You are on page 1of 80

1.)Kuantitas Remaja 10-24 th : 64 juta (28,6%) (PPI 2005, Bapenas, UNFPA 2005) 2.

)55,7% berada di Perkotaan dan 44,3% berada di Pedesaan (SKKRI, 2007) 3.)47% Tidak tamat SMA dan 37% Tamat SMA (SKKRI, 2007) 4.)62,7% remaja SMP tidak perawan (survei KPA, 2008) 5.)30% dari 2 juta aborsi dilakukan oleh remaja (UNFPA & Bapenas, 2009) 6.)78% remaja dari 3,2 juta orang adalah pengguna NAPZA 7.)54,3% dari 15 juta pengidap AIDS adalah remaja (Depkes, 2008) 8.)90% remaja wanita dan 85% pria menginginkan pelayanan KB tersedia bagi kelompok remaja (SKKRI, 2007) 9.)50% pria dan wanita membutuhkan penyediaan alat/cara KB (SKKRI, 2007) Usia kimpoi pertama 19,8 tahun (SKKRI, 2007) Median usia melahirkan anak pertama 21,5 tahun (SDKI, 2007) 10.) 17,2% wanita (kelompok umur 15-49 th), melahirkan pertama kali pada usia dibawah 20 th. http://www.kaskus.us/showthread.php?t=6143264 1. Gangguan kepribadian berupa emosi yang sebentar-sebentar meledak di saat online mengamuk karena mudah tersinggung (Online Intermittent Explosive Disorder/OIED) Spoiler for 1: Quote: orang yang mengidap gangguan ini tampak normal pada awalnya. Beberapa hari atau jam sebelumnya mereka bisa saja melakukan pembicaraan-pembicaraan lucu atau komentar-komentar hangat. Akan tetapi beberapa saat kemudian berubah marah-marah dan mengumpat disebabkan sesuatu yang menyinggung perasaannya. Kenapakah hal itu bisa terjadi di Internet? 1. Kebanyakan dari kita hanya bisa menahan hasrat untuk melakukannya di dunia nyata, yang apabila dilakukan mungkin bisa membuahkan sebuah tinju ke wajah kita. 2. Di Internet kebanyakan pengguna menyembunyikan identitas aslinya, sehingga mereka dengan bebas mengeluarkan isi hati dan kemarahannya tanpa khawatir reputasinya menjadi jelek. 3. Karena pengungkapan perasaan dalam bentuk tulisan sering terlihat datar dan tidak menggambarkan emosi dengan jelas, seperti halnya nada suara, mimik wajah dan bahasa tubuh lainnya di saat tatap muka langsung, sehingga orang cenderung menggunakan kata-kata yang tajam, kasar dan keras untuk mewakili sebuah perasaan tertentu.

2. Toleransi rendah terhadap kekalahan dalam forum (Low Forum Frustration Tolerance/LFFT) Spoiler for 2:

Quote:

Digambarkan sebagai seseorang yang mencari-cari kepuasan segera atau penghindaran dari rasa sakit dengan segera. Pada awalnya mirip dengan perilaku anak tujuh tahunan yang menginginkan sebuah mainan, dan akan berteriak dengan menghentak-hentakan tangan dan kakinya agar segera mendapatkan apa diinginkannya. Bagi orang yang suka menulis dan melakukan posting, sering kali merasa bahwa postingnya sangat sempurna. penulisnya hampir setiap waktu mengecek masuknya komentar yang baru diberikan pembacanya. Jika ia mendapat komentar-komentar miring penuh kritik, maka dengan cepat ia akan meluncurkan jawaban yang akan mematahkan tanggapan itu. Jika tidak ada yang memberikan komentar, dia akan mengirimkan komentarnya sendiri mungkin dengan nama lain untuk meramaikan tulisannya. Kenapakah hal itu bisa terjadi di Internet? Kegiatan itu membuat kita menjadi tidak sabaran, karena ingin segera melihat respon dengan dari pihak lain. Ketidaksabaran ini meminimalkan toleransi terhadap serangan yang menimbulkan ketersinggungan.

3. Munchausen di Internet - tukang cerita untuk membangkitkan rasa kasihan (Munchausen Syndrom) Spoiler for 3:

Quote: suatu kondisi di mana seseorang dengan sengaja membuat kebohongan, menirukan, menambah buruk suatu keadaan, atau mempengaruhi diri sendiri agar sakit dengan tujuan diperlakukan seperti orang sakit. Penderita kekacauan ini membutuhkan perhatian berupa rasa simpatik dan kasihan dari orang lain dengan menimbulkan kesan kesusahan dan kesulitan pada diri mereka. Kenapa hal itu bisa terjadi di internet? Sangat mudah melakukan kebohongan dalam kehidupan nyata, dan sepuluh kali lebih mudah melakukannya di internet, karena tidak ada seorang pun bisa memeriksa kebenaran fakta-faktanya.

4. Gangguan kepribadian yang tergoda untuk memaksa orang lain pada saat online (Online Obsessive-Compulsive Personality Disorder/OOCPD) Spoiler for 4:

Quote:

Gangguan kepribadian jenis ini bisa dijelaskan dengan contoh kegilaan akan tata bahasa. Ketika orang menemukan suatu kesalahan tata bahasa atau penulisan kata yang keliru dari orang lain dalam sebuah posting atau komentar, maka dia langsung menyerang dan dengan keras memprotesnya Kenapa hal demikian bisa terjadi di internet? Dalam kenyataannya penderita OCPD merasakan ketakutan yang tidak logis terhadap dunia yang lebih berantakan, lebih kotor dan lebih kacau dibanding seharusnya yang dia pikirkan; sehingga secara cepat keadaan menjadi lebih buruk, dan akan mengalami kehancuran sampai ada seseorang yang memperbaikinya. Di Internet, setelah membaca setiap komentar-komentar, orang normal akan menderita nasib yang sama. Tata bahasa yang keliru, pilihan kata yang tidak tepat, atau bahasa gaul yang membingungkan, mendesak anda untuk mengoreksinya. Tidak sulit merasakan keinginan untuk melatih diri menggunakan bahasa yang benar.

5. Low Cyber Self-Esteem (LCSE) atau penghargaan terhadap diri sendiri yang rendah (Seperti seseorang yang dibenci setiap orang, tapi tidak ada yang meninggalkannya) Spoiler for 5:

Quote: Di dalam kehidupan nyata ini disebut merendahkan diri sendiri atau perilaku pencarian perhatian. Jika sampai kepada tingkat ekstrem, hal itu dapat berubah menjadi Online Erotic Humiliation atau pelecehan seksual secara online, di mana pelecehan menjadi sebuah tindakan nyata. Sehingga ketika anda mengatakan kepada seseorang agar melakukan sebuah tindakan seksual, mungkin dia akan menganggap hal itu penting dan dia dengan sungguh-sungguh akan melakukannya. Kenapa hal itu bisa terjadi di Internet? Pencari perhatian mendapatkan apa yang diinginkannya, dan penghina diri sendiri mendapatkan cukup ketegangan untuk mengaktualisasikan dirinya yang intropet melalui sinyal-sinyal yang dikirimnya via keyboard.

6. Internet Aspergers Syndrome [Parah ni Gan ] Spoiler for 6:

Quote: hilangnya semua aturan sosial dan empati pada diri seseorang, disebabkan tanpa alasan selain hanya

secara kebetulan berhadapan dengan sebuah benda mati; berkomunikasi via papan tombol dan monitor pada suatu waktu. sindrom ini adalah bentuk halus dari autisme yang tampak berupa ketidakmampuan biologi untuk menunjukkan empati kepada manusia lain, mungkin disebabkan ketidakmampuan untuk mengenali isyarat nonverbal. Mereka secara terus-menerus bertingkah aneh dan mengganggu disebabkan mereka tidak mengetahui bahwa anda terganggu. Ada bagian dari otak mereka yang rusak. Quote: Beberapa kasus bunuh diri yang direkam dengan webcam yang sebagian mungkin main-main dan dipublikasikan di Internet. Untuk sekarang ini mungkin kita tidak yakin bahwa hal itu benarbenar terjadi, tetapi sebenarnya hanya masalah waktu. Kenapa hal itu bisa terjadi di Internet? orang yang melakukan semua komunikasi online mereka menampilkan perilaku Asperger karena mereka ingin memberikan kesan ada kerugian yang sama pada diri sendiri. Di dalam hal ini, ketika kemampuan melihat respon dan mimik wajah atau ekspresi nonverbal sudah hilang, begitu juga dengan empati. Maka hal yang anda beritahukan hanya kepada orang yang tidak ada, karena itu hanyalah sekelompok kata-kata pada layar. Sekelompok kata-kata kecil yang tidak berarti.

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2361299

Anda Terjangkit "Technostress"?


New York (ANTARA News) - Dering ponsel tiada henti dan perangkat email tiada putus meminta jawaban demi jawaban seakan menyudutkan Anda ke dalam situasi super sibuk. Serbuan informasi global dalam jejaring sosial boleh jadi membuat Anda mengalami stres. Ketika Anda cemas karena serbuan teknologi informasi, maka Anda sedang terjangkit Technostress. "Technostress akibat serbuan teknologi dapat menyebabkan seseorang cemas, frustrasi, stres, dan kurang tidur," kata pakar psikologi dari California State University, Amerika Serikat, Larry D. Rosen, PhD. Larry D.Rosen bersama Michelle M. Weil, PhD telah mempelajari respons seseorang terhadap perkembangan teknologi sejak awal tahun 1980-an. Keduanya telah menulis buku "TechnoStress",

sebagaimana dikutip dari laman ahealthy.com. Apakah teknologi menyebabkan seseorang stres? "Kini banyak orang menyatakan bahwa mereka mencintai teknologi dengan menggunakannya sepanjang waktu. Ini yang membuat kami terheranheran. Kami tidak dapat serta merta menyetujuinya. Hampir setiap hari, ada teknologi baru," katanya. "Teknologi dapat berdampak baik," kata Rosen. "Dengan memanfaatkan teknologi, Anda dapat menghemat waktu kerja dan meningkatkan kualitas kerja Anda. Kerja anda lebih cepat dan lebih efisien. Tapi Anda harus menetapkan batasan sangat jelas," katanya pula. Teknologi memudahkan Anda mengirim dan menerima pesan di dalam mobil, merespon email saat berbelanja bahan makanan atau memeriksa harga saham setiap waktu. Teknologi membuat jalinan komunikasi antar manusia. Semuanya ini tidak lantas berdampak sehat bagi seseorang secara psikologis. Kini, semuanya terpulang kepada Anda. Apakah kesibukan sehari-hari menyita waktu bagi keluarga? Apakah kesibukan pekerjaan telah begitu menghimpit waktu pribadi Anda? Apakah Anda memang telah kewalahan dengan gempuran demi gempuran kemajuan teknologi? Apakah teknologi telah mengatur bahkan menguasai Anda? "Kenyataannya, sulit untuk mengontrol kemajuan teknologi," kata Rosen pula. "Kecuali Anda memang telah menetapkan batasan jelas tentang tujuan hidup Anda sendiri. Kita akan terus berurusan dengan kemajuan teknologi informasi yang berlebihan." Otak dapat bekerja dengan kemampuan melakukan aneka jenis pekerjaan. Bukan tidak mungkin Anda meninggalkan tugas-tugas utama kemudian memilih tugas alternatif dalam pekerjaan. Konsentrasi Anda mudah berpindah. Ketika pikiran Anda terus disesaki dengan asupan teknologi informasi, maka Anda dihadapkan kepada kesulitan berkonsenstrasi di siang hari. Anda akan mengalami kesulitan tidur pada malam hari. "Tidur malam mengatur dan memulihkan kelelahan otak setelah seharian beraktivitas. Dengan tidur, Anda dapat tenang dan rileks," katanya pula. Ketika menyinggung mengenai kenyataan seseorang yang dihadapkan kepada situasi "multitasking" karena tuntutan kecepatan dan pencapaian harapan dan target, maka Anda perlu siap bersikap realistis. Multitasking mempertinggi reaksi kimia tubuh dan mendongkrak sistem fisiologis. Ujung-ujungnya, indera seseorang dapat tumpul dan sulit berpikir jernih. "Reaksi kimia dalam otak mempengaruhi kesegaran tubuh dan kebugaran pikiran. Ketika Anda mengalami kelelahan, Anda mudah tersinggung," katanya.

Bagaimana bila teknostres menerjang anggota keluarga? "Akses yang berlebihan sepanjang hari dan sepanjang malam jelas mengurangi waktu beinteraksi bersama keluarga dan teman sejawat," kata Rosen. Kini, anggota keluarga dapat saja duduk di ruang yang sama, tetapi seorang ibu sedang "chatting" dengan rekan online-nya dan anak-anak asyik bermain video game, sementara sang ayah ber-email-ria di kantor. "Teknologi cenderung menjadi aktivitas perorangan," katanya. "Jika Anda terus membiarkan anak-anak bermain karena mereka terpesesona dan terpapar oleh pesona multimedia, maka teknologi akan memegang kendali kekuasaan kepada anak-anak Anda. Mereka akan bermain selama 24 jam penuh." Rosen merekomendasikan agar para orangtua tidak melepaskan pengawasan kepada anak-anaknya untuk menghindari teknostress. Orangtua harus menetapkan batasan jumlah waktu dan jenis gadget yang digunakan. Pastikan bahwa perangkat teknologi mereka "off" ketika memang diperlukan alokasi waktu bagi kebersamaan keluarga. (*) Editor: AA Ariwibowo COPYRIGHT 2011 http://www.antaranews.com/berita/249078/anda-terjangkit-technostress
Tim Liputan 6 SCTV

Artikel Terkait
Wahai Wanita, Berhentilah Merokok Mulai Sekarang! Saat Keinginan Bercinta Sirna Awas, Ponsel Pengaruhi Kesuburan Anda Teknik Pernapasan untuk Stop Ejakulasi Dini

Hati-hati Dandani Kulit Muka Anda!


08/03/2011 19:13 | Info Kesehatan

Liputan6.com, New York: Dering ponsel tiada henti dan perangkat email tiada putus meminta jawaban demi jawaban seakan menyudutkan Anda ke dalam situasi super sibuk. Serbuan informasi global dalam jejaring sosial boleh jadi membuat Anda mengalami stres. Ketika Anda cemas karena serbuan teknologi informasi, maka Anda sedang terjangkit Technostress. "Technostress akibat serbuan teknologi dapat membuat seseorang menjadi cemas, frustrasi, stres, dan kurang tidur," kata pakar psikologi dari California State University, Amerika Serikat, Larry D. Rosen, PhD. Larry D.Rosen bersama Michelle M. Weil, PhD telah mempelajari respons seseorang terhadap perkembangan teknologi sejak awal tahun 1980-an. Keduanya telah menulis buku TechnoStress, sebagaimana dikutip dari laman ahealthy.com. "Teknologi dapat berdampak baik," kata Rosen. "Dengan memanfaatkan teknologi, Anda dapat menghemat waktu kerja dan meningkatkan kualitas kerja Anda. Kerja anda lebih cepat dan lebih efisien. Tapi Anda harus menetapkan batasan sangat jelas," ujarnya. Teknologi memudahkan Anda mengirim dan menerima pesan di dalam mobil, merespon email saat berbelanja bahan makanan atau memeriksa harga saham setiap waktu. Namun teknologi tidak lantas berdampak sehat bagi seseorang secara psikologis. Semuanya terpulang kepada Anda. Apakah kesibukan sehari-hari menyita waktu bagi keluarga? Apakah kesibukan pekerjaan telah begitu menghimpit waktu pribadi Anda? Apakah Anda memang telah kewalahan dengan gempuran demi gempuran kemajuan teknologi? Apakah teknologi telah mengatur bahkan menguasai Anda? "Kenyataannya, sulit untuk mengontrol kemajuan teknologi," kata Rosen. Menurutnya, manusia harus menetapkan batasan jelas tentang tujuan hidup Anda sendiri jika tidak kita akan terus berurusan dengan kemajuan teknologi informasi yang berlebihan. Otak dapat bekerja dengan kemampuan melakukan aneka jenis pekerjaan. Bukan tidak mungkin Anda meninggalkan tugas-tugas utama kemudian memilih tugas alternatif dalam pekerjaan. Konsentrasi Anda mudah berpindah. Ketika pikiran Anda terus disesaki dengan asupan teknologi informasi, maka Anda dihadapkan kepada kesulitan berkonsenstrasi di siang hari. Anda akan mengalami kesulitan tidur pada malam hari. nah jika sudah demikian anda terjangkit Tecnostress. (AHA/Ant/ARI) http://kesehatan.liputan6.com/read/323379/jangan-biarkan-technostress-menjangkiti-anda --Salam tementku. Internet telah membuat banyak orang menjadi gila.Ada orang yang lebih mencintai internet melebihi rasa cinta kepada pasangannya.Ada juga orang yang rela tidak tidur demi chating dan browsing.Ada anak yang lebih memilih internet dari nasi.Dari orang dewasa hingga anakanak memenuhi warung-warung internet, setiap harinya, karena kegilaan terhadap internet. Ini dia ancaman ke 6 Gangguan mental saat kita sedang online di internet..

1. Gangguan kepribadian berupa emosi yang sebentar-sebentar meledak di saat online mengamuk karena mudah tersinggung (Online Intermittent Explosive Disorder/OIED) orang yang mengidap gangguan ini tampak normal pada awalnya. Beberapa hari atau jam sebelumnya

mereka bisa saja melakukan pembicaraan-pembicaraan lucu atau komentar-komentar hangat. Akan tetapi beberapa saat kemudian berubah marah-marah dan mengumpat disebabkan sesuatu yang menyinggung perasaannya. Kenapakah hal itu bisa terjadi di Internet? * Kebanyakan dari kita hanya bisa menahan hasrat untuk melakukannya di dunia nyata, yang apabila dilakukan mungkin bisa membuahkan sebuah tinju ke wajah kita. * Di Internet kebanyakan pengguna menyembunyikan identitas aslinya, sehingga mereka dengan bebas mengeluarkan isi hati dan kemarahannya tanpa khawatir reputasinya menjadi jelek. * Karena pengungkapan perasaan dalam bentuk tulisan sering terlihat datar dan tidak menggambarkan emosi dengan jelas, seperti halnya nada suara, mimik wajah dan bahasa tubuh lainnya di saat tatap muka langsung, sehingga orang cenderung menggunakan kata-kata yang tajam, kasar dan keras untuk mewakili sebuah perasaan tertentu. 2. Toleransi rendah terhadap kekalahan dalam forum (Low Forum Frustration Tolerance/LFFT) Digambarkan sebagai seseorang yang mencari-cari kepuasan segera atau penghindaran dari rasa sakit dengan segera. Pada awalnya mirip dengan perilaku anak tujuh tahunan yang menginginkan sebuah mainan, dan akan berteriak dengan menghentak-hentakan tangan dan kakinya agar segera mendapatkan apa diinginkannya. Bagi orang yang suka menulis dan melakukan posting, sering kali merasa bahwa postingnya sangat sempurna. penulisnya hampir setiap waktu mengecek masuknya komentar yang baru diberikan pembacanya. Jika ia mendapat komentar-komentar miring penuh kritik, maka dengan cepat ia akan meluncurkan jawaban yang akan mematahkan tanggapan itu. Jika tidak ada yang memberikan komentar, dia akan mengirimkan komentarnya sendiri mungkin dengan nama lain untuk meramaikan tulisannya. Kenapakah hal itu bisa terjadi di Internet? Kegiatan itu membuat kita menjadi tidak sabaran, karena ingin segera melihat respon dengan dari pihak lain. Ketidaksabaran ini meminimalkan toleransi terhadap serangan yang menimbulkan ketersinggungan. 3. Munchausen di Internet - tukang cerita untuk membangkitkan rasa kasihan (Munchausen Syndrom) suatu kondisi di mana seseorang dengan sengaja membuat kebohongan, menirukan, menambah buruk suatu keadaan, atau mempengaruhi diri sendiri agar sakit dengan tujuan diperlakukan seperti orang sakit. Kenapa hal itu bisa terjadi di internet? Sangat mudah melakukan kebohongan dalam kehidupan nyata, dan sepuluh kali lebih mudah melakukannya di internet, karena tidak ada seorang pun bisa memeriksa kebenaran fakta-faktanya 4. Gangguan kepribadian yang tergoda untuk memaksa orang lain pada saat online (Online Obsessive-Compulsive Personality Disorder/OOCPD) Gangguan kepribadian jenis ini bisa dijelaskan dengan contoh kegilaan akan tata bahasa. Ketika orang menemukan suatu kesalahan tata bahasa atau penulisan kata yang keliru dari orang lain dalam sebuah

posting atau komentar, maka dia langsung menyerang dan dengan keras memprotesnya. Kenapa hal demikian bisa terjadi di internet? Dalam kenyataannya penderita OCPD merasakan ketakutan yang tidak logis terhadap dunia yang lebih berantakan, lebih kotor dan lebih kacau dibanding seharusnya yang dia pikirkan; sehingga secara cepat keadaan menjadi lebih buruk, dan akan mengalami kehancuran sampai ada seseorang yang memperbaikinya. Di Internet, setelah membaca setiap komentar-komentar, orang normal akan menderita nasib yang sama. Tata bahasa yang keliru, pilihan kata yang tidak tepat, atau bahasa gaul yang membingungkan, mendesak anda untuk mengoreksinya. Tidak sulit merasakan keinginan untuk melatih diri menggunakan bahasa yang benar 5. Low Cyber Self-Esteem (LCSE) atau penghargaan terhadap diri sendiri yang rendah (Seperti seseorang yang dibenci setiap orang, tapi tidak ada yang meninggalkannya) Di dalam kehidupan nyata ini disebut merendahkan diri sendiri atau perilaku pencarian perhatian. Jika sampai kepada tingkat ekstrem, hal itu dapat berubah menjadi Online Erotic Humiliation atau pelecehan seksual secara online, di mana pelecehan menjadi sebuah tindakan nyata. Sehingga ketika anda mengatakan kepada seseorang agar melakukan sebuah tindakan seksual, mungkin dia akan menganggap hal itu penting dan dia dengan sungguh-sungguh akan melakukannya. Kenapa hal itu bisa terjadi di Internet? Pencari perhatian mendapatkan apa yang diinginkannya, dan penghina diri sendiri mendapatkan cukup ketegangan untuk mengaktualisasikan dirinya yang intropet melalui sinyal-sinyal yang dikirimnya via keyboard. 6. Internet Aspergers Syndrome hilangnya semua aturan sosial dan empati pada diri seseorang, disebabkan tanpa alasan selain hanya secara kebetulan berhadapan dengan sebuah benda mati; berkomunikasi via papan tombol dan monitor pada suatu waktu. sindrom ini adalah bentuk halus dari autisme yang tampak berupa ketidakmampuan biologi untuk menunjukkan empati kepada manusia lain, mungkin disebabkan ketidakmampuan untuk mengenali isyarat nonverbal. Mereka secara terus-menerus bertingkah aneh dan mengganggu disebabkan mereka tidak mengetahui bahwa anda terganggu. Ada bagian dari otak mereka yang rusak. (Beberapa kasus bunuh diri yang direkam dengan webcam yang sebagian mungkin main-main dan dipublikasikan di Internet. Untuk sekarang ini mungkin kita tidak yakin bahwa hal itu benar-benar terjadi, tetapi sebenarnya hanya masalah waktu.) Kenapa hal itu bisa terjadi di Internet? orang yang melakukan semua komunikasi online mereka menampilkan perilaku Asperger karena mereka ingin memberikan kesan ada kerugian yang sama pada diri sendiri. Di dalam hal ini, ketika kemampuan melihat respon dan mimik wajah atau ekspresi nonverbal sudah hilang, begitu juga dengan empati. Maka hal yang anda beritahukan hanya kepada orang yang tidak ada, karena itu hanyalah sekelompok kata-kata pada layar. Sekelompok kata-kata kecil yang tidak berarti. Nah,tidak ada larangan untuk berinternet,akan tetapi beriternetlah dengan sehat,jagalah diri kita dan

keluarga

agar

selamat

dari

sisi

negatif

internet.

jangan biarkan diri kita dikendalikan oleh internet,tetapi kitalah yang harus mengendalikannya,dengan mengetahui batasan-batasan dan bertindak sesuai kewajaran dan tidak melebihi batas dalam ber internet.Terima kasih .semoga bermanfaat. Sumber:http://wahw33d.blogspot.com/2010/07/6-gangguan-mental-akibat-internet.html http://www.tegalcyber.org/printthread.php?tid=8155 http://www.pasulukanlokagandasasmita.com/6-gangguan-mental-yang-dialami-saat-online-di-internet/

6 Gangguan Mental yang Dialami Saat Online di Internet


By: Jonathan Kimak June 30, 2009 Internet telah membuat banyak orang menjadi gila. Ada orang yang lebih mencintai internet melebihi rasa cinta kepada pasangannya. Ada juga orang yang rela tidak tidur demi chating dan browsing. Ada anak yang lebih memilih internet dari nasi. Dari orang dewasa hingga anak-anak memenuhi warungwarung internet, setiap harinya, karena kegilaan terhadap internet. Terakhir anda mungkin masih ingat kasus-kasus artis atau tokoh yang sengaja melecehkan dirinya di internet dengan menampilkan foto-foto vulgarnya, atau kasus selebritis yang mengalami gangguan mental dan menggunakan internet sebagai sarana mengaktualisasikan dirinya. Kalau sekarang saya menyodorkan kepada Anda berbagai bentuk gangguan mental yang terjadi ketika seseorang sedang on line di internet, mungkin perlu diwaspadai kalau-kalau salah satu gejalanya ada pada anda. 1. Gangguan kepribadian berupa emosi yang sebentar-sebentar meledak di saat online mengamuk karena mudah tersinggung (Online Intermittent Explosive Disorder/OIED) Seperti para pembunuh berantai, orang yang mengidap gangguan ini tampak normal pada awalnya. Beberapa hari atau jam sebelumnya mereka bisa saja melakukan pembicaraan-pembicaraan lucu atau komentar-komentar hangat. Akan tetapi beberapa saat kemudian berubah marah-marah dan mengumpat disebabkan sesuatu yang menyinggung perasaannya. Di dalam kehidupan nyata disebut Intermittent Explosive Disorder (IED tanpa online) adalah suatu gangguan pengendalian diri yang dapat membuat seseorang sanggup melakukan tindakan sadis seperti membantai seluruh anggota keluarga, misalnya, hanya dikarenakan makanan kesukaan mereka dihabiskan oleh salah seorang anggota keluarga yang lain. Mereka cenderung akan mengamuk secara tidak terkendali disebabkan situasi yang tidak dikehendaknya. Kejadian IED di dunia nyata hanya menimpa sekitar 6 % dari populasi, tapi di Internet, anda akan menemukan OIED bisa menimpa hampir semua komentator. Dan tidak ada sesuatu pun yang bisa mencegah mereka berbuat seperti itu; dari kemarahan normal dengan memberikan komentar-komentar miring, sampai mengumpat dan mencaci maki hanya admin yang berkuasa menghapus komentarkomentar seperti itu. Kenapakah hal itu bisa terjadi di Internet? 1. Kebanyakan dari kita hanya bisa menahan hasrat untuk melakukannya di dunia nyata, yang apabila dilakukan mungkin bisa membuahkan sebuah tinju ke wajah kita.

