You are on page 1of 41

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Terima kasih penyusun ucapkan pada dosen pembimbing mata kuliah Komunitas 1 yang telah membimbing penyusun dalam pembuatan makalah yang berjudul Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Mioma Uteri . Tidak lupa juga penyusun ucapkan pada teman teman yang telah membantu menyelesaikan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penyusun menyadari makalah ini tidak lepas dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah makalah berikutnya. Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat.

Denpasar, Januari 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI B. ETIOLOGI C. PATOFISIOLOGI D. PATOGENESIS E. PATHWAY F. MANIFESTASI KLINIS G. KOMPLIKASI H. MYOMA UTERI DAN KEHAMILAN I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENUNJANG J. PENATALAKSANAAN K. ASUHAN KEPERAWATAN BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Myoma kadang-kadang disebut juga fibroid atau lemiomata adalah tumor jinak yang berasal dari sel-sel otot polos. Tumor itu mengandung sejumlah jaringan ikat yang berbeda yang mungkin terdiri dari sel-sel otot polos yang telah mengalami degenerasi. Umumnya fibroid ditemukan dalam dekade ke empat atau kelima dari kehidupan. Myoma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan infertil, bisa terjadi sebagai akibat keguguran spontan, berulang atau tertutupnya bagian tuba yang berbeda di dalam rahim. Komplikasi kehamilan bias berbentuk persalinan premature, abortus, solutio plasenta dan distocia fibroid bias tumbuh cepat dalam masa hamil dan mengalami infark. Sebuah fibroid yang mengalami infark dapat menimbulkan rasa nyeri dan bias merupakan sebuah komplikasi kehamilan yang sangat sulit menanganinya. Berdasarkan otopsi norax menemukan 27% wanita berumur 25 tahun memiliki sarang myoma. Myoma uteri belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menarche. Setelah menopause hanya kira-kira 10% myoma yang masih tumbuh. Di Indonesia myoma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Adapun dampak bila myoma uteri tidak diangkat yaitu terjadi pertumbuhan leimiosarkoma, nekrosis, dan infeksi. Untuk mencegah agar tidak terjadi dampak-dampak yang lebih parah, maka ada beberapa cara pengobatan yang dapat dilakukan, diantaranya adalah terapi operatif yaitu dengan histerektomi total abdominal. Histerektomi total abdominal dengan atau tanpa salphingektomi adalah salah satu operasi ginekologi yang paling sering dilakukan sehingga hal ini menjadi salah satu tindakan standar bagi ahli bedah ginekologi yang berpraktek. Meskipun klien telah mengalami pembedahan bukan bebrarti masalah sudah teratasi, tapi akan timbul dampak-dampak akibat pembedahan antara lain perubahan siklus hormone, menopause dini, timbul masalah coitus, peningkatan insien osteoporosis, adanya nyeri, lebih lama dalam mendapatkan kembali fungsi usus, kesulitan miksi. Oleh karena itu diperlukan perawatan yang tepat untuk mengurangi rasa sakit pada klien, mencegah komplikasisetelah operasi dan menolong penyembuhan dalam fungsi-fungsi yang normal. Perawat sebagai bagian dari integral dari pelayanan kesehatan memiliki peranan yang besar dalam proses penyembuhan penderita. Sehingga perawat harus mampu melakukan asuhan keperawatan yang benar pada pasien myoma uteri.

Tumor merupakan salah satu penyakit yang diikuti oleh wanita, sehingga masalah yang muncul pada klien myoma uteri ini tidak hanya masalah fisik tetapi juga terkait dengan masalah psikososial. Masalah fisik umumnya menyangkut nyeri, perdarahan dan masalah psikkososial mencakup cemas, gangguan body image dan proses kehilangan.

B. TUJUAN Setelah mengikuti seminar ini mahasiswa diharapkan mampu untuk : 1. 2. 3. 4. 5. Mengetahi definisi tentang myoma uteri Mengetahi etiologi myoma uteri Mengetahui manifestasi klinik dari myoma uteri Mengetahui komplikasi myoma uteri Memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan myoma uteri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA MYOMA UTERI

A. DEFINISI Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari jaringan ikat dan otot uterus yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma ataupun fibroid. (Wiknjosastro, 1999) Myoma uteri adalah tumor jinak rahim disertai jaringan ikatnya, sehingga dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominant dan lunak serta otot rahimnya dominant. (Manuaba, 1998) Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari sel-sel polos. Tumor ini mengandung sejumlah jaringan ikat yang berbeda yang mungkin terjadi dari sel-sel otot polos yang telah mengalami degenerasi di dalam uteri. (www.medicastore.com) Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus yang disebut juga leiomioma uteri atau uterin fibroid. Dikenal dua tempat asal myoma uteri yaitu servik uteri dan korpus uteri. Yang ada pada servik uteri hanya ditemukan dalam 3%, sedangkan

pada korpus uteri 97% myoma uteri banyak di terdapat pada wanita usia reproduksi terutama pada usia 35 tahun keatas dan belum pernah dilaporkan bahwa myoma uteri terjadi sebelum menarche. (Prawirohardjo, Sarwono, 1994)

B. ETIOLOGI Etiologi dari myoma uteri belum jelas, tetapi asalnya disangka dari sel-sel otot yang belum matang. Disangka bahwa estrogen mempunyai peranan penting, tetapi dengan teori ini sukar diterapkan apa sebabnya pada seorang wanita estrogen dan menyebabkan myoma, sedangkan pada wanita lain tidak. Padahal kita ketahui bahwa estrogen dihasilkan oleh semua wanita. Juga pada beberapa wanita dengan myoma dapat terjadi ovulasi yang menghasilkan progesterone yang sifatnya antiestrogenic. Percobaan pada binatang dengan penyuntikan estrogen dapat menimbulkan tumor myoma uterus tetapi sifatnya agak berbeda dengan myoma biasa. (www.blogspot.com) Walaupun myoma uteri terjadi banyak tanpa penyebab, namun dari hasil penelitian Miller dan Lipschultz yang mengutarakan bahwa terjadi myoma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada Cell Nest yang selanjutnya dapat dirangsang, terus menerus oleh estrogen. (Prawirohardjo, Sarwono, 1994)

