P yang diikuti komplek QRS dan gel T Gelombang P wajib positip di lead II Gelombang P wajib negatif di lead aVR Komplek QRS normal (0,08 0,11 detik)

Seperti yang telah saya katakan pada topik aksis jantung, bahwa setiap positip elektroda yang dituju oleh arah depolarisasi (yg digambarkan oleh aksis jantung) akan menghasilkan

gambaran EKG dengan defleksi positip. Begitupun sebaliknya, apabila elektroda positip dijauhi oleh arah depolarisasi (aksis jantung) akan menghasilkan gambaran EKG dengan negatif defleksi. Saya juga menegaskan bahwa untuk mengevaluasi aksis jantung ( arah depolarisasi rata2) yang terjadi dalam sistem konduksi jantung dengan menggunakan aksis jantung di ventrikel. Mengapa otot atrium tidak di gunakan? karena otot atrium tipis sehingga gambaran EKGnya yang berupa gel P kadang susah sekali untuk di ukur. Makanya untuk mengevaluasi aksis jantung digunakan arah depolarisasi rata-rata atau aksis jantung yang terjadi di ventrikel. Anda tidak usah bingung, karena arah depolarisasi rata-rata atau aksis jantung di otot atrium hampir sama arahnya dengan yang di ventrikel. Pegangan kita adalah sistem hexaxial reference, dimana normal aksis jantung utama mengarah ke sudut antara + 40 degree sampai +60 degree. Impuls yang dikeluarkan oleh SA node, setelah selesai melakukan depolarisasi otot atrium, impuls akan mengarah ke AV node dan bundle his. Anda harus tahu juga kalau bundle his punya 2 cabang yaitu kiri dan kanan, dimana bagian kiri lebih kuat impulsnya dari sebelah kanan. Untuk mendepolarisasi otot ventrikel akan dilakukan oleh kedua cabang bundle his (kanan & kiri), oleh karena cabang bundle his kiri lebih kuat impulsnya, maka arah depolarisasi akan mengarah ke kanan untuk mendepolarisasi otot septum dan otot ventrikel kanan, setelah selesai arah depolarisasi mengarah ke otot ventrikel kiri. (Lihat gambar 28 & 29).

Gb : 28

Gb : 29 Seperti yang terlihat digambar 30, dimana anda bisa melihat contoh real dari normal 12 lead EKG pada jantung sehat yang terekam dari denyut jantung yang sama oleh beberapa sandapan.

Di lead II yaitu gel P, komplek QRS dan gel T menggambarkan defleksi positip(1) Di lead aVR yaitu gel P, komplek QRS dan gel T menggambarkan defleksi negatif(2) Di lead V1 yaitu tampak gel r kecil (3) gelombang S yang dalam serta gel T(4) bisa defleksi positip, datar, atau negatif. Di lead V2 yaitu ST dan T (5)sedikit elevasi, dimana akan kembali pada zero line atau isoelektrik pada lead berikutnya. Di lead V3 tampak gel R dan gel S hampir sama(6), dimana dilead ini adalah normal perputaran arah depolarisasi dari kanan ke kiri. Di lead ini biasa dikenal dengan daerah transition zone. Di lead V5 (sebagai contoh saja) karena bisa anda lihat di lead yang lain juga. Adalah titik akhir gelombang S atau yang biasa dikenal dengan titik J junction(7). Di lead V6 tampak q kecil (8) yang merupakan opposite dari gambaran defleksi positip yang berupa r kecil. Lihat gb 30

Gb : 30 Sumber : http://www.ww.kursusekg-i.blogspot.com

Share this:

Posted in EKG, Jantung, Medical Resources Leave a Comment

MENGHITUNG HEART RATE


Nov 14 Posted by dr.Rozi Abdullah

Cara Menghitung Frekwensi Denyut Jantung


Menghitung heart rate merupakan keharusan yang harus dilakukan oleh interpreter EKG. Banyak sekali cara untuk menghitung denyut jantung atau heart rate. Kalau anda sudah paham dan mengerti tentang topik kertas EKG, anda akan mudah sekali dalam mempelajari topik ini. Ada 3 cara yang mudah dalam menghitung denyut jantung, yaitu : 1. Menggunakan kotak sedang/besar

Cara ini khusus untuk gambaran EKG dengan irama regular. Anda ambil RR interval dari lead mana saja, yang penting Gel R nya jelas. Dari RR interval itu, anda hitung berapa jumlah kotak sedang/besarnya. Setelah itu, 300 dibagi jumlah kotak sedang yang anda dapatkan dari RR interval tersebut. Jadi rumusnya 300 dibagi jumlah kotak sedang antara RR interval. atau Anda bisa menghitungnya langsung seperti gambar 26 dibawah ini.

Gb: 26 2. Menggunakan kotak kecil


Cara ini juga khusus untuk irama EKG yang regular Cara ini sangat akurat atau tepat, tapi membutuhkan waktu yang agak lama Caranya sama dengan cara pertama tadi, cuma anda harus mencari jumlah kotak kecil antara RR interval tadi. Setelah itu, 1500 dibagi jumlah kotak kecil yang anda temukan diantara RR interval tadi. Jadi rumusnya, 1500 dibagi jumlah kotak kecil diantara RR interval.

3. Menggunakan 6 detik

Cara ini bisa digunakan untuk gambaran EKG yang regular maupun irregular. Ventrikel ekstra sistole atau komplek QRS yang abnormal adalah tetap kita namakan sebagai komplek QRS yang harus kita hitung pada perhitungan frekfensi jantung menggunakan cara ini. Caranya dengan memilih lead EKG strip yang panjang dan jelas (biasanya di lead II) Hitung komplek QRS dalam 6 detik. Berapa jumlah komplek QRS yang anda temukan, kemudian kalikan dengan 10. Perhatikan contoh EKG strip (gb :27), dalam 6 detik ditemukan normal beat sebanyak 7, jadi heart ratenya 710= 70x/menit. Anda juga bisa menggunakan 3 detik atau berapa saja, yang penting anda kalikan hasilnya 60. Kalau 3 detik, berarti jumlah normal beat yang anda temukan dikalikan 20.

Gb : 27 Sumber : http://www.ww.kursusekg-i.blogspot.com

Share this:

Posted in EKG, Jantung, Medical Resources Leave a Comment

Aksis Jantung
Nov 14 Posted by dr.Rozi Abdullah

Aksis Jantung
Menghitung aksis jantung saat menginterpretasi EKG 12 lead adalah salah satu langkah yang harus dilakukan oleh interpreter untuk mendapatkan hasil interpertasi EKG yang akurat. Ada

beberapa cara yang sederhana saat menentukan aksis jantung. Akan tetapi saya tidak ingin anda hanya sekedar mengerti tanpa memahaminya dengan benar dalam mempelajari aksis jantung, sehingga anda akan terus mengingatnya tanpa harus membuka-buka buku lagi. Ok. Sesuai dengan topik elektrofisiologi jantung yang telah saya jelaskan sebelumnya, bahwa jantung memiliki keunikan sendiri yaitu mempunyai beberapa tempat atau pusat pacemaker yaitu SA node, AV node or daerah junction, serta furkinje fiber. Dimana normal pacemaker jantung berada di SA node yang mengeluarkan impuls sebanyak 60-100 x menit. Impuls yang dikeluarkan oleh SA node akan menyebar keseluruh sel-sel otot kedua atrium melalui sistem konduksi jantung. Setelah semua sel-sel otot atrium didepolarisasi, impuls diteruskan untuk mendepolarisasi sel-sel otot ventrikel oleh sistem konduksi jantung melalui AV node, bundle his, sampai furkinje fiber. Jadi apa itu aksis jantung? Saya akan memberikan perumpamaan untuk menjelaskan aksis jantung. Sebelum itu saya ingin menekankan bahwa ada istilah aksis jantung otot atrium yang ditentukan dengan melihat gelombang P, dan ada aksis jantung otot ventrikel yang ditentukan dengan melihat komplek QRS. Karena otot atrium komposisinya lebih kecil dari otot ventrikel, maka untuk mengevaluasi aksis jantung otot atrium kadang diabaikan. Jadi untuk menentukan aksis jantung, cukup dengan menentukan aksis jantung otot ventrikel dengan melihat komplek QRS. Saya akan memberikan perumpamaan untuk menjelaskan aksis jantung. A adalah SA node, B,C,D adalah otot atrium jantung yang harus di depolarisasi oleh A ( SA node). Impuls yang dikeluarkan oleh SA node akan menyebar keseluruh tubuh dimana elektroda EKG yang kita tempatkan diseluruh permukaan tubuh akan merekam aktivitas bioelektrikal yang dikeluarkan oleh SA node. Misalkan jarak antara A dengan B = 1 meter, A dengan C = 3 meter, A dengan C = 2 meter. Jadi rata rata jarak atau waktu yang di butuhkan A untuk mendepolarisasi BCD kemungkinan besar rata-rata akan mengarah ke C karena mempunyai jarak dan waktu lebih dibanding dengan BD. Begitupun dengan otot ventrikel, impuls akan disebarkan keseluruh otot ventrikel dan seluruh tubuh yang nantinya akan terekam oleh elektroda EKGyang kita tempatkan di permukaan tubuh. Bagi elektroda yang menghasilkan hasil rekaman dengan amplitudo yang paling tinggi, menandakan aksis jantung mengarah ke elektrode tersebut. Normalnya aksis jantung mengarah dari arah tangan kanan ke arah kaki kiri kira-kira 30-60 derajat (lihat Gb 24) karena otot ventrikel kiri lebih tebal dibandingkan otot jantung lainya. Adapun normal axis jantung antara -30 derajat s/d +110 derajat dibawah usia 40 thn, -30 derajat s/d +90 derajat diatas 40 thn.

(Gb: 24) Apabila aksis jantung antara-30 s/d -90 derajat dinamakan left axis deviation (LAD), apabila +110 derajat s/d +180 derajat dinamakan Right axis deviation (RAD), apabila aksis jantung antara +180 derajat s/d +270 derajat atau -90 derajat s/d -180 derajat dinamakan extrem axis. (Lihat gb 25).

(Gb : 25) Apabila terjadi kelainan atau penyakit pada SA node, maka pacemaker utama kedua yaitu AV node akan mengambil alih fungsi utama sebagai generator atau pembangkit impuls menggantikan SA node dengan impuls yang di keluarkan antara 40-60x/menit. Walaupun secara keseluruhan hemodinamik relatif normal akan tetapi keadaan seperti ini harus cepat diidentifikasi penyebab gagalnya SA node sebagi generator utama. Karena impuls dikeluarkan oleh AV node, maka sel-sel otot atrium akan didepolarisasi secara retrograf sehingga akan nampak jelas sekali perbedaan pada gambaran EKG khususnya gelombang P. Cara menghitung atau menentukan aksis jantung : Ada beberapa cara di bawah ini dalam menentukan aksis jantung, ada juga yang mengatakan kalau aksis jantung juga bisa di tentukan melalui bidang horizontal. Tapi baiknya saya

sarankan untuk menghitung melalui bidang frontal yaitu dengan menggunakan lead I, II, III, aVR, aVF, aVL seperti penjelasan saya sebagai berikut : (sambil lihat gb 24 ya) 1. Anda lihat lead I dan aVF > kalau kedua lead ini dominan menggambarkan positip defleksi, anda jangan ragu untuk mengatakan normal aksis karena masih dalam daerah normal aksis. 2. Kalau anda menemukan salah satu dari lead I atau aVF negatif, maka gunakan cara ini. o Misalkan lead aVF defleksi pasitip 5 mm (5 kotak kecil= 1 kotak besar) dan defleksi negatif 10 mm( 10 kotak kecil) jadi di lead aVF dominasinya defleksi negatif > (-10mm )- (+5 mm) = -5mm, sedangkan di lead I misalkan defleksi positip 11mm (11 kotak kecil) dan defleksi negatif 2 mm (2 kotak kecil). Jadi di lead I dominasinya defleksi positip > (+11mm) (-2mm) = + 9mm. Lihat gambar 14, anda tinggal hitung 5mm kearah negatif lead aVF, dan 9 mm kearah positip lead I. Setelah itu tentukan titik pertemuan kedua lead tersebut, kemudian hubungkan titik pertemuan itu dengan titik pusat. Nah segitulah aksisnya. 3. Cari lead yang mempunyai amplitude yang paling besar ( baik positip maupun negatif). Misalkan amplitudo terbesar ditemukan di lead I dengan dominan defleksi positip, maka aksis jantungnya adalah O degree(Normal aksis). Misalkan amplitude terbesar di temukan di lead III dengan dominan defleksi negatif, maka aksis jantungnya berlawanan arah dengan negatif lead III yaitu kearah lead III positip sebesar +120 derajat ( RAD) 4. Cari lead yang bifasik atau yang mendekati bifasik defleksi (50:50) baik kearah positif maupun ke arah negatif defleksi. Misalkan anda menemukan lead yang bifasik berada di lead aVF, selanjutnya anda cari lead yang tegak lurus dengan lead aVF (yaitu lead I). Perhatikan lead I, ke arah mana defleksinya? (negatif atau positip) bila lead I defleksinya dominan positip, maka aksisnya ke arah positip lead I (yaitu O derajat or normal aksis), bila sebaliknya lead I dominan negatif, maka aksisnya ke arah negatif lead I ( yaitu -180 derajat or RAD). Sumber : http://www.ww.kursusekg-i.blogspot.com

Share this:

Posted in EKG, Jantung, Medical Resources Leave a Comment

Konfigurasi Gelombang EKG


Nov 14 Posted by dr.Rozi Abdullah

Konfigurasi Gelombang EKG


Sebelum melangkah lebih jauh dalam mempelajari EKG (elektrokardiografi), anda harus mengenal dan menghafal nilai normal tiap gelombang yang ada dalam EKG. Sekali lagi anda harus mengingatnya dan mengerti dari arti gelombang tersebut, sehingga dalam prakteknya anda tidak mengabaikan sekecil apapun bentuk kelainan saat anda menginterpretasi 12 lead EKG. Ada beberapa gelombang yang wajib anda ketahui dan kuasai dengan baik bila anda ingin menjadi interpreter EKG yang handal. Gelombang EKGtersebut adalah Gelombang P, PR interval, komplek QRS, gelombang T, ST segment, QT interval, gelombang U. (Lihat gambar 20)

(Gb : 20) Gelombang P


Gelombang positip pertama kali muncul adalah gelombang P. Menggambarkan depolarisasi dari otot kedua atrium (kanan & kiri). Cara mengukur gel P adalah dihitung mulai dari awal gelombang P sampai dengan akhir gel P. Nilai normal gel P tinggi tidak melebihi 2,5mm (2,5 kotak kecil) dan lebarnya juga tidak melebihi 2,5mm (2,5 kotak kecil). Tinggi gel P melebihi 2,5 mm (P pulmonal), mengidentifikasikan adanya pembesaran di otot atrium kanan. Lebar melebihi 2,5 mm( P mitral), mengidntifikasikan adanya pembesaran pada otot atrium kiri. Gelombang P harus positip di lead II dan harus negatif di lead aVR.

PR Interval

PR interval adalah mewakili waktu yang dibutuhkan oleh SA node untuk mendepolarisasi otot atrium, sampai AV node dan Bundle his. PR interval di ukur mulai dari permulaan gel P sampai dengan awal komplek QRS. Normal PR interval yaitu 3 mm 5 mm ( 3 kotak kecil 5 kotak kecil) atau 0,12 detik sampai 0,20 detik.

Apabila PR interval melebihi 0,20 detik atau 5 kotak kecil, mengidentifikasikan adanya AV blok. Apabila PR interval kurang dari 0,12 detik atau 3 kotak kecil, mengidentifiksikan adanya accelerated pacemaker (seprti kasus WPW syndrome= wolff parkinson white syndrome).

