You are on page 1of 24

BAB 2 ISI DAN PEMBAHASAN

Wideband Code Division Multiple Access (WCDMA) merupakan teknik multiple access yang berdasarkan spektral tersebar, dimana sinyal informasi disebar pada pita frekuensi yang lebih besar daripada lebar pita sinyal aslinya (informasi). Sistem WCDMA hanya memerlukan satu channel frekuensi radio untuk semua pemakainya, masing-masing pemakai diberi kode yang membedakan antara pengguna satu dengan yang lain. Skema metode akses yang digunakan untuk penyebaran sinyal WCDMA adalah direct sequencedimana code sequence digunakan secara langsung untuk memodulasi sinyal radio yang dipancarkan dengan menggunakan sinyal penebar. Pada makalah ini diperkenalkan tentang konsep, arsitektur jaringan serta karakteristik dari WCDMA.

2.1 Konsep WCDMA


WCDMA adalah salah satu dari 5 standar telekomunikasi selluler generasi ketiga yang memiliki kapabilitas layanan dengan kecepatan transfer data sebagai berikut: 144 kbps untuk pengguna dengan mobilitas yang cepat 384 kbps untuk pengguna yang mobilitasnya lambat 2 Mbps untuk pengguna tanpa mobilitas Sebagai salah satu teknologi generasi ke-3, WCDMA memiliki berbagai kehandalan diantaranya: Kecepatan data yang bervariasi untuk circuit maupun packet bearer

Penggunaan spectrum radio yang sama untuk service data dan suara yang dimungkinkan dengan adanya service multiplexing Quality of Service Requirements Handover dengan kemungkinan gangguan yang hampir tidak ada baik antar cell maupun antar operator Ko-eksistensi dengan jaringan generasi ke-2 Effisiensi spektrum yang tinggi WCDMA merupakan teknologi direct sequence CDMA dengan chip rate 3,84 Mcps. Sistem generasi ke-3 ini diusulkan oleh badan standarisasi eropa, ETSI, sebagai kelanjutan dari sistem generasi ke-2 GSM dan sebagai kandidat yang telah memenuhi kriteria pada rekomendasi IMT-2000 ITU. Gambar berikut ini merupakan alur evolusi dari sistem generasi ke-2 ke generasi ke-3:

Gambar 1: Evolusi teknologi 2G ke 3G Dari evolusi sistem yang ada, terdapat beberapa parameter dari generasi ke-2 yang masih relevan digunakan pada sistem generasi ke-3. parameter parameter yang dimaksud diantaranya: Mobility Management (MM)

GPRS Mobility Management Connection Management Session Management Subscriber IdentityModule Tabel berikut ini, menunjukkan beberapa perbedaan mendasar antara teknologi generasi ke-2 GSM dan generasi ke-3 WCDMA: Parameter Metode Akses Bandwidth Carrier Frequency Kerja Frequency Reused Factor Packet Data Frequency Diversity Frequency Power Control Downlink Transmit Diversity Tidak distandarkan Distandarkan per GSM TDMA 200 khz 900 Mhz & 1800 Mhz 7 Timeslot WCDMA CDMA 5 Mhz

1900 Mhz & 2100 Mhz

1 based Load based on Packet Scheduling Multipath Diversity

scheduling (GPRS) Frequency Hopping

dengan Rake Receiver 1500 Hz

Di bawah 2 Hz

Tabel 1: Perbandingan Parameter 2G GSM dengan 3G WCDMA

Tabel 2: Spesifikasi WCDMA Pengembangan WCDMA sebagai salah satu standar 3G didukung oleh sebuah badan yang beranggotakan badan badan standarisasi di dunia. Badan yang dimaksud adalah 3GPP (third generation partnership project).

