You are on page 1of 34

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Latar Belakang penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan. Selain itu juga untuk mengetahui tentang

pengertian,komponen,tujuan,komponen,bentuk atau unsur, model proses,dasar-dasar komunikasi yang erat kaitannya dengan dasar-dasar manajemen dan juga untuk dijadikan sebagai pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari agar tidak lagi ditemukan kekeliruan dalam memberikan penjelasan mengenai komunikasi khususnya pada dasar-dasar manajemen . Penulis juga berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, Khususnya teman-teman di STIkes Hutama Abdi Husada.

1.2

Tujuan Tujuan dalam menyusun makalah ini diantaranya ialah : 1. Tujuan umum Mahasiswa mampu menerapkan komunikasi dalam dasar-dasar manajemen

2. Tujuan khusus a. Mahasiswa mengetahui pengertian komunikasi dalam dasar-dasar manajemen b. Mahasiswa mengetahui komponen komunikasi dalam dasar-dasar manajemen c. Mahasiswa mengetahui tujuan komunikasi dalam dasar-dasar manajemen d. Mahasiswa mengetahui komponen komunikasi dalam dasar-dasar manajemen e. Mahasiswa mngetahui bentuk atau unsur ,model proses,dasar-dasar komunikasi dalam dasar-dasar manajemen

1.3. Manfaat Manfaat penulisan ini antara lain : 1. Sebagai bahan acuan bagi pembaca yang akan mengadakan penelitian terutama yang pokok masalah yang tidak jauh berbeda.
1

2. Dapat menambah koleksi pustaka ilmu pengetahuan khususnya perpustakaan STIKes Hutama Abdi Husada. 3. Untuk masyarakat luas yang ingin mengetahui dasar-dasar manajeman. 4. Untuk perawat mampu memberikan manajemen keperawatan dengan baik.

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi berasal dari kata lain Communicatio yang artinya pemberitahuan atau berasal dari kata Communicare yang berarti menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha apa yang kita sampaikan kepada orang lain tersebut seperti ide, informasi atau pengalaman kita juga menjadi miliknya. Harold Koontz dan Cyril ODonnell : Komunikasi adalah diterimanya seperti penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain, baik dipercaya atau tidak. Namun informasi yang disampaikan haruslah dimengerti oleh penerima. Ralph C. Davis: Komunikasi adalah suatu tahap dari proses kepemimpinan, yyang memindahkan ide seseorang ke orang lain untuk digunakan dalam fungsi-fungsinya memimpin pekerjaan. William Albig: komunikasi adalah proses pengoperasian lambang-lambang yang mengandung pengertian antara individu-individu. Everett M. Rogers dan Rikha Agarwala-Rogers, mendefinisikan komunikasi sebagai: Suatu proses dimana suatu ide ditransfer dari suatu sumber kepada penerima dengan maksud untuk mengubah perilakunya. Dalam kesempatan lain Everett M. Rogers menyampaikan bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana yang terlibat, menciptakan dan berbagi informasi satu sama lain untuk mencapai saling pengertian.

2.2. Manusia dalam dinamika kelompok Manusia pada hakikatnya tidak bisa hidup sendiri, manusia membutuhkan sesamanya, berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat lingkungan. Ada tiga faktor yang merupakan dasar interaksi antar manusia yaitu: imitasi, sugesti, dan simpati.
3

Imitasi Merupakan wujud dari tanggapan seseorang yang dipelajari dari orang lain (merupakan hasil meniru dengan cara belajar), bukan pembawaan yang ada sejak lahir. Sugesti Sugesti diterima seseorang dari orang lain yang mempunyai kelebihan dari dirinya, lebih berkuasa, lebih bermartabat, mempunyai kedudukan sosial lebih tinggi dengan meniru tingkah laku atau kebiasaaan orang lain tersebut tanpa suatu pertimbangan (meniru apa adanya). Simpati Perasaan tertarik seseorang kepeda orang lain yang didapat secara tiba-tiba atau lambat laun. Berlainan dengan sugesti, simpati merupakan proses yang disadari dan timbulnya tidak rasional, namun berdasar perasaan. Dorongan utamanya adalah ingin mengerti perasaan orang lain dan ingin bekerja sama dengannya. 2.3. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi Menurut Harold Koontz dan Cyril ODonnell: 1. Sebagai sarana memadukan aktivitas-aktivitas yang terorganisasi. 2. Sebagai sarana penyaluran masukan sosial ke dalam sistem sosial. 3. Sebagai sarana memodifikasi perilaku, mempengaruhi perubahan, memproduktifkan informasi. 4. Sebagai sarana berhubungan dengan orang dalam organisasi untuk mencapai tujuan.

Menurut Chester I. Barnard fungsi komunikasi adalah untuk: Memberikan instruksi: memberikan perintah pada bawahan. Menyampaikan informasi: sebagai alat untuk menyampaikan pesan, berita/informasi. Mempengaruhi: sebagai alat untuk memberiakn saran, nasihat. Evaluasi: untuk laporan menilai.

2.4. Tujuan Komunikasi Harold Koontz: Tujuan komunikasi dalam arti luas adalah untuk mengadakan perubahan, yaitu untuk mempengaruhi tindakan dan untuk mencapai kesejahteraan. Komunikasi penting untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen: yaitu dalam pelaksanaan fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pelaksanaan koordinasi dan komunikasi dalam pengarahan. Secara khusus komunikasi diperluakan untuk: 1. Menetapkan dan menyebarluaskan tujuan perusahaan (organisasi). 2. Menyusun rencana untuk mencapai tujuan itu. 3. Mengorganisasikan sumber daya manusia dan sumber daya lain secara efisien dan efektif. 4. Menyeleksi, mengembangkan dan menilai anggota. 5. Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan iklim yang menimbulkan keinginan orang untuk memberi kontribusi. 6. Untuk meningkatkan prestasi. 7. Komunikasi tidak hanya diperlukan intern organisasi namun juga ke ekstern organisasi. Melalui komunikasi terorganisasi berhubungan dengan lingkungan di luarnya dan berinteraksi, sehingga organisasi menjadi sistem terbuka.

