You are on page 1of 130

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah

III Dosen : Juliana,SST

Disusun Oleh : 1. Tanti Fajarini 2. Arum Tirta Ratnasari 3. Eni Ariyani 4. Megamurti Desiliawati 5. Nur Afni Apriliani 6. Rossa Sulistyowati 7. Yuniati (2220111972 / 07) (2220111980 / 14) (2220111987 / 21) (2220111995 / 28) (2220112002 / 35) (2220112009 / 42) (2220112016 / 49)

KELOMPOK 7 KELAS : 2C

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKKUSUMO YOGYAKARTA, MARET 2013

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI

A. Alat reproduksi laki-laki Alat reproduksi laki-laki terdiri dari alat kelamin bagian luar dan alat kelamin bagian dalam. Perhatikan gambar di bawah. Alat kelamin bagian luar terdiri dari penis dan skrotum. Sedangkan alat kelamin bagian dalam terdiri dari testis, epididimis, vas deferens, prostat, vesika seminalis, dan kelenjar bulbouretral.

Alat Reproduksi Pria 1. Testis Testis disebut juga dengan buah zakar. Testis merupakan organ kecil dengan diameter sekitar 5 cm pada orang dewasa. Testis membutuhkan suhu lebih rendah dari suhu badan (36,7 oC) agar dapat berfungsi secara optimal. Oleh karena itu, testis terletak di luar tubuh di dalam suatu kantong yang disebut skrotum. Ukuran dan posisi testis sebelah kanan dan kiri berbeda. Testis berfungsi sebagai tempat pembentukan sperma (spermatogenesis). Spermatogenesis pada manusia berlangsung selama 2 3 minggu. Bentuk sperma sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Sperma berbentuk seperti kecebong, dapat bergerak sendiri dengan ekornya. Testis juga memiliki tanggung jawab lain, yaitu membuat hormon testosteron. Hormon ini merupakan hormon yang sangat bertanggung jawab atas perubahan anak laki-laki menjadi dewasa. Membuat suara laki-laki

menjadi besar dan berat, dan berbagai perubahan lain yang memperlihatkan bahwa seorang anak telah beranjak dewasa. 2. Skrotum Skrotum adalah kantong kulit yang melindungi testis dan berfungsi sebagai tempat bergantungnya testis. Skrotum berwarna gelap dan berlipatlipat. Skrotum mengandung otot polos yang mengatur jarak testis ke dinding perut. Dalam menjalankan fungsinya, skrotum dapat mengubah ukurannya. Jika suhu udara dingin, maka skrotum akan mengerut dan menyebabkan testis lebih dekat dengan tubuh dan dengan demikian lebih hangat. Sebaliknya pada cuaca panas, maka skrotum akan membesar dan kendur. Akibatnya luas permukaan skrotum meningkat dan panas dapat dikeluarkan. 3. Vas deferens Vas deferens adalah sebuah tabung yang dibentuk dari otot. Vas deferens membentang dari epididimis ke uretra. Vas deferens berfungsi sebagai tempat penyimpanan sperma sebelum dikeluarkan melalui penis. Saluran ini bermuara dari epididimis. Saluran vas deferens menghubungkan testis dengan kantong sperma. Kantong sperma ini berfungsi untuk menampung sperma yang dihasilkan oleh testis. 4. Epididimis Epididimis adalah saluran-saluran yang lebih kecil dari vas deferens. Alat ini mempunyai bentuk berkelok-kelok dan membentuk bangunan seperti topi. Epididimis berfungsi sebagai tempat pematangan sperma.

5. Kelenjar Asesoris

Selama sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi penambahan berbagai getah kelamin yang dihasilkan oleh kelenjar asesoris. Getah-getah ini berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pergerakakan sperma. Kelenjar asesoris merupakan kelenjar kelamin yang terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar Cowper. a Vesikula seminalis Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani) merupakan kelenjar berlekuk-lekuk yang terletak di belakang kantung kemih. Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma. b Kelenjar prostat Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian bawah kantung kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah yang mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma. c Kelenjar Cowper Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang salurannya langsung menuju uretra. Kelenjar Cowper menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa). 6. Uretra Uretra merupakan saluran sperma dan urine. Uretra berfungsi membawa sperma dan urine ke luar tubuh. 7. Penis Penis dibagi menjadi dua bagian, yaitu batang dan kepala penis. Pada bagian kepala terdapat kulit yang menutupinya, disebut preputium. Kulit ini diambil secara operatif saat melakukan sunat. Penis tidak

mengandung tulang dan tidak terbentuk dari otot. Ukuran dan bentuk penis bervariasi, tetapi jika penis ereksi ukurannya hampir sama. Kemampuan ereksi sangat berperan dalam fungsi reproduksi. Pada bagian dalam penis terdapat saluran yang berfungsi mengeluarkan urine. Saluran ini untuk mengalirkan sperma keluar. Jadi, fungsi penis sebagai alat sanggama, saluran pengeluaran sperma, dan urine.

Sperma Pada usia remaja (sekitar usia 12 13 tahun), umumnya organ kelamin laki-laki telah mampu menghasilkan sel sperma. Biasanya ditandai dengan mimpi dan keluarnya sel sperma (mimpi basah). Sel sperma manusia memiliki panjang 60 m. Dalam satu tetes semen (air mani) terdapat kurang lebih 200 500 juta sperma. Sel sperma dapat bergerak aktif karena mempunyai flagela (ekor). Proses Spermatogenesis Proses pembentukan dan pemasakan sperma disebut spermatogenis. Pada pembahasan sebelumnya dikatakan bahwa sperma dihasilkan oleh testis. Spermatogenis terjadi di tubulus seminiferus testis. Dalam tubulus tersebut terdapat sel sperma, yang disebut spermatogonium. Spermatogonium kemudian membelah secara mitosis menghasilkan spermatogonium yang haploid (Lihat gambar di bawah).

Spermatogenesis Spermatogonium ini kemudian membesar membentuk spermatosit primer. Spermatosit primer seterusnya akan membelah secara meiosis I untuk menghasilkan dua spermatosit sekunder yang haploid. Kemudian

setiap spermatosit sekunder akan membelah secara meiosis II untuk menghasilkan dua spermatid yang hapolid. Sel-sel spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa atau sperma. B. Alat reproduksi wanita Saat dilahirkan seorang anak wanita telah mempunyai alat reproduksi yang lengkap, tetapi belum berfungsi sepenuhnya. Alat reproduksi ini akan berfungsi sepenuhnya saat seorang wanita telah memasuki masa pubertas. Alat reproduksi wanita juga terdiri dari alat kelamin dalam dan alat kelamin luar. Alat kelamin bagian luar terdiri dari lubang vagina, labia mayora, labia minora, mons pubis dan klitoris. Sedangkan pada alat kelamin bagian dalam terdapat ovarium, tuba falopii (oviduk), dan uterus (rahim).

Female Reproductive System 1. Vulva Vulva merupakan daerah yang menyelubungi vagina. Vulva terdiri atas mons pubis, labia, klitoris, daerah ujung luar vagina, dan saluran kemih. Mons pubis adalah gundukan jaringan lemak yang terdapat di bagian bawah perut. Daerah ini dapat dikenali dengan mudah karena tertutup oleh rambut pubis. Rambut ini akan tumbuh saat seorang gadis beranjak dewasa. Labia adalah lipatan berbentuk seperti bibir yang terletak di dasar mons pubis. Labia terdiri dari dua bibir, yaitu bibir luar dan bibir dalam. Bibir luar disebut labium mayora, merupakan bibir yang tebal dan besar. Sedangkan bibir dalam disebut labium minora, merupakan bibir tipis yang menjaga jalan masuk ke vagina. Klitoris terletak pada pertemuan antara ke dua labia minora dan dasar mons pubis. Ukurannya sangat kecil sebesar kacang polong, penuh dengan sel saraf sensorik dan pembuluh darah. Alat ini sangat sensitif dan berperan besar dalam fungsi seksual.

2. Vagina Vagina adalah saluran yang elastis, panjangnya sekitar 8-10 cm, dan berakhir pada rahim. Vagina dilalui darah pada saat menstruasi dan merupakan jalan lahir. Karena terbentuk dari otot, vagina bisa melebar dan menyempit. Kemampuan ini sangat hebat, terbukti pada saat melahirkan vagina bisa melebar seukuran bayi yang melewatinya. Pada bagian ujung yang terbuka, vagina ditutupi oleh sebuah selaput tipis yang dikenal dengan istilah selaput dara. Bentuknya bisa berbeda-beda setiap wanita. Selaput ini akan robek pada saat bersanggama, kecelakaan, masturbasi/onani yang terlalu dalam, olah raga dan sebagainya. 3. Serviks Serviks disebut juga dengan mulut rahim. Serviks ada pada bagian terdepan dari rahim dan menonjol ke dalam vagina, sehingga berhubungan dengan bagian vagina. Serviks memproduksi cairan berlendir. Pada sekitar waktu ovulasi, mukus ini menjadi banyak, elastis, dan licin. Hal ini membantu spermatozoa untuk mencapai uterus. Saluran yang berdinding tebal ini akan menipis dan membuka saat proses persalinan dimulai. 4. Rahim Rahim disebut juga uterus. Alat ini memiliki peranan yang besar dalam reproduksi wanita. Rahim berperan besar saat menstruasi hingga melahirkan. Bentuk rahim seperti buah pear, berongga, dan berotot. Sebelum hamil beratnya 30-50 gram dengan ukuran panjang 9 cm dan lebar 6 cm kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Tetapi saat hamil mampu membesar dan beratnya mencapai 1000 gram. Rahim berfungsi sebagai tempat untuk perkembangan embrio menjadi janin. Dinding rahim memiliki banyak pembuluh darah sehingga dindingnya menebal ketika terjadi pertumbuhan janin. Rahim terdiri atas 3 lapisan, yaitu: a Lapisan parametrium, merupakan lapisan paling luar dan yang berhubungan dengan rongga perut.

Lapisan miometrium merupakan lapisan yang berfungsi mendorong bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi).

Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri atas lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah.

5. Ovarium Ovarium menghasilkan ovum. Ovarium disebut juga dengan indung telur. Letak ovarium di sebelah kiri dan kanan rongga perut bagian bawah. Ovarium berhasil memproduksi sel telur jika wanita telah dewasa dan mengalami siklus menstruasi. Setelah sel telur masak, akan terjadi ovulasi yaitu pelepasan sel telur dari ovarium. Ovulasi terjadi setiap 28 hari. Sel telur disebut juga dengan ovum. 6. Tuba fallopi Tuba fallopi disebut juga dengan saluran telur. Saluran telur adalah sepasang saluran yang berada pada kanan dan kiri rahim sepanjang +10 cm. Saluran ini menghubungkan rahim dengan ovarium melalui fimbria. Ujung yang satu dari tuba fallopii akan bermuara di rahim sedangkan ujung yang lain merupakan ujung bebas dan terhubung ke dalam rongga abdomen. Ujung yang bebas berbentuk seperti umbai dan bergerak bebas. Ujung ini disebut fimbria dan berguna untuk menangkap sel telur saat dilepaskan oleh ovarium. Dari fimbria, telur digerakkan oleh rambut-rambut halus yang terdapat di dalam saluran telur menuju ke dalam rahim. Proses Oogenesis Proses pembentukan ovum disebut oogenesis dan terjadi di ovarium. Pembentukan ovum diawali dengan pembelahan mitosis lapisan luar ovarium untuk membentuk oogonium yang diploid. Setiap oogonium dilapisi oleh sel folikel. Keseluruhan struktur ini disebut folikel primer.

Ketika folikel tumbuh, oosit primer membelah secara meiosis I menghasilkan satu oosit sekunder dan badan kutub. Oosit sekunder kemudian berkembang menjadi ovum haploid yang siap untuk dibuahi oleh sperma.

Oogenesis C. Fertilisasi dan Perkembangan Embrio Fertilisasi adalah proses pembuahan. Ovum matang dilepas ovarium dan ditangkap rumbai-rumbai pada corong tuba fallopi. Jika ada sperma masuk, maka ovum dibuahi sperma. Ovum yang sudah dibuahi membentuk zigot, kemudian zigot bergerak menuju rahim. Jika ovum tidak dibuahi sperma, jaringan dalam dinding rahim yang telah menebal dan banyak pembuluh darah akan rusak dan luruh sehingga terjadi menstruasi.

Bersamaan dengan terjadinya pematangan ovum, sel-sel dinding rahim tumbuh menebal dan banyak pembuluh darah sehingga pada saat zigot datang dan menempel tidak terjadi gangguan. Pematangan ovum dan penebalan dinding rahim dipengaruhi hormon esterogen dan progesterone. Di rahim embrio berkembang selama 9 bulan untuk menjadi bayi.

Perkembangan embrio: 1. Usia 4 minggu, sudah tampak pertumbuhan mata dan telinga.

embrio usia 4 minggu 2. Usia 8 minggu, sudah terbentuk janin yang mirip dengan bayi, mulai tampak tangan, jari tangan, hidung, dan kaki.

embrio usia 8 minggu

3. Usia 10 minggu, panjang janin lebih kurang 6 cm dan sudah terlihat seperti bayi. Ukuran kepalanya lebih besar dari pada ukuran badan. 4. Usia 16 minggu, panjang janin telah mencapai 40 cm dan memilliki organ yang sudah lengkap.

embrio usia 16 minggu 5. Usia 40 minggu, janin sudah siap untuk dilahirkan. Selama dalam rahim, embrio mendapatkan nutrisi dari induknya melalui plasenta. Plasenta mempunyai fungsi sebagai berikut. a b c Menyalurkan zat makanan dari induk ke embrio. Mengalirkan zat-zat sampah dari embrio ke dalam darah induknya. Melindungi janin dari berbagai zat racun atau kuman penyakit.

D. Siklus Menstruasi Menstruasi disebut juga haid merupakan pendarahan yang terjadi akibat luruhnya dinding sebelah dalam rahim (endometrium) yang banyak mengandung pembuluh darah. Lapisan endometrium dipersiapkan untuk menerima pelekatan embrio. Jika tidak terjadi pelekatan embrio, maka lapisan ini akan luruh, kemudian darah keluar melalui serviks dan vagina. Pendarahan ini terjadi secara periodik, jarak waktu antara menstruasi yang satu dengan menstruasi berikutnya dikenal dengan satu siklus menstruasi. Siklus menstruasi wanita berbeda-beda, namun ratarata berkisar 28 hari. Hari pertama menstruasi dinyatakan sebagai hari pertama siklus menstruasi. Siklus ini terdiri atas 4 fase, yaitu:

1. Fase menstruasi Fase menstruasi ini terjadi jika ovum tidak dibuahi sperma, sehingga korpus luteum menghentikan produksi hormon esterogen dan progesteron. Turunnya kadar esterogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari endometrium yang disertai robek dan luruhnya endometrium, sehingga terjadi pendarahan. Fase menstruasi ini berlangsung kurang lebih 5 hari. Darah yang keluar selama menstruasi berkisar antara 50-150 mili liter.

2. Fase pra-ovulasi Fase pra-ovulasi disebut juga dengan fase poliferasi. Pada fase ini hormon pembebas gonadotropin yang dikeluarkan hipotalamus akan memacu hipofise untuk mengeluarkan FSH. FSH singkatan dari folikel stimulating hormon. FSH memacu pematangan folikel dan merangsang folikel untuk mengeluarkan hormon esterogen. Adanya esterogen menyebabkan pembentukan kembali (poliferasi) dinding endometrium. Peningkatan kadar esterogen juga menyebabkan serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifat basa. Lendir ini berfungsi untuk menetralkan suasana asam pada vagina sehingga mendukung kehidupan sperma. 3. Fase ovulasi Jika siklus menstruasi seorang perempuan 28 hari, maka ovulasi terjadi pada hari ke 14. Peningkatan kadar esterogen menghambat pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH. LH singkatan dari luternizing hormon. Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel, peristiwa ini disebut ovulasi. 4. Fase pasca ovulasi

Fase ini berlangsung selama 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Walaupun panjang siklus menstruasi berbeda-beda, fase pascaovulasi ini selalu sama yaitu 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Folikel de Graaf (folikel matang) yang telah melepaskan oosit sekunder akan berkerut dan menjadi korpus luteum. Korpus luteum mengeluarkan hormon progesteron dan masih mengeluarkan hormon esterogen namun tidak sebanyak ketika berbentuk folikel. Progesteron mendukung kerja esterogen untuk mempertebal dan menumbuhkan pembuluhpembuluh darah pada endometrium serta mempersiapkan endometrium untuk menerima pelekatan embrio jika terjadi pembuahan atau kehamilan. Jika tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan yang hanya sedikit mengeluarkan hormon, sehingga kadar progesteron dan esterogen menjadi rendah. Keadaan ini menyebabkan terjadinya menstruasi demikian seterusnya.

Perubahan Hormon Saat Menstruasi

HORMON- HORMON YANG BERPERAN DALAM SISTEM REPRODUKSI A. FSH Tubuh kita terdiri dari banyak cairan dan organ organ dalam tubuh seperti organ hati,ginjal,jantung,paru-paru,dan yang lainnya tapi ada sesuatu yang membuat kita bisa tahan akan virus dan lainnya itu di karenakan ada hormon yang melindungi tubuh kita ada beberapa hormon yang melindungi tubuh yang membuat metabolisme tubuh kita menjadi kebal virus dan bakteri atau lainya tapi lupakan itu sejenak karena disini saya akan menjelaskan tentang hormon FSH atau Follical Stimulating Hormon pada wanita mari kita mulai penjelasannya FSH, atau hormon perangsang folikel, adalah hormon yang disekresi oleh kelenjar hipofisis pada pria dan wanita. Ini adalah salah satu hormon yang paling penting karena bertanggung jawab atas masa pubertas dan juga diperlukan untuk reproduksi pada manusia. Hormon ini melakukan tindakan yang berbeda pada pria dan wanita. Mari kita lihat secara rinci. Pada laki-laki FSH dihasilkan juga oleh kelenjar hipofisis anterior, hormon ini berpengaruh terhadap sel-sel sertoli yang terletak di dalam tubulus siminiferus yang berfungsi untuk memberi nutrien bagi sperma yang sedang berkembang yang sangat mendukung spermatogenesis dari penyediaan bahan makanan bagi sperma. dan pelepasan sel sperma yang telah matur. Perhatikan gambar di bawah ini baikbaik untuk mempelajari fungsi FSH

Pada perempuan fisiologis sistem reproduksi dipengaruhi oleh kelenjar utama hipofisis yang mensekresikan FSH. Kunci dari pembelajaran ini diawali dari memahami kepanjangan FSH. FSH kependekan dari Folikel Stimulating Hormon diartikan dalam bahasa Indonesia saya artikan menjadi hormon yang merangsang perkembangan folikel. Artinya hormon ini bertanggung jawab terhadap perkembangan folikel. Selanjutnya kuasai konsep Folikel. 1. Folikel adalah "kantung membran" yang dihasilkan oleh ovarium sebagai tempat pembentukan ovum. Jadi yang harus Anda pahami selanjutnya adalah bahwa ovum berkembang di dalam sebuah folikel. 2. Folikel memiliki kemampuan untuk menghasilkan hormon dan bisa tiumbuh dan berkembang. Hormon yang dihasilkan oleh folikel adalah estrogen. 3. Folikel, setelah ovum masak dan keluar akan berubah menjadi korpus luteum yang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. 4. Korpus luteum setelah tidak fungsional akan disebut sebagai korpus albikan dan menghsilkan estrogen dan progesteron dalam jumlah yang sangat sedikit.

Setelah itu pelajari hubungan antar hormon 1. Hubungan antara FSH dan Estrogen adalah, Estrogen akan memberikan pengaruh umpan balik negatif terhadap FSH. Artinya yang semula FSH akan merangsang peningkatan sekresi Estrogen, ketika estrogen terbentuk akan menyebabkan penurunan sekresi FSH. 2. LH akan aktif ketika kondisi FSH pada batas terendah (FSH dibawah pengaruh umpan balik negatif Estrogen). 3. Progesteron akan menekan sekresi FSH dan LH sekaligus demikian sebaliknya, jika progesteron meningkat maka FSH akan disekresikan. (LH aktif saat FSH pada kondisi terendah, Estrogen menekan pengaruh FSH) Untuk memahami hubungan di atas, kita langsung simulasi dengan proses siklus menstruasi normal yang terjadi pada seorang wanita.Pertamax perhatikan gambar dibawah ini

Gambar tersebut memberikan informasi mengenai keadaan pertumbuhan dan perkembangan folikel, kondisi hormon-hormon yang terlibat, dan perkembangan dinding uterus(endometrium). Mari kita bahas. 1. Pada hari pertama menstruasi(pendarahan), pada saat yang bersamaan folikel baru mulai terbentuk dan suhu wanita berada di sekitar 36 derajat celcius. Pembentukan folikel ini dibawah pengaruh FSH(estradiol), jadi kita dapat melihat bahwa hormon yang paling tinggi konsentrasinya adalah estradiol(FSH). Dengan Adanya FSH maka folikel yang mulai terbentuk akan mampu tumbuh dan berkembang.

