You are on page 1of 5

The 15

th
FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012


RENCANA REVITALISASI PENYELENGGARA
ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN KOTA
PEKANBARU
Arisma Havino Wantana
Program Diploma IV Transpotasi Darat
Sekolah Tinggi Transportasi Darat
Jl Raya Setu KM 3,5 Cibitung Bekasi
Telp: 081219114144
arismahavino@yahoo.com

Abstraction

Public Transport Plan for the operation of the Bulk Transmetro Pekanbaru Corridor 3 is expected
to lead to the social effects of regular public transport operators routes 301 and B11. One of the
immediate impact will be felt by regular public transport operators is the reduction of the income.
This is because public transport users would prefer Transmetro Pekanbaru because of the quality
of care offered much better. The purpose of this research is to find solutions for public transport
operators so as not to lose a regular source of income. The method used in this study is Investment
Feasibility Analysis and Requirements Total Fleet based demand is assumed that the government
will implement the concept of Buy the Service by regular public transport operators who will be
present and join a service provider to a consortium. From the analysis, the investment in the
Consortium is declared eligible, but from the analysis of the needs of the fleet there is a shortage
of 3 units bus fleet.
Keywords: Revitalization, Concepts Buy the Service, Consortium

Pendahuluan
Pemerintah Kota Pekanbaru dalam rangka menyelenggarakan Sistem Angkutan Umum
Massal pada saat ini telah mengoperasikan 2 Koridor dengan dilayani oleh 20 unit armada
yakni bantuan dari BSTP. Untuk rencana tahap berikutnya Pemerintah Kota Pekanbaru
akan mengoperasikan Koridor 3. Rencana pengoperasian Koridor 3 ini mengakibatkan
tumpang tindih trayek dengan angkutan umum reguler yakni Trayek 301 menggunakan
jenis kendaraan MPU dan Trayek Bus Kota B11 menggunakan jenis kendaraan Bus
sedang.

Beroperasinya Sistem Angkutan Umum Massal pada rute yang sama akan mengakibatkan
dampak sosial bagi angkutan umum reguler yang ada sebelumnya. Salah satu dampak yang
akan timbul yakni penurunan pendapatan bahkan hilangnya sumber pendapatan pengusaha
angkutan umum reguler. Untuk mengatasi hal ini maka perlu diadakan revitalisasi
penyelenggara angkutan umum yakni menggabungkan seluruh pengusaha angkutan umum
reguler menjadi suatu konsorsium penyedia jasa angkutan umum massal. Dengan
The 15
th
FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012


diterapkannya konsep Buy the Service oleh Pemerintah, maka Pemerintah akan membeli
perjalanan dari tiap bus per km berdasarkan perhitungan BOK.


Revitalisasi penyelenggara angkutan umum
Tujuan utama dari revitalisasi penyelenggara angkutan umum ini adalah meningkatkan
pelayanan angkutan umum yang ada saat ini dengan cara merubah sarana yang digunakan
dengan kapasitas angkut yang lebih besar. Untuk mengurangi dampak sosial akibat
beroperasinya Koridor 3 maka penyelenggara angkutan umum yang ada saat ini akan
digabungkan menjadi suatu Konsorsium penyedia jasa angkutan umum yang pelayanannya
akan dibeli oleh Pemerintah.

Asumsi dari bergabungnya penyelenggara angkutan umum ini adalah pemilik kendaraan
wajib menjual kendaraan umum yang dimiliki untuk kemudian menanamkan modalnya
pada Konsorsium. Gabungan dari modal yang terkumpul inilah yang akan digunakan
sebagai modal pengadaan bus Transmetro Pekanbaru. Dari hasil analisa, jenis kendaraan
yang akan digunakan pada Koridor 3 adalah bus sedang dengan kapasitas 35 orang duduk
dan berdiri. Harga kendaraan saat ini adalah Rp 500.000.000. Dengan asumsi nilai jual
kendaraan saat ini adalah Rp 15.000.000 untuk jenis kendaraan MPU dan Rp 50.000.000
untuk jenis kendaraan bus sedang, maka apabila pembelian dilakukan dengan sistem kredit
maka diperlukan 30% dari harga kendaraan sebagai uang muka.

Dari perhitungan di atas maka diperlukan biaya sebesar Rp 150.000.000 untuk 1 unit bus,
sehingga jumlah pemilik kendaraan umum yang akan bergabung untuk 1 unit bus adalah
10 kendaraan MPU atau 3 kendaraan jenis bus kota.

