You are on page 1of 10

HUBUNGAN KETEBALAN INTIMA MEDIA ARTERI KAROTIS BERDASARKAN PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI DENGAN FRAKSI LIPID DARAH PENDERITA DISLIPIDEMIA

Correlation between Carotid Intima Media Thicknes based on Ultrasonography Examination with Plasma Lipid Fraction of Dyslipidemia Patient Iriani Bahar, Bachtiar Murtala, Muhammad Ilyas, Frans Liyadi, Andi Makbul Aman, Burhanuddin Bahar

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara Ketebalan Intima Media (KIM) arteri karotis berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi arteri karotis dengan fraksi lipid darah penderita dislipidemia Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan crosssectional yang dilaksanakan di RSUP dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2011. Sampel berjumlah 120 orang yang dipilih dengan metode consecutive sampling, terdiri dari 97 penderita dislipidemia dan 23 sampel normal sebagai kontrol. Dilakukan pemeriksaan USG arteri karotis untuk menilai Ketebalan Intima Media (KIM), kemudian dianalisis secara statistik menggunakan Pearsons correlation dan multiple regression untuk menentukan fraksi lipid darah yang paling dominan mempengaruhi KIM arteri karotis. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0,05) antara KIM arteri karotis dengan kadar HDL dan LDL, sedangkan kolesterol total menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p>0,05). Tigliserida bahkan menunjukkan korelasi negatif meskipun dengan nilai p yang signifikan (p<0,05) terhadap KIM arteri karotis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar HDL semakin tinggi efek perlindungan terhadap kejadian aterosklerosis, namun semakin tinggi kadar LDL maka semakin tebal KIM arteri karotis atau semakin besar kemungkinan menderita aterosklerosis, sedangkan kolesterol total dan trigliserida dianggap tidak mempunyai peran yang signifikan terhadap timbulnya aterosklerosis. Jika dibandingkan dengan efek lipd plasma yang lain, maka efek mencegah kejadian aterosklerosis oleh HDL lebih dominan. Kata Kunci : ultrasonografi, Ketebalan Intima Media, arteri karotis, dislipidemia. ABSTRACT This study aims to know correlation between carotid Intima Media Thickness (c-IMT) based on ultrasonography examination with plama lipid fraction of dislipidemia patient. This is an analytic observasional study with cross-sectional method, which held in dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital in January until March 2011. There are 120 sample wich choosed by consecutive sampling method, where 97 with dyslipidemia and 23 people with normal lipid as control. USG carotid artery was done to know Intima Media Thickness, and then analyzed with Pearsoncorrelation and multiple regression to know what is the most dominant plama lipid that affect IMT of carotid artery. The result of this study show that there is a significant correlation between c-IMT with HDL and LDL (p<0,05) but there is no significant correlation (p>0,05) between c-IMT with total cholesterole. On trigliserid, although there is a significant p value (p<0,05), but that is in a negatif correlation. The conclusions of the study are more high of HDL, more high protect effect to atherosclerosis but more high of LDL more thick of c-IMT or possibility to be atherosclerosis is more high. Total cholesterol and trgliserid have no significant role in cIMT. If compare with others plasma lipid, protective effect of HDL in atherosclerosis disease is most dominant. Key words : Ultrasonography , Intima Media Thickness (IMT), carotid artery, dyslipidemia
1