2. Konsekuensi dari perkembangan folikel adalah folikel akan menghasilkan estrogen yang jika meningkat konsentrasinya dapat menghambat/menekan pengaruh dari FSH. dapat diamati pada grafik perbandingan hormonhormon bahwa pada hari ke-7 dominansi estrogen mulai nampak dengan penurunan konsentrasi hormon FSH. 3. Hormon FSH akan semakin berkurang pengaruhnya karena peningkatan hormon estrogen oleh folikel. hal ini terjadi hingga hari ke 12 dan 13. hingga menyebabkan kondisi FSH mencapai batas yang terendah. Kondisi ini memberikan kesempatan bagi LH untuk menunjukkan dominansi selama FSH dalam keadaan terendah. 4. Maka ovulasipun terjadi karena LH, akan tetapi ovulasi ini memberikan dampak negatif bagi progesteron dan FSH. Karena LH menyebabkan ovulasi maka folikel berubah jadi corpus luteum yang memiliki kemampuan mensekresi progesteron dan estrogen. Kehadiran progesteron ini menekan FSH dan LH sekaligus. dampaknya bagi endometrium akan semakin menebal dan kaya akan pembuluh darah. 5. Progersteron dan estrogen hanya mampu disintesis hanya dalam kurun waktu tertentu oleh corpus luteum jika tidak segera dibuahi. Hingga pada suatu saat yaitu hari ke-25, konsentrasinya menurun dan memberi kesempatan untuk FSH kembali menunjukkan pengaruhnya. dan akhirnya siklus berulang kembali. Pada wanita, FSH merangsang folikel untuk produksi telur. Stimulasi dari hasil folikel dalam ovulasi dan melepaskan telur dalam rahim. Oleh karena itu, ditemukan bahwa tingkat FSH tertinggi selama waktu ovulasi pada wanita. FSH juga sangat penting karena kontrol siklus menstruasi pada wanita. Pada pria, FSH yang penting untuk produksi sperma. Peningkatan atau penurunan tingkat FSH menyebabkan komplikasi atau masalah pada laki-laki maupun perempuan. Di sini kita akan melihat lebih lanjut tentang konsekuensi tingkat FSH rendah 1. Tingkat FSH Rendah

Defisiensi Gonadotropin adalah penurunan kadar FSH dan LH yang bersirkulasi. Defisiensi gonadotropin biasanya desebabkan oleh tekanan tumor hipofisis dari jenis sel penghasil hormon lain terhadap sel penghasil gonatropin. Sekresi berlebihan hormon kelenjar target, estrogen, progesteron, atau testoteron juga dapat bekerja dengan cara umpan balik negatif sehingga menyebabkan defisiensi gonadotropin. Prolaktin diketahui menghambat sekresi gonadotropin oleh hipofisis dan tumor penyekresi prolaktin dapat menyebabkan dengan fisiensi gonadotropin. Akhirnya, hipotalamus dapat menurunkan sekresi gonadotropin-releasing hormone selama periode stress fisik, obesitas, atau trauma emosisonal. FSH penting untuk berfungsinya proses reproduksi pada manusia. Oleh karena itu, ketika tingkat FSH turun jauh, hasil dalam fungsi normal dari organ-organ reproduksi. Dalam beberapa kasus, juga dapat menyebabkan kemandulan . Namun, orang tidak dapat menghubungkan tingkat FSH rendah untuk infertilitas secara langsung. Tapi itu bisa menjadi penyebab penting dari itu. Tingkat FSH lebih rendah pada wanita dapat menyebabkan masalah dalam siklus menstruasi yang teratur. Dalam kasus pria, itu mengarah ke jumlah sperma rendah, yang dapat menjadi penyebab infertilitas menonjol. Apa yang menyebabkan tingkat FSH rendah? a Penyebab Kerusakan kelenjar pituitari adalah penyebab paling umum dari tingkat FSH rendah pada pria dan wanita. Kelenjar pituitari hadir di otak, maka, setiap trauma atau kerusakan pada kelenjar ini, penyakit seperti kanker otak, stroke, dll, dapat mengakibatkan kerusakan kelenjar ini, dan akibatnya dalam penurunan produksi FSH tersebut. Retardasi mental, sindrom Turner, kista ovarium, meningitis, dll juga penyebab penting dari menurunkan kadar FSH dalam tubuh. Di sisi lain, yang kurus, merokok, dan stres berlebih juga menciptakan ketidakseimbangan hormon FSH pada manusia.

b Gejala Gejala tingkat FSH rendah mudah untuk mengidentifikasi. Pada wanita, siklus menstruasi yang tidak teratur adalah gejala yang paling signifikan dari ketidakseimbangan FSH. Selain itu, berat badan berlebih, keuntungan rambut dan pendalaman suara adalah gejala lain dari tingkat FSH yang rendah pada wanita. Hal ini penting untuk mengetahui hubungan antara rendahnya tingkat FSH dan menopause pada wanita. Selama fase menopause, tingkat FSH pada wanita tertinggi, sedangkan jika itu adalah rendah, wanita belum ke dalam fase menopause . Di sisi lain, peningkatan tinggi, ginekomastia dan penurunan jumlah rambut tubuh adalah gejala FSH rendah pada pria. c Gambaran Klinis 1) Amenore (tidak adanya periode mestruasi), atrofi vagina, uterus, dan payudara pada wanita. 2) Atrofi testis dan penurunan pertumbuhan jenggot pada pria. 3) Pasien yang mngalami hipogonadisme hipogonadotropik menunjukkan penurunan kadar testosteron dan gangguan spermatogenesis. d Perangkat Diagnostik Pemerikasaan darah lengkap yang mengukur kadar estrogen, testosteron, dan gonadotropin akan memungkinkan diaknosis kondisi dan lokasi masalah di tingkat SSP, ovarium atau testis e Pengobatan Meningkatkan tingkat FSH adalah pilihan pengobatan hanya tersedia untuk mengobati kadar FSH rendah. Ada tes FSH yang tersedia yang membantu dalam mendiagnosis apakah tingkat FSH

telah meningkat atau menurun. Suntikan FSH yang digunakan yang merangsang fungsi hormon ini artifisial. Pada beberapa orang, bahkan mungkin membantu dalam mengobati ketidaksuburan. Namun, satu harus ingat bahwa suntikan FSH tidak bertanggung jawab untuk mengobati infertilitas. Kedua, terapi penggantian hormon (HRT) adalah salah satu metode yang dikenal terbaik saat ini untuk mengobati ketidakseimbangan hormon apapun. Terapi Testosteron juga merupakan teknik yang efektif untuk mengobati ketidakseimbangan hormon pada pria. Jika seseorang mengamati gejala-gejala yang disebutkan di atas, ia / dia harus berkonsultasi dengan dokter segera untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Di sisi lain, orang harus ingat bahwa tingkat FSH yang rendah dapat dicegah dengan memiliki diet seimbang dan mempertahankan gaya hidup sehat. Terakhir, menghentikan merokok dan mengobati stres secara efektif membantu untuk memiliki sehat dan panjang umur. f Penatalaksaan 1) Pembadehan apabila terdapat tumor 2) Penggantian gonadotropin, estrogen atau testosteron dapat dipertimbangkan 3) Reduksi stres, kenaikan berat badan atau penurunan berat badan. 2. Tingkat FSH Tinggi Tingginya kadar FSH pada wanita dapat menyebabkan hilangnya fungsi ovarium / fungsi ovarium begitu rendah. bisa juga menandakan sindrom ovarium polikistik atau dapat menunjukkan bahwa segera menopause. Semua kondisi ini akan memiliki dampak negatif pada kesuburan. Rendahnya tingkat hormon dapat menunjukkan bahwa telur tidak diproduksi secara matang, bahwa kelenjar pituitari tidak berfungsi

dengan benar,bahwa ada tingkat signifikan terhadap stres atau bahwa orang tersebut dengan berat badan yang menyebabkan masalah terjadi. Kadar FSH menandakan masalah terlalu tinggi atau terlalu rendah,itu bisa dapat

kesuburan untuk

wanita yang

mencegah konsepsi (kehamilan) untuk terjadi. Untuk wanita yang sudah menstruasi (baligh), tingkat FSH normal selama fase folikular atau fase luteal harus liter.) Tepat berkisar antara sebelum ovulasis 5dan 20 IU / L (internasional elama puncak pertengahan unit per siklus,

tingkat FSH harus antara 30dan 50 IU / L. Jika seorang wanita pasca menopause, kadar FSHnya akan secara alami lebih tinggi, pada 50 IU / L atau lebih.

B. LH Luteinizing Hormone (LH) adalah hormon gonadotropin pada hipofisis anterior yang berperan pada stimulasi pematangan ovum (sel telur) dan ovulasi (pengeluaran sel telur dari ovarium). Pada laki-laki, LH diperlukan untuk spermatogenesis (fungsi sel Sertoli) dan produksi testosteron (fungsi sel Leydig). Kadar LH normal untuk pria biasanya antara 7 dan 24 U / L. Pada wanita, LH diperlukan untuk produksi estrogen, ketika estrogen mencapai puncak kritisnya, pituitari melepaskan LH (lonjakan LH), yang bersama follicle stimulating hormone (FSH) mempromosikan ovulasi (pelepasan sel telur dari folikel). Kadar LH normal bagi perempuan biasanya antara 6 dan 30 U / L. Berbeda dengan Follicle Stimulating Hormone (FSH), kerja hormon ini tidak dipengaruhi oleh aktivitas aktivin, inhibin dan hormon seks. Luteinizing Hormone (LH) yang semakin banyak akan memicu ovulasi (pengeluaran ovum) dari folikel sekaligus mengarahkan pembentukan korpus luteum.

Dan dapat Meningkatkan jumlah Luteinizing Hormone (LH) ini sebagai respon umpan balik positif dari estrogen saat Luteinizing Hormone (LH) yang berikatan dengan reseptornya. Munculnya reseptor Luteinizing Hormone (LH) ini dipicu oleh pengeluaran estrogen saat pertumbuhan folikel, khususnya sel granulosa, distimulasi oleh Follicle Stimulating Hormone 1. Fungsi Luteinizing Hormone ( LH ) a b Untuk produksi sperma, sel telur, dan hormon seks Mengendalikan fungsi reproduksi (pembentukan sperma & sementum, pematangan sel telur, siklus menstruasi c Mengendalikan ciri seksual pria & wanita (penyebaran rambut, pembentukan otot, tekstur & ketebalan kulit, suara dan bahkan mungkin sifat kepribadian) d Menginduksi ovulasi pada wanita, sehingga kadar LH rendah dapat mencegah ovulasi. Hal ini akan mencegah kehamilan. Tingginya kadar LH selama waktu yang salah dari siklus Anda juga dapat berkontribusi pada infertilitas, gangguan menstruasi dan ovulasi.

2. Kekurangan Luteinizing Hormone (LH) Kekurangan LH akan menyebabkan Luruhnya dinding rahim dan mengakibatkan menstruasi 3. Kelebihan Luteinizing Hormone (LH) Kelebihan LH akan menyebabkan kuatnya dinding rahim dan mengakibatkan telatnya menstruasi. C. ESTROGEN

Hormon estrogen merupakan salah satu hormon steroid kelamin, karena mempunyai struktur kimia berintikan steroid yang secara fisiologik sebagian besar diproduksi oleh kelenjar endokrin sistem produksi wanita. Pria juga memproduksi estrogen tetapi dalam jumlah jauh lebih sedikit, fungsi utamanya berhubungan erat dengan fungsi alat kelamin primer dan sekunder wanita. Hal yang spesifik bagi hormon ini pada wanita usia subur ialah sekresinya dari ovarium berlangsung secara siklik dan peranannya yang sangat penting dalam mempersiapkan kehamilan. Hormon ini juga berperan dalam proses perubahan habitus seorang anak perempuan menjadi wanita dewasa, kemudian menjelang akhir masa reproduksi produksinya mulai menurun dan sekresinya tidak lagi bersifat siklik. Hormon steroid termasuk ikatan hormon hidrogen, yang mempunyai bermacam-macam pengaruh yang khas, tergantung dari perbedaan dalam susunan gugus metal, ikatan rangkap, hidroksi atau kelompok keton. Hormon ini termasuk zat lipofil yang sedikit larut dalam air. Pada tahun 1926 Loewe dan Frank pertama kali melaporkan adanya aktifitas estrogen dalam darah manusia, sedangkan Frank dan Goldberger pada tahun yang sama berhasil menemukan kondisi double peak selama siklus menstruasi normal dengan menggunakan teknik bioassay. Pada tahun 1935 Mac. Corquodale pertama kali mendapatkan kristal estradiol dari cairan folikuler ovarium dan juga estron ditemukan dalam cairan folikel tetapi dalam jumlah yang kecil. Estogen alamiah yang terpenting adalah estradiol (E2), estron (E1), dan estriol (E3). Secara biologis, estradiol adalah yang paling aktif. Perbandingan khasiat biologis dari ketiga hormon tersebut E2 : E1 : E3 = 10 : 5 : 1. 1. SINTESIS ESTROGEN Sintesis hormon estrogen terjadi didalam sel-sel theka dan sel-sel granulose ovarium, dimana kolesterol merupakan zat pembakal dari

hormon ini, yang pembentukannya melalui beberapa serangkaian reaksi enzimatik. Pada tahun 1959 Ryan dan Smith mengemukakan hipotesa 2 sel yakni mekanisme produksi hormon steroid dalam ovarium, hipotesa ini untuk menerangkan kerja sama antara sel theka dan sel granulose dalam pembentukan hormon. LH diketahui berperan dalam sel theka untuk meningkatkan aktivitas enzim pembelah rantai sisi kolesterol melalui pengaktifan ATP menjadi cAMP, dan dengan melalui beberapa proses reaksi enzimatik terbentuklah androstenedion, kemudian androstenedion yang dibentuk dalam sel theka berfungsi kedalam sel granulose, selanjutnya melakukan aromatisasi membentuk estron dan estradiol 17 . Kolesterol sebagai pembakal (prekursor) steroid disimpan dalam jumlah yang banyak di sel-sel theka. Pematangan folikel yang mengakibatkan meningkatnya biosintesa steroid dalam folikel diatur oleh hormon gonadotropin. Selama pembentukkan hormon steroid, jumlah atom karbon didalam kolesterol atau didalam molekul steroid lainnya dapat diproduksikan tapi tidak pernah ditingkatkan proses pembentukan hormon steroid dapat terjadi reaksi-reaksi sebagai berikut : a b Reaksi desmolase : pemecahan / pembelahan rantai samping. Konversi kelompok hidroksi menjadi keton atau kelompok keton menjadi kelompok hidroksil : reaksi dehidrogenase. c d e Reaksi hidroksilasi : perubahan kelompok OH. Pemindahan hidrogen : terbentuknya ikatan ganda Saturasi : penambahan hidrogen untuk mengurangi ikatan ganda.

Kolesterol mengandung 27 atom karbon, setelah hidroksilasi dari kolesterol pada atom C20 dan atom C22 terjadi pemecahan rantai samping menjadi bentuk pregnenolon dan asam isocaproat, pemecahan ini di samping adanya enzim 20 hidroksilasi dan 22 hidroksilasi juga adanya peran LH dalam meningkatkan aktivitas enzim. Dari pregnenolan proses pembentukkan estrogen ada 2 cara yaitu : a b Melalui 5 3 hidroksi steroid Pathway / Pregnenolon pathway Melalui 4 3 ketone pathway / Progesteron pathway Cara yang pertama melalui pembentukan dehidroepiandrosteron, sedangkan cara yang kedua melalui pembentukan progesterone, (gambar 5). Progesteron dibentuk dari pregnenolon melalui penghilangan atom hydrogen dari C3 dan pergeseran ikatan ganda dari cincin B pada posisi 5-6 ke cincin A pada posisi 4-5, perubahan ini oleh adanya bantuan enzyme 3 hidroksi dehidrogenase dan 4-5 isomerase, selanjutnya dengan bantuan enzyme 17 hidroksilase, progesteron akan diubah menjadi 17 hidroksi progesterone yang kemudian mengalami demolase menjadi bentuk testoteron, yang selanjutnya testosterone mengalami aromatisasi (pembentukan gugus hidroksi fenolik pada atom C3) menjadi estradiol (E2), sedangkan androstenedion juga dapat mengalami aromatisasi membentuk eston (E1) Proses aromatisasi androstenedion dipengaruhi juga oleh FSH. Sedangkan pembentukan estrogen melalui pembentukkan dehidroepiandrossteron yaitu dengan cara perubahan pregnenolon menjadi 17 hidroksi pregnenolon dengan bantuan enzim 17 hidroksilase, yang kemudian 17 hidroksi pregnenolon mengalami desmolase membentuk dehidroepiandrosteron. Dengan bantuan enzim 3 OH dehidrogenase serta 4-5 isomerase, dehidroepiandrosteron diubah menjadi androstenedion dengan cara penghilangan hydrogen dan atom C3 serta pergeseran ikatan ganda dari cincin B (posisi 5-6) kecincin A (posisi 4-5), proses selanjutnya sintesis hormon estrogen sama halnya seperti yang diperlihatkan melalui pembentukan progesteron. Pada wanita masa reproduksi, estradiol diproduksi sebanyak 0,090,25 mg/hari, estron 0,11-0,26 mg/hari. Kadar estradiol dalam darah berkisar antara 20-500 pg/ml dan estron 50-400 pg/ml, sedangkan pada

wanita masa menopause kadar estrdiol dibawah 10 pg/ml, dan kadar estron dibawah 30 pg/ml, sebagai perbandingan diketahui kadar estradiol pada laki-laki berkisar antara 15-25 pg/ml dan kadar estron 40-75 pg/ml. Kadar estradiol mencapai puncaknya pada saat 2 hari sebelum ovulasi dengan kadar mencapai 150-400 pg/ml. Setelah ovulasi kadar estradiol menurun, untuk kemudian meningkat lagi sampai kira-kira hari ke 21, selanjutnya hormon ini menurun lagi sampai akhir siklus. Seperti diketahui zat awal untuk sintesis hormon steroid terdapat di semua kelenjar hormon steroid, hormon mana yang pasti dan dimana akan dihasilkan tergantung dari : a b Reseptor yang tersedia untuk pengaturan hormon (ACTH, FSH, LH) Enzim yang dominan untuk perubahan-perubahan susunan molekul steroid dalam setiap kelenjar hormon. 2. SUMBER-SUMBER ESTROGEN Sumber utama estradiol pada wanita adalah sel-sel teka dan granulosa ovarium dan turunan luteinisasi dari sel-sel ini. Berdasarkan teori sintesis estrogen kedua sel ini, sel-sel teka mensekresikan androgen yang menyebar ke sel-sel granulosa teraromarisasi menjadi estrogen. Kedua bentuk sel ini mungkin mampu untuk membentuk androgen dan estrogen. Estron dan estriol utamanya dibentuk di hati dari estradiol. Aktivitas aromatase juga telah terdeteksi pada otot, lemak, jaringan saraf, dan sel-sel Leydig dari testes. Selama kehamilan, estriol disintesis di sinsisiotrofoblas oleh aromatisasi dari 16hidroksiandrostenedion. Ikatan selanjutnya berasal dari 16-hidroksiepiandrosteron sulfat diubah menjadi dehidroepiandrosterone sulfat yang dihasilkan di kelenjar adrenal janin. Kombinasi kelenjar adrenal janin dan hati dan plasenta telah dirujuk sebagai unit fetoplasenta dari biosintesis steroid.

Dua cara pembentukan estrogen 3. AKSI MOLEKULER ESTROGEN Kerja utama estrogen yang spesifik ditentukan oleh struktur hormon, subtipe atau isoform reseptor estrogen yang terlibat, karakteristik promotor gen target dan keseimbangan koaktivator dan koreseptor yang memodulasi respon transkripsional akhir dengan kompleks estrogen dan reseptor estrogen.

Sintesis ovarium, transport dan metabolisme estrogen 4. AKSI FISIOLOGIS ESTROGEN Estrogen menstimulasi pertumbuhan, aliran darah, dan retensi air pada organ seksual dan juga terlibat dalam penyebab kanker payudara dan kanker endometrium. Pada hati, estrogen meningkatkan reseptor lipoprotein, menghasilkan penurunan konsentrasi serum dari kolesterol low-density lipoprotein. Pada tulisan lainnya, estrogen meningkatkan

potensial koagulasi. Pada saluran cerna, estrogen bisa sebagai pelindung melawan kanker kolon. Pada penuaan kulit, estrogen meningkatkan turgor dan produksi kolagen serta mengurangi kerutan yang dalam gambar di bawah. a PADA PAYUDARA Unit lobuler saluran terminal dari jaringan payudara wanitawanita muda sangat responsif dengan estrogen. Pada jaringan payudara, estrogen menstimulasi pertumbuhan dan diferensiasi saluran epitelium, menginduksi aktivitas mitotik saluran sel-sel silindris, dan menstimulasi pertumbuhan jaringan penyambung. Estrogen juga menghasilkan efek seperti histamin pada mikrosirkulasi payudara. Densitas reseptor estrogen pada jaringan payudara sangat tinggi pada fase folikuler dari siklus menstruasi dan menurun setelah ovulasi. Estrogen menstimulasi pertumbuhan sel-sel kanker payudara. Pada wanita-wanita postmenopause dengan kanker payudara, konsentrasi estradiol tumor tinggi, karena aromatisasi in situ, meskipun adanya keonsentrasi estradiol serum yang rendah. b PADA SISTEM SARAF PUSAT Hipotesis aromatisasi otak mengajukan bahwa diferensiasi seksual pada otak- yaitu kemampuan estrogen untuk menyebabkan pelepasan sekresi gonadotropin pada wanita-wanita- tergantung pada konversi lokal androgen menjadi estrogen. Rata-rata aromatisasi androgen menjadi estrogen pada otak rendah jika dibandingkan dengan jaringan-jaringan lainnya, tetapi setidaknya, produksi estrogen lokal dipercaya memiliki aksi penting. Salah satu contoh dari aksi sinergistis estrogen ini dengan neurotrofins yang direfleksikan pada regulasi reseptor resiprokal atau jalur-jalur sinyal berpasangan.2,9,10,13 Pada kehidupan selanjutnya, estrogen diduga memiliki aksi neuroprotektif. Pada jaringan otak dari tikus dewasa, estrogen

menginduksi pembentukan ulang dendrit dan sinaptik dan menyebabkan aktivasi glial. Pada saraf-saraf hippokampus, suatu area yang melibatkan memori, estrogen meningkatkan densitas dari reseptor N-metil-D-aspartat dan meningkatkan sensitivitas saraf untuk masukan yang dimediasi oleh reseptor-reseptor ini. Pada kultur sel-sel neuroblastoma manusia, estrogen memiliki efek neuroprotektif dan mereduksi generasi peptida betaamiloid. Beberapa data epidemiologis mendukung bahwa pada wanita-wanita postmenopause, defisiensi estrogen berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif dan meningkatkan risiko penyakit Alzheimer. Bagaimanapun, pada uji terandomisasi, pemberian estrogen tidak memiliki efek menguntungkan pada wanita-wanita yang menderita penyakit Alzheimer. c PADA PEMBULUH DARAH Estrogen diduga menjadi agen-agen vasoprotektif alami. Reseptor estrogen telah terdeteksi pada sel-sel otot polos arteri koroner dan sel-sel endometrium pada berbagai tempat. Estrogen menyebabkan vasodilatasi jangka pendek dengan meningkatkan pembentukan dan pelepasan nitrat oksida dan prostasiklin pada selsel endotelial. Juga menurunkan tonus otot-otot polos vaskuler dengan pembukaan saluran kalsium spesifik melalui mekanisme yang tergantung pada siklik guanosin monofosfat. Peranan protektif estrogen melawan aterosklerosis didukung dengan penemuan bahwa pengobatan estrogen menurunkan progresi aterosklerosis arteri koroner pada monyet-monyet yang telah diooforektomi. Bagaimanapun juga, tidak ada efek pada keberadaan awal plak-plak. Pada tingkat seluler, estrogen menghambat apoptosis sel-sel endotelial dan mempromosikan aktivitas angiogenisnya in vitro. Walaupun penemuan ini ada, salah satu dari pertanyaan penting pada kesehatan wanita- apakah pengobatan estrogen pada

periode

postmenopause

mencegah

aterosklerosis-

masih

kontroversial. Penemuan yang dapat membantu dari studi-studi epidemiologis harus diseimbangkan dengan lemahnya keuntungan estrogen untuk proteksi sekunder melawan penyakit kardiovaskuler pada jantung dan Studi Sulih Progestin/Estrogen. d PADA TULANG Kedua osteoklas dan osteoblas mengekspresikan reseptor estrogen dan merupakan target langsung untuk estrogen, tetapi keseluruhan, estrogen diklasifikasikan sebagai agen-agen antiresoptif. Estrogen secara langsung menghambat fungsi osteoklas. Pada tikus yang diooforektomi, defisiensi estrogen meningkatkan produksi interleukin-6, interleukin-1, dan tumor nekrosis faktor pada osteoblas dan sel-sel stromal turunan tulang lainnya. Faktor-faktor ini secara tidak2,9,10,13 Langsung menstimulasi diferensiasi osteoklas. Pada ekstrak tulang dari wanita-wanita postmenopause dengan osteoporosis, konsentrasi interleukin-6 dan interleukin-1 mRNA juga tinggi. Defisiensi estrogen dikenal untuk mengakselerasikan pengeroposan tulang dan meningkatkan suseptibilitas untuk fraktur. Terapi estrogen mengurangi pengeroposan tulang dan mereduksi risiko fraktur pada wanita-wanita dengan osteoporosis dan selanjutnya tanpa kondisi ini untuk lamanya terapi.