Komplek QRS

Komplek QRS terdiri dari gelombang Q, gelombang R, gelombang S. Komplek QRS menggambarkan depolarisasi otot ventrikel. Gelombang Q adalah gel negatif pertama setelah gel P, gel Q mewakili depolarisasi otot septum ventikel, normal gel Q tidak boleh melebihi 1/3 gelombang R, apabila gel Q melebihi 1/3 gel R mengidentifikasikan adanya infark. Pada lead (V1,V2,V3) apabila ditemukan gelombang Q, ini mengindikasikan abnormal EKG, biasanya di temukan pada kasus MI atau gangguan konduksi seperti LBBB. Gelombang Q normal ditemukan pada lead V5 & V6, apabila tidak ditemukan gel Q pada lead ini, kemungkinan besar adanya LBBB. Gelombang R adalah gelombang positip pertama setelah gel Q. Gelombang R pada V1 sampai dengan V6 mengalami penambahan voltage, apabila gelombang R dari V1 sampai dengan V6 tidak mengalami penambahan maka dinamakan poor progression Gelombang S adalah gelombang negatif kedua setelah gelombang R. Gelombang S dari V1 sampai dengan V2 voltasenya akan menurun, apabila di temukan gelombang S pada V5 atau V6 dengan kedalaman lebih dari 5 mm, maka besar kemungkinan adanya RBBB. Pada precordial lead(V1 s/d v6) terdapat transition zone, yaitu normalnya terletak pada lead V3 or V4.( lihat gambar 21) Komplek QRS diukur muali dari awal Komplek QRS atau gel Q sampai dengan akhir gel S. Normal komplek QRS tidak boleh melebihi 0,10 detik, apabila melebihinya mengidentifikasikan adanya gangguan konduksi pada intraventrikuler ( seperti LBBB, RBBB, LAHB,LPHB). Apapun bentuk konfigurasi yang terlihat di gambar 21 adalah semua sama menggambarkan depolarisasi otot ventrikel.

Gb : 21 Gelombang T

Gelombang T menggambarkan repolarisasi otot ventrikel. Gelombang positip pertama setelah gelombang S.

Normal gelombang T, selalu mengikuti arah komplek QRS, selalu negatif pada lead aVR, tinggi tidak melebihi 5 mm pada ekstermitas lead( I, II, III, aVR, aVL, aVF) dan tidak melebihi 10 mm pada precordial lead (V1 s/d V6). Gelombang T yang tinggi biasanya seing ditemukan pada kasus hiperkalemia. Sedangkan gelombang T yang datar atau terbalik atau inverted biasanya sering di temui pada kasus penyakit jantung iskemic, dll.

QT Interval

QT interval adalah waktu yang diperlukan untuk mendepolarisasi otot venrikel sampai dengan mengadakan repolarisasi kembali. QT interval diukur dari permulaan komplek QRS atau gel Q sampai dengan akhir gelombang T. Normal QT interval antara 0,38 detik sampai dengan 0,46 deik. Biasanya QT interval pada wanita lebih panjang dari laki-laki. QT interval memanjang biasanya ditemukan pada kasus hipokalsemia or obat-obatan QT interval memendek biasanya di temukan pada kasus takikardia dan hiperkalsemia. Apabila anda menemukan EKG dengan QT interval yang memanjang disertai dengan keluhan pasien, kalau tidak diobati dengan cepat biasana EKG akan berubah menjadi ventrikel fibrilasi atau ventikel takikardi dan kematian nantinya.

ST Segmen

ST segmen adalah garis zero line atau isoelektrik antara akhir gel S sampai awal gelombang T, atau tepatnya di mulai dari titik J atau junctinal point sampai awal dimulanya gelombang T. Titik J junctional adalah titik berakhirnya gelombang S. Normal ST segmen tidak boleh melebihi +2 mm dari zero line/ garis isoelektrik, tidak melebihi -1 mm dari zero line atau garis isoelektrik. Apabila ST segmen melebihi + 2mm dari garis isoelektrik, kemungkinan besar dinamakan ST elevasi pada kasus MI (myocardiac infarction) atau pada normal EKG dinamakan early repolarization. Apabila ST segmen melebihi -1mm dari garis isoelektrik, dinamakan ST depresi. Biasanya ditemukan pada kasus jantung iskemia. Pada prakteknya,tergantung kejelian kita. Karena kriteria ST elevasi maupun ST depressi tidak selamanya sesuai dengan kriterianya. (lihat Gb 22 & 23)

(Gb: 22ST depresi)

(Gb:23 tampak ST elevasi pada lead II, III, aVF dan ST depresi di lead I & aVL) Sumber : http://www.ww.kursusekg-i.blogspot.com

Share this:

Posted in EKG, Jantung, Medical Resources Leave a Comment

KERTAS EKG
Nov 14 Posted by dr.Rozi Abdullah Terdapat 2 macam kotak dalam EKG yaitu 1. kotak kecil dengan ukuran 1 mm x 1 mm atau 0,04 detik x 0,04 detik. 2. kotak sedang/besar dengan ukuran 5 mm x 5 mm atau 0,20 detik x 0,20 detik. Kecepatan normal mesin EKG sebesar 25mm/detik . Ini artinya dalam 1 detik mewakili 25mm atau 25 kotak kecil dalam bidang horizontal. Dengan standar voltase 1 mVolt, yang artinya dengan standarisasi 1 mVolt akan menghasilkan defleksi vertikal sebesar 10 mm atau 10mm/mVolt. Jadi 1 kotak kecil sama dengan 0,1mVolt. (lihat gambar 18 & 19). Jadi :

1 kotak kecil = 1 mm = 0,04 detik = 0,1 mVolt

5 kotak kecil = 5 mm = 1 kotak besar/sedang = 0,20 detik = 0,5 mVolt 10 kotak kecil = 10 mm = 2 kotak besar/sedang = 0,40 detik = 1 mVolt 25 kotak kecil = 25 mm = 5 kotak besar/sedang = 1 detik 15 kotak besar/sedang = 3 detik 30 kotak besar/sedang = 6 detik

Gb : 18

Sumber : http://www.ww.kursusekg-i.blogspot.com

Share this:

Posted in EKG, Jantung, Medical Resources Leave a Comment

Perekaman EKG
Nov 14 Posted by dr.Rozi Abdullah Sandapan/perekaman EKG dibagi menjadi 3 yaitu:

Sandapan Bipolar -> lead I, lead II, Lead III Sandapan Unipolar Ekstremitas -> lead aVR, aVL, aVF Sandapan Prekordial -> lead V1, V2, V3, V4, V5, V6

A. Sandapan Bipolar Sandapan bipolar merekam bioelektrikal jantung dari bidang frontal. Mengapa dinamakan sandapan bipolar? Karena sandapan bipolar hanya memerlukan 2 elektroda untuk merekam

bioelektrikal pada jantung dimana kedua elektroda itu satu dinamakan elektroda negatif dan elektroda yang lain dinamakan elektroda positip. (lihat gambar 13). Lead I Lead ini merekam bioelektrikal jantung dengan memasang negatif elektroda di tangan kanan, sedangkan positip elektroda dipasang di tangan kiri. Ingat!! positip elektroda pada lead I berada di tangan kiri !! Lead II Lead ini merekam bioelektrikal jantung dengan memasang negatif elektroda di tangan kanan, sedangkan positip elektroda dipasang di kaki kiri. Ingat!! positip elektroda pada lead II berada di kaki kiri !! Lead III Lead ini merekam bioelektrikal jantung dengan memasang negatif elektroda di tangan kiri, sedangkan positip elektroda dipasang di kaki kiri. Ingat !! positip elektroda pada lead III berada di kaki kiri !! Jadi sandapan bipolar akan membentuk segitiga dengan persamaan sebagai berikut: Lead II = lead I + lead III segitiga ini sering disebut Einthovent Triangle (lihat gb 14) Sandapan bipolar ini berguna mengidentifikasi apakah penempatan elektroda sudah tepat atau belum.

Gb :13

Gb : 14 B. Sandapan Unipolar Ekstremitas Sandapan bipolar memiliki kekurangan yaitu apabila bioelekrikal jantung pada salah satu elektroda terlalu kecil, perbedaan potensial yang merekam bioelektikal ini tidak terukur oleh kedua elektroda tersebut. Maka dari itu seorang ilmuan yang bernama Goldbeger tahun 1942 memodifikasi mesinEKG dengan memutuskan hubungan dengan central terminal akan memperbesar voltase perekaman dari elektroda positip. Jadi sepasang elektroda negatif diputuskan dengan central terminal, sehingga dihasilkan voltase defleksi yang lebih besar dibandingkan dengan sandapan bipolar. aVR Lead ini merekam bioelektrikal jantung dengan menggunakan 3 elektroda , dimana salah satu elektroda dinamakan positip elektroda, dan dua elektroda tidak bermuatan atau zero potensial. Pada lead aVR elektroda positipnya ditempatkan di tangan kanan. Ingat !! positip elektroda di aVR terletak di tangan kanan !! aVL Lead ini merekam bioelektikal jantung dengan mengunakan 3 elektoda, dimana salah satu elektroda dinamakan positip elektroda, dan dua elektoda yang lain tidak bermuatan atau zero potensial. Pada lead aVL elektroda positipnya ditempatkan di tangan kiri. Ingat !! positip elektroda di lead aVL terletak di tangan kiri !! aVF Lead ini merekam bioelektrikal jantung dengan menggunakan 3 elektroda , dimana salah satu elektroda dinamakan positip elektroda, dan dua elektroda tidak bermuatan atau zero potensial. Pada lead aVF elektroda positipnya ditempatkan di kaki kiri. Ingat!! positip elektroda di aVF terletak di kaki kiri !!

Dari sandapan unipolar ekstremitas ini akan di dapatkan hubungan matematika yaitu persamaan lingkaran tertutup di bawah ini : aVR + aVL + aVF = O (lihat gambar 15)

Gb : 15 C. Sandapan Unipolar Prekordial Sandapan unipolar prekordial merekam bioelektrikal jantung dari bidang horizontal, dimana hanya menggunakan 6 single positip elektroda yang di tempatkan pada permukaan dada pada tempat-tempat yang telah ditentukan. (lihat gambar 16 &17)

Gb : 16

Gb : 17 Standar internasional dalam melakukan perekaman 12 lead EKG adalah kecepatan 25 mm/detik dan standarisasi 1 mVolt. Sumber : http://www.ww.kursusekg-i.blogspot.com

Share this:

Posted in EKG, Jantung, Medical Resources Leave a Comment

Anatomi & Fisiologi Jantung


Nov 14 Posted by dr.Rozi Abdullah

Anatomi & Fisiologi Jantung

Secara fisiologi, jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling vital fungsinya dibandingkan dengan organ tubuh vital lainnya. Dengan kata lain, apabila fungsi jantung mengalami gangguan maka besar pengaruhnya terhadap organ-organ tubuh lainya terutama ginjal dan otak. Karena fungsi utama jantung adalah sebagai single pompa yang memompakan darah ke seluruh tubuh untuk kepentingan metabolisme sel-sel demi kelangsungan hidup. Untuk itu, siapapun orangnya sebelum belajar EKG harus menguasai anatomi & fisiologi dengan baik dan benar. Dalam topik anatomi & fisiologi jantung ini, saya akan menguraikan dengan beberapa subtopik di bawah ini : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Ukuran,Posisi atau letak Jantung Lapisan Pembungkus Jantung Lapisan Otot Jantung Katup Jantung Ruang Jantung Arteri Koroner Siklus Jantung

Ukuran,Posisi atau letak Jantung Anda tahu berapa ukuran jantung anda? Secara anatomi ukuran jantung sangatlah variatif. Dari beberapa referensi yang saya baca, ukuran jantung manusia mendekati ukuran kepalan tangannya atau dengan ukuran panjang kira-kira 5 (12cm) dan lebar sekitar 3,5 (9cm). Jantung terletak di belakang tulang sternum, tepatnya di ruang mediastinum diantara kedua paru-paru dan bersentuhan dengan diafragma. Bagian atas jantung terletak dibagian bawah sternal notch, 1/3 dari jantung berada disebelah kanan dari midline sternum , 2/3 nya disebelah kiri dari midline sternum. Sedangkan bagian apek jantung di interkostal ke-5 atau tepatnya di bawah puting susu sebelah kiri.(lihat gb:1 & 2)

Gb: 1

Gb: 2 Lapisan Pembungkus Jantung Bagi rekan-rekan kita yang bekerja di ruang kamar operasi bedah jantung atau thorak saya yakin sudah terbiasa melihat keberadaan jantung di mediastinum, begitu pula dengan lapisan pembungkus atau pelindung jantungnya. Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan perikardium, di mana lapisan perikardium ini di bagi menjadi 3 lapisan (lihat gb.3) yaitu : 1. Lapisan fibrosa, yaitu lapisan paling luar pembungkus jantung yang melindungi jantung ketika jantung mengalami overdistention. Lapisan fibrosa bersifat sangat keras dan bersentuhan langsung dengan bagian dinding dalam sternum rongga thorax, disamping itu lapisan fibrosa ini termasuk penghubung antara jaringan, khususnya pembuluh darah besar yang menghubungkan dengan lapisan ini (exp: vena cava, aorta, pulmonal arteri dan vena pulmonal). 2. Lapisan parietal, yaitu bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa 3. Lapisan Visceral, lapisan perikardium yang bersentuhan dengan lapisan luar dari otot jantung atau epikardium. Diantara lapisan pericardium parietal dan lapisan perikardium visceral terdapat ruang atau space yang berisi pelumas atau cairan serosa atau yang disebut dengan cairan perikardium. Cairan perikardium berfungsi untuk melindungi dari gesekan-gesekan yang berlebihan saat jantung berdenyut atau berkontraksi. Banyaknya cairan perikardium ini antara 15 50 ml, dan tidak boleh kurang atau lebih karena akan mempengaruhi fungsi kerja jantung.

Gb: 3 Lapisan Otot Jantung Seperti yang terlihat pada Gb.3, lapisan otot jantung terbagi menjadi 3 yaitu : 1. Epikardium,yaitu bagian luar otot jantung atau pericardium visceral 2. Miokardium, yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung jawab atas kemampuan kontraksi jantung. 3. Endokardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau lapisan tipis endotel sel yang berhubungan langsung dengan darah dan bersifat sangat licin untuk aliran darah, seperti halnya pada sel-sel endotel pada pembuluh darah lainnya. (Lihat Gb.3 atau Gb.4)

Gb: 4 Katup Jantung Katup jatung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang menghubungkan antara atrium dengan ventrikel dinamakan katup atrioventrikuler, sedangkan katup yang menghubungkan sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal dinamakan katup semilunar.