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG. Aterosklerosis adalah penyakit degeneratif pembuluh darah yang pada saat ini merupakan masalah kesehatan paling besar, terutama untuk negara-negara yang sudah maju dan negara-negara yang sedang menuju ke arah negara industri. Di Amerika Serikat dan banyak negara Barat, aterosklerosis ini merupakan penyebab kematian yang paling banyak. Dahulu aterosklerosis merupakan penyakit utama di negara-negara barat yang sedang berkembang, namun dengan globalisasi gaya hidup dan diet, aterosklerosis saat ini merupakan masalah utama di hampir setiap negara termasuk Asia (Corr, 2003). Cara hidup modern membawa akibat timbulnya faktor-faktor risiko aterosklerosis, yang manifestasinya terutama ialah penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh darah otak. Klimaks perjalanan penyakit aterosklerosis ialah serangan jantung dan serangan strok yang berakhir fatal atau hidup dengan morbiditas yang tinggi.(Pratanu 1995). Aterosklerosis adalah pengerasan dan penebalan dinding pembuluh darah arteri yang terjadi karena proses pengendapan lemak, komplek karbohidrat dan produk darah, jaringan ikat dan kalsium. Keadaan ini akan mengakibatkan hilangnya elastisitas arteri, disertai perubahan degenerasi lapisan media dan intima. Gejalanya tergantung lokasi terbentuknya, sehingga bisa berupa gejala jantung, otak, tungkai atau tempat lainnya. Bila aterosklerosis terjadi pada arteri yang mensuplai darah ke otak yaitu arteri karotis maka akan menimbulkan strok dan bila terjadi pada arteri koronaria dapat menimbulkan penyakit jantung iskemia Menurut Homoud (2008), aterosklerosis adalah penyebab utama penyakit jantung koroner. Lesi aterosklerosis pada arteri karotis, juga seringkali merupakan penyebab terjadinya stroke tromboembolik (Shankie, 2001). Sebelum terjadinya penyempitan arteri atau penyumbatan mendadak, aterosklerosis biasanya tidak menimbulkan gejala.(Lumongga 2007). Penyebab yang pasti dari kelainan ini belum diketahui, tetapi ada sejumlah faktor risiko yang dapat menimbulkan aterosklerosis. Salah satu faktor risiko utama aterosklerosis adalah dislipidemia. Di Indonesia prevalensi dislipidemia semakin meningkat. Telah banyak bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tentang peran dislipidemia pada penyakit serebrovascular dan kardiovaskuler akibat aterosklerosis (Anwar 2004). Penelitian epidemiologik, laboratorium, dan klinik yang dilakukan oleh Framingham Heart Study (FHS) dan Multiple Risk Factor Intervention Trial (MRFIT) telah membuktikan bahwa gangguan metabolisme lipid merupakan faktor sentral untuk terjadinya aterosklerosis. (Kumar dan Clark, 2004). Penelitian dari Lipid Research Clinics Coronary Primary Prevention Trial (LRCCPPT) di Amerika memperlihatkan hubungan antara penurunan kolesterol dan pengurangan risiko penyakit jantung koroner, yaitu setiap penurunan 1% kolesterol darah akan mengurangi 2% risiko penyakit jantung koroner. American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemeriksan kolesterol untuk anakanak yang orang tua atau kakek neneknya mempunyai serangan jantung, blok arteri atau penyakit yang mempengaruhi pembuluh darah seperti stroke sebelum 55 tahun.(Frohlich 2000, Faizah 2004). Dislipidemia merupakan tingginya fraksi lemak darah, yaitu berupa peningkatan kadar kolesterol total, peningkatan trigliserida, peningkatan kadar LDL dan penurunan kadar HDL . Kolesterol di metabolisme di hati, jika kadar kolesterol berlebihan maka dapat mengganggu metabolismenya sehingga kolesterol tersebut menumpuk di hati. Apabila keadaan ini dibiarkan untuk waktu yang cukup lama, maka kolesterol berlebih tersebut akan menempel di dinding pembuluh darah dan menimbulkan plak aterosklerosis.. Akibatnya, dinding pembuluh darah yang semula elastis (mudah berkerut dan mudah melebar) akan menjadi tidak elastis lagi. Jika plak yang terbentuk semakin tebal, dan terjadi robekan pada lapisan dinding arteri, akan terbentuk bekuan darah (trombus) yang dapat menyumbat aliran darah dalam arteri tersebut. Selanjutnya bila pembentukan trombus berlangsung terus, suatu saat akan menyumbat total pembuluh darah. Trombus yang terbentuk juga dapat terlepas dari arteri sehingga terjadi embolus di bagian hilir (Corwin 2001, Lubis 2007). Sebelum terjadinya komplikasi, aterosklerosis mungkin tidak akan terdiagnosis sehingga tindakan yang harus ditekankan adalah deteksi sedini mungkin serta menghilangkan atau mengendalikan faktor-faktor risiko terutama hiperlipidemia, hipertensi dan merokok, bukan
2

