You are on page 1of 14

1

PENDAHULUAN Latar Belakang Sawi adalah sayuran terpenting dalam spesies ini. Tanaman ini dikenal sebagai petsai (bahasa Mandarin, yang berarti sayuran putih), dan di AS dikenal sebagai rapa atau kubis rapa. Sayuran ini sangat penting di Cina dan Korea, dan belakangan ini hanya kalah penting oleh Radish dan kubis di Jepang. Sawi putih diyakini berasal dari Cina dan mungkin berevolusi melalui persilangan alami dengan Pakchoi yang tidak membentuk kepala dan atau turnip, yang keduanya telah ditanam selama lebih dari 1600 tahun (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Sawi (Brassica juncea L.) sudah lama di kenal di banyak Negara. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daratan Asia Tengah dan menyebar ke benua Eropa melalui Yunani. Bagaimana sawi masuk ke Indonesia tidak diketahui pasti, tetapi saat ini sawi sudah merupakan sayuran yang sangat di kenal di berbagai golongan masyarakat Indonesia (Novary, 1997). Bentuk sawi (Brassica juncea L.) meliputi pembentuk kepala, ukuran besar, kecil, daun keriting, tangkai daun besar, tangkai daun hijau, akar, batang besar, tajuk lunak dan daftar nama lain yang hamper tak terhingga. Karakteristik ini telah diidentifikasi melalui subdisi sebagai varietas botanis. Tanaman ini banyak di tanam dan dihasilkan dalam volume besar (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Sawi berbeda dengan petsai. Petsai adalah tanaman dataran tinggi sementara sawi bisa juga ditanam pada dataran rendah. Batang sawi ramping dan lebih hijau sedangkan petsai gemuk dan berkelompok dengan daun putih kehijauan. Ciri sawi yang khas ialah berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Sawi

yang banyak ditanam di Indonesia sebenarnya dikenal juga dengan nama caisim (Nazaruddin, 2000). Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO (NH2)2, pupuk padat berbentuk butiran bulat kecil (diameter lebih kurang 1 mm). pupuk ini mempunyai kadar N 45 % - 46 %. Urea larut sempurna di dalam air dan tidak mengasamkan tanah (Cahyono, 2003). Sawi merupakan tanaman semusim, berdaun lonjong halus, tidak memiliki bulu bulu dan tidak berkrop. Tanaman ini sudah dikenal oleh masyarakat sebagai sayuran daun (Setiawan, 1995). Tujuan Percobaan Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui tanggap

pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea L.) Terhadap Pemberian berbagai Dosis Pupuk Urea. Kegunaan Penulisan Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Dasar Agronomi Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Edmond dkk (1977) tanaman sawi putih dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Species : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Brassicales : Brassicaceae : Brassica : Brassica juncea L.

Tanaman sawi umumnya akar tunggang awalnya ramping, tumbuh menjadi kentara, tetapi jika dipindah tanamkan, menjadi tidak terlihat dan menghasilkan sistem perakaran yang melebar luas dan percabangan yanga sangat halus, sebagian besar perkembangan akar terjadi pada kedalaman 30 cm dari permukaan tanah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997). Tanaman sawi memiliki batang sejati pendek dan tegap terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah. Batang sejati bersifat tidak keras dan berwarna kehijauan atau keputih putihan. (Lingga, 1993). Daun tanaman sawi berbentuk bulat atau bulat panjang (lonjong) ada yang lebar dan sempit, ada yang berkerut kerut (keriting), tidak berbulu, berwarna hijau tua, hijau keputih putihan sampai hijau tua.(Prihmantoro dan Indriani, 1999).

Morfologi Tanaman 1. Akar

Sistem perakaran tanaman sawi yaitu akar tunggang (radix primaria) menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30-50 cm (Rukmana,1994). 2. Batang

Batang tanaman sawi berupa batang yang pendek dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak kelihatan (Haryanto, dkk, 2001). 3. Daun

Daun tanaman sawi berupa daun yang bersayap, bertangkai panjang dan bentuknya pipih serta berwarna hijau (Rukmana,1994). 4. Bunga

Bunga tanaman sawi tersusun dalam tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tipa kuntumnya terdiri atas empat helai kelopak, empat helai mahkota bunga yang berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah putik yang berongga dua (Tindall, 1983) 5. Buah