2.2 Arsitektur Jaringan WCDMA


Teknologi telekomunikasi wireless generasi ketiga (3G) yaitu Universal Mobile Telecommunication System (UMTS). Universal Mobile Telecommunication System merupakan suatu evolusi dari GSM, dimana interface radionya adalah WCDMA, mampu melayani transmisi data dengan kecepatan yang lebih tinggi, kecepatan data yang berbeda untuk aplikasi-aplikasi dengan QoS yang berbeda. Berikut ini adalah gambar arsitektur jaringan UMTS, yaitu terlihat pada gambar di bawah ini :

Dari gambar diatasa terlihat bahwa arsitektur jaringan UMTS terdiri dari perangkatperangkat yang saling mendukung, yaitu sebagai berikut : 1. UE (User Equipment) User Equipment merupakan perangkat yang digunakan oleh pelanggan untuk dapat memperoleh layanan komunikasi bergerak. UE dilengkapi dengan smart card yang dikenal dengan nama USIM (UMTS Subscriber Identity Module) yang berisi nomor identitas pelanggan dan juga algoritma security untuk keamanan seperti authentication algorithm dan algoritma enkripsi. Selain terdapat USIM, UE juga dilengkapi dengan ME (Mobile Equipment) yang berfungsi sebagai terminal radio yang digunakan untuk komunikasi lewat radio. 2. UTRAN (UMTS Terresterial Radio Access Network) Di dalam UTRAN terdapat beberapa elemen jaringan yang baru dibandingkan dengan teknologi 2G yang ada saat ini, di antaranya adalah node B dan RNC (Radio Network Controller). RNC (Radio Network Controller) RNC bertanggung jawab mengontrol radio resources pada UTRAN yang membawahi beberapa Node B, menghubungkan CN (Core Network) dengan user,

dan merupakan tempat berakhirnya protokol RRC(Radio Resource Control) yang mendefinisikan pesan dan prosedur antara mobile user dengan UTRAN. Node B Node B sama dengan Base Station di dalam jaringan GSM. Node B merupakan perangkat pemancar dan penerima yang memberikan pelayanan radio kepada UE. Fungsi utama node B adalah melakukan proses pada layer 1 antara lain : channel coding, interleaving, spreading, de-spreading, modulasi, demodulasi dan lain-lain. Node B juga melakukan beberapa operasi RRM (Radio Resouce Management), sepertihandover dan power control 3. CN (Core Network) Core Network berfungsi sebagai switching pada jaringan UMTS, memanajeman jaringan serta sebagaiinterface antara jaringan UMTS dengan jaringan yang lainnya. Komponen Core Network UMTS terdiri dari MSC (Mobile Switching Center) MSC didesain sebagai switching untuk layanan berbasis circuit

switch seperti video, video call. VLR (Visitor Location Register) VLR merupakan database yang berisi informasi sementara mengenai pelanggan terutama mengenai lokasi dari pelanggan pada cakupan area jaringan. HLR (Home Location Register) HLR merupakan database yang berisi data-data pelanggan yang tetap. Data-data tersebut antara lain berisi layanan pelanggan, service tambahan serta informasi mengenai lokasi pelanggan yang paling akhir (Update Location) SGSN ( Serving GPRS Support Node)

SGSN merupakan gerbang penghubung jaringan BSS/BTS ke jaringan GPRS. Fungsi SGSN adalah sebagai berikut : Mengantarkan packet data ke MS Update pelanggan ke HLR Registrasi pelanggan baru GGSN ( Gateway GPRS Support Node ) GGSN berfungsi sebagai gerbang penghubung dari jaringan GPRS ke jaringan paket data standard (PDN). GGSN berfungsi dalam menyediakan fasilitas internetworking dengan eksternal packet-switch network dan dihubungkan dengan SGSN via Internet Protokol (IP). GGSN akan berperan antarmuka logik bagi PDN, dimana GGSN akan memancarkan dan menerima paket data dari SGSN atau PDN. Selain itu juga terdapat beberapa interface baru, seperti : Uu, Iu, Iub, Iur. Antara UE dan UTRAN terdapatinterface Uu. Di dalam UTRAN terdapat interface Iub yang menghubungkan Node B dan RNC, InterfaceIur yang menghubungkan antar RNC, sedangkan UTRAN plane . dan CN dihubungkan oleh interface Iu. protocol Protokol yang pada interface Uu dan Iu dibagi menjadi dua sesuai fungsinya, yaitu bagian control plane danuser Bagian user Stratum (AS). plane merupakan Sedangkan control mengimplementasikan layanan Radio Access Bearer (RAB), misalnya membawa data user melalui Access planeberfungsi mengontrol RAB dan koneksi antara mobile user dengan jaringan dari aspek : jenis layanan yang diminta, pengontrolan sumber daya transmisi , handover , mekanisme transfer Non Access Stratum(NAS) seperti Mobility Management (MM), Connection Management (CM), Session Management (SM) ,dan lain-lain.

