You are on page 1of 11

BUDAYA KERJA APARATUR NEGARA

A. KONSEP DASAR BUDAYA KERJA APARATUR NEGARA 1. Pengertian Budaya Kerja Aparatur Negara

Budaya kerja menurut Keputusan Menpan no 25 /Kep /M.Pan /4 / 2002 tentang Pedoman Pengembangan Budaya Kerja Aparatur Negara adalah sikap dan perilaku individu dari kelompok aparatur Negara yang didasari atas nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan menjadi sifat serta kebiasaan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan sehari-hari. Triguno ( 1997:3 ) mengenai budaya kerja organisasi, yaitu: budaya yang menunjukkan perilaku pengelolaan administrasi pemerintahan yang menghasilkan pengembangan, proses produksi barang dan jasa pelayanan yang berkualitas dalam arti optimal, ekonomis, bermanfaat dan memuaskan.

Kep Menpan no 25 /Kep /M.Pan /4 / 2002 ini merupakan pedoman dan mekanisme dalam melaksanakan dan memantau Pengembangan Budaya Kerja Aparatur Negara pada lingkungan instansi/lembaga masing-masing, untuk menumbuhkan dan meningkatkan semangat/etos kerja, disiplin dan tanggung jawab moral aparaturnya secara terus menerus dan konsisten, sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Budaya kerja sebenarnya telah ada pada diri manusia, namun untuk mengelolanya digunakan teknik teknik manajemen industry yang ditetapkan di lingkungan aparatur pemerintah, dimana dalam lingkungan industry budaya kerja dapat disamakan dengan pengendalian mutu terpadu. Dalam penyusunan program budaya kerja harus diperhatikan hal hal sebagai berikut :
a. Komitmen pimpinan, karena budaya kerja bersifat top down, peran pimpinan

sebagai pelopor dan pendorong semangat bagi bawhan sangat penting.

b. Identifikasi lingkungan kerja, terutama hal hal yang berpengaruh kepada produktivitas kerja misalnya :
PP yang menyangkut prosedur dan tata kerja, Kepemimpinan, perilaku, keteladanan, ketrampilan, Gejala sosial yang mencakup kelompok kerja, pergaulan perilaku dan

motivasi kerja,
Situasi perkembangan sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi. c. Sasaran yang akan dicapai sesuai kemampuan yang dimiliki, baik sasaran

jangka pendek maupun jangka panjang.


d. Prioritas perhatian, yang diberikan kepada kegiatan terkait Pelayanan kepada

masyarakat.
e. Strategi, yang disusun sesuai hasil pengamatan lingkungan kerja dan

kemampuan yang dimiliki. Unsur dasar budaya kerja adalah mata rantai proses, dimana setiap kegiatan berkaitan dengan proses lain, dan suatu haisl pekerjaan merupakan masukan bagi proses pekerjaan lain. Kekuatan rantai proses secara terpadu tersebut tergantung kepada rangkaian terlemah pada proses individual.

2. Sejarah Budaya Kerja Aparatur Negara

Di era demokratisasi ini dan dalam rangka persiapan memasuki era globalisasi serta perdagangan bebas nanti, masyarakat sangat mendambakan perubahan yang mendasar dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini tentu saja memerlukan perubahan budaya kerja aparatur yang mencakup perubahan pola piker (mindset), nilai-nilai (values), perilaku maupun cara kerja (kultur birokrasi) terutama dalam pemberian pelayanan kepeda masyarakat.

Sejalan denga hal itu, menteri pendayagunaan Aparatur Negara telah menerbitkan keputusan nomor 25/kep/M.PAN/4/2002 tentang pedoman pengembangan Budaya Kerja Aparatur Negara untuk menjadi acua dan pedoman bagi instansi pemerintah, baik pusat maupun di daerah, dalam melakukan perubahan pola pikir, sikap dan perilaku aparaturdalam melaksanakan tugas dan fungsi sehari-hari. Pedoman ini berisi nilai-nilai budaya kerja aparatur yang perlu diterapkan dalam rangka membangun budaya kerja aparatur Negara. Mengingat sejak ditetapkannya SK men.PAN Nomor 25/KEP/M.PAN/4/2002 tersebut belum pernah dilakukan evakuasi, maka untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan pengembangan Budaya Kerja Aparatur Negara dilingkungan instansi pemerintah sebagaimana ditetapkan dalam SK Men. PAN tersebut, perlu dilakuakan evaluasi terhadap pelaksanaa pengembangan budaya kerja secara terus menerus. Oleh karena itu, dibutuhkan pedoman untuk digunakan sebagai alat dalam melaksanakan evaluasi pengembangan budaya kerja aparatur Negara yang dimaksud.