Efek-efek estrogen pada system organ yang berbeda Estrogen dalam tubuh memang sangat mempunyai banyak peranan penting dalam sistem reproduksi, namun apabila kadar estrogen ini mengalami penurunan ataupun berlebih dalam tubuh kita akan mengalami suatu gangguan yaitu: 1) Apabila kadar estrogen tubuh mengalami penurunan maka pada wanita akan mengalami gangguan pada siklus menstruasi dan pada laki-laki akan mengalami pada pertumbuhan alat kelamin sekundernya. 2) Apabila kadar estrogen dalam tubuh mengalami kelebihan maka akan terbentuknya FAM (Fibro Adenoma Mammae). D. PROGESTERON 1. Definisi Hormon Progesteron Hormon (dari bahasa Yunani: horman - yang menggerakkan) adalah pembawa pesan kimiawi antarsel atau antar kelompok sel.

Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin yang mempunyai efek tertentu pada aktifitas organ-organ lain dalam tubuh. Hormon seks merupakan zat yang dikeluarkan oleh kelenjar seks dan kelenjar adrenalin langsung ke dalam aliran darah. Mereka secara sebagian bertanggungjawab dalam menentukan jenis kelamin janin dan bagi perkembangan organ seks yang normal. Mereka juga memulai pubertas dan kemudian memainkan peran dalam pengaturan perilaku seksual. Karena sekresinya yang akan masuk aliran darah dan mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh maka apabila hormone telah sampai pada suatu organ target, maka hormon akan merangsang terjadinya perubahan. Pada umumnya pengaruh hormon berbeda dengan saraf. Perubahan yang dikontrol oleh hormon biasanya merupakan perubahan yang memerlukan waktu panjang. Contohnya pertumbuhan dan pemasakan seksual. 2. Fungsi Hormon Progesteron a Siklus haid 1) Mengatur siklus menstruasi bersama dengan hormon estrogen dengan melalui feedback mekanisme terhadap FSH dan LH. Sekresi secara bergantian hormon-hormon ini menentukan siklus menstruasi. 2) Mempertebal dinding endometrium untuk persiapan proses implantasi jika terjadi fertilisasi antara ovum dan sperma. b Masa kehamilan 1) Ketersediaan progesteron dalam jumlah yang cukup pada masa awal kehamilan sangat penting peranannya, terutama dalam menghambat kontaraksi uterus. Hal ini dibutuhkan sehubungan dengan usaha untuk mempertahankan janin muda yang baru berimplantasi di uterus gar tidak terjadi kelahiran premature atau keguguran.

2) Menurunkan gairah seksual selama kehamilan trimester I. Fungsi ini dibutuhkan untuk mempertahankan kondisi janin karena keadaan janin yang masih rentan terhadap benturan. 3) Membantu mempersiapkan payudara untuk proses laktasi. 4) Meningkatkan suhu tubuh dan respitasi rate, sebagai bentuk penyesuaian terhadap masa awal kehamilan. 5) Mengentalkan secret vagina, sebagai proteksi tambahan terhadap kemungkinan infeksi. 3. Terapi a Penyakit 1) Trauma kepala berat Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh dr. David Wright dari Associate professor of emergency medicine university of Emory Atlanta, progesteron memiliki kemampuan untuk meningkatkan perkembangan normal neuron otak serta memiliki efek protektif terhadap jaringan otak yang rusak. Sehingga progesteron dapat menurunkan resiko kematian pada pasien trauma kepala. Hal ini memungkinkan progeteron menjadi terapi lini pertama pada kasus trauma kepala. 2) Membantu proses penyembuhan Progesteron mampu membantu proses penyembuhan terutama pada penderita Multiple Sclerosis. Progesteron bekerja dengan mengatur fungsi kolagen saraf dan serabut myelin. 3) Mampu menurunkan resiko terjadinya kanker rahin dan payudara.

Saat masa laktasi, kadar hormon progesteron dalam tubuh meningkat, oleh karena itu wanita yang menyusui selama paling sedikit 6 bulan berturutturut serta wanita yang telah hamil beberapa kali, akan mengurangi resiko terkena kanker payudara. Sedangkan pada rahim, progesteron bekerja mencegah terjadinya kanker rahim dengan mengatur efek paparan esterogen dalam rahim b Reproduksi Selain memiliki fungsi seperti ayng telah dipaparkan diatas progesterone juga dapat digunakan sebagai slah satu pilihan dalam penggunaan kontrasepsi, terutama kontarasepsi hormonal. Berikut berbagai pilihan kontarsepsi hormonal dengan progesteron : 1) Kontrasepsi oral : POP (progesterone only pill) 2) Suntikan : 3 bulan (progesterone only) 3) Mengontrol perdarahan anovulasi 4. Sumber Progesteron Selain progesteron sintetik seperti yang umumnya kita temukan dalam obat-obatan, progesteron juga bisa didapatkan secara alami yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung progesteron. Makanan tersebut antara lain : a b c d e a Vit E : dosis 150 IU per hari Umbi-umbian Kuning telur Susu sapi Daging ayam Deteksi kekurangan hormon progesterone 1) Anamnesa

5. Kekurangan Progesterone dan Hal-Hal Yang Mempengaruhinya

Merujuk pada fungsi-fungsi hormon progesteron yang telah dipaparkan sebelumnya, maka ada beberapa pertanyaan dalam proses anamnesa yang dapat ditanyakan kepada pasien, yang dalam hal ini dapat membimbing kita untuk memahami gambaran konsentrasi progestseron dalam tubuh pasien. Pertanyaan tersebut antara lain : a) Apakah pasien merasakan kecemasan berlebih ? b) Apakah pasien mengalami kepanikan dan gelisah ? c) Adakah keluhan insomnia ? d) Adakah keadaan payudara yang membengkak serta nyeri payudara berebih saat menstruasi ? e) Adakah sikap agresif dan migraine serta nyeri perut bawah sebelum menstruasi? f) Apakah terjadi penurunan gairah seksual ? g) Apakah pasien pernah mengalami keguguran sebelumnya ? Bila pasien memiliki tanda-tanda seperti disebutkan diatas, maka pemeriksa dapat mencurigai kemungkinan pasien mengalami kekurangan hormon progesterone 2) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan lanjutan yang harus dilakukan oleh pemeriksa setelah menemukan kemungkinan kekurangan progesteron pada pasien melalui proses anamnesa sebelumnya. Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan antara lain : a) Menilai tanda-tanda kekurangan cairan . Tanda ini biasanya tidak spesifik dan mudah untuk dikenali, tetapi dapat menjadi gejala awal yang menjadi pertimbangan pemeriksa. b) Menilai tampilan otot wajah pasien

Pasien yang mengalami kekurangan progesteron cenderung memiliki otaot wajah yang tampak tegang. b Efek kekurangan hormon progesterone Melihat dari betapa besar fungsi hormon progesteron dalam tubuh, maka kekurangan progesteron dapat sangat berpengaruh bagi penderita. Pengaruh-pengaruh yang mungkin terjadi antara lain : 1) Pengaruh umum a) Terganggunya siklus menstruasi b) Nyeri berlebihan selama siklus menstruasi c) Tidak terjadinya ovulasi d) Meningkatnya resiko keguguran e) Meningkatnya stres dan rasa tidak nyaman selama kehamilan, terutama pada trimester I. f) Gangguan tidur (insomnia) yang dapat berakibat buruk pada perkembangan janin. g) Menurunnya daya ingat h) Keringnya mukosa vagina i) Nyeri sendi dan infeksi saluran kencing 2) Pasca persalinan a) Depresi Selama hamil, kadar progesteron selalu terjaga karena tubuh terus menerus menghasilkan hormon ini melalui plasenta. Setelah melahirkan, plasenta berhenti memproduksi sehingga kadar progesteron mendadak turun. Menurut penelitian yang depresi dilakukan setelah NaProTechnology, melahirkan penurunan (postpartum kadar progesteron berkaitan dengan terjadinya depression). Kadang-kadang depresi yang ditandai dengan gejala selalu sedih dan gelisah serta mudah menangis ini bisa berlangsung hingga 6 bulan. b) Retensi cairan

Retensi atau penumpukan cairan sering terjadi setelah ini melahirkan, dengan sebagai akibat dari berkurangnya kadar progesteron. Biasanya kondisi ditandai pembengkakan (edema) terutama dibagian kaki dan tangan. Hal ini terjadi karena pada siklus normal, progesteron juga berfungsi sebagai diuretic. Oleh progesteron, kelebihan carain yang terdapat dibeberapa jaringan tubuh akan dikeluarkan melalui urin. c) Siklus menstruasi yang tidak teratur Dalam siklus yang normal, menstruasi terjadi ketika kadar progesteron mendadak turun sebagai sinyal bagi dinding rahim untuk luruh. Kekurangan progesteron menyebabkan dinding rahim tidak luruh tepat pada waktunya, karena perubahan komposisi hormonal tidak terjadi secara drastis. Gangguan pada siklus menstruasi merupakan keluhan yang sering dialami para ibu setelah melahirkan. Selain kadar hormon progesteron belum normal, produksi Air Susu Ibu (ASI) juga sering dituding sebagai pemicunya c Penyebab kekurangan hormon progesterone 1) Stres Aktifitas yang padat dan beban kerja yang berat dapat menimbulkan stres. Hal inilah yang memicu terhentinya produksi hormon sehingga menyebabkan terjadinya kekurangan progesteron.

2) Diet Pola makan sehari-hari juga memberikan kontribusi dalam ketidakseimbangan hormon. Hal ini terjadi karena kebiasaan mengkonsumsi makanan yang secara tidak

langsung mengandung estrogen, seperti daging ayam, sapi, serta babi yang diternakkan yang diberikan makanan tambahan berupa hormon estrogen demi memepercepat pertumbuhannya. 3) Kontrasepsi Kebanyakan pil kontasepsi menggunakan progestin sebagai terapi pengganti hormon. Progestin memiliki sifat yang ridak sama dengan progesteron alami, sehingga hanya akan memicu meningkatnya kadar hormon estrogen didalam tubuh. 4) Lingkungan Tanpa kita sadari tubuh kita sehari-hari telah banyak menerima paparan estrogen sintesis seperti yang terkandung dalam deterjen, pestisida serta berbagai macam produk perawatan kecantikan. Stimulus paparan yang terjasi secara terus-menerus ini memberikan dampak negatif terhadap reseptor estrogen dalam tubuh, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang mengacu pada keadaan estrogen dominan. 6. Kelebihan Progesteron a Pengaruh kelebihan hormon progesterone 1) Pasien tampak kelelahan 2) Kehiangan gairah seksual 3) Ketidakstabilan emosi 4) Kembung dan nafsu makan berkurang 5) Siklus menstruasi tidak teratur b Penyebab kelebihan hormon progesteron Progesteron hanya akan berada dalam keadaan over supply apabila pasien mengkonsumsi suplemen serta obat-obatan yang mengandung progesteron dalam dosis yang tinggi, yang dalam hal ini tidak sesuai dengan kebutuhan. 7. Penanganan a Kelebihan

Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi efek buruk kelebihan progesteron adalah dengan meninjau kembali jenis, dosis b serta lama pemberian terapi progesterone dan menyesuaikannya dengan kebutuhan pasien. Kekurangan Pada keadaan kekurangan hormon progesteron, selain dengan mengkonsumsi progesterone tambahan, hal terpenting adalah dengan melakukan koreksi dominasi estrogen, sehingga dapat mengembalikan keseimbangan hormon. E. TESTOSTERON Hormon laki-laki, testosteron, dan hormon-hormon perempuan, estrogen dan progesteron, terbentuk dari bahan dasar yang sama, kolesterol. Testosteron adalah zat androgen utama yang disintesis dalam testis, ovarium, dan anak ginjal. Testosteron (C19H28O2) adalah molekul yang dibentuk dari atom-atom karbon, hidrogen dan oksigen. Testosteron adalah hormon steroid dari kelompok androgen. Penghasil utamanya adalah testis pada jantan dan indung telur pada wanita. Sel-sel Leydig dari testis distimulasi oleh LH untuk menghasilkan testosteron sbanyak 2,511 mg sehari. Produksi testosteron mencapai puncaknya sekitar usia 25 tahun, lalu menurun drastic pada usia 40 tahun . DHEA (dehidro-epi-androsteron) dan androstendion merupakan prekursor testosteron yang dibentuk oleh anak ginjal.

Gambar : struktur bangun Testosteron

Gambar : sel Leydig Testosteron dihasilkan oleh hormon LH yang dilepaskan kelenjar pituitari. Tetapi, hormon LH dikendalikan oleh testosteron sebagaimana testosteron dikendalikan oleh LH. Saat jumlahnya di dalam darah meningkat, molekul testosteron melakukan tekanan pada kelenjar pituitari yang menyebabkan kelenjar itu menghentikan produksi LH. Hanya ketika jumlah testosteron menurun produksi LH dimulai lagi. LH yang dihasilkan mengaktifkan zakar dan memerintahkan produksi tambahan agar menaikkan jumlah testosteron.

Gambar : Produksi Testosteron

1. Fungsi Testosteron Baik bagi jantan atau betina, testosteron memiliki peranan penting pada kesehatan. Fungsinya adalah meningkatkan libido, fungsi imun, energi, dan perlindungan dari osteoporosis. Namun pengaruh testosteron bagi pria lebih besar sebab pria memproduksi hormon testosteron lebih banyak, yakni sekira 20 kali lipat dari testosteron pada wanita. Bagi pria, testosteron merupakan hormon seks yang punya peran penting dalam fungsi seksual, produksi sperma, pembentukan otot, dan intonasi suara.

Gambar : anatomi organ reproduksi pria

Gambar : salah satu fungsi testosterone yaitu dalam spermatogenesis

Riset membuktikan bahwa hormon testosteron dalam jumlah yang normal sangat penting untuk mengurangi resiko diabetes dan penyakit kardiovaskular/peredaran darah. Selain itu,pria yang kadar hormon testosteronnya normal lebih panjang umur daripada pria yang kadar hormon testosteronnya rendah. Kadar testosteron yang normal adalah berada di kisaran 12 nmol/1 sampai 40 nmol/1. Jika kurang dari itu,maka mengidap sindrom kekurangan testeron ( Testosterone Deficiency Syndrome/TDS ). Pada pria, testosteron menyebabkan otot tubuh pria bisa terbentuk dan tumbuhnya rambut di sekitar tubuh, juga meningkatkan libido dan agresivitas. Sementara estrogen diproduksi secara signifikan dalam jumlah yang lebih tinggi pada wanita, meskipun para peneliti percaya bahwa pria atau orang yang kurang produksi estrogennya, memiliki libido rendah. Testosteron memiliki sejumlah khasiat fisiologi yang penting sebagai berikut : a Efek virilisasi. Testosteron bertanggung jawab atas ciri kelamin pria primer dan sekunder serta memegang peranan penting dalam

spermatogenesis. Hormon ini juga berperan dalam mempenagruhi hasrat seks (libido) dan daya ereksi (potensi). b Efek anabol. Testosteron membnatu meningkatkan pembentukan protein dan pertumbuhan sel-sel otot. c Efek tulang. Pada anak laki-laki, selama pubertas produksi terstosteron meningkat dengan kuat yang mengakibatkan mereka tumbuh lebih panjang dalam beberapa waktu. 2. Faktor yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya Kadar Testosteron Male menopause atau late-onset hypogonadism dialami 2% pria setengah baya. Pria yang mengalami menopause biasanya mempunyai kadar testosteron rendah yang dikaitkan dengan ereksi pagi yang buruk, gairah seks rendah dan disfungsi ereksi. Hormon testosteron pria menurun sekitar 1-15 % per tahun, dimulai pada usia 45 tahun. Meski menopause pada pria bisa terjadi, menopause pada pria bisa dibilang langka. Kadar testosteron rendah ini juga terkait dengan simptom lain seperti depresi, lelah, dan tak bisa berhubungan intim. Selain itu juga terdapat simptom yang tidak terkait dengan testosteron rendah. Simptom antara lain terdiri dari gangguan pola tidur, konsentrasi buruk, merasa tidak berharga dan merasa sangat cemas. Namun jangan salah meng-istilahkan male menopause, karena artinya bisa menyesatkan, menganggap bahwa semua pria akan mengalaminya. Penurunan testosteron pada pria tua benar-benar alamiah dan proses normal yang akan dialami pria ketika menua. Penyebab menopause pada pria / andropause adalah : a Faktor lingkungan. Bisa berupa pencemaran/ polusi lingkungan, pengaruh bahan kimia (termasuk bahan pengawet makanan, limbah), kurang tersedianya air bersih, suasana lingkungan, kebisingan, ketidaknyamanan tempat tinggal, diet, dan pola makan. b Faktor organik. Perubahan hormon, seperti testosteron, DHEA (dehydroepiandrosteron), DHEA-S (Dehydroepiandrosteron

Sulfat), melatonin, GH (Growth Hormone), IGF-1 (Insulin-like Growth Factor-1), prolaktin. c Faktor psikogenik. Misalnya: stres psikis dan fisik, pensiun, tujuan hidup yang tak realistis, penolakan terhadap kemunduran tubuh, kemampuan berpikir, disertai perasaan takut (takut: tua, ditinggalkan istri, pendapatan berkurang, sakit, mati). d Terlalu banyak lemak meningkatkan kadar estrogen yang menurunkan kadar testosteron, sebagai hasilnya hubungan seksual Anda akan menderita kinerja rendah dan dorongan seks dan libido berkurang. Gejala pria yang akan mengalami menopause adalah: a Produksi testosteron melemah Produksi testosteron semakin melemah seiring dengan berbagai penyakit yang menemani masa andropause pada pria. Penyakit seperti depresi, obesitas, atau kondisi lain mempengaruhi produksi testosteron. Bedanya, saat menopause wanita kehilangan hormon estrogen secara total, dan kesempatan mendapati anak mulai berkurang. Andropause pada pria tidak lantas berarti produksi testosteron berhenti total. Meski menunjukkan gejala endropause, saat usia semakin menua pria masih bisa memiliki anak. b Tubuh panas-dingin Sama seperti gejala pada wanita, pria juga mengalami panasdingin. Tubuh panas dan berkeringat secara esktrem, lalu mulai dingin. Gejala ini diikuti dengan pusing dan mual. Gejala seperti ini hanya bertahan beberapa menit, dan terjadi dalam 2 hingga 4 jam. c Perubahan mood Perubahan mood merupakan hasil dari fluktuasi pada hormon saat menopause. Hormon mempengaruhi level serotonin

dalam otak, yang kemudian mempengaruhi mood. Mood akan positif dengan jumlah serotonin yang tinggi, dan menjadi negatif jika levelnya sedikit. Perubahan mood pada pria memang tidak terlalu intens seperti pada wanita. Meski begitu, mood pada pria bisa terlihat berubah saat merespons kondisi tertentu. Bahkan gejala seperti ini jika bertahan lama akan menjadi depresi. d Mudah lupa Kemampuan konsentrasi dan mengingat akan berkurang saat pria memasuki masa andropause, meskipun tidak ada hubungan yang jelas antara tingkat hormon dengan penurunan memori. Kombinasi gejala panas-dingin, perubahan mood, penurunan libido dan berat badan, merupakan gejala andropause yang mengarah kepada stres dan penurunan kemampuan mentalitas. Cepat lupa, misalnya, namun ini juga terkait dengan usia. Namun hanya karena lupa menyimpan kunci, misalnya, bukan berarti lantas dikatakan andropause. e Gairah seks menurun Gejala paling umum dari andropause adalah penurunan libido. Hampir 80 persen pria mengalami gejala ini. Perawatan medis bisa mengatasi disfungsi ereksi yang disebabkan andropause ini. 3. Akibat Kelebihan dan Kekurangan Testosteron Rendahnya kadar hormon ini menyebabkan seseorang mengalami kelelahan kronis,gangguan ereksi,depresi,dan postur tubuh yang kurang tegap maupun berkurangnya kemampuan atletik. Kekurangan testosteron dalam jumlah yang besar dapat

menyebabkan turunnya gairah seks, dan kelebihan testosteron dapat meningkatkan gairah seks, baik pada pria maupun wanita. Namun, kadar testosteron tidak begitu mempengaruhi daya tarik dan gairah seks saat mereka berada pada batas rata-rata. Gairah seks cenderung dipengaruhi oleh perangsang dari luar (gambar, suara, sentuhan) daripada oleh variasi