C. PATOFISIOLOGI Myoma merupakan tumor yang paling umum pada traktus genitalia. Myoma terdiri atas serabut-serabut otot polos yang diselingi dengan untaian jaringan ikat dan dikelilingi kapsul yangn tipis. Tumor ini dapat berasal dari setiap bagian dktus Muller, tetapi paling

sering terjadi pada miometrium. Disini beberapa tumor dapat timbul secara serentak. Unkuran tumor dapat bervariasi dari sebesar kacang polong hingga sebesar bola kaki. Penyebab terjadinya myoma uteri tidak diketahui. Tumor ini mungkin berasal dari sel otot yangn normal, dan otot imatur yang ada di dalam miometrium atau dari sel embrional pada dinding darah uteri. Apapun asalnya, tumor dimulai dari benih-benih multiple yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif (bertahun-tahun, bkan dalam hitungan bulan), di bawah pengaruh estrogen sirkulasi, dan jika tidak terdeteksi dan diobati dapat membentuk tumor dengan berat 10 kg atau lebih. Namun sekarang, sudah jarang karena cepat terdeteksi. Mula-mula tumor berada intramural, tetapi ketika tumbuh dapat berkembang ke berbagai arah. Setelah menopause, ketika estrogen tidak lagi disekresi dalam jumlah yangn banyak, maka myoma cenderung mengalami atrofi. Jika tumor dipotong, akan menonjiol diatas miometrium sekitarnya karena kapsulnya berkontraksi. Warnanya abu-abu keputihan, tersusun atas berkas-berkas otot jalin menjalin dan melingkar-lingkar di dalam matriks jaringan ikat. Pada bagian perifer serabut otot tersusun atas lapisan konsentrik, dan serabut otot normal yang mengelilingi tumor berorientasi yang sama. Antara tumor dan miometrium normal, terdapat pseudokapsul, tempat masuknya pembuluh darah ke dalam myoma. Pada pemeriksaan dengan mikroskop, kelompok-kelompok sel otot berbentuk kumparan dengan inti panjang dipisahkan menjadi berkas-bebrkas oleh jaringan ikat. Karena seluruh suplai darah myoma berasal dari beberapa pembbuluh darah yang masuk dari pseudokapsul, berarti pertumbuhan tumor tersebut selalu melampaui suplai darahnya. Ini menyebabkan degenerasi, terutama pada bagian tengah myoma. Mula-mula terjadi degenerasi hialin, atau klasifikasi dapat etrjadi kapanpun oleh ahli ginekologi pada abad ke19 disebuut sebagai batu rahim. Pada kehamilan dapat terjadi komplikasi jarang (degenerasi merah). Ini diikuti ekst ravasasi darah diseluruh tumor, yang memberikan gambaran seperti daging sapi mentah. Kurang dari 0,1% terjadi perubahan tumor menjadi sarcoma. Jika myoma terletak sub endometrium, mungkin disertai dengan menorhagia. Jika perdarahan yang hebat menetap, mungki akan mengalami anemia.saat uterus berkontraksi, dapat timbul nyeri. Myoma sub endometrium yang bertangkai dapat menyebabkan persisten dari uterus.

Dimanapun posisinya di dalam uterus, myoma besar dapat menyebabkan gejala penekanan pada panggul, disuria, sering kencing dan konstipasi atau nyeri punggung jika uterus yang membesar menekan rectum. (www.nursingcentre.com)

D. PATOGENESIS Meyer Van De Snoe menganjurkan teori cell nest atau teori genitobla. Percobaan lipschuzt yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesterone atau testosterone. Pukha dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor estrogen pada myoma lebih banyak didapati dan pada miometrium normal. Menurut Meyer, asal myoma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur. Sarang myoma uterus dapat berasal dari servik uterus hanya 1-3%, sisanya adalah korpus uterus.

Menurut letaknya, myoma dapat dibagi sebagai : 1. Myoma submukosum Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Myoma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan malalui saluran servik (myomgeburt). 2. Myoma intramural

Myoma terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium. 3. Myoma subserosum Apabila tumbuh diluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Myoma subserosum dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi myoma intra ligamenter. Myoma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut wandering atau parastitic fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam myoma saja dalam satu uterus. Myoma pada servik dapat menonjol ke dalam saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila myoma dibelah maka tampak bahwa myoma terdiri atas berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde atau pusaran air whorl like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang myoma ini. Pernah ditemukan 200 sarang myoma dalam satu uterus, namun biasanya hanya 5-20 sarang saja. Dengan pertumbuhan myoma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg. jarang sekali myoma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun. Paling banyak pada umur 35-45 tahun (25%). Pertumbuhan myoma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran seperti kepalan tangan orang dewasa, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Setelah menopause, banyak myoma menjadi kisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut. Myoma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur. Factor keturunan juga memegang peran. Perubahan sekunder pada myoma uteri yang terjadi, sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang myoma.