B. NILAI-NILAI DASAR BUDAYA KERJA APARATUR NEGARA 1. Komitmen dan Konsisten (Terhadap visi, misi, dan tujuan organisasi) 2. Wewenang dan Tanggung Jawab(yang jelas, tegas dan seimbang) 3. Keikhlasan dan Kejujuran (yang menumbuhkan kepercayaan masyakarat dan

kewibawaan pemerintah)
4. Integritas dan Profesionalisme (yang konsisten dalam kata dan perbuatan serta ahli

dalam bidangnya)
5. Kreativitas dan Kepekaan (yang dinamis mendorong kearah efisiensi dan efektivitas) 6. Kepemimpinan dan Keteladanan (yang mampu mendayagunakan kemampuan potensi

bawahan secara optimal)

7. Kebersamaan dan Dinamika Kelompok (yang mendorong agar cara kerjanya tidak

bersifat individual dan pusat kekuasaan tidak pada satu tangan)


8. Ketepatan dan Kecepatan (adanya kepastian waktu, kuantitas, kualitas, dan financial

yang dibutuhkan)
9. Rasionalitas dan Kecerdasan Emosi (Keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan

emosional)
10. Keteguhan dan Ketegasan (yang tidak mudah terpengaruh oleh pihak yang merugikan

diri dan negaranya)


11. Disiplin dan Keteraturan Kerja (yang mengacu kepada standar operasional prosedur) 12. Keberanian dan Kearifan (yang dihasilkan dari adanya pendelegasian wewenang) 13. Dedikasi dan Loyalitas (terhadap tugas yang bersumber pada visi,misi dan tujuan

organisasi)
14. Semangat dan Motivasi (yang didorong oleh keinginan memperbaiki keadaan secara

perorangan maupun organisasi)


15. Ketekunan dan Kesabaran (yang didasarkan kepada tanggung jawab terhadap tugas

yang diamanahkan)
16. Keadilan dan Keterbukaan (sesuai dengan keinginan masyarakat) 17. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (sesuai dengan perkembangan zaman

yang semakin maju)

C. IMPLEMENTASI BUDAYA KERJA APARATUR NEGARA 1. Penerapan Budaya Kerja

Pada penerapan program budaya kerja ada beberapa hal yang harus disadari dan diketahui antara lain:

a. Budaya Kerja Aparatur Pemerintah

Yaitu pengelolaan administrasi pemerintah yang mencakup pengembangan, perencanaan, produksi, dan pelayanan suatu produk yang berkualitas yang berarti optimal, ekonomis, dan bermanfaat.
b. Musuh Budaya Kerja

Penghalang yang paling besar dalam pelaksanaan budaya kerja adalah diri kita sendiri yang tidak menghendaki adanya perubahan karena telah terbiasa dengan sistem dan budaya kerja yang ada.
c. Peroses Pengelolaan

Pelayanan yang dihasilkan oleh aparatur pemerintah, pada dasarnya melalui peroses-peroses. Peroses tersebut ada yang panjang dan ada yang pendek atau singkat. Dan melibatkan orang banyak atau pun sedikit. Keberhasilan dan peroses ini bergantung pada kwalitas kelompok kerja yang disusun untuk melaksanakan program budaya kerja itu sendiri dalam hal ini perlu adanya metode-metode untuk mengarahkan kelompokpersonil (pekerja) agar mampu bekerja lebih efisien dalam menghasilkan produk layanan yang berkwalitas. Menurut Budi Paramita, budaya kerja dapat dibagi sebagai berkut:
a) Sikap terhadap pekerjaan,

Yakni kesukaran akan kerja dibandingkan dengan kegiatan lain, seperti bersantai atau semata-mata memperoleh kepuasan dari kesibukan pekerjaannya sendiri atau merasa terpaksa melakukan sesuatu hanya untuk kelangsungan hidupnya.
b) Perilaku pada waktu bekerja,

Seperti rajin, bertanggung jawab, teliti, cermat, hati-hati, kemauan yang kuat untuk mempelajari tugas dan kewajibannya, suka membantu sesame kariawan atau sebaliknya.

