You are on page 1of 16

TESIS

PERLINDUNGAN HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL ATAS PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL BERUPA KERAJINAN TANGAN DI SULAWESI SELATAN
(Legal Protection of Intelletual Property Rights on Traditional Knowledge and Traditional Cultural Expressions in the from of Handicrafts in South Sulawesi)

Disusun dan diajukan oleh :

MUH. NUR UDPA P0903211004

PASCA SARJANA FAKULTAS HUKUM JURUSAN KEPERDATAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2013

ABSTRAK MUH. NUR UDPA. Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual atas Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional berupa Kerajinan Tangan di Sulawesi Selatan (dibimbing oleh Juajir Sumardi dan Oky Deviany Burhamzah) Penelitian ini bertujuan : 1) mengetahui dan memahami prospek Hak Kekayaan Intelektual dalam memberikan perlindungan hukum atas pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional berupa kerajinan tangan, 2) mengetahui sejauhmana potensi kerajinan tangan di Sulawesi Selatan yang berasal dari pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional, dan 3) mengetahui dan menganalisis sejauhmana Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam memberikan perlindungan atas pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional berupa kerajinan tangan. Seluruh data yang diperoleh dalam penelitian, baik data primer maupun data sekunder, dianalisis dengan menggunakan teknik analisisi kualitatif. Setelah itu dideskripsikan dengan menelaah permasalahan yang ada, menggambarkan, menguraikan, hingga menjelaskan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini. Berdasarkan analisis kualitatif dari data primer dan data sekunder tersebut maka disimpulkan bahwa Pengetahuan tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional dapat diberikan perlindungan oleh rezim Hak Kekayaan Intelektual. Namun perlindungannya terbatas, disesuaikan dengan ruang lingkup dari rezim Hak Kekayaan Intelektual. Perlindungannya pun memiliki beberapa batas sehingga tidak dapat diberikan perlindungan secara maksimal. Kerajinan tangan di Sulawesi Selatan (Tenun Sutera Sengkang, Ukiran Toraja, Kapal Pinisi) hasil Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional dapat diberikan perlindungan oleh rezim hak kekayaan intelektual mengingat beberapa persyaratan pada rezim tersebut terpenuhi oleh kerajinan tangan di Sulawesi Selatan. Perlindungan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan atas Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional berupa kerajinan tangan berbeda perlakuan pada tiap jenis kerajinan tangan tersebut. Namun, hingga saat ini belum diberikan perlindungan secara memadai pada ranah Rezim Hak Kekayaan Intelektual.

Kata Kunci

: Perlindungan Hukum, Pengetahuan Tradisional, dan Ekspresi Budaya Tradisional

ABSTRACT MUH. NUR UDPA (P0903211004), Legal Protection of Intellectual Property Rights on Traditional Knowledge and Traditional Cultural Expressions in the form of Handy Crafts in South Sulawesi (supervised by Juajir Sumardi and Oky Deviany Burhamzah). The research aimed to find out and comprehend the prospect of the Intellectual Property Right in giving the legal protection on the traditional knowledge and traditional cultural expressions in the form of the handy craft, to find out to what extent the handy craft potential in South Sulawesi which was derived from traditional knowledge and traditional cultural expressions, and to investigate and analyse to what extent the Government of South Sulawesi Province in giving the protection of traditional knowledge and traditional cultural expressions in the form of the handy crafts. All data obtained in the research, either the primary data or secondary data, were analysed by using qualitative analisisi technique. Then the data describing, up to explaining the probeems related to the research. Based on qualitative analysis of primary data and secondary data the authors concluded that traditional knowledge and traditional cultural expressions can obtain the protection from the regim of the Intellectual Property Rights regime. However, the protection is limited; it is adjusted to the scope of the regime of the intellectual Property Rights. The protection has several limitatitions, so that they cannot obtain the maximal protection. The Handy crafts in South Sulawesi (Sengkang silk weaving, Torajanese carving, Phinisi boat) as the results of the Traditional Knowledge and Traditional Cultural Expressions can obtain the protection frm the regime of the intellectual property right remembering several requirements on the regime can be fulfilled by the handy crafts in South Sulawesi. The protection given by the government of the South Sulawesi for the traditional knowledge ad tradisonal cultural expressions in the forms of the handy crafts has the different treatment on every handy craft. However, so far the sufficient protection has not been given in the regime of the Intellectial Property Right. Keywords: Legal Protection, Traditional Knowledge and Traditional Cultural Expressions

DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Persetujuan Kata Pengantar Abstrak Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penulisan 1.4 Keaslian Penelitian BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hak Kekayaan Intelektual 2.1.1 Pokok-Pokok Kandungan HKI 2.1.2 Prinsip Dasar HKI 2.1.3 Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia 2.2 Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional 2.3 Kerajinan Tangan di Sulawesi Selatan 2.4 Landasan Teori 2.4.1 Perlindungan Hukum 2.4.2 Teori Sistem Hukum 2.4.3 Teori Keadilan 2.5 Kerangka Konsep BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Populasi dan Sampel 3.3 Jenis dan Sumber Data 3.4 Alat Pengumpulan Data 3.4 Analisis Data BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual atas Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional terhadap Kerajinan Tangan 4.2 Potensi Kerajinan Tangan di Sulawesi Selatan 4.3 Perlindungan Hukum oleh Pemerintah Provinsi-Daerah Prov. Sulsel atas Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional Berupa Kerajinan Tangan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA
I Ii Iii Iv v vi vii 1 9 10 11

13 19 23 26 48 59 65 68 72 79 80 81 82 83 84

135 188

218 219

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta Provinsi Sulawesi Selatan. Gambar 2. Motif Tenun Sutera Sengkang 50 150

DAFTAR BAGAN Bagan 1. Ruang Lingkup Kebudayaan Bagan 2. Ruang Lingkup Perlindungan HKI ... Bagan 3. Varietas Tanaman 85 88 127

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir di seluruh dunia, komunitas, dan orang perorangan (individual) mempunyai pengetahuan yang diturunkan dari generasi kegenerasi, dikembangkan, dan dilestarikan dengan cara-cara yang tradisional (traditional manner).

Pengetahuan tersebut sering merupakan pengetahuan yang sangat dasar, berasal dari pengalaman sehari-hari dan pada umumnya ditandai dengan suatu ciri yang tradisional (a traditional). Komunitas tradisional menggunakan cara coba -coba (try and error) terhadap sumber daya biologis yang ada di sekitar mereka dan mengembangkan pengetahuan untuk menunjang serta mempertahankan

kelangsungan hidup mereka.1 Pengetahuan tradisional (traditional knowledge), dapat ditemukan dalam semua lapangan kehidupan yang relevan dengan masyarakat tradisional, terutama menyangkut dengan pemenuhan kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup, seperti obat dan pengobatan, makanan, dan pertanian. Namun, karena sulitnya untuk memastikan pengetahuan merupakan milik seseorang atau suatu komunitas, pengetahuan tradisional adakalanya dipereloh oleh orang yang bukan anggota komunitas dan digunakannya baik untuk tujuan yang sama maupun untuk tujuan yang berbeda dan mengambil potensi ekonomi. Misalnya saja dalam kasus Ayahuasca yang dapat mengilustrasikan bagaimana eksistensi dan perlindungan pengetahuan tradisional. Banisteriopsiscaapi merupakan jenis tanaman di sekitar

Zainul, Daulay, 2011, Pengetahuan Tradisional-Konsep, Dasar Hukum, dan Praktiknya , RajaGrafindo Persada, Makassar, hlm. 1