2.5. Komponen dan Unsur Komunikasi Komponen pokok komunikasi terdiri dari: 1. Komunikator, source, giver, sumber : orang yang menyampaikan gagasan, informasi, atau pesan kepada orang lain. Sumber atau komunikator adalah pemula yang mengawali suatu pesan. Ia mungkin seseorang atau beberapa orang yang bekerja bersama dalam suatu tim seperti Tim pemberitaan dalam TV. Sustu sumber yang dapat pula suatu organisasi atau lembaga yang mempunyai tugas khusus menyampaikan pesan. 2. Komunikan, receiver, audience, penerima : orang yang menerima pesan atau informasi. Elemen dalam proses komunikasi yang amat penting adalah penerima pesan (komunikan), seringkali komunikator melupakannya. Dalam penyampaian pesan
5

(komunikan) hendaknya komunikator memperhatiakan keadaan penerima pesan, latar belakangnya dalam arti luas, agar efek komunikasi yang diharapkan. 3. Pesan, message : gagasan, pendapat, fakta, dan sebagainya yang sudah dirumuskan dalam suatu bentuk, dan disampaikan kepada komunikan melalui lambang. Pesan adalah suatu stimulus yang dikirimkan kepada penerima. Ia menjadi sebab adanya kegiatan komunikasi secara keseluruhan. Pesan disusun dari lambang-lambang atau simbol yang nmempunyyai arti tertentu. 4. Media komunikasi, saluran, channel: saluran atau media yang digunakan untuk menyyampaikan suatu pesan dari sumber kepada penerima, yang dapat diklasifikasikan ke dalam saluran mass media dan sluran sntar personal. Selain komponen pokok diatas komponen lainnya yaitu: 1. Kegiatan Encoding Encoding adalah kegiatan sumber dalam menerjemahkan suatu ide yang disusun kedalam suatu pesan yang tepat untuk dikirimkan kepada penerima. Atau suatu kegiatan merumuskan pesan oleh komunikator sebelum disampaikan kapada komunikan. Ini berarti mengubah suatu arti pesan kepada kedalam suatu bentuk simbolsimbol. 2. Kegiatan Decoding Deciding adalah kegiatan menerjemahkan atau menafsirkan suatau pesan atau stimulus yang diterima. Ini berarti penerima mengubah simbol kedalam arti pesan sesungguhnya. Kegiatan encoding dan decoding berkaitan dengan kode-kode. 3. Umpan balik, feedbaack, action Umpan balik adalah suatu tanggapan atau respon oleh penerima terhadap pesan dari sumber. Adanya umpan balik membuat komunikasi menjadi dinamis two way traffic communication. Feed back atau umpan balik bisa positif atau negatif. Dalam komunikasi feed back yang negatif perlu lebih mendapat perhatian untuk segera diambil langkah-langkah mengatasi atau mengantisipasi. 4. Efek (effect) Efek komunikasi adalah adanya perubahan perilaku penerima yang terjadi akibat menerima pesan dari sumber. Ada tiga tipe efek komunikasi: a. Perubahan pengetahuan (knowlegde) penerima pesan.
6

b. Perubahan sikap (attitude) penerima pesan. c. Perubahan perilaku (behavior) penerima pesan.

Hubungan komponen, unsur atau element komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:
ENCODING Sumber komunikasi PESAN MESSAGE Saluran Channel PESAN MESSAGE DECODING Penerima Komunikasi

Gambar 14. Komponen-komponen dan Proses Komunikasi

2.6. Pendekatan dalam komunikasi Terdapat beberapa pendakan yang dipergunakan dalam komunikasi, yaitu komunikasi informatif, komunikasi koersif, dan komunikasi koersif, dan komunikasi persuasif. Komunikasi Informatif (Informative communication) Adalah proses penyampaian pesan pada seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan informasi. Dalam hal ini komunikator hanya mengharap agar komunikan tahu informasi yang dimaksud. Tanpa mengharap efek dari komunikasi. Kalau kemudian ada efek yang timbul positif atau negatif, komunikator tidak mempertimbangkannya meskipun yang diharapkan biasanya adalah efek positif. Komunikasi Koersif (Coersive Communication) Adalah proses penyampaian pesan pada seseorang kepada orang lain dengan paksaan, ancaman atau sanksi untuk dapat merubah sikap, opinion atau tingkah laku, misalnya dengan mengadakan peraturan-peraturan tertulis dan sebagainya, dengan saksi dengan melanggar. Komunikasi Persuasif (persuasive communication)

Adalah proses penyampaian pesan pada seseorang kepada orang lain agar merubah sikapnya (attitude), opininya (opinion) dan perilakunya (behavior) dengan kesadaran sendiri. Istilah persuasive atau persuasion berasal dari bahasa latin persuasio yang berarti membujuk atau merayu, jadi dalam komunikasi persuasif adanya rayuan atau membujuk berbeda pada komunikasi koersif yang bersifat paksaan. Komunikasi persuasif adalah efektif bila terjadi efek dalam bentuk perubahan sikap, opini, dan perilaku timbul dari kesadaran komunikan, sebab komunikasi persuasif lain dengan komunikasi inormatif dan berbeda pula dengan komunikasi koersif.

2.7. Penyampaian Pesan Sebagaimana telah dikemukakan bahwa agar pesan dapat diterima dengan baik oleh penerima, perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1. Agar komunikasi berhasil mencapai tujuan, pesan yang dikirim oleh sumber haruslah dirumuskan sesuai kemampuan sasaran, latar belakang belakang pendidikannya, situasi dan kondisi lingkungan penerima yang ada. 2. Pesan harus memenuhi syarat tertentu agar mudah dipahami. Singkat, jelas, tidak sekaligus banyak diberikan, dengan bahasa yang mudah dipahami sasaran. Pesan tidak bertentangan dengan norma, adat istiadat dan agama yang dianut oleh sasaran. Isi pesan sekiranya dapat dilaksanakan oleh sasaran, bukan yang tidak mungkin dilaksanakan. Pesan yang disajikan dapat menarik perhatian dan memotivasi sasaran.

3. Uji coba. Agar penyampaian pesan berhasil, perlu dilakukan uji coba (pre test) terlebih dahulu sebelum dikomunikasikan kepada sasaran. Uji coba dilaksanakan terhadap sekelompok kecil sasaran yang kira-kira sama dengan sasaran yang sebenarnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah sekiranya sasaran mengerti pesan yang disampaikan?
8

4.

Komunikasi akan lebih berhasil kalau dilaksanakan antara orang-orang yang seprofesi misalnya komunikasi antar dokter dengan dokter tentang kesehatan, ahli mesin dengan ahli mesin tentang mesin. Apabila terdapat kesenjangan latar belakang antara komunikator dan komunikan, diperlukan penghubung yang mampu menerima pesan dan mengolahnya menjadi pesan yang dimengerti oleh komunikan.

2.8. Lambang (Simbol) Penyampaian pesan pada hakekatnya adalah mengirimkan lambang-lambang atau simbol-simbol yang dalam pengertian komunikasi dapat berupa: 1. Bahasa Bahasa dalam komunikasi sebaiknya adalah bahasa yang mudah dipahami khususnya oleh penerima baikn berupa bahasa lisan maupun tulisan. 2. Isyarat Isyarat pada hakekatnya adalah suatu simbol atau lambang yang dapat dipergunakan dalam komunikasi. Misalnya anggukan kepala berarti setuju, gerakan tangan berarti tidak setuju dan sebagainya. 3. Tanda Misalnya dalam peraturan lalu lintas: merah berarti berhenti, hijau berarti boleh jalan, tanda boleh parkir, tanda penyeberangan jalan dan sebagainya. 4. Gambar Misalnya peta, grafik, diagram, dan gambar-gambar lain yang mempunyai arti tertentu.