Katup atrioventrikuler terdiri dari katup trikuspid yaitu katup yang menghubungkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan, katup atrioventrikuler yang lain adalah katup yang menghubungkan antara atrium kiri dengan ventrikel kiri yang dinamakan dengan katup mitral atau bicuspid. Katup semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup yang menghubungkan antara ventrikel kanan dengan pulmonal trunk, katup semilunar yang lain adalah katup yang menghubungkan antara ventrikel kiri dengan asendence aorta yaitu katup aorta. (Lihat Gb: 5) Katup berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung sebelumnya sesaat setelah kontraksi atau sistolik dan sesaat saat relaksasi atau diastolik. Tiap bagian daun katup jantung diikat oleh chordae tendinea sehingga pada saat kontraksi daun katup tidak terdorong masuk keruang sebelumnya yang bertekanan rendah. Chordae tendinea sendiri berikatan dengan otot yang disebut muskulus papilaris. (Lihat Gb:6)

Gb: 5

Gb: 6 Seperti yang terlihat pada gb.5 diatas, katup trikuspid 3 daun katup (tri =3), katup aortadan katup pulmonal juga mempunya 3 daun katup. Sedangkan katup mitral atau biskupid hanya mempunyai 2 daun katup. Ruang,Dinding & Pembuluh Darah Besar Jantung

Jantung kita dibagi menjadi 2 bagian ruang, yaitu : 1. Atrium (serambi) 2. Ventrikel (bilik) Karena atrium hanya memompakan darah dengan jarak yang pendek, yaitu ke ventrikel. Oleh karena itu otot atrium lebih tipis dibandingkan dengan otot ventrikel. Ruang atrium dibagi menjadi 2, yaitu atrium kanan dan atrium kiri. Demikian halnya dengan ruang ventrikel, dibagi lagi menjadi 2 yaitu ventrikel kanan dan ventrikel kiri. Jadi kita boleh mengatakan kalau jantung dibagi menjadi 2 bagian yaitu jantung bagian kanan (atrium kanan & ventrikel kanan) dan jantung bagian kiri (atrium kiri & ventrikel kiri). Kedua atrium memiliki bagian luar organ masing-masing yaitu auricle. Dimana kedua atrium dihubungkan dengan satu auricle yang berfungsi menampung darah apabila kedua atrium memiliki kelebihan volume. Kedua atrium bagian dalam dibatasi oleh septal atrium. Ada bagian septal atrium mengalami depresi atau yang dinamakan fossa ovalis, yaitu bagian septal atrium mengalami depresi disebabkan karena penutupan foramen ovale saat kita Ada beberapa ostium atau muara pembuluh darah besar yang perlu anda ketahui terdapat di kedua atrium, yaitu :

yang yang lahir. yang

Ostium Superior vena cava, yaitu muara atau lubang yang terdapat diruang atrium kanan yang menghubungkan vena cava superior dengan atrium kanan. Ostium Inferior vena cava, yaitu muara atau lubang yang terdapat di atrium kanan yang menghubungkan vena cava inferior dengan atrium kanan. Ostium coronary atau sinus coronarius, yaitu muara atau lubang yang terdapat di atrium kanan yang menghubungkan sistem vena jantung dengan atrium kanan. Ostium vena pulmonalis, yaitu muara atau lubang yang terdapat di atrium kiri yang menghubungkan antara vena pulmonalis dengan atrium kiri yang mempunyai 4 muara.

Bagian dalam kedua ruang ventrikel dibatasi oleh septal ventrikel, baik ventrikel maupun atrium dibentuk oleh kumpulan otot jantung yang mana bagian lapisan dalam dari masingmasing ruangan dilapisi oleh sel endotelium yang kontak langsung dengan darah. Bagian otot jantung di bagian dalam ventrikel yang berupa tonjolan-tonjolan yang tidak beraturan dinamakan trabecula. Kedua otot atrium dan ventrikel dihubungkan dengan jaringan penghubung yang juga membentuk katup jatung dinamakan sulcus coronary, dan 2 sulcus yang lain adalah anterior dan posterior interventrikuler yang keduanya menghubungkan dan memisahkan antara kiri dan kanan kedua ventrikel. Perlu anda ketahui bahwa tekanan jantung sebelah kiri lebih besar dibandingkan dengan tekanan jantung sebelah kanan, karena jantung kiri menghadapi aliran darah sistemik atau sirkulasi sistemik yang terdiri dari beberapa organ tubuh sehingga dibutuhkan tekanan yang besar dibandingkan dengan jantung kanan yang hanya bertanggung jawab pada organ paruparu saja, sehingga otot jantung sebelah kiri khususnya otot ventrikel sebelah kiri lebih tebal dibandingkan otot ventrikel kanan. Pembuluh Darah Besar Jantung

Ada beberapa pembuluh besar yang perlu anda ketahui, yaitu: 1. Vena cava superior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari bagian atas diafragma menuju atrium kanan. 2. Vena cava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari bagian bawah diafragma ke atrium kanan. 3. Sinus Coronary, yaitu vena besar di jantung yang membawa darah kotor dari jantung sendiri. 4. Pulmonary Trunk,yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis 5. Arteri Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru. 6. Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri. 7. Assending Aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta ke cabangnya yang bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian atas. 8. Desending Aorta,yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah. (lihat Gb:7)

Gb : 7 Arteri Koroner Arteri koroner adalah arteri yang bertanggung jawab dengan jantung sendiri,karena darah bersih yang kaya akan oksigen dan elektrolit sangat penting sekali agar jantung bisa bekerja sebagaimana fungsinya. Apabila arteri koroner mengalami pengurangan suplainya ke jantung atau yang di sebut dengan ischemia, ini akan menyebabkan terganggunya fungsi jantung sebagaimana mestinya. Apalagi arteri koroner mengalami sumbatan total atau yang disebut dengan serangan jantung mendadak atau miokardiac infarction dan bisa menyebabkan kematian. Begitupun apabila otot jantung dibiarkan dalam keadaan iskemia, ini juga akan berujung dengan serangan jantung juga atau miokardiac infarction. Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik, dimana muara arteri koroner berada dekat dengan katup aorta atau tepatnya di sinus valsava

Arteri koroner dibagi dua,yaitu: 1. Arteri koroner kanan 2. Arteri koroner kiri

Arteri Koroner Kiri

Arteri koroner kiri mempunyai 2 cabang yaitu LAD (Left Anterior Desenden)dan arteri sirkumflek. Kedua arteri ini melingkari jantung dalam dua lekuk anatomis eksterna, yaitu sulcus coronary atau sulcus atrioventrikuler yang melingkari jantung diantara atrium dan ventrikel, yang kedua yaitu sulcus interventrikuler yang memisahkan kedua ventrikel. Pertemuan kedua lekuk ini dibagian permukaan posterior jantung yang merupakan bagian dari jantung yang sangat penting yaitu kruks jantung. Nodus AV node berada pada titik ini. LAD arteri bertanggung jawab untuk mensuplai darah untuk otot ventrikel kiri dan kanan, serta bagian interventrikuler septum. Sirkumflex arteri bertanggung jawab untuk mensuplai 45% darah untuk atrium kiri dan ventrikel kiri, 10% bertanggung jawab mensuplai SA node.

Arteri Koroner Kanan

Arteri koroner kanan bertanggung jawab mensuplai darah ke atrium kanan, ventrikel kanan,permukaan bawah dan belakang ventrikel kiri, 90% mensuplai AV Node,dan 55% mensuplai SA Node. Siklus Jantung Sebelum mempelajari siklus jantung secara detail, terlebih dahulu saya ingin menyegarkan ingatan anda tentang sirkulasi jantung. Saya yakin kalau anda masih mengingatnya dengan baik atau anda telah lupa? Anda masih ingat kalau jantung dibagi menjadi 4 ruang? Empat ruang jantung ini tidak bisa terpisahkan antara satu dengan yang lainnya karena ke empat ruangan ini membentuk hubungan tertutup atau bejana berhubungan yang satu sama lain berhubungan (sirkulasi sistemik, sirkulasi pulmonal dan jantung sendiri). Di mana jantung yang berfungsi memompakan darah ke seluruh tubuh melalui cabang-cabangnya untuk keperluan metabolisme demi kelangsungan hidup. Karena jantung merupakan suatu bejana berhubungan, anda boleh memulai sirkulasi jantung dari mana saja. Saya akan mulai dari atrium/serambi kanan. Atrium kanan menerima kotor atau vena atau darah yang miskin oksigen dari:

Superior Vena Kava Inferior Vena Kava Sinus Coronarius

Dari atrium kanan, darah akan dipompakan ke ventrikel kanan melewati katup trikuspid. Dari ventrikel kanan, darah dipompakan ke paru-paru untuk mendapatkan oksigen melewati:

Katup pulmonal Pulmonal Trunk

Empat (4) arteri pulmonalis, 2 ke paru-paru kanan dan 2 ke paru-paru kiri

Darah yang kaya akan oksigen dari paru-paru akan di alirkan kembali ke jantung melalui 4 vena pulmonalis (2 dari paru-paru kanan dan 2 dari paru-paru kiri)menuju atrium kiri. Dari atrium kiri darah akan dipompakan ke ventrikel kiri melewati katup biskupid atau katup mitral. Dari ventrikel kiri darah akan di pompakan ke seluruh tubuh termasuk jantung (melalui sinus valsava) sendiri melewati katup aorta. Dari seluruh tubuh,darah balik lagi ke jantung melewati vena kava superior,vena kava inferior dan sinus koronarius menuju atrium kanan. Secara umum, siklus jantung dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:

Sistole atau kontraksi jantung Diastole atau relaksasi atau ekspansi jantung

Secara spesific, siklus jantung dibagi menjadi 5 fase yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. Fase Ventrikel Filling Fase Atrial Contraction Fase Isovolumetric Contraction Fase Ejection Fase Isovolumetric Relaxation

Perlu anda ingat bahwa siklus jantung berjalan secara bersamaan antara jantung kanan dan jantung kiri, dimana satu siklus jantung = 1 denyut jantung = 1 beat EKG (P,q,R,s,T) hanya membutuhkan waktu kurang dari 0.5 detik. Fase Ventrikel Filling Sesaat setelah kedua atrium menerima darah dari masing-masing cabangnya, dengan demikian akan menyebabkan tekanan di kedua atrium naik melebihi tekanan di kedua ventrikel. Keadaan ini akan menyebabkan terbukanya katup atrioventrikular, sehingga darah secara pasif mengalir ke kedua ventrikel secara cepat karena pada saat ini kedua ventrikel dalam keadaan relaksasi/diastolic sampai dengan aliran darah pelan seiring dengan bertambahnya tekanan di kedua ventrikel. Proses ini dinamakan dengan pengisian ventrikel atau ventrikel filling. Perlu anda ketahui bahwa 60% sampai 90 % total volume darah di kedua ventrikel berasal dari pengisian ventrikel secara pasif. Dan 10% sampai 40% berasal dari kontraksi kedua atrium. Fase Atrial Contraction Seiring dengan aktifitas listrik jantung yang menyebabkan kontraksi kedua atrium, dimana setelah terjadi pengisian ventrikel secara pasif, disusul pengisian ventrikel secara aktif yaitu dengan adanya kontraksi atrium yang memompakan darah ke ventrikel atau yang kita kenal dengan atrial kick. Dalam grafik EKG akan terekam gelombang P. Proses pengisian ventrikel secara keseluruhan tidak mengeluarkan suara, kecuali terjadi patologi pada jantung yaitu bunyi jantung 3 atau cardiac murmur. Fase Isovolumetric Contraction

Pada fase ini, tekanan di kedua ventrikel berada pada puncak tertinggi tekanan yang melebihi tekanan di kedua atrium dan sirkulasi sistemik maupun sirkulasi pulmonal. Bersamaan dengan kejadian ini, terjadi aktivitas listrik jantung di ventrikel yang terekam pada EKG yaitu komplek QRS atau depolarisasi ventrikel. Keadaan kedua ventrikel ini akan menyebabkan darah mengalir balik ke atrium yang menyebabkan penutupan katup atrioventrikuler untuk mencegah aliran balik darah tersebut. Penutupan katup atrioventrikuler akan mengeluarkan bunyi jantung satu (S1) atau sistolic. Periode waktu antara penutupan katup AV sampai sebelum pembukaan katup semilunar dimana volume darah di kedua ventrikel tidak berubah dan semua katup dalam keadaan tertutup, proses ini dinamakan dengan fase isovolumetrik contraction. Fase Ejection Seiring dengan besarnya tekanan di ventrikel dan proses depolarisasi ventrikel akan menyebabkan kontraksi kedua ventrikel membuka katup semilunar dan memompa darah dengan cepat melalui cabangnya masing-masing. Pembukaan katup semilunar tidak mengeluarkan bunyi. Bersamaan dengan kontraksi ventrikel, kedua atrium akan di isi oleh masing-masing cabangnya. Fase Isovolumetric Relaxation Setelah kedua ventrikel memompakan darah, maka tekanan di kedua ventrikel menurun atau relaksasi sementara tekanan di sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal meningkat. Keadaan ini akan menyebabkan aliran darah balik ke kedua ventrikel, untuk itu katup semilunar akan menutup untuk mencegah aliran darah balik ke ventrikel. Penutupan katup semilunar akan mengeluarkan bunyi jantung dua (S2)atau diastolic. Proses relaksasi ventrikel akan terekam dalam EKG dengan gelombang T, pada saat ini juga aliran darah ke arteri koroner terjadi. Aliran balik dari sirkulasi sistemik dan pulmonal ke ventrikel juga di tandai dengan adanya dicrotic notch. 1. Total volume darah yang terisi setelah fase pengisian ventrikel secara pasip maupun aktif ( fase ventrikel filling dan fase atrial contraction) disebut dengan End Diastolic Volume (EDV) 2. Total EDV di ventrikel kiri (LVEDV) sekitar 120ml. 3. Total sisa volume darah di ventrikel kiri setelah kontraksi/sistolic disebut End SystolicVolume (ESV) sekitar 50 ml. 4. Perbedaan volume darah di ventrikel kiri antara EDV dengan ESV adalah 70 ml atau yang dikenal dengan stroke volume. (EDV-ESV= Stroke volume) (120-50= 70) Sumber : http://www.ww.kursusekg-i.blogspot.com

Share this:

Posted in EKG, Jantung, Medical Resources

Leave a Comment

Elektrofisiologi Jantung
Nov 14 Posted by dr.Rozi Abdullah Elektrofisiologi Jantung 1. Elektrofisiolagi jantung adalah ilmu yang mempelajari aktivitas listrik atau bioelectrical pada jantung sehingga jantung bisa menjalankan fungsinya secara optimal. 2. Elektrofisiologi tidak hanya terjadi hanya pada sel-sel otot jantung, akan tetapi diseluruh sel-sel tubuh kita terjadi atau adanya aktivitas listrik/elektrofisiologi guna menjaga keseimbangan atau haemostasis tubuh kita. 3. Semua faktor atau unsur-unsur yang berhubungan dengan bioelectrical tubuh kita, akan mempengaruhi proses fisiologi bioelectrical di seluruh tubuh. 4. Unsur utama yang mempengaruhi bioelectrical tubuh adalah elektrolit (Na,Mg,K,Ca,Cl,phosphate), Cairan tubuh dan Oksigen. 5. Apabila terjadi ketidakseimbangan diantara unsur-unsur utama yang saya sebutkan diatas, maka akan terjadi gangguan terhadap proses bioelektrical di seluruh tubuh (tidak hanya di jantung). 6. Berhubung topik kita adalah elektrofisiologi yang berkaitan dengan jantung, maka saya tekankan kembali apabila terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit serta oksigen dalam tubuh akan berpengaruh pada fungsi kerja jantung. Bagian terkecil dari mahluk hidup adalah sel. Jutaaan sel akan membentuk jaringan, dan jantung terbentuk dari kumpulan jaringan yang membentuk organ yaitu jantung. Bioelektrikal jantung terjadi karena adanya continuitas aktivitas listrik sel-sel pacemaker pada jantung yang menyebabkan jantung berkontraksi dan relaksasi secara teratur. Jantung merupakan salah satu organ tubuh yang memiliki keistimewaan, yaitu:

Automaticity : Spontan jantung berdenyut secara teratur dan independent tanpa adanya intervensi sistem tubuh lain. Dengan kata lain apabila jantung sehat kita pisahkan dengan tubuh, maka jantung masih bisa berdenyut. Kenapa demikian? Karena jantung memiliki sel-sel pacemaker alami yang secara automatis mengeluarkan impuls secara teratur. Jantung mempunyai beberapa tempat utama selsel pacemaker yaitu SA node, AV node, Bundle of His dan Furkinje fiber. Normal sel pacemaker jantung berada di SA node yang secara teratur mengeluarkan impuls 60100x/menit. Sedangkan pacemaker lain yang berfungsi sebagi backup apabila SA node mengalami gangguan. Pacemaker yang berfungsi sebagai backup yaitu AV node 40-60x/menit, Furkinje fiber 20-40x/menit. (lihat Gb: 8). Excitability : Apabila terjadi ketidakseimbangan pada unsur-unsur yang berperan dalam proses elektrofisiologi sel jantung, maka sel-sel jantung akan berespon secara fisiologis untuk mempertahankan hemostastis. Conductivity : Adanya jaringan neuromuskular yang membentuk lintasan atau jalan khusus sebagai kawat penghantar bioelektrik antara SA node, AV node, Bundle of

his, Furkinje fiber yang nantinya akan diteruskan sel-sel otot jantung agar bisa berdenyut. Contractility : Secara fisiologis mampu merespon impuls yang masuk ke sel-sel otot jantung dengan berkontraksi dan berelaksasi.

siklus jantung = 1 denyut jantung = dalam EKG 1 beat yang terdiri dari PQRST (lihat gambar 8). Pertanyaanyabagaimana proses terjadinya siklus jantung atau denyut jantung atau 1 beat EKG di lihat dari elektrofisiologi.