2. Di Internet kebanyakan pengguna menyembunyikan identitas aslinya, sehingga mereka dengan bebas mengeluarkan isi hati dan kemarahannya tanpa khawatir reputasinya menjadi jelek. 3. Karena pengungkapan perasaan dalam bentuk tulisan sering terlihat datar dan tidak menggambarkan emosi dengan jelas, seperti halnya nada suara, mimik wajah dan bahasa tubuh lainnya di saat tatap muka langsung, sehingga orang cenderung menggunakan kata-kata yang tajam, kasar dan keras untuk mewakili sebuah perasaan tertentu. Bagian yang paling aneh dari kekacauan kepribadian ini adalah mereka melakukannya yakni memberikan komentar bernada marah, mengumpat dan mencaci dengan sambil duduk santai, minum kopi atau sedang bercanda ria dengan teman di sampingnya. 2. Toleransi rendah terhadap kekalahan dalam forum (Low Forum Frustration Tolerance/LFFT) Bagi orang yang suka menulis dan melakukan posting, sering kali merasa bahwa postingnya sangat sempurna. Seperti umumnya posting di internet yang selalu mendapatkan tanggapan dan komentar, maka penulisnya hampir setiap waktu mengecek masuknya komentar yang baru diberikan pembacanya. Jika ia mendapat komentar-komentar miring penuh kritik, maka dengan cepat ia akan meluncurkan jawaban yang akan mematahkan tanggapan itu. Jika tidak ada yang memberikan komentar, dia akan mengirimkan komentarnya sendiri mungkin dengan nama lain untuk meramaikan tulisannya. Di alam nyata gangguan ini disebut Low Frustration Tolerance (LFT) yang digambarkan sebagai seseorang yang mencari-cari kepuasan segera atau penghindaran dari rasa sakit dengan segera. Pada awalnya mirip dengan perilaku anak tujuh tahunan yang menginginkan sebuah mainan, dan akan berteriak dengan menghentak-hentakan tangan dan kakinya agar segera mendapatkan apa diinginkannya. Seseorang dengan LFT sangat tergila-gila dengan pekerjaan yang sedang dilakukannya sehingga halhal lain dalam hidupnya seakan-akan berhenti. Hal itu sebenarnya adalah wujud dari obsesi yang berlebihan dan tidak logis, sehingga mereka melupakan hal-hal lain. Kenapakah hal itu bisa terjadi di Internet? Tidak pernah ada di dunia nyata sebuah mesin yang memberikan tingkat kepuasan sedemikian hebat seperti Internet. Ketika kita menonton televisi, kita tidak bisa berinteraksi dalam program-programnya kerena kita hanya menerima suguhan satu arah tanpa bisa berbuat apa-apa, sedangkan di Internet kita bisa melakukan kegiatan interaktif dua arah, seperti chating, game, pembicaraan online, forum milis, posting dan komentar, dan lain sebagainya. Kegiatan itu membuat kita menjadi tidak sabaran, karena ingin segera melihat respon dengan dari pihak lain. Ketidaksabaran ini meminimalkan toleransi terhadap serangan yang menimbulkan ketersinggungan. 3. Munchausen di Internet tukang cerita untuk membangkitkan rasa kasihan (Munchausen Syndrom) Diidap oleh orang-orang yang bersembunyi di balik perasaan tidak berdosa (inosen), ketika pada suatu hari ia mengalami musibah; binatang kesayangannya, atau orangtua, atau mungkin sahabat karibnya meninggal. Atau barangkali gambaran tentang dia sendiri yang mempunyai suatu penyakit. Dia menuliskan cerita-cerita kesedihan dengan mengharapkan simpati dari pembacanya. Anda akan mengirimi orang ini doa-doa dan berbagai harapan, hadiah-hadiah dan anda berharap dia berhasil melewati masa sulit dengan tabah. Lalu, beberapa bulan-bulan kemudian, tragedi lain membentur mereka. Sahabat baik mereka ditimpa

bencana, atau menjadi lumpuh karena sebuah kecelakaan, dan lain-lain. Beberapa bulan setelah itu, ayah mereka mati. Terus berulang, berbagai cerita duka mengisi hidupnya. Seakan-akan hidupnya dipenuhi kutukan atau perasaan tidak berguna. Di dalam kehidupan nyata gangguan ini disebut Munchausen Syndrome (MS), suatu istilah yang diambil dari nama seorang tentara Jerman, Baron Munchausen (Karl Friedrich Hieronymus Freiherr von Munchausen, 1720-1797) yang mengaku mempunyai banyak pengalaman fantastik dan petualangan-petualangan yang mustahil, oleh Rudolf Raspe kemudian dituliskan dalam sebuah buku berjudul The Surprising Adventures Baron Munchausen. MS adalah suatu kondisi di mana seseorang dengan sengaja membuat kebohongan, menirukan, menambah buruk suatu keadaan, atau mempengaruhi diri sendiri agar sakit dengan tujuan diperlakukan seperti orang sakit. Dalam 1951, Richard Asher memakai istilah itu untuk orang-orang yang berkeliling dari satu rumah sakit ke rumah sakit yang lain, dengan membuat berbagai cerita berbeda mengenai penyakit-penyakit yang dideritanya. Penderita kekacauan ini membutuhkan perhatian berupa rasa simpatik dan kasihan dari orang lain dengan menimbulkan kesan kesusahan dan kesulitan pada diri mereka. Apabila sudah kecanduan, mereka sulit untuk menghapuskan kebutuhannya akan rasa belas kasihan orang, dan akan merasakan hidup mereka benar-benar kacau bila tidak melakukan sebuah sandiwara lagi. Kenapa hal itu bisa terjadi di internet? Sangat mudah melakukan kebohongan dalam kehidupan nyata, dan sepuluh kali lebih mudah melakukannya di internet, karena tidak ada seorang pun bisa memeriksa kebenaran fakta-faktanya. Suatu kasus yang terkenal adalah sebuah hoax di internet tentang seorang gadis bernama Kaycee Nicole, 19 tahun, yang menderita Leukemia. Tokoh rekaan yang diciptakan oleh Debbie Swenson, 40 tahun, ini menceritakan mengenai penyakit yang diidapnya selama dua tahun di suatu jurnal online dan perjuangannya menghadapi kematiannya. Kaycee lalu meninggal, dan ketika tidak ada berita mengenai pemakamannya di dunia nyata, maka sadarlah orang-orang bahwa cerita itu hanyalah bohong belaka. Dan di lain waktu, Swenson mungkin masih bisa melakukan kebohongnnya berulang kali untuk memenuhi kecanduannya. Bisa saja dia membuat selusin cerita bohong dengan karakter berbeda di internet dengan sumber-sumber yang dipalsukan juga. 4. Gangguan kepribadian yang tergoda untuk memaksa orang lain pada saat online (Online Obsessive-Compulsive Personality Disorder/OOCPD) Gangguan kepribadian jenis ini bisa dijelaskan dengan contoh kegilaan akan tata bahasa. Ketika orang menemukan suatu kesalahan tata bahasa atau penulisan kata yang keliru dari orang lain dalam sebuah posting atau komentar, maka dia langsung menyerang dan dengan keras memproternya. Dalam kehidupan nyata disebut Obsessive-Compulsive Personality Disorder atau OCPD, tapi jangan dikacaukan dengan Obsessive-Compulsive Disorder (OCD). Orang-orang dengan OCPD tidak melakukan ketaatan pada ritual-ritual aneh yang dilakukan pengidap OCD, seperti mengetuk pintu harus tiga kali atau memakan bagian ekor dari ayam goreng pada sesi terakhir setelah seluruh dagingnya habis dimakan, dan lain sebagainya. Tipe OCPD secara sederhana mempunyai sebuah standar tegas luar biasa yang dengannya tugas-tugas tertentu harus diselesaikan dengan sempurna. Biasanya mereka bersikap tidak mau menerima dengan keras cara-cara lain yang bertentangan dengan standar mereka. Kenapa hal demikian bisa terjadi di internet?

Dalam kenyataannya penderita OCPD merasakan ketakutan yang tidak logis terhadap dunia yang lebih berantakan, lebih kotor dan lebih kacau dibanding seharusnya yang dia pikirkan; sehingga secara cepat keadaan menjadi lebih buruk, dan akan mengalami kehancuran sampai ada seseorang yang memperbaikinya. Di Internet, setelah membaca setiap komentar-komentar, orang normal akan menderita nasib yang sama. Tata bahasa yang keliru, pilihan kata yang tidak tepat, atau bahasa gaul yang membingungkan, mendesak anda untuk mengoreksinya. Tidak sulit merasakan keinginan untuk melatih diri menggunakan bahasa yang benar. 5. Low Cyber Self-Esteem (LCSE) atau penghargaan terhadap diri sendiri yang rendah (Seperti seseorang yang dibenci setiap orang, tapi tidak ada yang meninggalkannya) Ada sebuah tempat bagi setiap orang di Internet untuk merasa seperti di rumah sendiri. Ketika anda dapat mengisi sebuah kotak pesan dengan para penggemar sebuah situs tertentu, tidak ada sesuatu yang merasa diasingkan. Setiap forum, laman chating, atau komunitas online lainnya tampaknya bisa memaksa orang yang tidak merasa betah sekalipun untuk tetap tinggal. Mereka dipakasa agar tetap online. Orang-orang ini tetap bebas untuk meninggalkan situs setiap saat, tetapi anehnya mereka tidak melakukannya. Di dalam kehidupan nyata ini disebut merendahkan diri sendiri atau perilaku pencarian perhatian. Seseorang dengan kebutuhan akan merendahkan diri atau perasaan harus terus-menerus dihukum untuk kesalahan-kesalahannya. Seperti sebuah cara dari alam bawah sadar untuk merasa bahwa dunia sedang membalas dosa-dosa mereka, atau mereka hanya begitu tidak menghargai diri sendiri sehingga mereka tidak bisa mengumpulkan energi untuk membela diri. Jika sampai kepada tingkat ekstrem, hal itu dapat berubah menjadi Online Erotic Humiliation atau pelecehan seksual secara online, di mana pelecehan menjadi sebuah tindakan nyata. Sehingga ketika anda mengatakan kepada seseorang agar melakukan sebuah tindakan seksual, mungkin dia akan menganggap hal itu penting dan dia dengan sungguh-sungguh akan melakukannya. Tetapi yang lebih umum adalah Online Attention Seeking Behavior atau kebiasaan mencari perhatian secara online, yang siapa pun pernah melakukannya; ibarat menghabiskan waktu jalan-jalan sore dengan seorang anak, dan si anak akan terbiasa dan terus menuntut perhatian seperti itu. Dan yang anehnya, seperti anak-anak yang menganggap bahwa kemarahan orang lain adalah juga cara memperoleh perhatian, maka ada yang beranggapan bahwa memperoleh pelecehan seksual lebih baik daripada diabaikan. Kenapa hal itu bisa terjadi di Internet? Jika anda berkata kepada seseorang, Budi, pergi sana, kamu hanya bikin kacau. Bisa saja Budi akan marah atau sebaliknya, merasa bahagia karena anda sudah menyebut namanya dan mengakui keberadaannya. Meskipun maksud anda mungkin menghinanya. Tetapi jika anda mengetik namanya di dinding facebook anda misalnya, maka dia bisa berpikir lain. Ini bukan hanya sebuah perhatian biasa, tetapi sebuah perhatian global yang bisa dibaca ratusan bahkan ribuan orang. Anda ketik Budi pengacau dan dia berpikir bahwa hal ini mempopulerkannya. Pencari perhatian mendapatkan apa yang diinginkannya, dan penghina diri sendiri mendapatkan cukup ketegangan untuk mengaktualisasikan dirinya yang intropet melalui sinyal-sinyal yang dikirimnya via keyboard. 6. Internet Aspergers Syndrome Seorang blogger dan pengusaha Internet, Jason Calacanis menciptakan istilah Internet Aspegers

Syndrome untuk menguraikan perihal hilangnya semua aturan sosial dan empati pada diri seseorang, disebabkan tanpa alasan selain hanya secara kebetulan berhadapan dengan sebuah benda mati; berkomunikasi via papan tombol dan monitor pada suatu waktu. Beberapa kasus bunuh diri yang direkam dengan webcam yang sebagian mungkin main-main dan dipublikasikan di Internet. Untuk sekarang ini mungkin kita tidak yakin bahwa hal itu benar-benar terjadi, tetapi sebenarnya hanya masalah waktu. Begitu juga dengan gambar-gambar penyiksaan, penganiayaan dan kekerasan yang dilakukan oleh beberapa orang anak didik terhadap temannya di sebuah akademi itu. Di dalam kehidupan nyata ini disebut Aspergers Syndrome. Hal ini jarang didiagose tetapi sering kali diklaim bahwa sindrom ini adalah bentuk halus dari autisme yang tampak berupa ketidakmampuan biologi untuk menunjukkan empati kepada manusia lain, mungkin disebabkan ketidakmampuan untuk mengenali isyarat nonverbal. Mereka secara terusmenerus bertingkah aneh dan mengganggu disebabkan mereka tidak mengetahui bahwa anda terganggu. Ada bagian dari otak mereka yang rusak. Kenapa hal itu bisa terjadi di Internet? Calacanis menilai bahwa orang yang melakukan semua komunikasi online mereka menampilkan perilaku Asperger karena mereka ingin memberikan kesan ada kerugian yang sama pada diri sendiri. Di dalam hal ini, ketika kemampuan melihat respon dan mimik wajah atau ekspresi nonverbal sudah hilang, begitu juga dengan empati. Maka hal yang anda beritahukan hanya kepada orang yang tidak ada, karena itu hanyalah sekelompok kata-kata pada layar. Sekelompok kata-kata kecil yang tidak berarti. Sumber : http://www.cracked.com/article_17522_6-new-personality-disorders-caused-by-internet.html

Discomgoogolation, Penyakit Baru Candu Internet Jakarta Berdasarkan studi yang dilakukan terus menerus, kini psikolog mengungkapkan sebuah penyakit baru terkait dengan perilaku kecanduan internet. Menurut studi, para penderita terindikasi ketergantungan internet ini menyandang penyakit baru dengan istilah Discomgoogolation, yang didefinisikan sebagai perasaan stress dan kegelisahan saat tak bisa segera terhubung dengan akses informasi cepat. Discomgoogolation sendiri merupakan gabungan dari Discombobulate yang art inya frustasi atau bingung. Sementara kata googolation konon diambil dari istilah googling atau mencari informasi lewat mesin pencari Google. Kemudahan yang ditawarkan dunia broadband telah menciptakan budaya baru yaitu jawaban instan (melalui mesin cari di internet). Sebuah galaksi informasi yang hanya perlu satu kali klik, dan membuat manusia sangat tergantung, ujar psikolog, Dr. David Lewis, seperti dikutip detikINET dari berbagai sumber, Minggu (7/9/2008). Labih lanjut menurut Dr.Lewis, efek fisik yang ditimbulkan dari Discomgoogolation ini juga tak mainmain. Cukup mengejutkan melihat efek stress yang dibawa penyakit ini aktivitas otak dan tekanan darah meningkat karena terisolir dari internet, tandasnya. Jadi, apakah Anda termasuk penderita Discomgoogolation? ( amz / rou ) http://revoluthion.wordpress.com/category/dunia-kita/

Kasus yang terjadi pada MNT, remaja belia berusia 14 tahun yang kabur bersama teman lelakinya Febriari (18) menjadi pelajaran berharga bagi orangtua. MNT mengenal Ari lewat situs pertemanan Facebook. Pelajar SMP di Sidoarjo, Jawa Timur ini menghilang dari kediaman keluarganya di jalan Alamanda Blok L 14, Bumi Serpong Damai, Serpong, Tangerang. Belakangan ia diketahui lari bersama Ari yang tinggal di Serang, Banten. Kasus MNT menyadarkan semua pihak bahwa interaksi sosial lewat dunia maya tidak sepenuhnya aman. Mudahnya akses internet saat ini menuntut orangtua untuk mendalami perkembangan teknologi. Orangtua diharapkan bisa memberi gambaran mengenai sisi positif dan negatif bergaul di jejaring sosial yang kini semakin menjamur, sehingga anak bisa berinternet dengan sehat. Agar tidak salah langkah, sebaiknya ajak remaja Anda menjalani sembilan cara berinternet sehat seperti yang dikutip VIVAnews dari situs www.ictwatch.com yang giat mengkampanyekan Internet Sehat. Pertama, ingatlah, meskipun kejujuran adalah segalanya, tidak semua orang di Internet melakukan hal tersebut. Jadi, ketika sedang menggunakan internet atau chatting, berhati-hatilah. Karena kita tidak akan pernah tahu ketika ada orang yang mengaku a/s/l (age/sex/location) nya adalah 19/f/jkt (baca: umur 19 tahun, female/perempuan, berlokasi di Jakarta) dan bersekolah atau berkuliah di suatu tempat, sebenarnya adalah 40/m/anywhere dan pengangguran, alias sama sekali bukan orang yang kita bayangkan atau kita imajinasikan. Kedua, janganlah mudah terpengaruh dengan data-data pribadi orang lain di internet yang menarik perhatianmu. Di internet banyak sekali orang iseng yang berpura-pura menjadi orang lain, entah menjadi lebih muda/tua ataupun mengaku perempuan/lelaki hanya untuk bercanda dan menjahili orang lain, hingga untuk menjebak atau membuat malu orang lain. Waspadalah dengan siapapun yang ingin tahu terlalu banyak. Ketiga, tidak ada satu pun aturan di dunia yang mengharuskan kamu untuk bercerita jujur tentang jati diri kepada orang lain di internet. Simpanlah baik-baik informasi tentang nama, usia, alamat rumah, alamat sekolah dan nomor telepon. Jangan pedulikan permintaan dari orang yang baru dikenal di Internet. Percayakan pada instingmu, jika seseorang membuatmu tidak nyaman, tinggalkan saja. Keempat, curahkan perasaanmu pada sahabatmu. Jika kamu berencana bertemu dengan seseorang yang kamu kenal di internet, ajaklah sahabatmu atau orang yang kamu percaya untuk menemani. Kelima, pastikan agar sahabatmu di dunia nyata mengetahui apa yang tengah kamu pikirkan atau lakukan. Bahkan jika ada masalah, baik terhadap keluarga, sekolah maupun pacar, ceritakanlah pada sahabat atau orang yang kamu percaya di kehidupan nyata, bukan yang hanya kamu kenal di Internet. Bercerita kepada sahabatmu di kehidupan nyata jauh lebih baik dan lebih terpercaya daripada seseorang asing yang kamu kenal di sebuah chat room. Keenam, jka kamu menerima kiriman e-mail, file ataupun gambar-gambar yang isinya mencurigakan dari seseorang yang tidak dikenal dan kamu tidak percaya, langsung hapus saja kiriman-kiriman tersebut. Perlakukan kiriman tersebut seperti layaknya sebuah e-mail sampah. Kamu bisa mendapatkan rugi yang besar hanya gara-gara mempercayai seseorang yang sama sekali belum pernah ditemui atau

kenali. Ketujuh, hal tersebut juga berlaku pada link atau URL yang tampak mencurigakan. Janganlah kamu meng-klik apapun yang tidak kamu yakini sumbernya dan keamanannya, walaupun dengan alasan sekedar ingin mencari jawab atas rasa keingin-tahuanmu. Kedelapan, jauhi chat room atau mailing-list yang isinya provokatif ataupun berisi hal-hal negatif lainnya. Jangan mudah terperdaya rayuan-rayuan seseorang di internet yang mencoba mempengaruhi kamu agar menjadikannya seorang teman sebagaimana dalam kehidupan sehari-hari. Kesembilan, jangan pula mudah terpancing dengan provokasi seseorang yang memanas-manasi kamu untuk bertengkar di internet. Nah, khusus untuk jejaring sosial seperti Facebook, penggiat kampanye Internet Sehat, Donny BU menyarankan agar Facebookers tidak sembarangan mengumbar data di jejaring pertemanan ini. Menurut Donny, memasang profil lengkap memang memudahkan mendapat teman. Namun di sisi lain data itu justru bisa disalahgunakan. Sumber artikel ini klik disini http://www.naurah.net/2011/10/bergaul-aman-di-internet-bagi-remaja.html http://teknologi.vivanews.com/news/read/128038-bergaul_aman_di_internet_bagi_remaja

Perempuan Lebih Dominan di Social Media


October 13, 2011 in a. Headline, e. Media Sosial by Tim Internet Sehat

Seiring boomingnya layanan social media seperti Facebook dan Twitter, partisipasi kaum perempuan di internet kian bertambah. Data statistik yang dirilis Nielsen baru-baru ini tentang penggunaan social media di AS menunjukkan, perempuan lebih banyak mengakses layanan jejaring sosial daripada lelaki. Prosentase page views pengunjung Facebook tercatat didominasi oleh perempuan dengan angka 62 persen. Jika disortir berdasarkan umur, yang paling aktif adalah yang berusia 18-34 tahun. Facebook menjadi rutinitas yang wajib dikunjungi dibanding situs lain. Dari jumlah tersebut, 57 persen mengakses Facebook untuk menonton video. Social media dan blog masih menjadi kunjungan utama online. Sebanyak 22.5% persen pengguna internet AS menghabiskan lebih banyak waktu online di sana, sisanya tersebar di game online (9.8%), email (7.6%), portal (4.5%), video/film (4.4%), pencarian/search (4%), instant messaging (3.3%). Jika kaum hawa lebih banyak mengunjungi social media dan blog, lain halnya dengan pria. Kaum adam rupanya lebih suka mengunjungi LinkedIn dan Wikia. Lalu bagaimana user mengakses social media? Menurut studi yang dilakukan NM Incite, sebuah perusahaan Nielsen.McKinsey Company, hampir 2 di antara 5 pengguna social media (37%)

mengakses layanan tersebut dari ponsel mereka. Ada pula yang mengaksesnya lewat game konsol (3%), iPad (3%), tv berbasis internet (2%), e-reader (2%), pemutar musik portabel (1%). Fitur apakah yang ada di ponsel yang dianggap paling bernilai di mata user? Jawabnya adalah download musik (26%), social networking (30%), web browsing (26%), GPS (56%), game (13%), check in to places (16%), scan barcodes (21%), mobile payment (20%). Laporan Nielsen juga menunjukkan bahwa Internet adalah jauh lebih diposisikan sebagai tempat hiburan dan interaksi pribadi daripada sumber berita. Sumber: Nielsen [dew / Internet Sehat] http://ictwatch.com/internetsehat/2011/10/13/perempuan-lebih-dominan-di-social-media/

Facebook Berpengaruh Besar dalam Hidup Remaja Perempuan


January 3, 2011 in a. Headline, f. Perilaku & Psikologi by Tim Internet Sehat

[Internet Sehat] Keberadaan Facebook ternyata memiliki arti yang sangat penting bagi remaja perempuan. Bisa dikatakan, Facebook tak bisa dipisahkan dari kehidupan mereka karena pengaruhnya yang sangat besar. Pengaruh yang diberikan oleh situs jejaring besutan Mark Zuckerberg ini lebih besar dibandingkan media lain. Data ini mengacu pada sebuah survey yang dilakukan oleh National Family Week, MSPCC dan Womens Institute di Inggris pada bulan April 2010. Survey yang diadakan pada 3.000 orang tua dan 1.000 anak berusia antara 8-15 tahun ini menemukan fakta bahwa sebanyak 40% remaja perempuan menjadikan Facebook sebagai salah satu dari 3 hal terpenting dalam kehidupan mereka. Angka ini jauh lebih besar dari remaja laki-laki yang hanya mencapai angka 6% saja. Survey ini memperlihatkan betapa Facebook sangat krusial bagi kehidupan sosial mereka. Remaja perempuan ini melihat bahwa Facebook lebih berpengaruh dibandingkan hal lain seperti televisi, majalah, artis bahkan saudara sendiri. Dan ketika ditanya mengenai 3 hal terpenting dalam kehidupan mereka, 3 pilihan paling atas yang disebutkan oleh remaja perempuan ini adalah teman, keluarga dan Facebook. Sedang bagi remaja laki-laki, keluarga menjadi pilihan yang jauh lebih penting. Sebanyak 73% remaja laki-laki memilih keluarga, angka yang lebih tinggi dibanding dengan remaja perempuan yang hanya 53% dari mereka yang memilihnya. Bagi cowok, situs jejaring sosial tidak terlalu penting bagi mereka, hanya 6% saja yang memilihnya. Bandingkan dengan 40% remaja perempuan yang menjawab bahwa situs jejaring social itu penting. Remaja perempuan juga diketahui percaya bahwa teknologi dalam bentuk situs jejaring dan ponsel, berpengaruh besar dalam kehidupan mereka, terutama yang hidup dengan single mother. Remaja

perempuan menyebutkan 3 pengaruh besar dalam kehidupan mereka ialah orang tua, guru dan teknologi, di mana remaja laki-laki menyebutkan keluarga, teman dan sekolah. Angka-angka yang keluar dari penelitian ini tentunya bertentangan dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Facebook di mana mereka melarang anak-anak di bawah usia 13 tahun untuk mendaftar di Facebook. Melihat hasil di atas, survey tersebut mengklaim bahwa orang tua telah gagal dalam menjaga anaknya dalam hal penggunaaan teknologi dan memandang remeh keberadaan teknologi dalam kehidupan anakanaknya. Nah, Anda tidak ingin menjadi bagian dari para orang tua tersebut bukan? Jadi usahakan untuk selalu mengontrol buah hati Anda agar mereka tetap dalam kadar yang sewajarnya terkait pemakaian teknologi dan situs jejaring. [Internet Sehat] Sumber: BBC http://ictwatch.com/internetsehat/2011/01/03/facebook-berpengaruh-besar-dalam-hidup-remajaperempuan/

Fakta: 65 Persen Pengguna Internet Jadi Korban Cybercrime


October 7, 2010 in a. Headline, b. Berita & Fakta by Tim Internet Sehat

Kejahatan cyber atau cybercrime merupakan ancaman nasional dan dapat mengincar semua orang di manapun mereka berada. Cybercrime yang dimaksud adalah virus komputer, penipuan kartu kredit online, dan pencurian identitas. Menurut survey yang dilakukan Symantec terhadap 7.066 pengguna internet berusia 18 tahun ke atas di 14 negara, sebanyak 65 persen mengaku telah menjadi korban cybercrime. Dari jumlah tersebut, 58 persennya mengaku marah setelah diserang, 51 persen merasa terganggu, dan 40 persen merasa tertipu. Serangan malware dan virus komputer adalah jenis cybercrime yang paling banyak dialami pengguna internet, di mana 51 persen orang dewasa secara global merasakan dampaknya, demikian laporan yang dipaparkan Symantec. Di Amerika Serikat sendiri, sekitar 73 persen mengaku telah menjadi korban berbagai bentuk kejahatan cyber, sementara 55 persen mengaku menjadi korban serangan malware atau virus komputer. Hanya 13 persen orang Amerika yang merasa sangat aman ketika online. Karena sulit dilacak, banyak pengguna internet yang merasa tidak berdaya ketika menjadi korban di mana 79 persen responden secara global mengaku tidak berharap banyak bahwa penjahat cyber bisa dijebloskan ke pengadilan. Setidaknya setengah dari responden menjadi korban cybercrime, termasuk serangan virus dan malware, penipuan online dan pesan phishing, profil jejaring sosial di-hack, dilecehkan oleh predator seksual, pencurian identitas, dan penipuan kartu kredit. Meskipun demikian, hanya 44 persen yang melaporkan kejahatan tersebut ke polisi.

