A. Definisi Model Pengembangan Instruksional Model ialah sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan sebuah kegiatan. Pengembangan sistem intruksional ialah proses menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan perilaku pengembangan sistem ini memerlukan pemantauan interaksi siswa. Pengembangan senantiasa didasarkan pada pengalaman. Pengamatan yang sesama dan percobaan yang terkendali. Sedangkan menurut Twelker, Pengembangan instruksional ialah cara yang sistematis dalam mengidentifikasi , mengembangakan dan mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua proses pengembangan, pertama ialah pendekatan secara empiris yang menggunakan dasar-dasar teori, bahan pengajaran disusun berdasarkan pengalaman pengembang. Pendekatan kedua ialah dengan pendekatan model. Dalam penyusunan rancangan pengajaran ada langkah-langkah secara sistem : cara mencapainya dipilihkan cara-cara tertentu, kondisi tertentu, dan perubahan tertentu. B. Aplikasi (Penerapan) Model-Model Pengembangan Instruksional Aplikasi adalah suatu langkah upaya penerapan sebagai perealisasian konsep atau perencanaan, yang hal ini juga bisa disebut dengan sebuah tindakan secara riil (nyata). Ada beberapa model pengembangan instruksional seperti model pengembangan Briggs, model Banalthy, model PPSI, Model Kemp, Model Garlach dan Ely, model IDI dan masih banyak lagi model-model pengembangan instruksional oleh pakar pendidikan lainnya. Namun dari berbagai model-model sebagaimana yang kami sebutkan di atas kami akan hanya mengambil beberapa model beserta aplikasi-aplikasinya, dengan berbagai pertimbangan yakni waktu penyampian atau pemaparan yang relatif singkat, pembahasan yang sangat penjang karena dalam aplikasi itu adalah merupakan bentuk upaya langkah yang riil maka harus lebih jelas dan mendetail serta harus mengena. Oleh sebab itulah kami hanya bisa mengambil beberapa model yang kami anggap sudah mewakili model-model lainnya dan juga sesuai dengan kebutuhan perencanaan instruksional saat ini sebagai berikut : 1. Aplikasi Model Pengembangan Benalthy Aplikasi pengembangan instruksional Benalthy dapat dibedakan dalam enam langkah sebgai berikut : a) Merumuskan tujuan pengajaran (formulate objectivites of Intructional) Langkah ini merupakan suatu pernyataan yang menyatakan apa yang kita harapkan dari mahasiswa (anak didik) untuk dikerjakan, diketahui, dan dirasakan sebagai hasil dari pengalaman belajarnya. b) Mengembangkan test intruksional (develop test of intructional) Dalam langkah ini dikembangkan sutau tes yang berdasarkan atas tujuan yang diinginkan, dan digunakan untuk mengetahui kemampuan yang diharpkan dicapai sebagi hasil dari pengalaman belajarnya. Yakni dengan cara tes awal, kegiatan belajar, tes akhir (evaluasi belajar) c) Menganalisis kegiatan belajar (analyze learning task) Apa yang harus dipelajari sehingga dapat menunjukan tingkah laku seperti yang digambarkan dalam tujuan yang telah dirumuskan. Dalam kegiatan ini kemampuan awal anak didik harus. d) Mendesain sistem intruksioanal (design system) Merancang sistem intruksional ini bisa disebut dengan "functions analysis" yang artinya siapa atau apa yang mempunyai potansi untuk mencapai fungsi-fungsi tersebut (component analysis) yakni : 1. Menentukan pokok bahasan dan tujuan umum Yakni menentukan pokok pembahasan dari mata pelajaran yang akan di bahas. Dan juga menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai oleh siswa. 2. Mengetahuai karakteristik siswa dengan tujuan untuk mengetahui dan mengukur seberapa jauh siswa mampu mencapai tujuan belajarnya yang akan dicapai. Dan juga untuk mengetahui seberapa besar minat siswa untuk mempelajari pelajaran yang pelajari. 