You are on page 1of 5

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Penatalaksanan yang biasanya dilakukan di rumah sakit terhadap bayi baru

lahir terdiri dari Rawat Gabung (Rooming in) dan Rawat Pisah (Nursesry-based care). Di Indonesia, rawat gabung digalakkan sejalan dengan peningkatan pemberian ASI, khususnya dirumah-rumah sakit yang berlabel sebagai rumah sakit Sayang Bayi. (Helen Farrer, 2001) Banyak rumah sakit yang menawarkan pilihan agar bayi dapat terus bersama ibunya selama dua puluh empat jam. Kondisi ini dinamakan rawat gabung. Meski selama ini banyak rumah sakit yang masih menerapkan ruangan khusus untuk bayi, terpisah dari ibunya. Namun riset terakhir menunjukkan bahwa jika tidak ada masalah medis, tidak ada alasan untuk memisahkan ibu dari bayinya meskipun sesaat. Bahkan makin sering ibu melakukan kontak fisik langsung (skin-to-skin contact) dengan bayi akan membantu menstimulasi hormon prolaktin dalam memproduksi ASI. Karena itu pada tahun 2005, American Academy of Pediatrics (AAP) mengeluarkan kebijakan agar ibu dapat terus bersama bayinya diruangan yang sama dan mendorong ibu untuk segera menyusui bayinya kapanpun bayi menginginkannya. (Isoraya, 2006) Dihari pertama menyusui, ibu akan menghasilkan kolostrum yang kemudian menjadi ASI. Kandungan kolostrum sangat tepat sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara

kebutuhan bayi, mudah dicerna sehingga dapat memberikan proteksi terhadap bakteri, virus dan alergen. (Isoraya, 2006) Penyusuan dini segera setelah bayi lahir perlu dilaksanakan untuk memperlancar ASI Eksklusif selama enam bulan dengan menerapkan

konsep rumah sakit ramah ASI Eksklusif dengan rawat gabung. (Harian Kompas, 2006) Menurut data UNICEF, hanya 3% ibu yang memberikan ASI secara Eksklusif. Dipastikan persentase tersebut jauh menurun bila dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Lima belas tahun lalu sebuah penelitian terhadap 460 bayi rawat gabung (rooming in) di rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) memperlihatkan bahwa 71,1% ibu memberi ASI sampai bayinya usia dua bulan, 20,2% diantaranya memberi ASI Eksklusif. (Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, 2003) Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997 menunjukkan bahwa hampir semua bayi (96,3%) di Indonesia pernah mendapat ASI. Hasil berikutnya dari hasil SDKI 1997 adalah sebanyak 8% bayi baru lahir mendapat ASI dalam satu jam setelah lahir dan 53% bayi mendapat ASI pada hari pertama. Proporsi anak yang diberi ASI pada hari pertama paling rendah yaitu 51% untuk bayi yang dilahirkan dengan pertolongan dokter/bidan, dan tertinggi 6% untuk bayi lahir tanpa pertolongan/orang awam, rata-rata lamanya pemberian ASI Eksklusif hanya 1,7 bulan (Strategi Nasional PP-ASI, 2007)

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan data Dinkes Kota Medan, jumlah ibu bersalin selama tahun 2007 (dari bulan Januari sampai Desember) adalah 43.413 orang. Jumlah bayi umur 0 6 bulan yaitu 139.387 orang dan yang mendapat ASI Eksklusif 3.294 orang, dari data diatas pemberian ASI Eksklusif di Kota Medan sebanyak 2,35% dari jumlah bayi. Jumlah persalinan yang terjadi di Rumah Sakit Umum Sundari tahun 2007 dari Januari sampai Desember lebih kurang 125 ibu bersalin per bulan. Dari jumlah tersebut hanya sebagian kecil ibu yang dirawat gabunng bersama bayinya yaitu sekitar 20%. Menurut Dr. I. G. Ayu Partiwi, SpA MARS dari Ikatan Dokter Anak Indonesia yang mengatakan ASI Eksklusif dapat dicapai bila seluruh rumah sakit, rumah bersalin dan tempat-tempat pelayanan ibu bersalin lainnya telah menerapkan konsep ramah ASI. Sehingga kebijakan pelayanan kelahiran adalah rawat gabung, pemberian minum pralaktal saat usia satu sampai tiga hari, pendirian klinik laktasi, antenatal dan pasca kelahiran. (Harian Kompas, 2006) Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan ibu nifas tentang rawat gabung di rumah sakit umum Sundari Medan Tahun 2008.

1.2

Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang rawat gabung di rumah sakit Sundari Medan Tahun 2008.

Universitas Sumatera Utara

1.2.2

Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang pengertian rawat gabung b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang syarat rawat gabung c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang kontra indikasi rawat gabung dari pihak ibu d. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang kontra indikasi rawat gabung dari pihak bayi e. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang manfaat rawat gabung f. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan rawat gabung

1.3

Pertanyaan Penelitian Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas maka penulis

merumuskan masalah yaitu bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu nifas tentang rawat gabung di rumah sakit umum Sundari Medan Tahun 2008.

1.4

Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian bermanfaat bagi :

a. Bagi RSU Medan Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalm upaya

meningkatkan mutu pelayanan terutama mengenai rawat gabung.

Universitas Sumatera Utara

b. Bagi Institut Pendidikan Dapat dijadikan bahan bacaan bagi mahasiswa lain c. Bagi Peneliti Lain Diharapkan sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya

Universitas Sumatera Utara

You might also like