Terkait biaya, rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan cybercrime adalah $334 secara global dan $128 untuk Amerika Serikat saja. Dibutuhkan rata-rata sekitar hampir satu bulan untuk menyelesaikan kasus cybercrime. Sementara itu 31 persen responden secara global dan 25 persen responden di AS mengatakan masalah mereka tidak pernah terselesaikan. Laporan Symantec juga mengungkapkan bahwa Cina menjadi ibu kota kejahatan cyber dunia, di mana 83 persen orang dewasa di Cina telah menjadi korban cybercrime. Sebaliknya, Jepang memiliki tingkat kejahatan cyber terendah dengan prosentase hanya 36 persen. [dew / Tim Internet Sehat] http://ictwatch.com/internetsehat/2010/10/07/65-persen-pengguna-internet-jadi-korban-cybercrime/

Dibanding TV, Remaja Paling Kangen Sama Ponsel / Internet


April 25, 2011 in a. Headline, f. Perilaku & Psikologi by Tim Internet Sehat

Media apa sih yang paling dirindukan remaja? TV, ponsel atau internet? Sebuah survey tahunan yang dilakukan oleh regulator komunikasi di Inggris, Ofcom memberikan jawabannya. Diketahui bahwa remaja yang berusia antara 16-24 tahun mengaku mereka akan lebih merasa kehilangan ponsel dan internet dibandingkan televisi. Yah, meski kedudukan televisi tetap menjadi media yang paling akan dikangenin bagi sebagian besar warga Inggris, namun prosentasenya telah menukik turun. Di tahun 2009 angkanya 50% sedang di tahun ini menjadi 44%. Kalangan yang berusia 16-24 tahun sendiri menjawab ponsel adalah media yang paling membuat mereka merasa kehilangan (28%), disusul dengan keberadaan web (26%). Setelah ponsel dan internet, barulah televisi (23%). Sayang sekali dengan meningkatnya kedekatan internet di kalangan remaja, tidak diikuti dengan pengetahuan berinternet yang baik dari kalangan orang tua. Setengah dari orang tua (48%) yang anakanaknya memakai internet (berusia 5-15 tahun) menyadari bahwa anak-anak lebih tahu tentang internet dibanding mereka sendiri. Figur inipun prosentasenya semakin meningkat ketika tiba di kalangan orang tua dengan anak-anak berusia 12-15 tahun, yakni sebanyak 70%. Kenaikan aktivitas online, termasuk penggunaan mobile dan game konsol online ternyata juga terjadi di waktu yang sama. Sekitar seperlima (18%) dari mereka yang berumur 5-15 tahun memiliki smartphone sendiri, dan 16% masuk ke alam internet melalui konsol game. Semakin banyaknya kegiatan berinternet yang dilakukan anak-anak tentunya menjadi perhatian sendiri bagi orang tua, apalagi diketahui bahwa sekitar sepertiga (34%) dari yang berusia 8-12 tahun telah memiliki akun di situs jejaring. Apa yang bahaya dari sini? Yakni bahwa situs-situs seperti Facebook sebenarnya hanya boleh diikuti oleh mereka yang berusia 13 tahun ke atas karena dinilai cukup tahu mengenai apa yang baik dan apa yang buruk di internet. Begitupun sebaliknya. Sumber: Telegraph

[dew / Internet Sehat] http://ictwatch.com/internetsehat/2011/04/25/dibanding-tv-remaja-paling-kangen-sama-ponsel-internet/

Internet, Remaja, dan Permasalahan Diantaranya


July 27, 2011 in a. Headline, f. Perilaku & Psikologi by Tim Internet Sehat

Ponsel masa kini tak hanya menyediakan layanan teks dan suara. Dalam beberapa tahun perkembangannya, ponsel akhirnya bisa mewakili komputer dalam penggunaannya, termasuk untuk mengakses internet. Pada kenyataannya, kita telah bergantung pada internet untuk berbagai kegiatan mulai dari sekedar mencari informasi hingga bersosialisasi. Karena itu pula timbul sebuah momok baru, terutama di kalangan remaja, yang berhubungan dengan kemudahan mengakses internet melalui ponsel yaitu ketakutan akan informasi mengenai diri mereka tersebar ke dunia maya. Steven Carrick-Davies, CEO dari Internet Charity Childnet International, membuat sebuah film tentang para remaja yang berbagi pengalaman mereka mengenai bagaimana rapuhnya mereka ketika menggunakan media-media sosial melalui ponsel. Inti dari film tersebut adalah ketakutan yang mulai muncul ketika apa yang seharusnya menjadi rahasia seseorang pada akhirnya tersebar ke publik. Para ahli yang ikut mewawancarai para remaja itu menyatakan bahwa apa yang mereka lakukan dengan ponsel tersebut mempunyai makna yang lebih bagi para remaja tersebut. Ponsel dianggap bisa memfasilitasi mereka dengan memberi identitas untuk bisa terhubung dengan yang lain. Ponsel kini telah berkembang mulai dari sekedar untuk telepon dan SMS menjadi sebuah mesin canggih dengan layanan pesan pribadi, seperti BlackBerry Messenger, dan fitur yang hanya ada di jejaring-jejaring sosial untuk menunjukkan eksistensi mereka seperti Poke atau Ping. Sayangnya, kemampuan ponsel ini justru mengungkung para remaja di dalam dunianya sendiri, terutama mereka yang mempunyai kepercayaan diri yang rendah, dukungan dari orang tua yang kurang, hingga mereka yang kecanduan alkohol atau narkoba. Dunia maya tersebut terasa lebih bisa mengakomodasi mereka dibandingkan dunia nyata. Remaja-remaja yang mengimbangi kehidupan maya mereka dengan kehidupan sosial yang nyata mungkin dapat bertahan dan pada akhirnya menjadi semacam amfibi yang bisa berinteraksi dan bersosialisasi secara normal. Tapi tidak dengan jenis remaja seperti yang tersebut di atas. Di Amerika, permasalahan 3R (Reading, wRiting, aRithmetic) pun mempunyai jenjang yang lebih tinggi dan tak hanya sekedar bermakna literal ketika dihubungkan dengan internet. Oleh karena itu, dibutuhkan pelatihan dan dukungan dari siapapun untuk bisa melindungi mereka dari ancaman dunia maya tersebut. Internet yang seperti dunia tanpa batas tak berbeda dengan dunia nyata dengan resiko yang harus ditanggulangi dan juga diminimalisir melalui pengajaran tentang kestabilan emosi dan kemampuan bersosialisasi ketika masuk ke dunia maya. Sumber: Guardian [dew / Internet Sehat]

http://ictwatch.com/internetsehat/2011/07/27/internet-remaja-dan-permasalahan-diantaranya/

Stress Teknologi? Apa dan Bagaimana Mengatasinya?


May 26, 2011 in a. Headline, f. Perilaku & Psikologi by Tim Internet Sehat

Kehadiran teknologi seharusnya bisa mengurangi stress karena bantuannya dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan. Akan tetapi ternyata teknologi bisa membuat stress penggunanya lho, terutama saat ia ngadat seperti ketika printer yang tidak terdeteksi atau tiba-tiba laptop berjalan seperti siput. Kamu pernah mengalaminya? Inilah yang dinamakan stress teknologi. Lantas apa sih yang bisa kita lakukan untuk mengatasi stress tersebut? Berikut sejumlah solusi yang bisa kamu terapkan. 1. Pelajari dasar-dasar pengoperasian komputer. Semakin kamu mengenali pirantimu dan cara bekerjanya, maka akan makin mudah bagimu dalam mengatasi masalah saat ia ngadat. Banyak permasalahan menyangkut komputer yang bisa diatasi jika si pengguna mempelajari tentang penyebabnya. 2. Jangan abaikan pesan pop-up yang muncul di layar. Segera evaluasi pesan error (error messages) tersebut, pelajari dan cari tahu kenapa pesan itu bisa muncul sehingga kamu bisa mengambil langkahlangkah untuk memperbaikinya sesuatu yang salah. 3. Ketahui daya tampung maksimal dari driver-driver dan program-program di dalam pirantimu. Meskipun ia dilengkapi dengan berbagai aplikasi dan aksesoris, namun ia tidaklah sempurna. Ingat, saat kamu mahir bagaimana cara meng-uninstall dan me-reinstall drivermu, maka saat ada masalah terjadi, kamu akan lebih cepat mengatasinya . 4. Rawat barang-barangmu dengan baik. Alih-alih kesal karena laptop berjalan lamban, ambillah waktu untuk men-defrag driver. Susunlah agar jeroan-nya efisien sehingga memiliki performa maksimal. 5. Istirahatlah sebentar. Bagi pengguna komputer kelas kakap, mereka terbiasa menatap monitor berjam-jam hingga tekanan darah melonjak. Untuk mengatasi hal ini, cobalah untuk memakai komputer senyaman mungkin. Ambil waktu break (istirahat) untuk melakukan gerakan fisik dan melenturkan otot-otot di sela-sela aktivitas berkomputer. Duduk dan menunggu pengunduhan atau peng-uploadan bisa mengakibatkan kamu merasa stress. Sumber: ehow [dew / Internet Sehat] http://ictwatch.com/internetsehat/2011/05/26/stress-teknologi-apa-dan-bagaimana-mengatasinya/

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring merasa prihatin dengan semakin maraknya peredaran pornografi di kalangan remaja dan anak-anak. Bahkan, Komisi Perlindungan Anak (KPA) mengungkapkan 97 persen remaja pernah menonton atau mengakses pornografi. Pula didapatkan, sebanyak 62,7 persen remaja pernah melakukan hubungan badan atau dalam istilah remaja ML (making love). "Survei KPA yang dilakukan terhadap 4.500 remaja di 12 kota besar seluruh Indonesia juga menemukan 93 persen remaja pernah berciuman, dan 62,7 persen pernah berhubungan badan, dan 21 persen remaja telah melakukan oborsi," ujar Tifatul dalam siaran persnya di Jakarta, Minggu (9/5/2010). "Ini sangat memprihatinkan, saya minta semua pihak ikut mendukung upaya pembatasan distribusi konten negatif, baik melalui internet, maupun dunia perfilman. Semuanya harus terlibat menjaga generasi muda kita," ujar Tifatul. Menkominfo juga menyatakan, pertarungan antar nilai-nilai budaya, pengaruh asing, setiap hari terus berlangsung, sehingga bangsa ini harus menjaga kekokohan nilai-nilai karakter bangsa. Jika tidak, maka Indonesia akan kehilangan identitas sebagai bangsa besar. "Penyebaran konten negatif tersebut banyak disalurkan melalui sarana IT, terutama konten asing yang dijual kepada kita, bahkan konten tersebut banyak yang merusak nilai-nilai budaya bangsa," ujarnya. http://health.kompas.com/read/2010/05/09/19005745/62.7.Persen.Remaja.Indonesia.Pernah.ML KOMPAS.com Apakah anda pernah mendengar tentang penyakit Obsessive Compulsive Disorder (OCD)? Mungkin sebagian besar diantara kita masih banyak yang belum tahu tentang penyakit yang satu ini. OCD merupakan penyakit yang menyerang mental yang ditandai dengan ciri-ciri sering memikirkan sesuatu hal berulang-ulang dan melakukan perbuatan secara berulang-ulang. Contohnya adalah seseorang yang kerap berpikir untuk mematikan kompor gas di rumah, padahal sebenarnya dia sudah mematikannya. Bisa juga pada kebiasaan seseorang yang selalu mencuci tangannya berkali-kali dan tetap merasa kotor. Kondisi OCD juga dialami oleh orang-orang terkenal seperti Wayne Rooney, Katy Perry, Megan Fox, Justin Timberlake, Jessica Alba, Paul Gascoigne, dan Charlize Theron. Katy Perry mengaku perilaku OCD-nya sering timbul ketika ia sedang melakukan tur konser. "Saya akan panik saat melihat ada alat make up yang rusak di tas kosmetik. Tapi paling menakutkan bagi saya jika ada kacamata dengan noda bekas jari di kacanya," katanya. Sementara itu Megan Fox mengatakan ia tidak bisa makan di restoran menggunakan sendok garpu perak. "Saya langsung merasa jijik karena mengetahui ada ratusan orang yang mungkin sudah memakai sendok itu. Bayangkan ada berapa bakteri di sendok itu," ujarnya. Menurut Dr. Pam Spurr, pakar perilaku, situs jejaring sosial seperti misalnya Facebook dan Twitter ternyata bisa membuat seseorang terkena penyakit yang tergolong gangguan kejiwaan ini. Kebiasaan atau rutinitas yang sering bermain Facebook walaupun hanya sekedar melihat, mengecek, atau memperbaharui status bisa membuat perasaan Anda cemas dan ingin terus melakukannya. Jika kebiasaan ini terus dibiarkan, maka otak Anda akan merasa selalu terdorong untuk melakukan hal tersebut, yang pada akhirnya akan mempengaruhi mental dan kebiasaan hidup Anda sehari-hari. Pam Spurr mengungkapkan, cara untuk mencegah OCD adalah dengan menenangkan pikiran, mengubah pola pikir dan gaya hidupnya. Tapi sayangnya, situs jaringan sosial termasuk Facebook dan Twitter justru berdampak sebaliknya bagi pikiran manusia, bahkan bisa menciptakan kecemasan lebih besar. Pam menambahkan, seseorang yang cara berpikirnya lebih tenang umumnya bisa mengatasi persoalan

ini. Untuk melindungi diri dari kemungkinan terserang penyakit ini, Pam menyarankan hendaknya setiap orang membatasi jumlah waktu mereka untuk bermain facebook. http://health.kompas.com/read/2011/07/01/12075823/Kecanduan.Facebook.dan.Twitter.Ganggu.Mental KOMPAS.com - Jika Anda merasa sedih dan melow, jangan menatap cermin untuk mengembalikan mood tetapi bukalah halaman Facebook Anda. Kesimpulan para peneliti dari Cornell University menyebutkan situs jejaring sosial ini sangat ampuh meningkatkan self-esteem. Alasan dibalik efek positif Facebook (FB) ini cukup jelas, antara lain FB memudahkan kita memasang hanya hal-hal yang baik dan menyenangkan, misalnya foto. Selain itu FB juga bisa menggambarkan kita dalam sisi yang positif. "Tidak seperti cermin yang mengingatkan kita siapa sebenarnya kita dan mungkin akan berdampak negatif pada rasa percaya diri jika gambaran itu tidak sesuai dengan standar ideal kita, FB bisa menunjukkan sisi positif dari diri kita," kata Jeffrey Hancock, salah seorang peneliti. Ia menambahkan FB, bukan dimaksudkan untuk menipu diri, tetapi hanya membantu kita menampilkan sisi-sisi positif dan menyaring hal-hal yang membuat kita merasa buruk. Hancock dan timnya meminta 63 mahasiswa di Cornell untuk ambil bagian dalam eksperimen di laboratorium media sosial di Universitas tersebut. Para mahasiswa dibagi dalam dua kelompok, ada yang duduk menghadap komputer yang menunjukkan profil mereka di FB atau duduk di depan komputer yang mati. Mereka yang menghadap komputer mati diberikan cermin. Mahasiswa di kelompok ketiga diminta mengedit profil FB mereka. Kemudian para mahasiswa itu diminta mengisi kuisioner untuk mengukur self-esteem mereka. Hasilnya, mahasiswa yang melihat profil di FB mereka dan mengeditnya memiliki kadar self-esteem yang paling tinggi. Para peneliti berpendapat mengedit profil di FB berarti kesempatan untuk mengoptimalkan presentasi yang baik tentang diri sendiri. "Pengguna FB bisa memilah hal apa yang ingin mereka tampilkan tentang diri sendiri, termasuk foto dan informasi autobiografi. Mereka bisa menampilkan diri secara ideal," katanya. http://health.kompas.com/read/2011/06/07/09063880/Facebook.Bisa.Bangkitkan.Mood. JAKARTA,KOMPAS.com Demam jejaring sosial Facebook saat ini memang bukan hanya melanda orang dewasa. Tak jarang kita jumpai, anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) pun sudah sangat paham menggunakan situs pertemanan di dunia maya tersebut. Melihat fenomena ini, psikolog anak Dra Rose Mini, MSi mengaku prihatin. Ia menilai, Facebook sebenarnya bukanlah untuk konsumsi anak-anak. Pasalnya, ada ketentuan-ketentuan tertentu yang tidak memperbolehkan seorang anak mengakses situs yang sangat populer itu. "Facebook bukan konsumsi anak SD. Dalam ketentuan, Facebook harus 17 tahun ke atas," tegas wanita yang akrab dipanggil Bunda Romi ini saat ditemui dalam seminar "Aku Anak Sehat" di Jakarta, Kamis, (5/5/2011). Dia juga menyayangkan, banyak orangtua yang justru membuat akun Facebook untuk anak mereka. "Saya heran kenapa orangtua ijinin. Sebenarnya nggak pake Facebook bisa hidup kok," lanjutnya. Menurut Rose, seorang anak di usianya yang masih sangat belia seharusnya mendapatkan pengajaran

dan pengalaman bagaimana cara berteman dalam bentuk nyata, bukan malah berteman dalam dunia maya. "Si anak harus belajar bagaimana bisa mengambil hati temannya, berinteraksi dengan teman, itu harus dipelajari dalam bentuk nyata, nggak bisa dalam dunia maya," tambahnya. Bunda Romi mengungkapkan, salah satu alasan mengapa dirinya melarang anak-anak menggunakan Facebook adalah karena kondisi jiwa anak yang belum stabil, terutama dalam mengontrol statement (pernyataan). Dalam Facebook, setiap ungkapan, baik berupa status maupun pesan, dapat disampaikan melalui teks ataupun gambar secara bebas sehingga rentan menimbulkan kesalahpahaman. Komentar ataupun pernyataan sangat berpotensi memicu konflik dan memengaruhi kejiwaan anak. "Ada beberapa kasus, ini anak mencela temannya, si anak yang dicela sakit hati, lalu mengadu ke orangtuanya. Akhirnya perang di Facebook. Tapi bukan anak lagi yang perang, tapi orangtua sama orangtua," jelas wanita yang juga berprofesi sebagai dosen di salah satu universitas negeri di Jakarta tersebut. Lebih lanjut, Bunda Romi mengingatkan, apa yang dikonsumsi untuk khalayak umum atau publik harus ada batasannya. Oleh sebab itu, dia mengimbau anak-anak yang belum menginjak usia 17 tahun tidak menggunakan fasilitas jejaring sosial. http://health.kompas.com/read/2011/05/05/15451975/Inilah.Alasan.Anak.Harus.Stop.Main.Facebook GUNUNG KIDUL, KOMPAS.com Facebook atau situs jejaring sosial diduga memberikan dampak terhadap angka pernikahan dini di wilayah pedesaan seperti di Gunung Kidul. Ini terbukti saat Pengadilan Agama Wonosari menyatakan adanya lonjakan data permohonan nikah dini pada tahun 2010, di mana pada tahun tersebut Facebook mulai merambah masyarakat pedesaan. Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Wonosari, Siti Haryanti, membenarkan bahwa meningkatnya permohonan pernikahan dini tersebut disebabkan oleh Facebook. Menurutnya, situs yang yang saat ini mudah diakses tersebut turut menjadi pemicu kehamilan di luar nikah. "Setiap ada permohonan nikah, khususnya yang masih di bawah umur, selalu saya tanyakan, apakah awalnya kenal melalui Facebook, dan ternyata benar dan akhirnya berlanjut," kata Siti Haryanti di ruang kerjanya, Kamis (31/3/2011). Lebih lanjut dikatakan, belakangan dispensasi nikah kerap kali diajukan anak usia 14 hingga 16 tahun karena faktor keterpaksaan. Dari data yang ada, tercatat sembilan pasangan mengajukan dispensasi nikah dini pada bulan Januari 2011, dan bulan Februari mencapai 16 pasangan. Data tahunan di Pengadilan Agama Wonosari mencatat, pada tahun 2008 terdapat 19 permohonan untuk pernikahan dini, tahun 2009 ada 60 permohonan, dan pada tahun 2010 tercatat 112 permohonan, yang rata-rata berusia 14 sampai 16 tahun, yang rata-rata hamil di luar nikah. "Kami telah mengajukan kepada Pemkab Gunung Kidul terkait meningkatnya angka pernikahan dini tersebut agar segera menyikapi hal ini dengan sosialisasi dan pencegahan pernikahan dini. Bagaimanapun, pernikahan dini merupakan salah satu faktor terjadinya perceraian," ujar Siti Haryanti. http://health.kompas.com/read/2011/03/31/10382586/Facebook.Picu.Pernikahan.Dini. KOMPAS.COM - Menggunakan situs jejaring sosial seperti Facebook kini sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup masyarakat modern. Facebook diyakini telah memberi pengaruh besar pada banyak aspek kehidupan, baik yang sifatnya positif maupun negatif.

Penggunaan jejaring sosial di kalangan remaja dan anak-anak pun dinilai sangat membantu. Tetapi di balik manfaatnya, para dokter anak di Amerika Serikat memperingatkan akan kemungkinan dampak buruknya. Sekelompok dokter yang tergabung dalam American Academy of Pediatrics memperingatkan para orang tua akan munculnya risiko depresi akibat penggunaan situs jejaring sosial ini. Mereka menyebut gejala "Facebook Depression" dapat mengancam para remaja akibat terobsesi dengan situs online tersebut. Sebelumnya, para pakar menyatakan ketidaksetujuannya kalau Facebook berkaitan langsung dengan depresi pada beberapa anak. Mereka menilai, untuk menyimpulkan hubungan antara situs pertemanan dengan gejala depresi pada anak tidaklah mudah. Demikian pula untuk membedakan kondisi psikis yang berhubungan dengan penggunaan situs ini. Tetapi Gwenn O'Keeffe, dokter anak di Boston yang menulis panduan penggunaan jejaring sosial untuk American Academy of Paediatrics menyatakan, terdapat aspek unik dari Facebook yang dapat menimbulkan kesulitan bagi anak-anak dengan rasa percaya diri rendah. Sebagai media untuk ajang bereksperesi di mana seseorang dapat berbagi isi hati, meng-update status, atau memasang foto-foto pribadi saat bersenang-senang, laman Facebook menurut O'Keeffe justru dapat membuat sebagian anak merasa lebih buruk. Mereka yang percaya dirinya rendah ini berpikir kalau mereka tidak bernasib sama. "Ini bisa lebih menyakitkan ketimbang duduk sendiri di keramaian saat makan siang di sekolah atau peristiwa hidup nyata lainnya yang bisa membuat anak-anak terpukul," terang O'Keeffe. Ia menilai, Facebook memberikan pandangan yang sempit dari apa yang terjadi sesungguhnya, sebab di online tidak ada cara untuk melihat ekspresi wajah atau membaca bahasa tubuh untuk memberikan konteks. Dengan panduan yang diberikan American Academy of Paediatrics, kata O'Keefe para dokter diharapkan menyampaikan pesan kepada para orang tua agar mereka mau mengawasi anak-anaknya. Orang tua dapat menyampaikan kepada anak-anaknya tentang cara menggunakan internet yang baik dan mewaspadai depresi atau risiko penggunaan online lainnya seperti cyberbullying dan sexting. Sumber : AP http://health.kompas.com/read/2011/03/28/16352190/Facebook.Bisa.Memicu.Depresi. KOMPAS.com Pernahkah Anda melirik-lirik akun profil mantan di Facebook atau melihat fotofoto lama saat Anda dan si mantan masih bahagia di akun Flickr atau mencari tahu siapa pacar terbaru si dia? Jika jawabannya "Ya" berarti Anda mengerti betapa dunia internet beserta media sosial tidak memudahkan kita untuk melupakan mantan dan berani "move on" karena kita banyak kali tergoda dengan media sosial tersebut untuk mencari tahu mengenai si dia. Sebuah situs bernama www.BreakUpWithYourEx.com melangsungkan sebuah polling yang dilakukan 22 Desember 2010-5 Januari 2011 terhadap sekitar 1.000 responden. Situs ini ingin mendengungkan kampanye "putus dengan mantan" di Facebook sebelum Hari Valentine. Ingin menggali lebih dalam lagi seputar keterikatan dengan mantan, situs ini menggelar polling tadi, yang ternyata hasilnya cukup membuat mereka tercengang. Ternyata kebanyakan dari kita masih belum benar-benar terlepas dari mantannya, tak terbatas mereka yang baru saja putus dari mantannya. Bahkan, mereka yang sudah bertahun-tahun putus hubungan dengan mantannya pun kadang masih belum benar-benar "putus", baik dari perasaan maupun kontak lewat internet. Berikut ini hasil survei mereka:

