Professional Documents
Culture Documents
Analisis adalah suatu kegiatan untuk mempelajari obyek atau masalah melalui pemikiran yang logis, meliputi keadaan dan unsur-unsurnya, tatanan dan keterkaitan baik yang bersifat nyata maupun tidak nyata, bersifat internal dan eksternal, teknis dan non teknis , vertikal dan horizontal. Anggaran negara adalah instrumen teknis yang dihasilkan dari proses perencanaan dengan berbagai pendekatan teknis yang terukur, rasional dan terarah, tidak boleh manipulatif dan spekulatif. Anggaran negara disusun atas prinsip efisiensi dan efektivitas karena pada hakekatnya anggaran adalah uang rakyat yang pengalokasiannya harus sebesar-besarnya untuk rakyat. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan analisis anggaran. Pada dasarnya, proses penganggaran adalah proses politik, sehingga salah satu dimensi yang paling menonjol dalam proses penganggaran adalah dimensi politik. Tujuan dari analisis anggaran adalah untuk menelaah arah kebijakan anggaran pada tahun berjalan, baik dari sis penerimaan maupun sisi belanja. Selain itu juga untuk menelaah sejauh mana konsistensi dan signifikansi hubungan antara visi pembangunan dengan kebijakan penganggaran.
2010 APBN-P
A. Penerimaan 1. Penerimaan Perpajakan a. Pajak dalam Negeri b. Pajak Perdagangan Internasional 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak a. Penerimaan SDA b. Bagian Laba BUMN c. PNBP Lainnya d. Pendapatan BLU 3. Hibah Total B. Belanja I. Belanja Pemerintah Pusat 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang 3. Belanja Modal 4. Pembayaran Bunga Utang 5. Subsidi 6. Belanja Hibah 7. Bantuan Sosial 8. Belanja Lain-lain II. Transfer Ke Daerah 1. Dana Perimbangan 2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian III. Suspen C. Keseimbangan Primer D. Surplus/Defisit Anggaran (A - B) E. Pembiayaan I. Pembiayaan Dalam Negeri (20.254,90) (129.844,90) 129.844,90 142.569,20 (12.724,20) (2,40) (28.097,50) (133.747,70) 133.747,70 133.903,20 (155,50) (2,10) (7.842,60) (3.902,80) 3.902,80 (8.666,00) 12.568,70 0,30 38,72% 3,01% 3,01% -6,08% -98,78% -12,50% 651.954,80 631.931,70 20.023,10 218.037,60 138.653,40 28.614,70 44.878,70 5.890,90 1.006,50 870.999,00 743.325,90 720.764,50 22.561,40 247.176,40 164.726,70 29.500,00 43.462,80 9.486,90 1.896,50 992.398,8 0 91.371,10 88.832,80 2.538,30 29.138,80 26.073,30 885,30 (1.415,90) 3.596,00 890,00 121.399,80 14,01% 14,06% 12,68% 13,36% 18,80% 3,09% -3,15% 61,04% 88,43% 13,94%
691.535,80 133.709,20 85.464,00 73.381,50 109.590,10 158.117,90 31,60 77.932,50 53.309,00 309.308,20 285.053,10 24.255,10
781.533,50 162.659,00 112.594,00 95.024,60 105.650,20 201.263,00 243,2 71.172,80 32.926,70 344.612,90 314.363,30 30.249,60
89.997,70 28.949,80 27.130,00 21.643,10 (3.939,90) 43.145,10 211,60 (6.759,70) (20.382,30) 35.304,70 29.310,20 5.994,50
13,01% 21,65% 31,74% 29,49% -3,60% 27,29% 669,62% -8,67% -38,23% 11,41% 10,28% 24,71%
b. Trend Analysis Membandingkan data pos-pos dalam anggaran tertentu selama beberapa tahun (biasanya 5 tahun atau 10 sampai dengan 20 tahun). Jika dinyatakan dalam persentase, dipilih satu periode sebagai periode dasar (100 %). 2008 Uraian A. Penerimaan 1. Penerimaan Perpajakan 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 3. Hibah Total B. Belanja I. Belanja Pemerintah Pusat 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Pembayaran Bunga Utang Subsidi Belanja Hibah Bantuan Sosial Belanja Lain-lain II. Transfer Ke Daerah 1. Dana Perimbangan 2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian C. Keseimbangan Primer D. Surplus/Defisit Anggaran (A - B) E. Pembiayaan I. Pembiayaan Dalam Negeri II. Pembiayaan Luar negeri 609.227,50 282.814,40 2.948,60 894.990,40 697.071,10 123.542,00 67.476,20 79.126,10 94.794,20 234.405,00 59.702,30 38.025,30 292.422,80 278.436,10 13.986,70 290,90 (94.503,30) 94.503,30 107.616,90 (13.113,60) 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 0% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 651.954,80 218.037,60 1.006,50 870.999,00 691.535,80 133.709,20 85.464,00 73.381,50 109.590,10 158.117,90 