Gb: 8

Gb: 9

Seperti yang sudah saya katakan bahwa dengan adanya aktivitas bioelektrikal sel-sel pada jantung yang menyebabkan jantung bisa berdenyut, menyelesaikan siklusnya dan akan tercatat oleh mesin ekg dengan adanya gelombang PQRST dalam tiap denyutnya. Faktor utama yang harus kita perhatikan adalah ion-ion utama yang sangat vital sekali dalam mempertahankan keseimbangan saat terjadinya bioelektrikal pada sel-sel jantung. Ion-ion tersebut adalah Kalium (K+), (Na+),(Ca+),(Mg+) yang berperan sangat penting dalam menjaga keseimbangan proses bioelektrikal pada se-sel pacemaker jantung. Anda bisa lihat perbedaan muatan ion antara intraseluller dengan ektraseluller beserta fungsinya (lihat Gb tabel 10). Angka nominal antara didalam dan di luar sel bisa berubah, salah satunya secara fisiologis disebabkan adanya gelombang elektrikal secara continuitas keluarkan oleh sel-sel pacemaker, dan secara patologis dipengaruhi adanya gangguan keseimbangan elektrolit atau penyakit lain.

Gb: 10 Saya ingin menjelaskan proses bioelektrikal yang terjadi pada single cel !!! Setiap sel di lapisi oleh membran sel, dimana tidak semua ion-ion menyeberang sembarangan karena proses penyeberangan melalui membran ini telah diatur oleh suatu mekanisme alamiah yaitu Na+ -K+ ATPase (adenosine triphosphate) sodium pump atau cukup kita sebut sodium pump. Dialah (sodium pump) yang berperan sangat penting menjaga keseimbangan proses bioelektrikal sel-sel pacemaker jantung. Dalam keadaan istirahat atau resting potential atau polarisasi, di luar sel bermuatan positip (khususnya ion Na+), sedangkan didalam sel relatif negatif muatanya, dalam mesin EKG akan terekam hanya garis isoelektrik. (lihat gb:11A) Pergerakan serta perubahan muatan negatif menjadi positip pada sel jantung dinamakan depolarisasi. Apabila pergerakan atau arah depolarisasi menuju elektroda positip, maka dalam EKG akan terekam gambaran ekg defleksi positip. Begitu sebaliknya apabila arah depolarisasi menjauhi elektroda positip, maka dalam EKG akan menghasilkan defleksi negatif (lihat gb: 11 B) Note:( garis isoelektrik = zero line). Dan apabila arah depolarisasi

mengarah positip elektroda kemudian menjauhi elektoda tersebut, maka akan menghasilkan defleksi bifasik. Pergerakan atau perubahan muatan pada sel dari muatan pasitip kembali ke muatan negatif dinamakan repolarisasi. Seharusnya bagian sel yang pertama mengalami depolarisasi akan ikuti oleh proses repolarisasi. Dan setiap elektroda positip yang di tuju oleh arah repolarisasi berlawanan dengan depolarisasi. Akan tetapi fenomena bioelektrikal pade sel tunggal ini berbeda dengan apa yang terjadi pada jantung seutuhnya, dimana arah repolarisasi dimulai dari epikardium ke endokardium. Jadi pada EKG proses repolarisasi akan terekam sama dengan arah depolarisasi. (lihat gb:11 C).

Gb: 11 Proses terjadinya perubahan muatan secara mendadak dinamakan Aksi Potesial, atau bagian dari proses depolarisasi adalah aksi potensial. Dimana single aksi potensial ini akan membentuk kesatuan aksi potensial yang nantinya dalam mesin EKG akan terekam grafik gelombang EKG. Masih dalam single sel. Perbandingan muatan ion antara diluar dan dalam sel relatif seimbang, dimana pada fase polarisasi muatan ion positip khususnya Na+ berada di luar. Secara fisiologi bahwa proses terjadinya bioelektrikal secara terus menerus tanpa adanya pengaruh luar atau proses ini bisa berjalan lambat atau cepat akibat pengaruh system neurological serta gangguan keseimbangan elektrolit. Maka permeabilitas membran sel terhadap Na+ meningkat sehingga Na+ masuk ke dalam sel (fase 0) secara mendadak, setelah itu proses depolarisasi terjadi pada fase 1 dan 2 dimana muatan dalam sel relatif positip, sesaat setelah depolarisasi ion K+ keluar dari dalam sel. Pada fase 3, sodium pump akan berperan optimal untuk mengembalikan keseimbangan muatan ion antara diluar dan didalam sel. Sodium pump akan mengelurkan

Na+ dari sel dan memasukan K+ dari luar sel. Pade fase 4, membran sel siap untuk menerima perubahan untuk mengulang aksi potensial. (Lihat Gb : 12) Untuk lebih detailnya tentang proses proses ini anda bisa tanyakan langsung ke saya.

Gb: 12 Sumber : http://www.ww.kursusekg-i.blogspot.com

Share this:

Posted in EKG, Jantung, Medical Resources Leave a Comment

THIAMPHENICOL
Nov 8 Posted by dr.Rozi Abdullah Obat Generik : Thiamphenicol / Tiamfenikol Obat Bermerek : Biothicol, Anicol, Cetathiacol, Comthycol, Conucol, Corsafen, Dexycol, Dionicol, Fosicol, Genicol, Ipibiofen, Kalticol, Lacophen, Lanacol, Lipafen, Nikolam, Nilacol, Nufathiam, Opiphen, Phenobiotic, Promixin, Renamoca, Rindofen, Sendicol, Thiambiotic, Thiamet,Thiamfilex, Thiamika, Thiamycin, Troviakol, Urfamycin, Urfekol, Venakol, Zumatab KOMPOSISI

Thiamphenicol Kapsul 250 mg : Tiap kapsul mengandung Tiamfenikol 250 mg. Thiamphenicol Kapsul 500 mg : Tiap kapsul mengandung Tiamfenikol 500 mg. Thiamphenicol Sirup 125 mg/5 ml : Tiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung Tiamfenikol 125 mg. Thiamphenicol Sirup Forte 250 mg/5 ml : Tiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung Tiamfenikol 250 mg.

FARMAKOLOGI Tiamfenikol adalah antibiotik spektrum luas yang mempunyai cara kerja seperti kloramfenikol. Tiamfenikol kurang aktif dibandingkan dengan kloramfenikol, namun sama efektifnya dan efek bakterisidnya lebih baik terhadap Haemophilus spp dan Neisseria spp. Tiamfenikol bekerja dengan cara berikatan dengan ribosom bakteri secara reversiblesehingga menghambat sintesis protein dari bakteri yang peka, yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan bakteri. INDIKASI

Infeksi saluran kemih dan kelamin. Infeksi gonore (GO). Infeksi saluran pencernaan. Infeksi tifus dan paratifus. Infeksi saluran pernafasan.

KONTRAINDIKASI

Penderita yang hipersensitif/alergi terhadap tiamfenikol. Penderita depresi sumsum tulang atau diskrasia darah. Wanita hamil dan menyusui.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI


Dewasa : 4 kali sehari 250-500 mg. Anak-anak atau bayi berusia lebih dari 2 minggu : 50 mg/kg berat badan/hari dibagi menjadi 3-4 kali pemberian. Bayi berusia kurang dari 2 minggu : 25 mg/kg berat badan/hari dibagi menjadi 4-6 kali pemberian. Bayi prematur : 25 mg/kg berat badan/hari dibagi menjadi 2 kali pemberian.

EFEK SAMPING

Reaksi hipersensitivitas/alergi, gangguan saluran pencernaan (mual, muntah, diare), sariawan, glositis, ensefalopati, depresi mental, sakit kepala, dan ototoksisitas. Anemia hemolitik. Reaksi Jarish-herxheimer. Pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan perdarahan, neuritis optik dan perifer. Efek samping yang potensial fatal : depresi sumsum tulang, grey baby syndrome, anafilaktik.

PERINGATAN DAN PERHATIAN


Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, dosis harus dikurangi untuk mencegah terjadinya akumulasi obat. Selama pengobatan dianjurkan untuk banyak minum (minimal 1,5 liter sehari) untuk mencegah kristaluria. Pada penggunaan jangka panjang sebaiknya dilakukan pemeriksaan darah secara periodik karena kemungkinan terjadi diskrasia darah. Hentikan penggunaan Cotrimoxazole bila sejak awal penggunaan ditemukan ruam kulit atau tanda-tanda efek samping lain yang serius.

INTERAKSI OBAT

Tiamfenikol dapat meningkatkan efek warfarin dan sulfonylurea. Tiamfenikol meningkatkan kadar fenitoin plasma. Metabolisme Tiamfenikol meningkat oleh fenobarbital dan rifampisin.

KEMASAN

Thiamphenicol Kapsul 250 mg Thiamphenicol Kapsul 500 mg Thiamphenicol Sirup 125 mg/5 ml Thiamphenicol Sirup Forte 250 mg/5 ml

Share this:

Posted in Anti Infeksi, Drug List, Medical Resources

Leave a Comment

RIMFAMPICIN
Nov 8 Posted by dr.Rozi Abdullah Obat Generik : Rifampicin Obat Bermerek : Corifam, Lanarif, Merimac, RIF, Rifamtibi, Rimactane. Penyakit Terkait : TBC KOMPOSISI

Rifampicin 300 mg : Setiap tablet mengandung Rifampicin 300 mg. Rifampicin 450 mg : Setiap tablet mengandung Rifampicin 450 mg. Rifampicin 600 mg : Setiap tablet mengandung Rifampicin 600 mg.

FARMAKOLOGI Rifampicin (rifampisin) merupakan antibiotik semisintetik yang mempunyai efek bakterisid terhadap mikobakteri dan organisme gram positif. Pada dosis tinggi, rifampisin juga efektif terhadap organisme gram negatif. Mekanisme kerja Rifampisin dengan menghambat sintesa RNA dari mikobakterium. INDIKASI

Untuk pengobatan tuberkulosis atau TBC dalam kombinasi obat tuberkulosis lainnya. Untuk pengobatan lepra, digunakan dalam kombinasi dengan senyawa leprotik lain.

KONTRAINDIKASI

Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini, Penderita jaundice, Penderita porfiria.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI


Dewasa : 10-12 mg/kg berat badan/hari. Anak-anak : maksimal 600 mg/hari. Tuberkulosa : o dewasa : dosis tunggal sebesar 600 mg/hari.

o o

anak-anak : 10-20 mg/kg berat badan/hari sebagai dosis tunggal. Tidak boleh melebihi 600 mg/hari jika dikombinasikan dengan antituberkulosa lainnya. dewasa : dosis tunggal sebesar 450-600 mg/hari. anak-anak : 10-15 mg/kg berat badan/hari sebagai dosis tunggal. Tidak boleh melebihi 600 mg/hari jika dikombinasikan dengan antilepra lainnya.

Lepra :
o o o

Sebaiknya obat Rifampisin diminum 30 menit 1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan. EFEK SAMPING

Gangguan saluran pencernaan seperti mual dan muntah. Gangguan fungsi hati. Pernah dilaporkan timbulnya ikterus, purpura, reaksi hipersensitivitas atau alergi. Trombositopenia, leukopenia. Dapat terjadi abdominal distress (ketidaknyamanan pada perut) dan pernah dilaporkan terjadinya kolitis pseudo membran Juga pernah dijumpai keluhan-keluhan seperti influenza (flu syndrome), demam, nyeri otot dan sendi.

PERINGATAN DAN PERHATIAN


Pemberian rifampisin pada penderita gangguan fungsi hati hanya jika diperlukan. Pada pengobatan jangka panjang dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan fungsi hati dan hitung jenis darah secara periodik Apabila ada tanda-tanda komplikasi serius, seperti gagal ginjal, anemia hemolitik, thrombositopenia atau kelainan fungsi hati maka pengobatan harus dihentikan. Keamanan penggunaan pada wanita hamil dan ibu menyusui belum jelas diketahui. Rifampisin menyebabkan warna urin, feses, air mata, air ludah, keringat menjadi kemerah-merahan terutama pada permulaan pengobatan, sehingga perlu diberitahukan sebelumnya kepada pasien. Rifampisin juga dapat menyebabkan pewarnaan yang menetap pada lensa kontak yang lunak.

INTERAKSI OBAT

Rifampisin menurunkan respons antikoagulan, antidiabetik, kinidin, preparat digitalis, kortikosteroid, siklosporin, fenitoin, analgesik. Penggunaan bersama PAS akan menghambat absorbsi, sehingga harus ada selang waktu 8 -12 jam. Rifampisin mengganggu efektivitas absorbsi tolbutamid, ketoconazole.

KEMASAN

Rifampicin Tablet, kotak, 10 strip x 10 kaplet. Rifampicin Tablet, kotak, 10 strip x 10 kaplet.

Share this:

Posted in Anti Infeksi, Drug List, Medical Resources Leave a Comment

RANITIDIN
Nov 8 Posted by dr.Rozi Abdullah Obat Generik : Ranitidin Obat Bermerek : Acran, Aldin, Anitid, Chopintac, Conranin, Fordin, Gastridin, Hexer, Radin, Rancus, Ranilex, Ranin, Ranivel, Ranticid, Rantin, Ratan, Ratinal, Renatac, Scanarin, Tricker, Tyran, Ulceranin, Wiacid, Xeradin, Zantac, Zantadin, Zantifar KOMPOSISI Ranitidin 150 mg : Tiap tablet Ranitidin 150 mg mengandung Ranitidin HCl 168 mg yang setara dengan ranitidin 150 mg. Ranitidin 300 mg : Tiap tablet Ranitidin 300 mg mengandung Ranitidin HCl 336 mg yang setara dengan ranitidin 300 mg. FARMAKOLOGI

Ranitidin HCl merupakan sediaan dari Ranitidin HCl dengan bentuk tablet salut selaput yang mengandung Ranitidin 150 mg dan kaplet tablet salut selaput yang mengandung Ranitidin 300 mg. Ranitidin adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang bekerja dengan cara menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung. Ranitidin diabsorbsi 50% setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak plasma dicapai 2-3 jam setelah pemberian dosis 150 mg. Absorbsi tidak dipengaruhi secara signifikan oleh makanan dan antasida. Waktu paru ranitidin 2,5 3 jam pemberian oral. Ranitidin diekskresi melalui urin.

INDIKASI

Pengobatan jangka pendek tukak usus 12 jari aktif, tukak lambung aktif, mengurangi gejala refluks esofagitis. Terapi pemeliharaan setelah penyembuhan tukak usus 12 jari, tukak lambung. Pengobatan keadaan hipersekresi patologis, misal sindroma Zollinger Ellison dan mastositosis sistemik.