2.9. Model Proses Komunikasi 1. Model Aristoteles Dalam bentuk sederhana Aristoteles mengemukakan suatu model komunikasi yaitu: Pembicara: yang dibicarakan pendengar

2. Laswell melukiskan semua komunikasi sebagai suatu proses yang menyangkut: Siapa menyatakan apa, melalui saluran komunikasi apa, kepada siapa, dengan hasil apa? 3. Model Berlo (1960)
9

Tentang proses komunikasi, berlo mengemukakan model sebagai berikut: Sumber pesan saluran message penerima channel akibat dan receiver)

pengaruhnya. (Source Disingkat menjadi : SMCR

4. Proses komunikasi sebagaimana disampaikan oleh Berlo dikembangkan oleh Everett M. Rogers dengan adanya efek dan feedback. Menurut M. Rogers, proses komunikasi merupakan suatu siklus. Komunikator (source) menyampaikan pesan (message) melalau saluran komunikasi (channel) kepada komunikan (receiver), selanjutnya komunikan timbul efek dan menjadi komunikator, menyampaikan umpan balik (feedback) kepada komunikator yang sekarang menjadi komunikan. Demikian seterusnya, hingga kegiatan komunikasi dapat berlangsung. Umpan balik ini sangat penting dalam proses komunikasi, karena dengan adanya umpan balik maka komunikator bisa mengetahui apakah komunikasi berjalan seperti diharapkan atau tidak. Proses tersebut dapat digambarkan dalam model SMCREF sebagai berikut:

PENERIMA
SALURAN

(RECEIVER) EFEK (EFFECT)

SUMBER
(CHANNEL)

(SOURCE)

PESAN (MESSAGE)

UMPAN BALIK (FEEDBACK)

Gambar 15. Model proses komunikasi the Source Message Channel Receiver (S MCR) dengan memperhatikan adanya efek dan ffeedback menurut Everett M. Rogers.

10

2.10. Bentuk dan Pola Komunikasi Terdapat berbagai bentuk dan pola komunikasi yang dapat dikemukakan sebagai berikut: Bentuk Komunikasi Bentuk komunikasi dapat dipandang dari berbagai aspek: Cara penyampaian pesan dalanm komunikasi atau sifat interaksi antara sumber dan penerima pesan. Arah pencapaian pesan dan sebagainya.

1.

Bentuk komunikasi dipandang dari cara pencapaian pesan dalam proses komunikasi atau sifat interaksi.

a.

Komunikasi langsung, komunikasi primer atau komunikasi antar pesona. Cara penyampaian pesan dalam proses komunikasi langsung dari sumber kepada penerima. Demikian pula interaksinya langsung terjadi, tanpa bantuan media, baik media cetak atau elektronik.

b.

Komunikasi tidak langsung, komunikasi sekunder atau komunikasi massa. Cara penyampaian pesan dalam proses komunikasi terjadi secara tidak langsung, dengan bantuan media massa seperti media elektronik: TV, radio, tape recorder, dan sebagainya atau media cetak seperti buku, poster dan lain-lain. Komunikasi jenis ini dapat sebagai alat penghubung antar generasi sebelumnya dan sesudahnya.

2.

Bentuk komunikasi dipandang dari arah komunikasi a. Komunikasi satu arah (one way traffic communication) Pada umumnya komunikasi ini tidak langsung, namun melalui bantuan media massa. Atau terjadi pada suatu ceramah atau pidato dimana penerima pesan tidak diberi kesempatan diberikan feedback. Komunikasi satu arah biasanya berlangsung cepat, menghemat waktu dan biaya. Namun pesan yang disampaikan dapat keliru ditafsirkan atau terjadi kesalahpahaman. Atau terjadi berbagai pendapat atau penafsiran diantara penerima pesan tersebut.
11

b. Komunikasi dua arah (two way traffic communication) Merupakan komunikasi yang dinamis antara sumber dan penerima pesan. Karena sumber langsung dapat menerima kembali feedback (umpan balik) dari penerima. Meskipun komunikasi ini berupa komunikasi antar pesona, namun bisa pula melalui media massa, seperti: telepon, komunikasi TV, dan sebagainya. Pada jenis komunikasi ini biasanya memerlukan waktu yang cukup lama dan melelahkan. 3. Komunikasi Berantai Dalam komunikasi berantai pesan disampaikan dari sumber pertama kepada penerima yang pertama dan selanjutnya menjadi sumber yang kedua, dan seterusnya, terjadi penyampaian pesan secara berantai. Dalam komunikasi berantai secara lisan, seringkali pesan yang disampaikan menjadi berkurang arti dan maknanya pada sumber-sumber berikutnya, bahkan dapat terjadi perbedaan yang prinsipiil dari pesan yang aslinya. Untuk menghindari hal ini pesan perlu dalam bentuk tertulis atau rekaman. Atau pesan yang disampaikan sangat jelas dan singkat, yang penting-penting saja. 4. Komunikasi Sosial Komunikasi yang terjadi dimasyarakat dalam rangka menjalin hubungan sosial diantara anggota masyarakat, berdasarkan norma, adat istiadat, kebiasaan dan keagamaan. 2.11. Pola Komunikasi Dalam Kelompok Kecil Terdapat beberapa pola pokok atau jaringan komunikasi dalam kelompok kecil (dalam kelompok besar lebih kompleks), yaitu Pola Terpusat. Pola rantai, Pola lingkaran, Pola semua saluran, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Pola terpusat

Pola rantai

Pola Lingkaran

12

Pola Semua Saluran

Pola Y

Pola Bintang

Gambar 16. Pola Pokok Komunikasi

Dalam Pola Terpusat: Banyak orang yang hanya berkomunikasi dengan satu sumber informasi utama Bersifat sentralisasi informasi Informasi vertikal.

Pada Pola Rantai: Setiap orang hanya bisa berkomunikasi dengan satu sumber informasi yang dekat dirinya secara berantai Ada sentralisasi informasi tetapi dengan derajat yang kecil Mirip garis komando dalam suatu organisasi

Pola Bintang atau roda: Semua dengan pola terpusat Bersifat sentralisasi yang sangat kuat Informasi horisontal Setiap orang hanya bisa berkomentar dengan satu orang tertentu (sumber informasi utama). Pola lingkaran:
13

Sikap orang hanya berkomunikasi dengan dua orang didekatnya Kesan desentralisasi informasi terbatas

Pola Semua Saluran: Setiap orang bisa berkomunikasi dengan setiap orang lain dalam kelompok secara bebas Pola Y Sebagian informasi terpusat Sentralisasi cukup kuat. Tidak ada desentralisasi maupun sentralisasi.

Masih terdapat pola komunikasi lain yang dapat digambarkan namun pada dasarnya pola umum seperti disebut diatas.

