You are on page 1of 11

ISOLASI-MRSA

A. Latar Belakang Dilakukannya Isolasi Pasien MRSA Sejak pertama MRSA ditemukan di Inggris pada tahun 1961, MRSA telah menjadi penyebab utama dari infeksi kesehatan terkait dengan perawatan seluruh Eropa, Asia, Australia, dan Amerika Serikat. Prevalensi MRSA kolonisasi dan infeksi di rumah sakit AS telah meningkat tajam, baik sebagai proporsi dari total jumlah infeksi yang melibatkan S.aureus dan secara absolut, dengan peningkatan yang paling dramatis terjadi sejak tahun 1990. Pada tahun 1980, kurang dari 5% dari infeksi Staphylococcus S terlibat organisme resisten methicillin, yang Proporsinya meningkat menjadi 20% pada tahun 1990, 28% pada tahun 1995, dan 40% pada tahun 1999. Data yang lebih baru menunjukkan bahwa MRSA menyumbang 49,9% menjadi 63,0% dari rawat inap Infeksi Staphylococcus S di Amerika Serikat, dengan variasi menurut wilayah geografis. Menurut CDC tingkat tertinggi, infeksi MRSA paling banyak terjadi di unit perawatan intensif (ICU) di mana proporsi infeksi staphylococcal terkait resisten terhadap oksasilin atau methicillin mencapai 65% pada tahun 2004. Sekitar 70% rumah sakit yang terserang S aureus yang sekarang resisten terhadap antibiotik -laktam dan sampai saat ini dalam pengobatan. Selain itu, 85% dari semua infeksi MRSA berhubungan dengan setting/teknik perawatan kesehatan. MRSA telah menyebabkan berbagai jenis infeksi pada tubuh, terutama pneumonia, infeksi kulit dan jaringan, infeksi pada akses pembedahan, dan infeksi aliran darah. Di Ruang ICU, MRSA menginveksi orang lain melalui perangkat seperti tabung endotrakeal dan trakeostomi dan kateter intravena, karena bakteri tumbuh dengan mudah dalam biofilm, yang membangun sekitar perangkat tersebut. Faktor risiko tambahan untuk infeksi MRSA terkait perawatan kesehatan termasuk sebelumnya adalah penggunaan antibiotik, meningkatnya usia, pernah masuk rumah sakit dalam 6 bulan sebelumnya, hemodialisis, kanker kulit kronis, kepala dan leher. Infeksi dengan organisme yang tahan dengan antimikroba diperkirakan akan menghabiskan biaya $ 6.000 hingga $ 30.000 lebih dari infeksi yang terkait dengan jenis antibiotik yang sensitif. Pada tahun 2006, Infectious Diseases Society of America menerbitkan sebuah "daftar sasaran" dari 6 organisme

resisten

yang

menimbulkan

ancaman

tertentu

terhadap

kesehatan

masyarakat, dari ke-6 organisme tersebut, MRSA adalah urutan yang pertama paling berbahaya.

B. ANALISA 1. Guideline Isolations Precautions Dari beberapa alasan tersebut di atas, menurut jurnal penelitian Isolation Precautions for Methicillin-Resistant Staphylococcus perlu dilakukan tindakan pencegahan melalui berbagai upaya yang dilakukan di tempat pelayanan kesehatan. Salah satu cara yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi MRSA sesuai dengan kesepakatan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Guidelines adalah dengan tindakan isolasi (Isolation Precautions) pada penderita MRSA, Kemudian setelah itu sesuai

dengan management of multidrug-resistant organisms (MDROs) tahun 2006 untuk tindakan isolasi dirumuskan sebagai berikut : Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dengan Isolation Precaution dapat secara efektif menurunkan proses infeksi oleh MRSA, namun juga dapat

menimbulkan efek yang merugikan pasien yaitu penurunan perawatan kesehatan klien dan meningkatkan biaya berobat pasien.

Tabel di atas menunjukkan biaya perawatan satu orang penderita MRSA jika dimasukkan dalam ruang isolasi akan membutuhkan biaya senilai dalam Rupiah Rp. 12.000.000 2. Menurut Jurnal penelitian Sequential introduction of single room isolation and hand hygiene campaign in the control of methicillin-resistant Staphylococcus aureus in intensive care unit, menunjukkan cara yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi MRSA yaitu dengan cara isolasi pasien (single room di ICU) dan cuci tangan. Penelitian ini dilakukan selama 7 tahun yaitu mulai tahun 2002-2009, menunjukkan bahwa terjadi penurunan omset infeksi MRSA di ICU :

Kesimpulan : dari table di atas dapat disimpulkan isolasi dan cuci tangan sangat efektif untuk mengurangi penyebaran infeksi MRSA. Selain itu tingkat keberhasilan juga tergantung pada seberapa taat tenaga medis melakukan hand hygiene sesuai dengan prosedur dan kesadaran diri. Berikut ini Studi Literatur dari beberapa Peneliti sebelumnya tentang penerapan Isolasi single room dan cuci tangan :

Dari beberapa studi literature tersebut, menyebutkan bahwa hampir seluruhnya menyebutkan bahwa isolasi room sangat efektif dalam menangani dan menurunkan terjadinya kasus MRSA di ICU.