Buah tanaman sawi berupa buah dengan tipe buah polong yang bentuknya memanjang dan berongga. Tiap buah (polong) berisi 2-8 butir biji sawi (Rukmana,1994). Syarat Tumbuh 1) Iklim Iklim merupakan salah atu faktor yang paling berperan dalam pertumbuhan dan produksi tanaman sayuran. Setiap jenis tanaman sayuran

mempunyai respons yang berbeda beda terhadap ilim. Oleh sebab itu, pemilihan lokasi untuk suatu jenis sayuran harus di sesuaikan dengan keadaan iklim setempat. (Lingga, 1993). Sawi dapat ditanam di dataran tinggi maupun dataran rendah. Akan tetapi, umumnya sawi diusahakan orang di dataran rendah yaitu pekarangan, ladang atau di sawah, jarang diuasahakan di daerah pegunungan (Setiawan, 1995). Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir musim penghujan (Lingga, 1993). Sawi merupakan tanaman tahan hujan. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secar teratur. Tanaman sawi lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang (www.must-anast.pdf, 2010). Sawi termasuk tanaman sayuran yang tahan terhadap hujan. Sehingga ia dapat ditanam di sepanjang tahun, asalkan pada saat musim kemarau disediakan air yang cukup untuk penyiraman (Ashari, 1995). 2) Tanah Lahan merupakan sumber daya alam bersifat dinamis yang tercermin dari pertumbuhan tanaman di atasnya. Meskipun demikian, di sadari tidak semua jenis tanah pada suatu lahan di Indonesia cocok atau dapat diusahakan secara baik

untuk pembudidayaan sayuran komersial. Hal ini disebabkan oleh beberapa pertimbangan khusus misalnya keadaan fisik dan kimia atau kesuburannya yang harus di kelola khusus (Lingga, 1993). Tanah yang cocok pada pertanaman sawi adalah latosol, andosol, dan regosol. Derajat keasaman tanah (PH) yang cocok untuk tanaman sawi adalah 6-7 dan kandungan air tanah yang cukup.(Majumdar, 1983). Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Lingga, 1993). Persyaratan tanah untuk tanaman sawi adalah subur gembur dan banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah yang paling baik yaitu lempung berpasir atau lempung berdebu (Setiawan, 1995). Pupuk Pemupukan di lakukan selama awal pertumbuhan hingga tanaman berbuah. Pemupukan dilakukan menurut stadium pertumbuhan tanaman. Pupuk yang diberikan adalah jenis pupuk anorganik atau pupuk kimia buatan pabrik yaitu pupuk nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K). Ketiga jenis pupuk ini merupakan pupuk utama yang harus diberikan karena dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah banyak. Sementara, di dalam tanah, kandungan ketiga unsur tersebut sedikit. (Cahyono, 2003). Pupuk nitrogen yang digunakan misalnya ZA, urea, PN (Potasium Nitrat), atau CPN (Chilean Potasium Nitrat). Pupuk fosfat yang digunakan misalnya DS (double super phospat), SP 36 (super phospat), atau FMP ( fused magnesium

phosphat). Pupuk kalium yang sering digunakan misalnya ZK, KCl, atau MOP (Muriate of Potash). Selain jenis jenis tersebut, dapat digunakan pupuk tunggal (Urea, SP 36, dan KCl) atau pupuk majemuk (NPK 15-15-15). (Cahyono, 2003). 1) Pupuk Urea Urea termasuk pupuk yang higroskopis (mudah menarik uap air). Pada kelembaban 73% ia sudah menarik uap air dari udara. Oleh karena itu ia mudah larut dalam air dan mudah diserap oleh tanaman. Keuntungan dari urea ini adalah kadar hara N-nya tinggi. Tapi banyak juga kejelekannya. Kalau ia diberikan ke tanah misalnya, maka ia mudah berubah menjadi amoniak dan karbondioksida (Lingga, 1993). Sifat urea lain yang tidak menguntungkan ialah sangat higrokopis dan mulai menarik air dari udara pada kelembaban nisbi 73%. Urea tidak bersifat menginosir dalam larutan sehingga mudah mengalami pencucian, karena tidak cepat terjerap oleh koloid tanah. Untuk dapat diserap oleh akar tanama urea harus mengalami proses ammonifikasi dan nitrifikasi lebih dahulu, maka jika dibandingkan dengan pupuk ZA, bekerjanya pupuk urea lambat.(Cahyono, 2003). Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH 2)2, pupuk padat berbentuk butiran bulat kecil (diameter lebih kurang 1 mm). Pupuk ini mempunyai kadar N 45%-46%. Urea larut sempurna di dalam air, dan tidak mengasamkan tanah (Majumdar, 1983). Cepat dan lambatnya perubahan bentuk amide dari urea kebentuk senyawa N yang dapat diserap oleh tanaman sangat bergantung pada beberapa faktor ialah keadaan populasi, aktivitas mikroorganisme, kadar air dari tanah, temperatur tanah dan banyaknya pupuk urea yang diberikan (Haryanto, 2007).