2.3 Karakteristik Sistem WCDMA

Salah satu karakteristik yang terpenting dari WCDMA adalah kenyataan bahwa power merupakanresource yang dishare secara bersama-sama. Hal ini menjadikan sistem WCDMA sangat fleksibel dalam menyediakan paduan layanan dan untuk layanan yang membutuhkan variable kualitas sinyal bit rate. Radio Resource batas Management dilakukan dengan mengalokasikan power untuk setiap user (call), dan menjamin bahwa tidak melampaui maksimum interference yang telah ditentukan. Tidak ada alokasi kode maupun time slot yang dibutuhkan ketika terjadi perubahan bit rate. Hal ini berarti bahwa alokasi physical channel tidak terpengaruh pada saat terjadi perubahan bit rate. Sistem WCDMA tidak membutuhkan perencanaan frekuensi, dikarenakan setiap cell menggunakan frekuensi yang sama. Fleksibilitas dimiliki oleh system WCDMA, dikarenakan sistem ini menggunakan kode OVSF (Orthogonal Variable Spreading Codes) untuk channelization dari user yang berbeda. Kode ini memiliki karakteristik dalam hal orthogonalitas antara users (layanan yang berbeda dialokasikan untuk satu user) berbeda. meskipun user tersebut Dengan berubahnya bit menggunakan bit rate, maka rate yang berbeda. Sebuah physical resource dapat membawa beberapa layanan dengan bit rate yang alokasipower untuk physical resource tersebut juga akan berubah sehingga QoS dijamin pada setiap komunikasi. Setiap radio frame memiliki periode sebesar 10 ms yang dibagi ke dalam 15 slot, yang menggambarkan satu periode power control. Power control yang digunakan didasarkan pada SIR (Signal to Interference Ratio), dimana fast closed loop disesuaikan dengan SIR dan perubahan SIR target dilakukan oleh outer loop. 2.3.1 Metode Akses Terdapat 3 jenis metode akses yang dikenal dalam dunia telekomunikasi. Ketiga metode akses yang dimaksud tergambar pada gambar berikut ini:

Gambar3: Metode Multiple access Dalam sistem telekomunikasi WCDMA, teknik multiple access yang digunakan adalah Code Divison Multiple Access. Pada teknik multiple access ini, setiap user menggunakan resource frekuensi dan waktu yang sama namun dibedakan oleh kode masing masing yang unik. Hal ini lah yang memungkinkan WCDMA memiliki kecepatan transmisi data yang jauh lebih tinggi dari pada GSM. Di samping itu, kelebihan dari WCDMA adalah kapasitas pengguna yang dapat dilayani pada suatu cell sifatnya lebih fleksible dan dapat diatur. Hal ini dapat dilakukan juga karena sistem multiple akses CDMA. Antara pengguna satu dengan pengguna lain akan berperan sebagai noise bagi sesamanya. Kapasitas dapat diatur berdasarkan level kualitas yang dimungkinkan atau yang dikehendaki dalam suatu cell. Semakin tinggi kualitas layanan yang ditetapkan pada suatu cell maka kapasitas pengguna pun berkurang, begitu juga sebaliknya jika kualitas layanan dikurangi, maka kapasitas pengguna pada suatu cell akan meningkat. 2.3.2 Teknik Spread Spectrum Spread Sprectrum adalah suatu teknik modulasi digital dimana sinyal yang sudah termodulasi dimodulasikan kembali. Spread spectrum dapat dikatakan sebagai teknologi spektral tersebar yang dirancang untuk melawan jamming dengan memperbesar lebar pita frekuensi. Teknik spread spectrum sendiri terdiri dari 2 jenis yaitu Direct Sequence dan Time Division. Sistem telekomunikasi WCDMA sendiri

menggunakan tipe spread spectrum direct sequence yang memiliki ciri khas penebaran spektral sinyal yang kemudian ditransmisikan secara langsung. Gambar berikut memberikan sedikit gambaran tentang konsep dari spread spectrum

