You are on page 1of 106

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Resume ini tepat pada waktunya. Tugas Resume ini selain disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Penelitian Pendidikan Kimia, tetapi lebih dari itu juga sebagai wahana pembelajaran bagi penulis guna mengetahui dan mengaktualisasikan diri menurut pengetahuan yang penulis peroleh dari lembaga pendidikan. Selama penyusunan resume ini, penulis banyak memperoleh bantuan, baik itu bimbingan, petunjuk maupun arahan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada Prof. Dr. H. Fuad Abd. Rachman, M.Pd. dan Dr. Hartono, M.A. yang telah membantu penulis dalam penyelesaian tugas Resume ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak lain yang telah banyak membantu. penulis menyadari bahwa tugas Resume ini masih jauh dari tatanan kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan serta akan penulis terima dengan hati yang ikhlas dan tangan terbuka demi bekal pembelajaran dan perbaikan pada masa yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap agar tugas resume Penelitian Pendidikan Kimia ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Palembang, Juni 2013

Penulis,

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 1

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ 1 Daftar Isi...................................................................................................................2

HAKIKAT PENELITIAN DAN JENIS PENELITIAN .................................... 3

PROPOSAL PENELITIAN ............................................................................. 15

SUMBER MASALAH DAN VARIABEL PENELITIAN ............................. 30

POPULASI DAN SAMPEL ........................................................................... 43

KAJIAN TEORITIS/TINJAUAN PUSTAKA DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN ................................................................................................ 51

HIPOTESIS PENELITIAN ............................................................................. 64

TEKNIK PENGUMPULAN, PENGOLAHAN , ANALISIS DATA, PENYUSUN LAPORAN HASIL PENELITIAN ........................................... 74

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) ................................................... 85

METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN (R&D) .......................100

Daftar Pustaka ......................................................................................................106

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 2

HAKIKAT PENELITIAN DAN JENIS PENELITIAN

A. HAKIKAT PENGETAHUAN Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia.

Cara memperoleh pengetahuan (Sumber Pengetahuan) : Wahyu Pengetahuan yang datangnya dari Tuhan melalui kitab suci. Pengalaman Dari pengalaman, orang mendapatkan pengetahuan apapun dari yang dialami akan menjadi pengetahuan. Pengalaman bisa jadi pengetahuan jika memiliki kepentingan akan dialami. Pengalaman yang banyak tidak menjamin pengetahuan yang didapat akan banyak pula. Otoritas Otoritas atau kewenangan atau kepakaran. Jika kita ingin mendapatkan pengetahuan tentang sesuatu, sebaiknya ditanyakan pada ahlinya, artinya harus ditelaah terlebih dahulu. Berpikir Deduktif (umum-khusus) Dari umum ke khusus atau dari sadar ke tidak sadar. Jika pengetahuan deduktif itu diterapkan, maka pengetahuannya/cara berpikirnya secara umum. Di mana penalaran deduktif ini memiliki kelemahan yaitu terdapat banyak pengecualian. Berpikir Induktif (khusus-umum) Mengambil keputusan dari pengalaman, belajar dari hal-hal yang khusus atau belajar dari pengalaman. Di mana penalaran induktif ini memiliki kelemahan yaitu jika tidak dibatasi, maka banyak penyimpangan jadi harus dilakukan pembatasan populasi. Metode Ilmiah Proses untuk mendapatkan pengetahuan dengan dua metode yaitu berpikir deduktif dan induktif.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 3

B. KEBENARAN 1. KEBENARAN MUTLAK (WAHYU/AGAMA) YAKIN ------ DIPELAJARI ------ LEBIH YAKIN Tidak bisa dibantah, bermula dari suatu keyakinan lalu dipelajari agar lebih meyakinkan 2. KEBENARAN ILMIAH (ILMU/SAINS) RAGU -------- DIPELAJARI ------- YAKIN Kebenaran ilmiah (sains/ilmu) adalah: 1. Sesuai dengan akal/pikiran manusia berdasarkan pengetahuan yang ada (rasional/masuk akal) 2. Sesuai dengan hasil penginderaan manusia berdasarkan pengalaman empiris Sifat Kebenaran ilmiah, yaitu : a. Relatif artinya tidak mutlak/suatu saat tidak benar b. Tentatif artinya kebenaran itu akan tetap dijadikan kebenaran sebelum ada yang menyangkalnya (bersifat sementara) Ciri-ciri Kebenaran Ilmiah Sesuai dengan rasio/akal manusia berdasarkan pengetahuan yang dimiliki Contoh kayu dibakar jadi abu atau arang memang sesuai dengan rasio pengetahuan manusia. Sesuai dengan hasil penginderaan/pengalaman empiris (sesuatu yang tidak bisa diamati secara empiris, maka tidak bisa dikatakan sebagai ilmu) Umumnya, suatu kebenaran ilmiah dapat diterima dikarenakan oleh tiga hal, yaitu 1) adanya koheren 2) adanya koresponden, dan 3) pragmatis.

Kebenaran Nonilmiah Tidak selamanya penemuan kebenaran diperoleh secara ilmiah.

Kadangkala kebenaran dapat ditemukan melalui proses nonilmiah, seperti :

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 4

a. Penemuan kebenaran secara kebetulan Penemuan kebenaran secara kebetulan tidak lain dari takdir Tuhan. Walaupun penemuan kebenaran secara kebetulan bukanlah kebenaran yang ditemukan secara ilmiah, tetapi banyak penemuan tersebut telah menggoncangkan dunia ilmu pengetahuan b. Penemuan kebenaran secara common sense (akal sehat) Penemuan sense merupakan serangkaian konsep atau bagan konseptual yang memuaskan untuk digunakan secara praktis. Akal sehat dapat menghasilkan kebenaran dan dapat pula menyesatkan c. Penemuan kebenaran melalui wahyu Kebenaran yang didasarkan kepada wahyu merupakan kebenaran mutlak, jika wahyu datangnya dari Allah melalui Rasul dan Nabi. d. Penemuan kebenaran secara intuitif Kebenaran dapat juga dperoleh berdasarkan intuisi. Kebenaran dengan intuisi diperoleh secara cepat sekali melaui proses luar sadar tanpa menggunakan penalaran dan proses berpikir, ataupun melalui suatu renungan. e. Penemuan kebenaran secara trial and error Bekerja secara trial and error adalah melalukan sesuatu secara aktif dengan mengulang-ulang pekerjaan tersebut berkali-kali dengan menukar-nukar cara dan materi. f. Penemuan kebenaran melalui spekulasi Penemuan kebenaran dengan spekulasi sedikit lebih tinggi tarafnya dari penemuan secara trial and error. g. Penemuan kebenaran karena kewibawaan Umumnya kebenaran karena kewibawaan didasarkan pada logika saja. Kebenaran karena wibawa dianggap suatu kebenaran yang diperoleh tanpa prosedur ilmiah. Fungsi ilmu MENERANGKAN (EXPLAIN) Yang diterangkan dalam ilmu yaitu kejadian, fenomena, gejala-gejala.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 5

MERAMALKAN (PREDICTION) Meramalkan sesuatu yang belum terjadi MENGENDALIKAN (CONTROL) Mengantisipasi terhadap suatu kejadian

Pengertian Hakikat Penelitian Penerapan pendekatan ilmiah dalam penyelesaian masalah atau suatu usaha yang sistematis dan obyektif dalam mencari pengetahuan yang dapat dipercaya. Atau rangkaian masalah. kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu

Hakikat Penelitian Pendidikan Sama seperti penelitian pada umumnya, hanya yang dibicarakan adalah masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran. Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan sacara ilmiah dalam suatu bidang tertentu, Untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu serta teknologi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam suatu penelitian seperti disebut dalam definisi ini sesuai dengan langkah-langkah berpikir ilmiah. Adapun langkah-langkah berpikir ilmiah ialah : 1. Merasakan suatu kesulitan Terasa kesenjangan antara alat-alat untuk mencapai suatu tujuan atau terasa kesulitan menemukan ciri-ciri atau pola dari suatu objek, atau terasa kesukaran menerangkan sesuatu peristiwa. 2. Menegaskan persoalan Setelah merasakan adanya kesulitan, petlu ditegaskan apa persoalan sebenarnya. 3. Menyusun hipotesis Bila sudah dirumuskan persoalan, disusun kemungkinan pemecahan persoalan atau menerangkan objek atau peristiwa itu.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 6

4. Mengumpulkan data Data adalah bahan informasi untuk proses berpikir gamblang atau eksplisit. 5. Mengambil kesimpulan Dari data-data yang sudah diolah diambil kesimpulan untuk menerima atau menolak hipotesis yang dirumuskan pada langkah berpikir ketiga diatas. 6. Menentukan kegunaan atau nilai umum dari kesimpulan Jika pemecahan persoalan itu dapat diterima maka dipertanyakan apa kegunaannya untuk masa mendatang atau apa nilai pemecahan persoalan itu untuk kepentingan yang akan datang.

Ruang Lingkup Penelitian memegang peranan yang sangat penting dalam membantu manusia memperoleh jawaban atas suatu pertanyaan atau pemecahan atas suatu masalah. Dalam konteks ini maka fungsi penelitian adalah membantu manusia meningkatkan kemampuannya untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena masyarakat yang kompleks dan kait-mengait demi kemajuan manusia atau demi eksistensi manusia itu sendiri. Kompleksitas masalah pendidikan memang diakibatkan oleh luasnya ruang lingkup pendidikan itu sendiri. Di dalam hal ini Tyler menyebutkan delapan wajah yang merupakan peta konseptual pendidikan, yaitu : 1. Mata pelajaran 2. Pelajar (kegiatan dan intelengensi mereka) 3. Cara mengajar 4. Guru 5. Sekolah sebagai lambaga sosial 6. Lingkungan rumah 7. Lingkungan kawan sebaya 8. Lingkungan masyarakat

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 7

Sehubungan

dengan

penelitian

pendidikan

dan

hasilnya

Tyler

mengemukkan lima fungsi penelitian pendidikan yang dapat dilakukan pada masa kini. Kelima fungsi penelitian itu mencakup : 1. Menunjukkan isi dan cara mengajar serta mengorganisasikan dan menjalankan sekolah. 2. Menilai program, prosedur dan bahan-bahan untuk menunjukkan hasil pendidikan yang telah dicapai, biaya dalam ukuran waktu, usaha dan bahan-bahan dan keadaan hasil-hasil yang dicapai. 3. Membentuk suatu badan informasi tentang usaha pendidikan yang bermanfaat dalam penyusunan kebijakan dan pengambilan keputusan. 4. Menyediakan pandangan, rangsangan dan penyuluhan yang berhasil untuk pembaruan pendidikan. 5. Mengembangkan teori yang lebih memadai dan sahih (valid) tentang proses pendidikan serta pengoperasian usaha.

Tugas dan Jenis Penelitian Kegiatan di bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan adalah dua kegiatan terpadu erat. maka tugas ilmu pengetahuan dan penelitian dapat dinyatakan secara terpadu pula sebagai berikut : 1. Mameriksa Keadaan Tugas menyandra atau mengadakan deskripsi yaitu memaparkan dengan gamblang hal-hal yang dipermasalahkan. 2. Menerangkan kondisi yang mendasari peristiwa-peristiwa 3. Menyusun teori Tugas ini mencari dan merumuskan hukum-hukum yang menjelaskan hubungan antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain yang ada kaitannya. 4. Meramalkan Tugas ini memberikan perkiraan-perkiraan, atau proyeksi di masa yang akan datang atas peristiwa yang diduga bakal terjadi.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 8

5. Melakukan pengendalian Tugas ini berusaha mengendalikan peristiwa-peristiwa, gejala-gejala yang diperkirakan bakal terjadi.

JENIS-JENIS PENELITIAN Secara umum penelitian terbagi menjadi dua macam yaitu sebagai berikut:

1. Metode Penelitian Kuantitatif Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Filsafat positivisme memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat

diklasifikasikan, relatif tetap, konkret, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Penelitian pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu yang representatif. Proses penelitian bersifat deduktif, di mana untuk menjawab rumusan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis. Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan data lapangan. Untuk mengumpulkan data digunakan instrumen penelitian. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan

menggunakan statistik deskriptif atau inferensial sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak. Penelitian kuantitatif umumnya dilakukan pada sampel yang diambil secara random, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil.

2. Penelitian Kualitatif Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode ethnografi, karena pada awalnya metode ini lebih

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 9

banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif Filsafat postpositivisme sering juga disebut juga sebagai paradigma interpretif dan konstruktif, yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistic/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal). Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih luas dan bermakna. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap situasi sosial pendidikan yang diteliti, maka teknik pengumpulan data bersifat triangulasi, yaitu menggunakan berbagai teknik pengumpulan data secara gabungan/simultan. Analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis dan teori. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Generalisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan transferability Menurut penggunaannya 1. Penelitian dasar atau penelitian murni (pure research) LIPI mendefinisikan penelitian dasar sebagai penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah atau menemukan bidang penelitian baru tanpa suatu tujuan praktis tertentu.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 10

2. Penelitian terapan (applied research) Batasan yang diberikan LIPI : Penelitian terapan adalah setiap penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah dengan suatu tujuan praktis. Menurut metodenya Penelitian historis Penelitian filosofis penelitian observasional penelitian eksperimental

Menurut sifat permasalahannya Penelitian histories Penelitian deskriptif Penelitian perkembangan Penelitian kasus dan penelitian lapangan Penelitian korelasional Penelitian kausal-komparatif Penelitian eksperimental Penelitian tindakan

1. Penelitian histories Penelitian ditujukan kepada rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif memahami peristiwa-peristiwa masa lampau. Kekhususan 1. Data yang dikumpulkan diambil dari hasil observasi orang lain. 2. Penelitian dilakukan dengan tertib, sistematis, objektif, dan tuntas. 3. Data yang dikumpulkan dari sumber primer yaitu penelitian sendiri langsung dilaporkan. 4. Data yang berbobot adalah data yang diuji secara eksternal dan internal.
Nursaid Fitria (06101410022) Page 11

melakukan

observasi

atas

peristiwa-peristiwa

yang

2. Penelitian deskriptif Penelitian deskriptif berusaha memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan sifat populasi tertentu. Kekhususan 1. Bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang dihadapi sekarang. 2. Bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi untuk disusun, dijelaskan dan dianalisis.

3. Penelitian perkembangan Penelitian perkembangan menyelidiki pola dan proses pertumbuhan sebagai fungsi dari waktu. Kekhususan 1. Memusatkan perhatian pada ubahan-ubahan dan perkembangan selama jangka waktu tertentu. 2. Penelitian umumnya memakai waktu yang panjang atau bersifat longitudinal. 3. Bila metoda penelitian yang dipakai dengan pendekatan cross-sectional maka sampel yang dipilih harus representatif mewakili populasi penelitian.

4. Penelitian kasus dan penelitian lapangan Penelitian kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan terperinci mengenai latar belakang keadaan sekarang yang dipermasalahkan. Kekhususan : a. Subjek yang diteliti terdiri dari suatu kesatuan secara mendalam, sehingga hasilnya merupakan gambaran lengkap atau kasus pada kesatuan itu.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 12

b. Selain peneliti hanya pada suatu unit, ubahan-ubahan yang diteliti juga terbatas, dari ubahan-ubahan dan kondisi-kondisi yang lebih besar jumlahnya, yang terpusat pada aspek yang menjadi kasus.

5. Penelitian korelasional Penelitian korelasional bertujuan melihat hubungan antara dua gejala atau lebih. Misalnya apakah ada hubungan antara status sosial orang tua siswa dengan prestasi anak mereka.

6. Penelitian hubungan sebab-akibat Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat antara faktor tertentu yang mungkin menjadi penyebab gejala yang diselidiki. Misalnya sikap santai siswa dalam kegiatan belajar mungkin disebabkan banyaknya lulusan pendidikan tertentu yang tidak mendapat lapangan kerja. Kekhususan 1. Pengumpulan data mengenai gejala yang diduga mempunyai hubungan sebab akibat itu dilakukan setelah peristiwa yang dipermasalahkan itu telah terjadi. 2. Suatu gejala yang diamati, diusut kembali dari suatu faktor atau beberapa faktor pada masa lampau.

7. Penelitian eksperimental Penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok-kelompok eksperimen. Data sebagai hasil pengaruh perlakuan terhadap kelompok eksperimen diukur secara kuantitatif kemudian dibandingkan. Misalnya hendak meneliti keefektifan metode-metode mengajar. Kekhususan 1. Di dalam eksperimen terhadap kelompok yang dikenai perlakuan eksperimental dan kelompok yang dikenai perlakuan pembanding. 2. Menggunakan sedikitnya dua kelompok eksperimen

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 13

3. Mengusahakan agar pengaruh perlakuan eksperimen menjadi maksimal dan pengaruh ubahan penyangga menjadi minimal. 4. Harus mempertimbangkan kesahihan keluar.

