You are on page 1of 29

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Secara umum kanker serviks diartikan sebagai suatu kondisi patologis, dimana terjadi pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol pada leher rahim yang dapat menyebabkan gangguan terhadap bentuk maupun fungsi dari jaringan leher rahim yang normal. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina. Kanker leher rahim biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Telah diidentifikasi sebanyak 20 tipe yang menjadi penyebab kanker serviks, tetapi paling banyak (70%) kanker serviks disebabkan tipe 16 dan 18. Penentuan tahapan klinis penting dalam memperkirakan penyebaran penyakit, membantu prognosis rencana tindakan, dan memberikan arti perbandingan dari metode terapi. Sering kali kanker serviks tidak menimbulkan gejala. Namun bila sudah berkembang menjadi kanker serviks, barulah muncul gejala-gejala seperti pendarahan serta keputihan pada vagina yang tidak normal, sakit saat buang air kecil dan rasa sakit saat berhubungan seksual

B. Tujuan 1. Mengidentifikasi definisi dari kca serviks 2. Mengidentifikasi tanda dan gejala ca serviks 3. Mengidentifikasi factor penyebab ca serviks 4. Mengidentifikasi factor resiko ca serviks 5. Mengidentifikasi patofisisologi ca serviks 6. Mengidentifikasi penatalaksanaan ca serviks 7. Megidentifikasi asuhan keperawatan pada klien dengan ca serviks

BAB II ISI

A. Definisi Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel di daerah skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina. Kanker leher rahim biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Sebanyak 90% dari kanker leher rahim berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke rahim. Kanker seviks uteri adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa. Sebelum terjadinya kanker, akan didahului oleh keadaan yang disebut lesi prakanker atau neoplasia intraepitel serviks (NIS). Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim / serviks yang abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan ke arah displasia atau mengarah pada keganasan. Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviksalis yang disebut squamocolumnar junction (SCJ). Kanker serviks merupakan sel-sel kanker yang menyerang bagian squamosa columnar junction (SCJ) serviks. Kanker serviks atau kanker mulut rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama. Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Kanker serviks merupakan kanker yang primer berasal dari serviks (kanalis serviksalis dan porsio). Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina.

B. Etiologi

Penyebab utama timbulnya kanker serviks adalah infeksi HPV resiko tinggi atau HPV onkogenik yaitu HPV yang mengandung protein yang menyebabkan terjadinya kanker (okoprotein). Telah diidentifikasi sebanyak 20 tipe yang menjadi penyebab kanker serviks, tetapi paling banyak (70%) kanker serviks disebabkan tipe 16 dan 18. Virus Human Papilloma (HPV) adalah kelompok virus yang terdiri dari 150 jenis virus yang dapat menginfeksi sel-sel pada kulit. Ada 30 hingga 40 jenis HPV menyebabkan kutil pada kelamin. Jenis lain menyebabkan kanker serviks. 13 jenis HPV (16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59 dan 69) yang mnyebabkan kanker disebutHPV resiko tinggi yang ditularkan melalui hubungan sex. Tipe yang paling berbahaya adalah jenis HPV 16 dan 18 yang menyebabkan 70% penyakit kanker serviks. Sedangkan HPV yang tidak menyebabkan kanker disebut HPV resiko tinggi ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual (kulit ke kulit) seperti vaginal, anal ataupun oral. Penularan HPV pada umumnya melalui hubungan seksual (90%) dan 10% penularan terjadi non hubungan seksual. Hubungan sex yang tidak aman, terutama pada usia muda, membuat infeksi HPV lebih memungkinkan. Selain itu, wanita yang memiliki banyak pasangan seks (tau yang berhubungan seks dengan laki-laki yang telah memiliki banyak mitra) memiliki kesempatan lebih besar untuk mendapatkan HPV. Banyak wanita mungkin memiliki HPV dari berbagai tipe, tapi sangat sedikit (2%) dari wanita ini akan menderita kanker serviks. System kekebalan tubuh berperan besar untuk melawan virus HPV, dan infeksi dapat hilang tanpa pengobatan. Tetapi ada beberapa wanita, infeksi virus tetap beralngsung dan dapat menyebabkan kanker serviks. HPV terutama ditemukan pada wanita usia muda. Kondom kurang membantu melindungi terhadap HPV sekalipun digunakan dengan benar. Tapi HPV masih dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain dengan cara kontak kulit ke kulit yang terinfeksi HPV dan daerah tubuh yang tidak tertutup oleh kondom.