Amazon Basin yang dipergunakan oleh para dukun (shamans) untuk membuat minuman Ayahuasca atau Yage dalam rangka upacara penyembuhan penyakit. Menurut tradisi setempat Ayahuasca merupakan simbol budaya dan religi, seperti halnya salib atau eukaristi (perjamuan suci) bagi umat Kristen. Namun, seorang warga AS bernama Loren S, Miller memperoleh paten dari USPTO (Paten Number 5751) atas varietas tanaman Banisteriopsiscaapi pada tanggal 17 Juni 1986 dan mengajukan klaim paten karena ingin memonopoli manfaat ekonomis dari invention mereka atas teknologi yang terkait dengan Ayahuasca tersebut.2 Selain itu, di Indonesia terdapat pula beberapa kasus terkait penggunaan pengetahuan tradisional oleh pihak asing misalnya saja pada desain patung Bali, desain batik, jamu tradisional, makanan khas Indonesia (tempe), tari-tarian (tari reog ponorogo dan tari tor tor), dan sebagainya yang pada dasarnya merupakan upaya menggali potensi ekonomis dari penggunaan pengetahuan tradisional. Beberapa kasus tersebut menunjukkan betapa pengetahuan tradisional memiliki nilai manfaat yang tinggi tidak hanya bagi masyarakat tradisional, tetapi juga untuk masyarakat modern. Bahkan seluruh penduduk dunia juga dapat mengambil manfaat dari pengetahuan tradisional.3 Pengetahuan tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional menjadi sangat penting karena dapat digunakan secara luas untuk merujuk pada inovasi-inovasi dan karya-karya berbasis tradisi yang dihasilkan dari kegiatan intelektual di bidang industri, ilmu pengetahuan, seni atau sastra.4

Agus, Sardjono, 2009, Membumikan HKI di IndonesiaI, Nuansa Aulia, Bandung, hlm. 102-103 Lembaga Pengkajian Hukum Internasional FH-UI bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, 2005, Kepentingan Negara Berkembang terhadap Hak Atas Indikasi Geografis, Sumber Daya Genetika, dan Pengetahuan Tradisional, Depok, hlm. 63 4 Afrillyanna Purba, 2012, Pemberdayaan Perlindungan Hukum Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional Sebagai Sarana Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Bandung, Alumni, Hlm. 122
3

Oleh sebab itulah, WIPO sebagai organisasi internasional yang khusus menangani masalah HKI telah menaruh perhatian pada aspek HKI dari pengetahuan tradisional. Salah satu contoh nyata yaitu pada tahun 1997 WIPO membentuk the Global Intellectual Property Issues Division (Global Issues Division). Program tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi persoalan-persoalan yang berdampak penting terhadap sistem HKI, salah satunya yaitu mengenai perlindungan pengetahuan tradisional. Sistem HKI dapat diterapkan untuk melindungi

pengetahuan tradisional, folklor(tertuang dalam Pasal 10-11, UU tentang Hak Cipta), dan karya intelektual yang telah dikembangkan sedemikian rupa oleh individu tanpa harus kehilangan karakteristik tradisionalnya. Selain dari itu, indikasi geografis dan Indikasi Asal yang telah menjadi bagian dari rezim HKI dapat pula diterapkan untuk melindungi kepentingan kelompok dari mana pengetahuan tradisional tersebut berasal (tertuang dalam Pasal 56-60, UU tentang Merek). Menurut Endang Purwaningsih, dewasa ini pengetahuan tradisional dipilah menjadi dua bagian, sudut pandang HKI, yaitu berbasis paten dinamakan Traditional Knowledge dan yang berbasis hak cipta disebut Folklore/Traditional Cultural

Expression5.6 Jika dilihat dari dua sisi sudut pandang yang berlainan, menurut Zainul Daulay, pengetahuan tradisional dapat dipandang sebagai warisan budaya (traditional knowledge as cultural heritage)dan pengetahuan tradisional sebagai sumber daya (traditional knowledge as resources).7