pengobatan sequele penyakit yang sudah terjadi. (Brown, 1995). Korelasi antara aterosklerosis arteri karotis dan penyakit jantung koroner sudah tidak dapat dipungkiri karena aterosklerosis dianggap menjadi suatu penyakit sistemik. Menurut Rothwell (2001), meskipun beberapa area vaskuler tertentu cenderung mengalami kelainan aterotrombosis, seseorang jarang mengalami kelainan lokal pada satu tempat semata-mata sehingga manifestasi klinik penyakit ini pada satu arteri adalah prediktif yang kuat dari kejadian klinik pada arteri lainnya. Hal ini juga sesuai dengan sebuah penelitian di Jepang yang melaporkan bahwa pasien-pasien yang menjalani coronary arteri bybass grafting (CABG) karena PJK yang berat mempunyai insiden stenosis karotis yang tinggi (Corr, 2003). Perubahan paling awal aterosklerosis adalah penebalan difus tunika intima dan tunika media dengan perubahan ekhogenitas sepanjang permukaan dinding pembuluh darah. Proses aterosklerosis sendiri ditandai dengan peningkatan ketebalan intima media (KIM) yang dapat dilihat dan dinilai dengan menggunakan pemeriksan utrasonografi. Dengan ultrasonografi B-mode resolusi tinggi dapat dievaluasi perubahan morfologi yang terjadi dan dapat diukur secara akurat Ketebalan Intima-Media (KIM) yang terjadi pada dinding arteri karotis. Beberapa penulis mengatakan bahwa Ketebalan Intima Media (KIM) arteri karotis adalah petanda aterosklerosis pada pembuluh darah lain . Ini merupakan petunjuk penting dalam mempertimbangkan manfaat klinik pengukuran kelainan pada arteri yang jauh dari daerah vaskuler yang bersangkutan (Rothwell, 2001). Penelitian yang menghubungkan berbagai faktor risiko dengan kejadian aterosklerosis pada pembuluh darah termasuk kejadian penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis sudah banyak dilakukan di Indonesia, namun penelitian yang menghubungkan faktor risiko dislipidemia terhadap kejadian ateroskleosis dengan mengukur Ketebalan Intima Media arteri karotis pada pemeriksaan USG B-mode masih jarang dilakukan. Dengan pertimbangan tersebut serta dengan berbagai pertimbangan yang diuraikan sebelumnya, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dimaksud. Tentunya dengan harapan pemeriksaan USG yang bersifat noninvasif, lebih murah dan lebih aman selanjutnya dapat digunakan sebagai alat diagnostik yang cukup efektif dan efisien untuk mendeteksi adanya aterosklerosis khususnya pada penderita dislipidemia sehingga komplikasi aterosklerosis yang mengerikan seperti gangguan serebrovascular dan gangguan kardiovaskular dapat diantisipasi. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan crosssectional yang dilaksanakan di RSUP dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2011. Sampel berjumlah 120 orang yang dipilih dengan metode consecutive sampling, terdiri dari 97 penderita dislipidemia dan 23 sampel normal sebagai kontrol. Kriteria Inklusi terdiri dari umur > 30 tahun, ada hasil pemeriksaan laboratorium serta bersedia mengikuti prosedur penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi adalah keadaan umum penderita tidak memungkinkan dilakukan pemeriksaan ultrasonografi arteri karotis, penderita diabetes melitus, hipertensi dan perokok serta tidak bersedia mengikuti prosedur penelitian terhadap seluruh sampel selanjutnya ilakukan pemeriksaan USG arteri karotis menggunakan pesawat USG B-mode frekuensi tinggi untuk menilai Ketebalan Intima Media (KIM), kemudian dianalisis secara statistik menggunakan Pearsons correlation dan multiple regression untuk menentukan fraksi lipid darah yang paling dominan mempengaruhi KIM arteri karotis. HASIL PENELITIAN Telah dilakukan penelitian terhadap pasien dengan klinis dislipidemia yang melakukan pemeriksaan USG di Bagian Radiologi RS Dr. Wahidin Sudirohusodo pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2011. Terhadap seluruh sampel dilakukan pengukuran Ketebalan Intima Media arteri karotis kiri maupun kanan dan didapatkan sampel sebanyak 120 orang yang terdiri dari 97 orang sampel dengan dislipidemia serta 23 orang sampel dengan kadar lipid darah normal.
3