KONTRAINDIKASI Ranitidin kontraindikasi bagi pasien yang yang hipersensitif atau alergi terhadap Ranitidin. DOSIS DAN ATURAN PAKAI

Kondisi tukak usus 12 jari aktif (ulkus duodenum) : Ranitidin 150 mg, 2 kali sehari (pagi dan malam) atau 300 mg sekali sehari sesudah makan malam atau sebelum tidur, selama 4 8 minggu. Kondisi tukak lambung aktif (ulkus peptikum) : Ranitidin 150 mg, 2 kali sehari (pagi dan malam) selama 2 minggu. Terapi pemeliharan pada penyembuhan tukak usus 12 jari dan tukak lambung : Ranitidin 150 mg, malam sebelum tidur. Keadaan hipersekresi patologis (Zollinger Ellison, Mastositosis Sistemik) : Ranitidin 150 mg, 2 kali sehari dengan lama pengobatan ditentukan oleh dokter berdasarkan gejala klinis yang ada. Dosis dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan masingmasing penderita. Dosis hingga 6 gram sehari dapat diberikan pada penyakit yang berat. Kondisi refluks gastro esofagitis (gastroesophageal reflux, GER) : Ranitidin 150 mg, 2 kali sehari. Kondisi esofagitis erosif : Ranitidin 150 mg, 4 kali sehari. Pemeliharaan dan penyembuhan esofagitis erosif : Ranitidin 150 mg, 2 kali sehari. Hemodialisis menurunkan kadar ranitidin yang terdistribusi.

EFEK SAMPING

Sakit kepala Efek samping pada susunan saraf pusat, jarang terjadi : malaise, pusing, mengantuk, insomnia, vertigo, agitasi, depresi, halusinasi. Kardiovaskular, jarang dilaporkan : aritmia seperti takikardia, bradikardia, atrioventricular block, premature ventricular beats. Gastrointestinal : konstipasi / susah buang air besar, diare, mual, muntah, nyeri perut, jarang dilaporkan : pankreatitis. Muskuloskeletal, jarang dilaporkan : atralgia, mialgia. Hematologik : leukopenia, granulositopenia, trombositopenia. Kasus jarang terjadi seperti agranulositopenia, pansitopenia, trombositopenia, anemia aplastik pernah dilaporkan. Endokrin : ginekomastia, impoten, dan hilangnya libido pernah dilaporkan pada penderita pria. Kulit, jarang dilaporkan : ruam, eritema multiforme, alopesia. Lain-lain : kasusu hipersensitivitas / alergi yang jarang terjadi.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

Umum : pada penderita yang memberikan symptomatic response terhadap ranitidin, tidak menghalangi timbulnya keganasan lambung. Karena ranitidin diekskresi terutama melalui ginjal, dosis ranitidin harus disesuaikan pada penderita gangguan fungsi ginjal. Hati-hati pemberian ranitidin pada gangguan fungsi hati karena ranitidin dimetabolisme di hati. Hindarkan pemberian ranitidin pada penderita dengan riwayat porfiria akut. Hati-hati penggunaan ranitidin pada wanita menyusui. Khasiat dan keamanan penggunaan ranitidin pada anak-anak belum terbukti. Waktu penyembuhan dan efek samping ranitidin pada usia lanjut tidak sama dengan penderita usia dewasa. Pemberian ranitidin pada wanita hamil hanya jika benar-benar sangat dibutuhkan.

INTERAKSI OBAT

Ranitidin tidak menghambat kerja dari sitokrom P450 dalam hati. Pemberian ranitidin bersama dengan warfarin dapat meningkatkan atau menurunkan waktu protrombin.

KEMASAN

Ranitidin, tablet salut selaput 150 mg, dus, 10 strip @ 10 tablet salut selaput. Ranitidin, kaptab salut selaput 300 mg, dus, 10 strip @ 10 kaptab salut selaput.

Share this:

Posted in Drug List, Medical Resources, Obat Jantung, Saluran Cerna & Nafas Leave a Comment

PYRAZINAMIDE
Nov 8 Posted by dr.Rozi Abdullah Obat Generik : Pyrazinamide / Pirazinamid Obat Bermerek : Corsazinamid, Neotibi, Pezeta-Ciba 500, Prazina, Sanazet, Siramid, Tibicel, Penyakit Terkait : TBC

KOMPOSISI Pyrazinamide 500 mg : Tiap tablet mengandung pirazinamida 500 mg. FARMAKOLOGI Pyrazinamide (Pirazinamid) merupakan obat antituberkulosis yang digunakan sebagai terapi kombinasi dengan antituberkulosis (TBC) lainnya. Pirazinamid aktif dalam suasana asam terhadap mikobakterium. Pirazinamid bersifat bakterisid terutama pada basil tuberkulosis intraselular. Pada pemberian oral pirazinamid mudah diserap dan tersebar luas ke seluruh jaringan tubuh. Kadar puncak dalam serum tercapai dalam waktu kurang lebih 2 jam dan waktu paruh antara 10 16 jam. Pirazinamida mengalami hidrolisis dan hidroksilasi menjadi asam hidroksi pirazinoat yang merupakan metabolit utamanya dan diekskresi melalui filtrasi glomerulus. INDIKASI Indikasi pirazinamid adalah untuk pengobatan tuberkulosis yang diberikan bersama antituberkulosis lainnya (terapi kombinasi). KONTRAINDIKASI

Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap pirazinamid, Penderita dengan gangguan fungsi hati atau gangguan fungsi ginjal, Hiperurisemia dan atau gout / asam urat, Hipoglikemia (kadar gula darah rendah), Penderita Diabetes.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI


Dosis lazim adalah 20 30 mg/kg BB/hari dalam dosis tunggal atau terbagi, dengan dosis maksimal 2 gram per hari. Pirazinamid sebaiknya diminum bersamaan dengan makanan atau sesudah makan.

EFEK SAMPING

Efek samping berupa artralgia, anoreksia, nausea, disuria, malaise dan demam. Porfiria, hepatomegali dan splenomegali, jaundice, kerusakan sel hati, fatal hemolysis, sideroblastik anemia, tukak lambung, trombositopenia, rash, urtikaria, pruritus, akne, fotosensitivitas dan interstitial nefritis.

PERINGATAN DAN PERHATIAN


Hati-hati terhadap efek hepatotoksik, sebaiknya dilakukan pemantauan SGPT dan SGOT tiap 2 4 minggu selama pemberian obat pirazinamid. Bila timbul gejala sedangkan terapi tidak dapat dihentikan, berikan probenesid 2 kali 0,5 g sehari.

Keamanan penggunaan pirazinamd pada anak-anak, wanita hamil dan ibu menyusui belum terbukti. Penggunaan pirazinamid hanya bila manfaatnya lebih besar dari pada risikonya. Hati-hati pemakaian pirazinamid pada penderita dengan riwayat asam urat. Dianjurkan untuk penderita yang akan dibedah paru-parunya dan penderita yang sudah resisten terhadap obat pilihan pertama, pengobatan harus di rumah sakit.

INTERAKSI OBAT

Probenesid dapat menghambat pengeluaran pirazinamid melalui ginjal.

KEMASAN Pyrazinamide 500 mg, Dus, 10 strip @ 10 tablet.

Share this:

Posted in Anti Infeksi, Drug List, Medical Resources Leave a Comment

PARACETAMOL
Nov 8 Posted by dr.Rozi Abdullah Obat Generik : Paracetamol / Parasetamol Obat Bermerek : Alphamol, Biogesic, Bodrexin Demam, Contratemp, Cupanol, Dumin, Farmadol, Fasgo Forte, Fevrin, Grafadon, Ikacetamol, Itamol, Itamol Forte, Kamolas, Lanamol, Maganol, Moretic, Naprex, Nasamol, Nufadol, Pamol, Panadol Biru, Praxion, Progesic, Propyretic, Pyrex, Pyridol, Sanmol, Sanmol Tablet, Tempra, Turpan, Xepamol Penyakit Terkait : Sakit Kepala, Migrain, Demam KOMPOSISI

Paracetamol Tablet : Setiap tablet mengandung Parasetamol 500 mg. Paracetamol Sirup 125 mg/5 ml : Setiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung Parasetamol 125 mg.

Paracetamol Sirup 160 mg/5 ml : Setiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung Parasetamol 160 mg. Paracetamol Sirup Forte 250 mg/5 ml : Setiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung Parasetamol 250 mg.

FARMAKOLOGI Paracetamol atau acetaminophen adalah obat yang mempunyai efek mengurangi nyeri (analgesik) dan menurunkan demam (antipiretik). Parasetamol mengurangi nyeri dengan cara menghambat impuls/rangsang nyeri di perifer. Parasetamol menurunkan demam dengan cara menghambat pusat pengatur panas tubuh di hipotalamus. Paracetamol (parasetamol) sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti sakit kepala, nyeri otot, radang sendi, sakit gigi, flu dan demam. Parasetamol mempunyai efek mengurangi nyeri pada radang sendi (arthritis) tapi tidak mempunyai efek mengobati penyebab peradangan dan pembengkakan sendi. INDIKASI

Mengurangi nyeri pada kondisi : sakit kepala, nyeri otot, sakit gigi, nyeri pasca operasi minor, nyeri trauma ringan. Menurunkan demam yang disebabkan oleh berbagai penyakit. Pada kondisi demam, paracetamol hanya bersifat simtomatik yaitu meredakan keluhan demam (menurunkan suhu tubuh) dan tidak mengobati penyebab demam itu sendiri.

KONTRAINDIKASI

Parasetamol jangan diberikan kepada penderita hipersensitif/alergi terhadap Paracetamol. Penderita gangguan fungsi hati berat.

PERINGATAN DAN PERHATIAN


Bila setelah 2 hari demam tidak menurun atau setelah 5 hari nyeri tidak menghilang, segera hubungi Unit Pelayanan Kesehatan. Gunakan Parasetamol berdasarkan dosis yang dianjurkan oleh dokter. Penggunaan paracetamol melebihi dosis yang dianjurkan dapat menyebabkan efek samping yang serius dan overdosis. Hati-hati penggunaan parasetamol pada penderita penyakit hati/liver, penyakit ginjal dan alkoholisme. Penggunaan parasetamol pada penderita yang mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko kerusakan fungsi hati. Hati-hati penggunaan parasetamol pada penderita G6PD deficiency. Hati-hati penggunaan parasetamol pada wanita hamil dan ibu menyusui. Parasetamol bisa diberikan bila manfaatnya lebih besar dari pada risiko janin atau bayi. Parasetamol dapat dikeluarkan melalui ASI namun efek pada bayi belum diketahui pasti.

EFEK SAMPING

Mual, nyeri perut, dan kehilangan nafsu makan.

Penggunaan jangka panjang dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati. Reaksi hipersensitivitas/alergi seperti ruam, kemerahan kulit, bengkak di wajah (mata, bibir), sesak napas, dan syok.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI Paracetamol Tablet


Dewasa dan anak di atas 12 tahun : 1 tablet, 3 4 kali sehari. Anak-anak 6 12 tahun : 1, tablet 3 4 kali sehari.

Paracetamol Sirup 125 mg/5 ml


Anak usia 0 1 tahun : sendok takar (5 mL), 3 4 kali sehari. Anak usia 1 2 tahun : 1 sendok takar (5 mL), 3 4 kali sehari. Anak usia 2 6 tahun : 1 2 sendok takar (5 mL), 3 4 kali sehari. Anak usia 6 9 tahun : 2 3 sendok takar (5 mL), 3 4 kali sehari. Anak usia 9 12 tahun : 3 4 sendok takar (5 mL), 3 4 kali sehari.

KEMASAN

Paracetamol tablet 500 mg. Paracetamol sirup 125 mg/5 ml. Paracetamol sirup 160 mg/5 ml. Paracetamol sirup 250 mg/5 ml. Paracetamol suppositoria.

Share this:

Posted in Analgetik, Kortikosteroid & antihistamin, Drug List, Medical Resources Leave a Comment

OMEPRAZOLE
Nov 8 Posted by dr.Rozi Abdullah Obat Generik : Omeprazole Obat Bermerek :

Contral, Dudencer, Inhipump, Lokev, Loklor, Losec, Meisec, Norsec, Omevell, OMZ, Onic, Opm, Oprezol, Ozid, Prilos, Prohibit, Promezol, Protop, Pumpitor, Redusec, Regasec, Rocer, Socid, Stomacer, Ulzol, Zepral, Zollocid. KOMPOSISI Omeprazole 20 mg : Tiap kapsul mengandung Omeprazole 20 mg. Omeprazole 10 mg : Tiap kapsul mengandung Omeprazole 10 mg. FARMAKOLOGI Omeprazole bekerja menghambat sekresi asam lambung dengan cara berikatan pada pompa H+K+ATPase (pompa proton) dan mengaktifkannya sehingga terjadi pertukaran ion kalium dan ion hydrogen dalam lumen sel. Omeprazole berikatan pada enzim ini secara irreversibel, tetapi reseptor-H2 tidak dipengaruhi. Secara klinis, tidak terdapat efek farmakodinamik yang berarti selain efek obat ini terhadap sekresi asam. Pemberian melalui oral dari obat ini menghambat sekresi asam lambung dan stimulasi pentagastrik. CARA KERJA : Omeprazol menghambat sekresi asam lambung dengan cara berikatan pada pompa H + K + ATPase dan mengaktifkannya sehingga terjadi pertukaran ion kalium dan ion hydrogen dalam lumen sel. Omeprazole berikatan pada enzim ini secara irreversibel, tetapi reseptor-H2 tidak dipengaruhi. Secara klinis, tidak terdapat efek farmakodinamik yang berarti selain efek obat ini terhadap sekresi asam. Pemberian melalui oral dari obat ini menghambat basal dan sekresi asam yang distimulasi oleh pentagastrin.IndikasiOmeprazol diindikasikan untuk pengobatan jangka pendek tukak lambung, tukak duodenum dan refluks esofagitis; pengobatan sindroma Zollinger-Ellison. INDIKASI

Pengobatan jangka pendek tukak duodenal dan yang tidak responsif terhadap obatobat antagonis reseptor H2. Pengobatan jangka pendek tukak lambung. Pengobatan refluks esofagitis erosif / ulseratif yang telah didiagnosa melalui endoskopi. Pengobatan jangka lama pada sindroma Zollinger Ellison.

KONTRAINDIKASI Omeprazole sebaiknya tidak diberikan pada penderita hipersensitif terhadap omeprazole. DOSIS DAN ATURAN PAKAI Dosis yang dianjurkan 20 mg atau 40 mg, sekali sehari.

Penderita dengan gejala tukak duodenal : lama pengobatan memerlukan waktu 2 minggu, dan dapat diperpanjang sampai 2 minggu lagi.

Penderita dengan gejala tukak lambung atau refluks esofagitis erosif/ulseratif : lama pengobatan memerlukan waktu 4 mimggu, dan dapat diperpanjang sampai 4 minggu lagi. Penderita yang sukar disembuhkan dengan pengobatan lain, diperlukan 40 mg sekali sehari. Penderita sindroma Zollinger Ellison dosis awal 20-160 mg sekali sehari, dosis ini harus disesuaikan untuk masing-masing penderita. Untuk dosis lebih dari 80 mg sehari, dosis harus dibagi 2 kali sehari. Kapsul harus ditelan utuh dengan air (kapsul tidak dibuka, dikunyah, atau dihancurkan). Sebaiknya diminum sebelum makan.