2.12. Hambatan-hambatan dalam Komunikasi Beberapa hambatan dalam komunikasi adalah: 1. Kondisi dan situasi Komunikator dan Komunikan Keadaan atau kondisi dan situasi komunikator (sumber) dan komunikan (penerima pesan) dapat memepangaruhi proses komunikasi. Latar belakang status sosial ekonomi, budaya, pendidikan, dan usia berbeda dapat menimbulkan jarak psikologis. Demikian pula kondisi fisik serta psikis pada saat penyampaian pesan akan berpengaruh terhadap proses komunikasi termasuk efek yang diharapkan. Derajat Komunikator dan Komunikan mempengaruhi proses komunikasi. Everett M. Rogers dan rekha Agarwala Rogers manamakan homophily, bila komunikator dan komunikan derajat kedudukan sosial, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Bila tidak sederajat disebut heterophily. Komunikasi dalam keadaan heterophily dapat diatasi dengan perasaan empathy oleh menajer turut merasakan apa yang dirasakan orang lain atau bawahan.

14

2.

Keadaan lingkungan dalam arti luas Keadaan lingkungan sosial, ekonomi, budaya, fisik dan biologis yang tidak mendukung, misalnya lingkungan masyarakat tertutup, keadaan geografi dan transportasi akan berpengaruh terhadap proses komunikasi.

3. Keterbatasan Waktu Sering karena keterbatasan waktu, orang tidak dapat berkomunikasi dengan baik, atau berkomunikasi secara tergesa-gesa, sehingga dapat mempengaruhi proses komunikasi proses komunikasi dan dapat menimbulkan efek maupun umpan balik yang tidak diinginkan.

4. Adanya rasa curiga, prasangka, apriori, dan evaluasi terlalu dini Seringkali orang sudah mempunyai prasangka, atau sudah menarik kesimpulan sebelum menerima keseluruhan informasi atau pesan. Hal ini jelas akan menghambat komunikasi yang baik.

2.13. Dasar-Dasar Komunikasi Proses komunikasi dapat berlangsung dengan baik apabila dasar atau prinsipnya diketahui dan diperhatikan. Dasar-dasar tersebut adalah Niat, Minat, Pandangan, Perlekatan, Keterlibatan atau Peran serta dalam berkomunikasi. 1. Niat (Intention) Dalam berkomunikasi perlu dimantapkan tentang niat ini, agar komunikator mempunyai keyakinan maupun percaya diri, karena tahu pokok persoalannya. Hal ini dimulai dari adanya keinginan atau niat menyampaikan pesan: Pesan apa yang disampaikan? Siapa sasaran pesan tersebut? Bagaiman pesan disampaikan? Efek apa yang diharapkan? Kapan seharusnya pesan disampaikan?

15

2. Minat (Attention) Pesan yang disampaikan seharusnya dapat menarik perhatian atau menimbulkan minat penerima pesan atau sasaran. Ada dua faktor yang berpengaruh dalam menarik perhatian, yaitu: a. Faktor Objektif Faktor Objektif adalah faktor-faktor yang menyangkut stimulus atau rangsangan yang kita terima, yaitu menyangkut: 1) Besarnya rangsangan Sesuatu yang besar akan lebih cepat menarik perhatian kita dari pada yang kecil. 2) Intensitas rangsangan Suara yang keras akan lebih manarik perhatian dari pada yang lembut. Cahaya yang terang, warna yang cemerlang, akan lebih cepat menarik perhatian daripada yang redup atau berwarna buram. 3) Gerakan daripada rangsangan Sesuatu yang bergerak akan lebih cepat menarik perhatian daripada yang diam. 4) Baru dan lama Sesuatu yang baru akan lebih menarik perhatian daripada yang sudah lama. 5) Aneh dan istimewa Sesuatu yang aneh atau istimewa, akan lebih cepat menarik perhatian daripada yang biasa atau yang sama dengan yang lainnya. 6) Berulang kali atau kadang-kadang Pesan yang berulang-ulang akan lebih menarik perhatian daripada yang kadang-kadang saja. 7) Bervariasi atau monoton. Pesan yang disampaikan secara bervariasi akan lebih menarik perhatian daripada yang monoton. b. Faktor Subjektif Faktor subjektiff adalah faktor yang menyangkut penerima stimulus atau pesan, bukan yang menyangkut stimulus atau pesan itu sendiri. Seseorang akan lebih tertarik pada hal-hal yang: 1) Memenuhi kebutuhan dirinya. Kebutuhan dalam hal ini bisa:
16

a) Kebutuhan Fisiologis, meliputi: kebutuhan pokok seperti makan, perumahan, pakaian dan sebagainya. b) Kebutuhan Psychologis, meliputi: kebutuhan kasih sayang, kebutuhan bersosialisasi, kebutuhan akan dihargai, kabutuhan beraktualisasi diri, dan sebagainya. 2) Merugikan atau membahayakan kebutuhan dirinya. Hal hal yang dapat merugikan atau memebahayakan kebutuhan akan menarik perhatian. 3) Mudah dipahami Pesan yang mudah dipahami akan lebih mudah menarik minat daripada yang sulit dipahami. Tentang minat ini perlu diperhatikan pada saat merancang komunikasi. Komunikasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga merangsang sebanyakbanyaknya-banyaknya alat indra si penerima pesan seperti indera mata, telinga, mulut dan sebagainya. 3. Pandangan (Perception) Sasaran akan mencoba menafsirkan pesan yang diterima menurut persepsinya sendiri. Dengan demikian diharapkan komunikator harus berusaha menyamakan pandangan atau persepsinya sendiri dengan persepsi sasaran. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mempalajari sebaik-baiknya apa latar belakang sasaran tersebut, supaya dapat terjadi persamaan persepsi. 4. Perlekatan (Retention) Dalam menyampaikan pesan, diharapkan sasaran dapat merekam, menyimpan pesan yang diterima, mengingat, dan menggunakannya bila diperlukan. Supaya diingat, atau tidak dilupakan, pesan tersebut harus menarik termasuk cara penyampaiannya. Ada beberapa hal yang menyebabkan penerima pesan melupakan pesan yang diterima: a. Sebab Psikologis : yaitu karena tidak suka akan pesan tersebut atau karena tidak suka kepada orang yang menyampaikan pesan itu, panerima pesan tidak mengingatnya. Menjaga hubungan baik dengan sasaran. Minimal komunikator tidak mempunyai nama yang kurang baik di lingkungan sasaran. Kalau sudah senang, apapun yang dikatakan akan diperhatikan. b. Pesan yang sudah lama disampaikan, ada kencenderungan menghilang, atau menjadi kabur sehingga tidak diingat lagi, atau disebut ingatan mengabur
17