Perhitungan BOK
Perhitungan BOK digunakan sebagai dasar besarnya biaya yang harus dikeluarkan
Pemerintah guna membeli pelayanan angkutan umum dari Konsorsium. Berikut adalah
hasil dari perhitungan BOK:
Tabel 1. Perhitungan BOK
No KOMPONEN BIAYA BIAYA
1 Biaya bunga modal Rp 1.236
2 Penyusutan Rp 856
3 Biaya awak kendaraan Rp 1.127
4 Biaya BBM Rp 1.125
5 Biaya ban Rp 337
6 Service kecil Rp 83
7 Service besar Rp 67
8 Overhaul mesin Rp 213
9 Pemeliharaan dan reparasi Rp 77
10 STNK Rp 6
11 KIR Rp 1
12 Biaya asuransi kendaraan Rp 134
The 15
th
FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012


13 Biaya pegawai kantor/manajemen Rp 712
14 Biaya pengelolaan Rp 432
Jumlah biaya Rp 6.505
Dari tabel di atas dapat diketahui biaya pokok yang dibutuhkan untuk satu bus adalah Rp
6.505 per km. Maka sesuai SK dirjen No. 687 tahun 2002 akan ditambahkan 10% dari
biaya pokok sebagai keuntungan operator. Maka besarnya biaya yang diperlukan
Pemerintah guna membeli jasa angkutan adalah sebesar Rp 7.156 per km.

Analisa kelayakan investasi
Dengan diketahui besarnya biaya yang akan digunakan Pemerintah untuk membeli jasa
angkutan per km, maka dapat diketahui cash flow dari investasi pada Konsorsium penyedia
jasa angkutan umum massal. Yakni aliran dana yang masuk dan keluar selama 5 tahun
kendaraan beroperasi. Berikut adalah tabel cash flow Konsorsium penyedia jasa angkutan:
Tabel 2. Cash flow
Tahun ke 0 1 2 3 4 5
Investasi 150.000.000 Rp
Penyusutan 80.000.000 Rp 80.000.000 Rp 80.000.000 Rp 80.000.000 Rp 80.000.000 Rp
Bunga modal 115.500.000 Rp 115.500.000 Rp 115.500.000 Rp 115.500.000 Rp 115.500.000 Rp
Biaya awak kendaraan 114.627.984 Rp 114.627.984 Rp 114.627.984 Rp 114.627.984 Rp 114.627.984 Rp
Biaya BBM 105.120.000 Rp 105.120.000 Rp 105.120.000 Rp 105.120.000 Rp 105.120.000 Rp
Biaya ban 31.500.000 Rp 31.500.000 Rp 31.500.000 Rp 31.500.000 Rp 31.500.000 Rp
Service kecil 7.718.144 Rp 7.718.144 Rp 7.718.144 Rp 7.718.144 Rp 7.718.144 Rp
Service besar 6.297.854 Rp 6.297.854 Rp 6.297.854 Rp 6.297.854 Rp 6.297.854 Rp
Overhaul mesin 19.856.000 Rp 19.856.000 Rp 19.856.000 Rp 19.856.000 Rp 19.856.000 Rp
Pemeliharaan dan reparasi 7.207.678 Rp 7.207.678 Rp 7.207.678 Rp 7.207.678 Rp 7.207.678 Rp
STNK 600.000 Rp 600.000 Rp 600.000 Rp 600.000 Rp 600.000 Rp
KIR 100.000 Rp 100.000 Rp 100.000 Rp 100.000 Rp 100.000 Rp
Biaya asuransi kendaraan 12.500.000 Rp 12.500.000 Rp 12.500.000 Rp 12.500.000 Rp 12.500.000 Rp
Total biaya langsung 501.027.660 Rp 501.027.660 Rp 501.027.660 Rp 501.027.660 Rp 501.027.660 Rp
Biaya pegawai kantor / manajemen 66.503.600 Rp 66.503.600 Rp 66.503.600 Rp 66.503.600 Rp 66.503.600 Rp
Biaya pengelolaan 40.323.392 Rp 40.323.392 Rp 40.323.392 Rp 40.323.392 Rp 40.323.392 Rp
Total biaya tidak langsung 106.826.992 Rp 106.826.992 Rp 106.826.992 Rp 106.826.992 Rp 106.826.992 Rp
Total biaya 607.854.652 Rp 607.854.652 Rp 607.854.652 Rp 607.854.652 Rp 607.854.652 Rp
Pendapatan 668.640.120 Rp 668.640.120 Rp 668.640.120 Rp 668.640.120 Rp 668.640.120 Rp
Keuntungan 60.785.468 Rp 60.785.468 Rp 60.785.468 Rp 60.785.468 Rp 60.785.468 Rp
Nilai Residu 100.000.000 Rp
Cashflow (150.000.000) Rp 60.785.468 Rp 60.785.468 Rp 60.785.468 Rp 60.785.468 Rp 160.785.468 Rp


Dari tabel cash flow di atas, maka dapat dilihat nilai dari kelayakan investasi yakni
menggunakan metode NPV, BCR, IRR dan payback period. Hasil dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 3. Analisa kelayakan investasi
The 15
th
FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012