Dilakukan analisis univariat, bivariat dan multivariat, narasi, tabel dan grafik.

selanjutnya data disajikan dalam bentuk

A. Analisis Univariat Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 120 orang, terdiri dari sampel dengan kadar lipid darah abnormal atau dislipidemia sebanyak 97 orang dan sampel dengan kadar lipid darah normal sebanyak 23 orang. Berdasarkan jenis kelamin, dari 120 orang sampel ,didapatkan sampel laki-laki sebanyak 53 orang dan perempuan sebanyak 67 orang dengan umur termuda sampel adalah 31 tahun dan umur tertua adah 80 tahun. Taben-tabel di bawah akan memperlihatkan karakteristik sampel menurut umur, jenis kelamin, rerata kadar lipid dan rerata tebal KIM arteri karotis. 1. Karakteristik sampel menurut umur dan jenis kelamin Umur sampel berkisar antara 31 tahun sampai dengan 80 tahun dengan rerata 52 tahun. Pada diagram di bawah tampak bahwa jenis kelamin laki-laki mempunyai frekuensi terbesar pada kelompok umur 41-50 tahun, sedangkan perempuan pada kelompok umur 41-60 tahun. frekuensi umur terbanyak secara umum berada pada kelompok umur 51-60 tahun. Diagram 1. Distribusi frekuensi sampel menurut umur dan jenis elamin

umur

2. Karakteristik sampel menurut rerata kadar lipid darah dan rerata Ketebalan Intima Media (KIM) Kadar fraksi lipid darah berupa kadar kolesterol total kolesterol LDL, kolesterol HDL dan kadar trigliserida merupakan variabel-variabel dari penderita dislipidemia dengan skala pengukuran numerik sehingga nilai reratavariabel tersebut masing-masing ditentukan, demikian pula dengan variabel Ketebalan Intima Media (KIM) arteri karotis. Hasil pengukuran nilai rerata smpel selengkapnya tertera pada tabel-tabel berikut. Tabel 1. Rerata kadar fraksi lipid darah sampel
4

Fraksi Lipid Kolesterol total HDL LDL Trigliserida Sumber : data primer

N 97 97 97 97

Minimal 125,00 23,00 36,00 63,00

Maksimal 360,00 83,00 291,00 412,00

Rerata 257,19 46,46 162,26 185,80

SD 52,436 12,222 46,441 81,183

Rerata kadar setiap fraksi lipid juga ditampilkan menurut jenis kelamin dengan gambaran sebagaimana tampak pada tabel 2 di bawah. Tabel 2. Rerata kadar fraksi lipid darah sampel menurut jenis kelamin Variabel Laki-laki Kolesterol Total HDL LDL Trigliserida Perempuan Kolesterol Total HDL LDL Trigliserida Sumber : data primer N 50 50 50 50 47 47 47 47 Minimum 125 23 36 63 128 33 66 67 Maksimum 350 78 291 412 360 83 289 403 Rerata 251 45 157 176 263 47 167 195 SD 58,5 12,7 51,8 78,5 44,1 11,4 39,5 82,7

Rerata kadar kolesterol total antara laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda, demikian pula dengan kadar kilesterol HDL, LDL. Sedangkan rerata kadar trigliserida perempuan tampak lebih besar (176,40) dibanding nilai rerata trgliserida jenis kelamin laki-laki (195,79).

Tabel 3. Rerata Ketebalan Intima Media (KIM) berdasarkan kadar lipid darah Status Lipid Darah Dislipidemia Normolipidemi Sumber : data primer
5

N 97 23

Minimum 0,70 0.60

Ketebalan Intima Media (mm) Maximum Mean 3.80 2,40 1,51 1,20

SD 0,571 0,475

Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa rerata Ketebalan Intima Media (KIM) sampel dislipidemia lebih tebal (1,51 mm) dibandingkan dengan rerata KIM sampel normal (1,20 mm) . Demikian pula dengan ketebalan minimum dan maksimum kedua kelompok. Tabel 4. Rerata Ketebalan Intima Media (KIM) menurut jenis kelamin dan staus lipid darah Status Lipid / Jenis Kelamin KIM (mm) N M Minimum Maksimum Rerata SD