Perubahan sekunder : 1. Atrofi Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan myoma uteri menjadi kecil. 2. Degenerasi hialin

Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil dan seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya. 3. Degenerasi kistik Dapat meliputi daerah kecil maupun luas dimana sebagian dari myoma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe, sehingga menyerupai llimfamioma. Dengan konsistensi yang lunak ini, tumor sulit dibedakan dari kista ovarium atau kista kehamilan. 4. Degenerasi membatu Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang myoma, maka myoma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto roentgen. 5. Degenerasi merah Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Pathogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis sub akut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang myoma seperti daging mentah berwarna merah, disebabkan oleh pigmen himosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tungkai tumor ovarium atau myoma bertangkai. 6. Degenerasi Ini jarang terjadi. Ini merupakan kelanjutan dari degenerasi hialin.

E. PATHWAY

Estrogen/ progesteron pada siklus menstruasi dan pada kehamilan

F. MANIFESTASI KLINIS 1. a. b. c. 2. a. b. c. 3. a. b. 4. Perdarahan abnormal Menoragia Menometroragia Metroragia Terasa nyeri Torsi bertangkai Submukosa myoma terakhir Infeksi pada myoma Pendesakan Gangguan miksi dan defekasi Perasaan tidak nyaman di bagian bawah Menimbulkan infertilitas Penekanan saluran tuba oleh myoma uteri 5. Sering abortus Gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim melalui plasenta 6. a. b. Gejala sekunder Anemia karena perdarahan Uremia, desakan ureter menimbulkan gangguan fungsi ginjal (Manuaba, 1998)

G. KOMPLIKASI 1. Pertumbuhan lemiosarkoma Myoma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar, namun tiba-tiba menjadi besar apabila hal itu terjadi setelah menopause. 2. Torsi (putaran tangkai) Ada saatnya tangkai pada myoma uteri subserosum mengalami putaran. Jika proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomen akut. 3. Nekrosis dan infeksi Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina. Dalam hal ini kemungkinan gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.

H. MYOMA UTERI DAN KEHAMILAN Myoma mungkin menurunkan fertilitas, namun tidak jarang kita melihat kasus myoma (bahkan myoma yang besar) disertai dengan kehamilan dan disusul dengan persalinan yang normal. Maka jjika tidak ada sebab-sebab infertilitas lainnya, dapat dilakukan miomektomi untuk membesarkan kemungkinan kehamilan. Angka kehamilan setelah miomektomi 25-40%. Berhasil atau tidaknya miomektomi tergantung pada factor berikut ini : 1. 2. 3. Besarnya Apakah tumornya solitaire atau multiple Lokalisasinya dalam hubungan dengan cornu dan endometrium Walaupun miomektomi tidak sering dilakukan sebagai pengobatan myoma, namun ini masih tetap mempunyai tempat pada wanita-wanita yang masih ingin memiliki anak.

Pengaruh myoma uteri pada kehamilan i. ii. iii. iv. v. vi. Kemungkinan abortus lebih besar Dapat menimbulkan kelainan letak Dapat menyebabkan plasenta previa dan plasenta accrete Dapat menimbulkan insersia uteri Jika letaknya dekat pada servik dapat menghalangi jalan lahir Dapat menimbulkan perdarahan post partum

Pengaruh kehamilan pada myoma vii. viii. Myoma umumnya membesar dalam kehamilan Dapat terjadi komplikasi seperti degenerasi merah karena gangguan peredaran darah yang menimbulkan gejala nyeri perut bagian

bawah disertai demam (Jones Derek L., 2002) Terapi myoma dengan kehamilan Sedapat-dapatnya diambil sikap yang konservatif karena miomektomi pada kehamilan sangat berbahaya disebabkan kemungkinan perdarahan hebat dan juga dapat menimbulkan abortus. Operasi terpaksa kita lakukan jika ada penyulit-penyulit yang menimbulkan gejala akut atau karena myoma sangat besar. Jika myoma menghalangi jalan lahir, maka dilakukan section caesarea disusul dengan histerektomi. Tapi jika akan dilahirkan enueleasi lebih baik ditunda sampai setelah nifas.

I. 1. a. b. c. d. e. f. 2.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENUNJANG

Pada pemeriksaan vagina tucher Vulva/uretra/vagina kesannya adalah infiltral atau tidak Portio adalah nyeri goyang atau tidak ada seberapa besarnya Orifisium uretra externium apakah tertutup atau terbuka Cavum uteri seberapa besarnya Adneksa/parametrium bagaimana kesannya Cavum dauglas bagaimana kesannya Pemeriksaan rectal tucher Tonus spingterani bagaimana kedaan dan kesannya ada atau tidak

3. a.

Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium Darah rutin : Hb, leukosit, trombosit

ah lengkap

: ureum, kreatinin, natrium, kalium, HbSAg, golongan darah, SGOT, SGPT Urin lengkap b. : pemeriksaan fisik, kimia, sedimen

Pemeriksaan USG Merupakan suatu metode diagnostic dengan menggunakan ultrasonografi, sehingga alat reproduksi bagian dalam terlihat ada pembesaran pada abdomen atau tidak.

c.

Uji sonde Uji sonde pada kasus myoma uteri harus lebih besar dari 10 cm.

J. 1.

PENATALAKSANAAN

Observasi Myoma asimptomatik yang lebih kecil dari ukuran kehamilan 14 minggu dapat diobservasi dengan beberapa pengecualian, yaitu :

a. b. c.

Jika myoma menimbulkan distorsia rongga uterus dan dianggap sebagai faktor infertilitas pada pasangan tersebut Jika myoma terletak dibagian bawah uterus atau servik sehingga menimbulkan kesulitan melahirkan Jika myoma tumbuh dengan cepat yang memebri kesan ada perubahan menjadi sarcoma. Jika myoma disertai dengan gangguan menstruasi, klien memiliki pilihan untuk menjalani histereskopi atau kuretase diagnostic yang cermat untuk menyingkirkan patologi intra uteri atau untuk menjalani terapi bedah.

2.