hormon seks, kecuali dalam beberapa kasus langka. Pada pria, terlalu sedikit testosteron dapat menyebabkan sulit mendapat atau menjaga ereksi, namun tidak jelas apakah kekurangan testosteron mempengaruhi fungsi seksual wanita selain menurunkan gairah. Setelah sekitar usia 40, kadar testosteron mulai menurun sekitar satu persen per tahun. Penurunan ini pada awalnya hampir tidak terlihat. Tapi seiring tahun-tahun berlalu, Anda akan mulai mendapat ekstra beberapa kilo yang tidak diinginkan, mengalami kehilangan otot, dan pada usia 60 bahkan ada risiko impotensi dan penyakit tulang rapuh (osteoporosis). Pada pria yang lebih muda kadar testosteron rendah dapat disebabkan oleh masalah kesehatan mendasar seperti kerusakan testis, gangguan kelenjar hipofisis atau bahkan dari efek samping obat resep. 4. Penanggulangan Kekurangan Testosteron a Pengobatan Pengganti Hormon Rendahnya tingkat testosteron pada pria dapat diisi ulang dengan suntikan testosteron, pil, patch, dan gel. Namun, ada risiko efek samping dengan perawatan ini yang mencakup; kolesterol tinggi, penyusutan testis dan kemungkinan mendapatkan kerusakan hati. Beberapa wanita mengalami menopause parah, atau dikenal sebagai krisis paruh baya. Hal ini terjadi ketika tingkat estrogen mereka menjadi terlalu rendah, dan perlu diganti. Namun, ada juga peningkatan risiko kanker dengan menjalani perawatan ini dan resiko osteoporosis (penyakit tulang rapuh) jika tingkat estrogen tidak dinaikkan. Hal ini membuat wanita-wanita malang dengan dilema dan keputusan yang sulit untuk dibuat. Pengobatan penggantian hormon dapat dilakukan dengan mencari alternative pengobatan tradisional dengan bahan alami. Penelitian terbaru menyebutkan Teripang atau lebih dikenal gingseng laut memiliki nilai penting sebagai sumber biofarmaka potensial maupun makanan kesehatan. Kandungan kimia teripang

basah terdiri dari 44-45 persen protein, 3-5 persen karbohidrat dan 1,5 persen lemak. Teripang mengandung asam amino esensial, kolagen dan vitamin E. Kandungan asam lemak penting teripang seperti asam eikosapentaenoat(EPA) dan asam dekosaheksaenoat (DHA) berperan dalam perkembangan syaraf otak, agen penyembuh luka dan antitrombotik. Hasil penelitian menunjukkan kandungan testosteron

teripang segar lebih tinggi dibanding teripang kering. Steroid teripang jenis pasir lebih tinggi dibanding ganat dan hitam," kata Kurnia. Ekstrak teripang berpotensi besar sebagai sumber testosteron alami. Sayangnya, belum diperoleh metode ekstraksi untuk keperluan produksi masal. Testosteron yang banyak beredar, testosteron sintentik yang mempunyai efek samping dalam penggunaannya. Selain Teripang, pengobatan alternatif dapat pula dilakukan dengan herbal alami seperti tanaman dari Afrika Selatan bernama Hoodia Gordini yang membakar lemak dan menekan nafsu makan. Tanaman ini telah menyatu dengan kombinasi bahan-bahan alami untuk menghasilkan produk yang luar biasa yang mengurangi berat badan, tanpa Anda bahkan melihat diet Anda. b Cara Mempertahankan Tingkat Hormonal yang Aman Secara Alami Untuk pria dengan tingkat di ambang batas, olahraga merupakan metode yang baik untuk meningkatkan produksi testosteron ke tingkat yang memuaskan. Menjaga berat badan ideal akan membantu menjaga kadar estrogen ke tingkat yang ideal, mencegah pengurangan testosteron. F. GONADOTROPIN Kelenjar kelamin disebut pula dengan gonad. Meskipun fungsi utamanya adalah memproduksi sel-sel kelamin, namun kelenjar kelamin juga memproduksi

hormon. Kelenjar kelamin laki-laki terdapat pada testis, sementara kelenjar kelamin perempuan berada pada ovarium. Gonad (hormon kelamin) merupakan kelenjar endokrin yang dipengaruhi oleh gonadotropin hormon (GtH) yang disekresikan kelenjar pituitari .Hipofisis mengsilkan 2 jenis gonadotropin yang mengatur fungsi alat reproduksi yaitu hormon pemacu folikel (FSH=folicle stimulating hormone dan LH= lutenizing hormone). Pada setiap spesies tertentu hipofisis penting selama kehamilan, sedangkan umumnya kehamilan dapat berjalan tanpa hipofisis. Gonadotropin hipofisis adalah hormon glikoprotein (peptida) dan hanya efektif bila diberikan dalam bentuk suntikan. Kadar gonadotropin dalam urin dapat diukur radioimmunoasay, berdasarkan antibodi spesifik terhadap gugus yang membeda-bedakan dengan masing-masing hormon hipofisis. Di dalam testis terdapat sel Leydig yang menghasilkan hormone testosteron atau androgen. Hormon testosteron sangat berpengaruh terhadap proses spermatogenesis (proses pembentukan sperma) dan pertumbuhan sekunder pada laki-laki. Pertumbuhan sekunder pada anak laki-laki ditandai dengan suara menjadi besar, bahu dan dada bertambah bidang, dan tumbuh rambut pada bagian tubuh tertentu misalnya kumis, janggut, cambang, ketiak, dan sekitar kemaluan. Sementara itu, hormon estrogen dan progesteron disekresikan oleh ovarium. Estrogen dihasilkan oleh folikel de Graff dan dirangsang oleh hormon FSH. Hormon estrogen berfungsi saat pembentukan kelamin sekunder wanita, seperti bahu mulai berisi, tumbuhnya payudara, pinggul menjadi lebar, dan rambut mulai tumbuh di ketiak dan kemaluan. Di samping itu, hormon enstrogen juga membantu dalam pembentukan lapisan endometrium. Bagi wanita, hormon progesteron berfungsi menjaga penebalan

endometrium, menghambat produksi hormon FSH, dan memperlan-car produksi laktogen (susu). Hormon ini dihasilkan oleh korpus luteum dan dirangsang oleh LH. FSH pada wanita menyebabkan perkembangan folikel primer menjadi folikel graaf. Di bawah pengaruh LH, folikel yang telah berkembang mensekresi

estrogen dan progesteron. LH menyebabkan terjadinya ovulasi dan juga mempengaruhi korpus luteum untuk mensekresi estrogen dan progesteron. Proses terakhir dikenal sebagai aktivitas laktogenik, yang pada beberapa spesies berada dibawah pengaruh proklatin. Sedangkan FSH pada pria berfungsi menjamin terjadinya spermatogenesis, antara lain dengan mempertahankan fungsi tubulus seminiferus, LH merangsang sel leydig mensekresi testoteron. 1. MEKANISME KERJA HORMON GONADOTROPIN Mekanisme kerja hormon tropik adenohipofisis misalnya hormon Gonadotropin (hormon kelamin) merupakan mekanisme kerja hormon pada taraf selular tergantung jenis hormonnya, mengikuti salah satu mekanisme berikut: Hormon berinteraksi dengan reseptornya mengakibatkan

perangsangan atau penghambatan mengubah kecepatan sintesis siklik AMP dari ATP ,selanjutnya siklik AMP berfungsi sebagai mediator intrasel untuk hormon tersebut dan seluruh sistem ini berfungsi sebagai suatu mekanisme spesifik sehingga efek spesifik suatu hormon dapat terjadi. Siklik AMP mempengaruhi berbagai proses dalam sel,dan efek akhirnya bergantung dari kapasitas serta fungsi dari sel tersebut.siklik AMP menyebabkan aktivasi enzim-enzim protein kinase yang terlibat dalam proses fosforilasi pada sintesis protein dalam sel.siklik AMP mempengaruhi kecepatan proses ini.metabolisme siklik AMP menjadi 5,AMP dikatalisis oleh enzim fosfodiesterase yang spesifik.dengan demikian zat-zat yang menghambat enzim fosfodiesterase dapat menyebabkan timbulnya efek mirip hormon.

2. HORMON HORMON GONAD

OVARIUM (Estrogen, Progestin, Hormon-hormon Ovarium lainnya, Kontrasepsi Oral) Ovarium mempunyai fungsi gametogenik penting yang di integrasikan dengan aktivitas hormionalnya. Pada wanita, gonad relatif tenang selama masa pertumbuhan dan maturasi yang cepat. Pada masa puberitas, ovarium memulai suatu periode 30-40 tahun fungsi siklus yang disebut siklus haid karena masa pendarahan teratur yang merupakan manifestasinya yang paling jelas. Ovarium ini kemudian memberikan respon terhadap gonadotropin yang disektresikan oleh kelenjar hipofise, dan berhentinya perdarahan siklik yang terjadi ini di sebut menopause. Mekanisme yang bertanggung jawab bagi mula kerja fungsi ovarium pada masa puberitas dianggap berasal dari saraf, karena gonad yang tidak matang dapat dirangsang oleh gonadotropi yang sudah ada di dalam hipotalamus dan karena hipofise berespon terhadap hormon penglepas gonadotropin hipotalamus.

b ESTROGEN Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma. Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal melalui konversi hormon androgen. Pada pria, diproduksi juga sebagian di testis.

Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta. Berfungsi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita. Fungsi lainnya sebagai berikut : 1) Pada uterus : menyebabkan proliferasi endometrium. 2) Pada serviks : menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks. 3) Pada vagina : menyebabkan proliferasi epitel vagina. 4) Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara. 5) Juga mengatur distribusi lemak tubuh. 6) Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu pertumbuhan / regenerasi tulang. Pada wanita pascamenopause, untuk pencegahan tulang keropos / osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon estrogen (sintetik) pengganti. 3. PROGESTERON Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar progesterone terus dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk hormon HCG. Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta. Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase sekresi) pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi implantasi. a GONADOTROPIN RELEASING HORMONE GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen

tinggi,

maka

estrogen

akan

memberikan

umpanbalik

ke

hipotalamus sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya. b FSH (FOLIKEL STIMULATING HORMONE) DAN LH (LUTEINIZING HORMONE) Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis akibat rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Dari folikel yang matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi korpus luteum dan dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH. c HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml). Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-hormon steroid terutama pada masamasa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi imunologik. Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb). d TESTIS (ANDROGEN DAN TESTOTERON) ANDROGEN DAN TESTOTERON Pada manusia, androgen terpenting yang disekresikan oleh testis adalah testoteron. Jalur sintesis testoteron didalam testis mirip dengan yang telah digambarkan didalam ovarium dan adrenal. Pada laki-laki, setiap hari dihasilkan sekitar 8 mg testoteron. Kira-kira 95 persen diproduksi oleh sel leydig dan hanya 5 persen olh adrenal. Testis juga mensekresikan dalam jumlah sedikit androgen kuat lainnya, dihidrotestoteron. Juga androstenedion dan

dehidropiandrosteron, yang merupakan androgen lemah. Pregnenolon dan progesteron serta turunanya 17-hidrisilasi juga dilepaskan dalam jumlah kecil. Kadar testoteron dalam plasma pada laki-laki kira-kira 0,6 /dl setelah puberitas dan tidak tampak bervariasi secara bermakna sesuai umur. G. PROLAKTIN Prolaktin merupakan hormon polipeptida yang terdiri dari 199 asam amino dengan berat molekul 23 kD. Rantai polipeptida prolaktin dihubungkan oleh dua jembatan disulfida. Pembentukan prolaktin dikode oleh gen yang terletak pada kromosom 6 p22.2, p21.3. Pit-1 merupakan faktor transkripsi yang berikatan dengan gen prolaktin sehingga memicuproduksi prolaktin di hipofisis anterior. Strukturprolaktin menyerupai hormon pertumbuhan dan hormon plasenta laktogen. (Davis J.R.E..2004)

Gambar 1. Struktur Prolaktin Prolaktin merupakan hasil produksi utama kelenjar hipofisis yang disintesa dan disekresi oleh sel-sel laktotrof dari kelenjar hipofisis anterior. Prolaktin juga dihasilkan di luar hipofisis, yaitu oleh kelenjar mammae, plasenta, uterus dan limfosit T. Pada kehamilan, prolaktin juga disekresi oleh sel stroma endometrium desidualis. Fungsi utama prolaktin adalah untuk memicu perkembangan payudara saat hamil serta merangsang dan mempertahankan proses laktasi. (Shenenberger D. 2001) Secara tidak langsung prolaktin turut mengatur sekresi hormon hipofisis yang berperan pada fungsi gonad,termasuk luteinizing hormone (LH) dan folliclestimulating hormone (FSH). Hal ini adalah karena prolaktin dapat berikatan dengan reseptor spesifik di gonad selain dari sel limfoid, dan hepar. Sekresi prolaktin

bersifat

pulsatil,

dalam

24

jam

terjadi

40

kali

pengeluaran.

(Goffin

V..2005)Prolaktin akan meningkat pada saat tidur, stress, kehamilan, dan saat dilakukan stimulasi pada dinding dada. Nilai prolaktin puasa normal umumnya adalah kurang dari 5-28 ng/mL. Hormon Prolaktin adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari atau kelenjar hipofisis bagian anterior (depan). Hormon ini ada pada laki2 dan perempuan. Prolaktin benyak terdapat pada ibu yang sedang menyusui, karena ini adalah hormon penting yang merangsang kelenjar susu untuk memproduksi susu, sehingga pada saat diperlukan siap berfungsi. Hormone ini juga diproduksi oleh plasenta. Fungsi hormon prolaktin yaitu : 1. Berperan dalam pembesaran alveoli dalm kehamilan 2. Mempengaruhi inisiasi kelenjar susu dan mempertahankan laktasi. 3. Menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI 4. Hormon ini juga mengatur metabolisme pada ibu, sehingga kebutuhan zat oleh tubuh ibu dapat dikurangi dan dialirkan ke janin. Kadar normal hormon prolaktin di dalam darah sekitar 5-28 ng/mL. Sekresi hormon prolaktin meningkat pada masa hamil, stres fisik dan mental, keadaan hipoglikemia. Keluarnya hormon prolaktin, menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Ketika bayi menyusu, rangsangan sensorik itu dikirim ke otak. Otak kemudian bereaksi mengeluarkan hormon Prolaktin yang masuk ke dalam aliran darah menuju kembali ke payudara. Hormon Prolaktin merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja, memproduksi susu. Sel-sel pembuat susu sesungguhnya tidak langsung bekerja ketika bayi menyusu. Sebagian besar hormon Prolaktin berada dalam darah selama kurang lebih 30 menit, setelah proses menyusui. Jadi setelah proses menyusu selesai, barulah sebagian besar hormon Prolaktin sampai di payudara dan merangsang selsel pembuat susu untuk bekerja. Jadi, hormon Prolaktin bekerja untuk produksi

susu berikutnya. Susu yang disedot/dihisap bayi saat ini, sudah tersedia dalam payudara, di Sinus Laktiferus. H. Hormon Prostaglandin Prostaglandin adalah setiap anggota kelompok lipid senyawa yang berasal enzimatis dari asam lemak dan memiliki fungsi penting dalam hewan tubuh. Mereka adalah mediator dan memiliki berbagai kuat fisiologis efek, seperti mengatur kontraksi dan relaksasi otot polos jaringan. Prostaglandin tidak hormon, tetapi autokrin atau parakrin, yang bertindak secara lokal molekul messenger. Mereka berbeda dari hormon dalam bahwa mereka tidak diproduksi di lokasi diskrit tapi di banyak tempat di seluruh tubuh manusia. Juga, sel target mereka yang hadir di sekitar langsung dari situs ekskresi mereka (ada banyak). Prostaglandin, eicosanoids. Nama prostaglandin berasal dari kelenjar prostat. Ketika prostaglandin pertama kali diisolasi dari cairan mani pada tahun 1935 oleh Swedia fisiolog Ulf von Euler, dan oleh MW Goldblatt, prostaglandin diyakini menjadi bagian dari sekresi prostat. (Bahkan, prostaglandin yang diproduksi oleh vesikula seminalis). Ia kemudian menunjukkan bahwa mengeluarkan banyak jaringan lain prostaglandin untuk 1971, berbagai ditetapkan fungsi. Yang pertama total obat-dapat sintesis dari prostaglandin menghambat sintesis F 2 dan prostaglandin E2 dilaporkan oleh EJ Corey pada tahun 1969. Pada tahun bahwa aspirin seperti prostaglandin. Para ahli biokimia Sune K. Bergstrm, Bengt I. Samuelsson, dan John R. Vane (1982) bersama-sama menerima Penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran untuk penelitian mereka di prostaglandin. Oleh karena diduga berasal dari kelenjar prostat, sang penemu memberinya nama prostaglandin. Prostaglandin, seperti hormon, berfungsi layaknya senyawa sinyal tetapi hanya bekerja di dalam sel tempat mereka tersintesis. Prostaglandin diproduksi dalam tubuh oleh sel-sel dan mempengaruhi setiap sistem organ. Mereka memainkan peran dalam berbagai proses fisiologis dan hormonal dan kadangkadang bekerja melawan satu sama lain untuk melindungi tubuh. Prostaglandin bersama turunan dengan tromboksan dan prostacyclins, asam lemak, sebuah subclass dari membentuk prostanoid kelas

membuat kimia menyebar dan tindakan mekanik dalam tubuh, tergantung pada rangsangan luar dan struktur sel biologis mereka sendiri. Mereka bertindak sebagai pesan kimia. Tapi tidak berpindah ke situs yang lain, tetapi bekerja dengan baik dalam sel-sel dimana mereka disintesis. Prostaglandin adalah asam karboksilat tak jenuh. Merupakan lipida yang dibangun oleh 20 atom karbon pembentuk rantai utamanya. Prostaglandin merupakan lipida yang mengandung gugus hidroksil (OH) di posisi atom C nomor 11 dan C nomor 15, dan memiliki ikatan rangkap pada atom C no 13. Prostaglandin dihasilkan oleh jaringan yang sedang terluka atau sakit yang disintesis dari asam lemak tak jenuh rantai panjang yaitu asam arakidonat. Kehadiran obat penghilang rasa sakit seperti aspirin dapat menghambat proses pembentukan molekul ini. Proses pembentukan prostaglandin dari asam arakidonat. Bentuk unik dari dari asam arakidonat disebabkan oleh serangkaian ikatan rangkap cis membantu untuk memasukkannya ke dalam posisi untuk membuat cincin 5 anggota. Prostaglandin F2 memberi efek peningkatan MMP-1 dan MMP-3. Berikut ini adalah perbandingan dari berbagai jenis prostaglandin, prostaglandin I2 (PGI 2 ), prostaglandin E2 (PGE 2 ), dan F prostaglandin 2 (PGF 2 ).

Jenis Reseptor 1. Vasodilasi PGI 2 PGE 2 IP

Fungsi 2. menghambat agregasi platelet 3. bronchodilatation 1. bronkokonstriksi 2. GI saluran otot polos kontraksi 1. Bronchodilatation 2. GI saluran otot polos relaksasi 3. vasodilatasi 1. lambung sekresi asam

EP 1

EP 2 EP3

2. lambung lendir sekresi 3. rahim kontraksi (bila hamil) 4. GI saluran otot polos kontraksi 5. lipolisis inhibisi tanggapan terhadap agonis mereka 6. otonom neurotransmitter 7. Platelet Yang tidak ditentukan PGF 2 FP atherothrombosis dan in vivo 1. hiperalgesia 2. pyrogenic 1. rahim kontraksi 2. bronkokonstriksi

Perbedaan jenis prostaglandin secara langsung terkait dengan efek yang mereka hasilkan dalam tubuh. Prostaglandin E dan Prostaglandin F (pE dan pF) bekerja di rahim wanita untuk merangsang kontraksi selama kelahiran. Jenis serupa yang disebut prostaglandin pF2 berfungsi sebagai luteolytic (pada pria), merangsang pembentukan sperma dan sekresi testosteron. Dalam perempuan, hal itu menyebabkan pembentukan korpus luteum, tahap awal dari ova berkembang. Tromboksan (diikuti PGI2) adalah prostaglandin dimodifikasi yang menyempitkan pembuluh darah dan mulai proses pembekuan. Karena penghapusan cepat prostaglandin dari tubuh, pembekuan darah dilengkapi dengan pF1, jenis lain dari asam lemak. Sebaliknya, prostasiklin adalah prostaglandin yang bekerja sebagai vasodilator. Prekursor penting dalam jalur biosintesis eicosanoid adalah asam arakidonat yang dibentuk dari asam linolenat melalui reaksi dikatalisis oleh serangkaian enzim yang didehidrasi dari asam lemak. Sel asam arakidonat toko sebagai komponen dari fosfolipid membran seperti sebagai phosphoinositol. Menanggapi stimulus yang tepat, asam arakidonat dibebaskan dari lipid penyimpanan dengan reaksi enzimatik dikatalisis oleh A2 fosfolipase. Ada sejumlah obat, seperti glukokortikoid, yang memodulasi PLA2 dan dengan demikian pengaruh (Menghambat) eicosanoid produksi. Konversi asam arakidonat

bebas untuk prostaglandin dan eicosanoids lainnya dimulai enzim oksidatif dari siklooksigenase (PGHsynthase) dan families.Cyclooxygenase lipoxygenase stereospecifically menambahkan dua molekul oksigen menjadi asam arakidonat untuk membentuk PGG2 endoperoxide bisiklik unik. Kelompok hidroperoksida dari PGG2 kemudian dikurangi siklooksigenase (PGH-sintase) untuk menghasilkan 15 tunggal S)-alkohol PGH Dua isozim berbeda siklooksigenase ada, bentuk konstitutif (COX-1) dan sangat diinduksi bentuk (COX-2). Para isozim COX adalah variabel dihambat oleh 3-lemak asam (asam eicosapentaenoic dan asam dcosahexaenoic) serta tradisional OAINS obat-obatan dan COX-2 inhibitor. Struktur dan penghambatan COX isozim adalah discussde lebih rinci dalam Bab NSAID. PGH2 berfungsi sebagai "titik cabang" untuk enzim spesifik mengarah pada pembentukan prostasiklin (diikuti PGI2), berbagai prostaglandin serta tromboksan. Turunan yang terbentuk dari PGH2 adalah ditentukan oleh jaringan tertentu dan kemampuan metabolisme dan fungsi fisiologis seperti dijelaskan dalam bagian berikutnya. Lipoxygenase jalur metabolisme asam arakidonat menghasilkan berbagai asiklik lipid peroksida (asam hydroperoxyeicosatetraenoic atau HPETEs) yang dapat dikurangi untuk yang sesuai Alkohol (asam hydroxyeicosatetraenoic atau HETEs). The HPETEs dapat menghasilkan oksiran (epoksida) LTA4 yang dapat dihidrolisis untuk LTB4 atau terkonjugasi dengan glutathione untuk menghasilkan LTC4. Modifikasi glutathione konjugat asam amino oleh hidrolisis menghasilkan leukotrien lain LTD4, LTE4 dan LTF4. Peran berbagai leukotrien diringkas dalam bagian yang follows III. Tindakan fisiologis dari eicosanoids. Para prostaglandin merupakan mediator penting dari peristiwa fisiologis normal dan telah terlibat dalam berbagai patologi. Mereka telah terlibat dalam peradangan, nyeri, pireksia, penyakit jantung, penyakit ginjal, kanker, glaukoma, rhinitis alergi, asma prematur tenaga kerja, disfungsi seksual pria dan osteoporosis. Efek Prostaglandin biasanya diwujudkan secara lokal di sekitar lokasi prostaglandin sintesis (parakrin) dan tindakan mereka berganda dan variabel (stimulasi atau hambat) tergantung pada jenis jaringan dan sifat reseptor yang mereka berinteraksi. Sampai saat ini delapan reseptor prostanoid telah diklon dan dikarakterisasi.

