You are on page 1of 15

CHAPTER REVIEW PENGANTAR PENDIDIKAN BAB VII: PERMASALAHAN PENDIDIKAN

NAMA ANGGOTA KELOMPOK: 1) PUTU ARRY KRISDAYANTHI 2) I.A.MD. DWI VIRGOYANI P. 3) IDA AYU ADY INTAN SRI SERAYU 4) KADEK YULIANTARI 5) NI WAYAN EVIN YUNARSIA (1112061005) (1112061007) (1112061022) (1112061023) (1112061033)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG TAHUN AJARAN 2011/2012

A. Permasalahan Pokok Pendidikan dan Penanggulangannya Ada 2 masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di tanah air dewasa ini, yaitu: Bagaimana semua warga negara dapat menikmati kesempatan pendidikan. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan masyarakat.

B. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan 1. Pemerataan Pendidikan Persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya pada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan. Timbul apabila masih banyak warga negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat di tampung di dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas. Tujuan pemerataan yaitu menyiapkan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan.

Dua faktor yang menunjang perkembangan pemerataan di luar sekolah, perkembangan IPTEK dan dianutnya konsep

pendidikan sepanjang hidup.

Pemecahan: 1) Cara konvensional Membangun gedung sekolah. Menggunakan gedung sekolah untuk double shift.

2) Cara inovatif Sistem pamong SD kecil pada daerah terpencil Sistem guru kunjung SMP terbuka Kejar paket A dan B Belajar jarak jauh

2. Mutu Pendidikan

Hasil

pendidikan

belum

mencapai

taraf

seperti

yang

diharapkan. Hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses belajar yang bermutu (proses belajar yang optimal). Belajar tidak optimal: Skor ujian baik tanpa belajar ini disebut hasil belajar yang semu. Pokok permasalahan mutu pendidikan lebih terletak pada masalah pemrosesan pendidikan. Kelancaran pemrosesan pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan (peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana pembelajaran, dan masyarakat sekitar). Tujuan pemerataan mutu pendidikan, agar sistem pendidikan khususnya sistem persekolahan dengan segala jenis dan jenjangnya di seluruh pelosok tanah air mengalami peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisinya masingmasing.

Pemecahan: 1) Seleksi yang lebih nasional terhadap masukan mentah.

2) Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut. 3) Penyempurnaan kurikulum. 4) Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tenteram untuk belajar. 5) Penyempurnaan sarana belajar. 6) Peningkatan administrasi manajemen. 7) Kegiatan pengendalian mutu. 3. Efisiensi Pendidikan Bagaimana suatu sistem pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Efisiensi tinggi, penggunaan hemat dan tepat sasaran, sebaliknya disebut efisiensi rendah. Masalah efisiensi: Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan. Bagaimana digunakan. Bagaimana pendidikan diselenggarakan. sarana dan prasarana penididikan

Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga.

Masalah ini meliputi: 1) Pengangkatan : ketimpangan antara stok tenaga yang ada dengan jatah pengangkatan yang terbatas. 2) Penempatan guru : penempatan sering tidak disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. 3) Pengembangan tenaga kependidikan : saat ada

kurikulum baru, dituntut adanya penyesuaian dari para pelaksana di lapangan. Penggunaan prasarana dan sarana pendidikan yang tidak efisien bisa terjadi antara lain sebagai akibat kurang matangnya perencanaan (salah memilih lokasi pembangunan gedung sekolah serta diadakan dan didistribusikannya sarana

pembelajaran tanpa dibarengi dengan pembekalan kemampuan, sikap dan keterampilan pada calon pemakai) dan sering juga karena perubahan kurikulum (perubahan kurikulum membuat tidak berlakunya lagi buku-buku sebelumnya). Di balik pembaruan terjadi pemborosan. 4. Relevansi Pendidikan

Sejauh mana sistem pendidikan dapat menghasilkan luaran pendidikan yang dapat mengisi semua sektor yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Gambaran relevansi pendidikan: 1) Status lembaga pendidikan sendiri masih bermacammacam kualitasnya. 2) Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan luaran siap pakai. 3) Peta kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratannya yang dapat di gunakan sebagai pedoman oleh lembagalembaga pendidikan. 4) Luaran yang diproduksi oleh sistem pendidikan lebih besar daripada yang dibutuhkan.

C. Keterkaitan Masalah-Masalah Pendidikan Ke empat masalah pendidikan tersebut masing-masing dikatakan teratasi jika pendidikan: 1) Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar. 2) Dapat mencapai hasil yang bermutu.

3) Dapat terlaksana secara efisien. 4) Produknya yang bermutu tersebut relevan. Ada dua faktor penyebab pendidikan yang bermutu belum dapat diusahakan: 1) Gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengarahan dana dan daya. 2) Kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, pengerahan tenaga pendidikan yang kurang kompeten, kurikulum yang belum mantap, sarana yang tidak memadai, dll.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan 1) Perkembangan iptek dan seni a. Iptek Ilmu pengetahuan merupakan hasil ekspresi secara sistem dan terorganisasi mengenai alam semesta dan teknologi adlah penerapan yang direncanakan dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Masalah yang muncul karena inovasi baru ini disebabkan:

Karena belum adanya jaminan bahwa inovasi itu pasti membawa hasil.

b. Seni

Orang merasa ragu dan gusar jika menghadapi hal baru.