Gambar 4: Ilustrasi Spread Spectrum

Hal lain yang menjadi ciri khas dari Spread spectrum yang digunakan pada sistem WCDMA adalah kode spreading sequence yang diterapkan. Kode yang diterapkan baik pada sisi transmit maupun receive sistem WCDMA adalah Orthogonal Variable Spreading Function (OVSF) yang memiliki factor spreading 256 untuk uplink dan 512 untuk downlink. Kecepatan dari kode spreading pada WCDMA (begitu pula pada CDMA) disebut Chip Rate. Besarnya chip rate pada WCDMA adalah 3,84 Mcps Factor spreading pada sistem WCDMA bervariasi dari 4 sampai dengan 512. Faktor spreading diasumsikan sebagai perbandingan antara Chip rate dengan Data rate.

Faktor Spreading = (Chip rate)/(Data Rate) Jika diasumsikan data rate untuk seorang pengguna adalah 15 Kbps (dengan lebar bandwidth sebesar 15 Khz) maka faktor spreadingnya dapat dicari sebagai berikut: Faktor Spreading =3,84 Mcps/15 Kbps = 3840K/ 15 K = 256 2.2.3 Frekuensi Reuse Frequency Reuse adalah suatu teknik yang memungkinkan penggunaan frekuensi kerja yang sama antara 2 atau lebih cell yang berbeda tanpa terjadinya gangguan (interferensi). Frequency reuse memiliki parameter tersendiri yang disebut factor reuse. Berbeda dengan factor reuse yang dimiliki oleh sistem generasi ke-2 GSM yaitu 7, pada sistem WCDMA factor reuse yang diterapkan adalah 1. Hal ini memungkinkan sebuah operator dengan alokasi satu frekuensi kerja yang memiliki bandwidth 5 Mhz memakai frekuensi kerja yang sama di setiap cellnya. Faktor reuse 1 pada sistem WCDMA dapat diterapkan karena adanya penerapan level kualitas layanan yang diukur ambang batasnya serta karena sistem multiple access yang digunakan yaitu CDMA.

Gambar 5: Faktor Reuse GSM dan WCDMA 2.2.4 Frekuensi Kerja

Sistem telekomunikasi generasi ke-3 (3G) memiliki alokasi frekuensi yang telah ditetapkan. Spektrum frekuensi 3G dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 6: Spektrum Frekuensi kerja 3G Sistem WCDMA yang diterapkan di negara Indonesia memiliki range frekuensi kerja 1920 Mhz 1980 Mhz untuk uplink dan 2110 Mhz 2170 Mhz untuk Downlink. Dari lebar frekuensi kerja yang dimiliki sistem WCDMA secara keseluruhan yaitu sebesar 60 Mhz dilelang kepada operator. Frekuensi kerja sesuai dengan karakteristik WCDMA yaitu dengan besar bandwidth sebuah frekuensi alokasi sebesar 5 Mhz. Sampai akhir 2005, dari 60 Mhz total spectrum yang dimiliki WCDMA, telah dialokasikan kepada beberapa operator dengan perincian sebagai berikut: Dilelang = 60 MHZ (total) 10 Mhz (CAC) 5 Mhz (Lippo) 10 Mhz (GB) 5 Mhz (WIN) = 30 Mhz Sisa 30 Mhz frekuensi ini kemudian dimenang oleh 3 operator besar di dunia telekomunikasi selluler Indonesia yaitu Telkomsel, XL, dan Indosat. 2.2.5 Kendali Daya Operasi (Power Control)