Kehilangan N akan meningkat dengan makin berkurangnya air tanah. Hal yang demikian tidak akan terjadi pada urea atau pupuk N-amonium lainnya bila diberikan pada lapisan reduksi. Pada lapisan reduksi NH4 lebih stabil. (Cahyono, 2003). Gejala kekurangan unsur hara ini dapat terlihat dimulai dari daunnya warnanya yang hijau agak kekuning kuningan selanjutnya berubah menjadi kuning lengkap. Jaringan daun mati dan inilah yang menyebabkan daun selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan. Pada tanaman dewasa pertumbuhan terhambat akan berpengaruh terhadap pembuahan yang dalam hal ini perkembangan buah tidak sempurna umumnya kecil kecil dan cepat matang (Majumdar, 1983). 2) Pupuk TSP Pupuk TSP dikenal pula dengan sebutan Enkel-super-fosfat, disingkat ES. Bentuknya berupa bubuk berwarna abu-abu dan mengandung zat fosfat (P) 14 -20%. Pupuk ini dibuat dari fosfat alam dan asam belerang. (Lingga, 1993). Pupuk TSP ini mudah larut dalam air dan agak sedikit higroskopis. Pupuk ini cocok dicampuk dengan ZA, karena amoniaknya akan terikat. Cuma kalau di campur sering mengeras sehingga perlu dihaluskan dulu sebelum dipakai. Sewaktu memebrikan puppuk ini harus dibenamkan agar mencapai perakaran tanaman. Kalau tidak, akan dihanyutkan oleh air. (Cahyono, 2003). Defisiensi unsur P akan menimbulkan hambatan pada pertumbuhan sistem perakaran, daun, batang seperti misalnya pada tanaman serelia, daun daunnya berwarna hijau tua atau keabu abuan, mengkilap sering pula terdapat pigmen

merah pada daun bagian bawah selanjutnya mati. Tangkai daunnya kelihatan lancip lancip. Pembentukan buah jelek merugikan hasil biji. (Haryanto, 2001). 3) Pupuk KCl Kalium merupakan unsur hara essensial bagi tanaman bahkan semua mahluk hidup. Tidak ada unsur lain yang dapat menggantikan fungsi unsur ini spesifiknya dalam tanamn dan merupakan satu dari tiga unsur makro yamg utama, selain N dan P. Sebagian tanaman mengandung unsur K hampir sama dengan N dan lebih tinggi dari unsur P. Kalium di dalam jaringan tanaman ada dalam berat kering daun yang tumbuh secara normal. Ion K dalam tanaman berfungsi sebagai aktivator dari banyak enzim yang berpatisipasi dalam beberapa metabolisme utama tanaman (Lingga, 1993). Unsur K diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dan dijumpai di dalam tanah dalam jumlah yang berpariasi, namun jumlahnya dalam keadaan yang tersedia bagi tanaman biasanya kecil. Kalium yang ditambahkan dalam tanah biasanya dalam bentuk garam-garam yamg mudah larut seperti KCL, KNO3, dan KMgSO4 (Haryanto, 2001). Gejala kekurangan KCl banyak ditunjukkan dengan beberapa cara / penampilan. Gejala yang paling menonjol adalah tanda-tanda terbakarnya daun yang dimulai dari ujung atau pinggir daun. Gejala ini nampak dimulai dari daundaun yang lebih tua. Selain itu gejala kekurangan K dapat dilihat kenampakan visualnya pada tanaman adalah bercak-bercak nekrotik berwarna coklat pada daun-daun dan batang batang yang tua. Berdasarkan studi anatomi dengan menggunakan mikroskop cahayaterlihat bahwa titik-titik nekrotik dimulai

10

rusaknya sel pada lapisan sel luar. Sedangkan dengan elektromikroskop diketahuui adanya kerusakan kloroplas dan pecahnya mitokondria. (Cahyono, 2003).