Dislipidemia Laki-laki Perempuan Normolipid Laki-laki Perempuan Sumber : data primer

50 47

0,70 0,80

3,80 2,30

1,64 1,38

0,717 0,316

7 16

0,60 0,80

2,40 1,70

1,287 1,162

0,796 0,270

Tabel 4 menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki pada kelompok dislipidemia mempunyai nilai maksimal serta rerata Ketebalan Intima Media arteri karotis yang lebih besar (3,80 mm) dibandingkan dengan nilai maksimal dan rerata kelompok sampel lainnya, baik pada kelompok dislipidemia maupun pada kelompok normal. Pada kelompok normal, jenis kelamin laki-laki juga mempunyai nilai maksimal dan rerata KIM yang lebih besar (1,28 mm) dibandingkan dengan nilai maksimal dan rerata KIM jenis kelamin perempuan (1,162 mm). B. Analisis Bivariat Hubungan antara kadar lipid darah sebagai variabel bebas dengan Ketebalan Intima Media (KIM) yang bertindak sebagai variabel tergantung dianalisis menggunakan statistik parametrik berdasarkan skala pengukuran variabel bebas maupun variabel tergantung yang berskala numerik. Analisis bivariat ini menggunakan uji Pearsons correlation dengan batas kemaknaan ditetapkan sebesar 95 % serta nilai 0,05.

Tabel 5. Hubungan fraksi lipid darah terhadap Ketebalan Intima Media arteri karotis Fraksi Lipid/KIM Kolesterol Tota/KIM HDL / KIM LDL / KIM Trigliserida / KIM Signifikan pada nilai p < 0,05
6

N 120 120 120 120

r 0,114 -0,190 0,185 -0,047

P 0,217 0,039 0,041 0,635

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Pearson Correlation, didapatkan korelasi positif antara kadar kolesterol darah dengan Ketebalan Intima Media arteri karotis ,namun didapatkan nilai p yang tidak signifikan atau tidak bermakna ( nilai p > 0,05). Kadar LDL dan KIM arteri karotis juga mempunyai korelasi positif dengan nilai p yang signifikan ( p < 0,05), artinya kenaikan kadar LDL berbanding lurus dengan tebalnya KIM arteri karotis. Berbeda dengan Kadar kolesterol total dan LDL, hasil analisis Pearson Correlation antara kadar kolesterol HDL dan KIM arteri karotis juga berhubungan secara signifikan ( nilai p < 0,05) namun dengan koefisien korelasi negatif, artinya kenaikan kadar HDL berbanding terbalik dengan tebalnya KIM arteri karotis. Demikian pula dengan analisis antara kadar trigliserida dan KIM arteri karotis didapatkan hubungan yang signifikan atau bermakna (nilai p > 0,05) namun dengan koefisien korelasi yang negatif. 3. Analisis Multivariat Berbagai fraksi lipid darah dianalisis secara bersama-sama untuk menentukan fraksi lemak darah yang paling dominan mempengaruhi Ketebalan Intima Media arteri karotis. Tabel 6 di bawah menunjukkan hasil analisis multivariat menggunakan uji regresi, dan didapatkan nilai koefisien regresi yang terbesar untuk fraksi lipid darah HDL dan selanjutnya LDL.dengan nilai p < 0,05 atau signifikan. Komponen lipid darah lainnya yaitu kolesterol total tidak mempunyai korelasi yang signifikan atau bermakna dengan nilai Ketebalan Intima Media arteri karotis, trigliserida tidak berpengaruh sama sekali bahkan dengan nilai koefisien regresi yang negatif dan nilai p <0,05. Tabel 6. Analisis multivariat berbagai fraksi lipid darah terhadap Ketebalan Intima Media arteri karotis Fraksi Lipid HDL/KIM LDL / KIM Kolesterol total Strigliserida Koefisien regresi -2,128 1,774 0,381 -1,672 P 0,01 0,07 0,70 0,09

Ketebalan Intima Media media arteri karotis yang diramalkan berdasarkan kadar kolesterol total, kadar HDL,kadar LDL serta kadar trigliserida sesuai dengan persamaan berikut : Y = a - bx1 + bx2 + bx3 bx4 di mana x1= HDL, x2 = LDL, x3 = kolesterol, x4 = trigliserida, maka didapatkan perkiraan tebal KIM sbb : KIM (mm) = 0,631 2,218 HDL +1,774 LDL + 0,381 kolesterol 1,672 trigliserida.

PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian di Bagian Radiologi RS dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar deangan judul Korelasi Ketebalan Intima Media arteri karotis dengan Profil Lipid darah penderita dislipidemia. Sampel yang terkumpul sesuai dengan yang direncanakan yaitu sebanyak 120 orang, terdiri dari 97 orang sampel dengan dislipidemia serta 23 sampel normal yang bertindak sebagai kontrol. Umur sampel penelitian cukup bervariasi dengan rentang umur antara 30 tahun sampai dengan 80 tahun dengan persentase terbesar pada kelompok umur 51-60 tahun. Secara umum kelompok umur > 50 tahun sedikit lebih besar dibandingkan dengan kelompok umur < 50 tahun. Umur termuda sampel adalah 31 tahun dan tertua 80 tahun, baik pada sampel dislipidemia maupun pada sampel normal, dengan rerata umur 52 tahun pada sampel dislipidemia dan 49 tahun pada sampel normolipid. Dalam berbagai literatur dikatakan bahwa faktor umur merupakan salah faktor risiko, khususnya faktor risiko yang tidak dapat diubah, terhadap terjadinya aterosklerosis. Tidak dilakukan analisis statistik terhadap peran faktor umur kaitannya dengan penebalan intima media arteri karotis namun secara kuantitatif tampak bahwa distribusi KIM yang lebih tebal ditemukan pada kelompok umur di atas 50 tahun, sesuai dengan teori bahwa proses degeneratif akan terjadi secara alamiah seiring dengan bertambahnya umur. Secara statistik jenis kelamin juga tidak dianalisis dalam kaitannya sebagai salah satu faktor risiko kejadian aterosklerosis di mana dalam literatur dikatakan bahwa jenis kelamin laki-laki mempunyai kecenderungan untuk mengalami aterosklerosis dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan khususnya pada umur < 50 tahun. Secara kualitatif, dalam penelitian ini tampak bahwa nilai rerata Ketebalan Intima Media jenis kelamin laki-laki memang lebih besar dibandingkan dengan nilai rerata KIM jenis kelamin perempuan baik pada sampel dislipidemia (1,64 mm) maupun pada sampel dengan kadar lipid normal (1,28 mm) dengan nilai rerata KIM pada sampel laki-laki di atas dan di bawah 50 tahun masing-masing 1,9 mm dan 1,07 mm. Dalam teori dikatakan bahwa sebelum menopause ( 50 tahun) perempuan relatif lebih resisten terhadap kejadian aterosklerosis akibat efek hormon estrogen. Jenis kelamin, dalam hal ini pria mempunyai risiko yang lebih tinggi dari wanita. Hormon jenis pria dapat mempercepat perkembangan aterosklerosis, sedangkan hormon jenis wanita melindungi terjadinya aterosklerosis , Goodman & Gilmans 2001, Ganong, 2003, Robins,2005). Dalam penelitian ini,ditemukan KIM yang menebal baik pada sampel dengan gangguan lipid darah maupun pada sampel normolipid. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kejadian aterosklerosis yang diawali dengan proses penimbunan lipid di kompleks intima media pembuluh darah disebabkan oleh proses multifraktor sehingga KIM yang menebal mungkin saja akan ditemukan baik pada sampel dengan gangguan atau kelainan metabolisme lipid plasma ataupun juga pada sampel dengan kadar lipid plasma normal. Hubungan antara masing-masing variabel fraksi lipid darah dengan Ketebalan Intima Media (KIM) arteri karotis dianalisis menggunakan uji Pearsons Correlation untuk menentukan hubungan antara kadar kolesterol total, kadar HDL, kadar LDL,serta kadar trigliserida dengan kejadian aterosklerosis yang dipresentasikan oleh variabel KIM. Dalam penelitian ini ditemukan hubungan yang bermakna (p < 0,05) antara variabel kolesterol HDL dan kolesterol LDL, namun tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara kolesterol total (p>0,05) dengan tebalnya KIM. Korelasi negatif antara HDL dan KIM dengan nilai p<0,05 yang ditemukan dalam analisis penelitian ini menunjukkan bahwa HDL mempunyai peran melindungi terhadap kejadian aterosklerosis. Hal ini sejalan dengan teori yang dinyatakan dalam banyak literatur bahwa kolesterol HDL adalah suatu kolesterol baik, artinya semakin tinggi kadar kolesterol HDL semakin terlindungi dari kejadian aterosklerosis. HDL membawa lebih kurang 20% kolesterol dalam darah. Karena HDL dalam metabolismenya membawa kolesterol dari perifer ke hati untuk dimetabolisme lebih lanjut maka HDL bersifat antiaterogenik.(Pratanu 1995). Hasil analisis mengenai hubungan LDL dengan KIM yang bermakna sesuai dengan teori yang dikemukakan banyak literatur di mana dikatakan bahwa LDL mempunyai peran yang paling signifikan sebagai penyebab aterosklerosis,. LDL memberikan pengaruh yang besar dalam risiko
8