Power control pada sistem WCDMA adalah untuk mengontrol daya pancar dari UE ke Node B. Level daya pancar akan diatur sedemikian rupa sehingga interferensinya tidak terlalu besar. Tujuan utama penggunaan power control pada WCDMA adalah untuk mendapatkan kualitas komunikasi yang baik, mengurangi interferensi, dan memaksimalkan kapasitas. Sistem komunikasi seluler CDMA menggunakan tipe power control di bawah ini : a. Reverse open-loop power control b. Reverse close-loop power control c. Reverse outerloop power control d. Forward close-loop power control Power control dalam sistem CDMA dibedakan atas reverse power control dan forward power control.Power control reverse ditujukan untuk mengontrol level daya pancar UE, sedangkan power control forward digunakan untuk mengontrol level daya pancar Node B. Pada WCDMA menggunakan metodefast power control khususnya pada arah reverse. Periode peng-updatean power control user adalah 1500 kali setiap menit (1500KHz) yang lebih cepat daripada perubahan pathloss user dan juga bahkan lebih cepat dari perubahan kanal fast reyleigh fading. WCDMA menggunakan open loop power controluntuk initial daya pertama kali yang harus dipancarkan oleh UE. Sedangkan selanjutnya, untuk arahreverse menggunakan fast close loop power control. Pada metode ini Node B membandingkan SIR useryang diterima dan dibandingkan dengan SIR target. Jika lebih besar maka akan dikirim command untuk menurunkan daya transmit user, dan sebaliknya. Metode closed loop power control ini akan mampu mengontrol ketidakseimbangan daya reverse yang diterima oleh Node B, Sedangkan pada arah forwardmenggunakan close loop power control. Alasannya bagaimana agar user yang berada di sisi border sel juga bisa mendapatkan sinyal dengan kualitas yang bagus, artinya memperkecil efek other cell interference. Fungsi closed loop power control pada arah forward juga member tambahan daya untuk menjaga Qos sinyal jika error correcting code tidak bekerja dengan baik. 2.2.6 Soft Handover Salah satu fitur yang ditawarkan sistem telekomunikasi selluler adalah Handover. Handover menjamin adanya kontinuitas komunikasi apabila pengguna bergerak dari satu cell ke cell yang lainnya. Pada sistem GSM (2G), frekunsi antar cell yang

bersebelahan berbeda, sehingga handover yang dimungkinkan adalah break before make, di mana terjadi pemutusan terlebih dahulu dari frekuensi operasi pada suatu cell untuk kemudian berhubungan dengan frekuensi kerja pada cell yang baru didatangi. Berbeda dengan handover yang ada pada sistem GSM, pada sistem WCDMA handover yang ada bersifat Make before Break atau disebut Soft Handover. Soft Handover berarti koneksi ke node B yang menangani cell yang baru didatangi terlebih dahulu dibentuk, sebelum koneksi ke node B cell yang ditinggalkan dilepas. Hal ini dilakukan dengan melihat perbandingan level daya yang diterima pada suatu Node B dari terminal pengguna. Node B yang mengukur level pengguna sudah dibawah ambang batas, maka harus bersiap siap melepaskan koneksi ke pengguna yang dimaksud. Begitu juga sebaliknya, Node B yang mengukur nilai daya terima dari pengguna lebih dari ambang batas maka node B tersebut harus membangun koneksi ke pengguna yang bersangkutan.

Gambar 7: Soft Handover Downlink

Gambar 8: Soft Handover Uplink Terdapat beberapa macam handover dalam sistem WCDMA antara lain : a. Intra-system Handover Intra-system Handover terjadi dalam satu sistem. Dapat dibagi menjadi intra frequency handover daninter frequency handover. Intra frequency handover terjadi antar sel WCDMA dengan carrier yang sama, sedangkan inter frequency handover terjadi antar sel WCDMA dengan carrier yang berbeda. b. Inter-system Handover Inter-system Handover berlangsung antar sel yang mempunyai dua Radio Access Technologies (RAT) berbeda atau Radio Access Modes (RAM) berbeda. Kasus yang paling antara WCDMA dan GSM/EDGE (IRATHO), selain itu karena sistem CDMA yang berbeda. c. Soft / Softer Handover Soft handover adalah kondisi jika UE dihubungkan dengan lebih dari satu sector pada site yang berbeda, dan softer handover adalah kondisi ketika UE dihubungkan dengan lebih dari satu sektor pada site yang sama. Jumlah user pada soft handover ditentukan oleh coverage untuk tiap sektornya. Selama proses pemasangan antenna dalam hal penentuan orientasi dan tilt sangat penting untuk merencanakan seberapa besar daerah handover, dimana coverage tiap sektornya saling beririsan