C. Klasifikasi Penentuan tahapan klinis penting dalam memperkirakan penyebaran penyakit, membantu prognosis rencana tindakan, dan memberikan arti perbandingan dari metode terapi. Tahapan stadium klinis yang dipakai sekarang ialah pembagian yang ditentukan oleh The International

Federation Of Gynecologi And Obstetric (FIGO) tahun 1976. Pembagian ini didasarkan atas pemeriksaan klinik, radiologi, suktase endoserviks dan biopsi. Tahapan tahapan tersebut yaitu : a. Karsinoma pre invasif b. Karsinoma in-situ, karsinoma intraepitel c. Kasinoma invasive Tabel 2.1. Stadium kanker serviks menurut klasifikasi FIGO (Wiknyosastro (1997)

D. Manifestasi Klinik Gejala klinis kanker serviks Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan : 1. Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif. 2. Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%).

Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa : 1. ketidak teraturannya siklus haid, 2. amenorhea, 3. hipermenorhea, dan 4. penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid. 5. Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, seperti : 1. sekret dari vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. 2. Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan 3. nyeri makin progresif. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi pada klien kanker serviks. 1. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. 2. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter. 3. Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut. Pada pemeriksaan Pap Smear ditemukannya sel-sel abnormal di bagian bawah serviks yang dapat dideteksi melalui, atau yang baru-baru ini disosialisasikan yaitu dengan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat. Sering kali kanker serviks tidak menimbulkan gejala. Namun bila sudah berkembang menjadi kanker serviks, barulah muncul gejala-gejala seperti pendarahan serta keputihan pada vagina yang tidak normal, sakit saat buang air kecil dan rasa sakit saat berhubungan seksual (Wiknjosastro, 1997). Beberapa gejala yang bisa timbul pada penderita kanker serviks, antara lain : keputihan atau keluarnya cairan encer dan berbau busuk dari vagina, pendarahan, hematuria,

anemia, kelemahan pada ekstremitas bawah, timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah. Pada stadium lanjut, badan menjadi lebih kurus, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan rektum, bahkan bisa menyebabkan terbentuknya vesikovaginal atau rektovaginal, hingga timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh. Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut : 1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan 2. Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal 3. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan berbau busuk. 4. Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus urinarius 5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis. 6. Kelemahan pada ekstremitas bawah 7. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi infiltrasi kanker pada serabut saraf lumbosakral. 8. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rektum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

E. Faktor Risiko Sebagian besar (90%) penyebab kanker serviks adalah infeksi dari human papilomavirus (HPV). HPV adalah virus yang ditularkan melalui kontak alat kelamin, terutama dari kontak seks vaginal dan anal. Tetapi ada beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan meningkatkan resiko terkena kanker serviks selain infeksi virus HPV. factor resiko tersebut antara lain : 1. Ras

Pada ras Afrika-Amerika kejadian kanker leher rahim meningkat sebanyak 2 kali dari Amerika Hispanik. Sedangkan untuk ras Asia-Amerika memiliki angka kejadian yang sama dengan warga Amerika. Hal ini berkaitan dengan faktor sosio-ekonomi. 2. Faktor Seksual dan Reproduksi Hubungan seksual pertama kali sebelum usia 16 tahun berkaitan dengan peningkatan risiko kanker leher rahim 2 kali dibandingkan wanita yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun. Kanker leher rahim juga berkaitan dengan jumlah partner seksual. Semakin banyak partner seksual maka semakin meningkat risiko kanker leher rahim. Peningkatan paritas (jumlah kehamilan) juga merupakan faktor risiko kanker leher rahim. 3. Merokok Merokok merupakan penyebab penting terjadinya kanker leher rahim jenis karsinoma sel skuamosa. Faktor risiko meningkat 2 kali dengan risiko tertinggi didapatkan pada orang yang merokok dalam jangka waktu lama dengan intensitas yang tinggi (jumlah yang banyak). 4. Kontrasepsi Penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan risiko kanker leher rahim sebanyak 2 kali. Penggunaan metode kontrasepsi barrier (penghalang), terutama yang menggunakan kombinasi mekanik dan hormon memperlihatkan penurunan angka kejadian kanker leher rahim yang diperkirakan karena penurunan paparan terhadap agen penyebab infeksi. 5. Kondisi imunosupresi (penurunan kekebalan tubuh) Pada wanita imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh) seperti transplantasi ginjal dan HIV, dapat mengakselerasi (mempercepat) pertumbuhan sel kanker dari noninvasif menjadi invasif (tidak ganas menjadi ganas). 6. Infeksi HPV (Human Papilloma Virus) Penelitian epidemiologi memperlihatkan bahwa infeksi HPV terdeteksi

