You are on page 1of 6

KERUSAKAN LINGKUNGAN

Jakarta, Kompas - Tingkat risiko bencana diperkirakan semakin meningkat seiring terus menurunnya kualitas lingkungan hidup di sejumlah wilayah di Indonesia. Semakin luas kawasan hutan dibuka untuk perkebunan kelapa sawit atau pertambangan, akan semakin meningkatkan risiko bencana di luar kawasan hutan. Koordinator Hukum dan Kebijakan Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia Ivan V Ageung menyatakan, kejadian bencana yang mengakibatkan kematian diperkirakan lebih banyak 30 persen dibandingkan tahun 2009. Kenaikan itu terjadi karena kebijakan pemanfaatan sumber daya alam lebih berorientasi pada pendapatan anggaran publik daripada menjaga kualitas lingkungan hidup untuk menurunkan risiko bencana. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sejak 2006 hingga 2009 menunjukkan kecenderungan jumlah kejadian bencana yang mengakibatkan kematian semakin banyak. Jumlah bencana yang mengakibatkan kematian pada 2009 memang turun menjadi 498 kejadian, dibandingkan tahun 2008 yang mencapai 1.302 kejadian. Namun, kualitas bencana meningkat karena jumlah korban tewas naik dari 470 jiwa pada 2008 menjadi 1.807 jiwa pada 2009. Tidak maksimalnya penanganan bencana 2009 meningkatkan risiko bencana berulang di lokasi yang sama sehingga kejadian bencana berakibat kematian bisa naik 30 persen, kata Ivan di Jakarta, Selasa (6/4). Menurut dia, risiko itu bisa dikurangi jika Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana 2010-2012 dipercepat pelaksanaannya. Untuk kejadian bencana pada 2010, diperkirakan relatif sama dengan kejadian bencana pada 2009 yang totalnya mencapai 6.299 kejadian, kata Ivan.

Mengutip data BNPB, dari 6.299 kejadian bencana, 2.590 bencana terjadi di Pulau Jawa. Data itu menunjukkan tingginya bencana di kawasan padat penduduk. Pembalakan liar memang menyebabkan turunnya kualitas lingkungan hidup sehingga kejadian bencana bertambah. Namun, bencana di Jawa menunjukkan adanya kesalahan kebijakan tata ruang dan penataan kawasan padat penduduk. Sudah saatnya kebijakan perekonomian dan kebijakan sosial di Jawa berorientasi pada penurunan risiko bencana, kata Ivan. Tingginya kejadian bencana di kawasan perkotaan menunjukkan buruknya pengelolaan lingkungan hidup di perkotaan. Kepala Departemen Mitigasi Risiko Sosial dan Lingkungan Sawit Watch Norman Jiwan menyatakan, konversi hutan untuk perkebunan kelapa sawit telah meningkatkan kekerapan kejadian bencana banjir di sejumlah wilayah di Indonesia.
Sejak dikepung perkebunan kelapa sawit, Kota Jambi semakin sering mengalami banjir. Kecenderungan yang sama terjadi di sejumlah kota di Kalimantan Barat dan Riau, kata Norman. Norman menyatakan, konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit berlangsung marak pada 1999 hingga 2004. Saat itu, setiap tahun terjadi konversi 400.000 hektar hutan sehingga luasan perkebunan kelapa sawit sekarang mencapai 8,4 juta hektar. Kini, pemerintah menargetkan kenaikan produksi minyak sawit mentah (CPO) dari 20 juta ton menjadi 40 juta ton, dan untuk mencapai target itu di perkirakan akan ada 8 juta hektar hutan dikonversi menjadi kebun kelapa sawit. Itu akan menurunkan persediaan air tanah dan meningkatkan risiko bencana banjir di lokasi pembukaan hutan, kata Norman.

Kerusakan Lingkungan Hidup Makin Parah


Kotatuban.com Akhir-akhir ini kerusakan lingkungan hidup sangat merisaukan banyak orang. Sering kita mendengar bencana alam terjadi disekeliling kita mulai banjir, tanah longsor, dan berbagai pencemaran lingkungan lainnya. Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Tuban, Ahmad Izful Fuadi mengungkapkan, saat ini populasi manusia dimuka bumi semakin meningkat. Maka semakin banyak pula masalah lingkungan yang dihadapi.