dengan base stationyang berbeda sesuai dengan jenis layanan dan distribusi dari pelanggan 2.2.7 Multipath dan Rake Receiver Hal lain yang menjadi keunggulan sistem WCDMA adalah kemampuannya untuk menggunakan sinyal yang diterima receiver dengan waktu delay yang berbeda. Hal ini disebut multipath. Pada sistem narrowband yang menggunakan teknik multiple access FDMA dan TDMA terimaan sinyal yang bersifat multipath tidak dapat didiskriminasi sehingga menjadi fading (gangguan). Pada sistem WCDMA dengan teknik multiple access CDMA, sinyal terimaan yang bersifat multipath justru menguatkan sinyal yang diterima receiver. Pada terminal pengguna, receiver yang diterapkan adalah Rake Reciever yang merupakan satu set penerima yang terdiri dari 3 bagian penerima (finger). Setiap finger secara konstan mencari sinyal terimaan dari berbagai multipath yang ada dan mensupply sinyal yang diterimanya ke finger yang lainnya. Setiap finger kemudian men-demodulasikan sinyal sinyal yang diterimanya untuk selanjutnya digabungkan sehingga diperoleh sinyal terimaan dengan daya lebih besar.

Gambar 9: Rake Receiver

2.2.8 WCDMA CODES Dalam sistem WCDMA digunakan dua macam operasi pada physical channel : channelization dimana mentransformasikan setiap bit ke dalam jumlah chip SF (Spreading Factor), sedangkan Scrambling Code digunakan untuk menebar sinyal informasi. Pada operasi channelization, kode OVSF (Orthogonal Variabel Spreading Factor) digunakan untuk menjaga keorthogonalan antara physical channel dari sebuah hubungan walaupun dengan menggunakan laju yang berbeda. Pada arah uplink setiap usermemiliki Scrambling Code yang unik dan dapat menggunakan semua kode yang terdapat pada code treeOVSF. Scrambling Code sering juga dikaitkan dengan user dan kode channelization dikaitkan dengan tipe dari layanan sesuai dengan bit rate yang diberikan. Sedangkan pada arah downlink, Scrambling Code digunakan untuk membedakan sektor yang berbeda dan kode channelization dikaitkan dengan tipe layanan yang berbeda dan user.

SCRAMBLING CODE Pada arah uplink terdapat code) dan short scrambling dua macam Scrambling codes, yang Code yaitu long (gold

masing-masing

berjumlah

224 buah. Scrambling Code ditentukan oleh layer atas. Pada proses scrambling, urutan kode dari user yang telah di-spreading dikalikan dengan kodepseudorandom. Pada arah downlink, jumlah maksimum dari Scrambling Code (Gold code dengan deret sepanjang 38400 chips) adalah 218 1, namun tidak semua kode digunakan. Scrambling Code dibagi menjadi 512 set Primary Scrambling Code dan 15 Secondary Scrambling Code, sehingga total kode yang digunakan adalah 8192. Setiap sektor dialokasikan hanya satu primary SC. Sebagai konsekwensinya jumlah maksimum reuse Scrambling Code adalah 1 : 512. Kode dibagi ke dalam 64 group