menggunakan penelitian molekular pada 99,7% wanita dengan karsinoma sel skuamosa karena infeksi HPV adalah penyebab mutasi neoplasma (perubahan sel normal menjadi sel ganas). Terdapat 138 strain HPV yang sudah diidentifikasi, 30 diantaranya dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Dari sekian tipe HPV yang menyerang anogenital

(dubur dan alat kelamin), ada 4 tipe HPV yang biasa menyebabkan masalah dimanusia seperti 2 subtipe HPV dengan risiko tinggi keganasan yaitu tipe 16 dan 18 yang ditemukan pada 70% kanker leher rahim serta HPV tipe 6 dan 11, yang menyebabkan 90% kasus genital warts (kutil kelamin).

F. Patofisisologi Karsinoma serviks timbul dibatasi antara epitel yang melapisi ektoserviks(portio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut skuamo kolumnar junction(SCJ). Pada wanita muda SCJ terletak diluar OUE, sedang pada wanita diatas 35tahun, didalam kanalis serviks.Tumor dapat tumbuh : 1. Eksofitik. Mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai massa proliferatif yangmengalami infeksi sekunder dan nekrosis. 2. Endofitik. Mulai dari SCJ tumbuh kedalam stroma serviks dan cenderunginfitratif membentuk ulkus3. Ulseratif. Mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan pelvis dengan melibatkan fornices vagina untuk menjadi ulkus yang luas. Serviksnormal secara alami mengalami metaplasi/erosi akibat saling desak kedua jenis epitel yang melapisinya. Dengan masuknya mutagen, portio yang erosif (metaplasia skuamos) yang semula faali berubah menjadi patologik (diplatik-diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadikarsinoma invasive. Sekali menjadi mikroinvasive, proses keganasan akan berjalan terus.

Kanker insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel- sel neoplastik terjadi pada seluruh lapisan epitel disebut displasia. Displasia merupakan neoplasia serviks intraepitel ( CNI). CNI terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu tingkat 1 ringan, tingkat II sedang, Tingkat III berat. Tidak ada gejala yang spesifik untuk kanker serviks hanya ditemukan pada tahap lanjut saja. CNI biasanya terjadi disambungan epitel skuamosa dengan epitel kolumnar dan mukosa endoserviks. Keadaan ini tidak dapat diketahui dengan cara pap smear untuk mendeteksi perubk. Sedang alatnya adalah biopsy kolposkop yang berfungsuahan, neoplastik hasil abnormal dilanjutkan biopsy untuk memperoleh jaringan untuk pemeriksaan sitologi. Alat biopsy adalah biopsy kolposkop yang fungsinya mengarahkan tindakan biopsy dengan mengambil sampel. Stadium dini CNI dapat diangkat seluruhnya dengan biopsi

kerucut atau dibersihkan dengan laser kanker atau bedah beku. Jika dilakukan histerektomi maka untuk klien yang tidak berencana untuk tidak mempunyai anak. Kanker invasive meluas sampai jaringan ikat, pembuluh limfe dan vena. Vagina ligamentum kardinale. Endometrium penanganan yang dapat dilaksanakan yaitu radioterapi atau histerektum radikal dengan mengangkat uterus atau ovarium jika terkena kanker, jika limfe aorta diperlukan kemoterapi ( Price, Sylvia A. 2006)

Lokasi kanker servik

Perbandingan serviks normal dan abnormal

Progresivitas kanker serviks

G. Penatalaksanaan 1. Pengangkatan non-pembedahan konservatif terhadap lesi precursor ; terapi beku (pembekuan dengan oksida nitrat) atau terapi laser juga efektif.

