Professional Documents
Culture Documents
A. PENGERTIAN Urolitiasis adalah merupakan penyakit yang salah satu dari gejalanya adalah pembantukan batu disaluran kemih(R.Syamsuhidayat dan Win De Jong, 1997) Ureterolitiasis adalah pembentukan batu diureter (Dennis Diva, 2002 ) Spondilosis adalah kelainan degenerasi pada seluruh discus vertebra dengan pembentukan tulang yang baru pada bagian perifer discus tersebut.Keadaan ini umumnya disebut osteoarthritis vertebra
B. ETIOLOGI 1. Faktor Presipitasi Peningkatan garam kalsium dalam urine karena kebanyakan kalsium. 2. Faktor predisposisi a. Infeksi Bakteri penyebab saluran kemih akan memecah ureum dan mengubah ph urine menjadi alkali dan akan mengendapkan garamgaram fosfat sehingga mempercepat pembentukan batu. b. Obstruksi dan urine statis Akan mempermudah terjadinya infeksi
c. Jenis kelamin Batu saluran kencing lebih banyak ditemukan pada pria d. Ras Banyak ditemukan diasia dan Afrika e. Keturunan Mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita batu saluran kencing mempunyai Kecenderungan lebih besar f. Air minum Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu.Kejenuhan air minum jika keadaan mineralnya terutama kalsium diperkirakan mempengaruhi
terbentuknya batu saluran kemih g. Pekerjaan Pekerja keras yang banyak bergerak misalnya buruh atau petani mengurangi kemungkinan terjadinya batu dibandingkan pekerjaan yang labih banyak duduk h. Suhu Tempat bersuhu panas dan banyak mengeluarkan keringat akan mengurangi dan memekatkan urine pada mempermudah pembentukan batu. i. Makanan Pada masyarakat yang banyak makan protein hewani angka norbiditas batu seluruh kencing berkurang (Suparman.1990)
Menurut Barbara C. Long, 1996 tidak ada penyebab yang bisa dibuktikan, karena hamper dari setengah kasus batu saluran perkemihan adalah idiopati, sedangkan factor prodisposisi adalah infeksi oleh e. Coli disaluran kemih. Hiperkalsiuria hiperphorspaturia yang sering terlihat pada hiperparatiroidisme, hipervitaminosis cenderung dalam urine. D dan kebanyakan intake kalsium
C. PATOFISIOLOGI Proses pembentukan merupakan batu pada saluran dari kemih bersifat seperti
mekanik,urolitiasis
kristalisasi
mineral/matrik
pus,jaringan tumor,urat dan kalsium.komposisi mineral dari batu ginjal berfariasi kira-kira bagian dari batu adalah kalsium, fosfat dan magnesium (C. Long Barbara ,1996) Ada beberapa teori pembenyukan batu: 1. Teori anti matrik Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya area substansi organic sebagai inti yang terdiri dari mukopolisakarida yang akan mempermudah kristalisasi dan agresi substansi pembentuk batu. 2. Teori Supersaturasi Terjadinya kejenuhan si=ubstansi pembentuk batu dalam urine seperti system asam urat, kalsium, oksalate akan mempermudah terjadinya batu.
3. Teori presipitasi kristalisasi Perubahan PH urine yang bersifat asam akan mengendapkan system santin dan asam urat sehingga pada urine yang bersifat alkali akn mengendapkan garam fosfat. 4. Teori berkurangnya factor penghambat Berkurangnya factor penghambat seperti fosfat, sitrat, magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentukanya batu saluran kemih. Dikenal ada 2 jenis batu yaitu anorganik (tripleposphat, kalsium oksalat, dan kalsium fosfat) dan batu organic (asam urat, kistin, santin) secara radiologist batu ini dikenal berupa radiopague (umumnya batu anorganik) dan batu radiolusen (batu organik). Harnowo, 2001.
D. MANIFESTASI KLINIS Gejala dan tandanya tergantung dari lokasi batu : 1. Batu ginjal a. Pasien akan merasa pegal dan kolic pada CVA. b. Nyeri tekan pada CVA (Costa Vertebralis Angkel). c. Dapat menjadi infeksi dan bila terjadi sepsis akan demam menggigil d. Gejala GIT, nausea, vomitus, distensi abdomen karena ileus paralitik. e. Hematuri dapat terjadi mikro (90 %), makro (10%).
