You are on page 1of 4

3 TIPS JITU BAGAIMANA CARA MENGUBAH STRES MENJADI ENERGI POSITIF

ada beberapa cara untuk mengubah distres (stres negatif) menjadi eustres (stres positif). Jika anda mengalami stres yang tidak mengganggu keberadaan anda, atau hanya buruk bagi diri anda lebih baik hindarihal itu. Misalnya kebiasaan tidur larut malam.

Sebaliknya, jika stressor yang dialami bukanlah sesuatu yang harus dihindari atau sesuatu yang buruk kepada anda, seperti pernikahan dan masalah di tempat kerja, maka cara terbaik untuk berurusan dengan itu adalah untuk mengendalikan dan mengubahnya menjadi energi positif untuk memecahkan masalah.

berikut ini adalah 3 tips Jitu bagaimana cara mengubah stres menjadi energi positif :

1. ikhlash biarpun terjadi banyak hal terjadi dalam kehidupan ini. Anda mungkin merasa bahwa hal ini terjadi tidak dapat diubah kembali. Anda dapat membuat keputusan dalam pikiran untuk tidak menyalahkan diri sendiri, atau tidak membuat tekanan dalam hidup anda untuk sesuatu yang tidak dapat anda ubah.

2. Buatlah aktivitas anda terencana dan sistematik ketika anda melakukan kegiatan bersama, seperti menjawab panggilan telepon ketika anda mengendarai kendaraan, maka tubuh dan pikiran anda membutuhkan lebih banyak energi untuk melakukannya. Tapi ketika anda melakukan aktivitas sistematis, satu per satu, maka secara otomatis anda menjadi lebih rileks. Jadi, ketika anda merasa stres / tertekan, melakukan aktivitas anda secara teratur (jangan anda menggabungkan satu aktivitas ke aktivitas lain secara bersamaan), lakukan dengan hati-hati dan memberikan perhatian lebih ketika anda melakukan suatu kegiatan.

3. Mengubah perspektif anda.

pada dasarnya semua hal yang kita alami adalah netral. Ini adalah pikiran kita yang membuatnya menjadi, positif atau negatif, tantangan atau ancaman. Ketika seseorang merasa tertekan mereka berpikir lebih lanjut tentang hal-hal yang negatif dibandingkan dengan hal-hal positif. Dengan mengubah sudut pandang kita pada sesuatu maka stres dapat dikurangi. Kata internal dalam pikiran dan juga kata-kata lisan anda memiliki peran besar. Mungkin anda pernah mendengar hukum tarik-menarik sebelummya, pikiran dan kata-kata positif , akan menghasilkan energi positif. Sedangkan pikiran dan katakata negatif , akan menghasilkan energi negatif. Berpikirlah dan katakan sesuatu dengan cara yang positif maka anda akan merasakan perbedaan besar.

STRES, DAPATKAH DIATASI?

Dalam menjalani keseharian, stres itu sudah pasti menjadi bagian yang terpisahkan dalam kehidupan. Baik dari hal-hal kecil, hingga ke yang lebih besar. Bisa bayangkan, bila DailyReaders mengalami satu stres saja dalam satu hari (misalnya khawatir datang terlambat ke tempat tujuan), dan kalikan jumlah hari dalam sebulan maka berapa banyak jumlah stres yang akan DailyReaders alami? Itu baru satu sumber stres saja, belum hal-hal lainnya yang juga dapat memicu terjadinya stres. Seringkali, saking sudah terbiasanya, kita tidak lagi memaknainya sebagai sumber stres.

Sebelum membahas lebih jauh, mari kita kembali dulu ke pemahaman awal tentang stres secara kajian ilmiah. Menurut pakar, stres itu dapat didefinisikan dalam dua pengertian. Pertama, stres sebagai suatu keadaan stres (tertekan), dan kedua stres sebagai stresor atau pemicu. Contohnya ya seperti yang di atas: takut terlambat, tugas atau pekerjaan yang belum selesai meski sedah lewat deadline, dan lain sebagainya. Berikutnya, stres juga bisa dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu eustress dan distress. Eustress adalah stres yang memicu individu untuk dapat bekerja lebih optimal atau maksimal, sedangkan distress adalah suatu stres yang berkebalikan dari eustress karena membuat individu menjadi lebih tidak produktif, dan bisa berakhir dengan depresi.