8. Penelitian tindakan Penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan baru untuk mengatasi kebutuhan dalam dunia kerja atau kebutuhan praktis lain. Misalnya, meniliti keterampilan kerja yang sesuai bagi siswa putus sekolah di suatu daerah.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 14

PROPOSAL PENELITIAN

PROPOSAL PENILITIAN Rancangan atau proposal penelitian merupakan pedoman yang berisi langkah-langkah yang akan diikuti oleh peneliti untuk melakukan penelitiannya. Dalam menyusun rancangan penelitian, perlu diantisipasi tentang berbagai sumber yang dapat digunakan untuk mendukung dan yang menghambat terlaksananya penelitian. Penelitian dilakukan berangkat dari adanya suatu permasalahan. Masalah merupakan penyimpangan dari apa seharusnya dengan apa terjadi,

penyimpangan antara rencana dengan pelaksanaan, penyimpangan antara teori dengan praktik, dan penyimpangan antara aturan dengan pelaksanaan. Masalah itu muncul pada ruang (tempat) dan waktu tertentu. Rancangan penelitian harus dibuat secara sistematis dan logis sehingga dapat dijadikan pedoman yang betul-betul mudah diikuti. Rancangan penelitian yang sering disebut proposal penelitian paling tidak berisi empat komponen utama, yaitu Permasalahan, Landasan Teori dan Pengajuan Hipotesis, Metode Penelitian, Organisasi, dan Jadwal Penelitian.

Proposal Penelitian Kuantitatif Proposal penelitian kuantitatif dikemas dalam sistematika seperti berikut:

SISTEMATIKA PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Identifikasi Masalah C. Batasan Masalah D. Rumusan Masalah E. Tujuan Penelitian F. Kegunaan Hasil Penelitian

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 15

II.

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori B. Kerangka Berfikir C. Hipotesis

III.

PROSEDUR PENELITIAN A. Metode B. Populasi dan Sampel C. Instrumen Penelitian D. Teknik Pengumpulan Data E. Teknik Analisis Data

IV.

ORGANISASI DAN JADWAL PENELITIAN A. Organisasi Penelitian B. Jadwal Penelitian

V.

BIAYA YANG DIPERLUKAN

I. A.

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pada bagian ini berisi tentang sejarah dan peristiwa-peristiwa yang sedang

terjadi pada suatu obyek penelitian, tetapi dalam peristiwa itu, sekarang ini tampak ada penyimpangan-penyimpangan dari standar yang ada, baik standar yang bersifat keilmuan maupun aturan-aturan. Oleh karena itu dalam latar belakang ini, peneliti harus melakukan analisis masalah, sehingga permasalahan menjadi jelas. Melalui analisis masalah ini, peneliti harus dapat menunjukkan adanya suatu penyimpangan yang ditunjukkan dengan data dan menuliskan mengapa hal ini perlu diteliti.

B.

Identifikasi Masalah Dalam bagian ini perlu dituliskan berbagai masalah yang ada pada obyek

yang diteliti. Semua masalah dalam obyek, baik yang akan diteliti maupun yang tidak akan diteliti sedapat mungkin dikemukakan.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 16

Untuk dapat mengidentifikasi masalah dengan baik, maka peneliti perlu melakukan studi pendahuluan ke obyek yang diteliti, melakukan observasi, dan wawancara ke berbagai sumber, sehingga semua permasalahan dapat

diidentifikasikan. Berdasarkan berbagai permasalahan yang telah diketahui tersebut, selanjutnya dikemukakan hubungan satu masalah dengan masalah yang lain. Masalah yang akan siteliti itu kedudukannya di mana dia antara masalah yang akan diteliti. Masalah apa saja yang diduga berpengaruh positif dan negatif terhadap masalah yang diteliti. Selanjutnya masalah tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk variabel.

C.

Batasan Masalah Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan supaya

penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua masalah yang telah diidentifikasikan akan diteliti. Untuk itu maka peneliti memberi batasan, di mana akan dilakukan penelitian, variabel apa saja yang akan diteliti, serta bagaimana hubungan variabel satu dengan variabel yang lain. Berdasarkan batasan masalah ini, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah penelitian.

D.

Rumusan Masalah Setelah masalah yang akan diteiti itu ditentukan (variabel apa saja yang

akan diteliti, dan bagaimana hubungan variabel yang satu dengan yang lain), dan supaya masalah dapat terjawab secara akurat, maka masalah yang akan diteliti itu perlu dirumuskan secara spesifik. Sebaiknya rumusan masalah itu dinyatakan dalam kalimat pertanyaan. Jadi pola pikir dalam merumuskan masalah itu ada empat tahapan yang dapat digambarkan sebagai berikut.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 17

E.

Tujuan Penelitian Tujuan dan kegunaan penelitian sebenarnya dapat diletakkan di luar pola

pikir dalam merumuskan masalah. Tetapi keduanya ada kaitannya dengan permasalahan, oleh karena itu dua hal ini ditempatkan di bagian ini. Tujuan penelitian di sini tidak sama dengan tujuan yang ada pada sampul skripsi atau tesis, yang merupakan tujuan formal (misalnya untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana), tetapi tujuan di sini berkenaan dengan tujuan peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang dituliskan. Misalnya rumusan masalahnya: Bagaimanakah tingkat disiplin guru di Sekolah A? Maka tujuan penelitiannya adalah: ingin mengetahui seberapa tinggi tingkat disiplin guru di Sekolah A. Kalau rumusan masalahnya : apakah ada pengaruh latihan terhadap produktivitas kerja pegawai, maka tujuan penelitiannya adalah: ingin mengetahui apakah ada pengaruh latihan terhadap produktivitas kerja pegawai dan kalau ada seberapa besar. Rumusan masalah dan tujuan penelitian ini jawabannya terletak pada kesimpulan penelitian.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 18

Latar Belakang Masalah Berisi tentang sejarah dan peristiwa yang terjadi pada obyek yang akan diteliti, tetapi peristiwa itu nampaknya ada penyimpangan dari standar keilmuan maupun aturan. Penyimpangan ini perlu ditunjukkan dalam data. Peneliti juga perlu menuliskan mengapa hal itu perlu diteliti.

Identifikasi Masalah Semua masalah yang ada pada obyek penelitian dikemukakan, baik masalah yang akan diteliti maupun tidak diteliti. Tunjukkan hubungan masalah satu dengan masalah yang lain. Masalah yang diteliti umumnya merupakan variabel independen.

Batasan Masalah Karena keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori dan supaya penelitian lebih mendalam maka penelitian dibatasi pada beberapa variabel saja.

Rumusan Masalah Dinyatakan dalam kalimat pertanyaan , jelas dan spesifik. Dapat berbentuk rumusan masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif.

Pola Pikir Dalam Merumuskan Masalah

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 19

F.

Kegunaan Hasil Penelitian Kegunaan hasil penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan.

Kalau tujuan penelitian dapat tercapai, dan rumusan masalah dapat terjawab secara akurat maka sekarang kegunaanya apa. Kegunaan hasil penelitian ada dua hal, yaitu: a. Kegunaan untuk mengembangkan ilmu/kegunaan teoritis b. Kegunaan praktis, yaitu membantu memecahkan dan mengantisipasi masalah yang ada pada obyek yang diteliti.

II.

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.

Deskripsi Teori Deskripsi teori adalah teori-teori yang relevan yang dapat digunakan untuk

menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti, sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan (hipotesis), dan penyusunan instrumen penelitian. Teori-teori yang digunakan bukan sekedar pendapat dari pengarang, pendapat penguasa, tetapi teori yang betul-betul telah teruji kebenarannya secara empiris. Di sini juga diperlukan dukungan hasil-hasil penelitian yang telah ada sebelumnya yang ada kaitannya dengan variabel yang diteliti. Jumlah teori yang dikemukakan tergantung pada variabel yang diteliti. Kalau variabel yang diteliti ada lima maka jumlah teori yang dikemukakan juga harus ada lima.

B.

Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 20

dilibatkan dalam penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan harus didasarkan pada kerangka berpikir.

C.

Hipotesis Penelitian Karena hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian yang diajukan, maka titik tolak untuk merumuskan hipotesis adalah rumusan masalah dan kerangka berpikir. Kalau ada rumusan masalah: adakah pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai, kerangka berpikirnya: jika kepemimpinan baik, maka motivasi kerja akan tinggi maka hipotesisnya adalah: ada pengaruh yang tinggi/rendah dan signifikan kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai.

III. PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, diperlukan metode penelitian. Untuk itu di bagian ini perlu ditetapkan metode penelitian apa yang akan digunakan, apakah metode survey atau eksperimen. B. Populasi dan Sampel Dalam penelitian perlu dijelaskan populasi dan sampel yang dapat digunakan sebagai sumber data. Bila hasil penelitian akan digeneralisasikan (kesimpulan data sampel yang dapat diberlakukan untuk populasi) maka sampel yang digunakan sebagai sumber data harus representatif dapat dilakukan dengan cara mengambil sampel dari populasi secara random sampai jumlah tertentu. C. Instrumen Penelitian Penelitian yang bertujuan untuk mengukur suatu gejala akan menggunakan instrumen penelitian. Jumlah instrumen yang akan digunakan tergantung pada variabel yang diteliti. Bila variabel yang diteliti jumlahnya lima, maka akan menggunakan lima instrumen. Dalam hal ini perlu dikemukakan instrumen apa saja yang akan digunakan untuk penelitian, skala pengukuran yang ada pada setiap jenis instrumen (Likert, dll), prosedur pengujian validitas dan reliabilitas instrumen.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 21

D.

Teknik Pengumpulan Data Yang diperlukan di sini adalah teknik pengumpulan data mana yang paling

tepat, sehingga betul-betul didapat data yang valid dan reliabel. Jangan semua teknik pengumpulan data (angket, observasi, wawancara) dicantumkan kalau sekiranya tidak dapat dilaksanakan. Selain itu konsekuensi dari mencantumkan ketiga teknik pengumpulan data itu adalah: setiap teknik pengumpulan data yang dicantumkan harus disertai datanya. Memang untuk mendapatkan data yang lengkap dan obyektif penggunaan berbagai teknik sangat diperlukan, tetapi bila suatu teknik dipandang mencukupi maka teknik yang lain bila digunakan akan menjadi tidak efisien. E. Teknik Analisis Data Untuk penelitian dengan pendekatan kuantitatif, maka teknik analisis data ini berkenaan dengan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan pengujian hipotesis yang diajukan. Bentuk hipotesis mana yang diajukan, akan menentukan teknik statistik mana yang digunakan. Jadi sejak membuat rancangan, maka teknik analisis data ini telah ditentukan. Bila peneliti tidak membuat hipotesis, maka rumusan masalah penelitian itulah yang perlu dijawab. Tetapi kalau hanya rumusan masalah itu dijawab maka sulit membuat generalisasi, sehingga kesimpulan yang dihasilkan hanya dapat berlaku untuk sampel yang digunakan, tidak dapat berlaku untuk populasi.

IV. ORGANISASI DAN JADWAL PENELITIAN A. Organisasi Penelitian Bila penelitian dilaksanakan oleh tim/kelompok maka diperlukan adanya organisasi pelaksana penelitian. Minimal ada ketua yang bertanggung jawab dan anggota, sebagai pembantu ketua. B. Jadwal Penelitian Setiap rancangan penelitian perlu dilengkapi dengan jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam jadwal berisi kegiatan apa yang akan dilakukan, dan berapa lama akan dilakukan.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 22

C.

Biaya Penelitian Biaya merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian. Jumlah biaya

yang diperlukan tergantung pada tingkat profesionalisme tenaga peneliti dan pendukungnya, tingkat resiko kegiatan yang dilakukan, jarak tempat penelitian dengan tempat tinggal peneliti, serta lamanya penelitian dilakukan.

Proposal Penelitian Kualitatif Dalam penelitian kuantitatif, karena permasalahan yang diteliti sudah jelas, realitas dianggap tunggal, tetap, teramati, pola pikir deduktif, maka proposal penelitian kuantitatif dipandang sebagai blue print yang harus digunakan sebagai pedoman baku untuk melaksanakan dan mengendalikan penelitian. Sedangkan dalam metode kualitatif yang berpandangan bahwa, realitas dipandang sesuatu holistik, kompleks, dinamis, penuh makna, dan pola pikir induktif, sehingga permasalahan belum jelas, maka proposal penelitian kualitatif yang dibuat masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti memasuki obyek penelitian/situasi sosial.

1.

Komponen dan Sistematika Proposal Komponen dalam proposal penelitian tersebut secara garis besarnya terdiri

atas, pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, jadwal penelitian, organisasi penelitian, dan biaya penelitian.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 23

SISTEMATIKA PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Fokus Penelitian C. Rumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian II. STUDI KEPUSTAKAAN A. .. B. .. C. .. III. PROSEDUR PENELITIAN A. Metode dan Alasan Menggunakan Metode B. Tempat Penelitian C. Instrumen Penelitian D. Sampel Sumber Data E. Teknik Pengumpulan Data F. Teknik Analisis Data G. Rencana Pengujian Keabsahan Data IV. ORGANISASI DAN JADWAL PENELITIAN A. Organisasi Penelitian B. Jadwal Penelitian V. BIAYA YANG DIPERLUKAN

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 24

I. A.

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Walaupun dalam penelitian kualitatif, masalah ini bersifat sementara, namun

perlu dikemukakan dalam proposal penelitian. Dalam latar belakang masalah ini perlu dikemukakan gambaran keadaan yang sedang terjadi selanjutnya dikaitkan dengan peraturan/kebijakan, perencanaan, tujuan, teori pengalaman, sehingga terlihat adanya kesenjangan yang merupakan masalah. Masalah ini perlu dikemukakan dalam bentuk data, bisa diperoleh dari studi pendahuluan, dokumentasi laporan penelitian, atau pernyataan orang-orang yang dianggap kredibel dalam media cetak maupun elektronik. B. Fokus Penelitian Pada penelitian kualitatif, penentuan fokus berdasarkan hasil studi pendahuluan, pengalaman, referensi, dan disarankan oleh pembimbing atau orang yang dipandang ahli. Fokus dalam penelitian ini juga masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian di lapangan. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah ini merupakan panduan awal bagi peneliti untuk penjelajahan pada obyek yang diteliti. Namun bila rumusan masalah ini tidak sesuai dengan kondisi obyek penelitian, maka peneliti perlu mengganti rumusan masalah penelitiannya. Rumusan masalah dalam penelitian kualitatif tidak berkenaan dengan variabel penelitian, yang bersifat spesifik, tetapi lebih makro dan berkaitan dengan kemungkinan apa yang terjadi pada obyek/situasi sosial penelitian tesebut. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dalam proposal penelitian kualitatif juga masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Dalam proposal tujuan penelitian terkait dengan rumusan masalah, yaitu untuk mengetahui segala sesuatu setelah rumusan masalah itu terjawab melalui pengumpulan data.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 25

E.

Manfaat Penelitian Untuk penelitian kualitatif, manfaat penelitian lebih bersifat teoritis, yaitu

untuk pengembangan ilmu, namun juga tidak menolak manfaat praktisnya untuk memecahkan masalah. Apabila peneliti kualitatif dapat menemukan teori, maka akan berguna untuk menjelaskan, memprediksikan, dan mengendalikan suatu gejala.

II.

STUDI KEPUSTAKAAN Studi berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang terkait dengan

nilai, budaya, dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti, Terdapat tiga kriteria terhadap teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian, yaitu relevansi, kemutakhiran, dan keaslian. Dalam penelitian kualitatif, teori yang dikemukakan bersifat sementara, dan akan berkembang atau berubah setelah peneliti berada di lapangan. Selanjutnya dalam landasan teori, tidak perlu dibuat kerangka berpikir sebagai dasar untuk perumusan hipotesis, karena dalam penelitian kualitatif tidak akan menguji hipotesis, tetapi justru menemukan hipotesis.

III. METODE PENELITIAN Komponen dalam metode penelitian kualitatif adalah: alasan menggunakan metode kualitatif, tempat penelitian, instrumen penelitian, sampel sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan rencana pengujian keabsahan data. A. Metode dan Alasan Menggunakan Metode Kualitatif Pada umumnya alasan menggunakan metode kualitatif karena pemasalahan belum jelas, holistik, kompleks dinamis, dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dijaring dengan metode penelitian kuantitatif dengan instrumen seperti tes, kuesioner, dan pedoman wawancara. Selain itu, peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola, hipotesis dan teori.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 26

B.

Tempat Penelitian Dalam hal ini perlu dikemukakan tempat di mana situasi sosial tersebut akan

diteliti. Misalnya di sekolah, di perusahaan, di lembaga pemerintahan, di jalan, di rumah, dan lain-lain. C. Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri atau anggota tim peneliti. Untuk itu perlu dikemukakan siapa yang akan menjadi instrumen penelitian, atau mungkin setelah permasalahannya dan fokus jelas peneliti akan menggunakan instrumen. Instrumen yang akan digunakan perlu dikemukakan pada bagian ini.

