Professional Documents
Culture Documents
Rangkuman kasus Seorang perempuan, 65 tahun, dibawa ke Rsud panembahan senopati bantul oleh keluarga karena pasien teriak-teriak, berbicara dan tertawa sendiri, bernyanyi, berteriak, suka pergi-pergi dan tidak mau diam, mudah tersinggung, mudah marah, nafsu makan berkurang, dan tidur sulit. Pasien mengalami perubahan tingkah laku sejak 5 tahun lalu saat pasien dan ibunya berjualan krupuk di pasar dan dirazia oleh Pamong Praja. Pasien tidak rutin kontrol ke dokter spesialis jiwa. Vital sign: TD: 110/70 mmHg, N: 76 x/mnt, RR: 20 x/mnt, S: afebris. Pemeriksaan fisik: secara umum dalam batas normal. Pemeriksaan psikiatri: tampak perempuan sesuai umur, penampilan cukup bersih, perawatan diri cukup,tertawa dan terlihat gembira, perilaku hiperaktif, banyak bicara, mood meningkat, afek euforia, banyak mimik, halusinasi auditorik (+), flight of idea, non-realistik. 2. Perasaan terhadap pengalaman Pasien didagnosis sebagai skizoafektif tipe manik dan diberikan pengobatan Risperidone 2x2mg dan Carbamazepin 2x200mg. 3. Evaluasi Apakah kriteria yang terpenuhi pada pasien ini untuk didiagnosis sebagai skzoafektif tipe manik dan mengapa diberikan pengobatan tersebut. 4. Analisis Pada pemeriksaan psikiatrik didapatkan sindroma psikotik: sakit sudah lebih dari 1 bulan, adanya hendaya/disfungsi fungsi peran (+), waktu luang (+), fungsi sosial (+), rawat diri (+), adanya distress, adanya gangguan dalam berperilaku, pola pikir dan perasaan. Sindrom manik: afek meningkat, mood euforia, loggorrhoe, banyak mimik, hiperaktif. Sindrom skizofrenia: non realistik, inkoherensi, halusinasi auditorik (+). Sehingga menurut pedoman diagnosis, pasien mengalami gangguan skizoafektif tipe manik. Terapi yang diberikan berupa anti-psikosis (atipikal) Risperidone 2x2mg dan antimania Carbamazepin 2x200mg. Risperidone merupakan antagonis monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi terhadap reseptor serotonergik 5-HT2 dan dopaminergik D2 untuk terapi pada skizofrenia akut dan kronik serta pada kondisi psikosis yang lain, dengan gejala-gejala tambahan (seperti; halusinasi, delusi, gangguan pola pikir, kecurigaan dan rasa permusuhan) dan atau dengan gejala-gejala negatif yang terlihat nyata (seperti; blunted affect, menarik diri dari lingkungan sosial dan emosional, sulit berbicara). Juga mengurangi gejala afektif (seperti; depresi, perasaan bersalah dan cemas) yang berhubungan dengan skizofrenia.
5. Kesimpulan Gangguan skizoafektif tipe manik adalah suatu gangguan psikotik dengan gejala-gejala skizofrenia dan manik sama-sama menonjol dalam suatu episode penyakit yang sama (F25.0). Pada kasus ini diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan psikiatri. Faktor pencetus gangguan jiwa pada pasien adalah faktor lingkungan sosial. Selain diberikan terapi medikamentosa dengan anti-psikosis dan antimania, pasien juga diberikan psikoterapi. 6. Daftar pustaka Kaplan dan Sadock. 2007. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis. Edisi VII, Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara. Tomb D. 2000. Buku Saku Psikiatri. Edisi VI. Jakarta: EGC. WHO. 2003. PPDGJ III, ed.I. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Kay J, Tasman A. 2006. Essentials of Psychiatry. England: John Wiley&Sons Ltd.