Istilah folklore mulai tergantikan dengan istilah Ekspresi Budaya Tradisional ( Traditional Cultural Expressions), sejak PBB mempergunakannya dalam United Nations Declaration on the Rights of Indigenous Peoples dan WIPO. Menurut para ahli budaya, baik pengetahuan tradisional maupun ekspresi budaya tradisional merupakan dua istilah yang memiliki pengertian yang sama. Namun, persepsi para praktisi (ilmu budaya) dan kalangan penentu kebijakan (ahli hukum) melakukan pemisahan antara keduanya. 6 Endang Purwaningsih, 2012, Hak Kekayaan Intelektual dan Lisensi, Jakarta, Mandar Maju, hlm. 23 7 Zainul Daulay, 2011, Pengetahuan Tradisional Konsep, Dasar Hukum, dan Praktiknya, Jakarta, RajaGrafindo, Hlm. 18

Indonesia merupakan negara megadiversity, negara dengan keragaman budaya dan sumberdaya, baik sumberdaya alami maupun sumberdaya manusia dari segi budaya. Banyak produk unggulan daerah yang telah dihasilkan Indonesia dan berpotensi mendapatkan tempat di pasar internasional, berasal dari sebuah hasil pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional.8 Kapal Pinisi, Ukiran Toraja (tongkonan), dan Sarung Sutera Sengkang dari Sulawesi Selatan merupakan beberapa contoh produk unggulan daerah.Potensi industri Sulawesi Selatan saat ini masih didominasi sektor industri kecil dan kerajinan jika dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jawa. Sulawesi Selatan merupakan rumah bagi pelaut BugisMakassar, terkenal akan kerajinan bangunan kapalnya yang membawa mereka sampai ke Australia dan Madagaskar. Sejarah Kapal Pinisi telah digunakan di Indonesia sejak beberapa abad yang lalu dan diperkirakan sudah ada sebelum tahun 1500an. Menurut naskah Lontarak I Lagaligo pada abad ke-14. Kapal tersebut merupakan bentuk kapal tradisional masyarakat Bugis-Makassar yang telah mengalami proses evolusi panjang. Hampir keseluruhan pembuatan perahu dilakukan dengan teknik-teknik sederhana dan menggunakan tenaga mesin yang sangat minim. Namun saat ini, sentra-sentra pembuatan kapal pinisi terbesar lebih banyak didominasi di negara asing seperti Jepang, Australia, Brunei Darussalam.9 Pemerintah Kabupaten Bulukumba-Sulawesi Selatan telah melakukan pendaftaran terhadap desain perahu pinisi, salah satu tujuannya yaitu untuk mencegah terjadinya pelanggaran dan kejahatan atas Hak Desain Industri. Namun, pendaftaran desain perahu pinisi sebagai karya intelektual

Direktorat Kerjasama dan Perdagangan Internasional, 2004, Peningkatan Nilai Tambah Komoditas Indonesia dengan pengembangan Indikasi Geografis. 9 Diakses pada tanggal 5 Juni 2012 http://wilayahindonesia.blogdetik.com/2009/12/05/phinisi-legenda-dan-kebanggan-indonesia-yangdilupakan/

yang dilindungi oleh HKI, Desain Industri, dianggap tidak tepat mengingat konsep kepemilikan desain industri tidaklah kolektif. Tidak hanya Kapal Pinisi,Sulawesi Selatan masih memiliki kerajinan tangan yang memiliki potensi untuk mendapatkan tempat di pasar Internasional, misalnya saja Ukiran Toraja dan Sarung Sutera Sengkang. Ukiran Toraja merupakan kerajinan tangan yang terkenal akan corak ukirannya serta ketahanan ukiran tersebut. Ukiran toraja bukan hanya sebagai gambar yang diciptakan begitu saja untuk menghiasi suatu bentuk, benda, maupun tongkonan tetapi seluruh macam ukiran tersebut lahir dari pengertian masalah hidup atau pergaulan hidup serta citacita kehidupan masyarakatnya. Oleh sebab itulah, seluruh ukiran memiliki arti yang sangat mendalam. Tenun Sutera Sengkang yang memiliki ciri khas kelembutan kainnya serta memiliki ketahanan kain berpuluh-puluh tahun membuat produk kerajinan tangan ini memiliki tempat yang khusus di mata konsumen pengguna hasil kerajinan tangan.Tenun, bagi masyarakat bugis tidak hanya semata-mata pecaharian melainkan bagaimana menjaga budaya yang diwariskan nenek moyang untuk menghargai alam dan mahakarya. Tenun sutera telah menjadi sebuah warisan turun temurun yang harus dikuasi oleh anak cucu sehingga tetap ada hingga saat ini. Kedua produk tersebut kedepannya dianggap mampu menduduki pasar