D.

Sampel Sumber Data Dalam penelitian kualitatif, sampel sumber data dipilih secara purposive dan

bersifat snowball sampling. Penentuan sampel sumber data, pada proposal masih bersifat sementara, dan akan berkembang kemudian setelah peneliti di lapangan. Sampel sumber data pada tahap awal memasuki lapangan dipilih orang yang memiliki power dan otoritas pada situasi sosial atau obyek yang diteliti, sehingga mampu membukakan pintu ke mana saja peneliti akan melakukan pengumpulan data. Situasi sosial untuk sampel awal sangat disarankan suatu situasi sosial yang di dalamnya menjadi semacam muara dari banyak domain lainnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa, sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya. 2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti. 3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi. 4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil kemasannya sendiri.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 27

5. Mereka yang pada mulanya tergolong cukup asing dengan peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber. E. Teknik Pengumpulan Data Pada bagian ini dikemukakan bahwa, dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi partisipan, wawancara mendalam, studi dokumentasi, dan gabungan ketiganya atau triangulasi. Perlu dikemukakan kalau teknik pengumpulan datanya dengan observasi, maka perlu dikemukakan apa yang diobservasi, kalau wawancara, kepada siapa akan melakukan wawancara. F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data lebih banyak dilakukan bersamaan dengan

pengumpulan data. Tahapan dalam penelitian kualitatif adalah tahap memasuki lapangan dengan grand tour dan minitour question, analisis datanya dengan analisis domain. Tahap kedua adalah menentukan fokus, teknik pengumpulan data dengan minitour question, analisis data dilakukan dengan analisis taksonomi. Selanjutnya pada tahap selections, pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan struKtural, analisis data dengan analisis komponensial. Setelah analisis komponensial dilanjutkan analisis tema. G. Rencana Pengujian Keabsahan Data Uji keabsahan data meliputi uji kredibilitas data (validitas internal), uji dependabilitas (reliabilitas) data, uji transferabilitas (validitas

eksternal/generalisasi) dan uji konfirmabilitas (obyektivitas). Namun yang utama adalah uji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara: perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, member check, dan analisis kasus negatif.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 28

IV. ORGANISASI PENELITIAN DAN JADWAL PENELITIAN A. Organisasi Organisasi penelitian ini perlu dikemukakan, bila penelitian dilakukan oleh tim. Dalam organisasi penelitian ini terdiri atas ketua tim peneliti, beberapa anggota peneliti, pengumpul data, bendahara, tenaga administrasi. Masing-masing perlu dikemukakan uraian tugas dan waktu yang tersedia. B. Jadwal Penelitian Pada umumnya penelitian kualitatif memerlukan waktu yang relatif lama, antara 6 bulan sampai 24 bulan. Untuk itu perlu direncanakan jadwal pelaksanaan penelitian yang berisi aktivitas yang dilakukan dan kapan akan dilakukan. C. Pembiayaan Biaya merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian. Jumlah biaya yang diperlukan tergantung pada tingkat profesionalisme tenaga peneliti dan pendukungnya, tingkat resiko kegiatan yang dilakukan, jarak tempat penelitian dengan tempat tinggal peneliti, serta lamanya penelitian dilakukan.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 29

SUMBER MASALAH DAN VARIABEL PENELITIAN

SUMBER MASALAH Langkah pertama yang harus dilalui oleh seorang peneliti dalan proses penelitiannya adalah penentuan masalah. Secara umum masalah dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang memerlukan pembahasan, pemecahan, informasi atau keputusan. Dalam bidang penelitian, secara teknis masalah menyiratkan adanya kemungkinan dilakukannya suatu penyelidikan empiris, yakni pengumpulan dan analisis data (McMillan dan Scumacher, 1989). Masalah penelitian perlu dinyatakan dengan jelas karena melalui prnyataan tersebut peneliti berusaha mengkomunikasikan kepada pihak lain tentang fokus dan pentingnya masalah, konteks dan skop kependidikan, serta kerangka kerja laporan penelitiannya. Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktik, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Stonner mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat

penyimpangan antar pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetisi. a. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan Di dunia ini yang tetap hanya perubahan, namun sering perubahan itu tidak diharapkan oleh orang-orang tertentu, karena akan dapat menimbulkan masalah. Orang yang bisanya menjadi pimpinan pada bidang pemerintahan harus berubah ke bidang pendidikan. Hal ini pada awalnya tentu akan memunculkan masalah. Orang atau kelompok yang biasanya mengelola pendidikan dengan sistem sentralisasi lalu berubah menjadi desentralisasi, atau dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) maka akan muncul masalah. b. Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan Suatu rencana yang telah ditetapkan, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan tujuan dari rencana tersebut maka tentu ada masalah. Apakah masalahnya sehingga apa yang telah direncanakan tidak menghasilkan kenyataan. Jadi untuk

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 30

menemukan masalah dapat diperoleh dengan cara melihat dari adanya penyimpangan antara yang direncanakan dengan kenyataan. c. Ada pengaduan Dalam suatu organisasi sekolah yang tadinya tenang tidak ada masalah, ternyata setelah ada pihak tertentu yang mengadukan produk maupun pelayanan yang diberikan, maka akan timbul masalah dalam organisasi itu. Dengan demikian masalah penelitian dapat digali dengan cara menganalisis isi pengaduan. d. Ada kompetisi Adanya saingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan masalah besar bila tidak dapat memanfaatkan untuk kerja sama. Dalam proposal penelitian, setiap masalah harus ditunjukkan dengan data. Misalnya penelitian tentang SDM, maka masalah SDM harus ditunjukkan dengan data. Masalah SDM misalnya, jumlah SDM yang terbatas, jenjang pendidikan yang rendah, kompetensi dan produktivitas yang masih rendah. Data masalah dapat diperoleh dari hasil pengamatan pendahuluan terhadap hasil penelitian orang lain atau dari dokumentasi. Data yang diberikan harus up to date, lengkap dan akurat. Pada umumnya peneliti dalam bidang pendidikan memfokuskan kajiannya pada usaha untuk mendeskripsikan fenomena kependidikan, menjelaskan (explaining) kejadian yang terobservasi, serta mengembangkan pemecahan masalah kependidikan. Disamping itu, peneliti juga bisa mengajukan berbagai pertanyaan baik yang bersifat teoritis maupun praktis di bidang pendidikan. Akan tetapi, tidak semua pertanyaan dapat digolongkan dalam masalah penelitian, seperti pertanyaan yang memerlukan penjelasan tentang bagaimana melakukan sesuatu, berisi masalah mengambang karena terlalu luas, atau pertanyaan tentang nilai. Dalam penelitian, masalah yang menjadi fokus harus dinyatakan secara formal untuk menunjukkan perlunya dilakukan penyelidikan secara empiris. Dalam penelitian kuantitatif, masalah penelitian dapat dinyatakan dalam bentuk pertanyaan, pernyataan, atau hipotesis. Pada umumnya masalah penelitian pada mulanya diidentifikasi melalui topik yang masih umum. Setelah melakukan

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 31

kepustakaan yang berkenaan dengan topik tersebut kemudian peneliti lebih memfokuskan topik tersebut sehingga menjadi masalah penelitian yang lebih spesifik. Sumber-sumber masalah : 1. Observasi terhadap praktek kependidikan, merupakan sumber yang kaya akan masalah penelitian. Dalam kenyataan kependidikan, kebanyakan keputusan yang dibuat oleh praktisi didasarkan atas praduga tanpa didukung data empiris, yang kemungkinan mempunyai pengaruh terhadap siswa, staf pengajar dan administrasi, serta masyarakat. Masalah penelitian dapat diangkat dari hasil observasi terhadap hubungan tertentu yang belum atau tidak mempunyai dasar penjelasan yang memadai. 2. Deduksi dari teori, dapat memunculkan masalah penelitian. Teori merupakan konsep yang masih berisi tentang prinsip-prinsip umum yang mana penerapannya dalam kondisi atau pelaksanaan kependidikan tertentu belum diketahui selama belum diuji secara empiris. Hal ini karena teori masih berupa konsep tersebut hanya diperoleh dan dikembangkan dari hasil pemikiran secara rasional. 3. Kepustakaan tentang hasil penelitian juga memberikan rekomendasi perlunya dilakukan replikasi atau penelitian ulang, baik dengan atau tanpa variasi. Replikasi dapat meningkatkan validitas hasil penelitian yang lalu dan kemampuannya untuk digeneralisasikan lebih luas. Dalam penelitian, seringkali subjek yang dipilih sulit atau bahkan tidak mungkin dipilih secara acak, misalnya dalam eksperimen, sehingga hasilnya hanya bisa digeneralisasikan secara terbatas. 4. Masalah sosial yang sedang diterjadi dapat memberikan masukan yang berarti bagi peneliti untuk dijadikan masalah penelitiannya. 5. Situasi praktis, terutama dalam kaitannya dengan pembuatan keputusan tetentu, seringkali mendesak diadakannya peelitian evaluatif. Masalah yang muncul dari situasi demikian diantaranya berkenaan dengan kebutuhan kependidikan yang memerlukan informasi tentang

perencanaan, pengembangan, dan pelaksanaan suatu program.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 32

6. Pengembangan pribadi dapat memunculkan masalah yang memerlukan jawaban empiris untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam melalui metode kualitatif. Orang yang terlibat secara langsung dalam situasi tertentu akan lebih peka dalam memahami makna yang berkaitan dengan situasi tersebut.

Kriteria Pemilihan Masalah Dalam memilih masalah yang akan diperoleh dari sumbernya, peneliti hendaknya mempertimbangkan beberapa faktor sebagai kriteria pemilihan, baik yang sifatnya eksternal maupun personal (Good, 1969 dalam Ibnu Hadjar : 43). Kriteria eksternal berkenaan dengan, misalnya, masalah yang sedang hangat dan penting bagi bidang penelitian, tersedianya data, metode, maupun kerja sama institusional dan admnistratif. Secara lebih detail, kriteria pemilihan masalah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Baru untuk menghindari adanya duplikasi yang tak perlu Suatu penelitian agar dapat memberikan sumbangan yang berarti, salah satunya dalah agar masalah yang diteliti dapat menyumbangkan informasi baru yang belum atau masih kurang jelas dapat diperoleh dari penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti lain. Untuk itu, seorang peneliti hendaknya menghindari mengangkat masalah yang sudah ada informasi yang jelas dari penelitian ini. Dengan kata lain, peneliti hendaknya menghindari adanya duplikasi masalah. 2. Nilai maanfaat bagi bidang kajian pendidikan Penelitian merupakan suatu aktivitas yang banyak memerlukan tenaga, waktu dan biaya. Suatu penelitian harus dapat memberikan sumbangan yang berarti terhadap pengembangan pengetahuan dibidang kependidikan. Dengan demikian penelitian tersebut tidak hanya menghamburkan tenaga, biaya, dan waktu 3. Menarik serta menantang secara intelektual Dalam sejarah ilmu pengetahuan, penemuan-penemuan yang diperoleh oleh para sarjana yang memiliki nama besar didapat karena keingintahuan intelektual yang sangat besar. Motivasi dilakukan penelitian yang berhasil tersebut sematamata karena dorongan ingin tahu serta kesenangan dan kepuasan. Oleh karena itu

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 33

permasalahan yang diangkat harus didasarkan pada minat serta rasa ingin tahu yang besar sehingga peneliti akan bersedia melakukan penlitiannya dengan senang hati dan menurahkan perhatiannya secara maksimal. 4. Latihan serta klasifikasi personal Pengembangan bidang pendidikan berutang pada bidang kajian lain, seperti sosiologi, antropologi, sejarah, dan psikologi. Hal ini karena para peneliti kependidikan banyak yang menggunakan pendekatan penelitian yang digunakan dalam bidang lain tersebut untuk memahami dan melakukan penelitian di bidang pendidikan. Oleh karena itu, seorang peneliti pendidikan juga harus mempunyai pengethuan dasar dan metodologi penelitian tentang subjek bidang kajian lain sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitiannya. 5. Tersedianya data dan metode alat khusus serta kondisi kerja Selanjutnya, dalam memilih masalah peneliti juga harus mempertimbangkan apakah data yang cukup untuk untuk menjawab masalah dapat diperoleh dan apakah ada metode yang cocok untuk digunakan. 6. Tersedianya sponsor dan kerja sama administratif Penelitian terhadap beberapa masalah, misalnya dalam penelitian eksperimen dan historis seringkali memerlukan sumber, peralatan, dan kondisi kerja tertentu. Keberadaan fasilitas tersebut terutama dimaksudkan untuk mempermudah proses pengamatan melalui kontrol terhadap kondisi, merekam data dengan akurat, atau mengolah dan menganalisis data yang terkumpul. 7. Tersediannya sponsor dan kerja sama administratif Penelitian kependidikan sering kali harus melibatkan beberapa pihak yang berkepentingan, misalnya sekolah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, konsultan atau pembimbing. Dalam memilih masalah, peneliti harus

mempertimbangkan kemungkinan adanya sponsor atau pihak lain yang dapat dan bersedia mendukung pelaksanaan penelitiannya. 8. Biaya dan hasil Penelitian memerlukan biaya yang mahal. Dalam memilih masalah, hendaknya peneliti memperhatikan sumber biaya yang diperlukan untuk

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 34

kebutuhan penelitiannya. Bila biaya terbatas, masalah yang diangkat hendaknya tidak terlalu luas sehingga dapat mencukupi untuk penyelesaiannya. 9. Bahaya Dalam memilih permasalahan, peneliti hendaknya juga memperhatikan bahaya tertentu yang mungkin bisa timbul terhadap perorangan, kelompok, maupun profesi, baik bahaya fisik, mental maupun sosial. Oleh karena itu jika masalah yang diajukan kemungkinan akan membahayakan, hendaknya peneliti meninjaunya kembali. 10. Waktu Beberapa penelitian naturalistik, historis, eksperimen, dan longitudinal

seringkali memerlukan waktu yang cukup panjang untuk menyelesaikannya. Bila waktu yang tersedia bagi peneliti hanya terbatas kemungkinan besar ia tidak bisa merampungkan penelitiannya dengan baik. Oleh karena itu, dalam memilih permasalahan peneliti harus mempertimbangkan waktu yang tersedia.

Rumusan Masalah Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Masalah merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi, maka rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat antara masalah dan rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah.

Bentuk-Bentuk Rumusan Masalah Penelitian Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian dikembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi (level of explanation). Bentuk masalah dapat dikelompokkan ke dalam bentuk masalah deskriptif, komparatif dan asosiatif. a. Rumusan Masalah Deskriptif Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 35

variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu dengan variabel lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif. Contoh rumusan masalah deskriptif: 1) Seberapa baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional? 2) Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri Berbadan Hukum? 3) Seberapa tinggi efektivitas kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia? 4) Seberapa tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah daerah di bidang pendidikan? 5) Seberapa tinggi tingkat produtivitas dan keuntungan finansial Unit Produksi pada Sekolah-sekolah Kejuruan? 6) Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari muridmurid sekolah di Indonesia? Dari beberapa contoh di atas terlihat bahwa setiap paertanyaan penelitian berkenaan dengan satu variabel atau lebih secara mandiri.

b.

Rumusan Masalah Komparatif Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang

membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh rumusan masalah komparatif: 1). Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah negeri dan swasta? (variabel penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel yaitu sekolah negeri dan sekolah swasta). 2). Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di Kota dan di Desa? (satu variabel dua sampel). 3). Adakah perbedaan, motivasi belajar dan hasil belajar antara murid yang berasal dari keluarga Guru, Pegawai Swasta dan Pedagang? (dua variabel tiga sampel).

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 36

c.

Rumusan Masalah Asosiatif Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dau variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan, yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal, dan

intraktif/resiprocal/timbal balik. 1) Hubungan simetris Hubungan simetris adalah hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan hubungan kausal maupun interaktif. Contoh rumusan masalah asosiatif hubungan simetris: 1. Adakah hubungan antara jumlah es yang terjual dengan kejahatan terhadap murid sekolah? 2. Adakah hubungan antara rumah yang dekat rel kereta dengan jumlah anak? 3. Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin sekolah? Contoh judul penelitiannya adalah sebagai berikut: 1. Hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murid sekolah 2. Hubungan antara rumah yang dekat rel kereta api dengan jumlah anak 3. Hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin sekolah

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 37

2) Hubungan Kausal Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi di sini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi). Contoh rumusan masalah asosiatif hubungan kausal: 1. Adakah hubungan pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak? (pendidikan orang tua varibel independen dan prestasi belajar variabel dependen) 2. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan? (kepemimpinan variabel independen dependen). 3. Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah? (kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru sebagai variabel independen dan kualitas SDM sebagai variabel dependen) Contoh judul penelitiannya: 1. Hubungan pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak di SD Kabupaten Alengkapura. 2. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan pada SMK di Provinsi Indrakila. 3. Pengaruh kurikulum, media pendidikan, kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah. dan kecepatan memperoleh pekerjaan variabel

3) Hubungan interaktif/reciprocal/timbal balik Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen. Contoh rumusan masalah asosiatif hubungan interaktif: 1. Hubungan antara motivasi dan prestasi belajar anak SD di

Kecamatan A. (Di sini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi tetapi juga prestasi dapat mempengaruhi motivasi).