* 71 persen responden yang sudah punya pasangan baru mengatakan, mereka masih terlalu sering memikirkan mantannya. Sementara itu, mereka yang masih lajang, angkanya meninggi menjadi 81 persen. * Lebih dari setengah responden yang lajang mengatakan, masih memikirkan mantannya membuat mereka sulit mendapatkan pasangan baru. Tak hanya mereka yang masih melajang yang menemukan masalah ini. Responden yang sudah menikah pun merasa masih terobsesi dengan mantannya. * Hampir dua pertiga orang yang sudah menikah (60 persen) setuju bahwa mantan mereka masih menghantui pikiran dan sekitar 36 persennya mengatakan, kedekatan itu memengaruhi hubungan pernikahannya. Pria dan wanita sama-sama merasakan hal ini. * Sekitar 74 persen wanita dan 64 persen pria merasa memikirkan mantannya terlalu sering. * 76 persen wanita dan 70 persen pria pernah mencari tahu keadaan mantannya di internet. * 50 persen wanita dan 40 persen pria mengatakan, mereka pernah atau sering melihat profil Facebook dan sosial media mantannya. Meski memang ingin melepaskan mantannya dari pikiran, para responden tak kuasa melawan godaan kemudahan melirik keadaan si mantan lewat teknologi digital. Facebook: 59 persen responden tetap berteman dengan si mantan di Facebook dan sekitar 48 persen (termasuk 42 persen pasangan yang sudah menikah) mengatakan, mereka terlalu sering melihat profil si mantan di Facebook serta media sosial lainnya. Internet: Sekitar 74 persen responden pernah melihat sekaligus mencari tahu tentang si mantan di internet. Foto: Sekitar 86 persen responden mengakui sering melihat foto-foto mantannya dan 14 persen responden yang sudah menikah mengakui sering melakukan hal ini dengan sering. Kontak: Sekitar 50 persen responden pernah menelepon, mengirimkan pesan singkat, e-mail, ataupun chatting dengan mantan padahal seharusnya tidak boleh. Bagaimana dengan Anda, masih sering mencari tahu tentang si mantan di dunia maya? Sumber : yourtango http://health.kompas.com/read/2011/03/24/14152892/76.Persen.Wanita.Sering.Intip.Profil.Facebook.M antannya DENPASAR, KOMPAS.com Bentrok antar-banjar di Jalan Sedap Malam, Kota Denpasar, yang bermula saat mengarak ogoh-ogoh pada malam pengerupukan, Jumat (4/3/2011), berlanjut pada perusakan lima rumah dan Bale Banjar Buana Anyar (BBA). Peristiwa bentrok antara BBA dan Banjar Kebon Kori (BKK), Kesiman, tersebut terjadi Sabtu (12/3/2011) malam sekitar pukul 22.00 Wita. Demikian keterangan yang dihimpun di lokasi kejadian,

Minggu (13/3/2011). Penyerangan terhadap BBA bermula ketika warga BBA sedang melakukan diskusi terkait gesekan terhadap warga BKK, Kesiman, pada malam pengerupukan yang sebelumnya sempat diselesaikan secara baik-baik. Namun, penyerangan tersebut terjadi secara tiba-tiba oleh pemuda dari BKK, yang diduga tersinggung atas ejekan Dedik, seorang pemuda dari BBA, di status jejaring sosial Facebook. Rumah Dedik menjadi korban pertama penyerangan, kemudian berlanjut merusak Bale Banjar Buana Anyar di Gang Kwangen. Pagar di sebelah selatan dirobohkan dan batu berserakan di dalam bale banjar. Penyerangan berlanjut ke selatan, tepatnya di rumah Ida Bagus Alit di Gang Pakis Nomor 3. "Waktu itu, saya sedang di kamar. Begitu kaca jendela pecah dan saya kaget, kemudian sembunyi di belakang," ujar Alit. Selain merusak kaca jendela dengan batu dan balok kayu, sekelompok pemuda tersebut juga telah merusak tiga sepeda motor di rumahnya, yakni Jupiter MX DK-8294-DP, Honda Prima DK-5887-AR dan Suzuki Thunder DK-2220-KD. Tak hanya rumah Ida Bagus Alit, rumah kelian adat Buana Anyar Nyoman Masdana pun turut diserang hingga mengakibatkan kaca belakang mobil Chery DK-883-Xq pecah. Korban terakhir adalah rumah milik Gusti Bagus dan Wayan Sutaba di Gang Rampai yang kondisinya sama dengan korban lainnya, yakni jendela pecah dan batu masih terlihat berserakan di dalam. Sumber : ANT http://health.kompas.com/read/2011/03/13/22263877/Gara-gara.Facebook.Warga.Pun.Bentrok BOGOR, KOMPAS - Tiga siswi Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Kota Bogor, Jawa Barat, dikeluarkan lantaran menulis status di situs jejaring sosial Facebook bernada negatif tentang sekolahnya. Kamis (3/3), mereka mengadukan nasibnya dan meminta bantuan Komisi D DPRD Kota Bogor. Tiga siswi tersebut adalah Fresta, Amelia, dan Firda yang masih duduk di kelas XI SMK Pembangunan. Mereka dikeluarkan dari sekolah pada 14 Februari 2011, atau enam hari sejak Fresta menuliskan status di Facebook-nya yang kemudian ditimpali oleh Amelia dan Firda. Dalam Facebooknya, Fresta menulis, Sekolah saya korupsi looh! Pengen saya basmi! Saya menulis itu karena denger-denger begitu. Siang sebelum menulis, air di kamar mandi sekolah ngadat. Hari itu juga datang petugas dari PDAM ke sekolah untuk menagih. Katanya, tagihan air tiga bulan belum dibayar, tutur Fresta, Kamis, di ruang rapat Komisi D DPRD Kota Bogor. Sementara Amelia dan Firda dikeluarkan karena memberi tanggapan suka pada status Fresta dan memberi komentar yang membenarkan status Fresta. Selain tiga siswi itu, ada lima kakak kelas mereka, yakni Pipih, Agustianingsih, Rinawati, Salamah, dan Munengsih yang dikeluarkan. Mereka didampingi beberapa wakil orangtua mengadu ke DPRD guna mendapatkan keadilan dan bisa kembali sekolah di SMK Pembangunan Bogor. Pasalnya, selain mengeluarkan tiga siswi gara-gara menulis status di Facebook, manajemen sekolah pada akhir Desember 2010 lebih dulu mengeluarkan lima siswi kelas XIItingkat akhir yang bakal mengikuti ujian nasional pada April mendatang.

Kelima siswi ini dikeluarkan karena kerap membolos sekolah dan berperilaku tidak baik. Sewaktu protes dikeluarkan, ada guru yang bilang, percuma karena katanya ada yang pernah lihat saya di hotel. Katanya, sekolah punya satgas. Padahal, itu enggak betul, tutur Rina. Ikut ujian Beberapa anggota DPRD sempat emosi saat mengutarakan pendapat di hadapan Kepala SMK Pembangunan Bogor Fahruraji dan Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Bogor Fajar Maulana Yusuf. Saya juga punya anak perempuan yang seumur mereka. Seharusnya sekolah itu mendidik anak, bukan membinasakan dengan dikeluarkan dari sekolah. Apalagi, siswi yang kelas XII sudah mau ujian nasional, ujar Dodi Setiawan, anggota DPRD Kota Bogor. Dari pertemuan itu, Dinas Pendidikan Kota Bogor berjanji akan memfasilitasi mereka untuk kembali bersekolah di SMK Pembangunan dan siswa kelas XII yang dikeluarkan bisa mengikuti ujian nasional. Nomor ujian nasional sudah dicetak, tetapi saya akan mencoba mendaftarkan lima siswi itu, tutur Fajar. Fahruraji akhirnya berjanji akan menerima kedelapan siswa itu. Namun, soal alasan siswi itu dikeluarkan, ia lebih banyak tersenyum. He-he-he. Ada hal-hal yang kurang pas saja. Ya, seolah dia tidak perhatian kepada sekolah, ujar Fahruraji sambil berlalu.(GAL) http://health.kompas.com/read/2011/03/04/04180573/Tiga.Siswi.Dikeluarkan.karena.Status.Facebook KOMPAS.com "Sekola saya korupsi looh! Pengen saya basmi!" Fresta (17) sungguh sedang kesal ketika menulis kalimat itu di status Facebook-nya. Namun, ia tidak pernah menyangka, kalimat itu bakal membuatnya dikeluarkan dari sekolah. Malah bukan hanya dia, melainkan juga dua temannya yang ikut nimbrung di status itu. Fresta adalah siswi kelas XI di Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan (SMK Pembangunan) Kota Bogor di Jawa Barat. Pada tanggal 8 Februari 2011, pukul 17.54, ia menulis dua kalimat itu di statusnya. Teman sekelasnya, Firda (17), ikut-ikutan memberi jempol pada status itu sebagai tanda menyukainya. Adapun Amelia (17) mengomentari dengan, "Hahahaha bener banget tuh". Dua hari setelah itu, wali kelasnya mendatangi rumah Fresta di Kedung Halang, Kecamatan Bogor Utara. Sang guru mengundang orangtua Fresta untuk datang ke sekolah keesokan harinya. Saat ibu Fresta, Romlah Suharti (40), bertanya, sang guru tak menjelaskan, sambil beralasan akan ada penjelasan. Keesokan harinya, pada 11 Februari, Romlah datang bersama Fresta. Beberapa menit di sana, ia sudah disodori selembar kertas kosong bermeterai. Manajemen sekolah meminta Fresta membuat surat pengunduran diri. Sekolah beralasan, ada perilaku Fresta yang tidak sesuai. Romlah memohon agar sekolah tak mengeluarkan anaknya. Hari itu ia masih menolak menandatangani. Tanggal 14 Februari, Fresta resmi dikeluarkan dari sekolah setelah tetap tak ada titik temu. Hal serupa juga dialami dua temannya, Amelia dan Firda. Mengapa menulis seperti itu di Facebook? "Soalnya denger-denger begitu. Siang sebelum menulis, air di kamar mandi sekolah ngadat. Hari itu juga datang orang PDAM ke sekolah nagih. Katanya tiga bulan belum bayar," tutur Fresta, Kamis (3/3/2011) di ruang rapat Komisi D DPRD Kota Bogor. Amelia, Firda, serta lima kakak kelasnya, Pipih, Agustianingsih, Rinawati, Salamah, dan Munengsih, didampingi beberapa wakil orangtua hari itu mengadu ke DPRD agar mendapat keadilan dan kembali

diterima bersekolah di SMK Pembangunan Bogor. Manajemen sekolah sudah pernah juga mengeluarkan siswanya pada akhir Desember 2010. Saat itu yang dikeluarkan bahkan lima siswi kelas XII, tingkat akhir yang bakal mengikuti ujian nasional pada April mendatang. Alasannya, mereka kerap membolos sekolah dan berperilaku tidak baik. "Fresta tidak bermasalah. Tidak membolos dan nilainya juga sedang-sedang," tutur Romlah. Ia mengaku anaknya memang pernah dihukum saat kelas X. Ketika itu ada razia telepon genggam. Ia meminjam telepon genggam temannya untuk mengirim pesan singkat, tetapi dalam telepon genggam itu ternyata ada gambar porno. "Itu juga bukan punya anak saya. Dan, setelah itu tidak ada masalah lain," tuturnya. Menurut Romlah, sekolah seharusnya bisa instrospeksi diri mengapa sampai ada siswa yang menulis dengan status seperti itu di situs jejaring sosial. Artinya, ada ketidakpuasan dan seharusnya mereka tidak menanggapinya dengan keras langsung mengeluarkan, tetapi mengayomi. Saat rapat dengan sejumlah anggota Komisi D DPRD Kota Bogor, mata Fresta tampak berkaca-kaca. Ia mengenakan seragam putih abu-abu. Begitu pula dengan dua temannya yang ikut nimbrung di status itu dan turut terkena getahnya dikeluarkan dari sekolah. Beberapa anggota DPRD sempat emosi berkomentar di hadapan Kepala SMK Pembangunan Bogor Fahruraji dan Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Bogor Fajar Maulana Yusuf. "Saya juga punya anak perempuan yang juga seumur mereka. Seharusnya sekolah itu mendidik anak, bukan membinasakan dengan dikeluarkan dari sekolah. Apalagi yang kelas XII, sudah mau ujian nasional," ujar Dodi Setiawan, anggota DPRD Kota Bogor dengan suara bergetar. Seorang anggota DPRD lainnya memegang tangannya, berupaya menenangkan. Tiga dari lima siswi kelas XII itu mengaku, alasan dikeluarkan juga karena dituduh berbuat tidak senonoh di luar sekolah. "Alasan kepada orangtua memang karena bolos, tapi belakangan disebut-sebut kami ini cewek enggak bener," tutur Rina, seperti diakui pula oleh temannya, Agustianingsih. "Sewaktu protes dikeluarkan, ada guru yang bilang percuma karena katanya ada yang pernah lihat saya di hotel. Katanya sekolah punya satgas. Padahal, itu enggak betul," tutur Rina. Ia menduga tuduhan itu disebabkan ia dan keempat temannya kerap berdandan modis. Dua di antaranya menggunakan kawat gigi, serta beberapa kali ada yang membawa telepon genggam cukup bagus. Sejak dikeluarkan, dia mengaku belum menemukan sekolah pengganti sehingga khawatir tidak bisa mengikuti ujian nasional. Namun, dari pertemuan itu, Dinas Pendidikan Kota Bogor berjanji akan memfasilitasi mereka kembali bersekolah di SMK Pembangunan dan bisa mengikuti ujian nasional. "Nomor ujian nasional sudah dicetak, tetapi saya akan mencoba mendaftarkan lima siswi itu," tutur Fajar. Sekolah juga akhirnya berjanji akan menerima kedelapan siswa itu. Namun, soal alasan siswi itu dikeluarkan, Fahruraji cuma melempar tersenyum. Apa benar karena status Facebook? "He-he-he. Ada hal-hal yang kurang pas saja. Ya, seolah dia tidak concern kepada sekolah," ujar Fahruraji sambil berlalu. http://health.kompas.com/read/2011/03/03/22293238/Dikeluarkan.Sekolah.gara-gara.Facebook Kompas.com - Dalam ilmu psikologi, mereka yang memiliki kepribadian narsistik merupakan orang yang jauh lebih mencintai dirinya daripada orang lain. Akibatnya seringkali mereka sulit berempati kepada orang lain. Kecuali narsis, orang yang tidak mampu mencintai juga egois, mau enak sendiri dan kurang percaya

diri. Mereka juga sulit terikat dalam komitmen jangka panjang dengan satu pasangan. Makanya orang tipe ini sulit mengikatkan diri pada perkawinan monogami. Menurut para ahli dari American Psychiatric Association, pada umumnya orang narsistik juga memiliki gangguan kepribadian lainnya, seperti histrionic personality disorder yang sangat ekspresif dalam menunjukkan emosinya. Meski sebagai awam sulit mengenali ciri-ciri orang yang narsistik, namun sebuah penelitian yang dilakukan para ahli dari University Georgia, Amerika, menyebutkan bahwa laman profil di situs jejaring sosial Facebook bisa mengungkap kepribadian narsis seseorang. Dalam studi yang mereka lakukan terhadap 130 pengguna Facebook ditemukan jumlah teman dan postingan dinding (wall post) berkaitan erat dengan tingkat kenarsisan seseorang. Orang yang narsis biasanya memiliki jumlah teman yang banyak namun sebenarnya tidak punya relasi yang dalam dengan orang-orang tersebut. "Dalam kehidupan nyata juga demikian, mereka punya banyak teman tapi tidak ada yang dekat secara personal. Yang penting untuk mereka adalah kuantitas, bukan kualitas," kata Laura Buffardi, Ph.D, ketua peneliti yang risetnya dipublikasikan dalam jurnal Personality and Social Psychology Bulletin. Facebook juga dipakai sebagai sarana untuk mempromosikan diri orang yang narsis. Karena itu mereka suka memasang foto profil yang menarik dan berbeda untuk membuat orang lain terpesona. "Orang yang narsistik mungkin terlihat sebagai orang yang menarik hati namun sebenarnya mereka merasa diri lebih hebat. Mereka juga suka menggunakan orang lain untuk keuntungannya sendiri, dalam jangka panjang mereka akan melukai orang lain dan dirinya sendiri," kata W.Keith Campbell, salah seorang peneliti. Meski begitu, Campbell mengatakan bukan berarti penggemar Facebook adalah orang yang narsis. "Orang yang narsistik menggunakan Facebook seperti mereka menggunakan relasi sosial lainnya, hanya untuk mempromosikan dirinya," katanya. Sumber : LiveScience http://health.kompas.com/read/2011/02/21/13585667/Kepribadian.Narsistik.dan.Facebook KOMPAS.com Narsis di jejaring sosial Facebook dengan memasang foto- foto pribadi dan keluarga sah-sah saja. Hanya saja, jangan sampai hal itu mengundang polemik politik, apalagi seputar agen rahasia. Foto liburan dan keterangan rinci mengenai Kepala Dinas Intelijen Inggris, MI6, yang baru telah dihapuskan dari halaman jejaring sosial Facebook setelah sebuah surat kabar memberi tahu pemerintah mengenai hal itu. Foto di Facebook itu dipublikasikan di harian The Mail, Minggu (5/7), dan memperlihatkan bos baru MI6, John Sawers, mengenakan topi sinterklas sedang bermain Frisbee bersama anak-anaknya di sebuah pantai. Surat kabar tersebut mengatakan, informasi itu ditampilkan istri Sawers di Facebook. Tampilan itu lengkap dengan foto-foto liburan, nama ketiga anak mereka, dan lokasi rumah mereka di London. Akhirnya, halaman Shelley Sawers dihapuskan dari Facebook walaupun masih ada halaman yang memperlihatkan foto istri petinggi intelijen itu. Beberapa politikus mengatakan, hal itu merupakan kecerobohan, sedangkan yang lainnya mengatakan hal itu tidak mengungkapkan apa pun kecuali masalah rumah tangga sang bos intelijen.

Mengenakan pakaian renang merek Speedo bukanlah rahasia negara. Cobalah dewasa sedikit, ujar Menteri Luar Negeri David Miliband. Akan tetapi, anggota dari kubu konservatif, Patrick Mercer, yang mengepalai subkomite antiterorisme, mengatakan, hal tersebut membuka peluang bagi Sawers menerima kritik dan pemerasan. Juru bicara Liberal Demokrat, Edward Davy, mengatakan akan mengadakan dengar pendapat seputar kebocoran tersebut. Biasanya, saya selalu menginginkan keterbukaan yang lebih besar dari para pejabat pemerintah, tetapi keterbukaan semacam ini sungguh merupakan suatu kecerobohan, ujarnya kepada The Mail menanggapi foto keluarga itu. John Sawers baru bulan lalu diangkat menjadi kepala baru MI6. Dia adalah bekas mata-mata, diplomat, dan penasihat hubungan luar negeri mantan Perdana Menteri Tony Blair. Hingga tahun 1990-an, Pemerintah Inggris merahasiakan identitas pemimpin agen rahasia dan hanya mengidentifikasinya sebagai C. Hingga tahun 1992, pemerintah masih juga enggan mengonfirmasikan bahwa organisasi itu eksis. Perlahan, pemerintah mulai terbuka mengenai organisasi intelijen MI6 dan organisasi intelijen domestik MI5, hingga akhirnya keluarga pemimpin intelijen terbuka identitasnya melalui Facebook. Facebook memang dahsyat. (AP/JOE) http://health.kompas.com/read/2009/07/06/10002186/Salahkah.Narsis.di.Facebook. JAKARTA,KOMPAS.com Demam jejaring sosial Facebook saat ini memang bukan hanya melanda orang dewasa. Tak jarang kita jumpai, anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) pun sudah sangat paham menggunakan situs pertemanan di dunia maya tersebut. Melihat fenomena ini, psikolog anak Dra Rose Mini, MSi mengaku prihatin. Ia menilai, Facebook sebenarnya bukanlah untuk konsumsi anak-anak. Pasalnya, ada ketentuan-ketentuan tertentu yang tidak memperbolehkan seorang anak mengakses situs yang sangat populer itu. "Facebook bukan konsumsi anak SD. Dalam ketentuan, Facebook harus 17 tahun ke atas," tegas wanita yang akrab dipanggil Bunda Romi ini saat ditemui dalam seminar "Aku Anak Sehat" di Jakarta, Kamis, (5/5/2011). Dia juga menyayangkan, banyak orangtua yang justru membuat akun Facebook untuk anak mereka. "Saya heran kenapa orangtua ijinin. Sebenarnya nggak pake Facebook bisa hidup kok," lanjutnya. Menurut Rose, seorang anak di usianya yang masih sangat belia seharusnya mendapatkan pengajaran dan pengalaman bagaimana cara berteman dalam bentuk nyata, bukan malah berteman dalam dunia maya. "Si anak harus belajar bagaimana bisa mengambil hati temannya, berinteraksi dengan teman, itu harus dipelajari dalam bentuk nyata, nggak bisa dalam dunia maya," tambahnya. Bunda Romi mengungkapkan, salah satu alasan mengapa dirinya melarang anak-anak menggunakan Facebook adalah karena kondisi jiwa anak yang belum stabil, terutama dalam mengontrol statement (pernyataan). Dalam Facebook, setiap ungkapan, baik berupa status maupun pesan, dapat disampaikan melalui teks ataupun gambar secara bebas sehingga rentan menimbulkan kesalahpahaman. Komentar ataupun pernyataan sangat berpotensi memicu konflik dan memengaruhi kejiwaan anak. "Ada beberapa kasus, ini anak mencela temannya, si anak yang dicela sakit hati, lalu mengadu ke orangtuanya. Akhirnya perang di Facebook. Tapi bukan anak lagi yang perang, tapi orangtua sama orangtua," jelas wanita yang juga berprofesi sebagai dosen di salah satu universitas negeri di Jakarta

tersebut. Lebih lanjut, Bunda Romi mengingatkan, apa yang dikonsumsi untuk khalayak umum atau publik harus ada batasannya. Oleh sebab itu, dia mengimbau anak-anak yang belum menginjak usia 17 tahun tidak menggunakan fasilitas jejaring sosial. http://health.kompas.com/read/2011/05/05/15451975/Inilah.Alasan.Anak.Harus.Stop.Main.Facebook KOMPAS.com - Ini merupakan satu bukti bahwa Facebook juga bisa memberi pengaruh buruk untuk penggunanya. Menurut jajak pendapat yang diadakan oleh majalah Shape dan Men's Fitness, 40 persen perempuan mengatakan SMS-an dan pesan-pesan di Facebook membuat mereka bersedia bercinta dengan teman baru, lebih cepat daripada yang biasanya mereka lakukan. Psikolog klinis Dr Belisa Vranich menyebutkan dua kemungkinan yang bisa menjelaskan fakta ini. "Pertama, SMS-an dan situs jejaring sosial yang ada sekarang menciptakan antisipasi. Jika tujuan Anda adalah berhubungan seks, SMS-an mungkin akan membantu, karena hal itu membuat korespondensi antarorang menjadi lebih menggairahkan," kata penulis buku Get a Grip: Your Two-Week Mental Makeover ini. Kedua, kegiatan tersebut memberikan kesan yang salah bahwa Anda seolah sudah lama berhubungan, sehingga boleh-boleh saja jika berhubungan seks lebih cepat. Anda mungkin memang sudah berkencan sekali atau dua kali, namun karena frekuensi berkirim pesan yang lebih sering, hubungan Anda terasa sudah lebih lama. Dengan Facebook-an, Anda merasa bukan baru berkencan dua kali. Lisa Friedman, kontributor San Francisco Focus Magazine in Heath and Medicine, bisa mengerti mengapa kesan ini bisa terjadi. Lisa pernah menulis sebuah kolom di majalah Times mengenai pertemuannya dengan mantan kekasihnya di Facebook. Ia menggambarkan bahwa setiap pesan membuat tubuhnya bergetar, seperti kena kejutan listrik. Semuanya menyenangkan, dan menyebabkannya nyaris kecanduan. Koneksinya menjadi lebih intens bila diselipi pesan-pesan yang erotis. Meskipun Lisa lebih meyakini hubungan yang nyata, ia tak menyangkal bahwa komunikasi di dunia maya juga bisa sangat kuat. Saat berkirim pesan, orang juga cenderung melihat apa yang ingin dilihatnya. Lebih mudah membaca kesan tertentu yang disampaikan melalui teks yang telah dipikirkan matang sebelum dikirimkan, daripada bertatap muka dengan resiko akan muncul situasi yang serba kaku. Dan, bagi orang yang sehari-harinya tak bisa lepas dari internet, akan lebih mudah berkomunikasi melalui dunia maya daripada menghadapi lawan bicaranya secara langsung. Penggunaan teks juga menggairahkan, karena membuat kita lebih mudah menyaksikan hal yang baik-baik dari lawan bicara, dan tentunya yang baikbaik dari sisi kita sendiri. Teknologi juga memungkinkan terjadinya flirting dalam tingkat yang ekstrim. Tidak seperti bentuk komunikasi lainnya, texting bisa menciptakan pertukaran pesan yang penuh ketegangan dan menggairahkan. Hal inilah yang tidak dimungkinkan jika komunikasi dilakukan melalui telepon, atau bertatap muka secara langsung. Meskipun demikian, Anda perlu mengingat, relasi yang sesungguhnya membutuhkan interaksi yang nyata agar berkembang dengan baik. Segala rasa canggung yang mungkin terjadi saat pertama kali berinteraksi dengan seseorang justru bisa memberikan pengalaman yang lebih kaya, daripada mengirim pesan yang bisa diatur sebelumnya. Dan, meskipun hasil jajak pendapat dari majalah tersebut hanya berlaku di Amerika, moral cerita dari penelitian ini sangat baik. Sebagai orangtua, ataupun sebagai

orang yang gemar Facebook-an, Anda bisa terus mengingatkan diri untuk selalu berhati-hati, dan mengutamakan hubungan yang nyata. Sumber : NYPost http://health.kompas.com/read/2011/01/25/17242387/Facebook.Bikin.Orang.Bersedia.Bercinta.Lebih.C epat KOMPAS.com - Media jejaring sosial, terutama Facebook, semakin akrab dengan segala kalangan, termasuk anak dan remaja. Coba simak saja ungkapan perasaan atau kata-kata yang ditulisakan oleh anak, keponakan, atau adik remaja Anda di Facebook. Anda akan menemukan dunia anak dan remaja yang begitu "genit" dan kadang tak pernah Anda kira sebelumnya. Orangtua perlu lebih bijak menanggapi kondisi ini, agar mampu menguasai diri dari rasa cemas dan khawatir berlebihan. Tak salah jika dikatakan, Facebook di Indonesia menjadi fenomena. Data menunjukkan, Indonesia menjadi negara penyumbang akun Facebook ketiga terbesar, setelah AS dan Inggris. Peringkat ini meningkat tajam, karena pada 2009 lalu Indonesia masih berada di peringkat tujuh di dunia. Laporan Kontan menuliskan, Agustus 2010 lalu akun Facebook di Indonesia berjumlah 26 juta. Bagaimanapun, jangan dulu memandang negatif genitnya Facebook yang sukses mengambil hati anak Anda. Jejaring sosial tetap ada positifnya. Meski banyak orangtua yang mulai resah karena mendapati anaknya mulai berkencan melalui Facebook. Kuncinya, orangtua tetap perlu bijaksana dan tidak mudah terlalu curiga atau mencemaskan anakanaknya. Ini karena rasanya hampir mustahil bagi orangtua melarang anak mengakses Facebook.. "Manfaat Facebook sebenarnya cukup banyak bila digunakan untuk hal positif. Kata kunci untuk mengendalikan anak-anak adalah dengan mengalihkan perhatian mereka," papar Rienny Hassan, pengasuh rubrik psikologi Tabloid Nova seperti dikutip Warta Klub Nova. Mengapa demam Facebook menjadi fenomena kalangan anak dan remaja? Rienny menjelaskan, anak usia praremaja dan remaja punya kebutuhan besar untuk mengidentifikasikan diri dengan segala hal yang lekat dengan atribut "keremajaan". "Yang temantemannya lakukan, terasa wajib ia lakukan pula," tambahnya. Facebook menjadi wadah berekspresi yang digemari anak pemalu. Mereka mendapatkan kompensasi luar biasa dari kontak sosial di dunia maya, karena tanpa bertatap muka, obrolan bisa mengalir lancar. Efeknya, kata Rienny, "cinta maya" mudah sekali bersemi dan menjadi prioritas utama. Kisah cinta di dunia maya ini menggeser kesenangan lain yang lebih sehat dan mendewasakan dalam konteks dunia nyata. Orangtua menjadi teladan nyata Menurut Rienny, fenomena Facebook berakar dari pencarian jati diri, di tempat yang salah, pada waktu yang salah, pada orang yang salah. Orangtua perlu menjadi teladan bagi anak agar anak punya keinginan dan aspirasi. Anak perlu ditanamkan kematangan perilaku untuk lebih menghargai dan peduli pada kenyamanan orang lain. Dengan begitu anak mampu berhenti sejenak memikirkan diri sendiri dan punya keinginan