Miomektomi Jika klien ingin mempertahankan fungsi reproduksinya, dapat dipilih miomektomi. Operasi ini mengeluarkan semua myoma yang ditemukan dan memebentuk kembali uterus. Klien harus menerima jika timbul masalah sewaktu melakukan miomektomi ahli bedah dapat melanjutkan dengan histerektomi. Setelah miomektomi 40% wanita yang berkesempatan hamil akan hamil yang bertentangan dengan fakta ini adalah bahwa pada 5% klien myoma timbul kembali dan jumlah wanita yang sama terus mengalami menoragia, sehingga memerlukan penggunaan hormone, reseksi histeroskopik atau histerektomi.

3.

Histerektomi Adapun cara penggunaan pada myoma uteri yang perlu diangkat adalah dengan pengobatan operatif, diantaranya yaitu dengan histerektomi dan umumnya dilakukan histerektomi total abdominal. Tindakan histerektomi total tersebut dikenal dengan nama Total Abdominal Histerektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy (TAH-BSO). TAH-BSO adalah suatu tindakan pembedahan untuk

mengangkat uterus, servik, kedua tuba falopii dan ovarium dengan melakukan insisi pada dinding, perut pada malignant neoplasmatic disease, leymyoma dan chorionic endometriosis. Dari kedua pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa TAH-BSO adalah suatu tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada dinding perut untuk mengangkat uterus, servik, kedua tuba falopii dan ovarium pada malignant neoplastic disease, leymiomas dan chorionic endometriosis. Histerektomi total merupakan terapi pilihan pada wanita tua, wanita yang tidak menginginkan kehamilan lagi dan yang mengalami menoragia atau gejala penekanan yang nyata. Klien tidak boleh diburu untuk mengambil keputusan untuk melakukan histerektomi ia harus diberikan waktu untuk mempertimbangkannya dan memberikan waktu untuk bertanya mengenai histerektomi. Ahli ginekologi juga harus menjelaskan kemungkinan kesalahpahaman tentang operasi yang dimaksudkan. (Tucker, Susan Martin, 1998)

Histerektomi dibagi menjadi beberapa macam, yaitu : i. Abdominal histerektomi

Yaitu histerektomi yang dilakukan melalui dinding perut ii. Cesarean histerektomi

Yaitu secsio caesaria yang diikuti dengan pengangkatan uterus iii. Radical histerektomi

Yaitu eksisi uterus, vagina bagian atas dan parametrium iv. Subtotal histerektomi

Yaitu histerektomi dengan cara meninggikan servik v. Total histerektomi

Yaitu histerektomi dimana uterus dan servik diangkat seluruhnya

vi.

Vaginal histerektomi

Yaitu histerektomi yang dilakukan melalui vagina Histerektomi ini dilakukan apabila fungsi reproduksi tidak diperlukan dan pertumbuhan tumor sangat cepat, sebagai tindakan hemostasis, yaitu terjadi perdarahan yang terus menerus dan banyak serta tidak memebrikan pengobatan. Catatan : ix. x. xi. Histerektomi yang diupayakan untuk dilakukan adalah histerektomi total tanpa ooferectomy (kastrasi) Histerektomi subtotalis dilakukan bila terdapat kesulitan untuk melakukan histerektomi totalis Untuk wanita yang berusia lebih dari 50 tahun dapat dilakukan ooferectomy bilateral kemudian pasien dipersiapkan untuk Sebelum melakukan pembedaha, dianjurkan untuk melakukan penilaian terhadap servik dengan pemeriksaan paps smear

mendapat substitusi hormonal xii.

4.

Analog GnRH Diberikan dalam suntikan berselang waktu. Obat ini dapat menekan sekresi ekstrogen, sehingga myoma akan mengalami atrofi. Jika obat ini tidak diteruskan, myoma akan tumbuh kembali. Analog GnRH memiliki sedikit peranan pada pengobatan kasus-kasus terpilih myoma simptomatik sebelum miomektomi. Namun obat ini menimbulkan keadaan hipoestrogenik kehilangan masa tulang meningkat dan menimbulkan osteoporosis pada wanita tersebut. (Derek Llewllyn-Jones, 2002)

K. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian

Melaksanakan pengkajian secara lengkap yang berhubungan dengan myoma uteri submukosum kepada klien, kemudian dari hasil pengkajian tersebut dapat disimpulkan analisa guna menentukan perawatan selanjutnya. Pengambilan data dikelompokkan menjadi dua data, yaitu : a. Data subjektif Adalah data yang diperoleh dari pernyataan klien, meliputi : Biodata Adalah hal yang berkaitan dengan identitas klien untuk penderita myoma uteri submukosum yang perlu diperhatikan dalam mengkaji adalah umur klien, karena kasus myoma uteri banyak terjadi pada wanita dengan usia 35-45 tahun. Keluhan utama Keadaan yang dirasakan oleh klien yang paling utama. Untuk myoma uteri submukosum yang paling banyak adalah nyeri perut bagian bawah dan perdarahan abnormal. Riwayat penyakit sekarang Mulai kapan klien merasakan adanya keluhan, dan usaha apa saja yang telah dilakukan untuk mengatasi keadaan ini. Riwayat penyakit keluarga Pengkajian riwayat penyakit keluarga untuk kasus myoma uteri submukosum yang perlu dikaji adalah keluarga yang pernah atau sedang menderita penyakit yang sama (myoma), karena kasus myoma uteri submukosum dapat terjadi karena faktor keturunan. Riwayat penyakit yang lalu Apakah klien sudah pernah sakit berat sampai opname di rumah sakit, serta apakah klien pernah mengalami operasi. Riwayat kesehatan klien Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid berapa hari, lama haid, warna darah haid, HPHT kapan, terdapat sakit waktu haid atau tidak. Pada riwayat haid ini perlu dikaji karena pada kasus myoma uteri, perdarahan yang terjadi kebanyakan