DI V V NV kCLk, DI NV kCLk,
6 8IAA kC1Ck 8LNLII1 kC1Ck DISCCUN1 kA1L = 6 8 DISCCUN1 kA1L = 8
0 1 130.000.000 8p 130.000.000 8p (130.000.000) 8p (130.000.000) 8p 1 (130.000.000) 8p
1 0,9434 607.834.632 8p 373.430.079 8p 668.640.120 8p 630.793.089 8p 60.783.468 8p 37.343.011 8p 0,9239 36.281.263 8p
2 0,8900 607.834.632 8p 340.990.640 8p 668.640.120 8p 393.089.707 8p 60.783.468 8p 34.099.067 8p 0,8373 32.111.382 8p
3 0,8396 607.834.632 8p 310.334.766 8p 668.640.120 8p 361.390.243 8p 60.783.468 8p 31.033.479 8p 0,7938 48.231.304 8p
4 0,7921 607.834.632 8p 481.481.670 8p 668.640.120 8p 329.629.839 8p 60.783.468 8p 48.148.169 8p 0,7330 44.677.319 8p
3 0,7473 607.834.632 8p 434.249.781 8p 768.640.120 8p 374.404.762 8p 160.783.468 8p 120.134.980 8p 0,6806 109.430.390 8p
1C1AL 3.189.273.260 8p 2.360.326.936 8p 3.443.200.600 8p 2.891.309.641 8p 233.927.340 8p 180.782.70S kp 160.7S2.060 kp
8LNLII1 8LkSIn 1AnUN 8IAA kC1Ck 8LNLII1 kC1Ck

Berdasarkan tabel di atas didapat nilai NPV sebesar Rp 180.782.705 kemudian nilai BCR
adalah 2,2 dan IRR sebesar 24% sedangkan waktu pengembalian adalah 2 tahun 9 bulan.
Dari hasil analisa tersebut, maka investasi dinyatakan layak.

Analisa kebutuhan jumlah armada berdasarkan permintaan
Besarnya permintaan yang ada pada Koridor 3 diasumsikan sama dengan permintaan
pelayanan angkutan umum yang ada saat ini yakni pada trayek yang berimpit. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4. Besarnya permintaan
NO TRAYEK RIT LF JML KENDARAAN FREK/HARI SEAT JML PERMINTAAN
1 301 14 20,9% 72 1008 9 3792,096
2 B11 12 40,9% 10 120 28 2748,48
6540,576 TOTAL PERMINTAAN

Jumlah permintaan dalam sehari adalah 6541 orang. Dari kapasitas kendaraan yang
disediakan dan memperhatikan jumlah rit yang akan dicapai oleh tiap kendaraan per hari
yakni 8 rit per kendaraan per hari, maka jumlah bus sedang yang dibutuhkan yakni
sebanyak 13 kendaraan. Jumlah armada yang terbentuk dari gabungan pemilik kendaraan
pada trayek 301 dan bus kota B11 adalah sebanyak 10 unit bus sedang. Dari keterangan
tersebut maka dapat diketahui terdapat kekurangan jumlah armada sebanyak 3 unit
kendaraan.

Kesimpulan
Rencana revitalisasi yang akan digunakan adalah mengganti kendaraan umum menjadi
kendaraan dengan kapasitas lebih besar. Maka diasumsikan untuk 1 unit bus adalah
gabungan dari 10 kendaraan jenis MPU dan 3 kendaraan jenis bus sedang. Besarnya biaya
yang harus dikeluarkan oleh Pemerintah guna membeli pelayanan angkutan umum adalah
Rp 7.156 per km. Investasi yang dilakukan operator pada konsorsium dinyatakan layak
dengan nilai NPV sebesar Rp 180.782.705 kemudian nilai BCR adalah 2,2 dan IRR
sebesar 24% sedangkan waktu pengembalian adalah 2 tahun 9 bulan. Jumlah armada yang
dibutuhkan adalah 13 kendaraan dari 10 kendaraan yang terbentuk dari gabungan operator
yang ada saat ini. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kekurangan sebanyak 3 unit
armada.

The 15
th
FSTPT International Symposium, STTD Bekasi, November 23-24, 2012


Daftar pustaka
Kadariah, 1978, Pengantar Evaluasi Proyek, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Jakarta

2012, Pedoman Praktek Kerja Lapangan Program Studi DIV Transportasi
Darat, Badan Pendidikan Dan Pelatihan Perhubungan, sekolah Tinggi
Transportasi Darat, Bekasi.
2009, Undang-undang nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta.
, 2002, Surat Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Darat Nomor
SK.687/AJ.206/DRJD/2002 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan
Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap Dan Teratur,
Departemen Perhubungan, Jakarta.

You might also like