2. Konisasi untuk kasrsinoma in situ 3. Histerektomi sederhana jika terjadi kanker serviks preinvasif setelah melahirkan anak 4. Radiasi atau histerektomi radikal atau keduanya untuk kanker invasive

H. Evaluasi Diagnostik 1. Tes PAP abnormal dengan displapsia atau smear tipikal persisten, disertai dengan biopsy pengidentifikasi neoplastik intraepitel serviks (CIN) dari lesi intraepitel skuamosa tingkat tinggi. 2. Pentahapan klinis dari penyakit (system pentahapan Klasifikasi International atau klasifikasi TNM (Tumor, Nodus dan metastasis)

I. Pengobatan Kanker Servik Tiga jenis utama dari pengobatan untuk kanker servik adalah operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Stadium pra kanker hingga 1A biasanya diobati dengan histerektomi. Bila pasien masih ingin memiliki anak, metode LEEP atau cone biopsy dapat menjadi pilihan. Untuk stadium IB dan IIA kanker servik:

Bila ukuran tumor < 4cm: radikal histerektomi ataupun radioterapi dengan/tanpa kemo Bila ukuran tumor >4cm: radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi, ataupun kemo berbasis cisplatin dilanjutkan dengan histerektomi Kanker servik stadium lanjut (IIB-IVA) dapat diobati dengan radioterapi dan kemo

berbasis cisplatin. Pada stadium sangat lanjut (IVB), dokter dapat mempertimbangkan kemo dengan kombinasi obat, misalnya hycamtin dan cisplatin. Jika kesembuhan tidak dimungkinkan, tujuannya pengobatan adalah untuk mengangkat atau menghancurkan sebanyak mungkin sel-sel kanker. Kadang-kadang pengobatan ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala. Hal ini disebut perawatan paliatif. Faktor-faktor lain yang mungkin berdampak pada keputusan pengobatan Anda termasuk usia Anda, kesehatan Anda secara keseluruhan, dan preferensi Anda sendiri. Seringkali cukup bijak untuk mendapatkan pendapat kedua (second opinion) yang memberikan Anda perspektif lain dari penyakit Anda.

J. Pembedahan untuk Kanker Servik Ada beberapa jenis operasi untuk kanker servik. Beberapa melibatkan pengangkatan rahim (histerektomi), yang lainnya tidak. Jenis-jenis operasi yang paling umum untuk kanker servik: 1. Cryosurgery Sebuah probe metal yang didinginkan dengan nitrogen cair dimasukkan ke dalam vagina dan pada leher rahim. Ini membunuh sel-sel abnormal dengan cara membekukan mereka. Cryosurgery digunakan untuk mengobati kanker servik yang hanya ada di dalam leher rahim (stadium 0), tapi bukan kanker invasif yang telah menyebar ke luar leher rahim. 2. Bedah laser Sebuah sinar laser digunakan untuk membakar sel-sel atau menghapus sebagian kecil dari jaringan sel rahim untuk dipelajari. Pembedahan laser hanya digunakan sebagai pengobatan untuk kanker servik pra-invasif (stadium 0). 3. Konisasi Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan diangkat dari leher rahim. Hal ini dilakukan dengan menggunakan pisau bedah atau laser tau menggunakan kawat tipis yang dipanaskan oleh listrik (prosedur ini disebut LEEP atau LEETZ). Pendekatan ini dapat digunakan untuk menemukan atau mengobati kanker servik tahap awal (0 atau I). Hal ini jarang digunakan sebagai satu-satunya pengobatan kecuali untuk wanita dengan kanker servik stadium dini yang mungkin ingin memiliki anak. 4. Histerektomi Histerektomi sederhana: Rahim diangkat, tetapi tidak mencakup vagina, kelenjar getah bening maupun jaringan di dekatnya. Setelah operasi ini, seorang wanita tidak bisa menjadi hamil. Histerektomi digunakan untuk mengobati beberapa kanker servik stadium awal (I) ataupun stadium pra-kanker servik (0)- jika sel-sel kanker ditemukan pada batas tepi konisasi.

Histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul: pada operasi ini, dokter bedah akan mengangkat seluruh rahim, jaringan di dekatnya, bagian atas vagina yang

berbatasan dengan leher rahim, dan beberapa kelenjar getah bening yang berada di daerah panggul. Setelah operasi ini, seorang wanita tidak bisa menjadi hamil. Histerektomi radikal umum digunakan untuk kanker servik stadium I, dan lebih jarang juga digunakan pada beberapa kasus stadium II, terutama pada wanita muda.