31,60 77.932,50 53.309,00 309.308,20 285.053,10 24.255,10 (20.254,90) (129.844,90) 129.844,90 142.569,20 (12.724,20) 107% 77% 34% 97% 99% 108% 127% 93% 116% 67% 0% 131% 140% 106% 102% 173% 6963% 137% 137% 132% 97% 743.325,90 247.176,40 1.896,50 992.398,80 781.533,50 162.659,00 112.594,00 95.024,60 105.650,20 201.263,00 243,2 71.172,80 32.926,70 344.612,90 314.363,30 30.249,60 (28.097,50) (133.747,70) 133.747,70 133.903,20 (155,50) 122% 87% 64% 111% 112% 132% 167% 120% 111% 86% 0% 119% 87% 118% 113% 216% 9659% 142% 142% 124% 1% 878.685,20 286.567,30 4.662,10 1.169.914,5 0 908.243,30 182.874,90 142.825,90 140.952,50 106.583,80 237.194,70 404,9 81.810,40 15.596,20 412.507,90 347.538,60 64.969,30 (44.252,90) (150.836,70) 150.836,70 153.613,30 (2.776,60) 144% 101% 158% 131% 130% 148% 212% 178% 112% 101% 0% 137% 41% 141% 125% 465% 15212% 160% 160% 143% 21% 1.032.570,20 277.991,40 825,10 1.311.386,7 0 964.997,10 215.862,40 188.001,70 151.975,00 122.217,60 208.850,20 1796,7 47.763,80 28.529,70 470.409,50 399.985,60 70.423,90 (1.802,40) (124.020,00) 150.836,70 153.613,30 (2.776,60) 169% 98% 28% 147% 138% 175% 279% 192% 129% 89% 0% 80% 75% 161% 144% 504% 620% 131% 160% 143% 21% APBN-P (base) % 2009 APBN-P % 2010 APBN-P % 2011 APBN-P % 2012 APBN %
Dari data analisis di atas, baik comparative maupun trend analysis, kemudian dianalisa berdasarkan masing-masing pos anggaran mengenai sebab-sebab yang mempengaruhi perubahan tersebut.
743,326
2010
2011
2012
Penerimaan Perpajakan
1,200,000 Jumlah Anggaran 1,000,000 800,000 600,000 400,000 200,000 Penerimaan Perpajakan 2008 609,228 2009 651,955 2010 743,326 2011 878,685 2012 1,032,570
Dari sisi penerimaan sumber daya alam, di tahun 2010 pemerintah menargetkan peningkatan dibanding tahun sebelumnya seiring dengan prediksi kerangka ekonomi makro pada saat itu bahwa harga minyak mentah Indonesia akan mengalami peningkatan. Selain itu, pemerintah juga menargetkan peningkatan lifting minyak di Indonesia.
250000
200000
150000
100000
50000
Berdasarkan grafik di atas, anggaran belanja subsidi mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 anggaran belanja subsidi dianggarkan untuk dikurangi besar-besaran. Persentase pengeluaran subsidi tersebut didominasi oleh subsidi listrik dan subsidi untuk Bahan Bakar Minyak berupa premium, minyak solar dan minyak tanah. Di tahun-tahun berikutnya, belanja subsidi ini ditarget naik lagi. Untuk tahun 2010 pemerintah menganggarkan 201 triliun untuk pengeluaran subsidi, di mana mayoritas dari peningkatan anggaran tersebut akibat peningkatan subsidi BBM, khususnya premium dan minyak solar. Kenaikan harga minyak dunia yang melonjak membuat pemerintah menganggarkan belanja subsidi cukup besar untuk mempertahankan harga BBM demi mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat bawah. Di tahun 2012, pemerintah berencana mengurangi belanja subsidi dengan menaikkan harga BBM dan pembatasan pemakaian bahan bakar premium demi menyelamatkan APBN. Tentu saja hal tersebut akan menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Alasan pemerintah untuk menaikkan harga BBM adalah beban terhadap belanja subsidi BBM dirasakan semakin berat. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh BBM semakin meningkat seiring kenaikan harga minyak dunia, sedangkan pemerintah menjual BBM tersebut sesuai dengan harga yang telah ditetapkan sebelumnya (Rp 4.500/liter). Dengan asumsi makro terhadap harga beli BBM yang telah ditetapkan sebelumnya, maka dengan harga jual domestik yang tidak berubah dibandingkan dengan harga beli BBM yang semakin meningkat maka beban pemerintah terhadap subsidi BBM akan meningkat secara signifikan. Selain subsidi terhadap BBM, belanja subsidi listrik juga memiliki porsi yang relatif besar dalam anggaran. Untuk tahun 2010, subsidi listrik dalam porsi APBN adalah sebesar 29,89 % dari total belanja subsidi yang dianggarkan oleh pemerintah. Peningkatan subsidi listrik tersebut digunakan untuk menutup Biaya Pokok Pengadaan (BPP) tenaga listrik yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Harga Jual Tenaga Listrik (HJTL).