perdarahan diluar siklus haid. Maka dengan kita mengetahui siklus haid klien, maka kita dapat membedakan dengan jenis perdarahan yang lain sebagai akibat perjalanan myoma uteri. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu Hamil dan persalinan berapa kali, anak hidup atau mati, usia, sehat atau tidak, penolong siapa, nifas normal atau tidak. Pada riwayat ini perlu dikaji karena myoma uteri submukosum lebih sering terjadi pada wanita nulipara. Riwayat KB Untuk mengetahui jenis KB yang dipakai oleh klien apakah menggunakan KB hormonal. Jika memakai KB jenis hormonal khususnya estrogen mempengaruhi perkembangan myoma tersebut menjadi lebih berbahay. Keadaan psikologis Untuk mengetahui keadaan psikologis klien pada penyakitnya, karena myoma uteri submukosum penerima dan keadaan psikologi klien yang baik akan sangat membantu pemberian terapi. Pengetahuan klien tentang penyakitnya Untuk mengatahui sejauh mana pengetahuan klien tentang penyakit yang diderita. Pada kasus myoma uteri submukosum perlu sekali mengetahui tentang penyakitnya, serta pengobatan apa saja yang diterima, sehingga klien menjadi siap fisik dan mental dalam melaksanakan program terapi yang diberikan. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari 1. Pola nutrisi Pola makan sehari-hari sebelum sakit dan setelah sakit apakah ada perbedaan, bagaimana nafsu makannya ada perubahan atau tidak, sehari berapa kali jumlahnya, jenis makanan yang dimakan tidak untuk kebutuhan tubuh. Begitu juga dengan kebiasaan setiap harinya berapa banyak jumlahnya, jenis air yang diminum karena pada kasus myoma uteri jika mendapat terapi kemoterapi kebanyakan nafsu makan akan menurun dan terjadi mual dan muntah sebagai efek samping dari pengobatan tersebut. 2. Pola eliminasi

BAK dan BAB apakah ada kelainan sebelum dan sesudah, dihubungkan dengan kasus myoma uteri, pengkajian ini untuk mengetahui sejauh mana kelainan pada system eliminasi ini kebanyakan terganggu. 3. Pola istirahat dan tidur Istirahat dan tidur sebelum dan setelah sakit apakah ada, berapa jam waktu istirahat pada malam hari, kalau ada gangguan yang dirasakan. 4. Pola seksual Bagaimana pola seksual selama ini, frekwensi setiap minggu berapa kali, ada tidaknya keluhan yang terjadi setelah melakukan hubungan seksual yang sesuai dengan gejala myoma uteri, yaitu perdarahan post coital. 5. Pola aktifitas pekerjaan Bagaimana aktifitas pekerjaan sebelum sakit dan sesudah apakah ada gangguan saat melakukan pekerjaan, apakah beban penyakit yang dirasakan. 6. Pola kebersihan diri dan lingkungan Bagaimana uaha klien dalam menjaga kebersihan, bagaimana keadaan lingkungan klien tinggal. 7. Peran pola hubungan Bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan sekitarnya, termasuk juga hubungan dengan dokter selama berada di rumah sakit. Pola ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana penerimaan klien terhadap saran yang diberikan. 8. Pola pertahanan diri Bagaimana cara klien dalam menghadapi penyakitnya.

b.

Data objektif Yaitu data yang bisa diukur dilihat dan didengar. Pada kasus ini kondisi klien cukup lemah dari perjalanan yang sudah cukup lama. Pemeriksaan fisik, meliputi :

Keadaan umum Untuk mengetahui keadaan klien secara umum, lemas, kesadarannya. Pada kasus myoma uteri, perdarahan yang menyebabkan keadaan umum penderita lemah. Tanda vital Tensi, suhu, respirasi, pernapasan normal atau tidak karena tanda dan gejala klien dengan myoma uteri, yaitu klien dapat menjadi takikardi, takipneu, hipotensi/hipertensi. Status present Kepala : apakah ada kerontokan pada rambut karena pada kasus myoma uteri yang disertai dengan nutrisi bisa menyebabkan rambut menjadi rontok Mata : melihat bagaimana keadaan konjungtiva anemis tidak karena pada kasus myoma uteri terjadi perdarahan banyak yang berakibat klien menjadi anemia dengan ditandai konjungtiva anemis Mulut Gigi : apakah ada stomatitis atau tidak, karena myoma uteri yang disertai dengan kurangnya vitamin C menyebabkan timbulnya stomatitis : keadaan gusi apakah ada caries atau tidak, gingivitis karena pada kasus myoma uteri dengan kurangnya nutrisi bisa menyebabkan gingivitis Leher : apakah ada kelenjar yang membesar, karena myoma uteri terjadi ketidakseimbangan hormone bisa juga menyebabkan pembesaran pada kelenjar tiroid Jantung Abdomen : apakah sering terasa sakit dan berdebar-debar pada kaus myoma uteri biasanya menyebabkan takikardi sehingga jantung berdebar : bagaimana keadaan perut, tegang atau lemas, ada nyeri tekan atau tidak, teraba massa di perut bagian bawah atau tidak, karena pada kasus myoma uteri biasanya ada nyeri tekan dan teraba massa bagian bawah

2.

Diagnosa Keperawatan Sebelum penatalaksanaan : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan torsi bertangkai Gangguan keseimabngan cairan berhubungan dengan oliguria Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan frekwensi berkemih dan disuria Gangguan pola eliminasi : BAB berhubungan dengan penekanan rectum Resti infeksi berhubungan dengan perforasi myoma akibat solusio plasenta Gangguang pola napas berhungan dengan dispneu Resti gangguan poerfusi jaringan berhubungan dengan syok hipovolemik Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan pembentukan ATP Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, diagnosis dan penatalaksanaan Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, diagnosis dan penatalaksanaan

Sesudah penatalaksanaan : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi Risiko tinggi perubahan nutrisim kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek dari pembedahan Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemajanan terhadap mikroorganisme dan penurunan sel imun

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN SEBELUM PENATALAKSANAAN

No 1.