terjadinya aterosklerosis. Sebagian besar kolesterol dalam darah dibawa oleh LDL sehingga pada dasarnya LDL yang mempunyai peranan mengantarkan dan menumpuk kolesterol dalam sel busa. Suatu penelitian membuktikan bahwa peningkatan LDL saja tanpa faktor risiko lain sudah dapat menyebabkan aterosklerosis. (Pratanu 1995, Anwar 2004, Brown 1995). Kemungkinan terjadinya aterosklerosis berkaitan dengan konsentrasi LDL dalam sirkulasi sistemik dan lamanya LDL berada dalam sirkulasi sistemik (Koda-Kimble, 2005). Peningkatan LDL plasma menyebabkan retensi LDL di dinding arteri , lalu teroksidasi dan menyebabkan seksresi mediator inflamasi. Penurunan LDL dapat mengembalikan fungsi endotel.( Candra 2007). Keempat fraksi lipid darah selanjutnya dianalis menggunakan uji regresi untuk menentukan fraksi lipid darah yang paling dominan mempengaruhi Ketebalan Intima Media. Dari hasil analisis didapatkan bahwa kolesterol HDL dan LDL mempunyai nilai koefisien regresi yang paling besar , namun dibandigkan dengan LDL, HDL mempunyai nilai p yang lebih kecil dari pada LDL sehingga HDL dianggap mempunyai peran yang lebih signifikan dalam kejadian aterosklerosis dibanding LDL. Dalam hal ini, efek mencegah atau melindungi penebalan KIM oleh HDL lebih besar dibandingkan dengan efek menebalkan KIM oleh LDL tersebut. Kolesterol total dan trigliserida mempunyai nilai koefisien regresi yang sangat rendah dibandingkan dengan nilai koefisien regresi kolesterol LDL dan HDL dalam hubungannya dengan nilai KIM. Trigliserida bahkan berkorelasi negatif terhadap Ketebalan Intima Media, baik pada analisis bivariat maupun pada analisis multivariat. Nilai p trigliserida yang signifikan namun dengan korelasi yang negatif, ketika diuji secara bersama-sama menunjukkan bahwa peran triglliserida dalam penebalan KIM pada penelitian ini secara statistik tidak berperan jika dibandingkan dengan fraksi lipid darah lainnya. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa trigliserida secara patofisiologi tidak berhubungan langsung dengan aterosklerosis. Peningkatan kadar trigliserida sering ditemukan pada penderita sindrom metabolik.Candra 2007, Bhimji 2006). Keterbatasan penelitian ini antara lain adalah karena hanya memasukkan faktor risiko dislipidemia untuk mengetahui kejadian aterosklerosis sehingga penebalan yang terjadi pada intima media tidak dapat disimpulkan secara pasti sebagai satu-satunya penyebab tebalnya KIM. Kemungkinan ada faktor risiko lain yang dimiliki oleh sampel belum dapat disingkirkan karena hanya dilakukan anamnesis untuk mengetahui ada tidaknya faktor risiko lain , tidak dilakukan pemeriksaan yang lebih akurat seperti pemeriksaan gula darah untuk memastikan tidak menderita diabetes. Keterbatasan atau faktor lain yang cukup berpengaruh terhadap hasil penelitian adalah nilai-nilai lipid darah yang ditemukan pada saat pengambilan sampel dilakukan belum tentu mencerminkan kadar lipid darah yang telah berlangsung kronis di mana KIM bisa dipengaruhi. Berdasarkan hasil analisis data berbagai fraksi lipid darah yang mempunyai nilai signifikan ketika dihubungkan dengan gambaran penebalan pada dinding pembuluh darah arteri karotis (KIM) dengan menggunakan alat ultrasonografi, serta hasil-hasil yang sesuai dengan literatur menunjukkan bahwa pemeriksaan USG cukup akurat untuk menilai adanya tanda-tanda aterosklerosis. KESIMPULAN 1. Terdapat korelasi positif antara kadar kolesterol total dengan Ketebalan Intima Media arteri karotis namun dengan nilai probabilitas yang tidak sigifikan sehingga penebalan KIM atau efek yang ditimbulkan ada namun dianggap tidak signifikan. 2. Terdapat korelasi negatif anatara kadar kolesterol HDL dengan Ketebalan Intima Media arteri karotis dengan nilai probabilitas yang signifikan , artinya semakin tinggi kadar HDL semakin tinggii efek perlindungan terhadap penebalan KIM atau semakin kecil kemungkinan untuk menderita aterosklerosis. 3. Terdapat korelasi positif antara kadar LDL dengan Ketebalan intima Media arteri karotis dengan probabilitas yang signifikan , artinya semakin tinggi kadar LDL semakin besar nilai KIM atau semakin besar kemungkinan untuk menderita aterosklerosis.
9