2. Batu Ureter a. Rasa nyeri mendadak disebabkan oleh batu yang lewat,rasa sakit berupa pegal di CVA atau colik yang menjalar ke perut bawah sesuai batu CVA karena bendungan dalam ureter b. Pada pria menjalar ke testis bila ureter proksimal dan kesrotum c. Bila batu ureter distal,pada wanita akan menjalar ke vulua d. Dapat ditemukan gangguan GIT seprti batu pada ginjal e. kaskulus sudah menetap diureter hanya ditemukan rasa pegal di f. Nyeri sekali di daerah CVA Bila,spasme otot abdomen
3. Batu vesika urinaria a. Terdapat gejala miksi yang lancar tiba-tiba berhenti dan merasa sakit yang menjalar ke penis b. Miksi itu dapat lancar kembali jika diubah c. Bila terjadi pada anak-anak akan menarik-narik penisnya. d. Bila terjadi infeksi ditemukan tanda sistisis hingga hematuri e. Nyeri tekan suprasirufisis karena infeksi akan terasa masa akan retensi urine. Hanya batu yang besar yang dapat diraba gimanual.
4. Batu uretra a. Dapat mengalami miksi yang tiba-tiba berhenti dan terasa sakit yang menjalar ke penis
b. Rasa sakit dapat membibing kearah lokasi mana batu dapat bertahan di dalam uretra ; c. Gland penis =fasonavicularis Uretra anterior =lokasi batu d. Perineum dan rectum =bulbus uretra dan uretra prostatika.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS YANG SERING DILAKUKAN 1. Operasi terbuka dapat dilakukan pada batu ginjal,batu ureter dan batu vesika urinaria ( nefrostomi,nevrolitoris,ureferolitomi,vesikolitotomi ) 2. Operasi endoskopik dengan per cufaneus litotripsy,ultrasonic
litrotripsy,mekanik litrotripsiy 3. Ekstra corporeal shokwave litotripsiy 4. Terapi konservatif dengan pemberian diuretic hanya dilakukan pada batu ureter yang berukuran diameter kurang dari 5 mm dengan hidronefrosis ringan yang nyeri koliknya sudah diatasi Mansjoer, Arif, 2000
F. PENATALAKSANAAN PASIEN POST OPERASI UROLOGI 1. Memperlancar ventilasi a. Mengusahakan latihan bernafas. b. Mengusahakan agar sering memutar tubuh sendiri diatas tempat tidur c. Mengusahakan ambulatory 2. Memantau autput dan mempertahankan kelancaran kateter urine 3. Mencegah komplikasi
a. Mengganti balutan untuk melindungi kulit. b. Tidak boleh makan dan minum bila terjadi ileus paralitik c. Usahakan cairan sampai 3000 ml lebih bila tidak ada kontraindikasi d. Pemantauan darah dalam balutan dan urine ( R .Long .B.1996 )
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Urinalisa: Warna mungkin kuning,coklat gelap,berdarah; secara umum menunjukkan SDM, SDP, kristal (sistin,asam urat,kalsium
oksalat),serpihan mineral bakteri,pus; pH mungjin asam (meningkatkan sisti dan batu asam urat) Urine (24 jam) Kreatinin asam urat ,kalsium,fosfat,oksalatat atau sistin mungkin meningkat Kultur urine : Mungkin menunjukkan ISK Survai biokimia : Peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat ,protein, elektrolit BUN/ keratin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum rendah pada urine ) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia / nekrosis Kadar klorida dan bikarbonatserum : peninggian kadar klorida dan penurunan kadar vikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukkan infeksi/ septicemia
SDM : Biasanya normal Hb/Ht :Abnormal bila dehidrasi atau polisitemia terjadi (mendorong presipitasi pemadatan) atau anemia (perdarahan, disfungsi, gagal ginjal) Hormon paratiroid : ungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi bkalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi dari serum dan kalsium urine)
IVP : Memberikan konfirmasi cepat urolitiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul
Skan CT : Mengidentifikasi atau menggambarkan kalkuli dan massa lain : ginjal, ureter, dan distensi kandung kemih
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN Menurut Marline Doengus,1999 : Pre operasi 1. Nyeri (akut )bberhubungan dengan volume dengan iskemik
mekanik,stimulasi vesika urinaria oleh batu 3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume dan cairan berhubungan mual/muntah (iritasi abdomen ) 4. Ansietas berhubungan dangan kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan pengobatan
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi. 6. Post operasi 1. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan prosedur bedah dan kateter 2. Resiko tinggi kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan pembatasan pemasukan pra operasi dan kesulitan mengontrol pendarahan 3. resiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder terhadap pembadahan ,prosedur infasif =catheter drainase 4. Nyeri(akut)berhubungan dengan reflek spasme otot sekunder akibat pembedahan 5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan drainase lunak.