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 38

2. Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. (kecerdasan dapat menyebabkan kaya, demikian juga orang yang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi).

VARIABEL PENELITIAN Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain. Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Tinggi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut-atribut dari setiap orang. Berat, ukuran, bentuk, dan warna merupakan atribut-atribut dari setiap obyek. Struktur organisasi, model pendelegasian, kepemimpinan, pengawasan, koordinasi, prosedur dan mekanisme kerja, deskripsi pekerjaan, kebijakan merupakan contoh variabel dalam kegiatan administrasi pendidikan. Dinamakan variabel karena ada variasinya. Misalnya, berat badan dapat diakatakan variabel, karena berat badan sekelompok orang itu bervariasi antara satu orang dengan yang lain. Demikian juga prestasi belajar karena prestasi belajar dari sekelompok murid tentu bervariasi. Jadi kalau peneliti akan memilih variabel penelitian baik yang dimiliki orang, obyek, maupun bidang kegiatan dan keilmuan tertentu, maka harus ada variasinya. Variabel yang tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai variabel. Untuk dapat bervariasi maka penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau obyek yang bervariasi. Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstrak (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Diberikan contoh misalnya, tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji, produktivitas kerja, dan lain-lain. Di bagian lain Kerlinger menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (different values). Dengan demikian variabel itu merupakan suatu yang bervariasi.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 39

Selanjutnya Kidder (1981), menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas (qualities) di mana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan di sini bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dengan kemudian ditarik kesimpulannya.

Macam-macam Variabel Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi sebagai berikut: a. Variabel Independen Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam SEM (Structural Equation Modeling/Pemodelan Persamaan Struktural), variabel independen disebut sebagai variabel eksogen. b. Variabel Dependen Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam SEM (Structural Equation Modeling/Pemodelan Persamaan Struktural), variabel dependen disebut sebagai variabel indogen.

Motivasi Belajar (Variabel Independen)

Prestasi Belajar (Variabel Dependen)

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 40

c. Variabel Moderator Adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Variabel ini juga disebut sebagai variabel independen kadua Motivasi Belajar (Variabel Independen) Prestasi Belajar (Variabel Dependen)

Suasana Belajar (Variabel Moderator)

d. Variabel Intervening Adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur.

Motivasi Belajar (Variabel Independen)

Gaya Belajar Siswa (Variabel Intervening)

Prestasi Belajar (Variabel Dependen)

Suasana Belajar (Variabel Moderator)

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 41

e. Variabel Kontrol Adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap variabel dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.

Motivasi Belajar (Variabel Independen)

Motivasi Belajar (Variabel Independen)

Waktu belajar, fasilitas kelas, pokok bahasan (Variabel Kontrol)

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 42

POPULASI DAN SAMPEL

A. Populasi Populasi adalah kelompok subjek yang ingin dikenai generalisasi hasil penelitian. Menurut Sugiyono Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga subjek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekadar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.

Karakteristik Populasi Karakteristik populasi menentukan luas atau sempitnya generalisasi dan heterogenitas populasi. 1. Karakteristik sempit/sedikit Generalisasi lebih luas, lebih heterogen 2. Karakteristik luas/banyak Generalisasi lebih sempit,lebih homogeny

A. Sampel Menurut Sugiyono, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 43

Syarat Sampel 1. Representatif; mewakili populasi; karakteristiknya harus mencerminkan karakteristik populasi. 2. Yang diteliti adalah populasi, yang diambil datanya adalah data sampel. 3. Kesimpulan yang diambil adalah untuk populasi.

Tujuan Pengambilan Sampel (Sampling) 1. Mereduksi objek penelitian 2. Ingin melakukan generalisasi 3. Menyederhanakan tugas penelitian 4. Efektivitas dan efisiensi Langkah Langkah Dalam Pengambilan Sampel 1. Tentukan luas populasi sebagai daerah generalisasi 2. Penegasan sifat dan ciri populasi 3. Tentukan besarnya sampel 4. Tentukan teknik samplingnya D. Teknik Sampling 1. Probability Sampling Probability sampling adalah teknik sampling (teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. a. Simple Random Sampling Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. 1. 2. 3. Undian dengan pengembalian atau undian tanpa pengembalian Penggunaan tabel bilangan random Sistematik random

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 44

b. Disproportionate Stratified Random Sampling Teknik ini dugunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu mempunyai; 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang lulusan SMU, 700 orang lulusan SMP, maka tiga orang lulusan S3 dan empat orang lulusan S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena kedua kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU dan SMP. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Strata berdasarkan usia Strata berdasarkan jenjang pendidikan Strata berdasarkan jenis kelamin Strata berdasarkan status perkawinan Strata berdasarkan status sosial ekonomi Strata berdasarkan asal sekolah Strata berdasarkan jenjang kepangkatannya atau jenjang jabatan

c. Proportionate Stratified Random Sampling Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai tersebut berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus S1=45, S2=30, STM=800, ST=900, SMEA=400, SD=300. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut. Jumlah sampel dan teknik pengambilan sampel diberikan setelah bagian ini.

d. Cluster Sampling (Area Sampling) Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 45

berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Teknik ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga. Sampling berdasarkan pada kelompok-kelompok masyarakat : 1. Berdasarkan profesi/pekerjaan 2. Berdasarkan tempat tinggal 3. Berdasarkan tempat pekerjaan 4. Berdasarkan area/wilayah/daerah

2. Non Probability Sampling Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk diplih menjadi sampel. a. Sampling Sistematis Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan lima.untuk ini maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor 1, 5, 10,15, 20, dan seterusnya sampai 100.

b. Quota Sampling Sampling quota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (quota) yang diinginkan. 1. Mengambil sampel yang punya karakteristik/ciri tertentu serta jumlah/quota yang harus diambil (misalnya: mahasiswa semester V dari berbagai PT yang kuliah sambil bekerja atau kuliah tapi sudah

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 46

berkeluarga). Dicari yang paling mudah dihubungi. (ciri-ciri yang dicari tidak merupakan representasi dari populasi secara

keseluruhan). 2. Kalau pengumpulan data belum didasarkan pada quota yang diinginkan maka penenlitian dipandang belum selesai, karena belum memenuhi quota yang ditentukan.

c. Incidental Sampling Teknik ini adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. 1. Pengambilan sampel seketemunya saja 2. Tidak representatif 3. Jumlahnya tidak ditentukan secara pasti 4. Mudah dilakukan 5. Sulit untuk diambil generalisasi 6. Digunakan untuk menemukan suatu isu/hal-hal yang menjadi topik pembicaraan masyarakat

d. Purposive Sampling Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya, akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penenlitian kualitatif. 1. Memilih sampel berdasarkan tujuan tertentu 2. Memiliki ciri-ciri yang esensial dari populasi 3. Misalnya untuk mengetahui kualitas pendidikan suatu daerah; sampelnya dari orang tua, guru, kadinas, pengawas, dst. 4. Tidak terikat dengan jumlah sampel

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 47

e. Snowball Sampling Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, kemudian dua orang ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. 1. Dimulai dari kelompok kecil 2. Masing-masing anggota kelompok memilih kawannya (satu atau dua orang) untuk dijadikan sampel, 3. Kawannya memilih kawannya lagi untuk dijadikan sampel, begitu seterusnya sampai diperoleh jumlah sampel yang diinginkan 4. Sampel tidak boleh lebih dari 100 orang 5. Menyelidiki hubungan antar manusia dalam hubungan yang akrab f. Sampling Jenuh Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila

jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

E. Pertimbangan-pertimbangan dalam Menentukan Teknik Sampling 1. Tujuan penelitian: generalisasi, kesan-kesan umum dalam waktu singkat 2. Pengetahuan tentang populasi 3. Kesediaan seseorang untuk dijadikan sampel 4. Jumlah biaya yang tersedia 5. Besarnya target fasilitas yang tersedia

F. Besar Sampel 1. Tidak ada ketentuan yang pasti 2. Jika homogen, sampel tidak perlu banyak 3. Semakin heterogen populasi, jumlah sampel semakin banyak 4. Untuk penelitian di sekolah, biasanya diambil sampel kelas

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 48

G. Menentukan Ukuran Sampel Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi bila jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum). Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam penelitian? jawabannya tergantung pada tingkat kesalahan yang dikehendaki. Tingkat kepercayaan yang dikehendaki sering tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga yang tersedia. Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan, dan sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan. Berikut ini diberikan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan dari Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan, 1%, 5%, dan 100%. Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut :
s

2 . N . P .Q d 2 ( N 1) 2 . P .Q
d 0,05 s jumlah sampel

2 dengan dk 1, taraf kesaahan 1%, 5%, 10 %.


P Q 0,5.

H. Menentukan Anggota Sampel Di dapan telah dikemukakan terdapat dua teknik sampling, yaitu probability sampling dan nonprobability sampling. Probability sampling adalah teknik sampling yang memberi peluang sama kepada anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Cara demikian sering disebut dengan random sampling, atau cara pengambilan sampel secara acak.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 49

Pengambilan sampel secara random/acak dapat dilakukan dengan bilangan random, komputer, maupun dengan undian. Bila pengambilan dilakukan dengan undian, maka setiap anggota populasi diberi nomor terlebih dahulu, sesuai dengan jumlah anggota populasi. Karena teknik pengambilan sampel adalah random, maka setiap anggota popuasi mempunyai peluang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Untuk contoh di atas peluang setiap anggota populasi = 1/100. Dengan demikian cara pengambilannya bila nomor satu telah diambil, maka perlu dikembalikan lagi, kalau tidak dikembalikan peluangnya menjadi tidak sama lagi. Misalnya nomor pertama tidak dikembalikan lagi maka peluang berikutnya menjadi 1 : (100 1) = 1/99. Peluang akan semakin besar bila yang telah diambil tidak dikembalikan. Bila yang telah diambil keluar lagi,dianggap tidak sah dan dikembalikan lagi.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 50

KAJIAN TEORITIS/TINJAUAN PUSTAKA DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN

Kajian teoritis atau tinjauan pustaka atau landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan cobacoba (trial and error). Adanya landasan teori ini merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data. Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori di sini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai. Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan/dideskripsikan, akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independen dan satu variabel dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan dengan tiga variabel independen dan satu kelompok teori yang berkenaan dengan variabel dependen. Oleh karena itu, semakin banyak variabel yang diteliti, maka akan semakin banyak teori yang perlu dikemukakan. Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabelvariabel yang diteliti, melalui pendefinisian dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. Teori-teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan penelitian dapat digunakan sebagai indikator apakah peneliti menguasai teori dan konteks

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 51

yang diteliti atau tidak. Variabel-variabel penelitian yang tidak dapat dijelaskan dengan baik, baik dari segi pengertian maupun kedudukan dan hubungan antar variabel yang diteliti, menunjukkan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitian. Untuk mnguasai teori maupun generalisasi-generalisasi dari hasil penelitian, maka peneliti harus rajin membaca. Orang harus membaca dan membaca, dan menelaah yang dibaca itu setuntas mungkin agar ia dapat menegakkan landasan yang kokoh bagi langkah-langkah berikutnya. Membaca merupakan keterampilan yang harus dikembangkan dan dipupuk. Untuk dapat membaca dengan baik, maka peneliti harus mengetahui sumber-sumber bacaan. Sumber-sumber bacaan dapat berbentuk buku-buku teks, kamus, ensiklopedia, jurnal ilmiah, dan hasil-hasil penelitian. Bila peneliti tidak memiliki sumber-sumber bacaan sendiri, maka dapat melihat di perpustakaan, baik perpustakaan lembaga formal maupun perpustakaan pribadi. Sumber bacaan yang baik harus memenuhi tiga kriteria, yaitu relevansi, kelengkapan, dan kemutakhiran (kecuali penelitian sejarah, penelitian ini justru menggunakan sumber-sumber bacaan lama). Relevansi berkenaan dengan kecocokan antara variabel yang diteliti dengan teori yang dikemukakan, kelengkapan berkenaan dengan banyaknya sumber yang dibaca, kemutakhiran berkenaan dengan dimensi waktu. Makin baru sumber yang digunakan, maka akan semakin mutakhir teori tersebut. Hasil penelitian yang relevan bukan berarti sama dengan yang akan diteliti, tetapi masih dalam lingkup yang sama. Secara teknis hasil penelitian yang relevan dengan apa yang akan diteliti dapat dilihat dari permasalahan yang diteliti, waktu penelitian, tempat penelitian, sampel penelitian, metode penelitian, analisis, dan kesimpulan. A. Pengertian dan Tujuan Penelitian pendidikan tidak pernah dapat dipisahkan dengan pengetahuan kependidikan karena pada hakikatnya merupakan alat untuk mendapatkan informasi baru yang berguna untuk mengisi kekosongan atau menguji pengetahuan yang telah ada. Oleh karena itu, agar dapat mengetahui bagaimana

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 52

hubungan dan di mana posisi pengetahuan yang telah ada, perlu adanya ulasan terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan dengan topik masalah yang diangkat. Ulasan kepustakaan akan memungkinkan pembaca meningkatkan

cakrawala nya dari segi tujuan dan hasil penelitian. Ulasan kepustakaan sering juga disebut rasional penelitian karenamemberikan landasan rasional tentang mengapa penelitian tersebut perlu dilakukan dalam kaitannya dengan kerangka pengetahuan. Ulasan kepustakaann ini tidak hanya sekedar untuk menghasilkan anotasi atau catatan bibliografi tentang masalah yang diangkat (Lindvall, 1969 dalam Ibnu Hadjar : 76). Ulasan terhadap bahan kepustakaan yang berkaitan dengan topik penelitian tersebut juga bukan dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa masalah penelitian yang diangkat belum pernah diteliti oleh peneliti yang lain. Tujuan utama dari penulisan ulasan kepustakaan adalah untuk mengorganisasikan penemuan-penemuan penelitian yang pernah dilakukan sehingga pembaca akan memahami mengapa masalah yang diangkat mempunyai nilai penting serta menunjukkan bagaimana masalah tersebut dikaitkan dengan hasil penelitian dan pengetahuan yang lebih luas) McMillan dan Schumacher, 1989; Lindvall, 1969 dalam Ibnu Hadjar : 76). Dengan mengetahui hasil-hasil penting dari penelitian yang pernah dilakukan, peneliti dapat melihat bagaimana masalah penelitian dan penemuannya akan dapat dihubungkan dengan hasil penentuan penelitian lain dan bagaimana kombinasi penemuan tersebut dan penemuannya dapat membantu memberikan gambaran atau potret pengetahuan yang lebih utuh dan komplit tentang bidang tersebut. Ulasan kepustakaan juga dapat dipandang sebagai kontribusi terhadap penyusunan teori penelitian. Salah satu kelemahan dalam bidang kependidikan adalah kurang adanya kerangka teori yang dijadikan landasan masalah penelitian. Keterbatasan kerangka teori dalam bidang tersebut mungkin terjadi karena kompleksnya hubunganhubungan yang ada dalam masalah yang harus dikaji. Untuk menyusun kerangka tersebut, peneliti dapat melakukan dengan cara menyusun hasil-hasil penelitian

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 53

yang telah ada, menunjukkan bagaimana hasil-hasil tersebut saling berhubungan sehingga memberikan suatu organisasi pengetahuan yang telah ada. Dengan cara ini peneliti memberikan kerangka yang memperlihatkan di mana masalah penelitiannya akan dapat mengisi kekurangan dalam pengetahuan yang ada. Hal ini akan memberikan alasan logis manfaat dari masalah yang diangkat dan menunjukkan bagaimana ia dapat membantu melengkapi hasil penelitian lain untuk memperluas pengetahuan dalama bidangnya. Lebih lanjut kepustakaan tersebut berguna untuk menunjukkan signifikansi masalah, mengembangkan desaian mendahului serta rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut. Secara rinci hal tersebut dijelaskan : a. Menentukan dan membatasi permasalahan penelitian b. Meletakkan penelitian pada prespektif sejarah dan asosional. c. Menghindari replikasi yang tidak disengaja dan tidak perlu d. Memilih metodologi yang tepat e. Menghubungkan penemuan dengan pengetahuan yang ada usulan untuk penelitian lebih lanjut. Kepustakaan adalah bahan-bahan yang secara nyata relevan dengan permasalahan seperti hasil penelitian yang pernah dilakukan yang menyelidiki pertanyaan yang serupa atau variabel yang sama; rujukan terhadap teori dan pengujian empiris terhadap teori; dan kajian dari bidang lain, seperti penelitian sosiologi tentang interaksi kelompok kecil, penelitian psikologi tentang perkembangan intelektual pada anak. Banyak sedikitnya kepustakaan ini bergantung pada topik dan tujuan penelitian. Dalam topik yang sudah banyak dilakukan penelitian, ulasan kepustakaan biasanya berisi sumber hasil penelitian yang secara langsung berhubungan dengan penelitian yang diangkat yakni menyelidiki masalah yang serupa. B. Sumber Ulasan kepustakaan Pada dasarnya ulasan kepustakaan dalam penelitian harus didasarkan pada sumber asli yang ditulis oleh peneliti atau penemu teori itu sendiri secara langsung. Namun demikian, karya-karya yang dibuat oleh yang secara tidak