(fading). Untuk mencegah fading, pesan yang disampaikan haruslah segera dipraktekkan atau dilaksanakan, jangan menyampaikan pesan yang baru sebelum yang lama dilaksanakan. Kalau perlu pesan yang lama diulangi (repetition) dan melibatkan sasaran secara aktif (participation). c. Adanya pesan yang lebih baru, mempunyai kecenderungan mengaburkan atau menghilangkan pesan yang lama yang belum mantap melekat didalam ingatan seseorang, atau disebut blocking. Blocking antara lain disebabkan karena tertlalu banytaknay pesan yang disampaikan. Untuk mencegah terjadinya blocking jangan terlalu banyak disampaikan pesan dalam saat yang sama. Dan memberikan kepada penerima untuk mengendapkan pesan tersebut. Sehubungan dengan retention (perlekatan) ini, beberapa hal yang perlu diperhatikan, agar orang lebih mudah memahami dan mengingat, pesan seharusnya mudah, singkat, sederhana dan logis. Biasanya pesan yang diberikan pada bagian awal dan bagian akhir daria suatu pesan lebih mudah diingat daripada yang berada ditengah-tengah pesan keseluruhan yang disampaikan. 5. Keterlibatan (Participation) Keterlibatan atau partisipasi ini harus selalu diusahakan pada setiap tahap dari proses komunikasi. Artinya : Minat bisa dibangkitkan dengan baik dengan melibatkan sebanyak-banyaknya panca indera sasaran. Kalau mungkin, libatkan sasaran itu sendiri (atau berpartisipasi). Persepsi atau pandangan antara komunikator dan sasaran, diusahakan agar sama,misalnya dengan cara mengadakan tanya jawab dengan sasaran. Jadi dengan partisipasi sasaran. Perlekatan alias retensi dicapai dengan melibatkan sasaran. Jadi dengan partipasi.

4.14. Komunikasi Dalam Organisasi Komunikasi dalam suatu organisasi atau komunikasi manajemen dapat berupa komunikasi intern (internal communication) komunikasi keluar organisasi (external communication)

18

1.

Komunikasi Internal

Komunikasi internal adalah komunikasi antara manajer dengan staf atau komunikasi antara pegawai-pegawai. Dengan demikian di dalam suatu organisasi ada komunikasi vertikal, komunikasi horizontal dan komunikasi diagonal. a. Komunikasi Vertikal

Komunikasi vertikal dapat searah keatas (up ward) atau kebawah (down ward) atau dapat berupa komunikasi dua arah (two way traffic communication) yang mencerminkan hubungan yang baik (demokratis) antara bawahan dan atasan. b. Komunikasi Horizontal

Merupakan komunikasi diantara staf yang satu dengan yang lain atau diantara pegawai yang sama tingkatnya. Kalau komunikasi vertikal lebih formal, maka komunikasi horizontal biasanya lebih informal. Hal ini sering terjadi sewaktu para staf atau pegawai sedang istirahat, olahraga, dan sebagainya. c. Komunikasi Diagonal

Komunikasi dimata pegawai yang tidak dalam jalur lini dan berbeda kedudukan. Komunikasi diagonal tidaklah terlalu formal seperti terjadi pada komunikasi vertikal namun juga tidak terlalu akrab seperti pada komunikasi horizontal.

2. Komunikasi Eksternal Komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan oleh manajemen organisasi dengan lingkungan diluar organisasi. Lingkungan diluar organisasi yang

mempengaruhi adalah lingkungan dalam arti luas idpoleksosbud hankam dan lingkungan fisik maupun biologi. Berkaitan dengan sistem pemerintahan maupun sistem sosial. Peraturan perundang-undangan yang diterbitkan dan kebijaksanaan pemerintah akan mempengaruhi keberhasilan organisasi. Demikian pula keadan sosial ekonomi dan budaya, norma-norma kebiasaan dan tradisi masyarakat akan mempengaruhi penampilan organisasi.

2.15. Arus Komunikasi dalam Organisasi Sebagaimana dalam koordinasi, arus komunikasi dapat vertikal, horizontal maupun diagonal. Komunikasi vertikal, dapat berarti dari atas ke bawah dan sebaliknya, komunikasi horizontal adalah komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang setingkat dalam organisasi dan komunikasi diagonal menyangkut komunikasi untuk
19

orang yang berbeda tingkatnya yang tidak memiliki hubungan struktural. Arus tersebut dapat dijelaskan dalam gambar berikut:

a c

b c

Gb.17. arus komunikasi dalam organisasi ;a) vertikal, b) horizontal, c) diagonal.

Komunikasi Vertikal 1. Komunikasi ke bawah Komunikasi jenis ini biasanya merupakan komunikasi garis komando dalam suatu organisasi yang bersifat amat hirarkis dan autokratis. Lewat lisan: sifat komunikasi dalam rapat, pengarahan, instruksi, pidato-pidato. Lewat tulisan : seperti komunikasi lewat surat kabar, selebaran, buletin, papan pengumuman, edaran dan sebagainya. Jenis komunikasi dari atas kepada bawahan berupa: a. Pengarahan untuk melaksanakan tugas b. Informasi tentang hubungan tugas c. Informasi tentang praktek dab prosedur d. Feed back, tentang presentasi bawahan e. Informasi tentang tujuan perusahaan (organisasi).

2. Komunikasi dari bawahan ke atasan Menurut Peter F. Drucker, komunikasi sesungguhnya adalah dari bawahan keatasan, bukan sebaliknya. Namun banyak hambatan karena dalam rantai arus komunikasi dapat terputus karena tidak dilanjutkan oleh orang lain diatasnya, terutama informasi

20

yang tidak menyenangkan atasan. Oleh karenanya komunikasi dari bawah ke atas akan lebih efektif apabila dapat diciptakan lingkungan dimana bawahan dapat lebih leluasa berkomunikasi. Komunikasi dari bawah ke atas dapat berupa laporan, saran, penjelasan penyampaian ide, permohonan atau usulan, permintaan keputusan dan sebagainya. Komunikasi Silang (Crosswise communication) Komunikasi silang dapat merupakan komunikasi horizontal atau diagonal. Komunikasi jenis ini dimaksudkan untuk dapat lebih mempercepat penyampaian informasi, meningkatkan pemahaman dan koordinasi. Sesungguhnya sebagian besar komunikasi, informasi berasal tidak dari jalur komando atau hirarki tetai dari jalur diagonal atau horizontal. Komunikasi sering memakai wadah informal seperti : Klub Golf, dalam kepanitiaan bersma, pertemuan-pertemuan dewan komisaris (agak formal).

2.16. Ruang Lingkup Komunikasi Ditinjau dari ruang lingkupnya, komunikasi dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Komunikasi Massa (Public communication)

Yaitu komunikasi dalam arti luas, yang ditujukan kepada umum atau masyarakat luas, misalnya komunikasi melalui radio, TV, surat kabar, majalah, pidato, buku, buletin, dan sebagainya. 2. Komunikasi Organisasi (Communication in organization, atau Bussiness

communication) Adalah komunikasi dalam arti sempit, yaitu komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi atau perusahaan, seperti komunikasi dengan laporan-laporan, edaranedaran, surat-surat, feed back report dan sebagainya. Masalah manajemen sering timbul karena tidak efektifnya komunikasi, padahal dalam manajemen komunikasi adalah penting karena : 1. Dengan komunikasi, suatu fungsi perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan, pengendalian, koordinasi dapat dilaksanakan dengan baik.