Kita mulai saat ini harus lebih berfikir bagai mana menyelamatkan lingkungan ini, ujar aktivis asal Rengel ini. Sehingga himpunan ini membentuk tim RELI (relawan lingkungan). Tim ini, terbentuk dari mahasiswa dan siswa-siswa tingkat SMA se-kabupaten Tuban. Kedepannya, tim ini akan bekerja sama dengan intasi atau organisasi terkait khususnya di Kabupaten Tuban, untuk bagaimana penyelamatan alam atau lingkungan yang ada di Kabupaten Tuban.
Kami akan aktif menjaga lingkungan seperti, tanam pohon, bersih pantai, dan berbagai kegiatan lainnya, tutur dia. Sementara itu Ketua Tim Relawan Lingkungan Hidup, Muhammad, mengungkapkan menjaga keberlangsungan lingkungan hidup tanggung jawab semua masyarakat. Seperti yang tertuang dalam UU nomor 32 tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup (PPLH) pasal 65 dan 66. Pasal ini mengatakan, bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai hak asasi manusia. Dikatakan Muhammad, pentingnya menjaga lingkungan hidup bru-baru ini HMI Cabang Tuban melaunching tim relawan lingkungan hidup di Mangrove Center Jenu. Saat ini anggota tim ini sudah mencapai 50 orang dari siswa SMA dan mahasiswa sekabupaten Tuban.

Tips Mengatasi Rumah Kebanjiran


Memang tidak menyenangkan memiliki rumah yang kebanjiran. Selain rawan menimbulkan berbagai jenis penyakit, banjir juga dapat merusakkan beberapa perabot rumah tangga. Apalagi jika banjir yang terjadi memiliki ketinggian yang lumayan, bisabisa bukan hanya perabot rusak atau ancaman penyakit yang datang, tetapi juga nyawa menjadi taruhannya. Banjir yang terjadi dan menimpa suatu kawasan pemukiman penduduk bisa saja dipicu oleh buruknya sistem penataan dan pengaturan sanitasi lingkungan seperti kurang memperhitungkan kondisi kontur tanah ataupun sistem penataan drainase yang kurang memperhitungkan lebar saluran air. Agar banjir yang terjadi tidak sampai membawa akibat yang buruk dan merugikan, ada baiknya mengetahui beberapa tips mengatasi rumah kebanjiran:

Bendung Tidak ada salahnya mempersiapkan bendungan sederhana yang terbuat dari karung yang berisi pasir. Tumpuk karung-karung tersebut pada tempat-tempat sekitar rumah yang memungkinkan air banjir masuk. Dengan demikian apabila terjadi peningkatan debit dan volume air yang memicu pertambahan ketinggian air, air tidak gampang memasuki rumah. Angkat Angkat dan pindahkan beberapa perabot atau furniture yang terbuat dari kayu atau bahan lain turunan kayu. Perabot rumah tangga yang terbuat dari kayu memang rawan rusak apabila tergenang air. Apalagi jika perabot yang dimiliki adalah perabot mahal. Selain memindahkan beberapa perabot, tidak ada salahnya memindahkan beberapa sepatu dan sandal yang dapat hanyut terbawa arus air. Jangan lupa selamatkan perangkat elektronik seperti kulkas, tv, komputer dan lain lain.
Matikan jaringan listrik Tidak ada salahnya mematikan aliran listrik rumah sementara, apalagi jika banjir yang terjadi memiliki ketinggian air yang cukup signifikan. Jaga pasokan air Bagi mereka yang menggunakan air berlangganan seperti PDAM, segera jaga ketersediaan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Segera isi penuh bak kamar mandi dan tandon atas. Apabila menggunakan tandon tanam, segera pindahkan isinya kedalam ember atau tempat lain. Sepatu boot karet Segera kenakan sepatu boot yang terbuat dari karet ketika air sudah mulai memasuki rumah. Penggunaan sepatu boot dari karet berguna untuk melindungi kaki dari kuman ataupun benda tajam yang mungkin terbawa aliran air.

Sudi duga kebakaran Gedung Setneg akibat usia kabel sudah tua

Kebakaran yang terjadi di Gedung Setneg, Kompleks Kepresidenan, beberapa waktu lalu, diduga akibat usia kabel instalasi listrik yang sudah tua. Menteri Sekretaris Negara, Sudi Silalahi mengatakan, kabel di gedung itu dipasang pada tahun 2006.