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 54

langsung melakukan penelitian atau membuat teori juga dapat dijadikan sumber informasi yang sangat berharga. Ada tiga macam kategori ulasan kepustakaan yang telah diklasifkasikan, antara lain : 1. Sumber primer Sumber primer adalah hasil-hasil penelitian atau tulisan-tulisan karya peneliti atau teoritis yang orisinil. Sumber ini merupakan deskripsi langsung tentang kenyataan yang dibuat oleh individu yang melakukan pengamatan atau menyaksikan kejadian atau oleh individu yang mengemukakan teori yang pertama kali. Dalam penelitian pendidikan, ini berarti deskripsi penyelidikan oleh peneliti sendiri atau deskripsi teori oleh penemunya. Sumber ini berisi teks laporan hasil penelitian atau teori secara penuh atau lengkap, detil, dan teknis. Oleh karena itu, ia dapat memberikan informasi yang detil tentang penelitian, teori dan metodologi yang digunakan untuk menyelidiki masalah. Contohnya adalah jurnal ilmiah, proceeding, text book, hand book, skripsi, tesis, dan disertasi. 2. Sumber sekunder Sumber sekunder adalah bahan pustaka yang ditulis dan dipublikasikan oleh penulis yang tidak secara langsung melakukan pengamatan atau berpartisipasi dalam kenyataan yang ia deskripsikan atau bahan penemu teori. Sumber ini berisi tentang hasil sintesis bahan-bahan yang berasal dari sumber utama, baik secara empiris maupun teoritis. Di samping itu, sumber ini juga mengkombinasikan informasi yang diperoleh dari beberapa sumber primer ke dalam satu kesatuan kerangka kerja sehingga memberikan ulasan secara ringkas tentang perkembangan penelitian dalam topik tertentu. Kebanyakan sumber sekunder ini memuat daftar pustka yang menjadi sumber

pengambilan bahan-bahan yang dijadikan sehingga daftar ini juga dapat dipergunakan untuk menemukan sumber primernya. Contohnya adalah bukubuku teks. 3. Sumber preliminer Sumber preliminer adalah bahan-bahan rujukan yang dimaksudkan untuk membantu seseorang mengidentifikasi dan menemukan sumber primer atau

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 55

sekunder. Dengan kata lain, sumber preliminer berisi informasi tentang sumber primer dan sekunder. Sumber ini sangat bermaanfaat untuk menunjukkan jenis-jenis tertentu yang diperlukan dalam beberapa ulasan kepustakaan untuk mencari subjek tertentu. Dengan demikian, peneliti akan menghemat waktu, biaya, dan tenaga karena sumber preliminer informasi tentang di mana artikel-artikel, buku-buku, laporan-laporan, dan dokumendokumen lain tentang suatu subjek tertentu dapat ditemukan dalam sumber primer atau sekunder. Ada dua macam sumber preliminer yakni abstraks dan indeks. Indeks biasanya hanya berisi informasi kunci tentang bahan pustaka primer atau sekunder yakni penulis, judul, dan tempat penerbitan. Sedangkan, abstrak berisi rangkuman singkat tentang laporan penelitian baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan beserta bibliografi dan diterbitkan secara berkala.

Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut: 1. Analisis pernyataan masalah Pernyataan masalah berisi konsep-konsep atau variabel yang membentuk petunjuk tentang topik kepustakaan, misalnya pembelajaran, sikap, evaluasi, dan interaksi belajar mengajar. Kata kunci ini dapat memudahkan untuk mencari bahan-bahan pustaka yang sesuai dengan masalah. 2. Mencari dan membaca sumber sekunder Bacaan bahan-bahan yang ada dalam sumber kedua akan memberikan ulasan dan pandangan sekaligus tentang topik dan akan membantu

peneliti untuk membatasi masalah sehinga lebih cepat. 3. Memilih sumber preliminer yang sesuai Sumber priliminer baik berupa indeks maupun abstrak akan membantu peneliti untuk mendapatkan informasi di mana sumber primer dapat diperoleh.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 56

4. Membaca sumber primer yang terkait Setelah mendapatkan sumber primer, peneliti membaca dan mencatat hasil analisis singkat terhadap sumber primer yang sesuai dan relevan dengan masalah penelitiannya disertai catatan bibliografinya secara lengkap. 5. Mengorganisasi catatan Hasil catatan yang dibuat pada langkah keempat dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa cara, misalnya kronologi, kesamaan wawasan terhadap permasalahan, dan metodologi dan kemudian disusun

berdasarkan ide umum yang dapat meliputinya. 6. Menulis kutipan Dalam membuat ulasan peneliti hanya mengutip hasil penelitian teori dan praktk yang relevan dengan masalah penelitian. Banyak sedikitnya ulasan serta kedalamannya sangat tergantung pada jenis penelitian serta banyaknya penelitian yang pernah dilakukan.

KERANGKA BERPIKIR Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berpikir. Kerangka berpikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 57

Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih biasanya dirumuskan hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam rangka menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, maka perlu dikemukakan kerangka berpikir. Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek permasalahan. Kriteria utama agar kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan, adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berpikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan antar variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.

1.

Menetapkan Variabel Yang Diteliti Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka berpikir untuk pengajuan hipotesis, maka harus ditetapkan terlebih dahulu variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan apakah nama setiap variabel, merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan dikemukakan.

2.

Membaca Buku dan Hasil Penelitian (HP) Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca bukubuku dan hasil penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk buku teks, ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah laporan penelitian, jurnal ilmiah, skripsi, tesis, dan disertasi.

3.

Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian (HP) Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teoriteori yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Seperti telah

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 58

dikemukakan, deskripsi teori berisi tentang definisi terhadap masing-masing variabel yang diteliti, uraian rinci tentang ruang lingkup setiap variabel, dan kedudukan antara variabel satu dengan yang lain dalam konteks penelitian itu. 4. Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian Pada tahap ini melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini peneliti akan mengkaji apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu betul-betul sesuai dengan obyek penelitian atau tidak , karena sering terjadi teori-teori yang berasal dari luar tidak sesuai untuk penelitian di dalam negeri. 5. Analisis Komparatif terhadap Teori dan Hasil Penelitian Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain. Melalui analisis komparatif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori yang lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas. 6. Sintesa Kesimpulan Melalui analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya peneliti dapat melakukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berpikir yang selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis. 7. Kerangka Berpikir Setelah sintesa atau kesimpulan sementara dapat dirumuskan maka selanjutnya disusun kerangka berpikir. Kerangka berpikir yang dihasilkan dapaat berupa kerangka berpikir yang asosiatif/hubungan maupun

komparatif/perbandingan. Kerangka berpikir asosiatif dapat menggunakan kalimat: jika begini maka akan begitu; jika guru kompeten maka, hasil belajar akan tinggi.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 59

8. Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis. Bila kerangka berpikir berbunyi jika guru kompeten, maka hasil belajar akan tinggi, maka hipotesisnya berbunyi ada hubungan yang positif dan signifikan antara kompetensi guru dengan hasil belajar.

Kerangka berpikir yang baik, memuat hal-hal sebagai berikkut: 1. Variabel-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan 2. Diskusi dalam kerangka berpikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan pertautan/hubungan antar variabel yang diteliti, dan ada teori yang mendasari 3. Diskusi juga harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antar variabel itu positif atau negatif, berbentuk simetris, kausal, atau interaktif (timbal balik). 4. Kerangka berpikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram (paradigma penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami kerangka berpikir yang dikemukakan dalam penelitian.

PARADIGMA PENELITIAN Dalam penelitian kuantitatif/positivistik, yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, dan ada hubungan gejala bersifat kausal (sebab akibat), maka peneleiti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada beberapa variabel saja. Pola hubungan antara variabel yang akan diteliti tersebut selanjutnya disebut sebagai paradigma penelitian. Jadi paradigma penelitian dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan. Berdasarkan hal ini maka bentuk-bentuk paradigma penelitian atau model penelitian kuantitatif khususnya untuk penelitian survey adalah sebagai berikut:

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 60

1.

Paradigma Sederhana Paradigma penelitian ini terdiri atas satu variabel indelpenden dan satu variabel dependen. Berdasarkan paradigma tersebut, maka dapat ditentukan: a. Jumlah rumusan masalah deskriptif ada dua, dan asosiatif ada satu yaitu: 1). Rumusan masalah deskriptif (dua) a). Bagaimana X? (kualitas guru) b). Bagaimana Y? (prestasi belajar murid) 2). Rumusan masalah asosiatif/hubungan (satu) Bagaimanakah hubungan atau pengaruh kualitas alat dengan kualitas barang yang dihasilkan. b. Teori yang digunakan ada dua, yaitu teori tentang media pendidikan dan prestasi belajar. c. Hipotesis yang dirumuskan ada dua macam yaitu hipotesis deskriptif dan hipotesis asosiatif (hipotesis deskripitf sering tidak dirumuskan) 1). Dua hipotesis deskriptif: (jarang dirumuskan dalam penelitian) a). Kualitas media yang digunakan oleh lembaga pendidikan tersebut telah mencapai 70% baik. b). Prestasi belajar siswa lembaga pendidikan tersebut telah mencapai 99% dari yang diharapkan. 2). Hipotesis asosiatif Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas media pendidikan dengan prestasi belajar murid. Hal ini berarti bila kualitas media pendidikan ditingkatkan, maka prestasi belajar murid akan meningkat pada gradasi yang tinggi (kata signifikan hanya digunakan apabila hasil uji hipotesis akan digeneralisasikan ke populasi di mana sampel tersebut diambil. d. Teknik Analisis Data Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis tersebut, maka dapat dengan mudah ditentukan teknik statistik yang digunakan untuk analisis data dan menguji hipotesis.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 61

1). Untuk dua hipotesis deskriptif, bila datanya berbentuk interval dan ratio, maka pengujian hipotesis menggunakan t-test one sample. 2). Untuk hipotesis asosiatif, bila data ke dua variabel berbentuk interval atau ratio, maka menggunakan teknik Statistik Korelasi Product Moment.

2.

Paradigma Sederhana Berurutan Dalam paradigma ini terdapat lebih dari dua variabel, tetapi hubungannya masih sederhana. Paradigma sederhana menunjukkan hubungan antara satu variable independen dengan satu variabel dependen secara berurutan. Untuk mencari hubungan antar variabel (X1 dengan X2; X2 dengan X3; X3 dengan Y) tersebut digunakan teknik korelasi sederhana. Naik turun harga Y dapat diprediksi melalui persamaan regresi Y atas X3, dengan persamaan Y = a + bX3. Berdasarkan contoh 1 tersebut, dapat dihitung jumlah rumusan masalah, deskriptif dan asosiatif.

3.

Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen Dalam paradigma ini terdapat dua variabel independen dan satu variabel dependen. Dalam paradigma ini terdapat tiga rumusan masalah deskriptif dan 4 rumusan masalah asosiatif (3 korelasi sederhana dan 1 korelasi ganda). Paradigma ganda dengan dua variabel independen X1 dan X2, dan satu variabel dependen Y. Untuk mencari hubungan X1 dengan Y dan X2 dengan Y, menggunakan teknik korelasi sederhana. Untuk mencari hubungan X1 dengan X2 secara bersama-sama terhadap Y menggunakan korelasi ganda.

4.

Paradigma Ganda dengan Tiga Variabel Independen Dalam paradigma ini terdapat tiga variabel independen (X1, X2, X3) dan satu variabel dependen (Y). Rumusan masalah deskriptif ada 4 dan rumusan masalah asosiatif (hubungan) untuk yang sederhana ada 6 dan yang ganda minimal 1.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 62

Paradigma ganda dengan tiga variabel independen yaitu X1, X2, dan X3. Untuk mencari besarnya hubungan antara X1 dengan Y; X2 dengan Y; X3 dengan Y; X1 dengan X2; X2 dengan X3; dan X1 dengan X3 dapat menggunakan korelasi sederhana. Untuk mencari besarnya hubungan antar X1 secara bersama-sama dengan X2 dan X3 terhadap Y digunakan korelasi ganda. Regresi sederhana dan ganda serta korelasi parsial dapat digunakan untuk analisis dalam paradigma ini. 5. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Dependen Paradigma ganda dengan suatu variabel independen dan dua variabel dependen. Untuk mencari besarnya hubungan antara X dan Y1 dan X dengan Y2 digunakan teknik korelasi sederhana. Demikian juga untuk Y1 dengan Y2. Analisis regresi juga digunakan di sini. 6. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen dan Dua Variabel Dependen Dalam paradigma ini terdapat dua variabel independen (X1, X2) dan dua variabel dependen (Y1 dan Y2). Terdapat 4 rumusan masalah deskriptif dan 6 rumusan masalah hubungan sederhana. Korelasi dan regresi ganda juga dapat digunakan untuk hubungan antar variabel secara simultan. Hubungan antar varibel r1, r2, r3, r4, r5, dan r6 dapat dianalisis dengan korelasi sederhana. Hubungan antara X1 bersama-sama dengan X2 terhadap Y1 dan X1 dan X2 bersama-sama terhadap Y2 dapat dianalisis dengan korelasi ganda. Analisis regresi sederhana maupun ganda dapat juga digunakan untuk memprediksi jumlah tiket yang terjual dan kepuasan penumpang Kereta Api. 7. Paradigma Jalur Teknik analisis Statistik yang digunakan dinamakan path analysis (analisis jalur). Analisis dilakukan dengan menggunakan korelasi dan regresi sehingga dapat diketahui untuk sampai pada variabel dependen terakhir, harus lewat jalur langsung atau melalui variabel intervening. Dalam paradigma itu terdapat empat rumusan masalah deskriptif dan enam rumusan masalah hubungan.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 63

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Pengertian Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan maslah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data. Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang

menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Setelah selesai menyusun landasan teori, seorang peneliti biasanya sampai pada suatu kesimpulan tentang permasalahan penelitian. Bertolak dari yang telah dilakukan dalam mencari landasan teori, para peneliti akan mempunyai tiga peluang dalam memberikan jawaban sementara terkait dengan permasalahan penelitian. Apakah peneliti mempunyai arah jawaban yang pasti secara positif maupun negatif terhadap permasalahan masalah tersebut. Jawaban yang masih bersifat sementara dan bersifat teoritis ini disebut sebagai hipotesis. Dalam metode penelitian, hipotesis adalah alat yang mempunyai kekuatan dalam proses inkuiri. Karena hipotesis dapat menghubungkan dari teori yang relevan dengan kenyataan yang ada atau fakta atau dari kenyataan dengan teori yang relevan. Hipotesis dikatakan sementara karena kebenarannya masih perlu diuji atau dites kebenarannya dengan data yang asalnya dari lapangan. Hipotesi juga juga penting peranannya karena dapat menunjukkan harapan dari si peneliti

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 64

yang direfleksikan dalam hubungan ubahan atau variabel dalam permasalahan penelitian. Oleh karena itu hipotesis dibuat sebaiknya sebelum peneliti terjun ke lapangan mengumpulkan data yang diperlukan. Mengapa hipotesis dibuat sebelum peneliti ke lapangan (Ary, dkk, 1985:76) ada dua alasan yang mendasarinya, yaitu : a. Hipotesis yang baik menunjukkan bahwa peneliti mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup dalam kaitannya dengan permasalahan b. Bahwa dengan hipotesis dapat memberikan arah dan petunjuk tentang pengambilan data dan proses interpretasinya. Dalam penelitian, seorang peneliti yang menuliskan hipotesis secara baik mempunyai beberapa tujuan penting. Di antara tujuan tersebut diantaranya sebagai berikut : 1. Menyediakan keterangan secara sementara terhadap gejala dan memungkinkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan 2. Menyediakan para peneliti dengan pernyataan hubungan antar variabel yang dapat diuji kebenarannya 3. Memberikan arah yang perlu dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. 4. Memberikan kisi-kisi laporan untuk melaporkan kesimpulan studi.

