You are on page 1of 12

MENENTUKAN AREA MASALAH KESEHATAN

Sebagai pendekatan awal untuk mengetahui area masalah yaitu dengan menganalisis laporan tahunan Puskesmas mengenai data-data penyakit yang ada di desa Tanjung Pasir. Dari data data tersebut didapatkan: 1. Pada TB paru Case Detection Rate menggambarkan cakupan penemuan pasien baru BTA positif pada wilayah tersebut. Rumus: Jumlah pasien baruTB BTA positif yang dilaporkan x100% Perkiraan jumlah (insidens) pasien baru TB BTA Positif Perkiraan jumlah pasien baru TB BTA positif diperoleh dari perhitungan insidens kasus TB paru BTA(+) dikali jumlah penduduk. Target CDR dalam Program Nasional TB minimal 70% Konversi : TB paru BTA(+) terjadi perubahan menjadi BTA (-) intensif minimal 80% Kesembuhan(cure rate) : TB paru(+) yang tercatat (+) yang tercatat menjadi sembuh minimal 85% 2. Pada kasus demam berdarah dengue di dapatkan, ABJ (Angka Bebas Jentik) masih di bawah indikator program sebesar 95%. IR pada tahun 2012 lebih besar dari indikator program yaitu 5 per 100.000 penduduk. Sedangkan CFR nya masih lebih besar dari indikatornya sebesar 1%. 3. Dari data diare pada balita. Di Indonesia penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, dimana insidens diare pada tahun 2000 yaitu sebesar 301 per 1000 penduduk, secara proporsional 55 % dari kejadian diare terjadi pada golongan balita dengan episode diare balita sebesar 1,0 1,5 kali per tahun. Hasil Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2002 mendapatkan prevalensi diare balita di perkotaan sebesar 3,3 % dan di pedesaan sebesar 3,2 %, dengan angka kematian diare balita sebesar 23/ 100.000 penduduk pada laki-laki dan 24/100.000 penduduk pada perempuan, dari data tersebut kita dapat mengukur berapa kerugian yang ditimbulkan apabila pencegahan diare tidak dilakukan dengan semaksimal mungkin dengan mengantisipasi faktor risiko apa yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita. Jumlah kasus KLB Diare pada tahun 2010 sebanyak 2.580 dengan kematian sebesar 77 kasus (CFR 2.98%).

4. Kasus gizi buruk pada balita Data UNICEF tahun 1999 menunjukan, 10 -12 juta (50 69, 7 %) anak balita di Indonesia (4 juta diantaranya dibawah satu tahun) bersatus gizi sangat buruk dan mengakibatkan kematian, malnutrisi berkelanjutan meningkatkan angka kematian anak. Setiap tahun diperkirakan 7 % anak balita Indonesia (sekitar 300. 000 jiwa) meninggal ini berarti setiap 2 menit terjadi kematian satu anak balita dan 170. 000 anak (60 %) diantaranya akibat gizi buruk. Dari seluruh anak usia 4 -24 bulan yang berjumlah 4, 9 juta di Indonesia, sekitar seperempat sekarang berada dalam kondisi kurang gizi (Wahyuni, 2001, dalam Herwin. B. 2004). Kemudian informasi tersebut dibandingkan dengan laporan dokter puskesmas dan bidan desa setempat. Setelah mengamati, mewawancarai, dan melakukan observasi masingmasing keluarga binaan terdapat berbagai macam permasalahan pada keluarga binaan tersebut, yaitu:

Peneliti I (Fajrin), mendapatkan beberapa masalah dalam keluarga binaan, sebagai berikut: 1. Ketersediaan jamban di rumah tidak ada. 2. Riwayat batuk lama pada ayah. 3. Anak ke 2 mengalami gizi buruk. 4. Riwayat demam berdarah pada anggota keluarga. 5. Ketersediaan tempat pembuangan sampah yang tidak ada. 6. Riwayat persalinan anak pertama dan kedua didukun. 7. Banyaknya kaleng kaleng bekas yang menumpuk di belakang rumah.