21

2.

Dengan komunikasi seorang manajer dapat menyamaikan idenya, perintahnya,

pesannya, nasihatnya. Sehingga sebenarnya waktu para manajer sebagian besar adalah untuk berkomunikasi.

2.17. Komunikasi dan Otoritas Chester I. Banard, menekankan bahwa sebelum suatu otoritas disampaikan kepada bawahan, harus diberikan pengertian dan pemahaman lebih dahulu. Ada tujuh faktor komunikasi yang berperan dalam menciptakan dan memelihara otoritas obyektif dalam organisasi, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. Saluran komunikasi harus diketahui dengan pasti. Seharusnya ada saluran komunikasi formal dalam suatu organisasi. Jalur komunikasi itu sebaiknya langsung dan sependek mungkin. Garis komunikasi formal keseluruhan hendaknya digunakan secara formal. Orang-orang yang bekerja sebagai pusat pengatur komunikasi sebaiknya

orang-orang yang pintar. 6. Jalur komunikasi hendaknya tidak ada gangguan-gangguan ketika organisasi

sedang berfungsi. 7. Semua komunikasi hendaknya disahkan.

2.18. Pedoman dan Tehnik Komunikasi Sebagaimana terlihat dalam proses komunikasi, komunikasi yang efektif dapat diharapkan dengan syarat bahwa proses pengolahan pesan-pesan dilakukan dengan simbol-simbol yang dipahami dan dikenal oleh pengirim dan penerima pesan. Pedoman untuk meningkatkan komunikasi sebagaimana dikemukakan oleh AMA (American Management Association) adalah : 1. 2. 3. Ide diperjelas sebelum dikomunikasikan. Mengkaji tujuan komunikasi. Memahami lingkungan fisik dan manusia pada saat berkomunikasi.

22

4.

Dalam membuat rencana komunikasi, bicarakan dengan orang lain untuk

memperoleh fakta-fakta dan dukungan. 5. 6. 7. 8. Perhatikan isi dan penekanan pesan. Komunikasi sedapat mungkin dapat membantu dan dihrgai penerima pesan. Komunikasi yang efektif perlu tindak lanjut. Komunikasi pesan-pesan yang berbobot penting jangka pendek dan jangka

panjang. 9. Tindakan harus sesuai dan serasi dengan komunikasi.

10. Jadilah pemerhati, penyimak, atau pendengar yang baik. Joharis Window Untuk dapat komunikasi yang baik perlu diketahui konsep Joharis Window yang dikemukakan oleh Profesor Joseph Luft dan Harry Ingham sebagai berikut :

I
OPEN AREA

II
BLIND AREA

Known by ourselves and known by other

Known by others but not known by ourselves

III
HIDDEN AREA

IV
UNKOWN AREA

Known by ourselves but not known by others

Not known by ourselves and not known by others

Gambar. Joharis Window Berdasarkan hasil tersebut perilaku manusia dapat digambarkan sebagaimana skema diatas.

23

Bidang I

: yakni bidang terbuka (open area) memperlihatkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya oleh yang bersangkutan dan juga oleh orang lain.

Bidang II : yakni bidang buta (blind area) memperlihatkan bahwa kegiatan seseorang diketahui orang lain namun dirinya sendiri tidak mengetahui. Bidang III : yakni bidang tersembunyi (hidden area) adalah kebalikan bidang I yaitu bahwa kegiatannya disadari sepenuhnya oleh dirinya sendiri namun tidak diketahui oleh orang lain. Bidang IV : yakni bidang tak dikenal (unkown area). Bidang ini menggambarkan tidak diketahui dirinya sendiri atau orang lain.

2.19. Teknik Komunikasi Manajemen Komunikasi manajemen dalam suatu organisasi pada umumnya menggunakan teknik komunikasi sebagai berikut: 1. Komunikasi langsung (direct cimmunication) Komunikasi langsung adalah komunikasi antara komunikator dan komunikan dengan cara tatap muka (face to face communication). Dapat berupa komunikasi antar individu (inter personal communication) dan komunikasi kelompok (group communication). a. Komunikasi antar individu Komunikasi antara seorang komunikator dengan satu atau dua atau lebih komunikan. Dalam komunikasi ini terjadi dialog tatap muka dan reaksi komunikan dapat diketahui segera. Komunikan jenis ini sering dipergunakan dalam pendekatan persuasif (persuasive communication). Untuk dapat berhasil (mengadakan perubahan seperti yang diharapkan) dalam komunikasi antar individu secara tatap muka, diharapkan seorang komunikator bersifat dan bersikap: Simpatik Empatik Tidak emosional
24

Tidak bersifat super atau sok Bergaya mengajak bukan menyuruh, memerintah atau memaksakan kehendak Kemukakan fakta dan kebenaran bukan opini pribadi Jangan suka mengkritik langsung Bertindak sebagai pembimbing bukan pendorong Berbicara meyakinkan tidak ragu-ragu dengan apa yang disampaikan dan dapat dipercaya.

b. Komunikasi Kelompok Merupakan komunikasi antara seseorang dengan suatu kelompuk kecil atau sekelompok besar orang-orang. 1) Komunikasi Dengan Kelompok Kecil Kelompok orang-orang dua atau lebih namun tak terlalu bagus. Dalam kelompok tersebut, masing-masing orang masih mengenali masing-masing dengan baik dengan tujuan bersama. Kelompok kecil ini (bawahan) biasanya berpikir rasional, setiap ucapan komunikator akan diperhatikan dan dipertimbangkan dengan seksama, oleh karena itu seorang manajer yang berhadapan dengan sekelompok kecil bawahan. Selain bersifat dan bersikap seperti yang telah disebutkan diatas juga harus menghormati pandangan komunikan dan tidak ngotot untuk menyalurkan pesan-pesan. 2) Komunikasi Kelompok Besar (Large groups communication, makro groups communication) Dalam komunikasi kelompok besar, pada dasarnya setiap orang adalah komunikan, dengan sedikit orang sebagai komunikator. Dalam kelompok besar ini sedikit kemungkinan dapat terjadi dialog. Dalam komunikasi ini terjadi regresi (kemunduran kemampuan berpikir seseorang) dan terjadi suatu penularan mental (contagion mentalle). Kalau seseorang bertepuk tangan, yang lain ikut-ikutan. Dalam menghadapi kelompok besar, seorang komunikan seharusnya: - Menyiapkan diri sebaik-baiknya jauh sebelumnya. - Membangkitkan perhatian terlebih dahulu. - Menjalin kontak pribadi semaksimal mungkin dengan komunikan. - Atur intonasi suara dengan baik naik turun, sehingga menimbulkan gairah semangat komunikan.