Secara fungsional hipotesis dalam penelitian itu sangatlah penting. Bila hipotesis dinyatakan dengan tepat dan teliti, jawaban sementara dapat dipergunakan sebagai petunjuk analisis. Hipotesis dalam posisinya sebagai salah satu unsur penelitian dapat dimisalkan seperti kompas bagi nahkoda kapal. Kompas dapat dipergunakan sebagai penentu arah dalam perjalanan di tengah lautan sehingga mencapai pelabuhan yang dituju. Dengan hipotesis, peneliti lebih mudah dalam mencari pemecahan masalah atas dasar pernyataan hipotesis yang telah dibuat sebelumnya. Hipotesis penelitian mempunyai fungsi memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau research questions. Walaupun hal ini tidak

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 65

mutlak, hipotesis penelitian pada umumnya sama banyaknya dengan jumlah rumusan masalah yang telah ditetapkan dalam rencana penelitian. Yang penting adalah bahwa dengan dirumuskannya hipotesis penelitian, rumusan masalah yang direncanakan dapat dicakup dalam penelitian yang hendak dilakukan. Dilihat dari posisinya hipotesis penelitian biasanya ditempatkan dalam bab kedua, yaitu studi kepustakaan setelah landasan teori dan atau setelah kerangka berfikir tersusun. Hipotesis penelitian pada umumnya tidak diuji menggunakan teknik statistika. Karena memang fungsinya yang utama untuk memberikan jawaban sementara, sebagai rambu-rambu tindakan selanjutnya di lapangan. Berikut ini diberikan beberapa contoh hipotesis penelitian a. Ada korelasi positif dan signifikan antara usaha peningkatan belajar di sekolah dengan hasil pencapaian belajar siswa b. Ada pengaruh positif dan signifikan antara motivasi dan gaya kepemimpinan dalam organisasi terhadap produktivitas lembaga c. Ada hubungan yang negatif dan tidak signifikan antar besarnya gaji yang diterima para guru dengan keinginan bekerja sambilan di luar lembaga tempat bekerja.

Jika penelitian bersifat korelasional maka: 1) Hipotesis penelitian beraspek empiris disajikan pada akhir bab II dalam sub-sub tersendiri dengan memperhatikan teori pendukungnya, sedangkan hipotesis penelitian beraspek statistik disajikan dalam bab III. 2) Apabila analisis data (akhir bab IV) direncanakan tidak untuk menganalisis data secara luas baik masalah utama (mayor) maupun bagian-bagiannya (minor) maka dalam hipotesis tidak perlu dicantumkan hipotesis mayor dan minor. 3) Hipotesis harus berlandaskan teori, jika ingin mengubah harus mencantumkan alasan mengapa merubah teori tersebut.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 66

Langkah-Langkah Menguji Hipotesis Pengujian hipotesis memerlukan tiga "ingredient" : Soalan penyelidikan Populasi yang ditakrif dengan tepat (well-defined population) Alat mengukur

Untuk membuktikan sesuatu hipotesis, kaedah menguji memerlukan dua kenyataan yang bertentangan : Hipotesis penyelidikan (yang juga dikenali sebagai hipotesis alternatif), H1 Hipotesis Nol (Null hypothesis), H0

Untuk membuktikan H1 benar, biasanya kita akan cuba menbuktikan H0 tidak benar. Ciri-ciri hipotesis H1 dan H0 ialah : Saling eklusif (mutually exclusive) - ia itu kedua-dua hipotesis tidak boleh benar atau tidak benar pada masa yang sama Ekhaustif (exhuastive) - tiada alternatif lain

Titik-Titik Kritikal (genting) Dalam kaidah ujian hipotesis, kita akan coba membuktikan H0 benar. Sekiranya kita tidak dapat membuktikan H0 benar maka kita terpaksa menerima bahwa H1 adalah benar. Mengenai persampelan, kita dapati bahwa setiap sampel yang dipilih akan memberi min yang agak berlainan. Dengan lain perkataan, min yang diperoleh daripada sampel tidak akan tepat pada min populasi. Maka kita perlu menetapkan suatu titik (atau 2 titik) di atas keluk taburan min populasi di mana perbedaan di antara nilai min sampel dengan min populasi dianggap terlalu besar sehingga tidak boleh diterima sebagai sama. Nilai-nilai yang lebih tinggi daripada titik ini dianggap sebagai di dalam kawasan genting. Jika nilai min sampel terjatuh di dalam kawasan genting, maka hipotesis nol perlu ditolak.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 67

Ralat Jenis I dan II Dalam membuat keputusan samada hendak menerima atau menolak hipotesis, kita mungkin membuat dua jenis kesalahan atau ralat seperti ditunjukkan di dalam gambar di bawah. H0 Benar Terima H0 Keputusan Betul Ralat Jenis I H1 Benar Ralat Jenis II

(Type II Error) Keputusan Betul

Terima H1

(Type I Error)

Adalah lebih baik kita menetapkan kemungkinan membuat kesalahan. Jenis I lebih kecil daripada kemungkinan membuat kesalahan Jenis II. Dengan kata lain, kawasan genting (menolak H0) hendaklah lebih kecil dibandingkan dengan kawasan menerima H0. Dalam konteks dunia sebenar, kedudukan ini serupa dengan prinsip bahwa adalah "lebih baik bebaskan orang yang bersalah daripada menghukum orang yang tidak bersalah". Tahap kemungkinan menolak hipotesis nol yang benar (Ralat Jenis I) yang biasa digunakan ialah 0.05 (atau 5%). Untuk ujian hipotesis dua-ekor,

kemungkinan ini dibagi menjadi dua kawasan yang sama dipenghujung keluk tabura.

Perkiraan Andaikan bahwa suatu sampel injin baru telah pilih dan penyebaran N2O telah diukur. Kita juga tahu statistik-statistik berkenaan dengan penyebaran oleh injin lain. Perkiraan untuk mendapatkan nilai z ditunjukkan di bawah. Min penyebaran injin lain ialah 100 dengan varians 25. Bilangan sampel injin baru ialah 36 dan min penyebaran daripada sampel ialah 101.8. Soalannya sekarang ialah, "adakah 101.8 berbeda daripada 100"?

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 68

Dal am gambar di bawah, titik "a" dan "b" adalah titik genting. Nilai z untuk min penyebaran daripada sampel injin baru ialah 2.16. Nilai terjatuh dalam kawasan genting (2.16 > 1.96). Maka H0 hendaklah ditolak dan H1 diterima. Ini bermakna pada tahap 5% keyakinan, penyebaran injin baru didapati perbedaan daripada injin lain. Tetapi perhatikan bahawa nilai z terletak di bahagian kanan, iaitu penyebaran injin baru adalah lebih tinggi daripada injin lain. Tiga Bentuk Rumusan Hipotesis 1. Hipotesis Deskriptif Hipotesis deskriptif adalah dugaan tentang nilai suatu variable mandiri, tidak membuat perbandingan atau hubungan. Contoh : - Seberapa tinggi daya tahan lampu merk A ? - Seberapa baik gaya kepemimpinan di Lembaga X ? 2. Hipotesis Komparatif Hipotesis komparatif adalah suatu pernyataan yang menunjukkan dengan nilai dalam satu variable atau lebih pada sample yang berbeda Contoh : Adakah perbedaan daya tahan lampu merk A dan merk B ? 3. Hipotesis Hubungan (Asosiatif) Hipotesis asosiatif adalah suatu pernyataan yang menunjukkan dugaan tentang hubungan antara 2 variabel atau lebih Contoh : Adakah hubungan antara gaya kepemimpinan dengan efektivitas kerja ?

Taraf Kesalahan dalam Pengujian Hipotesis Pada dasarnya menguji hipotesis itu adalah menaksir parameter

populasi berdasarkan data sampel. Dimana ada 2 cara menaksirkan taraf kesalahan dalam pengujian hipotesis, yaitu : A point estimate (titik taksiran) adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan satu nilai data simpel Interval estimate (convidence interval) adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan nilai interval data sample.
Nursaid Fitria (06101410022) Page 69

Menaksir parameter populasi yang menggunakan nilai tunggal (point estimate) akan mempunyai resiko kesalahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan interval estimate.

Dua Kesalahan dalam Pengujian Hipotesis Dalam menaksirkan parameter populasi berdasarkan data sample,

kemungkinan akan terdapat dua kesalahan, yaitu : Kesalahan Tipe 1 merupakan kesalahan bila menolak hipotesis nol (Ho) yang benar (seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kesalahan dinyatakan dengan alpha (). Kesalahan Tipe 2 merupakan suatu kesalahan bila menerima hipotesis yang salah (seharusnya ditolak). Dalam hal ini tingkat kesalahan dinyatakan dalam beta ().

Syarat-syarat Hipotesis Penelitian, antara lain : menghubungkan atau membandingkan 2 atau lebih variable Dinyatakan dalam kalimat pernyataan, tidak boleh dalam pertanyaan Dapat diuji kebenarannya Dirumuskan dengan jelas

Bentuk-bentuk Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Teoritis (Hipotesis didalam menjawab rumusan permasalahan) 2. Hipotesis Statistik 3. Hipotesis Mayor (Hipotesis yang gabunganm yang besar) X1 X2 X3 4. Hipotesis Minor (Hipotesis yang pecahan, yang farsial, yang kecil) X1 y X2 y X3 y
Nursaid Fitria (06101410022) Page 70

y (Variabel terikat)

Mengapa Hipotesis Nol , dikarenakan : a. Hipotesis yang menyatakan tidak b. Untuk menetralisir arah pemikiran peneliti c. Azas praduga tak bersalah d. Kebalikannya adalah Ha e. Yang diuji adalah Ho f. Jika Ho ditolak, maka Ha diterima dan sebaliknya

Lambang Hipotesis Statistik Ho : 1 <= 2 Ha : 1 <= 2 Ho : 1 >= 2 Ha : 1 >= 2

Hipotesis yang mengandung pengertian yang sama/tidak sama Ho : 1 = 2 Ha : 1 = 2 Ho : 1 = 2 Ha : 1 = 2 Ho : 1 <= 2 Ha : 1 >= 2 (Memiliki 1 arah, 1 ekor, 1 ujung) Ket : : besaran untuk populasi (parameter) (rata-rata, simpangan baku, variasi) Hipotesis yang menyatakan Hubungan Ho : 1 xy = 0 Ha : 1 xy = 0 Ho : 1 xy <= 0 Ha : 1 xy > 0 Ho : 1 xy >= 0 Ha : 1 xy < 0 (Uji yang tidak memiliki arah, 2 ekor, 2 ujung)

Penyebab gagal ditolaknya Ho, yaitu : a. Dari landasan teori b. Kesalahan sampling c. Kesalahan instrumen penelitian d. Kesalahan perhitungan e. Kesalahan rancangan penelitian f. Pengaruh variabel luar

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 71

Sumber penemuan hipotesis, yaitu : Dari peneliti sendiri Dari teori/pendapat orang lain Dari penelitian yang relevan

Sikap Peneliti Terhadap Hipotesis Yang Dirumuskan o Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti (pada akhir penelitian) o Mengganti hipotesis seandainya melihat tandatanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung)

Penelitian Tanpa Hipotesis Penelitian Deskriptif adalah penelitian untuk satu variabel. Padahal hipotesis hanya dibuat jika yang dipermasalahkan menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian Evaluatif Penelitian eksploratif yang jawabannya masih sukar diduga dan dicari, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidak mungkin dihipotesiskan. Penelitian Tindakan Kelas (ya atau tidak) Nilai ilmiah penelitian berhipotesis lebih tinggi dibandingkan penelitian tanpa hipotesis

Anggapan Dasar / Asumsi Dasar Kebenaran atau keyakinan yang tidak perlu dibuktikan lagi dan merupakan dasar didalam memunculkan hipotesis Merupakan dari kegiatan penelitian / perumusan hipotesis Sebagai penegas variabel yg menjadi pusat perhatian Sumber asumsi : dari teori yang sudah mapan

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 72

Contoh Penggunaan Asumsi Dasar Judul Penelitian: Hubungan antara penampilan guru dan prestasi belajar siswa Asumsi Dasarnya: Setiap guru punya penampilan yg berbeda Prestasi belajar siswa bervariasi Prestasi belajar dipengaruhi oleh bermacam faktor

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 73

TEKNIK PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, ANALISIS DATA, PENYUSUNAN LAPORAN HASIL PENELITIAN.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA Pada umumnya penelitian akan berhasil jika banyak menggunakan instrumen sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) menguji hipotesis yang diperoleh melalui instrumen. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun instrumrn penelitian,antara lain : Masalah dan variabel yang diteliti termasuk indikator variabel,harus jelas, spesifik sehingga dapat ditentukan jenis instrumen yang digunakan. Sumber data/informasi baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih dahulu sebagi bahan atau dasar dalam menentukan isi atau bahasa dalam instrumen penelitian. Keterampilan dalam instrumen itu sendiri sebagai alat pengumpul data. Jenis data yang diharapkan dari penggunaan instrumen harus jelas. Mudah dan praktis digunakan sehingga dapat menghasilkan data yang diperlukan.

Langkah-langkahnya meyusun instrumen Langkah-langkah menyusun instrumen antara lain: a. Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji variabel menjadi

subpenelitian sejelas-jelasnya sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang diinginkan peneliti. b. Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur

variabel/subvariabel/indikator-indikatornya. c. Setelah ditetapkan jenis instrumennya, peneliti menyusun kisi-kisi atau lay out instrumen. Kisi-kisi ini berisi ruang lingkup materi pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, dan waktu yang dibutuhkan.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 74

d. Berdasarkan kisi-kisi tersebut lalu peneliti menyusun item atau pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi. e. Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi instrumen, misalnya membuang instrumen yang tidak perlu, menggantinya dengan item yang baru.

B. Jenis instrumen
Tes Tes prestasi Tes kecerdasan Tes bakat Tes minat Tes dianostik Tes formatif Tes sumatif Tes kepribadian Tes awal/akhir Nontes Kuisioner Wawancara Dokumentasi Observasi Skala sikap

C. Persamaan antara tes dan non tes


No 1 Tes Non tes Sama-sama digunakan untuk Observasi dalam konteks sebagai alat pengumpulan data 2 Sama-sama persyaratan pembutannya 3 Harus dilakukan uji tertentu instrumen adalah proses

memiliki pengumpulan bahan/keterangan dalam yang dilakukan melalui

pengamatan dan pencatan secara coba sistematis penelitian. terhadap fenomena

sebelum diterapkan

yang sedang dijadikan sasaran

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 75

D. Perbedaan antara Tes dan Non tes


No 1 Tes Non tes memiliki kriteria Memiliki kriteria kebenaran Tidak tertentu 2 3 Lebih bersifat objektif Ada kunci jawaban

kebenaran tertentu Lebih bersifat subjektif Tidak ada kunci jawaban

Interview (Wawancara) Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report atau setidak-tidaknya ada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Wawancara dapat dilakukan scara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon. Wawancara Terstruktur Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpul data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan training kepada calon pewawancara.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 76

Wawancara Tidak Terstruktur Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan dinyatakan. Wawancara tidak terstruktur atau terbuka sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau bahkan untuk penelitian lebih mendalam tentang responden. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada obyek, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti. Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden. Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias. Bias adalah menyimpang dari yang seharusnya, sehingga dapat dinyatakan data tersebut subyektif dan tidak akurat. Kebiasan data ini akan tergantung pada pewawancara, yang diwawancarai (responden) dan situasi & kondisi pada saat wawancara.

Kelebihan wawancara 1. Kontak langsung antara interviewer dan interviewee lebih akrab 2. Informasi lebih mendalam 3. Tidak terlalu formal 4. Bisa untuk tuna netra dan buta huruf Kelemahan wawancara 1. Jumlah responden terbatas 2. Responden grogi menjawab 3. Masalah bahasa 4. Penyesuaian diri dengan responden

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 77

Kuesioner (Angket) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.