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Mandiri : dilakukan asuhan diharapkan klien nyeri Kaji

Intervensi sifat

Rasional

Gangguan rasa nyaman Tujuan : (nyeri) berhubungan Setelah

sumber

nyeri

dan

Membantu dalam menentukan respon keperawatan yang tepat. Tingkat ketidaknyamanan

dengan torsi bertangkai

keperawatan selama 1x24 nyeri/ketidaknyamanan jam mennunjukkan berkurang. Kriteria hasil : a. Klien menyatakan nyeri hilang dan terkontrol b. c. Klien merasa nyaman Ekspresi wajah tidak Anjurkan penggunaan teknik menunjukkan menahan sakit seperti mengerutkan menggigit bibir d. Kualitas menunjukkan skala 0-3 e. Tidak melakukan perilaku distraksi dengan menentukan nyeri

berkenaan dengan aktivitas uterus dapat lebih intensif pada klien dengan hipoksia miometrium

yang dapat dihubungkan dengan pelepasan plasenta) Mengurangi rasa nyeri plasenta (abtrupsio

meringis, relaksasi dan pernapasan terkontrol Ansietas sebagai respon dahi, Kaji stress psikologis klien/perasaan terhadap situasi darurat dapat dan respon emosional terhadap kajian memperberat derajat

ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan, takut nyeri Dapat membantu dan

Berikan lingkungan yang tenang dan menurunkan tinhkat ansietas dan

kegiatan yang berulang atau aktifitas untuk mengalihkan rasa nyeri karenanya gelisah f. intruksikan klien menggunakan metode ketidaknyamanan Berikan tindakan kenyamanan (mis :

mereduksi

Respon otomptik tidak relaksasi, distraksi, jelaskan prosedur. menunjukkan : Meningkatkan relaksasi, dan

o Diaporesis o TD stabil 120/80 mmHg

masase gosokan punggung, sacrum, menurunkan sandaran bantal, berikan kompres ansietas, serta

tegangan

meningkatkan

o Pola napas efektif 24x/mnt, jeruk) tidak dispnea o Nadi : 80-100x/mnt o Suhu : 36,5-37,5 derajat celcius 2. Gangguan keseimbangan Tujuan : cairan dan elektrolit Setelah dilakukan asuhan jam diharapkan Kolaborasi : Berikan narkotik/sedative, berikan

koping dan control klien

Meningkatkan

kenyamanan risiko

obat-obatan pra operatif bila prosedur akan pembedahan diindikasikan Mandiri : Kaji dan catat jumlah, tipe, dan sisi

menurunkan

komplikasi pembedahan

Perkirakan kehilangan darah,

berhubungan oliguria

dengan keperawatan selama 1x24 perdarahan ; timbang dan hitung arterial versus vena, dan adanya klien pembalut, simpan bekuan dan jaringan bekuan-bekuan membantu menunjukkan keseimbangan untuk dievaluasi ulang oleh dokter cairan dan elektrolit adekuat. Kriteria hasil : a. b. Turgor kulit baik Haluaran urin normal : 3050ml/jam

membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan

Pantau masukan dan haluaran urin ; penggantian perhatikan berat jenis urin Penurunan haluaran urin dan peningkatan berat jenis urin

menunjukkan dehidrasi. Volume

c. d. e.

Mukosa mulut : lembab Peningkatan saliva TTV : Kaji bibir dan membrane mukosa oral dan derajat salvasi

perfusi/sirkulasi

adekuat

menunjukkan dengan haluaran 30-50ml/jam atau lebih besar Membrane mukosa/bibir yang kering adalah dehidrasi Posisikan klien dengan tepat, Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak, dan penurunan lanjut saliva dari

TD: N (120/80mmHg) Suhu : 36-37,5 RR : 16-20x/mnt N : 80-100x/mnt Ht : N (37-47)

indicator

terlentang dan panggul ditinggikan

peninggian panggul menghindari komplikasi Catat TTV, pengisian kapiler pada dasar kuku, warna Membantu menentukan darah

membran beratnya

kehilangan

mukosa/kulit dan susu, ukur tekanan meskipun sianosis dan perubahan sentral bila ada pada TD, nadu, adalah tandatanda lanjut dari kehilangan

sirkulasi terjadinya syok

Kolaborasi :

Perlu untuk infuse cepat atau

Berikan infuse 1 atau 2 IV dari cairan multiple dari cairan atau produk isotonic atau elektrolit dengan kateter darah untuk meningkatkan

18G atau melalui jalur vena sentral. volumr sirkulasi dan mencegah

Berikan darah lengkap atau produk pembekuan darah sesuai indikasi Membantu dalam menentukan

Pantau pemeriksaan laboratorium jumlah kehilangan darah. Setiap sesuai indikasi (Ht dan Hb) ml darah membawa 0,5 mgHb

3.

Gangguan pola eliminasi Tujuan : urin berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan peningkatan berkemih dan disuria jam diharapkan klien

Mandiri : Perhatikan pola berkemih dan awasi tentang Dapatmengidentifikasi jumlah urin Mengetahui kantong kemih Berikan informasi Ibu yangn ISK berespon baik distensi pada

frekwensi keperawatan selama 1x24 haluaran urin Palpasi kantong kemih menunjukkan pola eliminasi urin kembali normal. Kriteria hasil : a. b. Kantong kemih kosong

tanda/gejala ISK. Tekankan perlunya pada tindakan setelah diberikan melaporkan tanda-tanda infeksi ke informasi

Klien berkemih secara petugas kesehatan serta tidak meminum teratur dan tuntas obat sampai pemberitahuan selanjutnya Haluaran urin normal 30- Anjurkan untuk mempraktikan 50 ml/jam latihan Kegel (pengencangan perineum) sepanjang hari

c.