"Itu (dipasang) tahun 2006. Direnov," ucap Sudi di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (10/4). Meski terjadi kebakaran besar di ruang rapat lantai tiga Gedung Setneg, struktur bangunan tetap kokoh. Bahkan, karpet yang dipasang dalam ruangan itu tidak terkena kobaran api. "Sedang dievaluasi karena ternyata semua strukturnya masih kokoh, yang terbakar hanya atapnya. Karpet bahkan tidak terbakar, hanya basah kena semprotan," tandasnya. Saat ini, gedung tempatnya berkantor masih dalam tahap penghitungan dari Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen PU) guna melakukan pembangunan kembali.
"PU yang sedang menghitung (anggarannya). Secara umum dari yang kita lihat, yang terbakar hanya atap dan gordin saja. Bawahnya dan strukturnya dicek PU masih bagus. Buktinya kita yang di lantai dua bisa bekerja seperti biasa," bebernya. Seperti diketahui, kebakaran yang terjadi di lantai tiga Gedung Setneg itu sempat membuat heboh kalangan Istana. Bahkan, Presiden SBY dan istri, Ani Yudhoyono langsung mendatangi lokasi untuk melihatnya. Kebakaran diduga terjadi akibat korsleting listrik.

Polisi enggan tanggapi sistem alarm di Gedung Setneg


Sistem peringatan dini kebakaran sangat penting keberadaannya untuk mendeteksi titik adanya api yang membakar salah satu ruangan. Namun, api melalap lantai 3 Gedung Utama Kementerian Sekretariat Negara, tidak terdengar bunyi alarm sebagai bentuk peringatan terhadap para pegawai di bawahnya.

Ketika dikonfirmasi mengenai aktif atau tidaknya sistem tersebut, Kepala Biro Penerangan Masyarakat, Brigjen Pol Boy Rafli Amar enggan berbicara banyak. "Kami menjelaskan apa yang dilakukan kepolisian, apa yang dijadikan domain kepolisian," jawab Brigjen Boy di Balai wartawan Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (21/2).
Dia menambahkan, polisi masih fokus mencari penyebab kebakaran di gedung tersebut, Polri sudah menerjunkan tim labfor untuk mencari asal api. "Yang jelas kepolisian hari ini olah tkp mudah-mudahan setelah selesai bisa diketahui sumber asal api," tuturnya lagi. Sebelumnya, Gedung Utama Kementerian Sekretariat Kabinet yang berada di dalam Kompleks Istana Kepresidenan kebakaran. Api diduga berasal dari ruang kompresor AC dan menyebabkan api cepat menyebar di ruang rapat lantai 3.

Artikel Gempa Bumi

Menurut teori lempeng tektonik, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa lempeng tektonik besar. Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang mengapung diatas astenosfer yang cair dan panas. Oleh karena itu, maka lempeng tektonik ini bebas untuk bergerak dan saling berinteraksi satu sama lain. Daerah perbatasan lempeng-lempeng tektonik, merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan gempa bumi, gunung berapi dan pembentukan dataran tinggi. Teori lempeng tektonik merupakan kombinasi dari teori sebelumnya yaitu: Teori Pergerakan Benua (Continental Drift) dan Pemekaran Dasar Samudra (Sea Floor Spreading).

Lapisan paling atas bumi, yaitu litosfir, merupakan batuan yang relatif dingin dan bagian paling atas berada pada kondisi padat dan kaku. Di bawah lapisan ini terdapat batuan yang jauh lebih panas yang disebut mantel. Lapisan ini sedemikian panasnya sehingga senantiasa dalam keadaan tidak kaku, sehingga dapat bergerak sesuai dengan proses pendistribusian panas yang kita kenal sebagai aliran konveksi. Lempeng tektonik yang merupakan bagian dari litosfir padat dan terapung di atas mantel ikut bergerak satu sama lainnya. Ada tiga kemungkinan pergerakan satu lempeng tektonik relatif terhadap lempeng lainnya, yaitu apabila kedua lempeng saling menjauhi (spreading), saling mendekati(collision) dan saling geser (transform).
Jika dua lempeng bertemu pada suatu sesar, keduanya dapat bergerak saling menjauhi, saling mendekati atau saling bergeser. Umumnya, gerakan ini berlangsung lambat dan tidak dapat dirasakan oleh manusia namun terukur sebesar 0-15cm pertahun. Kadang-kadang, gerakan lempeng ini macet dan saling mengunci, sehingga terjadi pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai pada suatu saat batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut sehingga terjadi pelepasan mendadak yang kita kenal sebagai gempa bumi.

You might also like