DOSIS : Dewasa:

Tukak lambung dan tukak duodenum (termasuk yang komplikasi terapi AINS), 20 mg satu kali sehari selama 4 minggu pada tukak duodenum atau 8 minggu pada tukak lambung; pada kasus yang berat atau kambuh tingkatkan menjadi 40 mg sehari; Pemeliharaan untuk tukak duodenum yang kambuh, 20 mg sehari; pencegahan kambuh tukak duodenum, 10 mg sehari dan tingkatkan sampai 20 mg sehari bila gejala muncul kembali. Tukak lambung atau tukak duodenum karena AINS dan erosi gastroduodenum, 20 mg sehari selama 4 minggu, diikuti 4 minggu berikutnya bila tidak sepenuhnya sembuh; Profilaksis pada pasien dengan riwayat tukak lambung atau tukak duodenum, lesi gastroduodenum, atau gejala dispepsia karena AINS yang memerlukan pengobatan AINS yang berkesinambungan, 20 mg sehari. Tukak duodenum karena H. Pylori menggunakan regimen eradikasi. Sindrom Zollinger Ellison, dosis awal 60 mg sekali sehari; kisaran lazim 20-120 mg sehari (di atas 80 mg dalam 2 dosis terbagi). Pengurangan asam lambung selama anestesi umum (profilaksis aspirasi asam), 40 mg pada sore hari, satu hari sebelum operasi kemudian 40 mg 2-6 jam sebelum operasi. Penyakit refluks gastroesofagal, 20 mg sehari selama 4 minggu diikuti 4-8 minggu berikutnya jika tidak sepenuhnya sembuh; 40 mg sekali sehari telah diberikan selama 8 minggu pada penyakit refluks gastroesofagal yang tidak dapat disembuhkan dengan terapi lain; dosis pemeliharaan 20 mg sekalis sehari. Penyakit refluks asam (Penatalaksanaan jangka panjang), 10 mg sehari meningkat sampai 20 mg sehari jika gejala muncul kembali. Dispepsia karena asam lambung, 10-20 mg sehari selama 2-4 minggu sesuai respons. Esofagitis refluks yang menyebabkan kondisi tukak yang parah (obati selama 4-12 minggu) ANAK di atas 1 tahun, berat badan 10-20 kg, 10 mg sekali sehari, jika perlu ditingkatkan menjadi 20 mg sekali sehari; Berat badan di atas 20 kg, 20 mg sekali sehari jika perlu ditingkatkan menjadi 40 mg sehari; Pemberian harus diawali oleh dokter anak di rumah sakit.

ANAK:

Neonatus 700 mcg/kg bb satu kali sehari, ditingkatkan jika perlu setelah 7-14 hari menjadi 1,4 mg/kg bb, beberapa neonatus memerlukan hingga 2,8 mg/kg bb satu kali sehari;

Usia 1 bulan 2 tahun: 700 mcg/kg bb satu kali sehari, ditingkatkan jika perlu menjadi 3 mg/kg bb (maks. 20 mg) satu kali sehari; Berat badan 10-20 kg, 10 mg satu kali sehari ditingkatkan jika perlu menjadi 20 mg satu kali sehari (pada kasus refluks esofagitis ulseratif yang parah, maks. 12 minggu dengan dosis lebih tinggi); Berat badan > 20 kg, 20 mg satu kali sehari ditingkatkan jika perlu menjadi 40 mg satu kali sehari (pada kasus refluks esofagitis ulseratif, maks. 12 minggu dengan dosis lebih tinggi) Eradikasi H.pylori pada anak (dalam kombinasi dengan antibakteri: Usia 1-12 tahun, 1-2 mg/kg bb (maks. 40 mg) satu kali sehari; Usia 12-18 tahun: 40 mg satu kali sehari. Injeksi intravena diberikan selama 5 menit atau melalui infus intravena; profilaksis aspirasi asam, 40 mg harus telah diberikan seluruhnya, 1 jam sebelum operasi. Refluks gastroesofagal, tukak duodenum dan tukak lambung, 40 mg sekali sehari hingga pemberian oral dimungkinkan. ANAK. Injeksi intravena selama 5 menit atau dengan infus intravena: Usia 1 bulan 12 tahun: dosis awal 500 mikrogram/kg bb (maks. 20 mg) satu kali sehari, ditingkatkan menjadi 2 mg/kg bb (maks. 40 mg) jika diperlukan.; Usia 12-18 tahun, 40 mg satu kali sehari. Saran: Telan seluruh kapsul, larutkan tablet dalam air atau campur isi kapsul dengan sari buah atau yoghurt. Pemberian pada anak: Oral, sama dengan dewasa. Enteral: Buka kapsul omeprazol, larutkan omeprazol dalam sejumlah air secukupnya atau dalam 10 mL Natrium bikarbonat 8,4% (1mmol Na+/mL). Biarkan selama 10 menit sebelum diberikan). Infus intermiten intravena, encerkan larutan rekonstitusi pada kadar 400 mikrogram/mL dengan glukosa 5% atau natrium klorida 0,9%, berikan selama 20-30 menit.

EFEK SAMPING

Diare, mual, sakit kepala, sembelit dan perut kembung pernah dilaporkan tetapi jarang. Pada sejumlah pasien, ruam kulit mungkin terjadi. Efek samping yang terjadi biasanya ringan. Omeprazole umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Pada dosis besar dan penggunaan yang lama, kemungkinan dapat menstimulasi pertumbuhan sel ECL (enterochromaffin-likecells). Pada penggunaan jangka panjang perlu diperhatikan adanya pertumbuhan bakteri yang berlebihan di saluran pencernaan.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

Kemungkinan malignansi sebaiknya dihindarkan sebelum penggunaan Omeprazole pada pasien tukak lambung karena dapat menutupi gejala-gejalanya dan menghambat diagnosis. Belum ada pengalaman penggunaan Omeprazol untuk anak-anak. Obat ini sebaiknya tidak digunakan selama kehamilan dan menyusui kecuali memang dianggap penting.

INTERAKSI OBAT

Omeprazol menghambat metabolisme obat-obat yang dimetabolisme oleh sistem enzim sitokrom P450 hati dan memperpanjang waktu paruh diazepam, warfarin dan fenitoin. Pada wanita hamil, wanita menyusui dan anakanak sebaiknya dihindari bila penggunaannya dianggap tidak cukup penting.

KEMASAN

Omeprazole 20 mg, box, 3 strip x 10 kapsul. Omeprazole 10 mg.

Share this:

Posted in Drug List, Medical Resources Leave a Comment

OFLOXACIN
Nov 8 Posted by dr.Rozi Abdullah Obat Generik : Ofloxacin / Ofloksasin Obat Bermerek : Akilen, Danoflox, Efexin, Ethiflox, Flotavid, Floxika, Loxinter, Mefoxa, Nilavid, Nufafloqo, Ofloxacin OGB Dexa, Ostrid, Pharflox, Poncoquin, Qipro, Quinovid, Rilox, Tariflox, Tarivid, Zelavel, Zyflox KOMPOSISI

Tiap tablet salut selaput Ofloxacin 200 mg mengandung Ofloxacin 200 mg. Tiap tablet salut selaput Ofloxacin 400 mg mengandung Ofloxacin 400 mg.

FARMAKOLOGI Ofloxacin adalah senyawa antibiotik sintetik dari golongan kuinolon dan bersifat bakterisid. Ofloxacin aktif terhadap bakteri aerobik gram positif termasuk penghasil penisilinase dan bukan penghasil penisilinase, terhadap sebagian besar bakteri aerobik gram negatif termasuk Enterobakteria dan Pseudomonas aeruginosa, dan terhadap Stafilokokus yang resisten terhadap metisilin. Aktivitas antibakteri ofloxacin dengan jalan menghambat DNA girase,

suatu enzim essensial yang merupakan katalis penting dalam duplikasi dan transkripsi DNA bakteri. INDIKASI

Infeksi saluran kemih ringan sampai sedang dan prostatitis. Infeksi saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi kulit dan jaringan lunak yang disebabkan oleh bakteri aerobic gram negatif dan gram positif. Pengobatan akut urethritis nongonokokal dan gonore ringan dan servisitis yang disebabkan oleh klamidia.

KONTRAINDIKASI Ofloxacin jangan diberikan pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap ofloxacin atau zat antibakteri dari golongan kuinolon. DOSIS DAN ATURAN PAKAI

Dosis umum untuk dewasa : Ofloxacin 200 400 mg setiap 12 jam. Pengobatan infeksi saluran kemih tanpa atau dengan komplikasi : Ofloxacin 200 mg setiap 12 jam. Prostatitis : Ofloxacin 300 mg setiap 12 jam. Infeksi saluran pernapasan bagian bawah atau infeksi kulit dan jaringan lunak : Ofloxacin 400 mg setiap 12 jam. Pengobatan akut, urethral ringan dan/atau gonore servikal yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae : Ofloxacin 400 mg dalam dosis tunggal.

EFEK SAMPING

Gangguan saluran pencernaan, seperti mual, diare, muntah, mulut kering dan konstipasi. Gangguan sistem syaraf, seperti sakit kepala, insomnia dan pusing. Reaksi dermatologik dan sensitifitas, seperti ruam dan gatal. Efek pada saluran kemih dan kelamin, seperti eksternal genital pruritus, vaginitis, candidiasis.

PERINGATAN DAN PERHATIAN


Penderita yang mendapatkan pengobatan ofloxacin harus mengkonsumsi air secara cukup untuk mencegah pembentukan urin yang berkonsentrasi tinggi. Ofloxacin harus diberikan secara hati-hati pada penderita dengan gangguan hati dan ginjal. Terapi harus dihentikan jika terjadi fototoksisitas, seperti pembengkakan kulit. Ofloxacin harus diberikan secara hati-hati pada penderita dengan gangguan sistem syaraf pusat. Penderita disarankan untuk tidak memberikan ofloxacin bersama makanan. Penggunaan obat ini selama kehamilan hanya bila manfaatnya lebih besar dibanding resikonya terhadap janin.

Pada ibu menyusui, dokter harus memutuskan untuk tidak melanjutkan pemberian ASI atau tidak melanjutkan pengobatan tergantung pada manfaatnya terhadap ibu. Keamanan dan efektivitasnya pada anak dibawah 18 tahun belum diketahui dengan pasti.

INTERAKSI OBAT

Antasida yang mengandung magnesium, alumunium atau kalsium mungkin menurunkan absorpsi kuinolon oral, mengakibatkan penurunan konsentrasi obat dalam serum dan urin. Gangguan pada glukosa darah, termasuk hiperglikemia dan hipoglikemia, telah dilaporkan pada pasien yang mendapatkan pengobatan kuinolon bersamaan dengan zat antidiabetes ofloxacin menghambat aktivitas enzim sitokrom P450 yang berakibat memperpanjang waktu paruh beberapa obat yang dimetabolisme dengan sistem yang sama seperti siklosforin, teofilina. NSAID dengan ofloxacin dapat meningkatkan efek stimulasi central nervous system. Ofloxacin dapat meningkatkan efek antikoagulan oral warfarin atau derivatnya.

KEMASAN

Ofloxacin 200 mg, kotak 50. Ofloxacin 400 mg, kotak 50.

Share this:

Posted in Anti Infeksi, Drug List, Medical Resources Leave a Comment

NIFEDIPINE
Nov 8 Posted by dr.Rozi Abdullah Obat Generik : Nifedipine Obat Bermerek : Adalat Oros, Adalat, Adalat Retard, Calcianta, Carvas, Cordalat, Coronipin, Farmalat, Fedipin, Ficor, Nifecard, Nifedin, Nifedipine Hexpharm, Nifedipine Landson, Vasdalat, Vasdalat Retard, Xepalat. KOMPOSISI

Tiap tablet salut selaput Nifedipine mengandung nifedipine 10 mg. FARMAKOLOGI Nifedipine bekerja sebagai antagonis kalsium dengan menghambat arus ion kalsium masuk ke dalam otot jantung dari luar sel. Karena kontraksi otot polos tergantung pada ion kalsium ekstra seluler, maka dengan adanya antagonis kalsium dapat menimbulkan efek inotropik negatif. Demikian juga dengan Nodus Sino Atrial (SA) dan Atrio Ventrikuler (AV) akan menimbulkan kronotropik negatif dan perlambatan konduksi AV. INDIKASI Indikasi Nifedipine adalah untuk pengobatan dan pencegahan insufiensi koroner terutama angina pektoris, hipertensi kronik dan hipertensi urgensi. KONTRAINDIKASI

Nifedipine jangan diberikan kepada penderita yang hipersensitif terhadap nifedipin. Nifedipine jangan diberikan pada wanita hamil. Nifedipine jangan diberikan pada ibu menyusui karena nifedipine diekskresi ke dalam ASI. Bila nifedipine sangat diperlukan, dianjurkan untuk berhenti menyusui karena pengaruhnya terhadap bayi belum diketahui. Nifedipen jangan digunakan pada syok kardiovaskuler.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI


Dosis tunggal 5 10 mg. Dosis rata-rata 5 10 mg, 3 x sehari. Interval tiap dua dosis paling sedikit 2 jam. Tablet ditelan utuh dengan sedikit cairan. Bila diinginkan khasiat yang cepat, misalnya ketika terasa akan datang serangan, tablet dikunyah dan dibiarkan menyebar dalam mulut. Nifedipin akan diserap cepat oleh selaput lendir mulut.

EFEK SAMPING

Kadang-kadang mengakibatkan mual, sakit kepala, palpilasi, takikardia, lemah, edema, hipotensi, reaksi hipersensitif. Umumnya timbul pada awal pengobatan bersifat sedang dan sementara. Hiperplasia gingival timbul pada kasus-kasus isolasi selama terapi jangka panjang, yang hilang bila pengobatan dihentikan. Gangguan fungsi hati (intrahepalik cholestalis, kenaikan transaminase) jarang terjadi dan reversibel pada penghentian obat. Pada pria lanjut usia, pemberian jangka panjang dapat menyebabkan pembesaran kelenjar mammae (ginekomastia) yang hilang bila pengobatan dihentikan.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

Hati-hati bila diberikan bersama obat-obat golongan beta blocker dapat menimbulkan hipotensi berat, payah jantung dan infark miokard.

Agar selalu dilakukan pengecekan/kontrol terhadap tekanan darah. Penderita yang mendapat pengobatan dengan nifedipin harus dilakukan pemeriksaan secara teratur. Dapat mengganggu kemampuan mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin terutama pada awal pengobatan, pada kombinasi dengan alkohol atau bila diganti dengan obat lain. Hati-hati pada penderita dialisa dengan Malignant hypertension dan gagal ginjal irreversibel dengan hipovolemia, karena dapat terjadi penurunan tekanan darah akibat vasodilatasi. Dapat menimbulkan rasa sakit pada dada (gejala seperti angina pectoris) yang biasanya timbul pada 30 menit setelah pemberian nifedipin. Bila diberikan bersama dengan obat penghambat reseptor adrenergik penderita harus dimonitor secara hati-hati karena kemungkinan timbulnya hipotensi berat dan gagal jantung. Hati-hati bila diberikan pada penderita diabetes mellitus karena walaupun nifedipin bukan diaketogenik, tetapi pada kasus-kasus tertentu pernah dilaporkan kenaikan temporer glukosa darah (hiperglikemia).

INTERAKSI OBAT

Efek menurunkan tekanan darah dan nifedipin dapat ditingkatkan oleh obat-obat antihipertensi lain. Simetidin dapat meningkatkan elek atihipertensi dari nifedipin.

KEMASAN Nifedipin, tablet, Kotak 100.

Share this:

Posted in Drug List, Medical Resources, Obat Jantung, Saluran Cerna & Nafas Leave a Comment

METRONIDAZOLE
Nov 8 Posted by dr.Rozi Abdullah Obat Generik : Metronidazole Obat Bermerek :

Biatron, Corsagyl, Dimedazol, Dumozol, Farnat, Fladex, Flagyl, Fortagyl, Grafazol, Metrofusin, Metronidazole Fima, MetronidazoleFresenius, Metronidazole Ikapharmindo, Metronidazole OGB Dexa, Molazol, Nidazole, Promuba, Rindozol, Ronazol, Supplin, Tismazol, Trichodazol, Trogiar, Trogyl, Vadazol, Vagizol, Velazol KOMPOSISI

Metronidazole Tablet : Setiap tablet mengandung Metronidazole 250 mg. Metronidazole Forte Tablet : Setiap tablet mengandung Metronidazole 500 mg. Metronidazole Sirup 125 mg/5 ml : Setiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung Metronidazole 125 mg.

FARMAKOLOGI

Metronidazole adalah antibakteri dan antiprotozoa sintetik derivat nitroimidazoi yang mempunyai aktifitas bakterisid, amebisid dan trikomonosid. Dalam sel atau mikroorganisme metronidazole mengalami reduksi menjadi produk polar. Hasil reduksi ini mempunyai aksi antibakteri dengan jalan menghambat sintesa asam nukleat. Metronidazole efektif terhadap Trichomonas vaginalis, Entamoeba histolytica, Gierdia lamblia. Metronidazole bekerja efektif baik lokal maupun sistemik.