seluler,peningkatan kontraksi uretra Tujuan :Nyeri hilang /terkontrol Kriteria hasil :Melaporkan nyeri hilang / terkontrol
INTERVENSI 1. Catat lokasi intensitas ( 0-10) dan penyebaran:perhatikan tanda non verbal TD,nadi,gelisah 2. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan nyeri 3. lakukan tindakan pemgurangan nyeri non karmokologik seperti : Mempertahankan tepat Ajarkan tehnik relaksasi seperti nafas dalam Ajarkan tehnik relaksasi Mempertahankan tetap aman Berikan tindakan nyaman lingkungan posisi yang
RASIONAL 1. Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus 2. Memberikan kesempatan untuk
eperti:pijatan punggung,kompres istirahat 4. Bantu/dorong ambulasi tingkatkan sesui penggunaan indikasi dan cairan 4. Mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot
pemasukan
5. Lakukan
konsultasi
dengan
5. hidrasi
kuat
meningkatkan
pasien untuk menentukan metode penghilangan nyeri yang paling efektif 6. Kolaborasi obat sesuai indikasi
lewatnya batu
2. Perubahan
eliminasi
urine
berhubungan
dengan
obstruksi
mekanik,sirkulasi vesica urinaria oleh batu Tujuan : Keseimbangan cairan / elektrolit dipertahankan Kriteria hasil:Berkemih dengan normal dan pola biasanya tidak mengalami tanda obstruksi INTEWRVENSI 1. Awasi permukaan dan RASIONAL 1. Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi 2. Peningkatan hidrasi pembilas bakteri, darah,dapat membantu lewatnya batu semua urine catat 3. Penemuan batu memungkinkan
adanya keluaran batu dan serum ke laboratorium 4. Selidiki keluhan urinaria penurunan
identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi 4. Retensi urine dapat terjadi dan potensial terjadi infeksi ,gagal ginjal
penuh,perhatikan
keluaran urine 5. Observasi kesadaran perubahan tingkat 5. Akumulasi sisa uremik elektrolit dan dapat
ketidakseimbangan
menjadi toksik pada SSP 6. Kolaborasi Awasi pemeriksaan laborat seperti elektrolit,BUN,creatinin Ambil urine dan sensifitas 6. Peningkatan BUN ,kreatinin dan elektrolit mengidentifikasi disfungsi ginjal
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume dan cairan berhubungan dengan mual/muntah ( iritasi abdominal ) Tujuan :Komplikasi dicegah minimal Kriteria hasil : Mempertahankan keseimbangan adekuat INTERVENSI 1. Awasi pemasukan dan pengeluaran RASIONAL 1. Membandingkan keluaran adekuat dan yang diantisipasi membantu dalam evaluasi adanya derajat statia / kerusakan ginjal 2. Catat muntah,diare,perhatikan karakteristik dan frekuensi muntah dan diare 3. Tingkatkan masukan cairan 3-4 3. Mempertahankan keseimbangan insiden 2. Mual muntah dan diare secara umum berhubungan dengan kolik ginjal
liter /hari dalam toleransi jantung 4. Awasi tanda vital ,evaluasi nadi, pengisian kapiler,turgor kulit dan membrane mukosa 5. Timbang berat badan berhubungan dengan retensi
BB
yang
cepat dengan
berhubungan
6. Kolaborasi Awasi Hb/Ht dan elektrolit Berikan cairan intra vena Berikan obat
antiemefik,contoh:proklorperasin
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan pengobatan INTERVENSI 1. Selalu ada untuk pasien buat hubungan saling percaya dengan klien 2. berikan informasi tentang prosedur tentang apa yang akan terjadi 2. Membantu pasien dalam RASIONAL 1. Menunjukkan perhatian dan
masalah
karena
ketidaktauan
termasuk ketahuan 3. pertahankan perilaku nyata dalam melakukan pasien 4. dorong pasien atau orang terdekat untuk menyayakan masalah 4. Mengidentifikasi memberikan menjawab masalah, untuk prosedur menerima 3. Menyatakan penerimaan dan
kesempatan
(perasaan )
pertanyaan,
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi Tujuan : Poses penyakit / prognosis dan program terapi dipahami Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman proses penyakit INTERVENSI 1. Kaji ulang proses penyakit 1. RASIONAL Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi 2. Tekankan pentingnya 2. Pembilasan menurunkan system kesempatan ginjal statis
peningkatan masukan cairan 3-4 liter 3. Kaji ulang program diit 4. Diskusikan program obat3. 4.