Prostaglandin merupakan vasodilator kuat, yaitu, mereka mengendurkan otot-otot dinding pembuluh darah sehingga diameter menjadi lebih besar dan ada sedikit perlawanan untuk aliran. Akibatnya, tekanan darah turun. Sekali lagi, efeknya dapat lokal. Sebuah contoh penting dari efek vasodilatasi prostaglandin di ginjal, dimanavasodilasi luas menyebabkan peningkatan aliran darah ke ginjal dan meningkatkan ekskresi garam dalam urin. Tromboksan, di sisi lain, sangat kuat vasokonstriktor dalam pengaturan yang sama. Beberapa diuretik, seperti furosemide, dapat bertindak sebagian dengan melepaskan vasopressin prostaglandin pada tubulus dalam ginjal, ginjal. Menghambat mengakibatkan prostaglandin aksi meningkatkan ekskresi

air. Kecenderungan yang dihasilkan untuk dehidrasi dari ini meningkatkan ekskresi air menyebabkan sekresi lokal prostaglandin ginjal yang lain merangsang sekresi renin. Renin merangsang produksi aldosteron, yang memiliki pengaruh natrium konservasi dan air, sehingga memerangi dehidrasi dan meninggikan tekanan darah tertekan. Meskipun prostaglandin pertama kali terdeteksi pada air mani, tidak ada peran biologis bagi mereka telah ditetapkan dalam sistem reproduksi laki-laki. Ini tidak benar, namun untuk perempuan. Telah menunjukkan bahwa prostaglandin menengahi kontrol GnRH atas sekresi LH, memodulasi ovulasi, dan merangsang otot rahim kontraksi. Penemuan properti ini terakhir telah menyebabkan perlakuan kram menstruasi (dismenore) melalui penggunaan NSAID sebagai inhibitor dari sintesis prostaglandin. Prostaglandin juga berperan dalam mendorong tenaga kerja di hamil istilah atau perempuan di dalam menginduksi aborsi terapeutik. Proses pembentukan bekuan dimulai dengan agregasi trombosit darah. Proses ini sangat dirangsang oleh tromboksan dan dihambat oleh prostasiklin. Prostasiklin merupakan disintesis dalam dinding pembuluh darah dan melayani fungsi fisiologis mencegah pembekuan perlu. Tromboksan, di sisi lain, disintesis dalam platelet diri mereka sendiri dan dilepaskan. The platelet mengikuti satu sama lain dan darah dinding kapal. Melalui mekanisme prostaglandin dan tromboksan, pembekuan dicegah bila tidak perlu dan berlangsung bila diperlukan. Trombosit melekat dalam arteri yang dipengaruhi oleh proses aterosklerosis, mereka membentuk plak sepanjang interior permukaan dinding permukaan. Jenis agregasi trombosit dan menyebabkan pembekuan untuk

memblokir (Oklusi) dari dinding pembuluh darah, penyebab paling umum serangan jantung (arteri koroner oklusi). Ini wawasan biologis telah menyebabkan rekomendasi luas bahwa orang-orang di risiko oklusi koroner untuk mengambil aspirin, penghambat dari enzim siklooksigenase, sehari-hari sebagai tindakan pencegahan. Eicosanoids, khususnya leukotrien, juga memainkan peran penting dalam peradangan, sebuah proses ditandai dengan kemerahan (rubor), panas (kalor), nyeri (dolor), dan perubahan ini disebabkan oleh dilatasi lokal pembuluh darah yang memungkinkan peningkatan aliran darah ke daerah yang terkena. Pembuluh darah menjadi lebih permeabel, mengarah ke perlawanan infeksi sel darah putih cairan dari darah ke jaringan sekitarnya. Prostaglandin memainkan peran penting dalam asal-usul gangguan kekebalan tubuh, kesadaran bahwa telah mendorong penyelidikan inhibitor sintesis prostaglandin untuk digunakan dalam pengobatan hipersensitivitas (anafilaktik) reaksi, alergi, dan penyakit autoimun. Prostaglandin dan aplikasi terapi mereka termasuk hidrokortison dan sintetisnya derivatif, seperti prednison, yang menstabilkan membran sel dan, dalam dosis besar, blok pembebasan asam arakidonat. steroid anti-inflamasi blok produksi eicosanoids dengan mencegah pelepasan asam arakidonat dari fosfolipid. Steroid anti-inflamasi obat, memblokir enzim yang mengubah asam arakidonat prostaglandin. Aspirin blok berbeda enzim pada alternatif jalur sehingga obat dapat meredakan peradangan disebabkan oleh penyebab yang berbeda leukotrien juga agen inflamasi. Prostaglandin sintetik digunakan: 1. Untuk menginduksi persalinan (nifas) atau aborsi (PGE 2 atau PGF 2 ,

dengan atau tanpa mifepristone , antagonis progesteron) 2. Untuk mencegah penutupan ductus arteriosus paten pada bayi baru lahir dengan khususnya cacat jantung sianosis (PGE 1 ) 3. Untuk mencegah dan mengobati tukak lambung (PGE) 4. Sebagai vasodilator di anggota badan parah 's fenomena Raynaud atau iskemia dari

5. Pada hipertensi paru 6. Dalam pengobatan glaukoma (seperti dalam bimatoprost larutan tetes mata, analog prostamide sintetik dengan aktivitas hipotensi okular) 7. Untuk mengobati disfungsi ereksi atau dalam rehabilitasi setelah operasi penis (PGE1 sebagai alprostadil ) 8. Sebagai bahan dalam bulu mata dan alis produk kecantikan pertumbuhan karena efek samping yang berhubungan dengan peningkatan pertumbuhan rambut Fungsi Prostaglandin: 1. Prostaglandin adalah zat alami yang berasal dari asam lemak dan disintesis oleh sel dalam tubuh mamalia. Diproduksi di setiap sel tubuh kecuali sel darah merah, prostaglandin menanggapi rangsangan yang berbeda dalam tubuh untuk tanggapan efek pada hormon dan sel-sel secara langsung dalam jaringan di mana mereka berada. Mereka muncul dalam jumlah yang relatif menit dan dimetabolisme dengan cepat dalam darah 2. Aktivasi respon inflamasi, produksi nyeri, dan demam. Bila jaringan rusak, banjir darah sel darah putih ke situs untuk mencoba meminimalkan kerusakan jaringan. Prostaglandin diproduksi sebagai hasilnya 3. Gumpalan darah terbentuk ketika sebuah pembuluh darah rusak. Jenis yang disebut prostaglandin tromboksan merangsang penyempitan dan penggumpalan platelet. Sebaliknya, diikuti PGI2, dihasilkan memiliki efek sebaliknya pada dinding pembuluh darah di mana pembekuan tidak boleh membentuk 4. Prostaglandin tertentu terlibat dengan induksi persalinan dan proses reproduksi lainnya. PGE2 menyebabkan kontraksi rahim dan telah digunakan untuk menginduksi persalinan 5. Prostaglandin terlibat dalam beberapa organ-organ lain seperti saluran pencernaan (menghambat sintesis asam dan meningkatkan sekresi lendir pelindung), meningkatkan aliran darah di ginjal, dan leukotriens mempromosikan penyempitan saluran pernapasan yang terkait dengan asma 6. Menyebabkan penyempitan atau pelebaran dalam pembuluh darah otot halus sel

7. Menyebabkan agregasi atau disagregasi dari platelet 8. Peka tulang belakang neuron terhadap nyeri 9. Menurunkan tekanan intraokula 10. Mengatur kalsium gerakan 11. Kontrol hormon peraturan 12. Kontrol pertumbuhan sel 13. Bertindak 14. Bekerja pada pusat thermoregulatory dari hipotalamus untuk menghasilkan demam pada mesangial sel dalam glomerulus dari ginjal untuk meningkatkan laju filtrasi glomerular. Prostaglandin disekresi oleh kelenjar prostat. Prostat adalah kelenjar eksokrin pada sistem reproduksi binatang menyusui jantan. Fungsi utamanya adalah untuk mengeluarkan dan menyimpan sejenis cairan yang menjadi dua pertiga bagian dari air mani. Prostat berbeda-beda dari satu spesies ke spesies lainnya dalam hal anatomi, kimia dan fisiologi. Prostaglandin ditemukan di sebagian besar jaringan dan organ. Mereka diproduksi oleh semua sel bernukleus lipid diciptakan prostaglandin Jalur kecuali yang limfosit. bertindak Mereka autokrin dan parakrin mediator dari asam lemak esensial (EFA).Perantara membentuk baik

berdasarkan trombosit , endotel , uterus dan sel mast . Mereka disintesis dalam sel dari fosfolipase-A 2 , dan tromboksan kemudian dibawa keluar dari salah satu baik jalur siklooksigenase atau jalur lipoxygenase untuk atau leukotriene masing-masing. siklooksigenase

menghasilkan tromboksan, prostasiklin dan prostaglandin D, E dan F. Jalur enzim lipoxygenase tidak aktif dalam leukosit dan makrofag dan leukotrien mensintesis. Prostaglandin awalnya diyakini meninggalkan sel-sel melalui difusi pasif karena lipophilicity tinggi. Penemuan transporter prostaglandin (PGT, SLCO2A1), yang memediasi pengambilan selular prostaglandin, menunjukkan bahwa difusi saja tidak dapat menjelaskan penetrasi prostaglandin melalui membran selular. Pelepasan prostaglandin sekarang juga telah ditunjukkan untuk menjadi dimediasi oleh transporter tertentu, yaitu protein resistensi multidrug 4 (MRP4, ABCC4), anggota -mengikat kaset transporter ATP superfamili. Apakah MRP4 adalah transporter hanya melepaskan prostaglandin dari sel masih belum jelas.

1. Cyclooxygenases Prostaglandin yang dihasilkan setelah oksidasi berurutan AA, DGLA atau EPA oleh cyclooxygenases (COX-1 dan COX-2) prostaglandin dan terminal sintesis. Dogma klasik adalah sebagai berikut: a. COX-1 bertanggung jawab untuk tingkat dasar prostaglandin. b. COX-2 menghasilkan prostaglandin melalui stimulasi. Namun, sementara COX-1 dan COX-2 yang keduanya terletak di pembuluh darah, perut dan ginjal, kadar prostaglandin yang meningkat sebesar COX-2 dalam skenario peradangan. Bentuk ketiga COX, disebut COX-3 diperkirakan ada di otak dan mungkin terkait dengan relief Sakit kepala ketika di terapi NSAID. 2. Prostaglandin sintase E Prostaglandin E 2 (PGE 2 ) dihasilkan dari tindakan synthases E prostaglandin pada prostaglandin H 2 (PGH 2 ). E prostaglandin synthases Beberapa telah diidentifikasi. Sampai saat ini, sintase prostaglandin mikrosoma E-1 muncul sebagai enzim kunci dalam pembentukan PGE 2 . 3. Sintesis prostaglandin terminal Lainnya Sintesis prostaglandin Terminal telah diidentifikasi yang bertanggung jawab lPGDS) PGH 2 ke untuk pembentukan prostaglandin D untuk lainnya. Sebagai pembentukan (TxAS) contoh, dan hematopoietik dan lipocalin prostaglandin jawab sintase synthases (hPGDS

bertanggung PGI 2. Sebuah

PGD 2 dari juga telah

PGH 2. Demikian pula, prostasiklin (PGI 2 ) sintase (PGIS) mengkonversi tromboksan diidentifikasi. Prostaglandin F sintase (PGFS) mengkatalisis pembentukan 9, 11-PGF 2, dari PGD 2 dan PGF 2 dari PGH 2 di hadapan NADPH. Enzim ini baru-baru ini crystallyzed di kompleks dengan PGD 2 dan bimatoprost (suatu analog sintetik dari PGF 2 ). Penghambatan prostaglandin disebabkan oleh prostaglandin antagonis. Prostaglandin adalah hormon antagonis yang bertindak atas prostaglandin itu sendiri, Contohnya NSAID. NSAID (Nonsteroidal anti-inflammatory drugs) menghambat siklooksigenase dan mengurangi A 2 produksi sintesis dengan prostaglandin. Kortikosteroid menghambat fosfolipase

meningkatkan produksi lipocortin, protein inhibitor. obat relatif baru, yang dikenal

sebagai inhibitor COX-2 selektif atau coxib, digunakan sebagai inhibitor spesifik COX-2. Efek dari kelebihan dan kekurangan hormon prostaglandin : 1. Kelebihan hormon : a. Polip; b. Rasa nyeri pada saat menstruasi. 2. Kekurangan hormon : a. Jika jumlah prostaglandin dalam air mani ini kurang dapat juga menjadi masalah infertilitas b. Kelainan-kelainan yang terdapat dalam rahim dapat mengganggu dalam hal implantasi, pertumbuhan intrauterine (dalam kandung rahim), nutrisi, serta oksigenisasi janin. I. Pengertian Oksitosin Oksitosin adalah suatu hormon yang diproduksi di hipotalamus dan diangkut lewat aliran aksoplasmik ke hipofisis posterior yang jika mendapatkan stimulasi yang tepat hormon ini akan dilepas kedalam darah. Hormon ini di beri nama oksitosin berdasarkan efek fisiologisnya yakni percepatan proses persalinan dengan merangsang kontraksi otot polos uterus. Peranan fisiologik lain yang dimiliki oleh hormon ini adalah meningkatkan ejeksi ASI dari kelenjar mammae. 1. Produksi Oksitosin Dalam tubuh orang normal, hormon diproduksi dalam jumlah sesuaikebutuhan. meningkatsecara Jadi normal dapat pada dipastikan ibu yang kadarnya akan tentu akan dan melahirkan

menyusui.Pada tubuh manusia oksitosin dibuat oleh sel-sel saraf khusus di regiotertentu di otak. Di luar sel saraf, oksitosin diproduksi juga di kelenjar telur dan sel-sel di testis spesies tertentu (bukan manusia).Saat ini, berkat kemajuan teknologi, hormon ini sudah dapat dibuatsintetiknya. Hormon ini ternyata mudah dihancurkan oleh salurancerna kita, sehingga hormon sintetik ini dibuat dalam bentuk sediaaninjeksi/suntik dan "nasal spray".Cara pembuataannya tentu melalui "genetic engineering" yang rumit,sehingga dapat dihasilkan sediaan yang stabil dan dapat berfungsiseperti hormon aslinya.

Hormon akson-akson dari

oksitosin

dibentuk yang

dari badan

prohormon, selnya

berupa di

nonapeptida.Berat molekulnya adalah 1007. Disekresikan turun sepanjang neuron-neuron dan terletak nucleussupraoptikus paraventrikularis. Dalam perjalanannya

oksitosinterikat pada protein pembawa yang dikenal sebagai neurofisin I dan II(estrogen dan nikotin masing-masing merangsang neurofisin) yangmemiliki berat molekul sekitar 10.000, disekresikan lebih langsung kedalam sirkulasi portal daripada sirkulasi perifer. Sejumlah keciloksitosin juga dilepaskan ke dalam sirkulasi portal. Waktu pro-oksitosin sekitar 10 menit.(Ilmu Kandungan, hal.63 ) 2. Bagaimana Oksitosin dikeluarkan ? Impuls neural yang terbentuk dari perangsangan papilla mammae merupakan stimulus primer bagi pelepasan oksitosin sedangkan distensi vagina dan uterus merupakan stimulus sekunder. Estrogen akan merangsang produksi oksitosin sedangkan progesterone sebaliknya akan menghambat produksi oksitosin. Selain di hipotalamus, oksitosin juga disintesis di kelenjar gonad, plasenta dan uterus mulai sejak kehamilan 32 minggu dan seterusnya. Konsentrasi oksitosin dan juga aktivitas uterus akan meningkat pada malam hari.

3. Pelepasan oksitosin endogenus ditingkatkan oleh: a. Persalinan b. Stimulasi serviks, vagina dan payudara c. Estrogen yang beredar dalam darah d. Peningkatan osmolalitas/konsentrasi plasma e. Volume cairan yang rendah dalam sirkulasi darah f. Stress, stress yang disebabkan oleh tangisan bayi akan menstimulasi pengeluaran ASI 4. Pelepasan oksitosin disupresi oleh: a. Alkohol b. Relaksin c. Penurunan osmolalitas/konsentrasi plasma d. Volume cairan yang tinggi dalam sirkulasi darah 5. Bagaimana Mekanisme Kerja Oksitosin ? Pada otot polos uterus. Mekanisme kerja dari oksitosin belum diketahui pasti, hormon ini akan menyebabkan kontraksi otot polos uterus sehingga digunakan dalam dosis farmakologik untuk menginduksi persalinan. Sebelum bayi lahir pada proses persalinan yang timbul spontan ternyata rahim sangat peka terhadap oksitosin Dengan dosis beberapa miliunit permenit intra vena, rahim yang hamil sudah berkontraksi demikian kuat sehingga seakan-akan dapat membunuh janin yang ada didalamnya atau merobek rahim itu sendiri atau kedua-duanya. Kehamilan akan berlangsung dengan jumlah hari yang sudah ditentukan untuk masing-masing spesies tetapi faktor yang menyebabkan berakhirnya suatu kehamilan masih belum diketahui. Pengaruh hormonal

memang dicurigai tetapi masih belum terbukti. Estrogen dan progesterone merupakan factor yang dicurigai mengingat kedua hormon ini mempengaruhi kontraktilitas uterus. Juga terdapat bukti bahwa katekolamin turut terlibat dalam proses induksi persalinan. Karena oksitosin merangsang kontraktilitas uterus maka hormon ini digunakan untuk memperlancar persalinan, tetapi tidak akan memulai persalinan kecuali kehamilan sudah aterm. Didalam uterus terdapat reseptor oksitosin 100 kali lebih banyak pada kehamilan aterm dibandingkan dengan kehamilan awal. Jumlah estrogen yang meningkat pada kehamilan aterm dapat memperbesar jumlah reseptor oksitosin. Begitu proses persalinan dimulai serviks akan berdilatasi sehinga memulai refleks neural yang menstimulasi pelepasan oksitosin dan kontraksi uterus selanjutnya. Faktor mekanik seperti jumlah regangan atau gaya yang terjadi pada otot, mungkin merupakan hal penting. Pada kelenjar mammae . Fungsi fisiologik lain yang kemungkinan besar dimiliki oleh oksitosin adalah merangsang kontraksi sel mioepitel yang mengelilingi mammae, fungsi fisiologik ini meningkatkan gerakan ASI kedalam duktus alveolaris dan memungkinkan terjadinya ejeksi ASI.

Reseptor membran untuk oksitosin ditemukan baik dalam jaringan uterus maupun mammae. Jumlah reseptor ini bertambah oleh pengaruh estrogen dan berkurang oleh pengaruh progesterone. Kenaikan kadar estrogen yang terjadi bersamaan dengan penurunan kadar progester6n dan terlihat sesaat sebelum persalinan mungkin bisa menjelaskan awal laktasi sebelum persalinan. Derivat progesterone lazim digunakan untuk menghambat laktasi postpartum pada manusia. Pada ginjal. ADH dan oksitosin disekresikan secara terpisah kedalam darah bersama neurofisinnya. Kedua hormon ini beredar dalam bentuk tak terikat dengan protein dan mempunyai waktu paruh plasma yang sangat pendek yaitu berkisar 2-4 menit. Oksitosin mempunyai struktur kimia yang sangat mirip dengan Vasopresin/ADH, sebagaimana diperlihatkan dibawah ini: a. Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn- Cys-Pro-Arg-Gly-NH2 : Arginin Vasopresin b. Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn- Cys-Pro-Lys -Gly-NH2 : Lisin Vasopresin c. Cys-Tyr-Lie-Gln-Asn- Cys-Pro-Arg-Gly-NH2 : Oksitosin

Masing-masing hormon ini merupakan senyawa nono apeptida yang mengandung molekul sistein pada posisi 1 dan 6 yang dihubungkan oleh jembatan SS. Sebagian besar binatang menpunyai Arginin Vasopresin, meskipun demikian hormon pada babi dan spesies lain yang terkait, mempunyai lisin yang tersubtitusi pada posisi 8. Karena kemiripan structural yang erat tersebut tidaklah mengherankan kalau oksitosin dan ADH masing-masing memperlihatkan sebagian efek yang sama/tumpang tindih. Salah satu efek penting yang tidak diingini pada oksitosin adalah anti diuresis yang terutama disebabkan oleh reabsorbsi air. Abdul Karim dan Assali (1961) menunjukan dengan jelas bahwa pada wanita hamil maupun tidak hamil oksitosin mempunyai aktivitas anti diuresis. Pada wanita yang mengalami diuresis sebagai akibat pemberian air, apabila diberikan infus dengan 20 miliunit oksitosin permenit, biasnya akan mengakibatkan produksi air seni menurun. Kalau dosis ditingkatkan menjadi 40 miliunit permenit, produksi air seni sangat menurun. Dengan dosis yang sama apabila diberikan dalam cairan dekstorse tanpa elektrolit dalam volume yang besar akan dapat menimbulkan intoksikasi air. Pada umunnya kalau pemberian oksitosin dalam dosis yang relatif tinggi dalam jangka waktu yang agak lama maka lebih baik meningkatkan konsentrasi hormon ini dari pada menambah jumlah cairan dengan konsentrasi hormon yang rendah . Efek anti diuresis pemberian oksitosin intravena hilang dalam waktu beberapa menit setelah infus dihentikan. Pemberian oksitosin im dengan dosis 5-10 unit tiap 15-30 menit juga menimbulkan anti diuresis tetapi kemungkinan keracunan air tidak terlalu besar karena tidak desertakan pemberian cairan tanpa elektrolit dalam jumlah besar. Oksitosin dan hormon ADH memiliki rumus bangun yang sangat mirip , hal ini akan menjelaskan mengapa fungsi kedua hormon ini saling tumpang tindih. Peptida ini terutama dimetabolisme dihati, sekalipun eksresi adrenal ADH menyebabkan hilangnya sebagian hormon ini dengan jumlah yang bermakna dari dalam darah.