yang berbeda dan jika neighbour dari sektor lain dialokasikan kode dari group kode yang berbeda maka konsumsi power dari UE akan berkurang, sehingga pada kenyataannya reuse kode akan lebih kecil dari 1 : 64. Primary CCPCH selalu dikirimkan menggunakan Primary Scrambling Code sementaraphysical channel yang lain dapat dikirimkan dengan salah satu primary ataupun secondary SC digabungkan dengan primary SC dari sebuah sektor. CHANNELIZATION CODE Spreading Code biasa juga disebut kode kanalisasi pada WCDMA. Sesuai standar 3GPP untuk UMTS digunakan kode Orthogonal Variable Spreading Factor (OVSF). Kode OVSF mengijinkan SF yang berbeda untuk kode kanalisasi yang berbeda. Spreading Factor adalah perbandingan antara bandwidthsinyal setelah dan sebelum spreading.Kode OVSF mempunyai karakteristik unik yaitu adanya orthogonalitas di antara kode, artinya suatu kode tidak akan menginterferensi kode lainnya selama keduanya tersinkronisasi . Oleh karena itu, kode OVSF biasanya digunakan untuk sistem yang transmisinya sinkron (downlink). Spreading Factor mulai dari 1 sampai 256 untuk chip rate 3.840 Mcps. Pada arah downlink jumlah maksimum dari OVSF kode penebar adalah 512. Semua user pada sebuah sektor harus berbagi kode channelization yang tersedia pada code tree OVSF, yang merupakanresource yang sangat terbatas. Batasan dari jumlah kode downlink ditunjukkan dengan layanan bit rateyang tinggi akan dialokasikan SF yang rendah. Sebagaimana utilisasi dari sebuah kode menyebabkan tidak tersedianya sub tree dari SF yang tinggi. Selain itu juga, user pada kondisi soft handover menggunakan kode lebih banyak (satu kode untuk setiap layanan). Terkadang penggunaan dari satu kode channelization per user berdampak terhadap orthogonalitas dari penyediaan layanan yang berbeda pada sebuah sektor. Pada kenyataannya, lingkungan yang berbeda dapat mengganggu orthogonalitas, hal ini yang menyebabkan bahwa sistem lebih tergantung terhadap interferensi yang terjadi. Kode OVSF yang sangat terbatas digunakan kembali pada sel lain tetapi

dengan Scrambling Code yang berbeda. Tiap stage dari struktur kode OVSF mempunyai SF yang berbeda. Hal ini tidak dapat menaikkan kapasitas hingga 100% untuk setiap kode yang digunakan karena Scrambling Code memiliki sifat tidak orthogonal. 2.2.9 PILOT POLLUTION Pilot Pollution merupakan kondisi dimana jumlah dari active set yang menangani suatu UE lebih dari 3 dan keseluruhan active set tersebut berada pada range 5dB atau sekitar 3dB dari active set yang terbesar.Active set yang melebihi batasan Max Active Set (3 active set) dapat mengganggu kualitas dari suatu sinyal dan bertindak sebagai penginterferen. Dalam hal ini, penginterferen dapat menurunkan performansi dari suatu sistem. 2.2.10 PILOT SET Kanal pilot menjadi acuan dalam penentuan hand-off. Pilot diidentifikasi oleh MS dan dikategorikan menjadi: a. Active Set, adalah pilot yang dikirimkan oleh BS dimana MS tersebut aktif. Banyaknya pilot yang termasuk pada kategori ini tergantung pada banyaknya komponen rake receiver. b. Candidate Set, terdiri dari pilot yang tidak termasuk dalam active set. Pilot ini harus diterima dengan baik untuk mengidentifikasi bahwa kanal traffik forward link dapat didemodulasi dengan baik. c. Neighbor Set, terdiri dari pilot yang tidak termasuk pada dua kelompok sebelumnya, dan dipergunakan untuk proses handover. d. Remaining Set, terdiri dari keseluruhan pilot dalam sistem kecuali yang terdapat pada active set,candidate set, dan neighbor set. 2.2.11 RAB (RADIO ACCESS BEARER)

Suatu konsep baru yang diperkenalkan oleh UMTS adalah RAB, yang mana merupakan gambaran dari kanal pengiriman antara jaringan dan user. RAB dibagi menjadi radio bearer pada air interface dan Iubearer di radio network (UTRAN). Tujuan RAB yaitu untuk menyediakan sebuah hubungan melalui UTRAN yang mendukung layanan UMTS bearer. UTRAN dapat menyediakan RAB connection dengan karakteristik yang berbeda agar supaya sesuai dengan kebutuhan untuk layanan UMTS bearer yang berbeda. Berikut ini adalah gambaran RAB dalam end to end service, yaitu dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Pengklasifikasian Radio Access Bearer adalah sebagai berikut : Conversational Hal ini dikarakteristikkan dengan rendahnya delay, jitter (variasi delay),

dan error. Kebutuhan akan laju data dapat bervariasi, tetapi secara umum bersifat simetris. Artinya, laju data dalam satu arah akan sama dengan laju data pada arah yang lain. Suara dan data termasuk dalam kategori ini. Voice yang sensitive terhadap delay yang tinggi tidak terlalu memerlukan laju bit yang tinggi, sedangkan video conferencingyang memiliki toleransi terhadap error yang rendah,