ginjal dan pembentukan batu Diit tergantung pada tipe batu Obat-obatan diberikan untuk
obatan
5.
Post operasi 1. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan prosedur bedah dan kateter Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam . Diharapkan eliminasi urine normal Kriteria hasil : Berkemih dalam jumlah normal antara 900-1500 cc selama 24 jam Tidak mengalami kesulitan berkemih setelah kateter dilepas Tidak mengalami gejala retensi.
INTERVENSI 1. Kaji haluran urine dan system kateter 2. pertahankan selang kateter lebih rendah dari uv 3. Bantu pasien memilih posisi normal untuk berkemih 4. Perhatikan berkemih waktu keluhan jumlah berkemih
RASIONAL 1. Retensi dapat terjadi karena edema area bedah dan spasme vesika urinaria 2. Memperlancar aliran urine
sehingga dapat mengurangi resiko retensi urine 3. Mendorong pasase urine dan
meningkatkan rasa normalitas 4. Kateter biasannya dilepas setelah 2-5 hari setelah bedah, tetapi berkemih dapat berlanjut menjadi
setelah kateter di lepas 5. Dorong pasien untuk berkemih bila terasa 6. Dorong 3000cc pemasukan per hari cairan sesui
masalah karena edema uretra dan kehilangan tonus 5. Berkemih retensi urine 6. Mempertahankan hidrasi adekuat dan perfusi ginjal untuk aliran urine, penjatwalan masukan cairan menurunkan kebutuhan gangguan berkemih / gangguan tidur selama malam hari dengan doronggan
terutama setelah kateter dilepas 7. Intruksikan pasien untuk latihan menghentikan aliran urine dan memulai
2. Resiko tinggi kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan pembatasan pemasukan pra operasi dan kesulitan mengontrol perdarahan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam kebutuhan volume pasien terpenuhi Kriteria hasil : Pasien mempertahankan keseimbangan adekuat ditunjukan oleh tanda vital sign stabil dan BB dalam rentan normal Membran mukosa lembab dalam turgor kulit baik nadi perifer normal Tidak menunjukan tanda pendarahan aktif INTERVENSI 1. Awasi pemasukan dan RASIONAL 1. Indikator keseimbangan cairan dan kebutuhan pengfgantian drainase,kateter pendarahan 2. Perdarahan berat atau berulangnya perdarahan aktif memerlukan
intervensi dan evaluasi medik 3. Perdarahan dapat dibuktikan dalam jaringan perineum
4. Mengkaji hidrasi dan keefektifan intervensi Berikan intra vena Mempertahankan volume cairan , meningkatkan fungsi ginjal
3. Resiko tinggi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder terhadap pembedahan ,prosedur infasif :Lkateter drainase Tijuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien tidak mengalami infeksi Criteria hasil : Pasien tidak mengalami tanda infeksi Mencapai waktu penyembuhan Suhu normal 36-37 C INTERVENSI 1. Awasi vital sign. RASIONAL 1. Pasien yang mengalami pembedahan beresiko untuk syok ceptik
berhubungan dengan manipulasi dari instrument 2. Berikan dorongan kepada pasien 2. Nutrisi dan hidrasi yang optimal untuk mengikuti diit yang seimbang meningkatkan dan pemasukan cairan yang adekuat keseluruhen penyembuhan luka bedah 3. Pertahankan system steril,berikan 3. perawatan kateter resiko infeksi Meminimalkan masuknya kesehatan secara
meningkatkan
4.