Dampak seksual dari histerektomi: Setelah histerektomi, seorang wanita masih dapat merasakan kenikmatan seksual. Seorang wanita tidak memerlukan rahim untuk mencapai orgasme. 5. Trachelektomi Sebuah prosedur yang disebut trachelectomy radikal memungkinkan wanita muda tertentu dengan kanker stadium awal untuk dapat diobati dan masih dapat mempunyai anak. Metode ini melibatkan pengangkatan servik dan bagian atas vagina dan meletakkannya pada jahitan berbentuk seperti kantong yang bertindak sebagai pembukaan leher rahim di dalam rahim. Kelenjar getah bening di dekatnya juga diangkat. Setelah operasi ini, beberapa wanita dapat memiliki kehamilan jangka panjang dan melahirkan bayi yang sehat melalui operasi caesar. Dalam sebuah penelitian, tingkat kehamilan setelah 5 tahun lebih dari 50%, namun risiko keguguran lebih tinggi daripada wanita normal pada umumnya. Risiko kanker kambuh kembali sesudah pendekatan ini cukup rendah. 6. Ekstenterasi Panggul Selain mengambil semua organ dan jaringan yang disebutkan di atas, pada jenis operasi ini: kandung kemih, vagina, dubur, dan sebagian usus besar juga diangkat. Operasi ini

digunakan untuk jenis kanker servik kambuhan. Jika kandung kemih telah diangkat, perlu dibuat suatu lubang pembuangan urine di perut (disebut urostomi). Sepotong usus pendek dapat digunakan untuk membuat kandung kemih baru atau urin bisa mengalir ke kantong plastik kecil yang ditempatkan di bagian depan perut. Jika rektum dan sebagian usus besar diangkat, maka perlu dibuat lubang pembukaan di perut (disebut kolostomi) untuk membuang feses/kotoran. Jika vagina diangkat, sebuah vagina baru yang terbuat dari kulit atau jaringan lain dapat direkonstruksi. Diperlukan waktu lama, 6 bulan atau lebih, untuk pulih dari operasi ini. Beberapa bahkan memerlukan waktu 1-2 tahun untuk benar benar menyesuaikan diri. Namun wanita yang pernah menjalani operasi ini tetap dapat menjalani kehidupan bahagia dan produktif. Dengan latihan dan kesabaran, mereka juga dapat memiliki gairah seksual, kesenangan, dan orgasme 7. Radioterapi untuk Kanker Serviks Radioterapi adalah pengobatan dengan sinar berenergi tinggi (seperti sinar-X) untuk membunuh sel-sel kanker ataupun menyusutkan tumornya. Sebelum radioterapi dilakukan, biasanya Anda akan menjalani pemeriksaan darah untuk mengetahui apakah Anda menderita Anemia. Penderita kanker serviks yang mengalami perdarahan pada umumnya menderita Anemia. Untuk itu, transfusi darah mungkin diperlukan sebelum radioterapi dijalankan. Pada kanker serviks stadium awal, biasanya dokter akan memberikan radioterapi (external maupun internal). Kadang radioterapi juga diberikan sesudah pembedahan. Akhir-akhir ini, dokter seringkali melakukan kombinasi terapi (radioterapi dan kemoterapi) untuk mengobati kanker serviks yang berada antara stadium IB hingga IVA. Yaitu, antara lain bila ukuran tumornya lebih besar dari 4 cm atau bila kanker ditemukan telah menyebar ke jaringan lainnya (di luar serviks), misalnya ke kandung kemih atau usus besar. Radioterapi ada 2 jenis, yaitu radioterapi eksternal dan radioterapi internal. Radioterapi eksternal berarti sinar X diarahkan ke tubuh Anda (area panggul) melalui sebuah mesin besar. Sedangkan radioterapi internal berarti suatu bahan radioaktif ditanam ke dalam rahim/leher rahim Anda selama beberapa waktu untuk membunuh sel-

sel kankernya. Salah satu metode radioterapi internal yang sering digunakan adalah brachytherapy. 8. Brachytherapy untuk Kanker Serviks Brachytherapy telah digunakan untuk mengobati kanker serviks sejak awal abad ini. Pengobatan yang ini cukup sukses untuk mengatasi keganasan di organ kewanitaan. Baik radium dan cesium telah digunakan sebagai sumber radioaktif untuk memberikan radiasi internal. Sejak tahun 1960-an di Eropa dan Jepang, mulai diperkenalkan sistem HDR(high dose rate) brachytherapy. HDR brachytherapy diberikan hanya dalam hitungan menit. Untuk mencegah komplikasi potensial dari HDR brachytherapy, maka biasanya HDR brachytherapy diberikan dalam beberapa insersi. Untuk pasien kanker serviks, standar perawatannya adalah 5 insersi. Waktu dimana aplikator berada di saluran kewanitaan (vagina, leher rahim dan/atau rahim) untuk setiap insersi adalah sekitar 2,5 jam. Untuk pasien kanker endometrium yang menerima brachytherapy saja atau dalam kombinasi dengan radioterapi external, maka diperlukan total 2 insersi dengan masing-masing waktu sekitar 1 jam. Keuntungan HDR brachytherapy adalah antara lain: pasien cukup rawat jalan, ekonomis, dosis radiasi bisa disesuaikan, tidak ada kemungkinan bergesernya aplikator. Yang cukup memegang peranan penting bagi kesuksesan brachytherapy adalah pengalaman dokter yang menangani.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CA SERVIKS A. Pengkajian Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas 1) Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Pekerjaan Agama Suku Alamat Diagnosa medis