menyenangkan hati orangtua atau orang lain di sekitarnya. Tanpa kematangan seperti ini, egoisme anak akan tumbuh subur. Dampaknya, anak akan cuek, tetap mempertahankan perilaku dan kebiasaan yang membuat orangtua atau orang lain di sekitarnya tak nyaman. Rienny menjelaskan, untuk mencetak anak dengan kematangan sikap, orangtua perlu meneladani kejujuran, integritas dalam menjalani hidup, yang merupakan pola ideal untuk diadopsi anak nantinya. Dengan mengadopsi pola ideal ini, anak mampu menjalani hidup dengan keputusan bertanggungjawab, termasuk membagi waktu untuk hal yang bermanfaat bagi dirinya. Rasanya jika anak memiliki perilaku seperti ini, meski candu Facebook tak bisa dihindari, anak masih bisa membatasi dirinya. Bicara dengan bahasa anak dan ciptakan hubungan nyata Rienny mengatakan, orangtua akan tetap bijaksana dan tidak "parno" atau mudah curiga dan cemas tanpa alasan jelas, bila orangtua rajin meng-update diri dengan kemajuan teknologi. "Orangtua perlu tahu apa itu internet, apa yang terjadi di warnet, apa rasanya ber-Facebook-an, sehingga kesenangan dan kenikmatan yang melanda anak, bisa dihayati pula," katanya. Orangtua juga perlu menggunakan bahasa yang sama dengan anak tentang suatu hal. Cara ini akan membuat anak merasa dipercaya sehingga punya tanggung jawab untuk memelihara kepercayaan dari orangtuanya. "Berikan juga peluang kepada anak untuk merasakan dan kemudian meyakini bahwa individu punya kebutuhan dasar untuk connected. Terhubung secara nyata dengan individu lain, melalui kontak mata, sentuhan, pelukan, dan belaian kasih dari orang yang menyayanginya," jelas Rienny. Kesempatan berkomunikasi dan berhubungan langsung dengan anak ini perlu diciptakan orangtua agar anak tak semakin terbenam dalam dunia maya yang hanya menawarkan sentuhan semu dan bukan hubungan yang nyata. Sumber : Warta Klub Nova http://health.kompas.com/read/2010/12/29/13455550/Mengatasi.Genitnya.Anak.di.Facebook JAKARTA, KOMPAS.com Kehadiran situs jejaring sosial seperti Facebook, Friendster, atau Twitter sedikit banyak telah mengubah perilaku dan gaya hidup sebagian besar masyarakat. Pengaruh luar biasa dari jejaring sosial dunia maya ini juga telah merasuk dalam kehidupan pribadi para penggunanya, termasuk perilaku berhubungan dengan orang lain. Menurut hasil penelitian terbaru yang digagas majalah Mens Health di Amerika Serikat, jejaring Facebookyang saat ini merupakan situs yang paling banyak diaksestelah mengubah banyak aspek perilaku, khususnya terkait dengan cara menjalin hubungan dengan pasangan. Ada banyak temuan menarik dari hasil survei terhadap sekitar 3.000 pengguna ini. Sebanyak 1.377 pria dan 1.540 wanita menjadi target dalam penelitian ini. Berikut adalah beberapa temuan penting dari penelitian ini:

1. Tak jujur dalam status Sebanyak 24 persen facebooker tidak memasang status relationship mereka sejujurnya. Dengan begitu, mereka lebih menyukai 'opsi terbuka' pada kemungkinan selingkuh atau meneruskan flirting dengan orang lain. Tercatat, sebanyak 27 persen pengguna tidak memasang status hubungan sama sekali, dan setengah dari mereka masih melajang. 2. Sarana "Flirting" Sebanyak 70 persen pengguna mengaku memanfaatkan Facebook untuk merayu atau menggoda teman. Sebanyak 24 persen si penggoda ini mengunakan jejaring sosial untuk merayu orang lain ketimbang pasangannya sendiri. 3. Membakar cemburu Sebanyak 59 persen pengguna mengaku sering cemburu karena pasangannya berhubungan dengan orang lain di Facebook. Hasil penelitian Amy Muise PhD dari University of Guelph mengindikasikan, Facebook berkontribusi memicu kecemburuan, bahkan pada orang yang sebenarnya tidak punya kecenderungan atau sifat cemburu. 4. Bencana "posting wall" Sebanyak 29 persen pengguna mengatakan bahwa kiriman pesan di dinding (wall) atau foto dapat menimbulkan masalah dengan pasangan. Sebanyak 42 persen mengatakan, mereka mendapat keluhan dari pasangannya, dan 11 persen dari yang disurvei menempatkan pasangan mereka pada profil terbatas sehingga tak dapat mengakses atau melihat semua aktivitas yang dia lakukan di Facebook (baik kiriman di wall, komentar, maupun foto). 5. Pilih teman yang menarik Sebanyak 55 persen facebooker mengirim friend request kepada seseorang yang mereka anggap menarik dan penting. Sebanyak 23 persen mengirim ajakan berteman pada orang tak dikenal, tetapi berpenampilan menarik. 6. Cari mantan kekasih Sebanyak 85 persen pengguna mencari dan menelusuri mantan kekasihnya melalui Facebook. Sekitar 17 persen dari mereka selalu mengecek halaman mantan kekasihnya, setidaknya sekali dalam seminggu. 7. Mengintai pacar atau mantan pacar Sebanyak 59 persen facebooker selalu "mengintai" profil pasangannya atau mantan kekasihnya, mencari petunjuk tentang hubungan mereka dengan orang lain. Apakah Anda juga termasuk pengintai? 8. Cinta lama bersemi kembali Sebanyak 32 persen wanita mencoba menjalin kembali hubungan dengan kekasihnya di Facebook. Sekitar 16 persen dari wanita ini berstatus sedang menjalin hubungan dengan seseorang. Bagaimana dengan pria? Sekitar 36 persen pria mencoba menjalin kembali dengan mantannya melalui Facebook; 1 dari 5 pria ini mengaku sedang menjalin hubungan. Sementara itu, sekitar 3 persen responden mengakhiri hubungannya dengan membatalkan status hubungan melalui Facebook. 9. Membobol akun pasangan Ada 23 persen responden yang mengaku pernah membobol atau meng-hack akun pasangannya di Facebook. Sebanyak 18 persen responden mengaku tahu password pasangannya, sekitar 85 persen

mengaku diberi tahu password-nya, 16 persen menebak password-nya, dan 9 persen responden sengaja meng-hack akun Facebook pasangan. 10. Ajang selingkuh Sebanyak 5 persen responden mengaku berselingkuh dengan orang lain. Bagaimana mereka berselingkuh lewat Facebook? Para responden memberikan sejumlah alasan: - "Saya bosan dengan hubungan selama ini. Rayuan-rayuan di Facebook memancing saya untuk berselingkuh." - "Saya pernah bertemu bahkan tidur dengan dua lelaki yang saya kenal di Facebook." - "Ya, saya berselingkuh dengan seseorang yang saya temui di Facebook (teman selingkuh saya adalah mutual friend dan satunya lagi teman dekat)." - "Saya membuat rencana-rencana untuk bertemu melalui pesan di Facebook." - "Ada seorang lelaki yang pernah saya kenal selama bertahun-tahun. Walau saya berkencan dengan orang lain ketika itu seperti halnya yang dia lakukan, kami masih sering kontak melalui Facebook; semisal merancang pertemuan, mengekspresikan perasaan satu sama lain, dsb." - "Saya menggunakan pesan pribadi untuk merancang pertemuan dengan mantan." (MH) http://health.kompas.com/read/2010/12/06/12033418/10.Perilaku.Seksual.akibat.Facebook

KOMPAS.com Banyaknya kasus penculikan remaja putri setelah berkenalan melalui teman baru di Facebook banyak diawali dengan rayuan gombal pria nakal. Iming-iming materi dan kata-kata manis sering menjadi bahan jebakan pelaku untuk mengelabui korban. Tak sedikit remaja putri yang masuk dalam jebakan tersebut, bahkan ada yang berakhir tragis. Praktisi internet, Judith MS Lubis, menyatakan bahwa data Komite Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada Februari 2010 menunjukkan ada 7 kasus penculikan per bulan dengan kondisi bahwa korban sebelumnya berkomunikasi melalui jejaring sosial Facebook dengan pelaku. Beberapa kasus yang sempat terkuak ke publik adalah penculikan Latifah di Jombang, Nova di Tangerang, dan Dewi di Pondok Aren, Tangerang. Kasus terakhir adalah Devie Permatasari, siswi SMP 28 Kota Bandung, yang dibawa kabur Reno Tofik alias Tofik Hidayat setelah berkenalan di Facebook. "Korban-korban itu terjerat karena rayuan pria yang ia kenal di Facebook. Devie, Nova, Latifah, dan yang terbunuh, Dewi, di Pondok Aren, semua terkena rayuan oleh pria yang dikenal di Facebook," ujar praktisi internet, Judith MS Lubis, dalam perbincangan dengan Kompas.com. Ia mengaku khawatir dengan terus bertambahnya korban penculikan anak yang menggunakan Facebook sebagai sarana.

Menurutnya, peran orangtua sangat penting dalam mendampingi anak saat menggunakan Facebook, Twitter, dan layanan instant messenger. Orangtua bahkan perlu membudayakan keterbukaan informasi antara orangtua dan anak agar terbiasa saling bertukar informasi dan berdiskusi sehingga setiap kali akan bertindak di internet, hal itu benar-benar dilakukan dengan pertimbangan matang. "Jadi, bekaca dari kasus-kasus tersebut, kita layak waspada terhadap anak kita saat menggunakan Facebook," ujar Judith. Orangtua perlu memantau aktivitas anak di internet dan jejaring sosial yang dia ikuti. Hal terpenting yang menurutnya perlu dilakukan orangtua adalah memberikan pemahaman kepada anak bahwa pengguna Facebook dan layanan lainnya di internet belum tentu menggunakan identitas sebenarnya. Orangtua juga perlu menekankan bahwa anak jangan chat sembarangan dengan orang yang tidak dikenal atau baru dikenalnya. Bahkan, kalau perlu daftar friend list benar-benar teman yang sudah dikenal baik. "Mereka sebaiknya tidak menemui orang-orang yang dikenal di dunia maya tanpa pengawasan keluarga. Berteman dengan siapa pun boleh, tetapi menemui secara langsung itu harus atas izin keluarga dan dalam pengawasan orangtua. Jangan pernah terbujuk atas rayuan siapa pun yang menawarkan uang atau aneka gadget," urainya. Selain itu, anak juga perlu diberi pemahaman bahwa informasi di internet bisa disalahgunakan orang yang tidak bertanggung jawab. Seperti nomor telepon atau ponsel dan alamat rumah, data-data itu seharusnya tak dicantumkan di situs jejaring sosial. Jangan pula memberikan nomor telepon kepada orang yang belum dikenal baik. Bahkan kalau perlu orangtua sedikit mengorbankan privasinya, misalnya dengan berbagi password bersama anaknya seperti yang dia lakukan dengan kedua anaknya yang kini menginjak usia remaja. Tak semua orang mungkin bisa melakukan hal tersebut. Namun, bagi Judith, ia merasa perlu melakukannya karena orangtua juga sewaktu-waktu perlu mengawasi lalu lintas pesan lewat inbox yang tak terdeteksi langsung dari halaman depan. "Anakku dua remaja, usia 19 tahun dan 16 tahun. Aku selalu rutin awasi Facebook anak-anakku dan Twitter mereka. Aku komunikasi rutin tentang apa yang tertulis di Twitter maupun Facebook mereka. Bahkan aku tahu password mereka. Bukan untuk intervensi, tetapi untuk pengawasan karena mereka pun tahu password Facebook dan Twitter-ku," cerita Judith. Menurutnya, anak-anak tidak masalah setelah diberi pengertian karena, meski mengetahui password-nya, ia selalu mengomunikasikan saat mengaksesnya dan tidak menyalahgunakan akses untuk melakukan intervensi. Namun, menurut Judith, yang tak kalah penting adalah dalam berkomunikasi dengan anak, orangtua harus menggunakan bahasa anak agar komunikasi nyaman dan anak tak merasa diintervensi. "Jika kita bisa berkomunikasi dengan bahasa anak, maka mereka akan mengerti. Semua tergantung dari bagaimana kita bicara dengan mereka. Jika kita bicara dari sisi kepentingan mereka di masa depan, maka anak justru akan berterima kasih," kata dia. http://health.kompas.com/read/2010/10/21/18525569/Dampingi.Anak.di.Internet JAKARTA, KOMPAS.com Facebook telah mengumumkan jumlah akun penggunanya yang mencapai 500 juta. Sayangnya, situs yang digawangi oleh Mark Zuckenberg ini tidak memperinci negara-negara mana saja yang menyumbangkan kontribusi terbesar dalam total akun tersebut. Nah, awal pekan ini, situs Royal Pingdom mencoba untuk membeberkan secara detail negara-negara pengakses Facebook terbanyak. Royal Pingdom menggunakan data dari Google Ad Planer yang menyediakan data statistik online.

Google Ad Planer menghitung, 550 juta akun menyambangi Facebook setiap bulan. Angka ini melampaui data yang dirilis oleh Facebook. Nah, dengan penghitungan 550 juta akun ini, Royal Pingdom mencatat negara-negara yang mendongkrak jumlah akun jejaring sosial ini. Sepuluh negara terasa yang ada di Facebook nyatanya telah menyumbang 58 persen dari total pemilik akun di Facebook. Indonesia ada di peringkat ketiga setelah AS dan Inggris. (KONTAN/Femi Adi Soempeno) Ini dia peringkat 10 besar negara penyumbang akun terbesar Facebook: 1. AS (130 juta) 2. Inggris (28 juta) 3. Indonesia (26 juta) 4. Italia (26 juta) 5. Perancis (21 juta) 6. India (21 juta) 7. Jerman (18 juta) 8. Meksiko (16 juta) 9. Turki (16 juta) 10. Kanada (15 juta) Sumber : http://health.kompas.com/read/2010/08/18/14471684/Indonesia.Ranking.3.Pengguna.Facebook.Terban yak JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa tak kenal Facebook? Situs jejaring sosial tersebut telah menarik minat 1.333.649 user di Indonesia pada 2009, sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara pengguna Facebook nomor satu di Asia Tenggara, dan nomor tujuh di dunia. Pesona Facebook yang menyediakan sederet fitur yang memungkinkan penggunanya berinteraksi langsung seperti chatting, tagging foto, blogging, dan bermain games itu, mampu menarik rasa penasaran orangtua, remaja, hingga anak-anak. Sari, misalnya. Gadis kecil, yang masih duduk di kelas VI SD ini, selalu menyempatkan diri membuka aplikasi Facebook melalui ponsel kakaknya. Sebelum berangkat sekolah, Sari tak mau ketinggalan meng-update status di Facebook. Jika tak ada ponsel beraplikasi Facebook, atau komputer berakses internet di rumah, anak-anak seperti Sari selalu menyempatkan diri mengunjungi warung internet sepulang sekolah. Begitu pula Aida (10). Karena tak punya akses internet di rumahnya, hampir setiap hari Aida pergi ke warnet untuk melihat notifikasi pada Facebook-nya. "Atau main Farmville. Abis makan, minta duit, main," ujar Aida yang ditemui Kompas.com pada Jumat (19/2/2010). Boleh dibilang hampir setiap hari Sari dan kawan-kawannya berusaha terus terakses dengan situs pertemanan dunia maya tersebut. Jika demikian kondisinya, apa pengaruhnya pada kehidupan sosial anak? Psikolog anak Universitas Indonesia, Mayke S. Tedjasaputra, saat dihubungi Kompas.com hari Kamis (18/2/2010) berpendapat, penggunaan Facebook oleh anak usia dini seperti usia sekolah dasar dapat memperkenalkan perilaku negatif tertentu kepada anak. Hal tersebut dikarenakan, menurut Mayke, dengan Facebook anak dapat melacak kemana pun, mengenal siapa pun yang tidak pernah mereka lihat rupanya atau ekspresinya. Sehingga, anak-anak mudah ditipu melalui Facebook. "Mereka bisa berkenalan dengan seseorang yang memanfaatkan mereka, mengajarkan hal-hal yang mengagumkan sampai anak-anak terkesima, mengajarkan perilaku tertentu, hingga yang negatif, seperti ajakan berhubungan intim," katanya. Apalagi sebagai anak, kata Mayke, Sari atau Aida belum dapat memilah kepada siapa harus berteman di Facebook, dan kepada siapa tidak harus berteman. "Semua kembali kepada komunikasi orangtua dan anak. Keluarga adalah perisai utama di rumah. Lingkungan bisa memberi pengaruh apa saja pada anak," paparnya. Dikatakan Mayke, orangtua memang tidak dapat mencegah penggunaan Facebook oleh anak. Namun,

lanjutnya, orangtua dapat memberikan perhatian lebih kepada anak-anaknya agar sang anak tidak mencari perhatian orang lain di dunia maya. "Kalau orangtua tidak memberi perhatian kepada anaknya, anak bisa mencari perhatian dari dunia luar. Bisa saja terjadi seperti NT (Nova, remaja yang diduga lari dengan teman Facebook-nya) yang berkenalan dengan teman Facebook," imbuh Mayke. Perhatian pada anak, serta komunikasi yang terlain lancar antara orangtua dan anak, dapat menjadi perisai utama menghadang terpaan dampak negatif Facebook pada anak. http://health.kompas.com/read/2010/02/19/1355381/Jangan.Biarkan.Anak.Mencari.Perhatian.di.Facebo ok Kompas.com - Mungkin pada awalnya Anda membeli ponsel cerdas untuk membuat hubungan dengan orang lain tak berjarak dan meningkatkatkan produktivitas. Tetapi tanpa disadari kini Anda tidak bisa melewatkan 5 menit tanpa mengintip smartphone, entah itu melihat pesan yang masuk atau pun mengganti status di jejaring sosial. Gejala tak bisa menahan diri untuk mengecek ponsel bukan hanya dialami Anda saja. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Personal and Ubiquitous Computing menunjukkan kebiasaan itu hadir di mana-mana. Peneliti studi tersebut menemukan kebanyakan pengguna smartphone kini punya kebiasaan baru yang disebut "checking habits" alias terus menerus memeriksa email, pesan atau aplikasi lain seperti Facebook atau Twitter. Disebutkan rata-rata kurang dari 10 menit mereka sudah "gatal" ingin memeriksa ponselnya. Rata-rata responden dalam penelitian itu memeriksa ponsel mereka 34 kali dalam sehari, bukan karena memang ada yang penting, tetapi karena hal itu sudah jadi kebiasaan atau memang ada dorongan. "Dorongan itu sangat sulit dihindari. Bahkan kebanyakan tidak sadar apa yang sedang dilakuannya karena itu merupakan kebiasaan dibawah sadar," kata Loren Frank, neuroscietist dari Universitas California, Los Angeles. Sebagai kebiasaan dibawah sadar, menurut Frank hal itu terjadi melalui dua proses. Pertama, otak menyukai perasaan ketika ia menerima email. Pesan yang masuk ke ponsel adalah sesuatu yang baru dan seringkali isinya menyenangkan, misalnya pesanan untuk membeli dagangan kita atau barangkali pujian dari rekan kerja atas keberhasilan suatu projek. "Setiap kali kita mendapat email ada sebuah sentakan kecil, sebuah feedback positif bahwa kita adalah orang yang penting. Ini bisa menjadi semacam ketagihan," kata Frank. Ketika otak menjadi terbiasa dengan feedback positif, tangan mencari-cari ponsel menjadi sebuah hal yang otomatis walau kita tak bermaksud. Menurut Frank, keinginan untuk selalu memeriksa ponsel berasal dari striatum, bagian otak yang mengatur tindakan kebiasaan. Sebentar-sebentar memeriksa ponsel cerdas tentu berdampak buruk pada kehidupan nyata. Sebut saja, pasangan merasa diabaikan, produktivitas kerja menurun, atau jadi jarang memperhatikan orang yang berada di sekitar kita. Clifford Nass, profesor komunikasi dan ilmu komputer dari Stanford University berpendapat pada dasarnya manusia tidak suka berpikir keras. "Kebiasaan memeriksa ponsel adalah cara untuk tak perlu berpikir keras tapi kita merasa seperti sedang mengerjakan sesuatu," katanya.

Jika Anda sudah masuk dalam kelompok ketagihan memeriksa ponsel, ada baiknya Anda menjauhkan diri dari ponsel beberapa jam dalam sehari. Bila hal itu membuat Anda tidak nyaman, mulailah dengan 10 menit. Buatlah daftar zona bebas ponsel, misalnya di kamar atau saat Anda berada dalam situasi sosial seperti saat bersama teman atau keluarga. Tahanlah diri untuk tidak selalu menatap layar ponsel Anda. Sumber : CNN http://health.kompas.com/read/2011/08/15/1149573/Tiap.Menit.Cek.Ponsel.Kebiasaan.Baru.Pemakai.P onsel KOMPAS.com - Ponsel pintar atau "smartphone" terbukti dapat mengganggu penglihatan karena memaksa mata bekerja keras. Demikian hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Optometry and Vision Science edisi Juli 2011. Menurut hasil riset para ahli dari SUNY State College of Optometry di New York City AS, ponsel pintar cenderung memaksa mata mereka bekerja ekstra keras dibandingkan saat membaca buku atau koran. Sebab melalui ponsel pintar, orang menjadi banyak menghabiskan waktu untuk membaca dan mengirimkan pesan singkat (SMS), serta berinternet. Penelitian tersebut melibatkan sekitar 130 sukarelawan yang rata-rata berusia 23 tahun. Saat membaca koran, buku, atau majalah cetak, rata-rata jarak mata ke objek adalah 40,64 sentimeter. Sedangkan ratarata orang membaca atau mengirim pesan pendek hanya sejarak 35,56 sentimeter. Pada beberapa orang malah ditemukan jaraknya lebih dekat dari itu, sampai 17,78 sentimeter. Penelitian juga mengatakan bahwa beban tambahan itu akan menyebabkan keluhan-keluhan seperti sakit kepala, mata kering, mana menegang, rasa tak nyaman, bahkan rabun. (Healthday/Gloria Samantha) Sumber : http://health.kompas.com/read/2011/07/27/18200273/.Smartphone.Memaksa.Mata.Kerja.Keras KOMPAS.com - "Memberi anak usia di bawah 20 tahun BlackBerry akan merusak bagian otak PFC (preFrontalCortecs)." Demikian bunyi suatu pernyataan di Facebook yang dikutip seseorang dari Twitter. Sekarang ini, smartphone seperti BlackBerry memang sudah menjadi "mainan" anak-anak SD. Namun, benarkah dampaknya bisa sejauh itu? Ternyata, psikolog Elly Risman dari Yayasan Kita dan Buah Hati, bisa menjelaskan kebenaran mengenai kerusakan otak ini, yang berkaitan dengan konten pornografi jika diakses menggunakan smartphone. Kerusakan pada bagian di otak akibat pornografi pernah diungkap oleh seorang psikiater dari Amerika Serikat, Mark Kastleman. Otak depan Elly mengatakan, otak depan pada anak sebetulnya belum berkembang baik. Bagian otak depan ini akan matang pada usia 25 tahun. Otak depan merupakan pusat yang memerintahkan tubuh untuk melakukan sesuatu. Sementara reseptornya yang mendukung otak depan adalah otak belakang, yang menghasilkan dopamin, yaitu hormon yang menghasilkan perasaan nyaman atau rileks pada seseorang. Bila sejak dini anak sudah terpapar oleh pornografi, rekamannya akan sulit dihapus dari ingatan dan pikiran untuk jangka waktu yang lama. Bila tidak diantisipasi, anak bisa kecanduan karena pengaruh

hormon dopamin yang dihasilkan ketika anak menikmati pornografi. Akibatnya, sistem pada bagian otak depan mengalami kekacauan dan tubuh jadi tak lagi memiliki kontrol diri. Hasil riset neuroscience lainnya dari Donald Hilton Jr, ahli bedah otak dan dokter terkemuka dari Texas, menemukan bahwa pornografi sesungguhnya adalah penyakit, karena dapat mengubah struktur dan fungsi otak, dengan kata lain merusak otak di lima bagian. Kecanduan pornografi ini menurutnya lebih berat ketimbang kecanduan kokain. Penelitian dari American Academic of Child Psychology juga memaparkan kemungkinan buruknya smartphone, yakni hilangnya kreativitas di usia muda karena dalam pengerjaan tugas-tugas yang sifatnya akademis, anak-anak cenderung mengandalkan mesin pencari dalam internet yang memungkinkan mereka melakukan copy-paste. Menyaring info Smartphone memang memiliki banyak kelebihan. Dunia bagai dalam genggaman tangan. Selain bertelepon, anak-anak bisa mencari apa pun dengan bantuan situs pencari seperti Google atau Yahoo!. Anak juga dimungkinkan selalu terhubung dengan jejaring sosial seperti Facebook, Friendster, Twitter, Kaskus, dan sebagainya. Fasilitas-fasilitas ini, di satu sisi menyimpan potensi menyebarkan aneka informasi yang belum layak diakses oleh anak. Misalnya saja, anak mencari situs-situs dewasa lewat Google atau Yahoo!. Atau setiap hari sibuk berjejaring sosial yang membuatnya lupa keluarga dan lupa belajar. Belum lagi di jejaring sosial ini sudah banyak terdengar anak-anak menjadi korban pelecehan orang dewasa, baik secara emosional maupun fisik (anak dibawa kabur oleh kenalannya di dunia maya). Sayangnya, tak sedikit orangtua yang justru memberikan smartphone kepada anak-anaknya yang masih terbilang polos. Alasannya, agar orangtua dapat berkomunikasi kapanpun dengan anak, ingin anaknya ikut tren dan percaya diri dalam bergaul, atau sekadar menuruti rengekannya. Fenomena yang kemudian terjadi, anak tampak begitu lekat dengan smartphone-nya. Ia baru merasa aman dan eksis bila selalu terhubung dengan orang lain. Kalau tidak, ia khawatir dirinya dikucilkan, sehingga anak selalu membawa kemanapun smartphone-nya. Ia lebih mementingkan berkomunikasi dengan orang-orang "nun jauh" di sana ketimbang dengan orang-orang di sekelilingnya. Narasumber: Ani Fegda, MPi, Psi, dari Esensi Mitra Solusi, Konsultan SDM, dan Daniel Kusnadi, Web Developer, Digital Campaign Consultant (Tabloid Nakita/Dedeh Kurniasih) Sumber : http://health.kompas.com/read/2011/01/06/14083113/Pengaruh.Gadget.pada.Otak.Anak JAKARTA, KOMPAS.com Fenomena penggunaan ponsel canggih atau smartphone di masyarakat memang sungguh luar biasa. Gadget mutakhir seperti Blackberry (BB) atau iPhone kini sudah menjadi bagian vital dari kehidupan seseorang sehingga selalu dibawa ke mana pun pergi. Di balik kemudahan dan kecanggihan yang diberikan kepada penggunanya, gadget-gadget ini kerap mendatangkan risiko dan efek buruk bagi kesehatan. Tak jarang kita mendengar adanya laporan hasil riset yang mengaitkan efek radiasi ponsel dengan sejumlah penyakit, seperti kanker atau tumor. Namun, sebuah laporan terbaru di Inggris menyebutkan, penggunaan gadget juga dapat meningkatkan risiko mengidap penyakit ambien atau haemorrhoid. Kok bisa? Rupanya, perilaku penggunaan BB atau iPhone di sana sudah sedemikian akutnya. Gadget-gadget ini