25

- Ungkapan hal-hal yang menarik perhatian biasanya yang menyangkut kepentingan dan harapan komunikan. 2. Komunikasi Tak Langsung (indirect communication) Berlainan dengan yang dimaksud dalam komunikasi dengan kelompok besar yang langsung face to face, komunikasi tak langsung menggunakan media. Komunikasi tidak langsung atau komunikan media dapat berupa komunikasi media massa (mass media communication) atau komunikasi media non massa (non mass media communication) a. Komunikasi media massa (Komunikasi massa, mass communication, mass media communication). Merupakan komunikasi yang menggunakan media yaitu media massa, yang mempunyai ciri-ciri: 1) Satu arah (one way traffic comunication). 2) Umum (public), tetapi ke masyarakat umum, bukan ke masyarakat khusus. 3) Serentak (simultan), pada saat yang sama. Karakteristik komunikasi 1) Tidak dikenal (anonim). 2) Heterogen. 3) Selektif, banyak media massa sehingga komunikan memilih. b. Komunikasi Media (Nir Massa) Suatu komunikasi media yang tidak memiliki sifat dalam media massa, terutama sifat serentak. Seperti : surat, telepon, telegram, faksimile, film dokumenter, poster, spanduk, pamlet, buletin, papan pebgumuman, dan sebagainya.

2.20. Komunikasi Massa Wilbur Schramm (1995) menyatakan bahwa perbedaanantara proses komunikasi massa dengan yang lain adalah sifat-sifat yang terkandung dalam proses komunikasi massa, yaitu bahwa sumbernya atau komunikatornya lebih banyak bersifat terorganisasikan dan terlembagakan, kemudian disalurkan melalui media massa

26

secara massal dan ditujukan kepada orang banyak yang bersifat anonim heterogen (1965).

dan

Charles Wright (1959) mengidentifikasi beberapa karakteristik komunikasi massa sebagai berikut : 1. Komunikasi massa ditujukan kepada sasaran yang jumlahnya besar atau luas,

umumnya terdiri dari berbagai lapisan masyarakat (heterogen) dan tidak dikenal (anonim). 2. 3. 4. Kegiatannya dilakukan secara cepat dan waktu-waktu tertentu. Komunikator dilakukan oleh suatu bentuk organisasi. Pesan-pesan disiarkan secara umum (publicy), sering tertentukan waktunya

untuk mencapai sebagian besar sasaran secara serempak (simultan). Media massa terdiri dari : 1. Media massa tercetak atau cetakan, yaitu surat kabar, majalah, buku, pamlet,

leaflet, spanduk, baliho, billboard, dan lain-lainnya. 2. Media elektronika, yaitu radio, TV, film, dan sebagainya.

2.21. Model-Model Komunikasi Massa Sampai sekarang dikenal ada 4 (empat) model, yaitu: 1. Model jarum Hipodermis (Hypodermic needle model)

Model Jarum Hipodermis adalah model komunikasi searah. Model ini beranggapan bahwa media massa mempunyai pengaruh langsung, sangat kuat, segera atau cepat, sangat menentukan terhadap sasaran dan hampir tak ada kekuatan apapun yang dapat menghambatnya. Disini media massa digambarkan sebagai jarum raksasa yang menyuntik sasaran yang pasif. Menurut Elihu Katz: Model ini menurut para peneliti dahulu didasarkan pada anggapan bahwa: a. Media yang sangat berpengaruh mampu memaksakan kehendaknya pada

sasaran yang sama sekali tidak berusaha mencoba berpikir lain. b. Sasaran dianggap tidak mempunyai hubungan satu sama lain, terikat pada media massa tetapi tidak terikat pada kelompoknya.

27

2.

Model Komunikasi Dua Tahap

Lazarsfeld, Berelson, dan Gaudent (1948) memperkenalkan konsep model komunikasi dua tahap. Tahap pertama adalah pengalihan informasi dari media massa kepada para pemuka pendapat, ini merupakan bentuk komunikasi massa. Pada tahap kedua, dari pemuka pendapat kepada pengikutnya atau anggota masyarakat lainnya, selain merupakan pengalihan informasi, yang lebih penting ialah merupakan penyebarluasan pengaruh; ini bukan lagi berbentuk komunikasi massa, tetapi komunikasi antar persona. Dalam model komunikasi dua tahap selain diperkenalkan orng-orang yang dianggap kaya informasi yang disebut pemuka pendapat, diperkenalkannya juga hubungan atau peranan yang erat antara komunikasi antar persona dan komuniksi massa. Berbeda dengan model jarum Hipodermis yang memandang massa sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari individu-individu yang terikat pada media, tetapi terpisah hubungan sosialnya, maka model komunikasi dua tahap memandang massa sebagai individu-individu yang berinteraksi.

3.

Model Komunikasi Satu Tahap

Model ini hampir mirip model jarum hipodermis. Model satu tahap ini beranggapan bahwa media massa langsung berpengaruh pada sasaran tanpa melalui pemuka pendapat. Bedanya dengan model jarum ialah: a. Model komunikasi satu tahap mengakui bahwa tidak semua media memiliki

kekuatan pengaruh yang sama. b. Model ini memperhitungkan peranan selektivitas sebagai faktor yang

menentukan penerimaan sasaran. Artinya, sasaran memilih-milih media massa atau isinya, saran berbeda-beda persepsi dan kemampuannya mengingat pesan. c. Model ini mengakui pula kemungkinan timbulnya dampak yang berbeda pada

sasaran dari pesan yang sama.

4.

Model Komunikasi Banyak Tahap

Model ini mencakup semua model terdahulu. Model ini dikembangkan berdasarkan pengertian bahwa kebanyakan komunikasi terjadi suatu fungsi penyebaran informasi secara estafet kepada sasaran yang jumlahnya besar. Artinya, beberapa sasaran mungkin menerima langsung dari media masa, tetapi beberapa lainnya menerima informasi tersebut melalui beberapa saaran lainnya.
28

2.22. Komunikasi Massa Yang Efektif Seperti diketahui, komunikasi massa merupakan komunikasi searah, dan pesannya ditujukan kepada sasaran yang banyak, baik jumlah maupun latar belakang sosial budayanya. Komunikasi massa bisa tidak efektif maupun gagal kalu dilaksanakan tanpa mengenal dengan baik keadaan sosial budaya dan ekonomi daripada sasaran. Walaupun hal ini sebenarnya berlaku untuk semua jenis komunikasi, baik komunikasi massa maupun komunikasi antar persona, namun dalam komunikasi massa hal ini lebih penting untuk diperhatikan. Hal ini mengingat akan hal-hal berikut: Ia mencakup sasaran yang luas. Latar belakang sasaran lebih banyak variasinya. Komunikasi biasanya dilaksanakan dari jarak jauh, tidak berhadap-hadapan. Tidak ada umpan balik (feed back) langsung.