4. Terdapat korelasi negatif serta dengan nilai probabilitas yang signifikan antara kadar trigliserida dengan KIM, sehingga secara statistik dianggap tidak berperan dalam kejadian aterosklerosis. 5. Jika dibandingkan dengan peran fraksi lipid plasma yang lain dalam kejadian aterosklerosis maka peran atau efek proteksi HDL dalam kejadian aterosklerosis paling dominan DAFTAR PUSTAKA Anwar TB. Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner http://repository.usu.ac.id/bitstream/. Diakses Nopember 2010 Bhimji S.2006. Hardening of the Arteries (Atherosclerosis). http://www.emedicinehealth.com/ Diaksess Desember 2010 Brown CT. Penyakit aterosklerotik koroner. Dalam: Price SA, Wilson LM, editor. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. volume 2.Jakarta: EGC; 1995. Hal. 576 Chandra T. (2007) Perbedaan profil lipid remaja Dengan orang tua berpenyakit jantung Koroner dan bukan jantung koronzer. Http://eprints.undip.ac.id/ diakses Desember 2010 Corr PD. Anatomy of the arteries, veins and lymphatics. Thomson KR, at al. Disease of the arteries, veins and lymphatics. Couper DJ, Mehta JL,.B-mode ultrasound common carotid artery intima-media thickness and external. http://www.touchcardiology.com/. Diakses Desember 2010 Netter. Coronary arteries and cardiac veins. In: Atlas of Netter. Plate. 204, 206, 207. Polak JF. The peripheral arteries and carotis arteries. In: Rumack CM, Wilson SR, Charboneau JW, editors. Diagnostic Ultrasound. P. 922-39. Rantala A. (2000). Risk factors and carotid atherosclerosis in hypertensive and control subjects. Department of Internal Medicine and Biocenter Oulu, University of Oulu. http://herkules.oulu.fi/Diakses Desember 2010. Rothwell PM. The interrelation between carotid, femoral and coronary artery disease. Eropean Heart Journal; 2001. 22: 11-14. Ross R, Glomset JA. The pathogenesis of atherosclerosis. N Engl J Med 1976; 295: 420-25. Schaberle W. Ultrasonography in vascular diagnosis, a therapy-oriented textbook and atlas. New York: Springer; 2005. P. 207-23. Spence JD, Eliasziw M, DiCicco M, Hackam DG, Galil R, Lohmann T. Carotid Plaque Area: A Tool for Targeting and Evaluating Vascular Preventive TherapyStroke. 2002;33:29162922.

10

You might also like