deteksi
dini yang
penanganan
meminimalkan infeksi
pertumbuhan bakteri , resiko infeksi meninggi 6. Gunakan tehnik septic dan aseptic 6. dalam perawatan luka teknik aseptic meminimalkan
7. Kaji tanda dan gejala infeksi seperti 7. Deteksi dini infeksi memungkinkan kemerahan kenaikan suhu, bengkak, penanganan nyeri, pusing. 8. Kolaborasi AB sesuai indikasi yang cepat untuk
keseriusan infeksi 8. Mungkin diberikan secara profilaksis sehubungan dangan peningkatan resiko infeksi pada pembedahan
4.
Nyeri (akut) berhubungan dengan reflek spasme otot sekuynder akibat pembedahan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri pasien berkurang / hilang Kriteria hasil : Pasien melaporkan nyeri hilang dangan spasme terkontrol Pasien tampak rieleks, mampu tidur / istirahat dengan cepat INTERVENSI RASIONAl 1. Nyeri tiba-tiba dan hebat
penyebaran
3. tindakan pengurangan nyeri non farmakologis yang efektif dapat membantu mengurangi perlunya narkotik
4. Hidrasi
kuat
meningkatkan
pembentukan batu selanjutnya 5. lakukan konsul dengan pasien untuk menentukan metode 5. Melibatkan pasien dalam
pengambilan keputusan
penghilangan nyeri yang paling efektif 6. kolaborasi Berikan obat sesuai indikasi anti spasmedik 7. spasme, dapat menurunkan nyeri 6. Menurunkan.
5.
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan drainase lunak Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien tidak mengalami kjwrusakan integritas kulit Kriteria hasil ; Pasien tidak menunjukan tanda dan gejala kemerahan pada kulit dan tidak terjadi exoriasi INTERVENSI RASIONAL 1. Mempertahankan kebersihan / area kering membantu untuk mencegah kemudahan gesekan
2. catat
dan
dokumentasikan bau
2. Menurunya
cairan
menandakan
drainase,warna konsistensinya
komnplikasi 3. Periksa kulit sekitar kateter dan laporkan jika ada 3. Mengawasi penyembuhan prosedur
kemerahan,kerusakan kulit 4. Beri perlindungan kulit dari perekat dan memudahkan 4. Melindungi kulit dari perekat dan memudahkan drainase pengangkatan
pengangkatan drainase
6.
Kurang pengetahuan tentang tindakan perawatan dan pencegahan timbulnya informasi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien dan keluarga mengetahui perawatan dan pencegan timbulnya batu selama durumah Kriteria hasil : Pasien mengatakan pemahaman tentang perawatan dan pencegahan timbulnya batu selama dirumah INTERVENSI RASIONAL 1. Memberikan informasi dan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi batu selama dirumah berhubungan dengan kurangnya sumber
2. Tekankan pentingnya peningkatan 2. Pembilasan system ginjal menurunkan masukan cairan 3-4 liter /hari 3. Beri penyuluhan tentang diit kesempatan pembentukan batu 3. Tergantung tipe batu, pemahaman pembatasan memberikan kesempatan pasien memberikan informasi 4. Tekankan perlunya nutrisi yang 4. Meningkatkan penyembuhan dan baik mencegah komplikasi
5. Diskusikan pengobatan aktifitas 5. Peningkatan tekanan abdominal awal contoh engangkat benda berat,latihan keras duduk terlalu lama meningkatkan resiko perdarahan
6. Diskusikan
program
7. Identifikasikan tanda /gejala yang 7. Dengan peningkatan kemungkinan memerlukan contoh evaluasi :nyeri medik berulang berulangnya batu, intervensi segera dapat mencegah komplikasi serius