2. Langkah-Langkah Pengembangan Budaya Kerja

Pada prinsipnya pengembangan budaya kerja merupakan proses yang panjang dan tidak mudah, harus dilakukan secara terus menerus, dengan strategi yang tepat dan konsisten. Secara sederhana untuk mengembangkan budaya kerja, perlu ditempuh 3 (tiga) tahapan besar, yaitu:
a. Perumusan Nilai-nilai

Hal pertama yang harus dilakukan adalah merumuskan nilai-nilai yang harus diingat dalam merumuskan nilai-nilai organisasi, adalah bahwa nilai-nilai harus didasarkan pada praktik yang dikenal dan dapat dilaksanakan setiap pegawai di lingkungan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah. Nilai-nilai tersebut harus berakar pada apa yang sesungguhnya berlaku dalam organisasi dari hari ke hari untuk menjadi lebih baik. Sumber nilai dapat diambil dari nilai-nilai yang terkandung dalam:
Ajaran agama Falsafah negara; dan Kebiasaan yang berkembang baik dalam masyarakat/adat. b. Implementasi

Setelah nilai-nilai beserta cara pengukurannya selesai didefinisikan, tahap selanjutnya adalah mendeklarasikan nilai-nilai dan membangun komitmen untuk menerapkan budaya kerja serta dilanjutkan dengan menyosialisasikan dan menginternalisasikan. Secara umum tujuan pendeklarasian ini adalah untuk membangun komitmen. Oleh karena itu deklarasi harus dilakukan oleh Pimpinan tertinggi Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang dihadiri oleh jajaran pimpinan lainnya serta seluruh pegawai. Tahap selanjutnya adalah proses sosialisasi, yaitu proses mengomunikasikan apa yang telah disepakati, hal ini dimaksudkan untuk membangun penerimaan dan keterlibatan seluruh pegawai.

c. Monitoring dan Evaluasi

Pada dasarnya aktivitas monitoring dan evaluasi untuk melihat seberapa besar kemajuan dari proses pengembangan budaya kerja. Dalam rangka mempercepat pencapaian hasil dan mempertahankan motivasi pegawai untuk membangun budaya kerja, selain menggunakan scorecard dapat dikembangkan proses monitoring dan evaluasi secara kreatif. Contoh proses monitoring dan evaluasi adalah mengadakan kompetisi antar kelompok untuk topik nilai tertentu. Contoh pembahasan dan penerapan nilai disiplin, yaitu :
Salah satu penerapannya adalah tepat waktu kehadiran. Kelompok-

kelompok akan berkompetisi selama 3 (tiga) bulan. Pada akhir bulan ketiga, diadakan semacam pertemuan yang biasa disebut sebagai Gelar Budaya Kerja/Konvensi.
Pada pertemuan tersebut setiap kelompok memaparkan tingkat ketepatan

waktu kehadiran anggota kelompoknya. Penting juga dijelaskan apa yang ditempuh oleh masing-masing kelompok untuk mencapai tingkat ketepatan waktu tersebut.
Kelompok dengan tingkat ketepatan waktu yang paling tinggi akan

menjadi pemenang. Hal penting yang menjadi pembelajaran dari penanaman nilai-nilai ini adalah apa yang dikerjakan oleh kelompok pemenang tadi untuk sampai pada tingkat ketepatan waktu seperti itu. Monitoring dan evaluasi dapat menggunakan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/01/M.PAN/01/2007 Tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Budaya Kerja Pada Instansi Pemerintah. Dalam pedoman tersebut dapat dievaluasi nilai-nilai budaya kerja untuk penguatan pelaksanaan Pengembangan Budaya Kerja di lingkungan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, yang meliputi:
Penerapan nilai-nilai dasar budaya kerja dalam kepemimpinan dan

manajemen.

Penerapan nilai-nilai dasar budaya kerja dalam pola pikir dan cara kerja. Penerapan nilai-nilai dasar budaya kerja dalam perilaku kerja.

3. Manfaat Pengembangan Budaya Kerja

Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang. Manfaat dari penerapan Budaya Kerja yang baik :
a. Meningkatkan jiwa gotong royong, b. Meningkatkan kebersamaan, c. Saling terbuka satu sama lain, d. Meningkatkan jiwa kekeluargaan, e. Meningkatkan rasa kekeluargaan, f.

Membangun komunikasi yang lebih baik,

g. Meningkatkan produktivitas kerja , h. Tanggap dengan perkembangan dunia luar, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.deptan.go.id/biro_ok/inilaidasarbudayakerja.php https://www.google.co.id/search?

q=langkahlangkah+pengembangan+budaya+kerja&ie=utf-8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a&channel=fflb
http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-budaya-kerja-dan-tujuan-manfaat-

penerapannya-pada-lingkungan-sekitar

Catatan : Maaf Pak tugasnya saya ketik, saran dari Bapak karna tulisan saya sulit untuk dibaca.. Tugas Individu

ETIKA ADMINISTRASI NEGARA


Budaya Kerja Aparatur Negara

Oleh :

Novita Sari 106514031 Administrasi Negara

ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2012

You might also like