You are on page 1of 3

Antara relativitas dan cahaya

Udah tahu teori ini kan? Ini teori yang nggemparin dunia sampai ditemukannya efek-efek
memukau di seluruh dunia. Tahu nggak ternyata rumus yang sebegitu rumitnya ternyata dibentuk
dari dari 2 teori sederhana, yaitu:
1. tidak ada kerangka acuan mutlak di alam semesta.
2. cahaya merambat sama cepat bagi semua pengamat.

Nah, artikel kali ini mau bahas relativitas dan cahaya.


1). Tidak ada kerangka acuan mutlak di alam semesta.
Kerangka acuan adalah titik acvuan dalam pengamatan fenomena fisika di alam semesta. Dari
kerangka acuan kita menentukan koordinat objek pengamatan dan mengukur aspek-aspek fisik
dari suatu objek. Contohnya mobil bergerak di jalan raya. Maka kecepatannya diukur dari titik
awalnya. Nggak mungkin dong ngukurnya dari titik puspa. Nentuin sumbu koordinat ini bebas,
guys. Nggak perlu syarat apa-apa karena nanti hasil pengukurannya akan sama jika benar.
Kalo kerangka acuan ini ditafsirkan ke dalam filsafat, maka akan ketemu analoginya sebagai
paradigma, cara pikir, cara pandang dan cara bersikap kita terhadap dunia. Kayak di kerangka
acuan itu tadi lo. Dari sumbu koordinat yang bebas ditentukan, kita pilih, kita putuskan, amati
dan pelajari terus mengukur dan menghitung dunia. Sumber sumbu koordinat kita inilah yang
disebut kerangka acuan.sinonimnya kacamata, guys. Kita bebas melihat dari mana saja dengan
cara bagaimana saja. Dari kacamata itu kita lihat dunia beserta atribut-atributnya seperti mode,
fashion, makanan, sifat, sikap, agama, semua cara pandang kita. Ngerti kan?
Nah kata teoriu pertama nggak ada kerangka acuan mutlak. Ya tentu aja dong. Tiap kerangka
acuan yang dipilih adalah sama. Nggak ada yang yang berhak lebih baik atau lebih
burukdaripada yang lain. Teori ini sudah terbukti pada percobaan eter.
Terus tafsirannya, nggak ada orang mutlak, yang bener terus. Semua punya pandangan sendiri.
Semua bebas memandang duniadunia dan bebas bersikapdi dunia dengan cara mereka sendiri.
Nggak ada satu orang pun yang boleh membenarkan ataui menyalahkan yang lain. Masak
mekso?
Ibaratnya:
A= = = B = = = = =C

B mengukur C sejauh 5=.