2) Penanggung jawab Nama Pekerjaan Alamat Hubungan dengan klien

b. Keluhan Utama Terdapat adanya nyeri pada daerah panggul, perut bawah dan menjalar ke tungkai,

nyeri yang dirasakan biasanya dalam skala sedang sampai nyeri berat. Rasa nyeri yang dirasakan biasanya terasa panas dan sakit durasi berlangsung lama c. Riwayat Penyakit Sekarang Menjelaskan tentang informasi sejak timbulnya keluhan sampai dirawat dirumah sakit d. Riwayat Penyakit Dahulu Yang biasanya perlu dikaji dalam riwayat penyakit dahulu adalah tentang riwayat kesehatan klien yang pernah dialami klien, baik penyakit yang berhubungan atau diluar diagnose penyakit. e. Riwayat obstetri 1) Riwayat menstruasi 2) Riwayat menikah 3) Riwayat kehamilan 4) Riwayat KB

f. Riwayat Penyakit Keluarga

Ditanyakan pada klien atau keluarganya, apakah ada keluarga klien yang mempunyai penyakit keturunan dan penyakit dengan riwayat yang sama g. Pengkajian Kebutuhan Dasar Manusia 1) Kebutuhan Aktivitas dan Latihan a) Kelemahan atau keletihan akibat anemia b) Perubahan terhadap kemandirian aktivitas, misalnya pada kebiasaan berjalan, mandi, toileting dll c) Pekerjaan atau profesi dengan penajaman karsinogen lingkungan dan tingkat stress yang tinggi 2) Kebutuhan Hygiene dan Integritas Kulit a) Risiko adanya lesi atau kerusakan kulit akibat kemoterapi b) Kulit terlihat merah dan kering (keriput) c) Keelastisan kulit disekitar perut berkurang 3) Kebutuhan Istirahat dan Tidur a) Perubahan pola istirahat dan tidur serta kebiasaan tidur pada malam hari

b) Factor- factor yang mempengaruhi perubahan tidur karena adanya nyeri, ansietas serta keringat malam. 4) Kebutuhan Nutrisi-Cairan 1) Penurunan berat badan 2) Mual dan muntah 3) Diet yang buruk (rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan pengawet rasa) 5) Kebutuhan Oksigenasi 1) Pemajanan abses 2) Adanya penurunan RR berhubungan dengan kondisi lemah serta anemia. 6) Kebutuhan Eliminasi a) Eliminasi urine 1) Adanya perdarahan, keputihan berwarna busuk 2) Keengganan untuk melakukan BAK karena nyeri yang dirasakan 3) Hematuria b) Eliminasi fekal 1) Mengalami perubahan defekasi karena adanya nyeri 2) Timbulnya diare 7) Kebutuhan Termoregulasi Dapat mengalami kenaikan suhu. 8) Kebutuhan Stress Koping Timbulnya ansietas sedang sampai berat 9) Penyuluhan atau pembelajaran\ 1) Memberikan penyuluhan terhadap riwayat kanker pada keluarga 2) Sisi primer : penyakit primer, riwayat pengobatan sebelumnya 3) Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, multigravida pasangan seks multiple, dan aktivitas seksual dini. 10) Kebutuhan Rekreasi-Spiritual Kebutuhan rekreasi dan spiritual meningkat, doa serta keimanan meningkat untuk berserah diri terhadap penyakit yang dideritanya. 11) Kebutuhan seksualitas 1) Perubahan pola respon seksual

2) Keputihan dengan karakteristik jumlah lebih banyak, berbau 3) Pendarahan sehabis senggama.