selalu digunakan kapan pun dan di mana pun, termasuk saat pergi ke toilet. Fenomena yang sama mungkin juga terjadi di Indonesia. Berada di toilet untuk buang hajat adalah kesempatan terbaik menggunakan ponsel sehingga penggunanya sering kali menjadi lupa diri karena asyik bermain games, chat, atau BBM-an. Akan tetapi, perilaku itulah yang kemudian memicu risiko dan membuat kasus ambeien meningkat. Di Inggris, fenomena kasus ambeien ini memunculkan istilah "BlackBerry Bottom". Survei terbaru di Inggris menunjukkan, 8 dari 10 pengguna smartphone mengaku menggunakan ponsel saat di toilet. Padahal, berlama-lama duduk di toilet dapat menyebabkan risiko wasir menjadi bengkak. "Duduk di permukaan yang dingin dan keras dalam jangka waktu cukup lama dapat meningkatkan risiko timbulnya haemorrhoid, jadi Anda sebaiknya memainkan Angry Birds (game) di tempat yang lebih nyaman," ujar Stephanie DeGiorgio, dokter dari wilayah Kent. Sebuah survei di Inggris menunjukkan, pria cenderung lebih suka bermain game saat berada di toilet, sedangkan wanita justru lebih senang menelepon di tempat ini. Baik pria maupun wanita mengaku kerap membuka Facebook, Twitter, dan e-mail di toilet. Meskipun demikian, tidak hanya bagian "belakang" yang terancam mengalami risiko kesehatan akibat penggunaan gadget secara berlebihan ini. Berikut adalah bagian tubuh lain yang juga mengalami risiko kalau Anda tidak bijak menggunakan ponsel canggih atau smartphone. Kepala Para dokter di Amerika Serikat belum lama ini mengidentifikasi suatu gejala yang disebut "ringxiety"di mana seseorang merasakan dirinya seakan-akan mendengar suara ponsel berbunyi, padahal suara itu tidak pernah ada. Sebuah riset menyebutkan bahwa lebih dari 60 persen pengguna ponsel menderita gangguan yang juga disebut "phantom ringing" tersebut. Telinga Peneliti di India menemukan, mereka yang mendengarkan musik dari earphone yang terhubung dengan ponsel berisiko ribuan kali lipat mengalami kontaminasi bakteri dalam telinga dibandingkan dengan yang tidak. Memakai earphones akan membuat saluran atau rongga telinga menjadi lebih hangat dan lembab sehingga kuman akan lebih mudah berkembang. Jempol Gerakan yang berulang-ulang dari jempol dan telunjuk seperti dapat menimbulkan cedera dan otot-otot menjadi tegang. Ini akan memicu rasa sakit pada jari, jempol, dan sendi-sendi. Para ahli menyarankan kita agar selalu mengambil rihat setelah 30 menit memakai ponsel atau alat apa pun. Kulit Ponsel juga dapat memicu ruam kulit. Menurut Asosiasi Dermatologi Inggris, mobile phone dermatitis adalah gangguan pada kulit yang dapat dipicu akibat terlalu lama menggunakan atau menempelkan ponsel pada kulit. Tangan

Penggunaan berlebihan pada konsol permainan, seperti Wii dan Xbox, bisa menyebabkan neutrophilic hidradenitissejenis lesi berwarna merah pada tangan. Gangguan ini juga disebut PlayStation Pimple. Kondisi ini, menurut British Journal of Dermatology, diakibatkan keringat yang berlebihan karena memegang handsets. Sumber : The Sun http://health.kompas.com/read/2010/11/15/12175693/Asyik.BB-an.Bisa.Bikin.Ambeien Kompas.com - Begitu diperkenalkan ke publik, situs jejaring sosial Facebook langsung menjerat hati jutaan penggemarnya. Media sosial ini dicintai karena memungkinkan seseorang berhubungan kembali dengan teman lama dari sekolah atau perguruan tinggi tanpa harus bertemu muka. Namun penggunaan Facebook yang intens memiliki konsekuensi, terutama bagi remaja. Larry Rosen, psikolog di Cal State Dominguez Hills, yang telah mempelajari dampak teknologi terhadap manusia selama lebih dari 25 tahun mengungkapkan situs jejaring sosial seperti ini berdampak buruk untuk anak dan remaja. Ia mengungkapkan temuannya dalam pertemuan tahunan American Psychological Association. Menurutnya, remaja yang sering menggunakan teknologi seperti video game atau internet, cenderung lebih mengeluhkan nyeri perut, gangguan tidur, kecemasan dan depresi. Mereka juga dilaporkan sering bolos sekolah. Selain itu remaja dan orang dewasa muda yang sering login ke Facebook lebih narsis. "Situs jejaring sosial membuat seseorang lebih narsis karena bisa mengiklankan dirinya sendiri 24 jam 7 hari seminggu menurut keinginan pribadi," kata Rosen. Di antara pengguna dari segala usia, Rosen menilai makin banyak orang menggunakan Facebook, makin besar kemungkinan mereka memiliki gangguan kepribadian antisosial, paranoia, kecemasan dan penggunaan alkohol. Ketika Rosen dan timmnya mengamati siswa SMP, SMA dan mahasiswa yang sedang belajar untuk ujian selama 15 menit, mereka menemukan bahwa kebanyakan siswa hanya bisa fokus selama dua sampai tiga menit sebelum mengalihkan perhatian mereka untuk hal-hal yang kurang ilmiah, seperti teks pesan atau fitur media sosial di ponsel. Tidak mengherankan siswa yang sebentar-sebentar memeriksa akun Facebook sambil belajar mendapatkan hasil yang buruk saat ujian. Orang tua juga harus menangani bentuk lain dari jejaring sosial, seperti mengirim dan menerima pesan teks (SMS). Remaja rata-rata mengirimkan lebih dari 2.000 teks per bulan. Ini adalah jumlah besar yang bukan cuma memicu masalah tidur dan konsentrasi, tetapi juga stres fisik. Rosen menunjukkan contoh seorang remaja di Chicago yang menderita sindrom carpal tunnel dan memerlukan obat pereda nyeri dan perban pada pergelangan tangan setelah mengirim lebih dari 100 teks perhari. "Anak-anak dibesarkan pada konsep koneksi. Bagi mereka bukan kualitas yang penting, tetapi hubungan itu sendiri. Telepon atau bertemu tatap muka hanya memungkinkan jumlah minimum koneksi, sementara alat-alat lain memungkinkan mereka untuk terhubung ke dunia," kata Rosen. Meski Facebook juga memiliki banyak sisi positif, tetapi Rosen menyarankan agar orangtua perlu memberi pemahaman pada anak mereka mengenai cara berperilaku secara online. Hal ini bisa mendorong anak untuk menyadari apa yang boleh dan dilarang ketika menggunakan internet. Ia menambahkan, media sosial jika digunakan secara tepat bisa membantu anak berperilaku empati dan berinteraksi dengan teman-temannya tanpa harus mengkhawatirkan reaksi orang secara langsung.

"Untuk anak-anak pemalu ini akan menjadi nilai tambah dan membantu mereka keluar dari cangkangnya," katanya. Tetapi ada satu hal penting yang kerap dilupakan orangtua, yakni Facebook sebenarnya ditujukan untuk orang dewasa, bukan anak-anak. "Berbeda dengan bullying di sekolah, bullying yang terjadi di internet bisa terjadi setiap saat," katanya. Sumber : LA Times http://health.kompas.com/read/2011/08/09/15014293/Bahaya.Facebook.untuk.Remaja Kompas.com - Anak-anak sekarang memang lebih cepat menguasai perangkat digital. Sejak kecil mengakrabi gadget dan tumbuh di dunia yang menawarkan berbagai kemudahan komunikasi tentu mendatangkan pengaruh bagi tumbuh kembangnya. Apa saja yang perlu diwaspadai orangtua? Anak-anak dan remaja saat ini merupakan golongan masyarakat yang digital native. Menurut Kahardityo, peneliti dari Pusat Kajian Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, (Kompas/8/2/10) para digital native ini adalah penduduk asli di dunia digital. Mereka lahir dan tumbuh di era digital yang menjadikan mereka memiliki cara berpikir, berbicara dan bertindak, berbeda dengan generasi sebelumnya yang diibaratkan sebagai digital immigrant. Keberadaan gadget dan internet saat ini memang membuat anak-anak lebih pintar karena tak terbatasnya pengetahuan yang bisa didapatkan anak. Namun, ada pula sisi negatif yang mengintai. Para pakar mengkhawatirkan para digital native ini cenderung tidak memiliki kecerdasan sosial. Mayke S.Tedjasaputra, pengajar senior di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia mengungkapkan, seorang anak memerlukan persentuhan dengan objek yang nyata. "Permainan digital sudah punya desain khusus. Anak-anak perlu bermain dengan teman dan objek yang nyata supaya mereka bisa belajar melakukan problem solving yang tidak diduga, bukan seperti video games yang sudah ada desainnya," paparnya. Lewat kegiatan bermain, anak akan mendapatkan banyak pengalaman baru. "Kemampuan anak baru pra operasional, karena itu anak perlu melihat, meraba, menyentuh, dan mengeksplorasi suatu objek secara langsung," terang Mayke. Mayke menambahkan, gadget, elektronik games yang bersuara, bergerak dan berwarna bisa memberikan stimulus yang terlalu kuat pada anak. Jika sejak usia dini anak sudah terbiasa dengan perangkat digital, dikhawatirkan anak akan malas ketika distimulasi dengan kegiatan belajar yang statis. "Bila sudah terbiasa pada permainan digital yang dinamis tentu anak akan malas melihat hurufhuruf yang statis," urainya. Dampak negatif dari permainan video games, terutama yang mengandung kekerasan, ini sudah sejak lama disuarakan para ahli. Berbagai penelitian mengaitkan dampak video games pada pembentukan perilaku dan moral anak. Belakangan para orangtua juga bisa mendapatkan software edukatif untuk anak yang sifatnya merangsang kemampuan belajar anak. Mengenai hal ini Mayke mengatakan boleh saja orangtua

memberikan pada anak, tapi tidak pada usia terlalu dini. Ia menyarankan agar orangtua baru memperkenalkan anak pada perangkat digital setelah anak berusia lima tahun. "Sebelum usia itu takutnya anak mengalami gangguan otot mata karena harus fokus ke satu layar selama berjam-jam. Ini bisa berpengaruh pada kemampuan membaca anak," imbuh playtherapist ini. Mayke mengakui memang tidak mudah menjauhkan anak dari dunia teknologi dan gadget. Untuk itu ia menyarankan agar orangtua membatasi anak-anaknya dalam mengeksplorasi kecanggihan perangkat digital dan lebih mendorong anak pada permainan yang lebih variatif dan menyenangkan. "Untuk tumbuh sehat anak perlu terus bergerak," katanya. http://health.kompas.com/read/2010/11/24/15093230/Sisi.Gelap.Gadget.dan.Video.Games.untuk.Anak KOMPAS.com Laki-laki muda, sehat, dan sering bermain video games bertema kekerasan dalam waktu lama akan mengalami perubahan aktivitas otak yang berkorelasi dengan perilaku agresif. Hasil sebuah penelitian awal menunjukkan hal tersebut. Para penggila video games bertema kekerasan tampaknya bukan cuma terpukau oleh aksi adu jotos jagoan virtual mereka. Ternyata, mereka juga terpengaruh oleh aksi agresif itu sehingga mental mereka ikut terpengaruh. Berbagai riset telah menyebutkan kaitan kuat antara paparan video games tentang kekerasan dan perilaku agresif pada anak-anak. Namun, sejumlah studi menyimpulkan tidak ada kaitan. Sebuah studi terbaru mencoba membandingkan aktivitas otak antara kelompok 14 pria berusia 25 tahun yang main video games lima jam sehari selama dua tahun dan kelompok 14 pria berusia sama yang tidak pernah main video games bertema kekerasan. Semua responden diminta mengisi kuosioner mengenai perilaku agresif dan menyerang. Mereka juga menjalani pemeriksaan MRI otak ketika mereka sedang rileks dan mata terpejam. Hasil penelitian menunjukkan, pria dari kelompok pecandu video games memiliki skor tertinggi untuk daftar pertanyaan tentang perilaku agresif. Dalam otak mereka juga terjadi peningkatkan aktivitas, khususnya di bagian sirkuit otak yang bersifat sangat aktif ketika mayoritas bagian otak lain beristirahat. Hal ini menunjukkan penurunan aktivitas kognitif saat berada dalam kondisi istirahat. Otak merupakan pusat pengaturan perilaku, terdiri dari banyak sirkuit, dan melibatkan beberapa area yang terbentuk dari proses belajar. Perubahan perilaku akibat pengaruh dari luar ini terjadi secara bertahap. "Perubahan perilaku agresif jangan diartikan seseorang akan jadi beringas dan seenaknya menembak orang lain. Maksudnya adalah keterampilan mental kita akan berkurang. Efek dari video games ini sama seperti kalau kita terlalu banyak menonton televisi," kata Donald Hilty, MD, ahli psikiatri dari University of California. Sumber : Healthday News http://health.kompas.com/read/2010/05/27/10495861/.Video.Games.Picu.Perilaku.Agresif

KOMPAS.com - Anda pasti mengetahui bagaimana serunya berselancar di dunia maya. Bagaimana serunya film di televisi dan DVD. Begitu pun anak. Ia akan berusaha sekuat tenaga agar tidak tertidur saking serunya main video game, berselancar di dunia maya, atau teman-teman untuk main SMS-an. Menurut penelitian majalah Redbook, anak-anak berinteraksi dengan televisi, komputer, video game, atau mendengarkan musik lewat pemutar lagu digital sekitar 6.5 jam per hari. Waktu yang mereka lewatkan tersebut hampir sama dengan jumlah waktu yang mereka habiskan di sekolah. Namun lebih ironisnya lagi, semakin banyak layar monitor atau gadget yang mereka miliki di kamar, makin tinggi kemungkinan si kecil tertidur atau tidak fokus saat belajar di kelas. Apakah si kecil memiliki elektronik di kamarnya? Jika ya, bisa jadi, ia sama dengan 38 persen anak pra sekolah atau 68 persen anak di Amerika yang memiliki televisi di Amerika. Mereka ini memiliki masalah dalam menerima pelajaran saat ada di dalam kelas. Studi terbaru juga mengatakan, kebiasaan tertidur di depan televisi membuat anak sulit untuk tidur dalam keadaan tenang. Ia sudah terbiasa mendengarkan suara berisik dan sinar dari layar monitor televisi. Lagipula, ketika si otak mendeteksi adanya sinar dari televisi tersebut, otak si anak tidak memproduksi hormon dan menciptakan kondisi untuk kembali membugarkan tubuhnya keesokan harinya. Solusinya, upayakan agar kamar si kecil bebas dari monitor elektronik. Jika ia sudah memiliki komputer atau televisi di dalam kamarnya, coba bicarakan lagi dengannya dan pindahkan ke ruangan keluarga. Cara yang bisa Anda lakukan adalah tanyakan padanya di mana ia ingin menaruh barang elektronik dan minta ia untuk mendekorasi lokasi tersebut. Atau buat perjanjian untuk mendekorasi ulang kamarnya tanpa televisi atau komputer itu. Taktik lain yang bisa dilakukan adalah minta si kecil mendapat "reward" satu jam bermain dengan komputer atau menonton televisi setiap satu jam ia berhasil berolahraga. Ketika para peneliti di University of Ottawa melakukan strategi ini pada anak-anak yang bobotnya berlebih, hal ini berhasil menurunkan 2 jam waktu yang ia habiskan di depan televisi, dan meningkatkan aktivitas fisik mereka hingga 65 persen, menurunkan indeks massa tubuhnya, serta menurunkan risiko terkena penyakit yang berhubungan dengan obesitas. Sumber : redbook http://health.kompas.com/read/2010/08/31/16221915/Terlalu.Banyak.Teknologi.Bikin.Anak.Sulit.Tidur DAVOS, KOMPAS.com - Saat data begitu melimpah di internet, informasi apapun tersedia dan bisa diperoleh dengan mudah. Namun, kecanggihan teknologi internet yang mengalami booming dalam satu dekade terakhir ini juga dikhawatirkan bisa berdampak buruk khususnya bagi anak-anak dan generasi mendatang. Eric Schmidt, sebagai CEO Google, salah satu perusahaan internet terbesar, adalah salah satu orang yang juga mengkhawatirkannya. Hal tersebut diungkapkannya dalam World Economic Forum di Davos, Swiss belum lama ini. Ia mengatakan anak-anak yang lahir dan tumbuh di era informasi instan seperti sekarang ini mungkin mengalami masalah untuk melakukan deep reading atau membaca secara mendalam. Menurutnya, informasi instan yang bisa didapat dari layar komputer bahkan ponsel mungkin bisa berpengaruh

terhadap kognitif dan kemampuan membaca. "Di saat seluruh dunia bisa dilihat dari perangkat instan seperti itu, Anda menghabiskan waktu lebih sedikit untuk membaca segala bentuk literatur, buku, majalah, dan sejenisnya," ujarnya, Jumat (29/1/2010) seperti dilansir AFP. Meskipun demikian, Schmidt tak terlalu mengkhawatirkan dampak perangkat game bagi anak-anak. Bahkan, menurutnya, banyak bukti bahwa game bisa meningkatkan daya pikir, kemampuan mengambil keputusan, dan ketrampilan koordinasi mata dan tangan. Kekhawatiran Schmidt tersebut mungkin dijawab dengan berkembangnya akses e-book dengan diluncurkannya Kindle, Sony e-Reader, dan terakhir iPad. Namun, bisakah e-book mendongkrak kemampuan membaca mendalam seperti yang diharapkan Schmidt? http://health.kompas.com/read/2010/02/03/10315466/Internet.Bisa.Bikin.Anak.Malas.Membaca KOMPAS.com - Bermain merupakan bagian dari proses perkembangan anak yang sangat berarti. Sayangnya, banyak orangtua Indonesia yang ternyata tidak mengetahui hal ini. Bahkan, mereka menganggap ikut bermain bersama anak bukan sesuatu yang pantas dilakukan. Oleh karena itu, orangtua kerap terlihat membiarkan anak bermain sendiri sehingga anak bermain dengan alat yang tidak sesuai kapasitasnya. Jika anak terus dibiarkan seperti ini, ia akan mengalami gangguan pada fisik dan psikis. Hal inilah yang menjadi salah satu topik pembahasan saat talkshow "Meningkatkan Aktivitas Bermain untuk Meningkatkan Tahap Perkembangan Anak", yang diadakan oleh Early Learning Centre (ELC) di Function Hall Plaza Indonesia, Kamis (11/11/2010). "Seharusnya, ada interaksi timbal-balik antara caregiver (orangtua, pendidik, atau pengasuh) dan anak. Caregiver harus peka pada kebutuhan anak, responsif, dan tahu bagaimana membina interaksi dengan anak, sehingga anak termotivasi untuk melakukan eksplorasi," tutur Dra Mayke S. Tedjasaputra, MSi, play therapist, saat talkshow berlangsung. Bentuk interaksi yang dimaksudnya bisa bermacam-macam. Contohnya, orangtua bisa memberikan dua pilihan mainan, lalu anak yang memutuskan satu di antaranya. Kemudian, ketika anak terbiasa memainkan permainan yang sama terus-menerus, orangtua bisa menarik perhatian anak agar mau mengeksplorasi mainan baru. Caranya dengan mengajak anak melihat mainan baru tersebut, lalu mendemonstrasikan cara memainkannya. "Ketika anak bermain, beri komentar mengenai apa yang dilakukannya. Lakukan tatap mata, untuk menandai adanya dukungan pada anak," kata Mayke. Anak juga perlu dibebaskan untuk memainkan mainan dengan caranya sendiri. Hal ini berkaitan dengan tahap perkembangan anak yang berbeda-beda sesuai usianya. Selama yang dilakukan tidak berbahaya, anak perlu dibiarkan bereksperimen dalam memainkan permainan tersebut. Anda tidak perlu mengoreksi bila anak memainkan dengan cara yang tidak biasa. Yang perlu Anda lakukan hanya memperkenalkan variasi untuk memainkan mainan yang sama. Terlalu membatasi kebebasan anak hanya akan membuatnya merasa terganggu. Mayke juga menekankan pentingnya membatasi digital games untuk anak. Sudah menjadi hal yang umum bila anak-anak batita atau balita pun sekarang sudah bisa "bermain" ponsel atau komputer. Karena anak usia batita belum bisa baca-tulis, mereka hanya akan mengenal icon pada layar ponsel dan komputer tersebut.

"Games di ponsel atau di komputer merupakan stimulus yang sangat kuat, karena ada gerak dan suara. Akibatnya, mata akan berfokus pada satu layar saja. Hal ini akan menimbulkan gangguan tracking mata, yang terjadi saat ia (belajar) membaca," seru pengajar senior di Fakultas Psikologi UI ini. Mayke juga mengatakan bahwa anak laki-laki tak perlu dilarang ketika memainkan boneka atau alat masak-memasak milik adik atau kakaknya. Sebab, hal ini merupakan bagian dari proses eksplorasinya terhadap mainan tersebut. Anak laki-laki tak akan mengalami perubahan orientasi seksual ketika dewasa, hanya karena ketika masih kecil memainkan mainan anak perempuan. http://health.kompas.com/read/2010/11/11/18322936/Jangan.Biarkan.Anak.Bermain.Sendiri. JAKARTA, KOMPAS.com Ancaman pornografi terhadap anak-anak dan remaja saat ini semakin mengkhawatirkan seiring derasnya perkembangan teknologi informasi. Orangtua sebagai sosok yang paling perperan dalam proses tumbuh kembang anak seharusnya melakukan antisipasi guna mencegah adiksi atau kecanduan pornografi generasi muda. Namun sayangnya, tidak banyak orangtua mau melakukannya. Mereka seperti tidak sadar dan abai terhadap efek perkembangan teknologi. Padahal, mengabaikan teknologi menjadi salah satu faktor pemicu timbulnya kecanduan pornografi pada anak dan remaja. "Kebanyakan orangtua enggak punya antisipasi akan apa yang akan terjadi, disentifikasi (kultur pingsan). Jangankan antisipasi, rata-rata tidak sadar (akan efek perkembangan teknologi)," ungkap psikolog Elly Risman di sela acara "Mengenali dan Mengatasi Adiksi Pornografi pada Anak dan Remaja" di Universitas Paramadina, beberapa waktu lalu. Contoh ketidaksadaran itu diterapkan orangtua dengan memanjakan anaknya dengan perangkat gadget yang tidak sesuai kapasitas mereka. "Sebanyak 60 persen anak mendapat peralatan (gadget) dari orangtuanya tanpa alasan yang jelas," kata Elly. Hal itu terjadi karena, "Dari sisi orangtua, malu kalau anaknya belum punya (gadget), takut anaknya minder, takut 'gaptek (gagap teknologi)', takut enggak bisa bersaing di masa depan. Mereka sama sekali tidak tahu apa yang mereka berikan bisa memberi dampak karena terlalu berprasangka baik pada teknologi," kata Elly. Oleh sebab itu, salah satu upaya yang harus dilakukan orangtua adalah mengimbangi kemampuan teknologi anaknya. "Orangtua tidak boleh gaptek. Kita hidup di revolusi teknologi yang kecepatannya melebihi desah napas kita. Maka kita jangan mengajarkan menggunakan cara 20 hingga 30 tahun lalu, " tegas Elly. Tindakan preventif itu terangkum dalam konsep awareness, knowledge, attitude, practise (AKAP). Di mana, menurut Elly, tindakan preventif dimulai dengan kewaspadaan orangtua akan situasi yang terjadi, mengikuti seminar-seminar sehingga menambah pengetahuan, dan dapat mencontohkan tindakan-tindakan yang baik kepada si anak. Menurut Elly, hal ini wajib dilakukan para orangtua mengingat ada faktor yang miss pada penyuluhan tentang seksualitas bagi anak-anak dan remaja saat ini. "Pemerintah menyatakan pendidikan seks dimulai sejak umur 13 hingga 21 tahun karena dianggap anak tersebut telah memasuki fase dewasa. Padahal kenyataannya, 52 persen anak perempuan menstruasi pada usia 9 tahun, 48 persen anak laki-laki mimpi basah umur 10-11 tahun, sehingga tidak masuk kategori di atas," katanya. Berdasarkan suatu penelitian terhadap anak-anak sekolah pada 2006, sebanyak 67 persen anak kelas 4 sampai 6 mengaku sudah melihat pornografi. Sekitar 24 persen di antaranya diakses dari komik dan 22 persen dari internet. Sementara di antara mereka yang melihat pornografi, sebanyak 44 persen mengaku