3. STUDI LITERATUR Definisi Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi layanan kesehatan serta mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan. Ruangan isolasi yang baik adalah dengan fasiliitas cuci tangan dan ruangan yang berdampingan dengan fasilitas kamar mandi dan toilet. Tujuan isolasi Tujuan dari pada di lakukannya Kewaspadaan Umum ini adalah agar para petugas kesehatan yang merawat pasien terhindar dari penyakit-penyakit yang di tularkan melalui darah yang dapat menulari mereka melalui tertusuk jarum karena tidak sengaja, lesi kulit, lesi selaput lendir. Alat-alat yang dipakai untuk melindungi diri antara lain pemakaian sarung tangan, Lab jas, masker, kaca mata atau kaca penutup mata. Ruangan khusus diperlukan jika hygiene penderita jelek. Limbah Rumah Sakit diawasi oleh pihak yang berwenang.

Syarat-syarat ruang isolasi a. Pencahayaan Menurut KepMenKes 1204/Menkes/SK/X/2004, intensitas cahaya untuk ruang isolasiadalah 0,1 0,5 lux dengan warna cahaya biru.Selain itu ruang isolasi harus mendapat paparan sinar matahari yang cukup. b. Pengaturan sirkulasi udara Pengaturan sirkulasi udara ruang isolasi pada dasarnya menggunakan prinsip tekanan yaitu tekanan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.

Berdasarkan tekanannya ruang isolasi dibedakan atas : Isolasi Bertekanan Negatif

Pada ruang isolasi bertekanan negatif udara di dalam ruang isolasi lebih rendah dibandingkan udara luar. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara yang keluar dari ruangan isolasi sehingga udara luar tidak terkontaminasi oleh udara dari ruang isolasi. Ruang isolasi bertekanan negatif ini digunakan untuk penyakit- penyakit menular khususnya yang menular melalui udara sehingga kumankuman penyakit tidak akan mengkontaminasi udara luar. Untuk metode pembuangan udara atau sirkulasi udara digunakan sistem sterilisasi dengan HEPA. Isolasi Bertekanan Positif

Pada ruang isolasi bertekanan positif udara di dalam ruang isolasi lebih tinggi dibandingkan udara luar sehingga mennyebabkan terjadi perpindahan udara dari dalam ke luar ruang isolasi. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara luar yang masuk ke ruangan isolasi sehingga udara ruang isolasi tidak terkontaminasi oleh udara luar. Ruang isolasi bertekanan positif ini digunakan untuk penyakitpenyakit immuno deficiency seperti HIV AIDS atau pasien-pasien transplantasi sum sum tulang. Untuk memperoleh udara di ruang isolasi sehingga menghasilkan tekanan positif di ruang isolasi digunakan udara luar yang sebelumnya telah disterilisasi terlebih dahulu. c. Pengelolaan Limbah Pada prinsipnya pengelolaan limbah pada ruang isolasi sama dengan pengelolaan limbah medis infeksius yang umumnya terdiri dari

penimbunan, penampungan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.

Macam-macam isolasi 1. Isolasi ketat Kategori ini dirancang untuk mencegah transmisi dari bibit penyakit yang sangat virulen yang dapat ditularkan baik melalui udara maupun melalui kontak langsung.