Peneliti II (Firli), mendapatkan beberapa masalah dalam keluarga binaan, sebagai berikut: 1. Pola makan anak tidak teratur. 2. Perilaku membuang sampah sembarangan. 3. Anggota keluarga pernah ada yang terkena DBD kurang lebuh satu tahun yang lalu. 4. Jamban dikeluarga tidak baik. 5. Di setiap sudut kamar terdapat pakaian yang menumpuk. 6. Persalinan anak ke 1 hingga k 3 ditolong oleh dukun. 7. Ada salah satu anggota keluarga yang sedang dalam pengobatan paru 6 bulan.

Peneliti III (Rani), mendapatkan beberapa masalah dalam keluarga binaan, sebagai berikut:

1. Beberapa anggota keluarga pernah menderita DBD. 2. Membuang sampah rumah tangga di pinggiran kali. 3. Keluarga menggunakan wc umum. 4. Ibu melahirkan kedua anaknya dibantu dukun. 5. Salah satu anggota keluarga menderita TB. 6. Kedua anak menderita gizi buruk saat usia 5 tahun. 7. Banyaknya tanaman yang diletakkan di pot namun tidak terawat. Peneliti IV (Sartika), mendapatkan beberapa masalah dalam keluarga binaan, sebagai berikut: 1. Salah satu anggota keluarga (ayah) sudah menyelesaikan pengobatan paru selama 6 bulan sekitar satu tahun yang lalu. 2. Salah satu anggota keluarga pernah sakit DBD dua tahun yang lalu. 3. Gizi buruk pada balita. 4. Kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya. 5. Kehamilan anak pertama dan kedua ditolong oleh dukun. 6. Tidak terdapat jamban keluarga. 7. Banyaknya barang barang yang sudah tidak terpakai di dalam rumah.

Dari observasi yang telah dilakukan ke beberapa rumah keluarga binaan di Desa Tanjung Pasir, didapatkan berbagai area permasalahan pada keluarga-keluarga binaan tersebut, diantaranya adalah: 1. TB paru pada dewasa 2. DBD 3. Gizi buruk pada balita 4. Perilaku membuang sampah yang tidak baik 5. Perilaku pencarian pengobatan ke dukun atau alternatif 6. Pengetahuan mengenai pencegahan DBD 7. Ketersediaan jamban keluarga

Dalam pengambilan sebuah masalah, kelompok kami menggunakan metode Delphi. Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat oleh suatu kelompok, dimana anggotanya terdiri dari para ahli atas masalah yang akan diputuskan. Proses penetapan Metode Delphi dimulai dengan identifikasi masalah yang akan dicari penyelesaiannya (Harold dkk, 1975 : 40-55).

Dari berbagai permasalahan yang telah disebutkan di atas, kami memutuskan untuk memilih masalah dengan judul Perilaku Pertolongan Persalinan dengan Dukun Beranak dengan alasan : a) b) c) Biaya persalinan di dukun lebih murah dibandingkan dengan tenaga kesehatan. Jauhnya sarana kesehatan dari rumah tinggal. Kepercayaan masyarakat bahwa dukun lebih berpengalaman dalam menolong persalinan secara turun menurun. d) Dukun tidak hanya menolong pertolongan persalinan sampai masa nifas serta ,membantu dalam perawatan bayi. e) Tidak tersedianya sarana transportasi yamg memadai. Dari sekian area permasalahan yang ada pada keluarga-keluarga binaan, kami memutuskan untuk mengangkat permasalahan tentang perilaku pertolongan persalinan dengan dukun beranak dengan data empiris dimana persalinan ditolong oleh dukun beranak merupakan salah satu factor penyebab terjadinya perdarahan pasca persalinan. Hal tersebut berhubungan dengan masih tingginya angka kematian ibu pasca persalinan di desa tanjung pasir. Dari hasil survey dan wawancara langsung ke keluarga binaan, didapatkan adanya kejadian perdarahan pasca persalinan di anggota keluarga akibat perilaku anggota keluarga yang persalinannya masih ditolong oleh dukun beranak.