merasa jijik, sedangkan 22 persen merasa sudah biasa. http://health.kompas.com/read/2010/10/04/09060610/Ortu.Gaptek.Anak.Rentan.Adiksi.Pornografi JAKARTA, KOMPAS.com Tanda-tanda anak atau remaja yang mengalami kecanduan pornografi tidak sepenuhnya kasat mata. Para orang tua wajib mewaspadai tanda-tanda tersebut supaya dapat segera dilakukan penanganan dan pencegahan. Menurut psikolog keluarga Elly Risman, Psi, di sela-sela acara "Mengenali dan Mengatasi Adiksi Pornografi pada Anak dan Remaja" di Universitas Paramadina, Kamis (30/9/2010) kemarin, setidaknya ada delapan tanda seorang anak atau remaja yang keranjingan gambar, film atau materi berbau pornografi. Inilah ciri-ciri anak yang sudah teradiksi: 1. Suka menyendiri 2. Bicara tidak melihat mata lawan bicara 3. Prestasi di sekolah menurun 4. Suka berbicara jorok 5. Berperilaku jorok (menarik tali bra, menyenggol dengan sengaja bagian-bagian tubuh tertentu, dll) 6. Suka berkhayal tentang pornografi 7. Banyak minum dan banyak pipis 8. Suka menonton, bila dihentikan akan mengamuk (tantrum) Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Randall F Hyde, PhD, pakar penanganan adiksi pornografi, memberikan beberapa cara mendeteksi anak atau remaja yang telah teradiksi pornografi. "Yang pertama adalah catatan history (di komputer) menunjukkan banyak web yang berhubungan dengan pornografi," ujarnya. Para orang tua juga dapat menggunakan teknik yang disebut "tinta tumpah". "Kita sengaja menumpahkan tinta di kertas dan meminta anak menyebutkan gambar apa yang tercipta melalui tumpahan tinta tersebut. Karena hal yang ia jelaskan merupakan asosiasi dari realita yang ia ketahui," terangnya. Cara lain adalah dengan meminta anak untuk menggambar dirinya (laki-laki atau perempuan). Randall bilang, orang tua patut curiga kalau seorang anak mampu menggambar dan menerangkan dengan baik bagian-bagian tubuh tertentu di luar pengetahuan seksual anak seusianya. Untuk mencegah adiksi pornografi, Randall sangat menyarankan para orang tua untuk menjalin komunikasi yang lebih dekat. "Bermain merupakan cara efektif menimbulkan ikatan batin yang membuat anak terproteksi dari hal buruk," kata Randall. http://health.kompas.com/read/2010/10/01/16220239/Mendeteksi.Anak.Kecanduan.Pornografi JAKARTA, KOMPAS.com Adiksi terhadap pornografi dapat menyerang siapa saja, tidak terpengaruh umur, kelas sosial, kepribadian, dan karakter. Meskipun demikian, tipe orang yang cerdas, sensitif, dan spiritual perlu berhati-hati karena tipe pribadi inilah yang paling rentan terpapar adiksi pornografi. Hal tersebut diumgkapkan Randall F Hyde Ph.D, pakar penanganan adiksi pornografi, di sela acara "Mengenali dan Mengatasi Adiksi Pornografi pada Anak dan Remaja" di Universitas Paramadina, Kamis (30/9/10) kemarin. "Keadaan itu bisa terjadi karena diawali rasa penasaran seseorang akan gambar porno, tapi kemudian mereka merasa bersalah dan malu sehingga menimbulkan pemyimpangan obsesif kompulsif," kata Randall. Yang dimaksud penyimpangan obsesif kompulsif adalah ketakutan pada pikiran atau gambaran. "Pertama kali akan merasa jijik, tetapi di sisi lain ada perasaan semakin jijik semakin ingin lihat. Pertama akan jijik, tetapi karena pernah melihat, mereka menjadi penasaran, kejijikan berubah menjadi

rasa penasaran, penasaran berubah menjadi nafsu," kata Randall. Di sisi lain, yang ketiga tipe ini sulit untuk disembuhkan karena, "Ia (ketiga tipe pribadi) akan menyembunyikannya. Karena orang tipe itu ingin dihormati. Itu yang menjadikan kenapa mereka main pornografi di kamarnya sendiri. Karena setelah merasa bersalah, mereka berusaha menutupi, berusaha tidak memikirkan, dan melupakannya," kata Randall. Padahal, menurut Randall, "Otak kita dibuat Tuhan ketika kita berusaha tidak memikirkan sesuatu, tetapi hal itu justru datang pada kita. Rasa khawatir dan berusaha melupakannya justru membuat kita semakin mengingatnya." Menurut Randall, saat seseorang melihat pornografi, ada 3 hormon yang dilepaskan. "Pertama, dopamin yang memusatkan pada apa yang kita sukai, meningkatkan ingatan pada hal-hal yang berarti dan menguncinya dalam otak kita. Kedua, oksitosin akan membuat keterikatan sehingga tidak akan bisa melepaskan hal itu. Ketiga, enndorfin kemudian memunculkan perasaan kedamaian yang pada akhirnya menjerat seseorang dalam pornografi," kata Randall. "Itulah kenapa orang-orang yang pintar, sensitif, dan spiritual tidak bisa lepas dari pornografi," kata Randall. "Karena seperti sudah ada skema dalam otak mereka. Meskipun merasa damai, mereka memiliki rasa bersalah sehingga ingin melupakan. Semakin ingin melupakan, semakin menghindari. Sementara orang yang menghindari tidak akan bisa disembuhkan," kata Randall. http://health.kompas.com/read/2010/10/01/11501230/Orang.Pintar.Mudah.Kecanduan.Pornografi KOMPAS.com Mendapati istrinya bertukar informasi perihal pornografi dengan teman-temannya di BBM, ia sangat terkejut karena sehari-hari sang istri tidak begitu. la sampai khawatir bahwa istrinya selingkuh atau mengalami kelainan seks. Apa yang sesungguhnya terjadi? "Saya ingin bertanya tentang istri saya. Dia senang sekali ber-BBM-an (Black Berry Messenger) dengan teman-temannya. Di luar dugaan, isi BBM-nya banyak tentang cerita atau kata-kata porno, bahkan ada beberapa gambar seperti orang sanggama. Saya kaget karena setahu saya, istri bukan tipe orang seperti itu. Bahkan, kalau saya cerita atau menunjukkan gambar porno, dia seperti tidak tertarik. Waktu saya tanya soal itu, istri bilang cuma iseng saja. Terus terang, saya takut istri selingkuh gara-gara kebablasan BBM seperti itu. Apakah dengan BBM-an porno seperti itu istri bisa terangsang? Mungkinkah dia mengalami kelainan seks, sehingga merasa puas dengan melihat gambar porno, sedangkan sehari-hari di rumah tidak begitu? Selama ini hubungan intim kami tidak ada masalah. Paling sedikit seminggu sekali kami lakukan, dan saya yakin istri juga puas. Umur istri 45, saya 49 tahun. Apakah ada akibat tidak baik bagi istri, ataukah saya biarkan saja?" NL, Surakarta Kesimpulan berlebihan Saya dapat mengerti kalau Anda terkejut mengetahui istri Anda suka bercerita porno dan melihat, mungkin juga bertukar gambar porno. Masalahnya, sepengetahuan Anda, istri Anda tidak suka melakukan itu.

Anda katakan istri Anda "bukan tipe orang seperi itu". Artinya, dalam kehidupan sehari-hari dengan Anda, dia tidak suka bercerita porno, apalagi melihat gambar porno. Pertanyaan yang justru muncul di benak saya, mengapa dengan Anda dia tidak suka bercerita apalagi melihat gambar porno, sedangkan dengan orang lain di BBM suka? Mungkin karena dia malu kalau harus langsung bicara atau nonton gambar porno bersama Anda. Melalui BBM dia tidak langsung melihat lawan bicaranya. Jadi tidak perlu merasa malu atau canggung. Tentu dugaan saya ini salah, kalau ternyata dengan orang lain dia tidak canggung atau malu bercerita porno atau melihat gambar porno. Namun, ketakutan Anda bahwa istri akan selingkuh gara-gara berBBM-an soal cerita dan gambar porno tampaknya berlebihan. Saya pikir sangat berbeda antara bercerita porno dan bertukar gambar porno di dunia maya lewat BBM dengan melakukan perbuatan selingkuh dalam dunia nyata. Meski demikian, saya juga tidak menafikan bahwa dari dunia maya kemudian dapat menjadi perbuatan dalam dunia nyata. Banyak contoh pertemuan yang diawali dengan pertemanan di dunia maya. Banyak orang yang memanfaatkan teknologi internet, termasuk BBM, sebagai media untuk mengekspresikan diri kepada orang lain yang sangat bersifat pribadi sehingga bebas melakukannya. Apakah kalau istri Anda dibiarkan dengan kesenangannya itu dapat menimbulkan akibat buruk, saya tidak dapat memastikan. Mungkin saja tidak akan menimbulkan akibat apa pun, kalau apa yang dia lakukan itu tidak menimbulkan pengaruh apa pun bagi dirinya. Seperti pengakuan dia, "cuma iseng saja". Sebaliknya, dapat saja terjadi kalau dari keisengan itu dia menjadi tertarik untuk bertemu dengan teman BBM-nya. Yang terbaik adalah tidak ada perbedaan antara apa yang dia lakukan lewat BBM dengan kehidupan sehari-hari dengan Anda. Kalau Anda dapat mengetahui mengapa istri sangat berbeda dalam hal bicara porno antara di rumah dengan di BBM, perbedaan ini dapat ditiadakan, dan Anda tidak akan terkejut lagi. Konsultasi rubrik seks dengan Prof Dr dr Wimpie Pangkahalia, SpAnd http://health.kompas.com/read/2010/01/15/12281530/Bila.Istri.Suka.BBM.Porno KOMPAS.com Generasi remaja sekarang adalah generasi yang akrab dengan kemajuan teknologi dan informasi. Seni berkomunikasi pun berubah. Remaja masa kini lebih banyak memanfaatkan teknologi untuk bersosialisasi karena lebih cepat dan murah dengan jangkauan luas. Namun, kemajuan itu ternyata membawa dampak negatif. Salah satunya adalah pornografi dan pergaulan bebas. Hal tersebut diungkapkan oleh para peneliti dari Amerika Serikat yang melakukan survei tertutup terhadap 4.200 siswa di 20 SMA di Cleveland, AS. Dalam survei tersebut terungkap bahwa satu dari lima siswa termasuk hyper-texter (mengirim SMS lebih dari 120 kali dalam sehari) dan satu dari sembilan siswa adalah hyper-networker atau mereka yang menghabiskan waktunya lebih dari tiga jam di Facebook atau situs pertemanan lainnya. Kebanyakan adalah remaja putri. Remaja yang tergolong hyper-texter ternyata lebih rentan terhadap pergaulan bebas dan kecanduan alkohol serta narkoba dibanding remaja dengan frekuensi mengirim SMS biasa saja. Mereka juga lebih

rentan terlibat dalam perkelahian dan penggunaan narkoba. Bagaimana dengan remaja yang hyper-networker? Ternyata mereka lebih rentan terlibat dalam perilaku yang berisiko seperti kecanduan alkohol atau perkelahian. Remaja yang kecanduan ber-SMS atau aktif dalam jaringan pertemanan sosial pada umumnya adalah remaja yang kurang pengawasan dari orangtuanya. "Bila orangtuanya memonitor aktivitas anaknya dalam ber-SMS atau situs pertemanan, maka aktivitas lainnya pasti juga akan dimonitor," kata Dr Scott Frank, kepala peneliti. Temuan lain menyebutkan bahwa remaja hyper-texter dan hyper-networker itu biasanya adalah remaja dari orangtua tunggal atau berpendidikan rendah. Mereka juga biasanya memiliki karakter impulsif dan tidak tahan terhadap tekanan teman sebayanya. Sumber : daily mail Share107

http://health.kompas.com/read/2010/11/10/13242380/FB.dan.SMS.Picu.Seks.Bebas.Remaja.

KOMPAS.com Facebook (FB) dan SMS sudah bukan barang asing di negeri tercinta ini. Teman, sahabat, mantan kekasih, kecengan masa remaja yang sudah puluhan tahun berlalu tidak bertemu dan tidak bersapa tiba-tiba datang di depan mata tanpa jarak. Kita bisa bercengkerama, berhalo-halo, bernostalgia, berbagi pengalaman, curhat, tanpa dibatasi ruang dan waktu lagi. Banyak sisi positif yang bisa kita raih, banyak pula sisi negatif yang bisa berpengaruh, bahkan banyak pula kejadian fatal yang bisa diakibatkannya. Sisi positif antara lain: - Tali silaturahim yang pernah terbina pada masa lalu nyambung kembali. Banyak hal yang akan diceritakan dan didiskusikan, bahkan ditertawakan dengan ceria. Cerita-cerita lama yang lucu akan muncul kembali, menambah keceriaan pertemuan di alam maya. - Hambatan dalam berkomunikasi dengan cara berhadapan dengan sendirinya bisa diciptakan tanpa kesulitan. Komunikasi tertulis tanpa memandang orang yang diajak berkomunikasi memang membuka peluang bagi seseorang untuk lebih lancar dan mengalir. Hal positif lain sebagai akibatnya adalah bahwa komunikasi alam maya menjadi tempat berlatih menyusun kalimat dengan baik dan bahkan tempat berlatih merayu tanpa harus menanggung rasa malu. - Ungkapan-ungkapan bebas mengalir tanpa hambatan dan diwarnai oleh rayuan-rayuan kecil, terutama bila pada masa lalu pernah terjadi hubungan yang agak istimewa atau salah satu dari yang berkomunikasi pada dasarnya tertarik dengan lawan berkomunikasinya. Bahkan, pada pasangan alam maya yang baru dikenal pun mungkin saja berkembang ke arah komunikasi tertulis yang diselingi rayuan-rayuan pula. Bagi orang yang pada dasarnya kurang mampu bergaul, melalui FB bisa mendapat kesempatan mendapatkan kenalan baru.

Kasus 1: Ibu, sudah dua tahun ini saya merasa tidak berdaya, merasa hampa, enggan melakukan apa pun, malas, tidak tahu apa yang sebenarnya diharapkan dari hidup ini. Kadang tersirat keinginan untuk mati saja, rasanya hidup saya tidak berharga lagi. Saya merasa teman-teman hanya mengambil manfaat atas hidup saya, dan tidak satu teman pun yang betul-betul mengerti saya. Walaupun umur saya sudah 30 tahun, saya tidak pernah berniat untuk mencari pacar dari dunia maya, tetapi orang ini terus-menerus menghubungi saya sehingga lama-lama saya jadi terbiasa setiap hari sekitar satu-dua jam berkomunikasi melalui FB dan akhirnya juga menggunakan SMS. Lama-kelamaan saya merasa nyaman punya teman yang setiap pulang kantor dapat dihubungi. Segala hal yang saya alami dalam satu hari saya ceritakan, begitu pula halnya dengan X. Saya merasa cocok, dan rupanya dia juga merasa cocok, lama-lama komunikasi berkembang dan diisi dengan saling merayu dan memuji cara saya berkomunikasi dan sesekali mengatakan bahwa saya tampak cantik di foto yang ada di FB. Saya memberi tahu X mengenai ciri fisik saya, dan katanya tinggi badan dia hanya berbeda 2 cm dari diri saya. Perasaan saya waktu itu benar-benar penuh dan saya merasa hidup terasa berarti dan penuh. Pada suatu hari Minggu kita sepakat bertemu di sebuah restoran. Pada awal pertemuan, dia mengamati saya dari ujung kaki sampai ujung rambut dan berkomentar, Saya kira kamu tidak setinggi ini.... Memang kecuali tinggi badan saya lebih dari kebanyakan tinggi badan perempuan lain, badan saya pun tampak besar, sementara walaupun hanya beda 2 cm, karena badan X agak ramping, jadi saya terlihat jauh lebih tinggi. Kami memesan makanan, tapi terus terang saya agak kecewa karena ternyata X agak pendiam sehingga relasi kami terasa kaku. Setelah pesanan makanan kami habiskan, X langsung pamitan, dengan alasan ada janji di kotanya dengan seorang teman. Ibu, saya sangat terkejut ketika seminggu kemudian X mengubah statusnya yang tadinya single menjadi in-relationship. Satu bulan kemudian X menikah dan mengakhiri hubungan dengan saya. Saya benar-benar sedih, merasa kehilangan teman bicara dan kehilangan seseorang yang selama enam bulan terakhir mengisi hati saya. Sejak itu sering saya menangis sendiri, bahkan tanpa terasa air mata sering berlinang. Ibu, saya patah hati, saya sedih dan saya merasa kehidupan ini tidak berarti lagi..., demikian K (30 tahun). Kasus 2: Ibu, istri saya selingkuh, saya tidak mau memaafkannya, saya benar-benar mau cerai dengannya. Saya perhatikan beberapa bulan terakhir ini ia selalu sibuk dengan laptopnya, katanya dia berhubungan dengan bekas teman-teman sekelasnya saat di SMA. Tadinya saya pikir biasa saja dan saya tidak curiga sama sekali, tetapi pagi tadi saya lihat dia mencharge ponselnya, ketika saya keluar dari kamar mandi, dia cepat-cepat mencabut charger-nya dan berusaha menyembunyikan ponselnya di kantong daster yang dia pakai. Melihat gelagatnya yang gugup, saya jadi curiga dan minta ponsel yang dia pegang, tapi dia tidak memberikan, bahkan membawanya keluar. Saya tambah curiga dan saya berusaha merebutnya. Tentu saja tenaga saya lebih kuat, serentak saya buka isi ponselnya mengerikan, I love u, I miss you, dsb.

Saya penasaran dan saya buka inbox-nya, ternyata ada perjanjian ketemu di satu mal. Setelah saya tanya beberapa kali, baru dia mengaku bahwa mereka sudah tiga kali bertemu. Rupanya lelaki yang sebenarnya sudah menikah itu naksir istri saya saat masih di SMA, tetapi tidak cukup percaya diri untuk melakukan pendekatan karena banyak lelaki lain yang berminat dengan istri saya. Kami sebenarnya sudah 24 tahun menikah dan punya dua anak yang sudah cukup dewasa, tapi saya tidak mau melanjutkan perkawinan saya. Anak-anak sudah dewasa. Kalau saya ceritakan bahwa ibunya selingkuh, pasti mereka memahami kalau saya mau menceraikan ibunya..., demikian L (53 tahun). Analisis: Dua kasus di atas adalah contoh konkret dari banyak kasus oleh ekses penggunaan FB dan SMS yang sangat tidak kita inginkan. K menderita depresi yang membutuhkan bantuan psikologik berlanjut dan keluarga L menjadi rentan terhadap perceraian akibat penyalahgunaan FB dan SMS, dengan dua anak kandung yang juga nyaris menjadi korban perceraian kedua orangtuanya. Jadi rupanya hal yang harus kita sadari adalah bahwa alat komunikasi canggih baru akan terasa kecanggihannya bila kita mampu memanfaatkannya dengan penuh rasa tanggung jawab dan terkendali. Sawitri Supardi Sadarjoen Psikolog http://health.kompas.com/read/2009/07/06/09541734/FB.dan.SMS.Bibit.Selingkuh. Sejak diluncurkan 4 Februari 2004, situs jejaring sosial facebook telah memikat jutaan hati penggunanya. Mulai siswa sekolah, ibu rumah tangga, selebriti, hingga politisi, kini memiliki jejaring sosial facebook. Berkat kemajuan teknologi, kini kita pun dapat memperbarui status facebook dan mengomentari foto setiap saat. Rasanya, kini ada yang kurang bila setiap hari tidak masuk ke situs ini dan melakukan aktivitas "facebook-ing". Manfaat facebook memang tak cuma untuk pergaulan, tapi juga sarana komunikasi, mencari pekerjaan, hingga kampanye. Sayangnya kesibukan mengutak-atik facebook membuat banyak orang kini lebih banyak menghabiskan waktu ketimbang bekerja. Tak heran bila banyak perusahaan yang mulai menerapkan kebijakan mengeblok situs ini di kantor. Sebuah penelitian juga menunjukkan adanya kaitan antara facebook dengan meningkatnya angka perceraian di Inggris dan Australia. Nah, apakah Anda termasuk dalam orang yang hidupnya mulai dikendalikan facebook? Simak 10 tanda berikut ini. 1. Facebook telah menjadi homepage internet di komputer atau laptop Anda. 2. Anda mengubah status lebih dari dua kali sehari dan rajin mengomentari perubahan status teman. 3. Daftar teman Anda sudah melebihi angka 500 orang dan setengahnya hampir tidak dikenal. 4. Bila sedang jauh dari komputer, Anda mencek facebook melalui BlackBerry, iPhone, atau ponsel pintar lainnya. 5. Rajin membaca profil teman lebih dari dua kali sehari, meski ia tidak mengirimkan pesan atau men-

tag Anda di fotonya. 6. Anda mengubah profile foto lebih dari 12 kali. 7. Anda membaca artikel ini sambil mencek facebook. 8. Anda membersihkan "wall" agar terlihat sudah lama tidak masuk ke fb. 9. Anda menjadi anggota lebih dari 10 grup dan merespons setiap undangan meski sebenarnya tak berminat. 10. Anda mengubah status hubungan hanya untuk meningkatkan popularitas di facebook. http://health.kompas.com/read/2009/02/16/10531962/10.Tanda.Kecanduan.Facebook NEW YORK, KAMIS - Dampak negatif dari radiasi telepon selular kembali mendapat sorotan. Kali ini, sebuah riset mengklaim penggunaan ponsel yang berlebihan dapat mempengaruhi kualitas sperma. Kaitan penggunaan ponsel dan kualitas sperma diungkap oleh para ahli melalui riset pendahuluan di Cleveland Clinic, Amerika Serikat. Dengan melibatkan 361pasien klinik, peneliti menemukan bahwa semakin lama pria menggunakan ponsel setiap hari, semakin menurun jumlah sel sperma dan semakin besar pula prosentase jumlah sperma abnormal. Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Fertility and Sterility ini merupakan fakta lain yang mempertanyakan dampak potensial penggunaan ponsel atau alat-alat nirkabel terhadap kesehatan. Beberapa riset sebelumnya kerap menghubungkan radiasi ponsel dengan timbulnya gangguan kesehatan seperti penyakit susah tidur atau tumor otak. Walau begitu, ada pula riset lainnya yang tidak menemukan hubungan ponsel dengan problem kesehatan. Yang menjadi kekhawatiran selama ini adalah energi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan ponsel secara teoretis dapat mempengaruhi sel-sel tubuh. Apalagi juga digunakan dalam waktu lama, ponsel dikhawatirkan mengganggu jaringan dengan cara merusak DNA. Tetapi temuan para ahli di Cleveland ini tidak memberikan bukti bahwa radiasi ponsel dapat merusak sperma. "Hasil penelitian kami menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara penggunaan ponsel dengan penurunan kualita semen. Namun begitu, ini tidak membuktikan adanya hubungan sebab akibat," ungkap pimpinan riset, Dr Ashok Agarwal. Dalam penelitiannya, Agarwal beserta tim meneliti sampel semen dari 361 pria yang mengunjungi klinik infertilitas selama sekitar setahun. Peneliti juga mengadakan semacam kuisioner kepada seluruh partisipan untuk menanyakan soal kebiasaan menggunakan ponsel. Secara umum, peneliti menemukan bahwa jumlah dan kualitas sel sperma cenderung menurun seiring meningkatnya jumlah waktu penggunaan ponsel. Pria yang dalam kuisioner mengaku menggunakan ponsel rata-rata empat jam sehari tercatat memiliki rata-rata jumlah sel sperma terendah serta jumlah sel normal/aktif terendah. "Kami mengasumsikan dari hasil penelitian ini bahwa penggunan ponsel yang berlebihan berhubungan dengan rendahnya kualitas semen," kata Agarwal. Tetapi apakah ponsel dapat secara langsung mempengaruhi kesuburan pria masih belum jelas.

Agarwal mengatakan, timnya juga saat ini tengah melakukan dua riset lanjutan untuk mempertegas asumsi tersebut. Pada riset pertama, peneliti menyinari sampel semen dengan radiasi elektromagnetik dari ponsel untuk melihat dan mengetahui dampak apa yang akan terjadi. Sedangkan pada riset kedua, peneliti akan meneruskan riset awal dengan melibatkan jumlah pria yang lebih banyak. Menurut Agarwal, riset ini juga akan memperhitungkan faktor lain yang akan mempengaruhi seperti gaya hidup (lifestyle) serta risiko yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat mempengaruhi kualitas sperma. Sumber : REUTERS Share11

http://health.kompas.com/read/2008/02/08/14323354/Ponsel.Pengaruhi.Kualitas.Sperma.

LONDON, SENIN - Radiasi ponsel sejak lama memang diduga memberi pengaruh buruk terhadap kesehatan. Kali ini sebuah riset menunjukkan bahwa radiasi ponsel dapat mempengaruhi kualitas tidur. Seperti diwartakan BBC, Senin (21/1), sebuah penelitian yang didanai perusahaan-perusahan ponsel mengidikasikan bahwa radiasi dari handset dapat menimbulkan sejumlah gangguan seperti insomnia, sakit kepala dan pusing-pusing. Radiasi juga dapat menurunkan durasi tidur lelap sehingga mengganggu kemampuan tubuh Anda untuk memulihkan diri. Adalah para ahli dari Karolinska Institute di Swedia dan Wayne State University di Amerika Serikat yang melakukan riset tentang radiasi ini dengan dukungan dana dari Mobile Manufacturers Forum. Para ahli melibatkan sebanyak 35 pria dan 36 wanita berusia18 hingga 45 sebagai partisipan dalam penelitian. Selama riset, beberapa partisipan dikondisikan untuk mendapatkan efek radiasi yang setara dengan jumlah yang diterima ketika seseorang menggunakan ponsel. Beberapa partisipan lain juga harus menjalani kondisi serupa, namun tanpa diberi efek radiasi. Setelah simulasi tersebut terungkap bahwa partisipan yang diberikan efek radiasi membutuhkan waktu yang lebih lama untuk masuk ke tahap pertama dari beberapa tingkatan tidur nyenyak (deep sleep). Partisipan ini juga menghabiskan waktu sebentar saja pada tahap tidur paling dalam. "Riset mengindikasikan bahwa dengan pemberian efek radiasi di laboratorium menggunakan sinyal wireless 884 MHz penting artinya komponen tidur untuk dapat memulihkan diri dari pengaruh buruk akibat pemakaian sehari-hari," ungkap peneliti dalam kesimpulannya. Salah satu peneliti, Profesor Bengt Arnetz, mengatakan "Riset ini mengindikasikan dengan kuat bahwa penggunaan ponsel berhubungan dengan perubahan khusus pada bagian otak yang berfungsi mengaktifkan dan mengkoordinasikan sitem stres. Teori lainnya yang muncul adalah adalah radiasi dapat mengganggu produksi hormon melatonin, yang berfungsi mengatur ritme tubuh secara internal.

