Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK II
PENDAHULUAN
Pada tahun 1908, Metchnikoff dan Erlich mengemukakan mengenai teori imunologi yang membawa perubahan besar pada pemanfaatan antibodi untuk mendeteksi adanya antigen (zat asing) Sebelum ditemukannya teknologi antibodi monoklonal, antibodi dahulunya diperoleh dengan cara konvensional yakni mengimunisasi hewan percobaan, mengambil darahnya dan mengisolasi antibodi dalam serum sehingga menghasilkan antibodi poliklonal di dalam tubuh
Tahun 1975, Georges Khler, Csar Milstein, and Niels Kaj Jerne menemukan cara baru dalam membuat antibodi dengan mengimunisasi hewan percobaan, kemudian sel limfositnya difusikan dengan sel mieloma, sehingga sel hibrid dapat dibiakkan terus menerus
ANTIBODI MONOKLONAL
Antibodi merupakan campuran protein di dalam darah dan disekresi mukosa menghasilkan sistem imun bertujuan untuk melawan antigen asing yang masuk ke dalam sirkulasi darah. Antibodi dibentuk oleh sel darah putih yang disebut limfosit B. Limfosit B akan mengeluarkan antibodi yang kemudian diletakkan pada permukaannya. Setiap antibodi yang berbeda akan mengenali dan mengikat hanya satu antigen spesifik. Antigen merupakan suatu protein yang terdapat pada permukaan bakteri, virus dan sel kanker
Pengikatan antigen akan memicu multiplikasi sel B dan penglepasan antibodi. Ikatan antigen antibodi mengaktivasi sistem respons imun
HIBRIDOMA
Hibridoma teknologi dengan menggabungkan sel normal dan sel mieloma untuk membentuk suatu protein tertentu. Dalam pembentukan MAB, dengan menggabungkan sel B normal yang telah diimunisasi dan sel B kanker (mieloma) Sel hibridoma mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara tidak terbatas dalam kultur sel, sehingga mampu memproduksi antibodi homogen yang spesifik (monoklonal) dalam jumlah yang hampir tak terbatas
MEDIUM HAT
Untuk menseleksi hibridoma yang cocok, kita bisa menggunakan medium HAT (hypoxanthine, aminopterin, dan thymidine) aminopterin akan memblok sintesis nukleotida jalur de novo karena aminopterin analog dengan koenzim (f-THFA) yang penting untuk sintesis purin lewat jalur de novo Hipoxantin dan Thymidine adalah senyawa analog dalam pembentukan purine dalam sintesis DNA jalur salvage.
Sel mieloma yang diseleksi untuk tidak bisa mensintesis enzim HGPRT akan difusikan dengan sel normal yang dapat mensintesis enzim HGPRT. Dengan penambahan medium HAT dalam fusi kedua sel tersebut dapat menseleksi sel hibridoma yang dapat hidup. Sel mieloma yang tidak berfusi akan mati karena tidak membentuk DNA karena tidak memiliki enzim HGPRT Sel normal akan mati karena memiliki waktu hidup yang terbatas.
PEMBENTUKAN MAB
Imunisasi
mencit Fusi sel limfa dan sel mieloma Eliminasi Sel Induk yang Tidak Berfusi Isolasi dan Pemilihan Klon Hibridoma
IMUNISASI MENCIT
Antigen berupa protein atau polisakarida yang berasal dari bakteri atau virus, disuntikkan secara subkutan pada beberapa tempat atau secara intra peritoneal. Setelah 23 minggu disusul suntikan antigen secara intravena, mencit yang tanggap kebal terbaik dipilih. Pada hari ke-12 hari suntikan terakhir antibodi yang terbentuk pada mencit diperiksa dan diukur titer antibodinya. Mencit dimatikan dan limfanya diambil secara aseptis. Kemudian dibuat suspensi sel limfa untuk memisahkan sel B yang mengandung antibodi. Cara imunisasi lain yang sering digunakan adalah imunisasi sekali suntik intralimfa (single-shot intrasplenic immunization). Imunisasi cara ini dianggap lebih baik, karena eliminasi antigen oleh tubuh dapat dicegah.
Pada kondisi biakan jaringan biasa, sel limfa yang membuat antibodi akan cepat mati, sedangkan sel mieloma dapat dibiakkan terus-menerus. Fusi sel dapat menciptakan sel hibrid yang terdiri dari gabungan sel limfa yang dapat membuat antibodi dan sel mieloma yang dapat dibiakkan secara terus menerus dalam jumlah yang tidak terbatas secara in vitro. Fusi sel diawali dengan fusi membran plasma sehingga menghasilkan sel besar dengan dua atau lebih inti sel, yang berasal dari kedua induk sel yang berbeda jenis yang disebut heterokarion. Pada waktu tumbuh dan membelah diri terbentuk satu inti yang mengandung kromosom kedua induk yang disebut sel hibrid
Frekuensi terjadinya hibrid sel limfa-sel mieloma biasanya rendah, karena itu penting untuk mematikan sel yang tidak fusi yang jumlahnyaa lebih banyak agar sel hibrid mempunyai kesempatan untuk tumbuh dengan cara membiakkan sel hibrid dalam media selektif yang mengandung hyloxanthine, aminopterin, dan thymidine (HAT).
Sel hibrid dikembangbiakkan sedemikian rupa, sehingga tiap sel hibrid aka membentuk koloni homogen yang disebut hibridoma. Tiap koloni kemudian dibiakkan terpisah satu sama lain. Hibridoma yang tumbuh diharapkan mensekresi antibodi ke dalam medium, sehingga antibodi yang terbentuk bisa diisolasi. Pemilihan klon hibridoma dilakukan dua kali, pertama adalah dilakukan untuk memperoleh hibridoma yang dapat menghasilkan antibodi, dan yang kedua adalah memilih sel hibridoma penghasil antibodi monoklonal yang potensial menghasilkan antibodi monoklonal yang tinggi dan stabil.
Antibodi monoklonal Chimeric Pada eksperimen awal, terdapat reaksi alergi dari bagian asing antibodi eksperimental dari tikus, yang disebut HAMA (human anti-mouse antibodi) yang membatasi kegunaan dan mencegah digunakan lebih dari sekali. Para pengembang mengatasi masalah ini dengan menghapus bagian antigen dari bagian tikus tersebut dengan antibodi chimeric. Pembuatan antibodi chimeric yaitu dengan rekayasa genetika dengan mengubah rangkaian gen pembentuk susunan protein dalam mencit/tikus penghasil antibodi dengan gen pada manusia sehingga menghasilkan antibodi yang 65% sama dengan antibodi manusia
TERIMA KASIH