11

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan Percobaan ini dilakukan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian 25 m dpl. Percobaan ini dilakukan pada tanggal 13 April 2013 sampai tanggal 11 mei 2013. Bahan dan Alat Bahan 1) Benih atau bibit sawi, berfungsi sebagai bahan yang akan di tanam 2) Pupuk Urea, TSP, dan KCl, berfungsi sebagai penambah unsur hara bagi tanaman. 3) Kapur Dolomit, untuk membuat pH tanah yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi. 4) Air, berfungsi untuk membasahi tanah agar tidak kering dan terus lembab 5) Plastik, untuk media hasil panen Alat 1) Cangkul, berfungsi untuk menggemburkan tanah sebelum dilakukan persemaian. 2) Gembor, berfungsi sebagai alat untuk menyiram benih yang telah disemaikan. 3) Garu, berfungsi untuk lebih menghancurkan dan meratakan permukaan tanah 4) Meteran, berfungsi untuk mengukur lahan yang diolah 5) Tali plastik, berfungsi untuk membatasi lahan yang diolah. 6) Tiang pacak, berfungsi sebagai tempat untuk mengikat plastik dan memberi batas pada lahan. 7) Timbangan, untuk mengukur berat hasil panen

12

8) Kamera, untuk mengambil gambar lahan dan tanaman sawi seabagai lampiran pada laporan akhir. 9) Gunting atau pisau, alat untuk panen hasil produksi Prosedur Kerja 1) Pengolahan Tanah dan Pembuatan Bedengan Ukur petakan tanah dengan panjang 2 m dan lebar 1 m Tanah di cangkul sampai gembur sedalam 30 cm dan bersihkan dari sampah-sampah. Buat bedengan dengan bentuk Lebar bagian bawah 1 m, panjang permukaan 2 m, dan tinggi 30 cm Lebar selokan bagian bawah 30 cm Bedengan di pertinggi dengan tanah galian selokan Tepi bedengan didapatkan agar tidak longsor

2) Persemaian Benih Persemaian di awali dengan menyebar benih pada bedengan berukuran 2m x 2m Media persemaian terdiri dari campuran pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan (1:1:1) Sebelum dilakukan pembenihan, terlebih dahulu benih direndam di dalam air selama 10 menit Setelah media semai sipa, biji biji sawi di taburkan di atas bedengan persemaian kemudian ditutup kembali secara tipis-tipis dengan media tanamnya kira kir aketebalannya 0.5 cm

13

Jarak pertaburan benih diatur agar tumbuhnya bibit tidak terlalu berdesakan

Penyiraman dengan menggunakan gembor dilakukan setiap hari agar benih tidak kekeringan dan cepat tumbuh

Bibit yang sudah berumur 2-3 minggu setelah semai (kira-kira berdaun 3-4 helai) siap untuk dipindahkan ke petak percobaan

3) Bercocok Tanam Ukurlah lahan yang inginm di olah Di awali pengolahan tanah dan pembersihan lahan dari gulma Olah tanah dengan kedalaman 30 cm dengan cangkul Menanam tanaman sawi Buatlah lubang tanam 2-3 cm dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm Masukkan 2 benih per lubang tanam Tutup kembali dengan tanah Siram dengan air secukupnya

4) Panen Sebelum panen, ambil terlebih dahulu gambar lahan dan sampel hasil panen sebagai lampiran dalam laporan akhir Panenlah hasil produksi tanaman sawi pada bedengan yang telah diolah.

DAFTAR PUSTAKA Ashari, S.1995.Hortikultura Aspek Budidaya.UI Press:Jakarta

14

Cahyono, B.2003.Cabai dan Paprika.Penerbit Kansius:Yogyakarta Edmond,J.B.,T.L.Senn.,F.S.Andrews.,R.G.Halfacre.1977.Fundamentals of Horticulture.Fourth edition.Tata Mc Graw-Hill Publishing Company LTD: New Delhi Haryanto, Eko dkk.2001.Sawi dan Selada.Penebar Swadaya: Jakarta Lingga,P.1993.Sayur Komersial.Penebar Swadaya:Jakarta Majumdar, A.A.K.1983.Dasar dasar bercocok tanam.Kansius:Yogyakarta Nazaruddin.2000.Budi Daya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya:Jakarta Novary,E.W.1997.Penanganan dan Pengolahan Sayuran Segar. Penebar Swadaya:Jakarta Prihmantoro,H dan Y.H.Indriani.1999.Hidroponik Sayuran Semusim. Penebar Swadaya:Jakarta Rubatzky,V.E dan Yamaguchi.1998.Sayuran Dunia.Jilid Kedua.Penerbit ITB:Bandung Rukmana,R.1994.Bertanam Petsai dan Sawi.Kanisius:Yogyakarta Setiawan,A.I.1995.Sayuran Dataran Tinggi Budidaya dan Pengaturan Panen. Penebar Swadaya:Jakarta Tindall,H.D.1983.Vegetables in the Tropics.The Macmillan Press LTD:London www.must-anast.pdf. 2010. Tanaman Sawi. Diakses pada tanggal 22 mei 2013

You might also like