Memperbaiki dukungan organ pelvis, menguatkan elastisitas dan otot

meningkatkan

pubokoksigeus; lebih mengontrol perkemihan 4. Gangguan eliminasi popla Tujuan : BAB Setelah dilakukan asuhan Mandiri : Auskkultasi adanya bising usus, Mengevaluasi fungsi usus

berhubungan penekanan rektum

dengan keperawatan selama 1x24 perhatikan jam diharapkan klien normal menunjukkan pola eliminasi (BAB) biassa. Kriteria hasil : a. Klien dapat kembali BAB seperti biasa b. normal/seperti

kebiasaan

pengosongan

Kaji adanya hemoroid

Perdarahan atau nyeri hemoroid dapat meningkatkan

kemungkinan bahwa klien akan menunda defekasi, yang akan memperberat Berikan laksatif, pelunak feses, Untuk mengembalikan

Tidak adanya massa dalam supositoria, atau enema abdomen Klien tidak mengeluh adanya defekasi hemoroid saat

kebiasaan defekasi normal dan mencegah atau stress perineal selam pengosongan

c.

5.

Resti gangguan perfusi Tujuan : jaringan berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1x24 jam klien perfusi diharapkan menunjukkan jaringan adekuat. Kriteria hasil : a. b. TTV normal Kulit hangat, kering

Mandiri : Pantau TTV Merupakan indicator dari

dengan syok hipovolemik keperawatan

volume sirkulasi fungsi organ Pantau jumlah perdarahan Perdarahan lebih mengacu pada hipovolemia Pantau suhu kulit, palpasi denyut nadi perifer Kulit dingin lembab, denyut nadi lemah menunjukkan

penurunan sirkulasi perifer Kolaborasi :

c.

Tidak terdapat sianosis

Beri terapi IV produk darah sesuai indikasi Berikan obat-obatan anti embolik sesuai dengan indikasi

Volume sirkulasi, mendukung terjadinya perfusi jaringan Membalikkan aliran darah vena dan mencegah aliran darah statis menurunkan risiko trombosis

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN SETELAH PENATALAKSANAAN

No

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Rasional

1.

Kerusakan kulit

integritas Setelah berhubungan tindakan

dilakukan Mandiri : keperawatan Beri pengutan pada balutan Lindungi luka dari perlukaan

dengan luka insisi

diharapkan

klien

dapat awal/penggantian

sesuai

indikasi. mekanis dan kontaminasi

mencapai pemulihan luka Gunakan teknik aseptic yang kuat dengan criteria hasil : a. Pemulihan dengan baik b. Tidak terjadi komplikasi (infeksi) Secara hahti-hati lepaskan perekat Mengurangi risiko trauma

jaringan (sesuai arah pertumbuhan rambut) kulit dan gangguan pada luka dan pembalut pada waktu mengganti Gunakan perekat yang halus/silk (hipoalergik atau perekat Menurunkan risiko terjadinya

montgoumery/elastis

untuk trauma kulit atau abrasi dan perlindungan kulit atau

membalut luka yang membutuhkan memberikan pergantian balutan yang sering) perekat pada pusat insisi ke tepi luar tambahan untuk

Periksa tegangan balutan. Beri jaringan yang halus Dapat mengganggu sirkulasi atau pada

dari balutan luka. Hindari menutup membendung kasa seluruh ekstremitas

luka sekaligus bagian distal dari

Periksa luka secara teratur, catat ekstremitas karakteristik dan integritas kulit Pengenalan akan adanya

kegagalan proses penyembuhan luka/berkembangnya komplikasi secara didni dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius Pantau tanda-tanda vita dengan Mungkin indikatif terjadinya

sering, perhatikan demam, takikardi

infeksi

yang

menunjang luka

perlambatan

pemulihan

dan pemisahan luka/dehisens Kolaborasi : Gunakan korset pada abdominal bila dibutuhkan dengan Memberi tambahan pada pengencangan insisi yang

berisiko tinggi Irigasi melakukan kebutuhan Mandiri : 2. Risiko tinggi perubahan Setelah diberikan asuhan Pantau masukan makanan setiap Mengidentifikasi kekurangan nutrisi kurang dari keperawatan selama 1x24 hari nutrisi atau kebutuhan terapi kebutuhan tubuh jam, klien tercukupi berhubungan dengan kebutuhan nutrisinya, Ukur berat badan dan ketebalan Membantu dalam identifikasi dengan criteria hasil : llipatan kulit trisep (pengukuran malnutrisi protein kalori, a. Peningkatan berat badan antropometrik lainnya sesuai khususnya bila berat badan dan b. Tidak ada tanda-tanda indikasi) pengukuran antropometrik malnutrisi kurang dari normal c. Pengungkapan pemahaman nutrisi tentang Lingkungan dapat luka; Bantu Membuang eksudat jaringan untuk

debridemen

sesuai nekrotik/luka

meningkatkan penyembuhan

efek dari pembedahan

Kontrol factor lingkungan (mis : mengurangi rasa mual atau bau tidak sedap). Hindari makanan muntah

d. Turgor kulit baik e. TTV stabil

yang manis, berlemak dan pedas

Meningkatkan selera makan

Ciptakan suasana makan yang klien menyenangkan Mual atau muntah psikogenik

Identifikasi pasien yang mengalami terjadi sebelum pembedahan mual yang diantisipasi dimulai secara umum tidak berespon antiemetik Mencegah/menurunkan terhadap obat