KERANGKA TEORI

Predisposing factors Pengetahuan Sikap Kepercayaan Keyakinan Sosial Ekonomi

PERILAKU

Renforcing factors Petugas Kesehatan Teori perilaku Lawrence Green

Enabling factors Sarana dan prasarana

KERANGKA KONSEP

Predisposing factors Pengetahuan Sikap

CUCI TANGAN SETELAH BAB


Renforcing factors Petugas Kesehatan Enabling factors Sarana dan prasarana

Definisi Operasional NO 1 Variabel Pengetahuan tentang cuci tangan setelah BAB Definisi Wawasan mengenai segala masalah yang berhubungan dengan cuci tangan, meliputi cara, perawatan dan penyakit akibat tidak mencuci tangan setelah BAB 2 Sikap terhadap Reaksi cuci tangan responden terhadap permasalahan cuci tangan setalah BAB 3 Sarana dan Prasarana Semua peralatan dan perlengkapan yang digunakan langsung dan yang menunjang untuk mencuci tangan setelah BAB 4 Petugas Kesehatan Peran dari petugas Kuesioner Wawancara Kurang:<6 Baik:6 Ordinal Kuesioner Wawancara Kurang:<6 Baik:6 Ordinal Kuesioner Wawancara Kurang:<6 Baik:6-9 Ordinal Alat Kuesioner Cara Wawancara Hasil Kurang:<6 Baik:6 Skala Ordinal

setelah BAB

kesehatan dalam memberikan informasi mengenai cuci tangan meliputi cara cuci tangan yang baik dan benar, dampak tidak mencuci tangan yang tidak benar serta kriteria air bersih untuk mencuci tangan yang sehat

Penentuan Instrumen Pengumpulan Data KUESIONER

PERILAKU CUCI TANGAN SETELAH BAB DI DESA TANJUNG PASIR

DAFTAR KUESIONER I. UMUM IDENTITAS RESPONDEN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Nama Umur Status keluarga Alamat Jenis kelamin Pendidikan Pekerjaan Suku Penghasilan : : : : : : : : :

II. KHUSUS Berilah tanda silang( X ) pada jawaban yang ibu anggap benar A. Pengetahuan cuci tangan Setelah BAB 1. Menurut anda air yang bersih itu seperti apa ? a. Air yang jernih b. Air yang tidak berwarnaa,berbau dan berasa 2. Apakah menurut anda cuci tangan setelah BAB itu penting ? a. Tidak b. Ya 3. Menurut anda dengan apa anda mencuci tangan yang benar setelah BAB ? a. Dengan air saja b. Sabun dan air mengalir B. Sikap Cuci tangan setelah BAB 4. Apakah Anda mencuci tangan setelah BAB ? a. Tidak pernah b. Jarang c. Sering 5. Apakah anda mencuci tangan dengan sabun setelah BAB ? a. Tidak pernah b. Jarang c. Sering 6. Berapa lama anda mencuci tanga setelah BAB ? a. Kurang dari 10 detik b. Kurang dari 20 detik c. Lebih dari 30 detik C. Sarana & Prasarana Cuci tangan setelah BAB

7. Dari manakah sumber air bersih yang digunakan keluarga anda ? a. Sumur Gali b. PAM 8. Apakah di rumah anda menggunakan penyaring air ? a. Tidak b. Ya 9. Apakah di jamban anda terdapat air bersih dan sabun? a. Tidak b. Ya D. Peran Petugas Kesehatan

10. Apakah pernah ada petugas kesehatan yang memberi penyuluhan mengenai cara mencuci tangan ? a. Tidak b. Ada

11. Apakah anda pernah melihat poster atau gambar mengenai cara mencuci tangan ? a. Tidak b. Pernah 12. Apakah ada petugas yang menilai kadar air bersih di rumah anda ? a. Tidak ada b. Ada

LEMBAR SKORING Pendidikan Responden 1. Tinggi : SMA dan Sederajat

2. Menengah : SMP dan Sederajat 3. Rendah : SD dan Sederajat atau Tidak Sekolah

Pengetahuan Responden VARIABEL PENGETAHUAN No. 1-3 Jawaban A Jawaban B VARIABEL SIKAP No. 4-6 Jawaban A Jawaban B Jawaban C VARIABEL SARANA & PRASARANA No. 7-9 Jawaban A Jawaban B VARIABEL PERAN PETUGAS KESEHATAN No. 10-12 Jawaban A Jawaban B

Skor

(1) (2)

(1) (2) (3)

(1) (2)

(1) (2)

You might also like