Prinsip Penulisan Angket a. Isi dan tujuan pertanyaan Yang dimaksud di sini adalah apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan. Kalau berbentuk pengukuran maka dalam membuat pertanyaan harus diteliti, setiap pertanyaan harus disusun dalam skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti. b. Bahasa yang digunakan Bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden. Kalau sekiranya responden tidak dapat berbahasa Indonesia, maka angket jangan disusun dalam bahasa Indonesia. Jadi bahasa yang digunakan dalam angket harus memperhatikan jenjang pendidikan responden keadaan sosial budaya dan frame of reference dari responden. c. Tipe dan bentiuk pertanyaan Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka atau tertutup dan bentuknya dapat menggunakan kalimat positif atau negatif. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang suatu hal. Pertanyaan adalah pertanyaan yang akan membantu responden untuk menjawab dengan cepat dan juga memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data terhadap seluruh angket yang telah terkumpul.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 78

d. Pertanyaan tidak mendua Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua (double barreled) sehingga menyulitkan responden untuk memberikan jawaban. e. Tidak menanyakan yang sudah lupa Setiap pertanyaan dalam instrumen angket sebaiknya juga tidak

menanyakan hal-hal yang sekiranya sudah lupa atau pertanyaan yang memerlukan jawaban dengan berpikir berat. f. Pertanyaan tidak menggiring Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban yang baik saja atau ke yang buruk saja. g. Panjang pertanyaan Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi. Bila jumlah variabel banyak, sehingga memerlukan instrumen yang banyak maka instrumen tersebut dibuat bervariasi dalam penambilan, model skala pengukuran yang digunakan, dan cara mengisinya. Disarankan empirik jumlah pertanyaan yang memadai adalah antara 20 s/d 30 pertanyaan. h. Urutan pertanyaan Urutan pertanyaan dalam angket dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit atau diacak. Hal ini perlu dipertimbangkan karena secara psikologis akan mempengaruhi semangat responden untuk menjawab. Urutan pertanyaan yang diacak perlu dibuat bila tingkat kematangan responden terhadap masalah yang ditanyakan sudah tinggi. i. Prinsip pengukuran Angket yang diberikan kepada responden adalah instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu instrumen angket tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur. Supaya diperoleh data yang valid dan relaibel maka sebelum instrumen angket tersebut diberikan

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 79

kepada responden, maka perlu diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu. j. Penampilan fisik angket Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket. Angket yang dibuat di kertas buram akan mendapat respon yang kurang menarik bagi responden bila dibandingkan dengan angket uang dicetak dalam kertas yang bagus dan berwarna.

Observasi Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan angket. Kalau wawancara dan angket selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan manjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant observation. Selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.

1. Observasi Berperan Serta (Participant Observation) Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang didapatkan akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat mana dari setiap perilaku yang nampak.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 80

2. Observasi Nonpartisipan Kalau dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati maka dalam observasi nonpasrtisipan peneliti

TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Didalam kegiatan dalam pengolahan data, ada tiga kegiatan, yaitu: 1. Pengklasifikasian data (Editing) Pengklasifikasian data yaitu menggolongkan aneka ragam jawaban itu ke dalam kategori-kategori yang jumlahnya lebih terbatas. Pengklasifikasian perangkat kategori itu penyusunannya harus memenuhi bahwa setiap perangkat kategori dibuat dengan mendasarkan kriterium yang tunggal, bahwa setiap perangkat kategori harus dibuat lengkap, sehingga tidak ada satupun jawaban responden yang tidak mendapat tempat, dan kategori yang satu dengan yang lain harus terpisah secara jelas tidak saling tumpang tindih. Sebagai contohnya: kelengkapan jawaban, keterbatasan tulisan, kejelasan makna jawaban, kesesuaian jawaban, relevansi jawaban, keseragaman satuan data. 2. Koding Koding yaitu suatu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden dengan jalan menandai masing-masing kode tertentu. Bila analisis kuantitatif maka kode yang diberikan adalah angka. Bila angka itu berlaku sebagai skala pengukuran maka disebut dengan skor. 3. Tabulasi Tabulasi yaitu usaha penyajian data, terutama pengolahan data yang akan menjurus ke analisis kuantitatif, biasanya menggunakan tabel, baik tabel distribusi frekuensi maupun tabel silang.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 81

Jenis Jenis Data Ada beberapa macam jenis data, yaitu: 1. Data Kualitatif 2. Data Kuantitatif 3. Data Primer 4. Data Sekunder 5. Data Nominal 6. Data Ordinal 7. Data Seketika 8. Data Urutan waktu 9. Data Interval 10. Data Rasio

Analisis Data Ada beberapa analisis data, yaitu: 1. Analisis Deskriptif (non statistik) Analisis non statistik dilakukan terhadap data kualitatif. Dalam hal ini penelitian kualitatif mengajak seseorang untuk mempelajari sesuatu masalah yang ingin diteliti secara mendasar dan mendalam sampai ke akar-akarnya. Ada 2 macam analisis deskriptif, yaitu: Analisis deskriptif kuantitaif (persentase) Contohnya: Penilaian terhadap Modul A Analisis deskriptif kualitatif (Kategori, kriteria atau tolak ukur)

2. Analisis Statistik Analisis statistik ini berasal dari data kuantitatif. Pada umumnya, statistik dibagi 2 macam, yaitu: a. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif ini lazim dikenal pula dengan istilah Statistik Deduktif, statistik sederhana dan Descriptive Statistics. Yaitu statistik

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 82

yang tingkat pekerjaannnya mencakup cara-cara menghimpun, menyusun atau mengatur, mengolah, menyajikan, dan menganalisis data angka, agar dapat memberikan gambaran yang teratur, ringkas dan jelas mengenai suatu gejala, peristiwa atau keadaan. Dengan kata lain, statistik deskriptif adalah statistik yang mempunyai tugas mengorganisasi dan menganalis data angka, agar dapat memberikan gambaran secara teratur, ringkas, dan jelas, mengenai suatu gejala, peristiwa atau keadaan, sehingga dapat ditarik pengertian atau makna tertentu. b. Statistik Inferensial Statistik inferensial, yang lazim dikenal pula dengan istilah Statistik induktif, statistik lanjut, statistik mendalam atau Inferensial Statistics, yaitu statistik yang menyediakan aturan atau cara yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam rangka mencoba menarik kesimpulan yang bersifat umum, dari sekumpulan data yang telah disusun dan diolah. Kecuali itu, statistik inferensial juga menyediakan aturan tertentu dalam rangka penarikan kesimpulan (conclusion), penyusunan atau pembuatan ramalan (prediction), penaksiran dan sebagainya. Dengan demikian, Statistik Inferensial sifatnya lebih mendalam dan merupakan tindak lanjut dari statistik deskriptif. Dan pada dasarnya merupakan fundamen dari ilmu statistik deskriptif secara keseluruhan.

Jenis-jenis Uji Statistik 1. Uji Korelasi Yaitu menetapkan hubungan antara pasangan skor dari sebaran skor yang berbeda dan ingin mengetahui ada tidaknya hubungan dua pasangan tersebut. 2. Uji Regresi Penelitian mencoba melibatkan dua variabel atau lebih biasa ditujukan untuk memperkirakan variabel yang satu atas variabel lainnya sepanjang variable tersebut ada pertautannya dengan akal sehat

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 83

3. Uji Hipotesis Penerimaan atau penolakan hipotesis nol melalui statistik pengujian t, yaitu satu variabel acak yang nilainya bergantung pada data sampel.

Penyusunan laporan Hasil Penelitian Laporan hasil penelitian Dalam menulis laporan hasil penelitian ada beberapa bagian yang harus dituliskan, yaitu: Bab I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah Identifikasi masalah Pembatasan masalah Rumusan masalah

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab III. Metodologi Penelitian Variabel Penelitian Definisi Operasional Variabel Populasi dan sampel Waktu dan tempat Metode penelitian

Bab IV. Hasil Penelitian Deskripsi data Analisa Data Pembahasan

Bab V. Kesimpulan/Saran

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 84

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. Suharsimi (2002) menjelaskan PTK dari definisi ketiga kata tersebut sebagai berikut : Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan atau metedologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dialakuakan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan. Kelas adalah sekolompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Makna Kelas dalam PTK Pengertian kelas dalam PTK adalah sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Komponen dalam sebuah kelas yang dapat dikaji melalui penelitian tindakan antara lain sebagai berikut : 1. Siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajran dikelas/lapangan/laboraturium/bengkel, ketika sedang asyik mengerjakan pekerjaan rumah di malam hari, atau sedang megikuti kerja bakti di luar sekolah. 2. Guru, dapat dicermati ketika guru yang bersangkutan sedang mengajar di kelas, sedang membimbing siswa yans sedang berdarmawisata, atau sedang mengadakan kunjungan ke rumah siswa.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 85

3. Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau sebagai bahan yang ditugaskan kepada siswa. 4. Peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar, dengan tujuan meningkatkan mutu haaasil belajar, yang diamati ialah guru, siswa atau keduanya. 5. Hasil pembelajaran, merupqkqn produk yang ditingkatkan, pasti terkait dengan tindakan unsur lain, yaitu proses pembelajaran, peralatan atau sarana pendidikan, guru , dan siswa itu sendiri. 6. Lingkungan, baik lingkungan siswa itu di kelas, sekolah, maupun yang melingkungi siswa di rumahnya. 7. Pengelolaan, merupakan kegiatan yang sedang diterapkan dan dapat diatur/direkayasa dalam bentuk tindakan Unsur pengelolaan yang jelas-jelas merupakan gerak kegiatan sehingga mudah diatur dan direkayasa dalam bentuk tindakan. Dalam hal ini yang digolongkan sebagai kegiatan pengelolaan misalnya cara mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas, pengaturan jadwal, pengaturan tempat duduk siswa, penempatan papan tulis, penetaan peralatan milik siswa dan sebagainya.

Masalah yang dikaji melalui PTK Dikarenakan makna kelas dalam PTK adalah sekelompok peserta didik yang sedang belajar, maka permasalahan PTK cukup luas, diantaranya sebagai berikut : Masalah belajar siswa di sekolah, misalnya permasalahan belajar di kelas, kesalahan pembelajaran, miskonsepsi, misstrategi dan lain-lain. pengembangan profesionalisme guru dalam peningkatan mutu perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi program pembelajaran. Pengelolaan dan pengendalian, misalnya pengenalan teknik modifikasi perilaku, teknik memotivasi, dan teknik pengembang potensi diri. Desain dan strategi pembelajaran di kelas, misalnya masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran dan implementasi dan inovasi dalam metode pembelajaran (misalnya penggantian metode mengajar baru), interaksi di

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 86

dalam kelas (misalnya penggunaan strategi pengajaran yang didasarkan pada pendekatan terpadu). Penamaan dan pengembangan sikap serta nilai-nilai , misalnya pengembangan pola berfikir ilmiah dalam diri siswa. Alat bantu, media dan sumber belajar, misalnya penggunaan media, perpustakaan dan sumber belajar di dalam/luar kelas. sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran. Misalnya masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen asesmen berbasis kompetensi, atau penggunaan alat , metode evaluasi tertentu. Masalah kurikulum, misalnya implementasi KBK; urutan penyajian materi pokok; interaksi guru-siswa; siswa-materi ajar; dan siswa-lingkungan belajar.

Tujuan PTK Tujuan utama PTK adalah memecahkan pemasalahan nyata yang terjaidi di dalam kelas dan sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. Secara lebih rinci, tujuan PTK antara lain sebagai berikut : Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas. Meningkatakan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di daalm melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajran secara berkelanjutan (sustainable)

Keluaran Penelitian Tindakan kelas Karena yang diharapkan dapat dihasilkan dari PTK adalah peningkatan atau perbaikan mutu proses dan hasil pembelajaran , antara lain meliputi hal-hal berikut : Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 87

Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat bantu belajar dan sumber belajar lainnya. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah pendidikan anak di sekolah. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah.

Ciri Khusus Penelitan Tindakan Ciri khusus dari PTK adalah adanya tindakan (action) yang nyata. Tindakan itu dilakukan pada situasi alami (bukan dalam laboratorium) dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan praktis. Tindakan tersebut merupakan suatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Pada penelitian tindakan, kegiatan tersebut dilakakan dalam rangkaian siklus kegiatan. Keunikan lain dari PTK diantaranya sebagai berikut : 1. PTK merupakan kegiatan penelitian yang tidak saja berupaya untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiahnya. 2. Hal yang dipermasalahkan bukan dihasilkan dari kajian teoritis atau dari hasil penelitian terdahulu, tetapi berasal dri adanya permasalahan yang nyata dan aktual yang terjadi dalam pembelajaran di kelas. Dengan kalimat lain, PTK berfokus pada masalah praktis bukan problem teoritis atau bersifat bebas konteks. 3. PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas dan tajam

mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. 4. Adanya kolaborasi (kerja sama) antar praktisi (guru, kepala sekolah, siswa, dan lainnya) dan peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang

permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action). Kerja sama (kolaborasi) antar guru dan peneliti sangat penting dalam bersama menggali mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi terutama pada kegiatan mendiagnosis masalah, menyusun usulan,

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 88

melaksanakan penelitian (melaksanakan tindakan, observasi, merekam data, evaluasi dan reflaksi), menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyususn laporan akhir. 5. PTK dilakukan hanya apabila ada : Keputusan kelompok dan komitmen untuk pengembangan Bertujuan meningkatkan profesionalisme guru Alasan pokok : ingin tahu, ingin membantu, ingin meningkatkan Bertujuan memperoleh pengetahuan dan/atau sebagai pemecah masalah.

Menyusun Usulan PTK Kerja penelitian dimulai dengan membuat rencana. Rencana penelitian umumnya disebut usulan penelitian. Permohonan dana atau izin pelaksanaan penelitian selalu mempersyaratakan adanya ususlan penelitian. Usulan penelitian adalah langkah pertamam dari kerja penelitian. Pada umumnya usulan PTK terdiri atas : 1. Judul PTK 2. Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakanng masalah, perumusan masalah dan cara pemecahan masalah, tujuan dan kemanfaatan hasil penelitian (terutama potensi untuk memperbaiaki atau meningkatkan kualitas isi, proses, masukan atau hasil pembelajaran dan/atau pendidikan). 3. Bab kajian/Tindakan Pustaka yang mengurai kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan penelitian tindakan. 4. Bab Metodologi Pelaksanaan yang menjelaskan tentang rwencana dan prosedur penelitian (terutama: prosedur diagnosis masalah, perencanaan tindakan, prosedur pelaksanaan tindakan, prosedur observasi dan evaluasi, prosedur refleksi hasil penelitian). 5. Penjelasan mengenai kegiatan pendukung (terutama : jadwal penelitian, sarana pendukung pembelajaran masing-masing anggota penelitian dalam setiap kegiatan penelitian dan kelayakan pembiayaan).

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 89

Isi usulan penelitian Penjelasan dan contoh dari masing-masing komponen dalam usulan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: a. Judul Penelitian Judul hendaknya ditulis dengan singkat dan spesifik. Hal utama yang seharusnya ditulis didalam judul adalah gambaran dari apa yang

dipermasalahkan dan bentuk tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalahnya. Umumnya di bawah judul dituliskan pula subjudul. Subjudul ditulis untuk menambahkan keterangan lebih rinci tentang populasi, misalnya dimana penelitian dilakukan,kapan,dikelas berapa, dan lain-lain. Berikut ini beberapa contoh judul PTK, Peningkatan kreativitas siswa dalam proses belajar mata pelajaran Fisika melalui penerapan model pembelajaran generatif. Penerapan pembelajaran model Problem Based Learning untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah mata pelajaran Fisika. Pembelajaran berbasis konstruktivisme dan kontekstual pada mata pelajaran Fisika untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

pemahaman konsep. Meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada mata pelajaran Fisika melalui penerapan Cooperative Learning.

b. Pendahuluan Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan

pembelajaran. Untuk itu, dalam bab pendahuluan, yang intinya adalah paparan alasan atau latar belakang penelitian hendaknya dipaparkan bahwa: Masalah yang diteliti adalah benar-benar suatu masalah pembelajaran yang terjadi di sekolah. Dikarenakan hal tersebut umumnya di dapat dari pengamatan dan kajian (diagnosis) yang dilakukan oleh guru atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah, maka jelaskan pula proses atau kondisi yang terjadi.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 90

Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan mendesak untuk di pecahkan serta dapat dilaksanakan, dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya, dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut. Dari identifikasi masalah diatas, jelaskan hal-hal yang diduga menjadi akar penyebab dari masalah tersebut. Secara cermat dan sistematis berikan alasan (argumentasi) bagaimana dapat menarik kesimpulan tentang akar masalah itu. c. Perumusan dan Pemecahan Masalah Bagian ini umumnya terdiri atas jabaran tentang perumusan masalah, cara pemecahan masalah, tujuan serta manfaat atau kontribusi hasil penelitian. o Perumusan masalah: Rumusan masalah penelitian dalam bentuk suatu rumusan penelitian tindakan kelas. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan dilakukan dan hasil positif yang diantisipasi dengan mengajukan indikator keberhasilan tindakan, cara pengukuran, serta cara mengevaluasinya. o Pemecahan Masalah : Uraikan alternatif tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti hendaknya sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas. Cara pemecahan masalah ditentukan

berdasarkan pda akar penyebab permasalahan dalam bentuk tindakan (action) yang jelas dan terarah. o Tujuan Penelitian : Kemukakan secara singkat tentang tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan. Tujuan umum dan khusus diuraikan dengan jelas sehingga dapat diukur tingkat pencapaian keberhasilannya. o Kontribusi Hasil Penelitian : Uraikan kontribusi hasil penelitian terhadap kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran sehingga tampak manfatnya

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 91

bagi siswa, guru, maupun komponen pendidikan di sekolah lainnya. Kemukakan inovasi yang akan dihasilkan dari penelitian ini. Untuk memudahkan dalam menuliskan secara rinci hal-hal di atas, disarankan untuk terlebih dahulu menetapkan pokok-pokok pikirannya. d. Kajian pustaka Menguraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasai usulan rancangan penelitian tindakan. Kemukakan juga teori, temuan, dan bahan penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyususn kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan indikator keberhasilan tindakan yang diharapkan. e. Rencana dan Prosedur Penelitian. Kemukakan objek, waktu dan lamanya tindakan, serta lokasi penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, obsevasi, dan evaluasi-refleksi yang bersifat daur ulang atau siklus. Tunjukkan siklus-siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan indikator keberhasilan yang dicapai dalam setiap siklus sebelum pindah ke siklus lain. Jumlah siklus diusahakan lebih dari satu siklus, meskipun harus diingat jugas jadwal kegiatan belajar di sekolah. Untuk dapat membantu menyusun bagian ini, disarankan untuk terlebih dahulu menuliskan pokok-pokok rencana kegiatan dalam suatu tabel seperti contoh berikut

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 92

Tabel pokok-pokok rencana kegiatan Siklus 1 Perencanaan:identif ikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah Tindakan Pengamatan Refleksi Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam PBM Menentukan pokok bahasan Mengembangkan skenario pembelajaran Menyusun LKM Menyiapkan sumber belajar Mengembangkan format evaluasi Mengembangkan format observasi pembelajaran Menerapkan tindakan mengacu pada skenario dan LKM Melakukan observasi dengan memakai format observasi Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format LKM Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi evaluasi mutu,jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan. Melaukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario LKM, dan lain-lain. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya Evaluasi tindakan 1 Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah Pengembangan program tindakan II Pelaksanaan program tindakan II Pengumpulan data tindakan II Evaluasi tindakan II

Siklus II

Perencanaan

Tindakan pengamatan refleksi Siklus-siklus berikutnya Kesimpulan, saran, rekomendasi

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 93

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas Yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan PTK ada tiga ,yaitu: PTK merupakan penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan. Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran, dan evaluasi) dilakukan berdasarkan pertimbangan rasional (menggambarkan konsep teori) yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam praktik pembelajaran).