Dorong relaksasi,

penggunaan visualisasi

teknik awitan mual dan kemungkinan

bimbingan klien meningkatkan masukan

imajinasi, latihan sedang sebelum oral makan

Kolaborasi :

Memberikan nutrient cukup memperbaiki penggunaan energi, otot,

Berikan diet tinggi karbohidrat dan untuk tinggi protein, dengan

masukan mencegah

cairan adekuat

meningkatkan

regenerasi dan

jaringan/penyembuhan, keseimbangan elektrolit Menggantikan

kehilangan karena

Berikan multivitamin, mis : B12 vitamin dan susu malnutrisi/anemia

Mual

atau

muntah

Berikan antiemetik pada jadwal menurunkan kemampuan dan regular sebelum/selama dan setelah efek samping psikologis dari pemberian antineoplastik pembedahan menimbulkan stress Individual berespon secara berbeda pada semua obat. yang

Evaluasi keefektifan antiemetik

Antiemetik tidak

firstine

mungkin

bekerja, atau

memerlukan kombinasi

perubahan terapi obat Rujuk ke ahli gizi

Berguna untuk program diet individu kebutuhan untuk memenuhi dan

individu

menurunkan masalah berkenaan dengan malnutrisi protein/kalori dan defisiensi mikronutrien 3. Risiko tinggi terhadap Setelah diberikan asuhan Mandiri : infeksi dengan terhadap mikroorganisme, berhubungan keperawatan selama 1x24 pemajanan jam, klien mengalami infeksi akibat komplikasi penyakit, Pantau suhu tubuh Control infeksi, sterilisasi, dan Tetapkan mekanisme yang dirancang infeksi Identifikasi dini proses infeksi untuk mencegah

tidak prosedur/kebijakan aseptic

penurunan sel imun

dengan criteria hasil : a. Mencapai penyembuhan luka tepat waktu bebas eksudat purulen b. Tidak demam Tekankan pentingnya hygiene oral

memungkinkan

terapi

yang

tepat untuk dimulai dengan segera Terjadinya meningkatkan stomatitis risiko

infeksi/pertumbuhan sekunder Uji kesterilan semua peralatan Benda-benda yang dipaket mungkin steril, meskipun

demikian setiap benda harus secara teliti diperiksa adanya pemaketan,

kesterilannya, kerusakan pada

efek lingkungan pada paket dan teknik pengiriman sterilisasi kadaluarsa, harus

paket/tanggal nomor lot/seri

didokumentasikan jika perlu Peningkatan SDP akan

Ulangi studi laboratorium untuk mengindikasikan adanya infeksi kemungkinan infeksi sistemik dimana prosedur operasi akan mengurangi atau munculnya

infeksi sistemik/organ. Dimana

mungkin dapat menyebabkan kontra indikasi dari prosedur pembedahan dan/atau anestesi Gangguan pada integritas kulit atau dekat dengan lokasi Periksa kulit untuk memeriksa operasi adanya infeksi yang terjadi kontaminasi Menggunting/bercukur atau sumber luka. secara

berhati-hati adalah imperative untuk mencegah abrasi Kontaminasi lingkungan/kontak dengan personal

Identifikasi gangguan pada teknik akan menyebabkan daerah yang aseptic dan atasi dengan segera pada steril waktu terjadi menjadi tidak steril

sehingga dapat meningkatkan risiko infeksi

Dapat digunakan pada intra operasi untuk mengurangi

Kolaborasi : Lakukan irigasi luka yang banyak

jumlah bakteri pada lokasi dan pembersihan luka debris, mis : tulang, jaringan iskemik,

kintaminan usus, toksin Identifikasi segera tipe-tipe organisme Dapatkan kultur/pewarnaan Gram specimen pewarnaan infeksi Gram, dengan yang

memungkinkan diperlukannya pengobatan yang sesuai pada waktu identifikasi yang lebih khusus melalui kultur dapat diperoleh dalam waktu

beberapa hari/jam Dapat profilaksis Berikan antibiotic sesuai petunjuk terjadinya kontaminasi diberikan bila infeksi secara dicurigai atau

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Kanker serviks dan mioma uteri merupakan kanker terbanyak pada wanita. Kanker serviks enyebabnya tidak jelas namun diduga dipengruhi oleh : prilaku sek, personal higiene, lingkungan maupun pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan pada klien yang menderita Suspek kanker serviks merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan yang komprehensif dan unik tergantung dari fase dan derajat kanker yang ditemukan serta kondisi bio-psiko-sosial dari klien.Diagnose dan tindakan yang muncul tidak sama pada setiap klien tergantung dari situasi dan keadaan individu saat kasus tersebut ditemukan.Asuhan keperawatan yang dilakukan di poliklinik kandungan sangat waktu dan kualitasnya terbatas, sehingga diperlukan suatu teknik pendekatan skala prioritas agar masalah pokok bisa diatasi tanpa melupakan masalah yang lain

B. Saran Pemberian asuhan keperawatan harus memperhatikan sumberdaya dan kesiapan mental yang dimiliki oleh klien untuk mencegah timbulnya masalah yang tidak diinginkan. Perlu adanya pola pendekatan dengan model asuhan keperawatan yang benar dalam perawatan klien.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. Marilyn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC. Gale, Danielle. Charotte, Jane. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC. Jakarta Http://www.balipost.com/ Http://www.blogspot.com/ Http://www.medicastore.com/ Http://www.nursingcentre.com/

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC. Mochtar, Rustam. 1998. Simposium Obstetri. Jilid I. Jakarta: EGC. Prawirohardjo, S. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI. Prawirohardjo, S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI. Sylvia, A.P. Lorraine, Mc Carty. 1995. Patofisiologi. Jakarta. EGC Wiknjosastro, H. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

You might also like