12) Kebutuhan informasi dan komunikasi Ketidaknyamanan dengan system pendukung 13) Kebutuhan konsep diri Adanya factor stress, menolak dengan apa yang dialaminya, menunda mencari pengobatan, menyangkal diagnose, masalah tentang lesi cacat, perasaan putus asa.

h. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum a) Penampilan luar : klien tampak lemah, lesu serta pucat b) Berat badan c) Tinggi badan 2) Kesadaran Tgl / Jam Kesadaran Membuka Respon mata motorik Respon Total Verbal GCS : berat badan turun :

3) Vital Sign Tanggal/ jam TD Terjadi penurunan tekanan darah 4) Kepala a) Bentuk kepala b) Warna rambut Sedikit kemerahan c) Adanya lesi akibat dari kemoterapi HR Terjadi penurunan RR Terjadi penuru nan Suhu (0C) Terjadi peningkatan suhu tubuh

d) Bentuk rambut Rambut biasanya rontok bahkan tidak ada 5) Mata a) Simetris atau tidak antara kanan dan kiri b) Warna kelopak mata c) Konjungtiva d) Reaksi pupil e) Pergerakan bola mata f) Sclera 6) Hidung a) Kesimetrisan lubang hidung b) Kebersihan lubang hidung c) Adanya cuping hidung atau tidak 7) Mulut a) Kesimetrisan bibir bawah dan atas b) Mukosa bibir kering c) Lidah d) Kebersihan mulut 8) Telinga a) Kebersihan telinga b) Pendengaran 9) Leher a) Kelenjar thyroid b) Adanya kaku kuduk atau tidak c) Pergerakan leher 10) Paru-paru a) Inspeksi: Frekuensi nafas menurun, i rama, tidak ada penggunaan otot bantu, gerakan dada simetris atau tidak b) Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema c) Perkusi: bunyi paru-paru d) Auskultasi: adanya bunyi tambahan atau tidak

11) Payudara a) Inspeksi Kesimetrisan bentuk Warna kulit pada payudara Putting

b) Palpasi Adanya benjolan atau tidak Kekenyalan payudara Adanya nyeri atau tidak

12) Jantung a) Inspeksi: iktus kordis tampak atau tidak b) Palpasi: adanya nyeri tekan atau tidak c) Perkusi d) Auskultasi: adanya bunyi tambahan 13) Abdomen 1) Inspeksi : kesimetrisan bentuk abdomen, warna kulit, adanya lesi, edema 2) Auskultasi : adanya bunyi bising usus bormal- abnormal 3) Palpasi : adanya nyeri tekan karena timbul iritasi kandung kencing terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh. 4) Perkusi : adanya bunyi timpani 14) Genitalia a) Kebersihan genetalia Genetalia biasanya mengalami defisit kebersihan karena sering keluar keputihan kekuningan- hijau karena leukopnia, perdarahan. b) Bentuk dari genetalia Bentuk genetalia terkadang mengalami perubahan karena adanya metastase 15) Ekstremitas a) Ekstremitas atas Simetris atau tidak Terjadi kelemahan dalam pergerakan

Kekuatan otot menurun Adanya edema Akral dingin

b) Ekstremitas bawah Simetris atau tidak Pergerakan dari ekstremitas melemah Kekuatan otot menurun Akral dingin Adanya edema.

B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul 1. Ansietas yang berhubungan dengan diagnosisi kanker, takut rasa nyeri kehilangan feminitas, dan perubahan bentuk tubuh 2. Gangguan harga diri yang berhubungan dengan perubahan dengan perubahan seksualitas , fertilitas, serta hubungan dengan pasangan dan keluarga 3. Perubahan eliminasi urinalis yang berhubungan dengan trauma mekanis, adanya edema jaringan local, hematoma dan ganggguan sensori motorik 4. Nyeri yang berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya

C. Intervensi No 1 Data Ds : Do : klien tampak pucat Klien cemas Takut tegang etiologi diagnosisi mengatakan rasa kanker, masalah takut Ansietas

nyeri

kehilangan

feminitas, dan perubahan bentuk tubuh

Ds : klien mengungkapkan adanya

perubahan perubahan

dengan Gangguan harga diri seksualitas ,

fertilitas, serta hubungan pasangan dan

perubahan dengan

gaya hidup tentang keluarga tubuh , perasaan

tidak berdaya Do : 3 Ds : Do : sensasi trauma mekanis, adanya Perubahan edema jaringan local, urinalis eliminasi