INDIKASI

Trikomoniasis, seperti vaginitis dan uretritis yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis. Amebiasis, seperti amebiasis intestinal dan amebiasis hepatic yang disebabkan oleh E. histolytica. Giardiasis. Balantidiasis. Blastocystis. Penyakit infeksi gigi. Gingivitis (peradangan gusi) ulseratif nekrotikans. Infeksi bakteri anaerob. Antibiotik profilaksis operasi. Infeksi Helicobacter pylori.

KONTRAINDIKASI

Metronidazole jangan diberikan kepada penderita hipersensitif/alergi terhadap Metronidazole atau derivat nitroimidazole lainnya. Metronidazole jangan diberikan pada kehamilan trimester pertama.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

Metronidazole tidak dianjurkan untuk penderita dengan gangguan pada susunan saraf pusat, diskrasia darah, kerusakan hati, ibu menyusui dan dalam masa kehamilan trimester II dan III. Pada terapi ulang atau pemakaian lebih dari 7 hari diperlukan pemeriksaan sel darah putih .

Pada penderita penyakit hati berat diperlukan pengukuran kadar obat dalam plasma.

EFEK SAMPING

Mual, sakit kepala, anoreksia, diare, nyeri perut ulu hati dan konstipasi. Sariawan dan glositis karena pertumbuhan kandida yang berlebihan di rongga mulut. Leukopenia dan trombositopenia yang bersifat sementara (transien). Reaksi hipersensitivitas/alergi. Peningkatan enzim fungsi hati, hepatitis kolestatik, dan jaundice (penyakit kuning) Efek samping yang berpotensi fatal : Reaksi anafilaksis.

INTERAKSI OBAT

Metronidazole menghambat metabolisme warfarin dan dosis antikoagulan kumarin lainnya harus dikurangi. Metronidazole meningkatkan risiko efek samping antikoagulan kumarin. Pemberian alkohol selama terapi dengan metronidazole dapat menimbulkan gejala seperti pada disulfiram yaitu mual, muntah, sakit perut dan sakit kepala. Dengan obat-obat yang menekan aktivitas enzim mikrosomal hati seperti simetidin, akan memperpanjang waktu paruh metronidazole.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI Trikomoniasis :


Pasangan seksual dan penderita dianjurkan menerima pengobatan yang sama dalam waktu bersamaan. Dewasa : Untuk pengobatan 1 hari, 2 g 1 kali atau 1 gram 2 kali sehari. Untuk pengobatan 7 hari, 250 mg 3 kali sehari selama 7 hari berturut-turut.

Amebiasis :

Dewasa : 750 mg 3 kali sehari selama 10 hari. Anak-anak : 35 50 mg/kg BB sehari dalam dosis terbagi 3 kalisehari, selama 10 hari.

Giardiasis:

Dewasa : 250 500 mg 3 kali sehari selama 5 7 hari atau 2 g 1 kali sehari selama 3 hari. Anak-anak: 5 mg/kg BB 3 kali sehari selama 5-7 hari.

KEMASAN

Metronidazole tablet 250 mg. Metronidazole forte tablet 500 mg. Metronidazole sirup 125 mg/5 ml.

Share this:

Posted in Anti Infeksi, Drug List, Medical Resources Leave a Comment

METOCLOPRAMIDE HCL
Nov 8 Posted by dr.Rozi Abdullah Nama Obat Generik : Metoclopramide HCl / Metoklopramida HCl Nama Obat Bermerek : Clopramel, Damaben, Emeran, Ethiferan, Gavistal, Lexapram, Mepramide, Metolon, Nilatika, Nofoklam, Normastin, Norvom, Obteran, Opram, Piralen, Plasil, Praminal, Primperan, Raclonid, Reguloop, Sotatic, Timovit, Tomit, Vertivom, Vilapon, Vomiles, Vomipram, Vomitrol. KOMPOSISI Tiap Tiap tablet mengandung Metoklopramida HCl 10 mg. FARMAKOLOGI

Cara kerja dari metoklopramida pada saluran pencernaan bagian atas mirip dengan obat kolinergik, tetapi tidak seperti obat koliergik, metoklopramida tidak dapat menstimulasi sekresi dari lambung, empedu atau pankreas, dan tidak dapat mempengaruhi konsentrasi gastrin serum. Cara kerja dari obat ini tidak jelas, kemungkinan bekerja pada jaringan yang peka terhadap asetilkolin. Efek dari metoklopramida pada motilitas usus tidak tergantung pada persarafan nervus vagus, tetapi dihambat oleh obat-obat antikolinergik. Metoklopramida dapat meningkatkan tonus dan amplitudo pada kontraksi lambung (terutama pada bagian antrum), merelaksasi sfingter pilorus dan bulbus duodenum, serta meningkatkan paristaltik dari duodenum dan jejunum sehingga dapat mempercepat pengosongan lambung dan usus. Mekanisme yang pasti dari sifat antiemetik/antimuntah metoklopramida tidak jelas, tapi mempengaruhi secara langsung CTZ (Chemoreceptor Trigger Zone) medula yaitu dengan menghambat reseptor dopamin pada CTZ. Metoklopramida meningkatkan ambang rangsang CTZ dan menurunkan sensitivitas saraf visceral yang membawa impuls saraf aferen dari gastrointestinal ke pusat muntah pada formatio reticularis lateralis.

INDIKASI

Untuk meringankan (mengurangi simptom diabetik gastroparesis akut dan yang kambuh kembali). Juga digunakan untuk menanggulangi mual, muntah metabolik karena obat sesudah operasi. Rasa terbakar yang berhubungan dengan refluks esofagitis. Tidak untuk mencegah motion sickness.

KONTRAINDIKASI

Penderita gastrointestinal hemorrhage, obstruksi mekanik atau perforasi. Penderita pheochromocytoma. Penderita yang sensitif atau alergi terhadap obat ini. Penderita epilepsi atau pasien yang menerima obat-obat yang dapat menyebabkan reaksi ekstrapiramidal.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI


Dewasa : sehari 3 kali 1 tablet (1 tablet = 10 mg) Anak-anak usia 5-14 tahun : sehari 3 kali tablet (1 tablet = 10 mg) Diberikan 30 menit sebelum makan dan waktu mau tidur.

EFEK SAMPING

Efek SSP: kegelisahan, kantuk, kelelahan dan kelemahan. Reaksi ekstrapiramidal: reaksi distonik akut. Gangguan endokrin: galaktore, amenore, ginekomastia, impoten sekunder, hiperprolaktinemia. Efek pada kardiovaskular: hipotensi, hipertensi supraventrikular, takikardia dan bradikardia. Efek pada gastrointestinal: mual dan gangguan perut terutama diare. Efek pada hati: hepatotoksisitas. Efek pada ginjal: sering buang air, inkontinensi. Efek pada hematologik: neutropenia, leukopenia, agranulositosis. Reaksi alergi: gatal-gatal, urtikaria dan bronkospasme khususnya penderita asma. Efek lain: gangguan penglihatan, porfiria, Neuroleptic Malignant Syndrome (NMS).

OVER DOSIS Gejala yang timbul: kegelisahan, disorientasi dan reaksi ekstrapiramidal. PERINGATAN DAN PERHATIAN

Metoklorpamida HCl sebaiknya tidak diberikan pada trimester pertama kehamilan karena belum terbukti keamanannya. Metoklorpramida tidak boleh diberikan bersama dengan obat golongan fenotiazina di mana akan timbul gejala ekstrapiramidal. Penderita yang hipersensitif terhadap prokain dan prokainamida kemungkinan juga hipersensitif terhadap Metoclopramide HCl.

Dosis Metoklopramida HCl harap dikurangi pada penderita dengan gangguan renal karena dapat meningkatkan gejala ekstrapiramidal. Hati-hati bila Metoklopramide diberikan pada orang lanjut usia dan anak kecil. Hati-hati pemakaian Metoklopramide pada ibu menyusui dan pasien yang membutuhkan kewaspadaan dalam menjalankan aktivitasnya seperti mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin.

INTERAKSI OBAT

Efek Metoclopramide HCl pada motilitas gastrointestinal diantagonis oleh obat-obat antikolinergik dan analgesik narkotik. Efek aditif dapat terjadi bila metoklopramida diberikan bersama dengan alkohol, hipnotik, sedatif, narkotika atau tranquilizer. Absorpsi obat tertentu pada lambung dapat dihambat oleh metoklopramida misalnya digoksin. Kecepatan absorpsi obat pada small bowel dapat meningkat dengan adanya metoklopramida misalnya: asetaminofen, tetrasiklin, levodopa, etanol dan siklosporin. Metoklopramida akan mempengaruhi pengosongan makanan dalam lambung ke dalam usus menjadi lebih lambat sehingga absorpsi makanan berkurang dan menimbulkan hipoglikemia pada pasien diabetes. Oleh karenanya perlu pengaturan dosis dan waktu pemberian insulin dengan tepat.

KEMASAN

Metoclopramide HCl 5 mg, Kotak, 10 strip x 10 tablet. Metoclopramide HCl 10 mg, Kotak, 10 strip x 10 tablet.

Share this:

Posted in Drug List, Medical Resources, Obat Jantung, Saluran Cerna & Nafas Leave a Comment

METHYLPREDNISOLONE
Nov 8 Posted by dr.Rozi Abdullah Nama Obat Generik : Methylprednisolone / Metilprednisolon Nama Obat Bermerek :

Advantan, Comedrol, Depo-Medrol, Flason, Hexilon, Intidrol, Lameson, Lexcomet, Medixon, Medrol, Meprilon, Meproson, Mesol, Methylon, Methylprednisolone Hexpharm, Methylprednisolone OGB Dexa, Metidrol, Metisol, Nichomedson, Phadilon, Prednicort, Prednox, Pretilon, Rhemafar, Sanexon, Solu-Medrol, Somerol, Sonicor, Stenirol, Tisolon, Tison, Toras, Tropidrol, Urbason, Yalone KOMPOSISI Methylprednisolone 4 mg : Tiap tablet mengandung Methylprednisolone 4 mg. Methylprednisolone 16 mg : Tiap tablet mengandung Methylprednisolone 16 mg. FARMAKOLOGI Methylprednisolone adalah suatu obat glukokortikoid alamiah (memiliki sifat menahan garam (salt retaining properties)), digunakan sebagai terapi pengganti pada defisiensi adrenokortikal. Analog sintetisnya terutama digunakan sebagai anti-inflamasi pada sistem organ yang mengalami gangguan. Glukokortikoid menimbulkan efek metabolisme yang besar dan bervariasi. Glukokortikoid merubah respon kekebalan tubuh terhadap berbagai rangsangan. INDIKASI

Kelainan endokrin : insufisiensi adrenokortikal (hydrocortisone atau cortisone merupakan pilihan pertama, kombinasi methylprednilosolone dengan mineralokortikoid dapat digunakan); adrenal hiperplasia kongenital; tiroid nonsupuratif; hiperkalemia yang berhubungan dengan penyakit kanker. Penyakit rheumatik : sebagai terapi tambahan dengan pemberian jangka pendek pada arthritis sporiatik, arthritis rheumatoid, ankylosing spondilitis, bursitis akut dan subakut, non spesifik tenosynovitis akut, gouty arthritis akut, osteoarthritis posttrauma, dan epikondilitis. Penyakit kolagen : systemik lupus eritematosus, karditis rheumatik akut, dan sistemik dermatomitosis (polymitosis). Penyakit kulit : pemphigus, bullous dermatitis herpetiformis, eritema multiforme yang berat (Stevens Johnson sindrom), eksfoliatif dermatitis, mikosis fungoides, psoriaris, dan dermatitis seboroik . Alergi : seasonal atau perenial rhinitis alergi, penyakit serum, asma bronkhial, reaksi hipersensitif terhadap obat, dermatitis kontak dan dermatitis atopik. Penyakit mata : corneal marginal alergi, herpes zooster opthalmikus, konjungtivitis alergi, keratitis, chorioretinitis, neuritis optik, iritis, dan iridosiklitis. Penyakit pernafasan : sarkoidosis simptomatik, pulmonary tuberkulosis pulminan atau diseminasi. Kelainan darah : idiopatik purpura trombositopenia, trombositopenia sekunder pada orang dewasa, anemia hemolitik, eritoblastopenia, hipolastik anemia kongenital. Penyakit kanker (Neoplastic disease) : untuk terapi paliatif pada leukemia dan lympoma pada orang dewasa, dan leukemia akut pada anak. Edema : menginduksi diuresis atau remisi proteinuria pada syndrom nefrotik. Gangguan saluran pencernaan : kolitis ulseratif dan regional enteritis. Sistem syaraf : eksaserbasi akut pada mulitipel sklerosis. Lain-lain : meningitis tuberkulosa.

KONTRAINDIKASI Methylprednisolone dikontraindikasikan pada infeksi jamur sistemik dan pasien yang hipersentitif terhadap komponen obat. DOSIS DAN ATURAN PAKAI

Dosis awal bervariasi antara 448 mg/hari tergantung pada jenis dan beratnya penyakit, serta respon penderita. Bila telah diperoleh efek terapi yang memuaskan, dosis harus diturunkan sampai dosis efektif minimal untuk pemeliharaan. Pada situasi klinik yang memerlukan methylprednisolone dosis tinggi termasuk multiple sklerosis : 160 mg/hari selama 1 minggu, dilanjutkan menjadi 64 mg/hari selama 1 bulan menunjukkan hasil yang efektif. Jika selama periode terapi yang dianggap wajar respon terapi yang diharapkan tidak tercapai, hentikan pengobatan dan ganti dengan terapi yang sesuai. Setelah pemberian obat dalam jangka lama, penghentian obat sebaiknya dilakukan secara bertahap. Pemberian obat secara ADT (Alternate-Day Therapy) : adalah rejimen dosis untuk 2 hari diberikan langsung dalam 1 dosis tunggal pada pagi hari (obat diberikan tiap 2 hari sekali). Tujuan dari terapi ini meningkatkan farmakologi pasien terhadap pemberian dosis pengobatan jangka lama untuk mengurangi efek-efek yang tidak diharapkan termasuk supresi adrenal pituitari, keadaan :Cushingoid, simptom penurunan kortikoid dan supresi pertumbuhan pada anak.

Pada penderita usia lanjut :

Pengobatan pada penderita usia lanjut, khususnya dengan jangka lama harus direncanakan terlebih dahulu, mengingat resiko yang besar dari efek samping kortikosteroid pada usia lanjut, khususnya osteoporosis, diabetes, hipertensi, rentan terhadap infeksi dan penipisan kulit.

Pada anak-anak :

Dosis umum pada anak-anak harus didasarkan pada respon klinis dan kebijaksanaan dari dokter klinis. Pengobatan harus dibatasi pada dosis minimum dengan periode yang pendek, jika memungkinkan, pengobatan harus diberikan dalam dosis tunggal secara ADT.

EFEK SAMPING Efek samping berikut adalah tipikal untuk semua kortikosteroid sistemik. Hal-hal yang tercantum di bawah ini tidaklah menunjukkan bahwa kejadian yang spesifik telah diteliti dengan menggunakan formula khusus.