Gugus kimia yang penting bagi kerja oksitosin mencakup gugus amino primer pada sistein dengan ujung terminal amino: gugus fenolik pada tirosin ; gugus tiga carboksiamida pada aspa-ragin, glutamin serta glisinamida; dan ikatan disulfida (s----s). Delesi atau subtitusi gugus ini pernah menghasilkan sejumlah analog oksitosin. Sebagai contoh penghapusan gugus amino primer bebas pada belahan terminal residu sistein menghasilkan desamino oksitosin yang memiliki aktivitas anti diuretika empat hingga lima kali lebih kuat dari pada aktivitas anti diuretika hormon oksitosin. Pada pembuluh darah . Oksitosin bekerja pada reseptor hormon antidiuretik (ADH) untuk menyebabkan penurunan tekanan darah khususnya diastolik karena vasodilatasi. Secher dan kawan-kawan (1978) selalu mendapatkan adanya penurunan tekanan darah arterial sesaat namun cukup nyata apabila pada wanita sehat diberikan 10 unit bolus oksitosin secara intravena kemudian segera diikuti kenaikan kardiak autput yang cepat. Mereka juga menyimpulkan bahwa perubahan henodinamik ini dapat membahayakan jiwa seorang ibu bila sebelumnya sudah terjadi hipovolemi atau mereka yang mempunyai penyakit jantung yang membatasi kardiak autput atau yang mengalami komplikasi adanya hubungan pintas dari kanan kekiri. Dengan demikian maka oksitosin sebaiknya tidak diberikan secara intravena dalam bentuk bolus, melainkan dalam larutan yang lebih encer, dalam bentuk infus atau diberikan suntikan intramuskular. 6. Oksitosin sintetik Sekresi oksitosin endogenus tidak disupresi oleh mekanisme umpan balik negatif, ini berarti bahwa oksitosin sintetis tidak akan mensupresi pelepasan oksitosin endogenus. Oksitosin dapat diberikan intramuskular, intravena, sublingual maupun intranasal. Pemakaian pompa infus dianjurkan untuk pemberian oksitosin lewat intravena. Oksitosin bekerja satu menit setelah pemberian intravena, peningkatan kontraksi uterus dimulai segera setelah pemberian . Waktu paruh oksitosin diperkirakan berkisar 1-20 menit bahkan apabila oksitosin diberikan itravena maka

waktu paruhnya sangat pendek yaitu diperkirakan 3 menit. Data terakhir menyebutkan sekitar 15 menit. Oksitosin akan dieliminasi dalam waktu 3040 menit setelah pemberian 7. Efek samping oksitosin Bila oksitosin sintetik diberikan, kerja fisiologis hormon ini akan meningkat sehingga dapat timbul efek samping yang berbahaya, efek samping tersebut dapat dikelompokkan menjadi: a. Stimulasi berlebih pada uterus b. Konstriksi pembuluh darah tali pusat c. Kerja anti diuretika d. Kerja pada pembuluh darah ( dilatasi ) e. Mual f. Reaksi hipersensitif 8. Stimulasi uterus dengan oksitosin pada persalinan hipotonik Perlu diperhatikan dulu apakah jalan lahir cukup luas untuk ukuran kepala janin dan apakah kepala janin juga dalam posisi fleksi yang baik, sehingga diameter yang terkecil kepala janin yang akan menyesuaikan dengan jalan lahir ( diameter biparietal dan suboccipitobregmatika ). Suatu kesempitan panggul adalah tidak mungkin bila semua criteria dibawah ini kita jumpai: a. Konjugata diagonalis normal b. Bila dinding lateral panggul sejajar c. Spina ischiadika tidak menonjol d. Sakrum tidak mendatar e. Arkus pubis tidak sempit

f. Bagian terendah janin adalah oksiput g. Bila dilakukan dorongan pada fundus maka kepala janin akan turun melewati pintu atas panggul Jika kriteria diatas tidak dipenuhi, ,maka pilihannya adalah seksio sesaria. Bila dipergunakan oksitosin, maka harus dilakukan pengawasan ketat terhadap denyut jantung janin dan pola kontraksi uterus, frekuensi, intensitas, lamanya, dan waktu relaksasi serta hubungannya dengan denyut jantung janin diamati secara ketat. Bila denyut jantung tidak diawasi terus menerus, maka penting sekali untuk melakukan pemeriksaan denyut jantung janin segera setelah kontraksi uterus, dan tidak harus menunggu satu menit atau lebih. 9. Teknik Pemberian Oksitosin Intravena Sepuluh unit oksitosin dilarutkan dalam satu liter cairan, biasanya diberikan glukosa 5% dalam air, atau lebih baik dipakai suatu larutan garam berimbang. Larutan yang lebih encer dapat disiapkan dengan melipatkan jumlah cairan atau mempergunakan setengah jumlah oksitosin. Meskipun oleh beberapa penulis dinyatakan bahwa larutan yang lebih encer juga efektif, tetapi larutan ( 10 U dalam 1 liter ) adalah mudah dipersiapkan, aman, efektif, dan mungkin paling sedikit memberikan keraguan dalam mempersiapkan dan pemberiannya. Dengan larutan oksitosin 10 mU/ ml, maka aliran rata-rata mudah dikalkulasi. Dianjurkan menggunakan sistim pompa infus yang konstan, yang akan meningkatkan ketelitian dosis yang diberikan, terutama dalam dosis rendah. Jarum yang mempunyai penutup-aliran dimasukkan ke dalam vena di lengan, atau lebih baik melaui infus intravena yang sudah terpasang dan berfungsi baik, dan tetesan mulai di berikan tidak lebih dari 1 mU tiap menit. ( Seitchik dan Castillo, 1982 ). Untuk meningkatkan persalinan akibat murni suatu disfungsi uterus hipotonik, jumlah oksitosin tersebut tidak akan menyebabkan tetania uteri, walaupun pada suatu saat harus siap sewaktu-waktu menghentikan tetesan pada keadaan dimana uterus sangat

sensitive terhadap oksitosin. Aliran dinaikkan secara sangat bertahap, dengan waktu tidak lebih dari 30 menit untuk mendapatkan tidak lebih dari 10 mU tiap menit, seperti yang dianjurkan oleh Seitchik dan Castillo(1981,1983a,1983b). Untuk pengobatan disfungsi uterus, rata-rata dosis yang dibutuhkan jarang melampaui dosis tersebut. Untuk induksi persalinan, jika diberikan dengan tetesan rata-rata 30-40 mU tiap menit tidak dapat menimbulkan kontraksi uterus yang memuaskan, maka tetesan yang lebih besarpun tidak mungkin akan berhasil. Selama infus oksitosin dilaksanakan ibu tidak boleh dibiarkan sendirian. Kontraksi uterus diawasi terus-menerus dan tetesan segera dihentikan bila dijumpai kontraksi uterus yang lamanya melebihi 1 menit atau bila diselerasi denyut jantung janin yang bermakna. Bila salah satu hal tersebut terjadi, tetesan harus segera dihentikan dan biasanya terjadi perbaikan gangguan tersebut, serta mencegah bahaya pada ibu dan janin. Kosentrasi oksitosin dalam plasma cepat menurun, karena waktu-paruh oksitosin rata-rata kurang dari 3 menit. Harus selalu diingat bahwa oksitosin mempunyai pengaruh antidiuretik yang kuat. Pada pemberian oksitosin 20 mU atau lebih tiap menit, klirens air bebas oleh ginjal (free water clearance) menurun secara nyata. Jika cairan mengandung air (aqueous fluids), terutama dextrose dalam air, diberikan dalam jumlah cukup besar dan lama, bersamaan dengan oksitosin, terdapat kemungkinan untuk terjadi intoksikasi air yang merupakan penyebab terjadinya kejang, coma, dan malahan kematian. Diparkland Memorial Hospital, bila menggunakan oksitosin pada uterus yang hipotonus, maka dilaksanakan persyaratan umum berikut : a. Wanita harus sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa proses persalinan benar-benar telah terjadi, bukan suatu persalinan palsu atau persalinan prodromal. Satu-satunya tanda persalinan, adalah terjadinya pendataran serviks yang progresif dan pembukaan serviks. Walaupun proses itu dapat terhenti, tetapi pembukaan servik

paling tidak sudah mencapai 3 cm. Salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh seseorang pakar obstetrik adalah mencoba melakukan perangsangan persalinan, sebelum wanita tersebut mengalami persalinan aktif. b. Harus tidak ada factor-faktor obstruksi mekanik sehingga jalannya persalinan aman. c. Penggunaan oksitosin umumnya dihindarkan pada kasus-kasus dengan presentasi janin abnormal dan regangan uterus yang berlebihan seperti pada hidramnion, janin tunggal yang besar, atau kehamilan multiple. d. Wanita dengan paritas tinggi (lebih dari 5), pada umumnya tidak diberi oksitosin karena mudah mengalami ruptura uteri dibandingkan dengan wanita paritas rendah. Demikian pula dengan wanita dengan cacat uterus, penggunaan oksitosin ditangguhkan. e. Keadaan janin harus baik, yang dibuktikan dengan pemeriksaan denyut jantung janin dan tidak adanya mekonium yang kental dalam cairan amnion. Tentu saja pada janin yang mati tidak ada kontra indikasi untuk memberikan oksitosin, kecuali bila jelas terdapat disproporsi fetopelvik atau letak lintang. f. Ahli obstetrik harus memperhatikan kontraksi pertama setelah pemberian obat tersebut dan siap menghentikan pemberiannya bila terjadi tetania uteri. Merupakan keharusan untuk menghindarkan suatu hiperstimulasi. Frekuensi, intensitas, dan lamanya kontraksi, serta tonus uterus antara kontraksi tidak boleh melebihi seperti apa yang terjadi pada persalinan spontan yang normal. g. Pola denyut jantung janin dan kontraksi uterus dievaluasi berulangulang. Untuk itu dianjurkan melakukan pemantauan secara terus menerus terhadap denyut jantung janin dan kontraksi uterus. Oksitosin merupakan obat yang kuat, obat tersebut dapat membunuh dan membuat cacat ibu dengan terjadinya ruptura uteri, dan malahan

menyebabkan lebih banyak kematian dan cacat janin akibat hipoksia yang disebabkan oleh kontraksi uterus yang sangat hipertonik. Tetapi pemberian oksitosin intravena pada berbagai publikasi terbukti jelas memberikan keuntungan, karena keefektifan maupun keamanannya. Kegagalan mengobati disfungsi uterus menyebabkan ibu manghadapi peningkatan bahaya terjadinya kelelahan, infeksi intrapartum, dan kelahiran operatif yang traumatik. Disamping itu, kegagalan mengobati disfungsi uterus dapat menghadapkan janin terhadap resiko kematian yang lebih besar, sedangkan resiko penggunaan oksitosin intravena, bila digunakan dengan cara yang benar, dapat diabaikan. Tetapi kecelakaan yang berat dapat terjadi pada penggunaannya bila persyaratannya tidak diawasi dengan ketat. Ruptura uteri pada segmen bawah uterus akibat stimulasi dengan larutan oksitosin intravena hendaknya merupakan peringatan kepada dokter tentang pentingnya persyaratan tersebut. Dalam kasus tersebut, oksitosin diberikan pada seorang multipara umur 38 tahun. Karena tidak ditemukan kelainan lian, seharusnya dianggap adanya otot uterus yang menua yang telah mengalami regangan berkalikali pada persalinan-persalinan sebelumnya, sehingga tidak dapat menahan beban yang ditimbulkan oleh oksitosin. Satu sifat oksitosin intravena adalah kenyataan bahwa bila berhasil, obat tersebut bekerja dengan segera, menyebabkan kemajuan yang jelas dengan sedikit hambatan. Pada setiap kecepatan tetesan infus kadar plasma mencapai plateau setelah 30 menit karena kecepatan tetesan dan kecepatan penghancurannya oleh oksitosinase mencapai keseimbangan. Oleh karena itu obat tersebut tidak perlu diberikan pada jangka waktu yang tak terbatas untuk merangsang persalinan. Obat tersebut harus diberikan selama tidak lebih dari beberapa jam (ODriscoll dkk, 1984; Seitchik dan Castillo 1983a,1983b); bila kemudian serviks tidak mengalami perubahan yang nyata, dan bila diramalkan tidak akan terjadi persalinan pervaginam secara mudah, maka harus dilakukan kelahiran seksio sesarea. Sebaliknya, oksitosin tidak boleh digunakan untuk memaksa pembukaan serviks dengan kecepatan yang melebihi keadaaan

normal (Cohen dan Friedman,1983). Kesiapan untuk melakukan seksio sesarea dalam hal kegagalan oksitosin atau bila terdapat kontraindikasi pemakaiannya, sangat menurunkan mortalitas dan morbiditas perinata.

10. Efek Samping Oksitosin Bila oksitosin sintetik diberikan, kerja fisiologis hormon ini akanmeningkat sehingga dapat timbul efek samping yang berbahaya, efeksamping tersebut dapat dikelompokkan menjadi:a. Stimulasi berlebih pada uterusb. Konstriksi pembuluh darah tali pusatc. Kerja anti diuretikad. Kerja pada pembuluh darah ( dilatasi )e. Mualf. Reaksi hipersensitif

LAMPIRAN 1: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI ASKEP GANGGUAN MENSTRUASI

A. Konsep haid Haid adalah proses bulanan tumpahan lapisan bagian dalam dan darah uterus melalui liang kelamin wanita atau vagina. Keluarnya cairan yang mengandung darah ini terjadi pada wanita yang sudah memasuki usia subur dan yang sedang tidak hamil. Peristiwa ini dimulai dengan adanya pengeluaran selaput lendir rahim di bagian dalam rahim atau endometrium. Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan menopause. Menstruasi pada wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya fisiologik (normal) yang datangnya teratur setiap bulan (siklus haid), dan timbulnya perdarahan tersebut sebagai akibat perubahan hormonal yaitu estrogen dan progesteron (Hawari, 1997). Haid adalah darah yang keluar dari uterus perempuan sehat : 1. Lamanya 3-6 hari 2. Ganti pembalut 2-5 pembalut perhari 3. Satu siklus normal 21-35 hari 4. Terjadi akibat penurunan kadar progesteron, siklus haid yang berovulasi B. Fisiologi menstruasi Usia normal bagi seorang perempuan mendapatkan menstruasi untuk kali pertama adalah 12 atau 13 tahun. Namun kalau sampai usia 16 tahun belum juga datang bulan perlu di waspadai, mungkin ada kelainan. Menstruasi itu sendiri nantinya akan berhenti saat perempuan memasuki masa menopause, yakni sekitar usia 50 tahun. Namun sebelum memasuki masa menopause, haid tetap datang hanya jangka waktunya lebih lama dan prosesnya

cepat, paling hanya 2-3 hari. Siklus haid/ menstruasi pada perempuan (reproduksi) normalnya terjadi setiap 23-35 hari sekali dengan lama haid berkisar 5-7 hari. Namun ada sebagian perempuan yang mengalami haid tidak normal. Diantaranya mulai dari usia haid yang datang terlambat, darah haid sangat banyak sampai harus berulang kali mengganti pembalut wanita, nyeri atau sakit saat haid, gejala PMS (pree menstruasi syndrom), siklus haid yang tidak teratur dan masih banyak lagi. Gangguan ini jangan didiamkan karena dapat berdampak serius, haid yang tidak teratur misalnya dapat menjadi pertanda seorang perempuan kurang subur (infertil). Gangguan yang terjadi saat haid dinilai masih normal jika terjadi selama dua tahun pertama setelah haid kali pertama. Artinya, bila seorang perempuan telah mendapatakan haid pertamanya saat berusia 11 tahun, maka hingga usia 13 tahun haidnya masih tidak teratur. Tapi bila setelah usia 13 tahun haidnya masih tidak teratur juga, dipastikan ia mengalami gangguan haid. Haid Dipengaruhi berbagai hormon: GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon) yang dikeluarkan oleh hipothalamus dan memicu hipofisis anterior mengeluarkan hormon FSH. FSH (Folikel Stimulating Hormon) memicu pematangan folikel diovarium, sehingga terjadi sintesis estrogen dalam jumlah besar. Estrogen akan mengakibatkan proliferasi sel endometrium (penebalan dari endometrium). Estrogen yang tinggi memberi tanda kepada hipofisis untuk mengeluarkan hormon LH (Luteinizing hormon). LH akan mengakibatkan ovulasi dan memicu korpus luteum untuk mensintesis progesterone. Progesteron sendiri menyebabkan perubahan sekretorik pada endometrium sehingga terjadi Fase sekresi / fase luteal. Fase sekresi selalu tetap 14 hari, meskipun siklus haid bervariasi, yang berbeda adalah fase proliferasinya, sehingga harus berhati2 untuk menentukan masa subur. C. Siklus Menstruasi Panjang siklus haid ialah jarak tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari pertama terjadinya perdarahan dihitung sebagai awal setiap siklus menstruasi (hari ke-1), siklus berakhir tepat sebelum siklus menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi berkisar antara 21-40 hari, hanya 1015%wanita yang memiliki siklus 28 hari. Tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama, bahkan kakak beradik

dan saudara kembar jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi sesaat setelah menarke dan sesaat sebelum menopause. Lama haid biasanya antara 3 5 hari, ada yang 1 2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian ada yang 7 8 hari. Jumlah darah yang keluar rata-rata + 16 cc, pada wanita yang lebih tua darah yang keluar lebih banyak begitu juga dengan wanita yang anemi. Pada awalnya, siklus mungkin tidak teratur, jarak antar 2 siklus bisa berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1 bulan mungkin terjadi 2 siklus. Hal ini adalah normal, setelah beberapa lama siklus akan menjadi lebih teratur. Siklus dan lamanya menstruasi bisa diketahui dengan membuat catatan pada kalender dengan menggunakan kalender tersebut, tandailah siklus anda setiap bulannya. Setelah beberapa bulan, anda bisa mengetahui pola siklus anda dan hal ini akan membantu anda dalam memperkirakan siklus yang akan datang. Tandai setiap hari ke-1 dengan tanda silang, lalu hitung sampai tanda silang berikutnya dengan demikian anda dapat mengetahui siklus anda. Setiap bulan, setelah hari ke-5 dari siklus menstruasi, endometrium mulai tumbuh dan menebal sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan. Sekitar hari ke-14, terjadi pelepasan telur dari ovarium (ovulasi). Sel telur ini masuk ke dalam salah satu tuba falopii dan di dalam tuba bisa terjadi pembuahan oleh sperma. Jika terjadi pembuahan, sel telur akan masuk kedalam rahim dan mulai tumbuh menjadi janin. Pada sekitar hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan maka endometrium akan dilepaskan dan terjadi perdarahan (siklus menstruasi). Siklus ini berlangsung selama 3 5 hari kadang sampai 7 hari. Proses pertumbuhan dan penebalan endometrium kemudian dimulai lagi pada siklus berikutnya. Siklus ovarium terbagi menjadi 3 fase: 1. Fase Folikuler Dimulai dari hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga merangsang pertumbuhan sekitar 3 30 folikel yang masing-masing mengandung 1 sel telur, tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang lainnya hancur. Pada

suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Perdarahan menstruasi berlangsung selama 3 7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah yang hilang sebanyak 28 -283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat. 2. Fase ovulasi Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan sel telur. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16 32 jam setelah terjadi peningkatan kadar LH. Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada perut bagian bawahnya, nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz, yang berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam. 3. Fase Luteal Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari. Setelah melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan membentuk korpus luteum yang menghasilkan sebagian besar progesteron. Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat selama fase lutuel dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai. Peningkatan suhu ini bisa digunakan untuk memperkirakan terjadinya ovulasi. Setelah 14 hari, korpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum mulai menghasilkan HCG (hormone chorionic gonadotropin). Hormon ini memelihara korpus luteum yang menghasilkan progesterone sampai janin bisa menghasilkan hormonnya sendiri. Tes kehamilan didasarkan kepada adanya peningkatan kadar HCG. Siklus endometrium dapat dibedakan 4 fase dalam siklus haid, yaitu : a Fase Menstruasi atau dekuamasi Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah

haid mengandung darah vena dan arteri dangan sel-sel darah merah dalam hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan struma yang mengalami disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, cervik, dan kelenjar-kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3 4 hari. b Fase pasca haid atau fase regenerasi Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir yang tumbuh dari sel-sel endometrium. Fase ini telah mulai sejak fase menstruasi dan berlangsung kurang lebih 4 hari. c Fase Proliferasi Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Fase Proliferasi dapat dibagi atas 3 subfase, yaitu: 1) Fase proliferasi dini (early proliferation phase) Berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar. 2) Fase proliferasi madya (mid proliferation phase) Berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel permukaan yang berbentuk torak dan tinggi. Tampak adanya banyak mitosis dengan inti berbentuk telanjang (nake nukleus). 3) Fase proliferasi akhir (late proliferation) Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke14. Fase ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stoma bertumbuh aktif dan padat. d Fase pra haid atau fase sekresi Fase ini dimulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Pada fase ini endometrium tebalnya tetap, bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk-keluk, dan

mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Di dalam endimetrium tertimbun glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi. D. Jenis-jenis gangguan haid 1. Hipermenore (Menorraghia) a Definisi Perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi. b Etiologi 1) Hipoplasia uteri, dapat mengakibatkan amenorea, hipomenorea, menoragia. Terapi : uterotonika 2) Asthenia, terjadi karena tonus otot kurang. Terapi : uterotonika, roborantia. 3) Myoma uteri, disebabkan oleh : kontraksi otot rahim kurang, cavum uteri luas, bendungan pembuluh darah balik. 4) Hipertensi 5) Dekompensio cordis 6) Infeksi, misalnya : endometritis, salpingitis. 7) Retofleksi uteri, dikarenakan bendungan pembuluh darah balik. 8) Penyakit darah, misalnya Werlhoff, hemofili c Patofisiologi Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing hormon (GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating hormone (FSH). Hal ini pada gilirannya menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan siklus, pelepasan leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi. Perkembangan folikel menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah. Folikel yang telah kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus luteum, dan korpus luteum akan mensekresi

progesteron. Progesteron menyebabkan poliferasi endometrium untuk berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi berasal dari dari peluruhan endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen dan progesteron akibat involusi korpus luteum. Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi awal yang disebabkan oleh HPO axis yang belum matang. Siklus anovulasi juga terjadi pada beberapa kondisi patologis. Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi dari FSH, tetapi dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada korpus luteum yang terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi. Endometrium berplroliferasi dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk produksi esterogen menurun dan mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi berlangsung dengan pendarahan yang normal, namun ketidakstabilan poliferasi endometrium yang berlangsung tidak mengakibatkan pendarahan hebat. d Manifestasi Klinis Kram selama haid yang tidak bisa dihilangkan dengan obatobatan. Penderita juga sering merasakan kelemahan, pusing, muntah dan mual berulang selama haid. 2. Hypomenorhoe (kriptomenorrhea) a Definisi Suatu keadaan dimana perdarahan haid lebih pendek atau lebih kurang dari biasanya. Lama perdarahan : Secara normal haid sudah terhenti dalam 7 hari. Kalau haid lebih lama dari 7 hari maka daya regenerasi selaput lendir kurang. Misal pada endometritis, mioma. b Etiologi 1) Setelah dilakukan miomektomi/ gangguan endokrin 2) kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan hormonal.