hematoma dan ganggguan kandung sensori motorik

kemih penuh frekuensi sedikit

untuk berkemih aliran distensi kemih 4 Ds : klien pembedahan dan terapi nyeri berlebih kandung

menyeringai tambahan lainnya

merasakan nyeri Do : klien tampak pucat gelisah distraksi/ perilaku

berhati- hati

Diagnosa Ansietas

Tujuan yang Setealh di lakukannya

intervensi tinjau ulang pengalamn klien atau orang terdekat sebelumnya kanker. ( dengan bantu

berhubungan dengan tindakan keperawatan di diagnosisi takut rasa kanker, dapat hasil : rentang

nyeri menunjukkan

kehilangan feminitas, yang tepat dari perasaan dan perubahan bentuk dan berkurangnya rasa tubuh takut

identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep

berdasarkan pengalaman pada kanker) berikan dukungan emosi untuk klien atau orang terdekat selama tes fase

diagnostikndan pengobatan kolaborasi -

rujuk orang terdekat pada program pendukung kelompok

rujuk

pada

konseling bila di

profesioanal indikasikan Gangguan harga diri Setelah di lakukannya yang dengan dengan berhubungan tindakan keperawatan di perubahan dapatkan hasil : perubahan Klien mengungkapakan tentang tubuh, -

motivasi diskusi tentang masalah efek kanker atau pengobatan pada peran sebagai ibu rumahtangga , orang tua dan

seksualitas , fertilitas, pemahaman serta hubungan perubahan

sebagainya ( membantu menurunkan masalah

dengan pasangan dan penerimaan diri dalam

keluarga

situasi yang sedang di alami

yang

mempengaruhi pengobatan merangsang

penerimaan atau

kemajuan penyakit akui kesulitan klien yang mungkin bereikan di alami, informasi

bahwa konseling sering perlu dan pentimg dalam proses memvalidasi ibu , untuk adaptasi( perasaan tindakan

apapun untuk mengatasi apa yang terjadi dorong klien untuk

mengungkapaknnpikiran dan perasaan Perubahan urinalis eliminasi Setelah di lakukannya yang tindakan keperawatan perhatikan pola kemih dan kemih pertahankan kateter tak potensi menetap, drainase awasi keluaran

berhubungan dengan klien dapat : eliminasi trauma adanya jaringan hematoma ganggguan motorik mekanis, kelmabali lancar edema local, dan sensori

pertahankan

selang bebas lipatan. ( meningkatakna draainase bebas urin, menurunkan rissiko statis urin retensi dan infeksi)

berikan informasi akurat konsistensi prognosis mengenai

palpasai kandung kemih, sedikit keluhan merasa ketidaknyamanan dalam berkemih

berikan

tindakan

berkemih, posisi normal, aliran air pada baskom penyiraman air hangat pada perineum berikan perawatan

kebersihan perineum dan perawatan kateter Nyeri yang Setelah di lakukannya kaji karakteristik urin tentukan riwayat nyeri misalnya : lokasi nyeri, frekuensi, intensistas berikan tindakan durasi, dan

berhubungan dengan tindakan keperawatan di pembedahan terapi lainnya dan dapatkan hasiln : nyeri

tambahan berkurang atau control dengan minimal pengaruh

kenyamanan dasar dan aktivitas hiburan ajarkan teknik distraksi dan nafas dalam observasi petunjuk nyeri dan ekspresi wajah dan pebingkatan pernafasan

beri analgetik dan anti spasmodic yang sesuai untuk mengurangi nyeri

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel di daerah skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina. Penyebab utama timbulnya kanker serviks adalah infeksi HPV resiko tinggi atau HPV onkogenik yaitu HPV yang mengandung protein yang menyebabkan terjadinya kanker. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu pengangkatan non-pembedahan konservatif terhadap lesi precursor ; terapi beku (pembekuan dengan oksida nitrat) atau terapi laser juga efektif.

B. Saran Bagi perawat sebaiknya mengetahui tanda dan gejala terjadinya kanker serviks dan penangannannya dengan tepat, agar dapat memberikan tindakan keperawatan dengan tepat kepada klien dan supaya klien juga merasa puas dengan asuhan keperawatan yang di berikan oleh perawat

DAFTAR PUSTAKA Mitayani. 2009. Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta : Salemba Medika Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2. Jakarta : EGC Sylvia A Price, Lorraine M Wilson. 2003.Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6 volume 1. Jakarta : EGC Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

You might also like