internasional, mengingat kedua produk tersebut telah berhasil memiliki penikmat tidak hanya dari Indonesia tapi juga dari mancanegara. Ukiran Toraja didiukung dengan daerah asal pembuatannya yang telah menjadi objek wisata terkenal, baik di Indonesia maupun di luar negeri, sehingga memudahkan pemasarannya oleh turisturis manca negara yang datang melancong ke objek wisata di Tana Toraja dan

Toraja Utara. Serta tenun sutera sengkang yang terus menerus mendapatkan dukungan dari pihak pemerintah daerah Kab. Wajo sebagai salah satu icon kabupaten. Namun, kedua potensi produk tersebut diduga tidak mendapatkan perlindungan hukum, Hak Kekayaan Intelektual, secara maksimal mengingat hingga saat ini kedua produk belum memiliki sertifikat pendaftaran. Tidak terdaftarnya kedua produk khas daerah tersebut diduga diakibatkan karena kurangnya pengetahuan pemerintah atas perlindungan Hak Kekayaan Intelektual. Harmonisasi antara pengetahuan modern dan pengetahuan tradisional merupakan hal penting dalam pencapaian pembangunan yang berkelanjutan, konsep yang mengedepankan bahwa kebutuhan untuk pembangunan selaras dengan kebutuhan untuk pelestarian yang dapat berlangsung tanpa membahayakan lingkungan sekitarnya. Namun, sesuatu yang ironi ketika tujuan pembangunan tidak selaras dengan kebutuhan pelestarian terhadap produk pengetahuan tradisional. Tenun Sutera Sengkang yang mengedapankan pemuasan kebutuhan pasar diduga telah mengenyampinkan perlindungan produk hasil pengetahuan tradisional. Hal tersebut dibuktikan dengan terdapat beberapa bahan-bahan yang merupakan pengetahuan yang digunakan untuk menghasilkan sebuah karakteristik dan kualitas produk tidak lagi digunakan hanya karena dasar pertimbangan pemenuhan kebutuhan pasar yang meningkat. Direktur Eksekutif Asosiasi Industri permebelan dan Kerajinan Indonesia, Sae Tanangga Karim, mengatakan Indonesia kehilangan potensi pasar sedikitnya US$ 13,5 Juta, sekitar sepuluh hingga lima belas persen dari total ekspor kerajinan, pertahun akibat ekspor kerajinan Indonesia ke berbagai negara dilakukan melalui