Manifestasi klinis Waktu haid singkat, jumlah darah haid sangat sedikit (<30cc), kadang-kadang hanya berupa spotting.

3. Polimenorea (Epimenoragia) a Definisi Adalah siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan jumlah perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa. b Etiologi Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus luteum memendek sehingga siklus menstruasi juga lebih pendek atau bisa disebabkan akibat stadium proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek atau karena keduanya. c Manifestasi klinis Gejala berupa siklus kurang dari 21 hari (lebih pendek dari 25 hari). 4. Oligomenorrhoe a Definisi Suatu keadaan dimana haid jarang terjadi dan siklusnya panjang lebih dari 35 hari b Etiologi 1) Perpanjangan stadium folikuler ( lamanya 8 -9 hari dimulai dari hari ke-5 menstruasi ) 2) Perpanjangan stadium luteal ( lamanya 15 -18 hari setelah ovulasi ) 3) Kedua c stadium diatas panjang yang mengakibatkan perpanjangan siklus haid. Manifestasi klinis 1) Haid jarang, yaitu setiap 35 hari sekali 2) Perdarahan haid biasanya berkurang

5. Amenorea a b Definisi Adalah keadaan tidak datang haid selama 3 bulan berturut-turut. Klasifikasi 1) Amenorea Primer, apabila belum pernah datang haid sampai umur 18 tahun. 2) Amenorea Sekunder, apabila berhenti haid setelah menarche atau pernah mengalami haid tetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan. c Etiologi 1) Gangguan di hipotalamus, hipofisis, ovarium (folikel), uterus (endometrium), dan vagina 2) Adanya tanda-tanda maskulinisasi, adanya galaktore, cacat bawaan, uji estrogen dan infertilitas, stress berat. 4) kelainan kongenital 5) ketidastabilan emosi dan kurang zat makanan yang mempunyai nilai gizi lebih. d Patofisiologi Amenore primer dapat diakibatkan oleh tidak adanya uterus dan kelainan pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan progesteron akan menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada yang merasang. Terjadilah amenore. Hal ini adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi hipotalamus atau hipofosis anterior, seperti adenoma pitiutari. progesteron negatif. 3) penyakit TB, penyakit hati, diabetes melitus, kanker,

Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab amenore primer. Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH dan LH yang cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen dan progesteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau prematur menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom seorang individu yang masih muda dapat menunjukkan adanya hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan seorang wanita tidak pernah mengalami menstrausi dan tidak memiliki tanda seks sekunder. Hal ini dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak berkembang dan hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat. Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi hipotalamus-hipofosis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat bekerja secara fungsional. Amenore yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah yang akan keluar uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi ovarium sperti kelebihan androgen yang menyebabkan polycystic ovary syndrome. 6. Metroragia a Definisi Adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid. b Klasifikasi 1) Metroragia oleh karena adanya kehamilan; seperti abortus, kehamilan ektopik. 2) Metroragia diluar kehamilan. c Etiologi 1) Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak sembuh; carcinoma corpus uteri, carcinoma

cervicitis; peradangan dari haemorrhagis (seperti kolpitis haemorrhagia, endometritis haemorrhagia); hormonal. 2) Perdarahan fungsional : a) Perdarahan Anovulatoar; disebabkan oleh psikis, neurogen, hypofiser, ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik) dan kelainan gizi, metabolik, penyakit akut maupun kronis. b) Perdarahan Ovulatoar; akibat korpus luteum persisten, kelainan pelepasan endometrium, hipertensi, kelainan darah dan penyakit akut ataupun kronis. d Manifestasi klinis Adanya perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid namun keadaan ini sering dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun berupa bercak. Terapi : kuretase dan hormonal. 7. Pra Menstruasi Syndrom a Definisi Ketegangan sebelum haid terjadi beberapa hari sebelum haid bahkan sampai menstruasi berlangsung. Terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesterom menjelang menstruasi. Pre menstrual tension terjadi pada umur 30-40 tahun. PMS merupakan sejumlah perubahan mental maupun fisik yang terjadi antara hari ke-2 sampai hari ke-4 sebelum menstruasi dan segera mereda setelah menstruasi dimulai. Disebabkan oleh : 1) Sekresi estrogen yang abnormal 2) Kelebihan atau defisiensi progesteron 3) Kelebihan atau defisiensi kortisol, androgen, atau prolaktin 4) Kelebihan hormon anti diuresis 5) Kelebihan atau defisiensi prostaglandin b Etiologi

Etiologi ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah ketidakseimbangan esterogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan dengan kelainan hormonal, pada tegangan prahaid terdapat defisiensi luteal dan pengurangan produksi progesteron. Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, dll.juga memegang peranan penting. Yang lebih mudah menderita tegangan prahaid adalah wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis. c Patofisiologi Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron di dalam darah, yang akan menyebabkan gejala depresi. Kadar esterogen akan mengganggu proses kimia tubuh ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai vitamin anti depresi. Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi adalah prolaktin. Prolaktin dihasilkan sebagai oleh kelenjar hipofisis dan dapat mempengaruhi jumlah esterogen dan progesteron yang dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah prolaktin yang terlalu banyak dapat mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol produksi kedua hormon tersebut. Wanita yang mengalami sindroma pre-menstruasi tersebut kadar prolaktin dapat tinggi atau normal. Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic acid (GLA). Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur sistem reproduksi (mengatur efek hormon esterogen, progesterone), sistem saraf, dan sebagai anti peradangan. d Manifestasi klinis Perasaan malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah merasa lelah. Nafsu makan meningkat dan suka makan makanan

yang rasanya asam. Emosi menjadi labil. Biasanya perempuan mudah uring-uringan, sensitif, dan perasaan negatif lainnya. 8. Dismenore a Definisi Adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorea terjadi pada 30-75 % wanita dan memerlukan pengobatan. Etiologi dan patogenesis dari dismenore sampai sekarang belum jelas. b Klasifikasi 1) Dismenorea Primer (dismenore sejati, intrinsik, esensial ataupun fungsional); adalah nyeri haid yang terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan. Karakteristik dismenorea primer menurut Ali Badziad (2003): a) Sering ditemukan pada usia muda. b) Nyeri sering timbul segera setelah mulai timbul haid teratur. c) Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus yang spastik dan sering disertai mual, muntah, nyeri kepala. d) Nyeri haid timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid. e) Jarang ditemukan kelainan genitalia pada pemeriksaan ginekologis. f) Cepat memberikan respon terhadap pengobatan diare, kelelahan, dan

medikamentosa. c Etiologi : psikis; (konstitusionil: anemia, kelelahan, TBC); (obstetric : cervic sempit, hyperanteflexio, retroflexio); endokrin

(peningkatan kadar prostalandin, hormon steroid seks, kadar vasopresin tinggi). d Manifestasi klinis Beberapa gejala yang kerap menyertai saat menstruasi antara lain : perasaan malas bergerak, badan lemas, mudah capek, ingin makan terus, emosi jadi lebih labil, sensitif, mudah marah. Bukan itu saja, pengaruh pelepasan dinding rahim selama menstruasi juga kerap memunculkan rasa pegal dan sakit pada pinggang serta membuat kepala terasa nyeri, kram perut bagian bawah yang menjalar ke punggung atau kaki dan biasanya disertai gejala gastrointestinal dan gejala neurologis seperti kelemahan umum. e Terapi : psikoterapi, analgetika, hormonal. 2) Dismenorea Sekunder; terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenore. Hal ini terjadi pada kasus infeksi, mioma submucosa, polip corpus uteri, endometriosis, retroflexio uteri fixata, gynatresi, stenosis kanalis servikalis, adanya AKDR, tumor ovarium. a) Manifestasi klinis Berikut ini merupakan manifestasi klinis

dismenorea sekunder (Smith, 1993; Smith, 1997): 1) Dismenorea terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah menarche (haid pertama), yang merupakan indikasi adanya obstruksi outflow kongenital. 2) Dismenorea dimulai setelah berusia 25 tahun. 3) Terdapat pelvis ketidaknormalan dengan (abnormality) fisik: pemeriksaan

pertimbangkan kemungkinan endometriosis,

pelvic inflammatory disease, pelvic adhesion (perlengketan pelvis), dan adenomyosis. b) Terapi : causal (mencari dan menghilangkan penyebabnya), pemberian obat analgetik (biasanya diberikan aspirin, fenasetin dan kafein), terapi hormonal (Tujuannya untuk menekan ovulasi) 9. Mastodinia atau Mastalgia a Definisi Adalah rasa tegang pada payudara menjelang haid. b Etiologi Disebabkan oleh dominasi hormon estrogen, sehingga terjadi retensi air dan garam yang disertai hiperemia didaerah payudara.

PATHWAY AMENORE

PATHWAY DISMENORE

PATHWAY PMS (PRE MENSTRUAL SYNDROME) PEMBAHASAN Contoh Kasus: Nona L, 17 tahun datang ke rumah sakit dengan mengeluh lemas letih dan lesu serta nyeri hebat ketika haid, sampai tidak mampu melakukan aktivitas karena nyeri abdomen akan bertambah. Pasien juga mengeluh mual, muntah dan diare. A. Pengkajian Pengkajian pada klien dengan dismenore dapat dilakukan dengan mengadakan wawancara mengenai aspek-aspek umum seperti: 1. Riwayat Penyakit a Riwayat penyakit dahulu pasien-pasien dengan dismenore mungkin menceritakan riwayat nyeri serupa yang timbul pada setiap siklus haid. Dismenore primer biasanya mulai sesaat setelah menarche. Kadang-kadang pasien mengemukakan riwayat kelelahan yang berlebihan dan ketegangan saraf. b c d e f g h Riwayat Penyakit Sekarang Tidak Ada Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada Nutrisi Pola Latihan Pengetahuan Klien mengenai penyakitnya Konsep diri (body image) Skala nyeri 4-6

Pengkajian juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik mulai B1-B6 1. B1 (Breath) Pernapasan tidak teratur 2. B2 (Blood) a b a b Tekanan darah Rendah (90/60 mmHg) Akral Basah dan dingin Penurunan Konsentrasi Pusing

3. B3 (Brain)

Konjungtiva Anemia

4. B4 (Bladder) Warna kuning dan Volume 1,5 L/Hari 5. B5 (Bowel) a b a b Nyeri pada adomen Nafsu makan Menurun Badan mudah capek Nyeri pada punggung

6. B6 (Bone)

Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan Abdomen : Abdomen lunak tanpa adanya rangsangan peritoneum atau suatu keadaan patologik yang terlokalisir. Bising usus normal 2. Pemeriksaan Pelvis : Pada kasus dismenore Primer, pemeriksaan pelvis adalah normal. B. Analisis Data No. 1. DS: 1. Penyebab timbulnya nyeri: disminore. 2. Nyeri dirasakan meningkat saat aktivitas 3. Lokasi nyeri abdomen 4. Skala nyeri 4-6 DO: Wajah tampak Nyeri sering dan terus menerus DATA ETIOLOGI Menstruasi Regresi korpus luteum progesteron Miometrium terangsang Kontraksi&disritmia uterus Aliran darah ke uterus MASALAH KEPERAWATAN Nyeri akut

menahan nyeri

Iskemia Nyeri haid

DS: Pasien menyatakan mudah lelah DO:

Menstruasi Pendarahan Nadi lemah (TD Anemia Kelemahan Intoleran aktivitas Menstruasi Px. menyatakan Nyeri haid Pucat Kurang pengetahuan Ansietas

Intoleran aktivitas

90/60 mmHg) Px. terlihat pucat Sclera/ konjungtiva anemi 3 DO: Memperlihatkan kurang inisiatif DS: merasa gelisah

Ansietas

C. Diagnosa keperawatan 1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi 2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia 3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen D. Intervensi keperawatan 1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi

Tujuan:

Nyeri dapat diadaptasi oleh pasien

Kriteria hasil: 1. Skala nyeri 0-1

2. Pasien tampak rileks INTERVENSI 1. Beri linkungan tenang dan kurangi rangsangan penuh stress 2. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic 3. Ajarkan strategi relaksasi (misalnya nafas berirama lambat, nafas dalam, bimbingan imajinasi 4. Evaluasi dan dukung mekanisme koping px 3. Memudahkan relaksasi, terapi non farmakologi tambahan 4. Penggunaan persepsi sendiri atau prilaku untuk menghilangkan nyeri dapat membantu mengatasinya lebih efektif 5. Kompres hangat 5. Mengurangi rasa nyeri dan memperlancar aliran darah RASIONAL 1. Meningkatkan istirahat dan meningkatkan kemampuan koping 2. Analgesik dapat menurunkan nyeri

2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat nyeri abdomen

Tujuan: Pasien dapat beraktivitas seperti semula

Kriteria hasil: 1. Pasien dapat mengidentifikasi faktor faktor yang memperberat dan memperingan intoleran aktivitas 2. Pasien mampu beraktivitas RASIONAL

INTERVENSI

1. Beri lingkungan tenang dan perode istirahat tanpa gangguan, dorong istirahat sebelum makan 2. Tingkatkan aktivitas secara bertahap

1. Menghemat energi untuk aktivitas dan regenerasi seluler/ penyembuhan jaringan 2. Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan 3. Menurunkan penggunaan energi dan

3. Berikan bantuan sesuai kebutuhan

membantu keseimbangan supply dan kebutuhan oksigen

4. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen

Tujuan: Pasien bisa kembali

Kriteria hasil: 1. Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas

2. Pasien menunjukkan relaksasi 3. Pasien menunjukkan perilaku untuk menangani stres RASIONAL 1. Keterlibatan akan membantu pasien merasa stres berkurang,memungkinkan energi untuk ditujukan pada penyembuhan

INTERVENSI 1. Libatkan pasien/ orang terdekat dalam rencana perawatan

2. Berikan lingkungan tenang dan istirahat 2. Memindahkan pasien dari stress luar meningkatkan relaksasi; membantu

menurunkan ansietas 3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi/ memerlukan perilaku koping yang digunakan pada masa lalu 4. Bantu pasien belajar mekanisme koping baru, misalnya teknik mengatasi stres 3. Perilaku yang berhasil dapat dikuatkan pada penerimaan masalah stress saat ini, meningkatkan rasa control diri pasien 4. Belajar cara baru untuk mengatasi masalah dapat membantu dalam menurunkan stress dan ansietas

LAMPIRAN 2 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERPROLAKTINEMIA A. DEFINISI 1. Hormon Prolaktin Hormon Prolaktin adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari atau kelenjar hipofisis bagian anterior (depan). Hormon ini ada pada laki2 dan perempuan. Prolaktin benyak terdapat pada ibu yang sedang menyusui, karena ini adalah hormon penting yang merangsang kelenjar susu untuk memproduksi susu, sehingga pada saat diperlukan siap berfungsi. Hormone ini juga diproduksi oleh plasenta. Fungsi hormon prolaktin yaitu : 1. Berperan dalam pembesaran alveoli dalm kehamilan 2. Mempengaruhi inisiasi kelenjar susu dan mempertahankan laktasi. 3. Menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI 4. Hormon ini juga mengatur metabolisme pada ibu, sehingga kebutuhan zat oleh tubuh ibu dapat dikurangi dan dialirkan ke janin. Kadar normal hormon prolaktin di dalam darah sekitar 5-28 ng/mL. Sekresi hormon prolaktin meningkat pada masa hamil, stres fisik dan mental, keadaan hipoglikemia. Keluarnya hormon prolaktin, menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Ketika bayi menyusu, rangsangan sensorik itu dikirim ke otak. Otak kemudian bereaksi mengeluarkan hormon Prolaktin yang masuk ke dalam aliran darah menuju kembali ke payudara. Hormon Prolaktin merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja, memproduksi susu. Sel-sel pembuat susu sesungguhnya tidak langsung bekerja ketika bayi menyusu. Sebagian besar hormon Prolaktin berada dalam darah selama kurang lebih 30 menit, setelah proses menyusui. Jadi setelah proses menyusu selesai, barulah sebagian besar hormon Prolaktin sampai di payudara dan merangsang sel-

sel pembuat susu untuk bekerja. Jadi, hormon Prolaktin bekerja untuk produksi susu berikutnya. Susu yang disedot/dihisap bayi saat ini, sudah tersedia dalam payudara, di Sinus Laktiferus. 2. Hiperprolaktinemia Hiperprolaktinemia adalah meningkatnya kadar PRL darah, kadang kala disebabkan stres; jika patologis, keadaan ini menyebabkan galaktorea, haid tidak teratur, dan subfertilitas. Pada pria, dapat terjadi disfungsi ereksi, ginekomastia ( pembesaran payudara ), dan penurunan massa otot. Penyakit ini dapat terjadi akibat pemberian antagonis dopamin (misal metoklopramid), tumor hipofisis besar yang sering nonfungsional, dan prolaktinoma. Prolaktinoma yakni tumor hipofisis penghasil prolaktin yang dapat dibagi menurut ukurannya menjadi makroadenoma (>1 cm) atau mikroadenoma (<1 cm). (Chris Brooker.,2008). Hiperprolaktinemia adalah suatu fenomena yang dinamakan stalk effect, akibatnya, kenaikan ringan PRL serum, bahkan pada pasien adenoma hipofisis, tidak selalu menunjukan adanya tumor pensekresi PRL. (Mitchell, Kumar, Abbas & Fausto.2008) Hiperprolaktinemia adalah adalah peningkatan kadar PRL yang terjadi pada wanita yang tidak hamil dan dapat menyebabkan amenorrhoea atau galactorroea atau keduanya. (Dr. M Fidel Ganis Siregar, SpOG,2010). B. ETIOLOGI Banyak penyebab hiperprolaktinemia yang perlu dipertimbangkan sebelum mendiagnosa hiperprolaktinemia sebagai suatu gangguan hipofisis. Penyebab tersering hiperprolaktinemia adalah kehamilan, hipotiroidisme, pemakaian obatanta gonis dopamin (termasuk fenotiazin dan metoklopramid). Hiperprolaktinemia juga merupakan manifestasi utama dari sindrom ovarium polikistik. Penyebab tersering hiperprolaktinemia yang berasal dari hipofisis adalah mikroadenoma dan hiperprolaktinemia idiopatik. Penyebab terjadinya hiperprolaktinemia adalah :

1. Prolaktinoma Adalah sejenis sel yang tumbuh didalam kelenjar pituitari dan menghasilkan hormon secara berlebihan dalam tubuh wanita yang mengalami masalah prolaktinaemia. Biasanya ini tidak membahayakan selain hanya menyebabkan wanita mengalami masalah kesuburan, tetapi kadang - kadang bisa juga mempengaruhi fungsi penglihatan. 2. Obat-obatan Misalnya Dopamine-receptor antagonist (phenothiazines,butyrophenones,thioxanthenes, risperidone, metoclopramidesulpiride,pimozide), Dopamine-depleting agents (methyldopa, reserpine), Anti histamin2 (AH2) seperti cimetidine, anti hypertensi (verapamil), dan anti depresan golongantrisiklik, estrogen dan opiate. Estrogen dapat menyebabkan hiperprolaktinemia oleh karena estrogen memiliki sifat positif terhadap laktotrof. Dan obat-obatopiate menyebabkan hiperprolaktinemia karena dapat menstimulasi reseptoropiod pada hipotalamus.. 3. Hypothyroidisme Pengeluran hormon prolaktin yang berlebihan juga bisa terjadi pada mereka yang mengidap hypotiroid, keadaan dimana terdapat kekurangan pengeluaran hormon tiroid. 4. Penyebab-lain Kehamilan, menyusui dan rangsangan pada puting susu juga bisa meningkatkan prolaktin dalam tubuh, akan tetapi ini normal dan tidak ada kaitannya dengan suatu penyakit.

C. MANIFESTASI KLINIS Gejala yang terkait dengan hiperprolaktinemia dapat disebabkan oleh beberapa faktor: efek langsung dari prolaktin yang berlebihan, seperti induksi galaktorea atau hipogonadisme; efek dari lesi struktural (seperti tumor hipofisis), yang menyebabkan gejala nyeri kepala, gangguan lapang pandang, atau yang terkait

disfungsi sekresi hormon hipofisis anterior. Pasien biasanya datang dengan keluhan gangguan menstruasi amenorea atau oligomenorea atau siklus regular tetapi dengan infertilitas. Kadang, pasien dapat mengeluh menoragia atau galaktorea. Galaktorea jarang terjadi pada wanita postmenopause akibat kurangnya estrogen. Pada fase lanjut dapat timbul gejala akibat perluasan tumor (mis. nyeri kepala, gangguan visus,dan oftalmoplegi eksterna) atau gejala-gejala akibat kegagalan kelenjar adrenal atau gangguan tiroid sekunder. Manifestasi klinis hiperprolaktinemia umumnya berasal dari efek prolaktinpada payudara dan fungsi gonad. Kurang lebih 90% penderita wanita dengan hiperprolaktinemia mengalami galaktorea. Galaktorea dapat terjadi unilateral ataubilateral, klinis atau sub-klinis, spontan atau dirangsang, dan dapat bersifat encer atau kental. Namun galaktorea bukan ciri khas dari hiperprolaktinemia karena ia dapat terjadi tanpa adanya hiperprolaktinemia. Gejala tersering pada wanita premenopause adalah amenorea dan infertilitas. Wanita amenore karena hiperprolaktinemia tidak mengalami atrofi payudara seperti pada wanita postmenopause lainnya. Pada pemeriksaan, didapatkan payudara dan areola terbentuk sempurna dengan tuberkel Montgomery yang hiperplastik. Bila dilakukan pemijatan dari arah perifer menuju areola untuk mengosongkan duktus laktaris, diikuti dengan penekanan areola untuk mengosongkan sinus laktaris, dapat ditemukan galaktorea. Efek prolaktin terhadap gonad kemungkinan disebabkan oleh gangguan pulsatilitas normal dari gonadotrophin-releasing hormone (GnRH) dan perubahan sekresi luteinizinghormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH). Hal ini akan berakibat pada anovulasi, dengan gejala amenorea atau oligomenorea dan infertilitas. Biasanya penderita mengalami oligomenorea, namun dapat juga mengalami menstruasi teratur. Hiperprolaktinemia juga akan mengakibatkan osteoporosis sekunder yaitu penurunan densitas mineral tulang pada tulang punggung. Setelah nilai prolaktin kembali ke nilai normal, densitas tulang dapat meningkat kembali tetapi tidak mencapai nilai normal.