Selain pesan dalam komuniksi massa sebaiknya bertolak dari situasi sosial budaya dan ekonomi sasaran, pesan juga dikembangkan dengan mempergunakan bahasa yang mudah dipahami oleh sasaran dan sifatnya umum.

2.23. Manfaat Komunikasi Massa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Menyebarluaskan informasi Memperluas wawasan Dapat memusatkan atau mengalihkan perhatian masyarakat Dapat menggali aspirasi masyarakat Dapat merubah sikap masyarakat yang tidak begitu kuat Dapat mensuplai informasi kepada komunikasi antar pesona Dapat memberikan atau meningkatkan status seseorang Dapat mendukung berlakunya suatu norma Dapat menciptakan selera atau opini

10. Dalam pendidikan, media massa tidak dapat berperan sendiri

29

2.24. Komunikasi dalam beberapa macam pendekatan Organisasi Komunikasi didalam organisasi dipandang dengan pendekatan yang berbeda: 1. Komunikasi dan Taylorisme:

Taylor dalam bukunya Scientific Management memandang komunikasi secara formal, hirarki dan terencana. Tujuannya adalah untuk melaksanakan tugas pekerjaan, untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Taylor memandang komunikasi dari satu sisi dan vertikal (top down) serta hubungan tugas. Komunikasi menekankan pada tulisan, saluran formal. Komunikasi: tidak berkaitan dengan orang (Impersonal), pesan berhubungan dengan tugas, inisiatif timbul dari rantai komando atas ke bawah. Peran komunikan tidak dipertimbangkan secara khusus kepentingannya. 2. Komunikasi menurut Human Relationist

Penganut pandangan organisasi Human Relations, pada umumnya melihat komunikasi relatif lebih penting daripada Taylorisme, dan mereka merasakan komunikasi organisasi tidak hanya sebagai sumber daya (dalam hal ini manajemen) yang berbicara kepada pekerja-pekerja, tetapi manajemen mendengarkan apa yang dikatakan pekerja-pekerja. Pekerja adalah yang pertama dalam pendekatan orientasi penerima (receiver). Komunikasi informal adalah sebaik komunikasi formal. Penekanannya pada saluran antar persona, khususnya pada teman sekerja. Dalam komunikasi ini sering muncul desas desus dan kabar burung. 3. Komunikasi dipandang dari pendekatan sistem dalam organisasi

Komunikasi adalah sebagai kunci pemahaman organisasi sebagai sistem sosial. Komunikasi adalah proses dasar ketergantungan bagian-bagian terhadap terhadap sistem keseluruhan. Ia dapat menjadi suatu mekanisme koordinasi. Peran dari komunikasi adalah sebagai alat untuk harmonisasi. Sistem organisasi terutama adalah sistem komunikasi. Komunikasi adalah penting sekali sebagai perekat sub sistem-sub sistem dan menjaga ikatan organisasi keseluruhan. Komunikasi melintasi batas-batas organisasi dengan lingkungannya yang juga penting.

30

Perbandingan sifat komunikasi dalam organisasi tersebut dapat diperjelas dalam tabel berikut: Tabel 8. Perbandingan Sifat Komunikasi dalam Organisasi Scientific Management, Human Relations, Pendekatan Sistem.

Uraian

Scientific Management

Human Relations

Pendekatan sistem

Pentingnya Komunikasi

Relatif kurang penting dan sebagian besar komunikasi terbatas pada pekerja manajemen

Relatif penting, tetapi terutama terbatas pada komunikasi diantara teman sekerja (peer communication). Sedikit perhatian terhadap kebutuhan komunikasi dari pekerja pada manajer.

Sangat penting, komunikasi dianggap sebagai perekat yang mengikat unit-unit organisasi dalam organisasi bersama.

Tujuan Komunikasi

Untuk menyampaikan perintah dan informasi tentang tugas pekerjaan untuk mendapatkan ketaatan dan koordinasi pelaksanaan pekerjaan tertentu.

Untuk memberikan kebutuhan kepuasan pekerjaan, untuk mengadakan interaksi lateral diantara teman sekerja dalam sekelompok kerja, untuk memberikan fasilitas peran serta anggota-anggota dalam pembuatan keputusan organisasi, dan memperoleh kedudukan yang lebih tinggi dari orientasi komunikan dengan manajemen.

Untuk mengendalikan dan mengkoordinasi serta menyediakan informasi untuk mengambil keputusan dan untuk mengatur atau menyesuaikan organisasi terhadap adanya perubahan lingkungan.

Arah Aliran Komunikasi

Vertikal (kebawah) dari manajemen ke pekerja dengan maksud untuk membujuk atau meyakinkan mereka untuk mengikuti instruksi.

Secara horizontal diantara temn sekerja didalam kelompok informal, secara vertikal antara pekerja dan manajemen dalam hal hubungan kebutuhan pekerjaan dan membuat kemungkinan berpartisipasi.

Semua arah, dalam sistem tersebut termasuk ke bawah dan ke atas, melintasi tingkat hirarki dan batasan lingkunagn organisasi.

31

Masalah yang berkaitan dengan eksistensi komunikasi itu sendiri

Perincian yang disebabkan komunikan: 1. Jalan pintas tingkatan hirarki 2. Rentang kendali yang terlalu besar

Adanya desas desus (rumor) melalui kabar burung yang merupakan suatu bagian struktur komunikasi yang tak efektif , yang ditambah dengan komunikasi yang tidak formal.

Kelebihan beban (over load), penyimpangan (distorsis) dan hilangnya komunikasi (ommision), tak adanya tanggapan terhada feed back negatif.

32

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan Istilah komunikasi berasal dari kata lain Communicatio yang artinya pemberitahuan atau berasal dari kata Communicare yang berarti menjadikan milik bersama. Jadi kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha apa yang kita sampaikan kepada orang lain tersebut seperti ide, informasi atau pengalaman kita juga menjadi miliknya. Komunikasi yang kaitannya dengan manajemen pada umumnya menggunakan teknik komunikasi yaitu ada Komunikasi langsung (direct cimmunication) berarti bertatap muka langsung yang dibagi menjadi komunikasi antar individu dan komunikasi kelompok dalam komunikasi kelompok terdapat komunikasi dengan kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar (Large groups communication, makro groups communication. Sedangkan Komunikasi Tak Langsung (indirect communication) dibagi menjadi komunikasi media massa (Komunikasi massa, mass communication, mass media communication) dan Komunikasi Media (Nir Massa) yang memiliki sifat dalam media massa, terutama sifat serentak.

3.2. Saran Agar mahasiswa mampu memahami dasar-dasar manajemen dalam hal komunikasi yang banyak hubungannya dengan manajemen keperawatan , maka harus mengetahui dan memahami tentang materi lebih lanjut dan mendalam.

33

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta. Wiyono, djoko. 1997. Manajemen Kepemimpinan Dan Organisasi Kesehatan. Airlangga University Press: Surabaya. www.google.com

34

You might also like