Beberapa waktu yang lalu, saya membaca berita di jejaring sosial Twitter bahwa ada mahasiswi Universitas Petra yang (maaf) tidak mengenakan pakaian di tengah keramaian kampus. Ditengarai, ia mengalami stress hebat sehingga nekat melakukan hal tersebut. Ada yang mengatakan bahwa ia stres karena pasangan, ada yang bilang karena masalah akademik, ada juga yang mengatakan bahwa permasalahan keluarga pemicunya. Bisa juga mungkin karena kombinasi ketiganya? Berkaca dari kasus tersebut, terlepas dari apa

penyebabnya, ada baiknya kita juga merefleksikan diri sendiri. Apakah stres yang saya miliki? Apakah stres saya sudah cukup dapat diatasi, atau sebetulnya masih saya abaikan dan ternyata menumpuk?

Setiap manusia, dalam berbagai aktifitasnya, harus mampu mengenali apa-apa saja yang menjadi sumber stres. Contohnya, mahasiswa dengan masalah manajemen waktu atau karyawan dengan masalah pekerjaan yang menumpuk. Lalu bagaimana mengenali sumber stres? Hal paling mudah memang membuat daftar kegiatan harian, kemudian dapat dilanjutkan dengan merinci hal-hal yang dapat memicu stres di dalam kegiatan tersebut. Kita bisa membuat kategori sumbernya seperti: pekerjaan, gaya hidup, kondisi fisik, hubungan dalam keluarga, lingkungan sosial, penilaian diri yang rendah, atau karena faktor lingkungan. Hal berikutnya yang cukup mudah adalah melalui bertanya kepada keluarga, teman sekolah, kuliah, dan rekan kerja. Atau siapa pun orangnya yang anda habiskan waktu keseharian sebagian besar dengannya. Tanyakan pendapat mereka mengenai hal-hal yang biasanya dapat memunculkan stres pada diri kita. Setelah membuat daftar, kemudian telaah lagi satu demi satu sumber stres tersebut. Apakah sudah diatasi dengan baik?.

Nah, tentu DailyReaders penasaran bukan dengan cara-cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengatasi stres secara efektif. Cara mengatasi stres, atau yang biasa disebut coping, ada beberapa jenis, yaitu problem focused, dan emotional focused. Di Indonesia, pakar psikologi menambahnya dengan spiritual focused sebagai cabang dari emotional focused. Pada problem focused, individu cenderung untuk langsung mengatasi sumber stres dengan menelaah masalah utamanya. Sementara pada emotional focused, individu lebih banyak melakukan regulasi emosi akibat stres nya. Misalnya, setelah kesal dimarahi atasan, X memilih untuk keluar dari ruangan kantornya dan berjalan-jalan di taman, atau karena bertengkar dengan pacar, Y pergi menonton bioskop sendirian. Keduanya bertujuan untuk menenangkan diri setelah mendapatkan masalah yang tidak menyenangkan. Emotional focused tidaklah salah dalam mengatasi stres, namun tentunya mengatasi sumber masalah secara langsung, atau problem focused, akan jauh lebih menyelesaikan masalah sehingga stres bisa segera berakhir.

Banyak hal sederhana yang kita dapat lakukan untuk mengatasi stres dengan problem focused. Antara lain, membuat perencanaan target, beserta targettarget kecil yang memerantarainya, sehingga kita tidak terpaku pada keberhasilan yang besar dan mengabaikan keberhasilan-keberhasilan perantara yang lebih kecil stress. Dengan memaknai keberhasilan yang memerantarai tersebut kita bisa meningkatkan semangat untuk mencapai target berikutnya stress. Hal ini sebetulnya seperti prinsip mencicil. Beban kita (yang mungkin menjadi sumber stres) bisa berkurang karena target yang dicapai juga dicicil. Selain itu, kita juga sebaiknya selalu punya rencana cadangan (plan B) untuk

setiap target dan perencanaan yang kita susun. Plan B ini berfungsi baik sebagai pintu darurat kita ketika strategi utama gagal. Dengan demikian, ada persiapan diri untuk menghadapi kegagalan sehingga stres yang mungkin terjadi tidak terlalu besar.

Saran terakhir yang dapat kita lakukan bila kita mengetahui bahwa kita sedang stres adalah mendatangi profesional dalam bidang psikologi dan konseling stress Tidak diperkenankan untuk merasa malu bila kita punya inisiatif datang ke psikolog dan konsultasi stres. Justru kita lebih sehat karena mau digali seputar hal-hal dimana kita mungkin akan mengalami stres dan apakah kita memiliki resource (sumberdaya) untuk mengatasinya. Sampaikanlah informasi yang DailyReaders dapatkan dari artikel ini pada orang-orang terdekat kita, agar kita tetap produktif dan bisa mengelola stres dengan baik J

You might also like