Mungkin bisa buat tambahan Saran dan Perbaikan (terkait permasalahanpermasalahan yang timbul di Analisis Horizontal
Saran untuk mengurangi peningkatan belanja pegawai Peningkatan kesejahteraan pegawai merupakan hal yang baik bagi perbaikan kinerja instansi pemerintah. Namun seharusnya peningkatan kesejahteraan pegawai tidak perlu diikuti dengan kenaikan anggaran belanja pegawai. Caranya adalah dengan mengurangi jumlah pegawai. Saat ini jumlah pegawai negeri lebih banyak dari jumlah beban kerja yang ada. Akibatnya pegawai tidak menggunakan 100% jam kerjanya untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan. Dampaknya, pemakaian belanja pegawai menjadi tidak efisien. Dengan pengurangan jumlah pegawai maka pegawai dapat menggunakan lebih banyak jam kerja untuk melakukan pekerjaannya. Jumlah pegawai di setiap kementerian/lembaga akan lebih sedikit. Rasio jumlah pegawai yang lebih kecil membuat pemerintah dapat meningkatkan kesejahteraan tanpa menambah proporsi belanja pegawai. Pengurangan jumlah pegawai tidak perlu dilakukan dengan pemecatan terhadap pegawai yang ada tetapi cukup dengan membuka penerimaan pegawai yang lebih sedikit daripada jumlah pegawai yang akan pensiun. Pengurangan dilakukan sampai jumlah pegawai di setiap kementerian/lembaga sesuai dengan beban kerja yang ada. Jumlah pegawai yang sesuai dengan beban kerja akan membuat pemakaian belanja pegawai lebih efisien. Tujuan pemerintah meningkatkan kesejahteraan pegawai dapat tercapai tanpa mengurangi porsi belanja untuk kepentingan publik. Saran untuk menghemat anggaran tanpa mengurangi anggaran belanja subsidi Solusi menaikkan harga BBM tentu saja akan menimbulkan pertentangan hebat di masyarakat, karena peningkatan harga BBM akan menimbulkan multiple effect bagi masyarakat bawah. Harga BBM yang naik tentu saja akan mengakibatkan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok masyarakat dan transportasi umum, sehingga daya beli masyarakat juga menurun, meningkatkan pengangguran dan pertumbuhan ekonomi negatif. Solusi yang lebih rasional dapat dilakukan dengan melakukan penghematan anggaran kementerian dan lembaga untuk melaksanakan program dan kegiatan sesuai prioritas utama dan meningkatkan efisiensi dalam penggunaan anggaran.
Saran untuk mengurangi besarnya anggaran belanja subsidi listrik
Besar kecilnya subsidi listrik yang dianggarkan dalam APBN ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya volume penjualan listrik, harga energi primer pembangkit (BBM, batu bara, gas, dan lainnya), nilai tukar rupiah, volume pembelian listrik dari swasta, dan susut jaringan. Saat ini PT. PLN (Perusahaan Listrik Negara) menggunakan BBM sebagai energi primer pembangkit, karena energi alternatif seperti batu bara, gas dan energi lainnya sulit untuk diperoleh. Jika volume penjualan tetap sedangkan Biaya Pokok Pengadaan naik sebagai akibat kenaikan harga BBM, maka beban subsidi listrik yang harus dikeluarkan pemerintah akan semakin membesar.
Saran terkait pengelolaan utang negara Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengelola utang negara antara lain peningkatan porsi utang dengan bunga tetap (fixed rate), penerbitan utang negara dalam mata uang rupiah, mempercepat proses pelunasan utang dan mengurangi utang luar negeri. Langkah tersebut diharapkan mampu mengurangi risiko nilai tukar utang pemerintah yang sudah cukup tinggi dan mengurangi intervensi asing terhadap kebijakan dalam negeri, karena dalam rangka penarikan pinjaman program, biasanya terdapat persyaratan yang disepakati dengan pemberi pinjaman yaitu pemenuhan (policy matrix) dengan fokus pada area tertentu.