Prinsip PTK: Tidak mengganggu proses pembelajaran, harus dipersiapkan dengan rinci dan matang, tindakan harus konsisten dengan rancangan, masalah benar-benar ada dan dihadapi oleh guru dan seterusnya.

Siklus Kegiatan PTK PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang didalamnya terdapat empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang

digambarkan sebagai berikut:

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 94

Siklus PTK
Perencanaan tindakan I Pelaksanaann tindakan I

Permasalahan

Siklus I

Refleksi I

Pengamatan /pengumpulan data

Permasalahan baru hasil refleksi

Perencanaan tindakan II

Pelaksanaan tindakan II

Refleksi II

Pengamatan /pengumpulan data II

Siklus II

Apabila masalah belum terselesaikan

Dilanjutkan ke siklus berikutnya

Rincian kegiatan PTK a. Perencanaan Pada tahapan ini terdiri dari kegfiatan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah, yaitu secara jelas dapat dimengerti masalah apa yang akan diteliti. 2. Menetapkan alasan mengapa penelitian mengapa penelitian tersebut dilakukan, yang akan melatarbelakangi PTK. 3. Merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat tanya maupun kalimat pernyataan.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 95

4. Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban berupa hipotesis tindakan. 5. Menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta berbagai instrumen pengumpul data yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan itu. 6. Membuat secara rinci rancangan tindakan. b. Tindakan Pada tahap ini diterapkan strategi dan skenario pembelajaran. Rancangan tindakan tersebut sebelumnya telah dilatihkan kepada sang guru. Skenario tindakan yang akan dilakukan hendaknya dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian tindakan itu menjelaskan tentang : 1. Langkah demi langkah kegiatan yang akan di lakukan, 2. Kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru 3. Kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa. 4. Rincian tentang jenis media pembelajaran yang akan digunakan dan cara menggunakannya 5. Jenis instrumen yang disertai akan digunakan untuk rinci pengumpulan bagaimana

data/pengamatan menggunakannya.

dengan

penjelasan

c. Pengamatan atau observasi Pada tahap ini, peneliti (atau melakukan dan mencatat semua guru bertindak sebagai peneliti)

hal yang diperlukan dan terjadi selama

pelaksanaan tindakan berlangsung. Instrumen yang umum dipakai adalah a. soal tes, kuis b. rubrik, c. lembar observasi, dan catatan yang dipakai untuk memeperoleh data secara objektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperrti aktifitas sisiswa di dalam kelas tindakan berlangsung. Data yang telah dihibungkan hendaknya di cek untuk mengetahui keabsahannya. selama peemberian

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 96

Data yang telah terkumpul memerlukan analisis baik untuk mempermudah penggunaan maupun dalam penarikan kesimpulan. Untuk hal berbagai teknik.analisis statistika dapat digunakan.: Tabel Indikator Keberhasilan PTK No 1 Indikator keberhasilan PTK Semakin efektifnya waktu belajar oleh mahasiswa Rincian atau sub indikator keberhasilan : Siswa mampu. - menggunakan waktu konsultasi dengan dosen secara teratur. - Menyelesaikan tugas tepat waktu - Menggunakan waktu secar efektif dan efisien untuk mengerjakan tugas - Menunjukkan kemajuan dari waktu ke waktu - belajar/diskusi dengan teman tentang tugas yang diberikan. - Belajar/diskusi dengan orang lain yang memilki kecakapaan sesuai dengan tugas yang telah diberikan - Belajar melalui media pembelajaran lain (internet,perpustakan dan lain-lain) dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. - belajar dalam kelompok - mengembangkan data dan bahan secara mandiri - mengembangkan sifat kolaboratif satu dengan yang lain - mengkonstruksi, konstibusi, dan melakuakn sintesis informasi. -

Semakin kegiatan mahasiswa pihak lain

efektifnya belajar dengan

Semakin efektifnya kegiatan PBM yang dilakukan oleh mahasiswa.

Belajar yang diarahkan oleh dan untuk diri sendiri - Bekerja secara mandiri Meningkatnya Berupaya melakukan penilaian mandiri kemampuan melakukan terhadap target waktu penyelesaian tugas penilaian terhadap diri yang telah ditetapkan sendiri Melakukan penilaian mandiri terhadap kuantitas dan kualitas tugas yang telah dikerjakan

d. Refleksi Refleksi mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasi. Pengamatan atas tindakan yang dilakukan

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 97

Bagaimana Menyusun Laporan Penelitian Tindakan Kelas? Proses penysusunan laporan sebenarnya tidaklah sulit jika guru sudah disiplin mencatat apa saja yang telah dilakukan. Pada umumnya kerangka penulisan KTI yang berupa hasil penelitian adalah sebagai berikut : Tabel Kerangka Penulisan KTI Yang Berupa Hasil Penelitian Ciri khusus Kerangka penulisan KTI merupakan hasil laporan hasil KTI laporan hasil penelitian penelitian umumnya terdiri dari tiga bagian utama, yaitu : Kegiatan penelitian yang umum Bagian pendahuluan, terdiri dari : dilakukan oleh gurur adalah bidang Halaman, judul, lembarr persetujuan, pembelajaran di kelasatau kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, disekolahnya daftar gambar dab daftar lampiaran serta abstrak atau ringkasan. Jenis kegiatan yang dilakukan Bagian isi : umumnya adalah 1.penelitian 1. Bab I pendahuluan atau tindakan kelas permasalahn, yang berisi 2. penelitian dibidang eksperimen latarbelakang masalah, rumusan dalam pembelajran masalah, tujuan kegunaan, dan lain-lain. 2. Bab 2 kajian Teori atau pekmbahasan pustakaan 3. Bab 3 Metodee penelitian 4. Bab 4 hasil penelitian dan diskusi hasil penenlitian 5. Bab 5 kesimpilan dan saran. Bagaimana Rincian Dari Setiap Bagian Laporan Rincian setiap bagian laporan adalah sebagai berikut : a) Abstrak b) Pendahuluan c) Kajian pustaka d) Pelaksanaan penelitian e) Hasil penelitian dan pembahasan f) Kesimpilan dan saran g) Daftar pustaka h) Lampiaran-lampiran

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 98

Menilai Laporan PTK Bagaiamana kriteria KTI yang benar dan baik ? Sebelum dikirim untuk di evaluasi KTI hendaknya : Dinilai kembali oleh si penulis. Apakah semua seharusnya ada KTI telah tersaji dengan bail dan benar. Telah didiskusikan terlebih dahulu Menggunakan pedoman KTI yang berlaku Secara umum KTI yang baik adalah yang APIK komponen yang

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 99

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut. Jadi penelitian dan pengembangan bersifat longitudinal (bertahap bisa multy years). Penelitian Hibah Bersaing (didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi) adalah penelitian yang menghasilkan produk, sehingga metode yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan. Metode penelitian dan pengembangan telah banyak digunakan pada bidang-bidang Ilmu Alam dan Teknik. Hampir semua produk teknologi, seperti alat-alat elektronik, kendaraan bermotor, pesawat terbang, kapal laut, senjata, obat-obatan, alat-alat kedokteran, bangunan gedung bertingkat dan alat-alat rumah tangga yang modern diproduk dan dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan. Namun demikian metode pemelitian dan pengembangan bisa juga digunakan dalam bidang ilmu-ilmu sosial seperti psikologi, sosiologi, pendidikan, manajemen, dan lain-lain. Penelitian dan pengembangan yang menghasilkan produk tertentu untuk bidang administrasi, pendidikan dan sosial lainnya masih rendah. Padahal banyak produk tertentu dalam bidang pendidikan dan sosial yang perlu dihasilkan melalui research and development.

Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan 1. Potensi dan Masalah Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Sebagai contoh, di pantai selatan Pulau Jawa, terdapat potensi angin dan sinar

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 100

matahari, kedua potensi tersebut dapat dikembangkan menjadi energi mekanik yang dapat digunakan untuk menggerakkan sesuatu, misalnya untuk generator pembangkit tenaga listrik atau untuk turbin air. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empirik. Misalnya potensi energi angin di pantai harus dapat dikemukakan data berapa kekuatan dan kecepatan angin, berapa lama dalam satu hari, dari mana arah angin dan lain-lain. Data angin tersebut kemudian dapat digunakan untuk merancang kincir angin atau produk lainnya yang dapat menghasilkan energi mekanik atau listrik. Data tentang potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian orang lain atau dokumentasi laporan penelitian orang lain atau dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu yang masih up to date. 2. Mengumpulkan Informasi Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan up to date, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Di sini diperlukan metode penelitian tersendiri. Metode apa yang akan digunakan untuk penelitian tergantung permasalahan dan ketelitian tujuan yang ingin dicapai. 3. Desain Produk Dalam bidang pendidikan, prooduk-produk yang dihasilkan melalui penelitian R&D diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, yaitu lulusan yang jumlahnya banyak, berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan. Produk-produk pendidikan misalnya kkurikulum yang spesifik untuk keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar, media pendidikan, buku ajar, modul,

kompetensi tenaga kependidikan, sistem evaluasi, model uji kompetensi, penataan ruang kelas untuk model pembelajaran tertentu, model unit produksi, model manajemen, sistem pembinaan pegawai, sistem penggajian, dan lain-lain. Hasil akhir penelitian dan pengembangannya adalah berupa desain produk baru yang lengkap dengan spesifikasinya. Desain produk harus diwujudkan dalam gambar

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 101

atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya. Pada contoh tentang produk pendidikan di atas, hasil akhir dari kegiatan ini adalah berupa desain metode yaitu rancangan metode pembelajaran baru. Desain metode ini masih bersifat hipotetik. Dikatakan hipotetik karena efektivitasnya belum terbukti dan akan dapat diketahui setelah pengujianpengujian. Setiap desain produk perlu ditunjukkan dalam gambar kerja, bagan, atau uraian ringkas sehingga akan memudahkan pihak lain untuk memahaminya. Efektivitas metode mengajar baru bisa diukur dan mudah diimplementasikan, suasana belajar menjadi kondusif dan hasil pembelajarn meningkat. 4. Validasi Desain Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk dalam hal ini metode mengajar baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Dikatakan secara rasional karena validasi di sini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional belum berdasarkan fakta lapangan. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya. Validasi desain dapat dilakukan dalam forum diskusi. Sebelum diskusi peneliti mempresentasikan proses penelitian sampai ditemukan desain tersebut berikut keunggulannya. 5. Perbaikan Desain Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para ahli lainnya maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain. Yang bertugas memperbaiki desain adalah peneliti yang mau menghasilkan produk tersebut. 6. Uji Coba Produk Dalam bidang pendidikan, desain produk seperti metode mengajar baru dapat langsung diuji coba, setelah divalidasi dan direvisi. Uji coba tahap awal

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 102

dilakukan dengan simulasi penggunaan metode mengajar tersebut. Setelah disimulasikan maka dapat diujicobakan pada kelompok yang terbatas. Pengujian tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi apakah metode mengajar baru tersebut lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan metode mengajar yang lama atau yang lain. 7. Revisi Produk Setelah produk diuji coba pada kelompok yang terbatas maka kelemahan yang terdapat dalam produk tersebut menjadi lebih terlihat jelas dan perlu dilakukan langkah selanjutnya yaitu revisi produk. Setelah direvisi, maka perlu diujicobakan lagi kelas yang lebih luas. Setelah metode mengajar baru diterapkan selama setengah tahun atau satu tahun maka perlu dicek kembali, mungkin ada kelemahannya, kalau ada perlu segera diperbaiki lagi. Setelah diperbaiki maka dapat diproduksi massal atau digunakan lembaga pendidikan yang lebih luas. 8. Uji Coba Pemakaian Setelah pengujian terhadap produk berhasil dan mungkin ada revisi yang tidak terlalu penting, maka selanjutnya produk yang berupa metode mengajar baru tersebut diterapkan dalam lingkup tersebut tetap harus dinilai kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih lanjut. 9. Revisi Produk Revisi produk ini dilakukan apabila dalam pemakaian dalam lembaga pendidikan yang lebih luas terdapat kekurangan dan kelemahan. Dalam uji pemakaian sebaiknya pembuat produk selalu mengevaluasi bagaimana kinerja produk dalam hal ini adalah metode mengajar. 10. Pembuatan Produk Massal Bila produk yang berupa metode mengajar baru tersebut telah dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian maka metode mengajar baru tersebut dapat diterapkan pada setiap lembaga pendidikan.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 103

Laporan Penelitian R&D Metode penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti sehingga menghasilkan produk baru dan selanjutnya menguji keefektifan produk tersebut. Dengan demikian laporan penelitian yang dibuat harus selalu dilampiri dengan produk yang dihasilkan berikut spesifikasi dan penjelasannya. Lampiran berupa produk yang dihasilkan tersebut dibuat dalam buku tersendiri dan diberikan penjelasan tentang kehebatan produk tersebut berdasarkan hasil uji coba, serta cara menggunakan produk tersebut. Sistematika laporan adalah sebagai berikut.

SISTEMATIKA LAPORAN PENELITIAN R&D

HALAMAN JUDUL ABSTRAK PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan D. Manfaat BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori B. Kerangka Berpikir C. Hipotesis (Produk yang akan dihasilkan) BAB III PRODUK PENELITIAN A. Langkah-langkah Penelitian

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 104

B. Metode Penelitian Tahap I 1. 2. 3. 4. 5. 6. Populasi Sampel Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Instrumen Penelitian Analisis Data Perencanaan Desain Produk Validasi Desain

C. Metode Penelitian Tahap II 1. Model Rancangan Eksperimen untuk Menguji Produk yang Telah Dirancang 2. 3. 4. 5. BAB IV Populasi dan Sampel Teknik Pengumpulan Data Instrumen Penelitian Teknik Analisis Data

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Desain Awal produk (gambar dan penjelasan) B. Hasil Pengujian Pertama C. Revisi Produk (Gambar setelah dievisi dan penjelasannya) D. Hasil pengujian Tahap Kedua E. Revisi Produk (Gambar setelah direvisi dan penjelasannya) F. Pengujian Tahap Ketiga (bila perlu) G. Penyempurnaan Produk (Gambar terakhir dan penjelasannya) H. Pembahasan Produk

BAB V

KESIMPULAN DAN SARA PENGGUNAANNYA A. Kesimpulan B. Saran Penggunaan

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN INSTRUMEN LAMPIRAN DATA LAMPIRAN PRODUK YANG DIHASILKAN BERIKUT BUKU

PENJELASANNYA

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 105

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Kependidikan : Prosedur & Strategi. Bandung: Angkasa.

Amirin, Tatang M., 1990. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Press. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi, Suhadjono dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Ary, Donald. Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: usaha Nasional.

Azwar, Saifuddin. 1997. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Margono, S. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Nursaid Fitria (06101410022)

Page 106

You might also like