memerlukan laju bit yang tinggi.Contohnya : Voice, Video Telephony, Video Gaming dan Video Conferencing Interactive Interaktif trafik dikarakteristikkan dengan toleransi yang rendah terhadap error, tetapi memiliki toleransi terhadap delay yang lebih tinggi daripada layanan conversational. Contohnya : Multimedia, Video on Demand, Webcast dan Real Time video. Streaming Layanan streaming mempunyai dikarenakan adanya buffer data toleransi error yang pada rendah, tetapi audio, pada web

umumnya mempunyai toleransi yang tinggi terhadap delay dan jitter. Hal ini penerima. Streaming browsing dan video termasuk aplikasi streaming. Background Hal ini dikarakteristikkan dengan sangat kecilnya delay. Contohnya adalah pengiriman SMS dan email dari server ke server. Aplikasi background memerlukan pengiriman yang bebas error. 2.2.12 CELL RESELECTION UE akan memilih cell yang cocok dan mode radio akses berdasarkan pengukuran idle mode dan kriteriacell selection. Pada saat UE berada pada mode UMTS atau GSM, UE melakukan pengukuran pada radio akses teknologi yang lain tergantung pada parameter yang diset oleh operator. Parameter tersebut mendefinisikan : Nilai threshold pada serving cell jika UE harus melakukan pengukuran pada cell inter radio akses teknologi. Kualitas minimum yang dibutuhkan untuk pemilihan sebuah cell pada radio akses teknologi yang lain. Perhitungan Kapasitas Pengguna dari Sebuah CellWCDMA

Dalam menghitung kapasitas pengguna yang dapat dilayani pada suatu cell sistem WCDMA terdapat beraneka faktor yang harus dipertimbangkan seperti ambang batas kualitas yang ditetapkan (direpresentasikan oleh Eb/no), efek sektorisasi, aktifitas voice dari pengguna, Power control dan lain lainnya. Secara sederhana kapasitas pengguna yang dapat ditangani pada suatu cell dapat dirumuskan sebagai berikut: - Cell dengan antena Omni Directional: M=((W/R)/(Eb/no(1+?)v))?.? - Cell dengan antena sektoral M=((W/R)/(Eb/no(1+?)v))?.?.? Keterangan: M : Kapasitas pengguna yang dapat dilayani pada suatu cell W : Frekuensi operasi dari suatu cell R : Data Rate dari pengguna Eb/no : Energi bit to noise ratio (merepresentasikan kualitas layanan yang dikehendaki)

Hubungan Eb/no dengan receiver noise bandwidth (BER) dari masing masing jenis modulasi digital dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 10: Hubungan antara Eb/no dengan BER

? : Faktor Interferensi antar user besarnya +/- 0,6 ? : Efek sektorisasi / gain sector. Untuk 120o adalah sebesar 2,5, dan untuk 60o sebesar 5 v : Faktor aktivitas pengguna pada suatu cell (dalam persen) ? : Efek Power Control (dalam persen). Dalam praktek pengontrollan daya untuk arah uplink biasanya tidak bisa sempurna 100 %. Faktor akurasi power control berkisar 85 %. ? : Efek Loading faktor. Parameter ini berhubungan dengan rugi rugi transmisi yang ada pada suatu cell. Hubungan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 11: Loading Factor Vs Transmission Loss Perhitungan sederhana ini dapat digunakan untuk membantu dalam merencanakan kemampuan dari sebuah cell dalam melayani pengguna. Sesuai dengan apa yang telah dijelaskan sebelumnya jumlah pengguna terlayani pada suatu cell dapat disesuaikan dengan pengaturan factor kualitas yang diwakili oleh Eb/no. semakin tinggi Eb/no yang ditetapkan maka semakin tinggi kualitas layanan yang diberikan namun pengguna yang dapat dilayani berkurang jumlahnya. Begitu juga sebaliknya semakin minimum nilai Eb/no yang ditetapkan pada sebuah cell maka jumlah pengguna yang dapat dilayani akan meningkat namun kualitas layanannya semakin terbatas.

You might also like