Gangguan pada cairan dan elektrolit : Retensi sodium, retensi cairan, gagal jantung kongestif, kehilangan kalium pada pasien yang rentan, hipokalemia alkalosis, hipertensi. Jaringan otot : steroid miopati, lemah otot, osteoporosis, nekrosis aseptik, keretakan tulang belakang, keretakan pathologi. Saluran pencernaan : ulserasi peptik dengan kemungkinan perforasi dan perdarahan, pankretitis, ulserasi esofagitis, perforasi pada perut, perdarahan gastrik, kembung

perut. Peningkatan Alanin Transaminase (ALT, SGPT), Aspartat Transaminase (AST, SGOT), dan Alkaline Phosphatase telah diteliti pada pengobatan dengan kortikosteroid. Perubahan ini biasanya kecil, tidak berhubungan dengan gejala klinis lain, bersifat reversibel apabila pemberian obat dihentikan. Dermatologi : mengganggu penyembuhan luka, menipiskan kulit yang rentan, petechiae, ecchymosis, eritema pada wajah, banyak keringat. Metabolisme : Keseimbangan nitrogen yang negatif sehubungan dengan katabolisme protein. Urtikaria dan reaksi alergi lainnya, reaksi anafilaktik dan reaksi hipersensitif. dilaporkan pernah terjadi pada pemberian oral maupun parenteral. Neurologi : Peningkatan tekanan intrakranial, perubahan fisik, pseudotumor cerebri, dan epilepsi. Endokrin : Menstruasi yang tidak teratur, terjadinya keadaan cushingoid, supresi pada pitutary-adrenal axis, penurunan toleransi karbohidrat, timbulnya gejala diabetes mellitus laten, peningkatan kebutuhan insulin atau hypoglikemia oral, menyebabkan diabetes, menghambat pertumbuhan anak, tidak adanya respon adrenokortikoid sekunder dan pituitary, khususnya pada saat stress atau trauma, dan sakit karena operasi. Mata : Katarak posterior subkapsular, peningkatan tekanan intrakranial, glaukoma dan eksophtalmus. Sistem imun : Penutupan infeksi, infeksi laten menjadi aktif, infeksi oportunistik, reaksi hipersensitif termasuk anafilaksis, dapat menekan reaksi pada test kulit.

PERINGATAN DAN PERHATIAN


Pemberian obat dalam jangka lama dapat menyebabkan katarak subkapsular, glaukoma, dan sekunder infeksi okular yang berhubungan dengan jamur dan virus. Pemberian methylprednisolone dosis tinggi dapat menyebabkan penurunan tekanan darah, retensi garam dan air, peningkatan ekskresi kalium dan kalsium, serta menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi jamur, bakteri dan virus Penderita yang mendapat terapi methylprednisolone jangan diberi vaksinasi cacar. Vaksinasi lain hendaknya tidak diberikan terutama pada pasien yang mendapat terapi methylprednisolone dosis tinggi karena adanya kemungkinan bahaya dari komplikasi neurologik dan berkurangnya respon antibodi. Pemberian obat pada pasien tuberkulosa laten atau reaktivitas tuberkulin, harus disertai observasi lanjutan karena kemungkinan terjadi reaktivasi dari penyakit tersebut. Selama terapi jangka panjang, pasien harus diberi khemoprofilaksis. Pemberian pada wanita hamil dan menyusui harus mempertimbangkan besarnya manfaat dibandingkan resikonya. Penggunaan pada penderita sirosis dan hipotiroid dapat meningkatkan efek kortikosteroid.

INTERAKSI OBAT

Pemberian methylprednisolone bersama siklosporin meningkatkan efek penghambatan metabolisme dan terjadinya konvulsi pernah dilaporkan. Obat-obat yang menginduksi enzim hepatik seperti phenobarbital, phenytoin, rifampicin, rifabutin, Karbamazepin, Pirimidon, dan aminogluthetimid dapat meningkatkan klirens methylprednisolone sehingga untuk mendapatkan respon obat yang diharapkan diperlukan peningkatan dosis.

Trolendomycin dan ketokonazole menghambat metabolisme methylprednisolone, sekaligus menghambat klirensnya, akan tetapi pengukuran terhadap dosis harus dilakukan untuk menghindari toksisitas steroid. Methylprednisolone dapat meningkatkan klirens kronik aspirin dosis tinggi, sehingga menurunkan kadar serum salisat. Pemberian aspirin bersama kortikosteroid harus diawasi pada pasien hipoprothrombin. Efek methylprednisolone terhadap antikoagulan bervariasi, umumya dapat menurunkan efek dari antikoagulan. Pernah dilaporkan steroid berinteraksi dengan bloking agen neuromuskular seperti pankuronium dengan reversi parsial dari blok neuromuskular. Steroid dapat mengurangi efek antikolinesterase pada myasthenia gravis. Efek yang diharapkan dari senyawa hipoglikemik (termasuk insulin), anti hipertensi dan diuretik antagonis dengan kortikosteroid dan efek hipokalemia dari acetazolamide, loop diuretic, thiazide diuretic dan carbenoxolone menjadi meningkat.

KEMASAN

Methylprednisolone 4 mg, tablet, box, 5 strip x 10 tablet. Methylprednisolone 16 mg, tablet, box, 3 strip x 10 tablet.

Share this:

Posted in Analgetik, Kortikosteroid & antihistamin, Drug List, Medical Resources Leave a Comment

LOSARTAN
Nov 8 Posted by dr.Rozi Abdullah Obat Generik : Losartan Obat Bermerek : Acetensa, Angioten, Cozaar, Insaar, Kaftensar, Lifezar, Sartaxal. KOMPOSISI Losartan 50 mg : Setiap tablet mengandung Losartan 50 mg.

FARMAKOLOGI

Losartan adalah obat antihipertensi yang tergolong dalam Antagonis Reseptor Angiotensin II. Losartan dan metabolit aktifnya menghambat secara selektif penyempitan pembuluh darah dan efek sekresi aldosteron dari angiotensin II dengan cara menghambat ikatannya secara selektif di reseptor angiotensin I. Sehingga dengan demikian, Losartan akan menyebabkan terjadiya penurunan tekanan darah. Absorbsi Losartan berlangsung dengan cepat, dan makanan tidak mempengaruhi absorpsi Losartan sehingga Losartan dapat diberikan sebelum atau setelah makan.

INDIKASI Indikasi Losartan adalah untuk pengobatan hipertensi esensial ringan sampai berat, terutama bila pasien tidak dapat mentoleransi efek samping batuk atau penderita yang resisten terhadap antihipertensi golongan lain. Losartan juga dapat menurunkan risiko terjadinya stroke pada penderita dengan penyakit jantung. Pada penderita diabetes tipe 2, Losartan dapat menghambat kerusakan ginjal. KONTRAINDIKASI

Penderita yang hipersensitif terhadap Losartan, Anak-anak karena efektivitas dan keamanannya pada anak-anak belum diketahui, Ibu hamil dan menyusui

DOSIS DAN ATURAN PAKAI

Dosis awal biasanya 50 mg, sekali sehari. Apabila diperlukan, dosis dapat ditingkatkan hingga 100 mg per hari. Pada penderita yang kemungkinan volume cairan tubuh berkurang (misalnya pasien yang menggunakan diuretika) atau dengan gangguan fungsi hati, dosis awal yang diberikan adalah 25 mg. Bila pemberian Losartan secara tunggal belum menurunkan tekanan darah secara adekuat, maka dapat ditambahkan hydrochlorotiazide (HCT). Losartan dapat diberikan sebelum atau sesudah makan karena absorpsinya tidak dipengaruhi oleh makanan. Bila Losartan diberikan pada orang tua maupun pasien dengan gangguan fungsi ginjal, tidak perlu dilakukan penyesuaian dosis.

EFEK SAMPING

Sakit kepala, Pusing, Nyeri punggung, Pegal-pegal, Gangguan saluran napas, Kelelahan, Hipotensi (tekanan darah turun di bawah normal) pada dosis awal, Reaksi hipersensitivitas seperti ruam kulit dan angioedema, Gangguan saluran pencernaan, Peningkatan enzim fungsi hati yang bersifat sementara, Gangguan fungsi ginjal yang bersifat reversible apabila obat dihentikan,

Perubahan rasa, dan Hiperkalemia.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

Pada penderita dengan gangguan fungsi hati, dapat diberikan dosis losartan dengan dosis lebih rendah, karena kemungkinan peningkatan kadar losartan di dalam darah pada pasien dengan gangguan fungsi hati. Sebagai akibat penghambatan sistem RAAS dapat terjadi gangguan fungsi ginjal yang bersifat reversible apabila pengobatan dihentikan. Pada pasien dengan gangguan ginjal dengan atau tanpa diabetes, sering dijumpai gangguan keseimbangan elektrolit.

INTERAKSI OBAT

Losartan tidak berinteraksi dengan HCT, digoksin, warfarin, simetidin dan fenobarbital. Losartan bila dikombinasikan dengan HCT akan memberikan efek sinergis dalam menurunkan tekanan darah. Sama seperti golongan Antagonis Reseptor Angiotensin II lainnya, penggunaan diuretika hemat kalium (misalnya spironolakton, trianteren, amilorid), suplemen kalium atau bahan mengandung kalium dapat meningkatkan kadar kalium dalam darah.

KEMASAN Losartan tablet, 50 mg, dus, 3 strip x 10 tablet.

Share this:

Posted in Drug List, Medical Resources, Obat Jantung, Saluran Cerna & Nafas Leave a Comment

LORATADINE
Nov 8 Posted by dr.Rozi Abdullah Nama Obat Generik : Loratadine Nama Obat Bermerek :

Alernitis, Allohex, Alloris, Anlos, Clarihis, Claritin, Cronitin, Folerin, Hislorex, Histaritin, Imunex, Inclarin, Klinset, Lesidas, Logista, Lolergi, Loran, Lorapharm, Lorihis, Nosedin, Nufalora, Prohistin, Pylor, Rahistin, Rihest, Sohotin, Tinnic, Winatin. KOMPOSISI

Setiap tablet Loratadine mengandung Loratadine 10 mg. Setiap 5 ml sirup mengandung Loratadine 5 mg.

FARMAKOLOGI Loratadine adalah suatu antihistamin trisiklik yang bekerja lama dengan aktivitas antagonis selektif terhadap reseptor H1 (reseptor histamin 1) perifer tanpa efek sedasi sentral (efek mengantuk) atau efek antikolinergik. Loratadine adalah antihistamin yang mempunyai efek kerja panjang. Loratadine mempunyai afinitas lemah terhadap reseptor adrenergik alfa dan reseptor asetilkolin. INDIKASI

Mengurangi gejala-gejala yang berkaitan dengan rhinitis alergik, seperti bersin-bersin, pilek, dan rasa gatal pada hidung, rasa gatal dan terbakar pada mata. Juga mengurangi gejala-gejala dan tanda-tanda urtikaria kronik serta penyakit dermatologik alergi lain.

KONTRAINDIKASI Loratadine tidak boleh diberikan pada pasien yang menunjukkan hipersensitif terhadap komponen obat ini. DOSIS DAN CARA PEMBERIAN

Dosis Dewasa, usia lanjut, anak 12 tahun tahun atau lebih : 10 mg (1 tablet) sehari sekali. Anak-anak usia 2 12 tahun : BB > 30 kg, 10 mg sehari. BB 30 kg, 5 mg sehari. Khasiat dan keamanan penggunaan pada anak-anak usia dibawah 2 tahun belum terbukti.

PERINGATAN DAN PERHATIAN


Pasien dengan gangguan hati berat, loratadine harus diberikan dosis permulaan yang lebih rendah. Dianjurkan dosis awal 5 mg sehari atau 10 mg setiap 2 hari. Khasiat dan keamanan penggunaan loratadine pada anak-anak usia 2 tahun belum ditetapkan. Keamanan pemakaian loratadine selama kehamilan belum ditetapkan, hanya diberikan bila potensi manfaat lebih besar dari potensi risiko terhadap janin. Hati-hati bila loratadine diberikan pada wanita yang sedang menyusui, karena loratadine diekskresikan ke dalam air susu.

EFEK SAMPING

Loratadine tidak memperlihatkan efek mengantuk yang secara klinis bermakna pada pemberian dosis 10 mg perhari. Efek samping loratadine yang pernah dilaporkan : lelah, sakit kepala, somnolensi, mulut kering, gangguan pencernaan, nausea, gastritis dan alergi yang menyerupai ruam. Pernah dilaporkan terjadinya alopesia, anafilaksis, fungsi hati abnormal dan takiaritmia supraventrikuler walaupun jarang.

INTERAKSI OBAT

Bila diberikan bersama-sama dengan alkohol, loratadine tidak memiliki efek potensiasi seperti yang diukur dengan penelitian penampilan psikomotor. Pernah dilaporkan peningkatan kadar loratadine dalam plasma setelah pemakaian bersama-sama ketokonazole, eritromisin, atau simetidin pada penelitian, tetapi tidak ada perubahan klinis yang bermakna. Hati-hati pemakaian loratadine bersama obat-obat yang menghambat metabolisme hati. Pemberian antihistamin harus dihentikan 48 jam sebelum prosedur uji kulit, karena obat ini dapat mencegah atau mengurangi reaksi positif terhadap indikator reaktivitas dermal.

KEMASAN

Loratadine 10 mg, tablet, box, 5 strip @ 10 tablet. Loratadine sirup 5 mg/5 ml, box, 1 botol @ 60 ml.

Share this:

Posted in Analgetik, Kortikosteroid & antihistamin, Drug List, Medical Resources Leave a Comment

LINCOMYCIN
Nov 8 Posted by dr.Rozi Abdullah Obat Generik : Lincomycin / Linkomisin Obat Bermerek :

Biolincom, Ehtilin, LIncocin, Lincophar, Lincyn, Lintropsin, Nichomycin, Nolipo 500, Percocyn, Pritalinc, Tamcocin, Tismamisin, Zencocin, Zumalin KOMPOSISI

Lincomycin Kapsul 250 mg : Tiap kapsul Lincomycin mengandung Linkomisin hidroklorida 272,4 mg setara dengan linkomisin 250 mg. Lincomycin Kapsul 500 mg : Tiap kapsul Lincomycin mengandung Linkomisin hidroklorida 545 mg setara dengan linkomisin 500 mg.

FARMAKOLOGI Linkomisin dapat bekerja sebagai bakteriostatik maupun bakterisida tergantung konsentrasi obat pada tempat infeksi dan organisme penyebab infeksi. Linkomisin bekerja dengan cara menghambat sintesa protein organisme dengan mengikat subunit ribosom 50S yang mengakibatkan terhambatnya pembentukan ikatan peptida. INDIKASI Indikasi Lincomycin adalah untuk pengobatan infeksi serius yang disebabkan oleh Stafilokokus, Streptokokus, dan Pneumokokus. KONTRAINDIKASI

Lincomycin jangan diberikan kepada penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap Linkomisin. Tidak diindikasikan untuk pengobatan infeksi yang ringan atau infeksi yang disebabkan oleh virus. Pada penggunaan untuk infeksi berat digunakan linkomisin parenteral. Jangan digunakan pada bayi baru lahir.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI


Dewasa : 500 mg, setiap 6 8 jam. Anak-anak umur lebih dari 1 bulan : 30 60 mg/kgbb/hari dalam dosis terbagai 3 4. Untuk infeksi yang disebabkan oleh streptokokus beta haemolitikus, pengobatan paling sedikit 10 hari. Pasien dengan gangguan fungsi ginja, dosis 25-30% dari dosis penderita dengan fungsi ginjal normal. Agar dapat diabsorbsi optimal, dianjurkan untuk tidak makan kecuali minum air 1 jam sebelum dan 1 2 jam setelah minum obat ini.

EFEK SAMPING

Gangguan saluran pencernaan : mual, muntah, dan diare. Reaksi hipersensitif atau alergi, seperti rash, dan urtikaria. Rasa yang tidak umum seperti haus, letih, dan kehilangan bobot tubuh. Pseudomembran colitis. Gangguan darah : neutropenia, leukopenia, agranulositosis, dan trombositopenia.

PERINGATAN DAN PERHATIAN


Bila terjadi diare, pemakaian Lyncomycin harus dihentikan. Selama terapi Lyncomycin jangka panjang, sebaiknya dilakukan tes fungsi hati dan hitung sel darah secara periodik. Lyncomycin tidak diindikasikan untuk bayi baru lahir. Keamanan pemakaian pada wanita hamil dan menyusui belum diketahui.

KEMASAN

Lincomycin 250 mg, kapsul, kotak, 5 blister @ 12 kapsul. Lincomycin 500 mg, kapsul, kotak, 5 blister @ 12 kapsul.

You might also like