Aktivitas kesenian mempunyai andil yang besar karena dapat mengisi pengembangan dominan efektif khususnya emosi yang positif dan konstruktif serta keterampilan di samping domain kognitif yang sudah digarap melalui program atau bidang studi yang lain. 2) Laju Pertumbuhan Pendidikan a. Pertambahan Penduduk Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka penyediaan prasarana dan sarana pendidikan beserta komponen penunjang terselenggaranya pendidikan harus ditambah. Berarti beban pembangunan nasional menjadi bertambah. b. Penyebaran Penduduk Penyebaran penduduk di seluruh pelosok tanah air tidak merata. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam penyediaan sarana pendidikan dan penempatan tenaga pendidik. 3) Aspirasi Masyarakat

10

Masyarakat memiliki aspirasi, pendidikan tinggi maka memperoleh pekerjaan yang baik dan taraf hidup meningkat. Karena aspirasi masyarakat inilah, orang tua cenderung mendorong anak-anaknya untuk bersekolah. Akibatnya banyaknya pelamar pada sekolah-sekolah dan arus pelajar pun meningkat. Hal seperti penyaringan siswa yang kurang objektif pun terjadi, jumlah siswa melebihi kapasitas, jumlah kelas membengkak, adanya giliran kelas, kekurangan sarana, guru dan lainnya. dampaknya terjadi penurunan kadar efektivitas. Namun bukan berarti aspirasi ini harus diredam. 4) Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan Keterbelakangan budaya terjadi karena: Letak geografis. Penolakan masyarakat. Ketidakmampuan masyarakat secara ekonomis.

Faktor penyebab terjadinya keterbelakangan budaya: Masyarakat daerah terpencil. Masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis. Masyarakat yang kurang terdidik.

Yang menjadi masalah ialah kelompok masyarakat yang terbelakang kebudayaannya tidak turut berperan serta dalam pembangunan. Jadi inti
11

permasalahannya ialah menyadarkan mereka akan ketertinggalannya, dan bagaimana cara menyediakan sarana kehidupan dan bagaimana sistem pendidikan dapat melibatkan mereka.

E. Permasalahan Aktual Pendidikan dan Penanggulangannya 1. Permasalahan Aktual Pendidikan di Indonesia Beberapa masalah aktual pendidikan di Indonesia diantaranya: a) Masalah Keutuhan Pencapaian Sasaran Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Indonesia telah memiliki konsep yang baik untuk mewujudkannya, namun pelaksanaannya belum efektif. Cenderung hanya mengarah pada pengutamaan pengembangan aspek kognitif (penguasaan pengetahuan). disini terlihat pengembangan daya pikir dinomorsatukan, sedangkan perasaan dan hati diabaikan. Padahal untuk pengembangan perasaan dan hati agar memahami nilai-nilai tidak cukup hanya berkenalan dengan nilai-nilai melainkan harus mengalaminya. Disini lah terlihat masalahnya, apakah sistem pendidikan di negara kita memberi peluang demi terjadinya pengalaman-pengalaman tersebut. Berikut ini adalah hambatan yang dialami:

12

Bahan kurikulum sudah terlalu sarat. Pendidikan afektif sulit diprogramkan secara eksplisit. Pencapaian hasil pendidikan afektif memakan waktu. Menilai hasil pendidikan afektif tidak mudah.

b) Masalah Kurikulum Pelaksanaan kurikulum tidaklah mudah dan cukup rumit. Disinilah letak masalahnya: Pemilihan materi muatan lokal. Penyusunan program. Koordinasi pelaksanaan. Penyediaan sarana, fasilitas, dan biaya.

Hambatan yang besar dari pemecahan terhadap konsep tersebut adalah bagaimana memasyarakatkannya di kalangan para pelaksana pendidikan di lapangan. c) Masalah Peranan Guru Dari sisi pembelajaran seorang guru diharapkan dapat melakukan multiperan, selain sebagai tenaga pendidik, seorang guru juga mampu tujuan mengelola proses pembelajaran,

menunjukkan

pembelajaran,

mengorganisasikan

13

kegiatan pembelajaran, mengkomunikasikan murid dengan berbagai sumber belajar, menyediakan dan memberikan kemudahan-kemudahan belajar, dan memberikan dorongan belajar. Namun dalam kenyataan kebanyakan guru belum siap untuk berbuat demikian. d) Masalah Pendidikan Dasar 9 Tahun Hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan wajib belajar 9 tahun: Realisasi pendidikan dasar yang diatur dengan PP No. 28 Thn. 1989 masih harus dicarikan titik temunya dengan PP No. 65 Thn. 1951. Kurikulum yang belum siap. Pada masa transisi para pelaksana pendidikan di lapangan perlu disiapkan melalui bimbingan-

bimbingan, penyuluhan, penataran, dan lain-lain. Hambatan lain berasal dari sambutan masyarakat, terutama orang tua/kalangan yang kurang mampu. 2. Upaya Penanggulangan Upaya yang perlu dilakukan untuk menaggulangi masalah-masalah diatas, sebagai berikut:

14

a. Pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogram tidak cukup berlangsung hanya secara insidental. b. Pelaksanaan ko dan ekstrakurikuler dikerjakan dengan penuh kesungguhan dan hasilnya diperhitungkan dalam menerapkan nilai akhir ataupun pelulusan. c. Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan belajar ke perguruan tinggi dengan yang akan terjun ke masyarakat. d. Pendidikan tenaga kependidikan. e. Pelaksanaan pendidikan 9 tahun.

15

You might also like