A mengukur C sejauh 9=. B juga dihitung posisinya.
Masak B marah-marah dan memaksa A mengganti jawabannya dengan 5? Aneh, kan? Kayak
gitu?
Semua cara pandang orang itu berbeda. Tidak ada 2 atau lebihorang yang berada pada tempat
yang sama dalam waktu yang sama dan proses sejarah yang sama. Tiap orang berada pada
tempat yang berbeda. Relatif istilahnya. Nggak ada yang lebih bener, nggak ada yang paling
bener.nggak ada kata mutlak. Itu pemaksaan. Oleh karena itu manusia jangan menindak orang
lain berdasarkan pandangannya atau perasaannya sendiri.oleh karena itu gue saranin sebaiknya
manusia tidak membuat hukum buat manusia leat dirinya sendiri. Riskan dan
rawanpenyimpangan. Kan nggak ada manusia yang paling bener?
Jadi masak semua hukum di dunia dihapus gara-gara relativitas? Ya nggak lah. Kan tadi dibilang
walaupun semua relatif, kan ada kesamaannya.. atas itu Y+, bawah itu Y-, kiri itu X+, kanan itu
X-, depan itu Z+, belakang itu Z-. Terus jarak antar dua titik selalu positif. Itulah kesamaannya.
Matematika dan fisika kan selalu punya konstanta yang nilainya selalu tetap di mana pun
kerangka acuannya. Dari kesamaan-kesamaan..it..tu..kit…ta..hu..huk..kum…mi…ber..sam…
sam…ma..
Paham? Kalo ya, lanjut. Kalo nggak tanya dong. Masak bego disimpan sendiri.? Bagi dong.
Yo!ganti bab.
2). Cahaya sama cepat bagi semua pengamat.
Ah, ini yang bikin einstein bingung berbulan-bulan. Tapi untungnya einstein sudah temuin
buktinya sehingga kita bisa gunain dengan mudah. Teori ini bener walaupun kelihatannya
bertentangan dengan teori pertama. Kalo masih belum percaya, tanya.
Tafsirannya, cahaya itu… ya cahaya.kayaka di lagu letto sebelum cahaya itu. Yaitu kedatangan
petunjuk. Sudah diketahui semua orang cahaya itu simbol petunjuk yuang membawa manusia
kepada terang, surga, kebahgiaan, kebangkitan, penunjuk jalan, jalan, apa aja deh.
Terus kalo diterjemahkan jadi semua orang jika mendapat cahaya petunjuk tuhan, mereka akan
langsung mangguk-mangguk, setuju,sepakat, sepaha, seiya, sekata, nurut tanpa basa-basi karena
emang dari dalam hati mereka ada nurani yang demen sama cahaya.tanpa peduli sama asal-usul,
acara pikir mereka, paradigma mereka semua masuk. Tinggal nafsu yang main.
Terus dasar asal-usul cahaya kita tahu cahaya itu berasal dari bukan manusia. Ia gelombang
elektromagnetis, bukan mekanis. Diterjemahkan Cahaya itu berasal dari bukan manusia. Dengan
ini semua hukum yang berasal dari manusia harus ditolak karena memiliki cacat, ketidak adilan
dalam skala sekecil apapun, dan ia rawan penyimpangan.
Manusia tak bisa bikin cahaya. Buktinya manusia tak bisa terang sendiri di malam hari. Coba
kalo malam siapa yang akan menerangi malam kalo bukan cahaya. Siapa yang akan menuntun
manusia kalo kegelapan benar-benar mencengkeram manusia seperti penyimpangan penguasa.
Artinya hukum penunjuk manusia harus berasal dari bukan manusia. Ia berasal dari pencipta
manusia dan cahaya, yaitu tuhan.
Lanjut. Kalo gitu sebaiknya cara pandang kita sebaiknya didasarkan pada cahaya dong? Kan kalo
pake dia semua orang setuju/? yap! Tapi katanya nggak boleh dari manusia yang masih relatif.
Kalo bukan manusia siapa?
Nah, itu. Itulah kebenaran sejati. Sumber hukum iuntuk manusia asli. Asli!asli dari mana? Dari
TU…HA…N…(suaranya dibikin menggema dan menggelegar biar heboh.). kenapa? Begini:
Teorema einstein kedua sebenarnya juga punya implikasi dan sisi lain. Pertama kata einstein:
1. kalo nggak ada kerangka acuan mutlak maka ada kecepaan tertingi di mana semua
pengamat akan bisa melihat ia secara sergam berapapun kecepatannya bahkanmeskipun
nol.
2. kecepatan ini adalah kecepatan cahaya yang sudah dibuktikan dengan teori kedua.
3. tidak ada materi duniawi yang bisa secepat cahaya.
Nah, 3 teorema ini memberitahukan bahwamanusia tidak akan mendapat cahaya pada
pemikirannya sendiri. Karena manusia masih punya nafsu walau ia nabi sekalipun. Jadi cahaya
itu harus datang sendiri dari pencipta cahaya sendiri. Sekaligus pencipta manusia, alias Tuhan.
Bukankah begitu?
Jesus dapat cahay dari Tuhan, nabi Muhammad SAW juga dapat wahyudari Allah swt, musa
budhha, konfusius, juga. Mereka bukan menyimpulkan dari pikiran sendiri. Tapi menerima
cahaya dari tuhan. Cahaya kebaikan itulah yang yang menegakkan moral, dan kebaikan moral
serta paradigma manusia dan masyarakat sehingga masyarakat mereka berjalan menuju
kebaikan.
Dengan itu pula hukum tidak boleh lagi berdasar pada manusia semaju apapun teknologinya.
Hukum harus berasal dari bukan manusia, pencipta manusia, pencipta cahaya, yaitu Tuhan.
Kehidupan tidak boleh lagi dipisahkan dari agama. Manusia bisa tahu tapi tuhan punya solusi
bagi semua manusia. Tidak boleh ada lagi sekulerisme karena relativitas telah membuktikannya.
Mari kembali kepada hukum Tuhan.

You might also like