negara tetangga, Malaysia.10 Selain itu, maraknya kasus negara asing yang mencoba mengklaim hasil kerajinan tangan Indonesia, produksi secara massal produk yang serupa dengan harga yang lebih murah merupakan ancaman yang sangat membahayakan bagi eksistensi pengrajin di Indonesia.11 Munculnya banyak sengketa dalam bidang HKI tersebut menandakan selama ini, konsep yang digunakan dalam perlindungan pengetahuan tradisional masih belum diaplikasikan secara maksimal. Tidak hanya dari segi pengaplikasian aturan, masyarakat Indonesia juga masih menganggap bahwa Rezim Hak Kekayaan Intelektual merupakan aturan yang memiliki sifat monopoli yang berbeda dengan kehidupan bermasyarakat di Indonesia hingga dalam pengaplikasian perlindungan Hak Kekayaan Intelektual sangat sulit. Konteks perlindungan hukum hak kekayaan intelektual dianggap, hanya orang yang berhak atau yang mendapat izin yang dapat memakai, menggunakan, atau mempelajari serta mengembangkan suatu produk budaya tradisional tersebut. Dengan demikian, akan ada pihak-pihak yang dilarang dan dibatasi dalam menggunakan atau mengeksploitasi. Tidak hanya dari segi pengaplikasian aturan, sifat monopoli, dan konsep kepemilikan individualistik. HKI diduga pula memiliki beberapa kelemahan dalam aturannya untuk memberikan perlindungan terhadap pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional, dimana dalam tiap aturan-aturannya tersebut mengatur objek intelektual yang sama. Namun, persyaratan pendaftaran dan prosedur pendaftaran yang berbeda menimbulkan kebingungan pada pihak yang akan

Diakes pada tanggal 11 Juni 2012 http://umum.kompasiana.com/2009/08/13/pentingnya-perlindungan-hak-cipta-kerajinan-tanganindonesia/ 11 Diakses pada tanggal 1 Agustus 2012 http://www.forumbudaya.org/index.php?option=com_content&task=view&id=50&Itemid=66

10

mendaftarkan karya intelektual tersebut, yang tentunya berujung dengan penolakan pendaftaran dan tidak diberikan perlindungan hukum secara maksimal. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimanakah rezim hukum Hak Kekayaan Intelektual dapat memberikan perlindungan terhadap pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional berupa kerajinan tangan? 2. Bagaimanakah potensi kerajinan tangan di Sulawesi Selatan yang berasal dari pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional dapat diberikan perlindungan? 3. Bagaimanakah Pemerintah Daerah memberikan perlindungan terhadap pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional berupa kerajinan tangan? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penulisan 1.3.1 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu : 1. Untuk mengetahui dan memahami prospek Hak Kekayaan Intelektual dalam memberikan perlindungan hukum pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional berupa kerajinan tangan 2. Untuk mengetahui sejauhmanakah potensi kerajinan tangan di Sulawesi Selatan yang berasal dari pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional dapat diberikan perlindungan

3. Untuk mengetahui dan menganalisis sejauhmanakah Pemerintah Daerah dalam memberikan perlindungan terhadap pengetahuan

tradisional dan ekspresi budaya tradisional berupa kerajinan tangan

1.3.2 Kegunaan Penulisan Adapun kegunaan dari penulisan ini yaitu diharapkan dapat memberikan sumbangan hukum,dalam pemikiran bidang bagi Hak peningkatan Kekayaan dan perkembangan khususnya ilmu pada

Intelektual

pemahaman pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional. Diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran kepada semua pihak khususnya Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam memberikan perlindungan secara maksimal terhadap produk pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional. Disamping itu pula, hasil peneliyian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam membentuk peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional. 1.5 Keasliaan Penelitian Penelitian yang berkaitan dengan tesis ini yaitu a. Tesis Prospek Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual dalam Kesenian Tradisional di Indonesia, oleh Agnes Vina Ardian, Tesis Pada Program Magister Hukum Fakultas Hukum Univ. Diponegoro, Tahun 2008. Tesis tersebut bertujuan untuk menganalisis perlindungan hukum HKI dalam kesenian tradisional di Indonesia dan untuk mengetahui dan menganalisis

mengenai prospek hukum HKI di Indonesia dalam rangka memberikan perlindungan bagi kesenian tradisional dari pembajakkan oleh negara lain. Perbedaan dengan tesis penulis yaitu objek penelitian merupakan kerajinan tangan di Sulawesi Selatan serta prospek HKI yang dimaksukan penulis tidak hanya terbatas pada UU Hak Cipta saja tetapi secara keseluruhan dari Rezim HKI.

You might also like