Cirinya adalah selain disediakan ruang perawatan khusus bagi penderita juga bagi mereka yang keluar masuk ruangan diwajibkan memakai masker, lab jas, sarung tangan. Ventilasi ruangan tersebut juga dijaga dengan tekanan negatif dalam ruangan. 2. Isolasi kontak Diperlukan untuk penyakit-penyakit yang kurang menular atau infeksi yang kurang serius, untuk penyakit-penyakit yang terutama ditularkan secara langsung sebagai tambahan terhadap hal pokok yang dibutuhkan, diperlukan kamar tersendiri, namun penderita dengan penyakit yang sama boleh dirawat dalam satu kamar, masker diperlukan bagi mereka yang kontak secara langsung dengan penderita, lab jas diperlukan jika kemungkinan terjadi kontak dengan tanah atau kotoran dan sarung tangan diperlukan jika menyentuh bahan-bahan yang infeksius. 3. Isolasi pernafasan; Dimaksudkan untuk mencegah penularan jarak dekat melalui udara, diperlukan ruangan bersih untuk merawat penderita, namun mereka yang menderita penyakit yang sama boleh dirawat dalam ruangan yang sama. Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok yang diperlukan, pemakaian masker dianjurkan bagi mereka yang kontak dengan penderita, lab jas dan sarung tangan tidak diperlukan. 4. Isolasi terhadap Tuberculosis (Isolasi BTA) Ditujukan bagi penderita TBC paru dengan BTA positif atau gambaran radiologisnya menunjukkan TBC aktif. Spesifikasi kamar yang diperlukan adalah kamar khusus dengan ventilasi khusus dan pintu tertutup. Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok yang dibutuhkan masker khusus tipe respirasi dibutuhkan bagi mereka yang masuk ke ruangan perawatan, lab jas diperlukan untuk mencegah kontaminasi pada pakaian dan sarung tangan atidak diperlukan. 5. Kehati-hatian terhadap penyakit Enterie Untuk penyakit-penyakit infeksi yang ditularkan langsung atau tidak langsung melalui tinja. Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok yang diperlukan, perlu disediakan ruangan khusus bagi penderita yang hygiene

perorangannya rendah. Masker tidak diperlukan jika ada kecenderungan

terjadi soiling dan sarung tangan diperlukan jika menyentuh bahan-bahan yang terkontaminasi.

Prinsip isolasi Ruang Perawatan isolasi terdiri dari : Ruang ganti umum Ruang bersih dalam Stasi perawat Ruang rawat pasien Ruang dekontaminasi Kamar mandi petugas Prinsip kewaspadaan airborne harus diterapkan di setiap ruang perawatan isolasi yaitu: Ruang rawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negatif dibanding tekanan di koridor. Pergantian sirkulasi udara 6-12 kali perjam Udara harus dibuang keluar, atau diresirkulasi dengan menggunakan filter HEPA (High-Efficiency Particulate Air) Setiap pasien harus dirawat di ruang rawat tersendiri. Pada saat petugas atau orang lain berada di ruang rawat, pasien harus memakai masker bedah mungkin). Ganti masker setiap 4-6 jam dan buang di tempat sampah infeksius. Pasien tidak boleh membuang ludah atau dahak di lantai gunakan penampung dahak/ludah tertutup sekali pakai (disposable). (surgical mask) atau masker N95 (bila

Universal Precaution yang di terapkan di ruang isolasi Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasaldari pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007). Secara garis besar, standard kewaspadaan universal di ruang isolasi antara lain :

o Cuci tangan o Pakai sarung tangan saat menyentuh cairan tubuh, kulit tak utuh dan membranmukosa o Pakai masker, pelindung mata, gaun jika darah atau cairan tubuh mungkinmemercik o Tutup luka dan lecet dengan plester tahan air o Tangani jarum dan benda tajam dengan aman o Buang jarum dan benda tajam dalam kotak tahan tusukan dan tahan air o Proses instrumen dengan benar o Lakukan pengelolaan limbah dengan benar o Bersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lain segera dan dengan seksama o Buang sampah terkontaminasi dengan aman o Lakukan pengelolaan alat kesehatan untuk mencegah infeksi dalam kondisi sterildan siap pakai dengan cara dekontaminasi, pencucian alat, dan desinfeksi dansterilisasi

Prosedur perawatan di ruang isolasi Persiapan sarana Baju operasi yang bersih, rapi (tidak robek) dan sesuai ukuran badan. Sepatu bot karet yang bersih, rapih (tidak robek) dan sesuai ukuran kaki. Sepasang sarung tangan DTT (Desinfeksi Tingkat Tinggi) atau steril ukuran pergelangan dan sepasang sarung bersih ukuran lengan yang sesuai dengan ukuran tangan. Sebuah gaun luar dan apron DTT dan penutup kepala yang bersih. Masker N95 dan kaca mata pelindung Lemari berkunci tempat menyimpan pakaian dan barang barang pribadi. Langkah awal saat masuk ke ruang perawatan isolasi Lakukan hal sebagai berikut: Lepaskan cincin, jam atau gelang Lepaskan pakaian luar Kenakan baju operasi sebagai lapisan pertama pakaian Lipat pakaian luar dan simpan dengan perhiasan dan barang-barang pribadi lainnya di dalam lemari berkunci yang telah disediakan.

Mencuci tangan Kenakan sepasang sarung tangan sebatas pergelangan tangan Kenakan gaun luar/jas operasi Kenakan sepasang sarung tangan sebatas lengan Kenakan masker Kenakan masker bedah Kenakan celemek plastik/apron Kenakan penutup kepala Kenakan alat pelindung mata (goggles / kacamata) Kenakan sepatu boot karet

You might also like