Manifestasi klinis akibat peningkatan kadar prolaktin dapat dibagi dalam 2 kelompok, yakni yang diakibatkan secara langsung oleh kadar prolaktin yang berlebihan dan manifestasi klinis akibat hipogonadisme.

D. ANATOMI DAN FISIOLOGI Hipofisa merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Hipofisis mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya, sehingga disebut kelenjar pemimpin, atau master of gland. kelenjar hipofisis terdiri dari dua lobus, yaitu lobus anterior dan lobus posterior. 1. Fungsi hipofisis anterior ( adenohipofise ) Menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja sebagai zat pengendali produksi dari semua organ endokrin yang lain. a) Hormon pertumbuhan (somatotropin ) : mengendalikan pertumbuhan tubuh (tulang, otot, dan organ-organ lain). b) Hormon TSH : mengendalikan pertumbuhan dan aktivitas sekretorik kelejar tiroid. c) Hormon ACTH : mengendalikan kelenjar suprarenal dalam menghasilkan kortisol yang berasal dari kortex suprarenal. d) Hormon FSH : pada ovarium berguna untuk merangsang perkembangan folikel dan sekresi esterogen. Pada testis, homon ini berguna untuk merangasang pertumbuhan tubulus seminiferus, dan spermatogenesis. e) Hormon LH : pada ovarium, untuk ovulasi, pembentukan korpus luteum, menebalkan dinding rahim dan sekresi progesteron. Dan pada testis, untuk sekresi testoteron f) Hormon Prolaktin : untuk sekresi mamae dan mempertahankan korpus luteum selama hamil.

2. Fungsi hipofisis posterior a) Anti-diuretik hormon (ADH): mengatur jumlah air yang melalui ginjal, reabsorbsi air, dan mengendalikan tekanan darah pada arteriole. b) Hormon oksitosin : mengatur kontraksi uterus sewaktu melahirkan bayi dan pengeluaran air sususewaktu menyusui.

E. PATOFISIOLOGI Fungsi primer prolaktin adalah untuk menstimulasi sel epitel payudara untuk berproliferasi dan merangsang produksi air susu. Estrogen menstimulasi proliferasisel laktotrof hipofisis, dan meningkatkan kuantititas sel ini pada wanita usia premenopause, terutama saat kehamilan. Namun, laktasi dihambat oleh kadar estrogen dan progesteron yang tinggi saat kehamilan. Penurunan kadar estrogen dan progesteron yang cepat pada periode pasca persalinan akan menyebabkan terjadinya laktasi. Saat laktasi dan menyusui, ovulasi dapat ditekan akibat supresi gonadotropin oleh prolaktin. Seperti kebanyakan hormon hipofisis anterior lainnya, prolaktin diregulasioleh hormon hipotalamus lewat sirkulasi portal hipotalamus-hipofisis. Pada umumnya, sinyal dominan adalah bersifat inhibitorik tonik, yang menghalangi pelepasan prolaktin. Hal ini dimediasi oleh neuro transmitter dopamin, yang bekerja pada reseptor tipe-D2 yang terdapat pada sel laktotrof. Sedangkan sinyal stimulatorik dimediasi oleh hormon hipotalamus, yaitu TRH ( thyrotropin-releasing hormone ) danVIP ( vasoactive intestinal peptide ). Keseimbangan antara kedua sinyal tersebut menentukan jumlah prolaktin yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis anterior. Jumlahyang dikeluarkan melalui ginjal turut menentukan konsentrasi prolaktin di dalam darah. Maka pada hipotiroidisme (keadaan di mana kadar TRHnya tinggi) dapat terjadi hiperprolaktinemia. VIP meningkatkan kadar prolaktin sebagai respons dari menyusui dengan meningkatkan kadar adenosine

3,5-cyclic phosphate (cAMP).Menurunnya kadar dopamin dapat menyebabkan sekresi prolaktin yang berlebihan. Proses yang dapat mengganggu sintesis dopamin, transpor dopamin kekelenjar hipofisis, atau efeknya terhadap sel laktotrof, dapat mengakibatkan hiperprolaktinemia. Secara praktis, dapat diingat 3P Physiological, Pharmacological dan Pathological. Secara fisiologis, peningkatan prolaktin dapat merupakan akibat dari kehamilan dan stress. Agen farmakologik yang dapat menyebabkan hiperprolaktinemia antara lain adalah neuroleptik, dopa blockers, antidepressan, danestrogen. Penyebab patologik antara lain adalah penyakit hipotalamo-hipofisis, cedera tungkai hipofisis, hipotiroidisme,gagal ginjal kronis dan sirosis hati. Manifestasiklinis pada hiperprolaktinemia adalah akibat pengaruh hormon terhadap jaringan target prolaktin, yaitu sistem reproduksi dan jaringan payudara dari kedua jenis kelamin. F. PEMERIKSAAN PENUNJANG Anamnesis terarah mengenai riwayat pemakaian obat-obatan juga sebaiknya dilakukan karena banyak obat dapat mengakibatkan hiperprolaktinemia, dengan kadarprolaktin kurang dari 100 ng/mL. Obat-obat tersebut antara lain adalah: a. Antagonis reseptor dopamin (fenotiazin, butirofenon,

risperidon,metoklopramid, sulpiride) b. Dopamine-depleting agents (metildopa, reserpin) c. Lain-lain (isoniazid, antidepresan trisiklik, verapamil, estrogen, opiat) Setelah menyingkirkan kemungkinan tersebut di atas dan menyingkirkan suatu lesi hipotalamus, tiga kemungkinan diagnosis harus dipertimbangkan: a) mikro-adenoma (lebih sering pada wanita premenopause), b) makro-adenoma (lebih seringwanita postmenopause), atautidak ada tumor sama sekali.

Jika tidak dapat ditegakkan adanya suatu lesi tumor, maka didiagnosis sebagai hiperprolaktinemia idiopatik.Dikatakan suatu mikoradenoma adalah bila diameter terbesar tumor kurang dari 10mm (diameter maksimal suatu kelenjar hipofisis yang normal adalah 10 mm) dan dikatakan makroadenoma jika ukurannya lebih atau sama dengan 10 mm. Prolaktinoma biasanya disertai dengan kadar prolaktin lebih dari 250 ng/mL, kecil kemungkinan terjadi prolaktinoma bila kadar prolaktin kurang dari 100 ng/mL. Nilai prolaktinserum pada pasien mikro adenoma biasanya kurang dari 200 ng/mL dan pada pasien makroadenoma biasanya nilainya lebih dari 200 ng/mL. Jika kadar prolaktin adalah lebih dari 100 ng/mL atau kurang dari 250 ng/mL, harus dilakukan pemeriksaan radiologi, khususnya MRI. Jika dengan MRI, diagnosis adenoma masih tidak dapat ditegakkan, maka didiagnosis sebagai hiperprolaktinemia idiopatik. Secara umum, hiperprolaktinemia ditemukan pada pasien dengan keluhanutama seperti amenorea, galaktorea, dan infertilitas. Kadang dibutuhkan pengukurankadar prolaktin puasa. Untuk mendeteksi hipotiroid, dilakukan pengukuran hormon TSH. Perlu dilakukan pengukuran kadar ureum kreatinin untuk mendeteksi gagalginjal. Tes kehamilan perlu dilakukan, kecuali pada pasien yang telah menopause atau pada pasien yang telah dilakukan histerektomi. Pasien dengan makroadenoma perlu dievaluasi untuk mencari suatu hipohipofisisme. MRI merupakan pemeriksaan penunjang gold standard bagi penderita hiperprolaktinemia yang telah dipastikan penyebabnya bukan proses fisiologis,kehamilan, obat obatan atau hipotiroidisme. MRI dapat mendeteksi adenoma sampai ukuran sekecil 3-5 mm. Anatomi kelenjar hipofisis paling baik dilihat dengan pemeriksaan

MRI.Dengan MRI dapat dilihat kiasma optik, sinus kavernosus, dan hipofisis itu sendiri(baik kelenjar normal atau suatu tumor), dan tangkainya. Maka dapat diketahuihubungan antara struktur-struktur tersebut. Jika tidak ada fasilitas MRI, dapatdipakai CT scan namun resolusinya kurang bagus dibanding MRI sendiri, CT scantidak dapat mendeteksi mikroadenoma. G. PENATALAKSANAAN

Tujuan

terapi

adalah sebaiknya dan

untuk

meredakan

gejala

hiperprolaktinemia. terjadinya dengan

Penatalaksanaan hiperprolaktinemia

memperhatikan penderita dengan

penyebab hipotiroidisme

hiperprolaktinemia, seperti dengan menghentikan obat obatan yang mengakibatkan pada memberikanterapi hormone replacement. Medikamentosa 1. Dopamine agonist , bromocriptine mesylate merupakan obat pilihan utama Bromocriptine dapat menurunkan kadar prolaktin sebanyak 70-100%, dan memulihkan proses ovulasi pada wanita usia premenopause. Pada pasien dengan intoleransi bromocriptine atau resisten terhadap obat tersebut, dapat diberikan cabergoline. Terapi diberikan selama 12-24 bulan dan dihentikan jika kadar prolaktintelah kembali ke nilai normal. Bromocriptine juga dapat digunakan untuk mengecilkan ukuran makroadenoma. Jika pengobatan medikamentosa gagal, maka indikasi untuk dilakukan operasi. Pembedahan 1. Indikasi untuk suatu operasi hipofisis antara lain adalah pasien dengan intoleransi obat, tumor yang resisten terhadap terapi medikamentosa, atau pada pasien dengan gangguan lapangan pandang yang persisten meskipun telah diberikan terapi medikamentosa (manifestasi akibat penekanan tumor). 2. Pasien dengan hiperprolaktinemia dan tumor hipofisis kecil dapat diobati dengan operasi Samada, atau dengan pendekatan transfenoidal.

H. KOMPLIKASI Komplikasi hiperprolaktinemia antara lain adalah kebutaan, pendarahan, osteoporosis,dan infertilitas. I. PROGNOSIS

1. Sebanyak 9095 % pasien dengan mikroadenoma mengalami penurunan sekresi prolaktin secara gradual, jika konsisten dengan pengobatan minimal selama 7 tahun 2. Sepertiga pasien dengan hiperprolaktinemia dapat mengalami resolusi tanpa pengobatan. 3. Angka rekurensi hiperprolaktinemia adalah 80%, dan bila terjadi maka pasien memerlukan terapi medis jangka panjang.

BAB III TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat penyakit ; manisfestasi klinis tumor hipofise berpariasi tergantung pada hormon manayang disekresi berlebihan. Tanyakan manisfestasi klinis dari peningkatan prolaktin, GH dan ACTH mulai dirasakan. 2. Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga. 3. Keluhan utama, mencakup : a) Perubahan tingkat energi, kelelahan dan latargi. b) Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.

c) Dispaneuria dan pada peria disertai dengan imptensia. d) Nyeri kepala, kaji P,Q,R,S,T. e) Gangguan penglihatan seperti menurunnya ketajaman penglihatan, penglihatan ganda. f) Kesulitan dalam hubungan seksual. g) Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita) mencakup keteraturan, kesulitan hamil. h) Libido seksual menurun. i) Impotensia.

4. Pemeriksaan fisik mencakup : a) Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus, akan dijumpai penurunan fisik b) Periksa adakah pembesaran yang abnormal pada payudara c) Inspeksi adakah tanda-tanda infeksi terutama di daerah ginetalia d) Perkusi dada dengar adakah suara abnormal dari pembesaran jantung.

5. Pemeriksaan diagnostik a) Kadar prolaktin serum; ACTH, GH b) Foto tengkorak c) CT Skan Otak d) Tes supresi dengan Dexamethason

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan citra tubuh yang b/d perubahan penampilan fisik. 2. Disfungsi seksual yang b/d penurunan libido; infertilasi. 3. Nyeri ( kepala ) b/d penekanan jaringan oleh tumor. 4. Ansietas b/d ancaman terhadap perubahan setatus kesehatan 5. Koping individu tidak efektiv b/d hilangnya kontrol terhadap tubuh. 6. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, latargi. 7. Perubahan sensoris-perseptual (penglihatan) b/d gangguan transmisi impuls akibattumor. 8. Resiko gangguan integritas kulit ( kekeringan) b/d menurunnya kadar hormonal 9. Resiko Infeksi b/d pasca pembedahan.

C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. DX 1 : Perubahan citra tubuh yang b/d perubahan penampilan fisik. Tujuan : Agar Klien memiliki kembali citra tubuh yang positiv. Intervensi keperawatan Non pembedahan a. Menyakinkan klien bahwa sebagian gejala dapat berkurang dengan pengobatan ( ginekomastia, galaktorea). b. Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya.

2. DX 2 : Disfungsi seksual yang b/d penurunan libido; infertilasi.

Tujuan : agar klien dapat melakukan hubungan lagi dan mencapai tingkat kepuasanpribadi dari fungsi seksual. Intervensi keperawatan a. Mengidentifikasi masalah spesifik mengenai pengalaman klien terhadap fungsi seksualnya. b. Mendorong agar klien ingin mendiskusikan masalah tersebut dengan pasangannya. c. Mengolaborasi pemberian obat-obatan bromokriptin. d. Bila masalah ini timbul setelah hipofisektomi, mengkolaborasi pemberian gonadotropin.

3. DX 3 : Nyeri ( kepala ) b/d penekanan jaringan oleh tumor. Tujuan : Agar nyeri di kepala pasien berkurang dan skala nyerinya dapat di ukur. Intervensi Keperawatan : a. Mengkaji skala nyeri b. Mencatat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lama, dan penyebarannya

4. DX 4 : Ansietas b/d ancaman terhadap perubahan setatus kesehatan. Tujuan : dalam waktu 1x24 jam kecemasan klien berkurang. Intervensi keperawatan : a. Membantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan, dan takut.

b. Mengkaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan, damping klien, dan lakukan tindakan bila menunjukkan perilaku merusak. c. Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Memberi lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat.

5. DX 5 : Koping individu tidak efektiv b/d hilangnya kontrol terhadap tubuh. Tujuan : Agar klien dapat menyerap informasi yang diberikan tentang penyakitnya. Intervensi keperawatan : a. Membantu klien agar klien bisa tenang dalam menyerap informasi yang di berikan.

6. DX 6 : Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, latargi. Tujuan : dalam waktu 3x24 jam aktivitas klien mengalami peningkatan. Intervensi keperawatan : a. Meningkatkan istirahat klien, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat. b. Menjelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas. Contoh : bangun dari kursi, bila tak ada nyeri, ambulasi, dan istirahat selama 1 jam setelah makan

7. DX 7 : Perubahan sensoris-perseptual (penglihatan) b/d gangguan transmisi impuls akibat tumor. Tujuan : Agar dalam 24 jam ketajaman penglihatan klien dapat di minimalisir.

Intervensi Keperawatan : a. Mengkaji visus klien. b. Menginspeksi adakah kelainan di mata pasien. c. Mengkolaborasikan obat-obatan dengan petugas kesehatan lain.

8. DX 8 : Resiko gangguan integritas kulit ( kekeringan) b/d menurunnya kadar hormonal. Tujuan : meberikan rasa nyaman pada tubuh pasien Intervensi keperawatan : a. Kaji skala keelastisan kulit, kelembapan kulit

9. DX 9 : Resiko Infeksi b/d pasca pembedahan Tujuan : tidak terjadinya infeksi pada klien Intervensi keperawatan : a. Memberikan edukasi kepada keluarga pasien cara pembersihan dan perawatan pasca beda b. Membersihkan tempat tidur klien c. Membersihkan tempak insisi d. Tanyakan pada klien ada keluhan atau tidak

LAMPIRAN 3 ASUHAN KEPERAWATAN FIBROADENOMA MAMMAE (FAM) PENGKAJIAN A. Sistem Integumen. 1. Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus. 2. Inspeksi kemerahan & gatal, eritema 3. Perhatikan pigmentasi kulit 4. Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah. B. Sistem Gastrointestinalis 1. Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah pemberian kemotherapi. 2. Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit 3. Kaji diare & konstipasi 4. Kaji anoreksia 5. Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan C. Sistem Hematopoetik. 1. Kaji Netropenia a. Kaji tanda infeksi b. Auskultasi paru c. Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe d. Kaji suhu 2. Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 menengah, < 20.000/m3 berat

3. Kaji Anemia a. Warna kulit, capilarry refi b. Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo c. Sistem Respiratorik & Kardiovaskula 4. Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non produktif terutama bleomisi 5. Kaji tanda CHF 6. Lakukan pemeriksaan EKG D. Sistem Neuromuskular 1. Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik 2. Perhatikan adanya parestesi 3. Evaluasi refleks 4. Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki 5. Kaji gangguan pendengaran 6. Diskusikan ADL E. Sistem genitourinar 1. Kaji frekwensi BAB 2. Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine 3. Kaji : hematuria, oliguria, anuria 4. Monitor BUN, kreatinin DIAGNOSA KEPERAWATAN A. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan syaraf, suplay vaskularisasi atau efek samping therapy/tindakan, B. Gangguan ganbaran diri (body image) berhubungan dengan tindakan pembedahan C. Resiko tinggi gangguan integritas jaringan/kulit berhubungan dengan efek treatment. RENCANA KEPERAWATAN A. Dx 1

Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan syaraf, suplay vaskularisasi atau efek samping therapy/tindakan, Tujuan Nyeri berkurang/dapat teratasi dengan kriteria : 1. Melaporkan rasa nyeri yang sudah teratasi (rasa nyeri berkurang) 2. Dapat mongontrol ADLs seminimal mungkin. 3. Dapat mendemontrasikan keterampilan relaksasi dan aktivitas diversional sesuai situasi individu. Intervensi Independent : 1. Kaji riwayat nyeri seperti lokasi; frekwensi ; durasi dan intensitas (skala 1 10) dan upaya untuk mengurangi nyeri. 2. Beri kenyamanan dengan mengatur posisi klien dan aktivitas diversional. 3. Dorong penggunaan stress management seperti tehnik relaksasi, visualisasi, komunikasi therapeutik melalui sentuhan. 4. Evaluasi/Kontrol berkurangnya rasa nyeri. Sesuaikan pemberian medikasi sesuai kebutuhannya Kolaborasi : 1. Kembangkan rencana management penanganan sakit dengan klien dan dokter Beri analgetik sesuai indikasi dan dosis yang tepat. Rasional

1. Informasi merupakan data dasar untuk evaluasi atau efektifitas intervensi yang dilakukan. Pengalaman nyeri setiap individu bervariasi karena mengganggu fisik dan psikologi. 2. Menolong dan meningkatkan relaksasi dan refokus 3. Melibatkan dan memberikan partisipasi aktif untuk meningkatkan kontrol 4. Tujuan umum/maksimal mengomtrol tingkat nyeri dan minimum ada keterlibatan dalam ADLs. 5. Rencana terorganisasi dan meningkatkan kesempatan dalam mengontrol rasa sakit. Klien harus berpartisipasi aktif dalam perawatan di rumah. 6. Nyeri merupakan dampak/komplikasi suatu tindakan atau keadaan penyakit serta perbedaan respon individu. B. Dx 2 Gangguan gambaran diri (body image) berhubungan dengan tindakan pembedahan Tujuan Gambaran diri berkembang secara positif dengan kriteria : 1. Mengerti tentang perubahan pada tubuh. 2. Menerima situasi yang terjadi pada dirinya. 3. Mulai mengembangkan mekanisme koping pemecahan masalah. 4. Menunjukkan penyesuaian terhadap perubahan. 5. Dapat menerima realita. 6. Hubungan interpersonal adekuat. Intervensi 1. Diskusi dengan klien tentang diagnosa dan tindakan guna membantu klien agar dapat aktif kembali sesuai ADLs.

2. Review/antisipasi efek samping kaitan dengan tindakan yang dilakukan termasuk efek yang mengganggu aktivitas seksual. 3. Dorong untuk melakukan diskusi dan menerima pemecahan masalah dari efek yang terjadi. 4. Beri informasi/ konseling sesering mungkin. 5. Beri dorongan/ support psikologis. 6. Gunakan sentuhan perasaan selama melakukan interaksi (pertahankan kontak mata). Kolaborasi : 1. Refer klien pada kelompok program tertentu. 2. Refer pada sumber/ahli lain sesuai indikasi. Rasional 1. Menerima dam mengerti tentang hal-hal yang dilakukan merupakan awal proses penyelesaian masalah. 2. Antisipasi dini dapat menolong klien untuk mengawali proses adaptasi dalam mempersiapkan hal-hal yang dapat terjadi. 3. Dimungkinkan dapat menolong menurunkan masalah dengan keterlibatan sehingga dapat menerima tindakan yang dilakukan. 4. Validasi tentang kenyataan perasaan klien dan berikan tehnik koping sesuai kebutuhan. 5. Klien dengan gangguan neoplasma kanker membutuhkan support tambahan selama periode tersebut. 6. Penghargaan dan perhatian merupakan hal penting yang diharapkan klien guna menurunkan perasaan klien akan keraguan / ketidaknyamanan. 7. Grup support biasanya sangat bermanfaat bagi klien dengan meningkatkan kontak dengan klien lain dengan masalah sama.

8. Mungkin berguna untuk mempertahankan struktur psikososial.

You might also like