3. Tujuan Belajar (tujuan intruksional kusus) pada tujuan ini dikategorikan diharapkan siswa mampu mencapai tiga ranah tujuan pengajaran yakni a. Tujuan kognitif b. Tujuan afektif c. Tujuan Psikomotorik 4. Isi Pokok bahasan/materi, dalam isi pokok bahasan yang disajikan hendaknya dimulai dengan menyajikan fakta, konsep, prinsip, dan akhirnya pemecahan masalah 5. Kegiatan belajar mengajar dan media Untuk mendorong keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar, maka guru diharuskan untuk memahami pengertian, fungsi, dan langkah-langkah pelaksanaan metode mengajar dengan baik. Sedangkan media pengajaran disebut juga dengan alat-alat belajar. Menurut edger bahwa pada kerucut pengalaman media atau alat pengajaran mula-mula berupaya dengan media yang paling kongkrit yakni dengan pengalaman langsung. Kemudian pada tingkatan atau jenjang yang lebih tinggi yakni pada pendidikan tingkatan perguruan tinggi maka anak didik akan mampu menjelajahi dunia abstrak, di sinilah media selanjutnya yang digunakan yakni verbal symbol (lambang kata) 6. Penjajakan terhadap siswa setalah kelima tahap atau proses di atas dilakukan maka pendidik melakukan penjajakan terhadap anak didik. Dengan tujuan untuk menguji dan mengukur kemampuan siswa dalam mempelajari pelajaran yang telah dipelajari, apakah perencanaan yang disusun dan dilaksanakan sebelumnya dapat diteruskan ke langkah selanjutnya. 7. Pelayanan penunjang Suatu pendidikan apapun yang didesain sebaik apapun jika tidak memiliki pelayanan penunjang, maka proses KBM tidak akan berhasil. Dalam hal ini pelayanan penunjang meliputi; petugas/pegawai sekolah, dana, fasilitas, peralatan, teknisi, staf administrasi, dll. 8. Evaluasi Mengukuran pencapaian dalam pengajaran haruslah mengarah pada ranah tujuan belajar yakni menilai belajar kognitif, afektif dan psikomotorik e) Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil Sistem yang didesain pada langkah sebelumnya maka pada langkah ini harus diuji cobakan atau dites dan dilaksanakan. Apa yang dilaksanakan oleh anak didik sebagai implementasi sistem, harus nilai agar dapat diketahui seberapa jauh kemampuan yang telah dicapai baik secara kognitif, afektif dan psikomtorik setelah proses belajar mengajar dilakukan. f) Mengadakan perbaikan (change to improve) Hasil-hasil dari evaluasi kemudian merupakan umpan balik (feed back) untuk keseluruhan sistem sehingga ada perubahan-perubahan jika diperlukan, dapat dilakukan untuk memperbaiki sistem intruksional 2. Aplikasi Model Pengembangan PPSI PPSI adalah singkatan dari Proses Pengembangan Sistem Intruksional , dalam model pengembangan PPSI ada 5 langkah pokok: a) Merumuskan tujuan intruksional khusus b) Menyusun alat evaluasi c) Menentukan kegiatan belajar mengajar dan materi pelajaran d) Merencanakan program kegiatan; dan e) Melaksanakan program kegiatan langkah yang pertama sampai keempat adalah langkah pengembangan, sedangkan langkah kelima adalah merupakan langkah pelaksanaan program yang telah disusun. Gambar model pengembangan sistem intruksional (pengajaran) BAB III KESIMPULAN Dari berbagai uraian di atas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa aplikasi berbagai model pengembangan sistem intruksional adalah merupakan bentuk sebuah penerapan dari sebuah konsep perencanaan yang akan dilaksanakan dalam sebuah bentuk pengajaran (intruksional) sebagai upaya untuk merealisasikan sebuah perencaan yang telah dirumuskan sebelumnya. Dari berbagai model-model pengembangan sistem intruksional ternyata konsep-konsep yang ditawarkan begitu beraneka ragam namun bentuk pengaplikasiannya tidaklah jauh berbeda antara model yang satu dengan model yang lain. Oleh karena itu kami hanya mangambil beberapa konsep model beserta aplikasinya yang kami anggap konsep model-model itu sangat penting bagi pengembangan sistem intruksional saat ini yakni model-model yang kami bahas adalah Model Pengembangan Benalthy dan PPSI, yang mana kedua model ini cara pengaplikasiannya hampir sejalan atau berimbang, bisa juga dikatan sama. Namun konsep/model yang diberikan berbeda