Dari riset ini pun terungkap bahwa setengah dari total partisipan mengalami gangguan yang disebut elektrosensitif. Mereka mengalami beberapa gejala seperti sakit kepala, gangguan fungsi kognitif akibat penggunaan ponsel. "Bukti-bukti sekarang semakin menguatkan bahwa kita seharusnya menangani masalah ini dengan cara yang sifatnya mencegah. Riset ini menganjurkan jika Anda memang harus menelepon di malam hari, akan lebih baik menggunakan telepon kabel, dan jangan simpan ponsel Anda di meja dekat tempat tidur," ungkap Alasdair Philips direktur Powerwatch, yang meneliti dampak bidang elektromagnet terhadap kesehatan. Mike Dolan, direktur eksekutif Mobile Operators Association, justru menilai hasil riset ini tidak konsisten dengan hasil penelitian lainnya. "Ini hanyalah sedikit bagian saja dari teka-teki ilmiah yang sangat besar. Ini hanyalah efek yang sangat kecil, seorang peneliti cenderung menilainya tidak lebih dari sebuah efek yang timbul dari secangkir kopi," ungkapnya. Pada September lalu, sebuah riset selama enam tahun yang dilakukan UK Mobile Telecommunications dan Health Research Programme (MTHRP) di Inggris menyimpulkan bahwa penggunaan ponsel tidak menimbulkan risiko jangka pendek pada otak. Namun begitu, para peneliti mengatakan mereka tidak mengesampingkan adanya kemungkinan risiko jangka panjang yang dapat menimbulkan kanker. Sumber : BBC Share8

http://health.kompas.com/read/2008/01/22/10172721/Radiasi.Ponsel.Ganggu.Tidur.Anda KOMPAS.com Beberapa sekolah di Australia didesak menyediakan kelas khusus untuk mempelajari Facebook dan Twitter. Rencana tersebut diajukan dengan alasan untuk mencegah kekerasan di ranah cyber dan kriminalitas di dunia online. Asosiasi orangtua di beberapa negara telah mengimbau sekolah-sekolah di sana untuk mengajarkan siswa tentang etiket berinternet serta cara memproteksi privasi dan konten-konten yang sensitif. Langkah tersebut dilakukan setelah terjadi serangkaian kasus bunuh diri di Australia yang diduga akibat dampak dari cyber bullying (kekerasan di dunia cyber), serta posting konten rasial dan seksual. Pendidikan menggunakan Facebook dan Twitter akan diajarkan di sekolah-sekolah di Australia untuk melengkapi kelas internet sehat yang telah dimulai sebelumnya. Sebuah sekolah khusus laki-laki di Sidney bahkan pernah mengirim surat kepada orangtua murid untuk mengingatkan bahwa anak-anak mereka masih kurang dewasa dalam memahami konseksuensi dari tindakan mereka di situs jejaring sosial. Asosiasi orangtua dan masyarakat di New South Wales yang mewakili orangtua dari sekitar 2.200 sekolah telah meminta kepada pemerintah agar secara resmi memasukkan kelas jejaring sosial dalam kurikulum pendidikan di Australia. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan siswa lebih selektif dalam menyebarkan tautan-tautan yang sensitif serta menulis status yang memancing pertengkaran atau permusuhan. "Anak-anak terlibat dalam tindakan tanpa memikirkan konsekuensi," ujar seorang juru bicara asosiasi, David Giblin. "Cyber bullying bukan masalah yang mudah hilang dan dilupakan. Anak-anak yang

merasa tertekan karena mengalami pelecehan dan kekerasan di dunia maya akan merasa terintimidasi dan depresi. Hal ini dapat menjurus pada tindakan bunuh diri," tambahnya. Thomas Tudehope, seorang analis sosial media, mengatakan, cyber bullying di sekolah-sekolah Australia sudah melebihi batas kontrol, dan wajib untuk segera dibuatkan kurikulum khusus agar anakanak bisa lebih mengerti cara menggunakan internet dengan bijak. "Kami berisiko kehilangan generasi muda Australia apabila hal ini tidak segera direalisasikan. Anak muda Australia harus memiliki keprihatinan terhadap orang lain," ujarnya. Asosiasi orangtua juga menambahkan bahwa kelas khusus jejaring sosial nantinya juga akan membantu guru yang sering kali tidak menyadari potensi risiko dari situs jejaring sosial bagi para siswanya. Sumber : telegraph.co.uk Share16

http://health.kompas.com/read/2011/07/26/2002479/Facebook.dan.Twitter.Masuk.Kurikulum.Sekolah KOMPAS.com - Perselingkuhan melalui medium Internet bahkan sexting--pengiriman pesan singkat (SMS) atau foto bermuatan seksual melalui e-mail atau ponsel--tidak mampu menggantikan sensasi kontak fisik seperti sentuhan dan tatap muka. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Springer online, Sexuality and Culture. Diane Kholos Wysocki dari University of Nebraska di Kearney dan Cheryl Childres dari Washburn University di Topeka, Kansas, melakukan sebuah survei tentang cara orang menggunakan internet untuk menemukan pasangan seksual. Survei yang ditempatkan pada sebuah situs web khusus bagi pasangan menikah yang mencari pasangan seksual di luar pernikahan itu juga bertujuan untuk menyelidiki aktivitas sexting dan perselingkuhan dalam jaringan. Selama survei berlangsung, sebanyak 5.187 orang dewasa berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan tentang pemakaian internet, perilaku seksual, dan pendapat tentang perilaku seksual di Internet. Topik tentang sexting, perselingkuhan online, dan perselingkuhan dalam dunia nyata sangat menarik minat responden. Hasil survei tersebut mengungkapkan bahwa wanita lebih cenderung terlibat dalam sexting dibandingkan pria. Lebih dari dua pertiga responden pernah melakukan perselingkuhan online saat sedang menjalani hubungan serius, dan lebih dari tiga perempat pernah berselingkuh dalam kehidupan nyata. Selain itu, pria dan wanita ternyata sama-sama cenderung berselingkuh secara online maupun dalam kehidupan nyata saat keduanya memiliki hubungan serius dalam kehidupan nyata. Sementara pria yang lebih tua lebih cenderung untuk berselingkuh di kehidupan nyata dibandingkan pria yang lebih muda. Secara spesifik, Kholos Wysocki dan Childres menemukan, responden lebih tertarik untuk menemukan pasangan kencan maupun seksual dalam kehidupan nyata dibandingkan pasangan virtual di dunia online. Keduanya menyimpulkan, "Meskipun semakin banyak orang memanfaatkan situs jejaring sosial untuk kontak sosial, namun daya tarik terhadap pasangan dalam kehidupan nyata tetap lebih besar. Pada titik tertentu dalam sebuah hubungan, manusia tetap memerlukan kontak fisik dan tatap muka. Bagaimanapun manusia tetaplah makhluk sosial." (Agung Dwi Cahyadi/Science Daily)

Sumber : Share175

http://health.kompas.com/read/2011/06/23/11445574/Manusia.Tetap.Butuh.Kontak.Fisik

NEW YORK, KOMPAS.com Ini adalah peringatan bagi para orangtua yang terlalu bebas dan longgar memberi waktu kepada anak-anak menonton televisi atau bermain komputer. Jangan membiarkan anak-anak terlalu lama di depan layar karena kebiasaan ini dapat menimbulkan risiko lebih besar bagi kejiwaan anak-anak. Menurut sebuah riset di Inggris, kebiasaan anak nongkrong di depan TV atau main komputer lebih dari dua jam sehari akan menimbulkan efek negatif pada kesehatan psikologis mereka. Hasil kajian para ahli dari Universitas Bristol terhadap sekitar 1.000 anak berumur 10 hingga 11 tahun menunjukkan, efek buruk tersebut muncul tanpa dipengaruhi seberapa aktif anak-anak tersebut bermain selama seharian. Pada riset tersebut, pemantauan dilakukan selama lebih dari tujuh hari terhadap intensitas waktu yang dihabiskan anak-anak dalam di depan televisi atau komputer. Dengan metode kuisioner, anak-anak juga harus menjawab pertanyaan yang menjelaskan keadaan jiwa mereka, termasuk emosi, tingkah laku, dan masalah lain yang berkaitan. Para peneliti juga menggunakan pengukur tingkah laku (accelerometer) yang memantau aktivitas fisik mereka. Hasil kajian menunjukkan, anak yang menghabiskan waktu lebih dari dua jam sehari untuk salah satu kegiatan tersebut cenderung mengalami problem psikologis sekitar 60 persen lebih tinggi dibanding mereka yang menghabiskan waktu lebih sedikit. Selisih itu menjadi dua kali lipat bila anak-anak melakukan kedua-duanya (menonton TV dan main komputer) serta menghabiskan waktu lebih dari dua jam untuk tiap-tiap layar tersebut selama sehari. Menurut peneliti, hasil riset ini tidak dipengaruhi jenis kelamin, umur, tingkat pubertas, atau tingkat pendidikan dan kemampuan ekonomi. "Kami menyadari, aktivitas fisik dibutuhkan untuk kesehatan jiwa dan fisik anak. Ada beberapa bukti bahwa menonton layar itu mengakibatkan perilaku negatif. Namun, masih belum jelas apakah tingkat aktivitas fisik dapat "menetralkan" tingginya intensitas menonton layar itu bagi anak," ujar dr Angie Page kepada Reuters Health. Riset juga menunjukkan, problem psikologis terus meningkat jika anak-anak kehilangan waktu untuk berolahraga secara teratur minimal satu jam sehari akibat meningkatnya intensitas tontonan atau permainan komputer. Bagaimanapun, aktivitas fisik tidak dapat mengimbangi konsekuensi kejiwaan dari waktu untuk menonton TV atau main komputer. Walau begitu, Page dan timnya mengakui kalau penelitiannya juga memiliki beberapa keterbatasan, termasuk potensi ketidak-akuratan seorang anak saat mengisi jadwal kegiatan pada kuisioner. http://health.kompas.com/read/2010/10/13/10304010/TV.dan.Komputer.Ganggu.Kejiwaan.Anak JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang ibu terbengong-bengong karena anak lelakinya yang

menginjak usia 17 tahun ingin mengenakan anting. Pasalnya, ia remaja yang baik-baik saja, dan cenderung disukai oleh teman, guru, maupun orangtuanya sendiri karena selalu berperan sesuai harapan. Anting bagi para orangtua tradisional hanya pantas dikenakan wanita. Itulah sebabnya keinginan si remaja pria itu sulit dimengerti oleh sang ibu. Ketika ditanya alasan keinginannya, si anak hanya mengatakan, Kan keren!? Ibu itu baru sedikit mengerti bagaimana arti kata keren ketika suatu saat mereka menikmati paduan suara yang indah, dikomandani seorang konduktor muda, notabene seorang pemuda dengan penampilan macho, meski mengenakan anting di sebelah telinganya. Pada saat itu si anak menyatakan, Keren kan, Bu? Tidak mudah menyelami kehidupan remaja. Apa yang mereka pikir, rasakan, dan lakukan, seringkali berbeda dengan yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh orang dewasa pada umumnya. Dari soal cara berpakaian, model rambut, dan aksesori hingga bagaimana mereka mengembangkan kebiasaan-kebiasaan berperilaku, biasanya mengundang komentar dari orangtua. Dunia mereka penuh angan-angan indah. Namun, apa yang indah bagi mereka itu belum tentu dapat diterima oleh para orangtua. Banyak orangtua yang dibuat khawatir karena perilaku anak remajanya, terutama karena mereka tidak lagi manis seperti ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Bahkan, banyak orangtua dan guru yang cenderung memberikan label kepada mereka sebagai generasi yang sulit diatur. Sebagai orangtua, sudah sepatutnya kita belajar untuk memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh anak-anak kita yang tengah berada dalam masa remaja. Dengan itu keadaan yang menjengkelkan dapat berubah menyenangkan. Perkembangan Psiko-Seksual Kita tahu bahwa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja diawali dengan tanda-tanda kematangan seksual. Bagi remaja, perubahan pada aspek biologis ini merupakan pengalaman yang cukup mengejutkan. Anak perempuan mulai mengalami menstruasi, dan anak laki-laki mulai mengalami mimpi basah. Konsekuensi dari perkembangan hormonal tersebut adalah perasaan-perasaan romantis terhadap lawan jenis. Perkembangan tersebut merupakan peristiwa monumental, yakni membuat mereka mulai menyadari dirinya bukan lagi sebagai kanak-kanak. Ditambah lagi dengan perkembangan kognisi yang semakin lengkap, mampu berpikir secara teoretis/hipotetis, membuat remaja benar-benar mengalami dunia secara baru. Dengan kemampuan kognisinya itu mereka mulai menilai dunianya secara lebih utuh. Mereka membutuhkan orangtua sebagai tempat bertanya dan mendapatkan rasa aman. Di sisi lain, mereka juga dapat menilai orangtuanya secara negatif bila tidak sesuai dengan gambaran ideal mereka. Pada masa ini remaja memasuki masa emansipasi. Mereka mengalami dorongan-dorongan untuk mengekspresikan diri secara orisinal. Mereka memiliki cita rasa baru yang sangat berbeda dengan

ketika kanak-kanak, dan ingin dapat mengekspresikannya sebagaimana adanya. Ada kalanya mereka ingin seperti orang dewasa yang dapat bebas memutuskan segala sesuatu bagi dirinya sendiri. Mereka membutuhkan pengakuan sebagai pribadi yang otonom. Teman Sebaya Dalam keadaan normal, keluarga merupakan satu-satunya tempat berlindung yang nyaman bagi anak. Namun, dengan berkembangnya dorongan untuk memiliki otonomi, mereka mulai menengok dunia di luar keluarga, yakni teman sebaya. Begitu pentingnya teman sebaya bagi remaja, bahkan ada kalanya menjadi sangat penting melebihi keluarga. Hal ini disebabkan di sana mereka lebih bebas berekspresi, dapat bersama-sama mendapatkan pengalaman tentang dunia, dan dapat memperkuat identitas dirinya melalui aktivitas bersama. Contohnya, mereka cenderung sama-sama menolak otoritas yang sewenang-wenang, baik di rumah maupun di sekolah. Mereka sama-sama menyukai keceriaan dan menolak situasi yang menekan. Kesamaan-kesamaan ini memungkinkan mereka untuk saling mendukung, termasuk dalam hal mengekspresikan diri. Mereka sama-sama ingin mencoba hal-hal baru, tidak puas dengan hal-hal yang tradisional, melepaskan diri dari stereotip-stereotip yang dibangun oleh masyarakat. Model rambut, pakaian, sepatu, menjadi sarana mengekspresikan keinginannya akan orisinalitas. Tato pada tubuh tidak lagi diartikan sebagai simbol kebrutalan; gaya punk tidak lagi dimaknai sebagai penampilan anak jalanan; anting tidak harus untuk wanita dan tidak pula dimaknai sebagai simbul gay, dan seterusnya. Bagaimanapun, mengikuti kematangan seksual yang terjadi, mereka ingin dapat mengembangkan perilaku sesuai dengan peran jenisnya, sebagai pria atau wanita secara matang. Di antara teman sebaya mereka dapat mengekspresikan bagaimana perilaku yang matang sesuai tuntutan peran jenisnya. Dalam kebersamaan itu mereka dapat saling memperkuat identitas dirinya. Dalam Psikologi Sosial sangat dimaklumi bahwa seseorang cenderung mengelola keanggotaannya dalam suatu kelompok dalam rangka mengelola konsep diri. Dengan menjadi anggota kelompok, individu akan merasa memiliki identitas sosial yang pasti. Bagi remaja, identitas sosial sangat penting karena mereka masih membutuhkan kepastian siapa dirinya dalam masyarakat agar merasa berharga. Secara keseluruhan, teman sebaya bagi remaja memiliki enam fungsi positif (Kelly & Hansen, dalam Dacey & Kenny, 1997): (a) mengendalikan impuls agresif; (b) mendapatkan dukungan sosial dan dukungan emosional serta kemandirian; (c) meningkatkan keterampilan sosial, kemampuan bernalar, dan mengekspresikan perasaan secara matang; (d) mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan perilaku sesuai peran jenis; (e) memperkuat nilai-nilai dan keputusan moral; (f) memperkuat harga diri (self esteem). @ MM Nilam Widyarini, M.Si Kandidat Doktor Psikologi

http://health.kompas.com/read/2010/04/07/10363343/Remaja.Dunia.Penuh.Ekspresi KOMPAS.com Bukan hanya untuk mencari berita terkini, kegiatan membaca buku, membayar rekening listrik, hingga curhat dengan sahabat di belahan dunia lain kini bisa dengan mudah dilakukan menggunakan fasilitas internet. Rasanya, hidup kita sekarang tak mungkin dipisahkan dari internet. Bahkan, bangun tidur pun yang dilakukan pertama kali adalah membuka internet untuk meng-update status di situs jejaring sosial. Namun, waspadailah bila waktu Anda berselancar di dunia maya ini sudah masuk pada zona kecanduan. Studi teranyar menunjukkan bahwa 1,2 persen orang yang kecanduan internet cenderung mengalami depresi. Kesimpulan ini dihasilkan berdasarkan survei yang dilakukan secara online terhadap 1.310 pengguna internet. Responden dalam survei ini berusia 16-51 tahun. Mereka ditanyai durasi penggunaan internet dan tujuannya. Para responden juga diberi beberapa seri pertanyaan untuk mengetahui apakah mereka menderita depresi. Peneliti menemukan bahwa sejumlah responden mempunyai dorongan tinggi untuk berinternet hingga menggeser kehidupan sosial di dunia nyata. Mereka lebih suka berkomunikasi lewat situs jejaring sosial atau chat room. Sebanyak 1,2 persen responden tergolong dalam pencandu internet. Mereka lebih banyak berinteraksi di situs jejaring sosial, perjudian, atau situs porno. Ketua peneliti, Dr Catriona Morrison, mengatakan bahwa di dunia modern ini internet memegang peran yang sangat penting tetapi diiringi dengan sisi gelap. Para pencandu internet lebih rentan depresi dibanding pengguna internet biasa. "Banyak pengguna internet yang lebih mudah mengurus tagihan rekening, membalas e-mail, atau berbelanja. Namun, mereka juga mengaku sulit membatasi waktunya untuk memakai internet hingga mengganggu kehidupan nyata," paparnya. Morrison mengungkapkan, belum diketahui apakah penggunaan internet yang berlebihan menyebabkan depresi atau mereka adalah orang-orang depresi yang menenggelamkan diri di dunia maya. DrVaugn Bell dari Institute of Psychiatry di King's College London mengatakan, secara definisi, orang yang "kecanduan internet" memang secara emosional tertekan. Dengan demikian, ia berpendapat bahwa hasil studi ini tidak mengejutkan. Studi ini menguatkan studi sebelumnya yang menyatakan bahwa orang yang stres atau dilanda kecemasan cenderung menggunakan internet lebih sering dibanding orang yang emosinya stabil. Menurut para pakar, cara seseorang dalam bersosialisasi akan berdampak pada kesehatan mentalnya. "Para pencandu internet mulai kehilangan makna pertemanan karena menggantinya dengan teman-teman virtual di jejaring sosial. Hal ini mungkin memengaruhi kesehatan mental mereka," kata Sophie Corlett dari Mental Health Charity Mind.

Ia menambahkan, sosialisasi seharusnya dilakukan lewat kegiatan tatap muka, dan interaksi langsung merupakan salah satu faktor yang membuat mental kita selalu dalam keadaan sehat. Biar bagaimanapun, manusia adalah makhluk sosial. http://health.kompas.com/read/2010/02/03/17115665/Pencandu.Internet.adalah.Orang.Stres

Meningkatnya kemudahan mengakses informasi dan banyaknya kesempatan mendapatkan berbagai peralatan serta waktu memberi efek yang cukup mengkhawatirkan bagi anak-anak muda jaman sekarang. Androlog dari Fakultas Kedokteran, Universitas Katolik Fu Jen, Taiwan Dr. Han Sun Chiang, MD menyebut bahwa dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada 2249 siswa sekolah menengah atas di Taipei terungkap sekitar 57 persen para siswa ini telah terbiasa dan merasa nyaman berkencan dengan orang asing lewat internet dan bahkan melakukan hubungan seksual dalam semalam. Yang memprihatinkan, sekitar 5 persen dari mereka bahkan telah terbiasa dengan hubungan seksual semacam. Internet memang sangat membantu, namun sebaliknya penggunaan yang tidak benar justru menambah masalah sosial. Sekarang ini kekerasan seksual malah meningkat, kehamilan yang tidak diinginkan lebih kerap terjadi, penularan penyakit menular seksual tidak bisa terelakkan lagi, jelas Han dalam Kongres. Karena itu, tambah Han, inilah kesempatan baik untuk memanfaatkan internet sebagai ruang konsultasi sekaligus sarana pendidikan seksual bagi para remaja. Bahkan bagi orang dewasa, cyber sexual counseling atau konsultasi lewat internet merupakan sarana yang sangat membantu. Di Taiwan, menurut Han, situs resmi yang dikelola pemerintah yang menyediakan informasi seputar bidang urologi dan seksual telah didirikan sejak tahun 2004. Sampai Februari tahun 2005 lalu, lebih dari 30 pertanyaan terkumpul dan 86 persen berisi seputar persoalan seksual. Kita percaya bahwa dalam era internet ini, cyber sex menjadi tren bagi berkembangnya kebiasaan seksual. Namun dengan internet pula, pendidikan lewat sarana ini pun bisa diterapkan pada generasi muda. Di masa yang akan datang, campur tangan media seperti konsultasi seksual lewat internet pasti akan berjalan lebih efektif lagi untuk menyelesaikan berbagai masalah seksualitas dalam masyarakat kita, jelas Han panjang lebar. Internet memang menyediakan kesempatan bertemunya antarpribadi, tidak pandang tempat karena akses sudah bisa dilakukan di mana-mana dan peralatan yang semakin portable, rahasia terjaga, dan yang paling penting informasi bisa disimpan dan didokumentasikan. (GHS/ABD) http://health.kompas.com/read/2008/01/16/19370080/Cyber.Seks.di.Persimpangan.Antara.Mendidik.da n.Merusak KOMPAS.com - Menginginkan segala sesuatu serba cepat dan praktis, tanpa perlu bersusah payah, menjadi ciri kuat generasi sekarang. Padahal, kematangan kerja hanya bisa didapat melalui proses. Bagaimana membuat mereka paham? Ibu Dewi, saya bekerja di sebuah media penyiaran yang lumayan besar di Jakarta. Kurang lebih satu

tahun ini saya diberi kepercayaan menduduki jabatan pimpinan di salah satu unit yang membawahi bidang produksi dan penyiaran. Pekerjaan ini sangat cocok untuk saya. Sebab, selama delapan tahun di perusahaan ini saya menikmati menekuni bidang tersebut. Pengalaman yang saya anggap baru dalam jabatan ini adalah bahwa saya harus bertanggung jawab dalam segala hal yang berkaitan dengan keberhasilan unit saya, membuat rencana, mengambil keputusan, termasuk menerima dan mendidik staf baru. Tanggung jawab yang sebelumnya tidak pernah saya lakukan. Banyak sekali yang masih perlu saya pelajari. Meski demikian, ada satu hal yang ingin saya tanyakan berkaitan dengan tanggung jawab menghadapi staf yang ada di unit saya. Sebagai contoh, ada staf yang mengklaim bahwa mereka seharusnya menduduki posisi yang lebih tinggi dari jabatannya saat ini. Ada lagi calon karyawan baru, masih dalam masa percobaan tetapi merasa kurang layak mengerjakan tugas yang diberikan. Ia akhirnya mengundurkan diri setelah dua minggu bekerja dengan alasan kecewa karena mendapat pekerjaan yang kurang sesuai dengan tingkat pendidikannya. Padahal, semua orang yang bekerja untuk bidang itu harus menjalani hal yang sama dari bawah. Di mana letak kesalahan saya sebagai atasan? Salahkah kalau saya punya kesan bahwa mereka terlalu cepat ingin berhasil dan tidak mau belajar dari bawah? Untuk saya hal ini jadi masalah karena menjadi sulit mendapatkan orang baru yang diperlukan di unit saya. Waktu saya ceritakan hal ini kepada salah seorang rekan, ia juga punya pengalaman yang kurang lebih sama. Saya pernah mendengar ada teman yang menyebutkan ini sebagai budaya instan. Betulkah demikian? Apa maksud budaya instan di sini? Yang juga ingin saya tanyakan, bagaimana cara yang baik untuk meyakinkan karyawan di unit saya bahwa bekerja di tempat seperti yang mereka masuki itu tidak mudah? Terima kasih. Rano, Jakarta Budaya Instan Saudara Rano, paling tidak ada tiga pertanyaan yang Anda ajukan dalam surat. Yang pertama adalah apa itu budaya instan. Kedua, mengapa banyak sekali karyawan yang tidak mau bersusah payah dan sebaliknya ingin segera menduduki posisi tinggi. Yang ketiga, bagaimana cara menyakinkan karyawan bahwa keberhasilan itu bukan hal yang mudah. Ada baiknya saya menjawab pertanyaan itu satu demi satu. Yang pertama tentang budaya instan. Istilah ini Anda dengar dari teman, yang barangkali punya pengertian tersendiri dan tidak sepenuhnya sama dengan pemahaman saya. Tentu ada baiknya Anda tanyakan padanya. Sepanjang yang saya pahami, istilah budaya instan ini muncul untuk memberi nama gejala yang berkembang di masyarakat perkotaan yang menginginkan segala sesuatu secara cepat dan praktis, tanpa mau bersusah payah. Mau minum kopi atau makan mi, tidak mau repot-repot menghidupkan kompor, memasak air,

dan seterusnya. Software komputer, kamera, ponsel, dan segala macam peralatan teknologi tinggi lainnya telah dibuat sedemikian user friendly. Konsumen sudah terbiasa dimanjakan. Kemanjaan ini lalu merembet dan menular ke berbagai bidang kehidupan lainnya, dalam pekerjaan rumah tangga dan lalu juga dalam dunia kerja. Generasi Manja Budaya instan yang intinya memanjakan manusia inilah yang barangkali ikut mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya generasi manja. Generasi manja inilah yang saat sekarang ini mulai meninggalkan bangku sekolah dan memasuki dunia kerja. Mereka tidak terbiasa bekerja keras. Mereka tidak dibiasakan untuk memahami suatu proses. Selain itu, aspirasi dan harapan seseorang memang sangat mungkin dipengaruhi oleh orangorang lain di lingkungannya. Baik itu dalam lingkungan nyata, maupun lingkungan fiktif seperti yang ada dalam film, buku, atau majalah. Sayangnya film dan cerita-cerita yang beredar di masyarakat justru menyajikan tokoh-tokoh yang mencapai keberhasilan secara ekstra cepat, senada dengan proses instan. Sedikit sekali film yang menunjukkan seorang pegawai yang harus bekerja sangat keras untuk menapaki jalur karirnya. Kebanyakan film menunjukkan orang yang baru masuk kerja langsung sudah punya kursi direktur, ruang kerja pribadi punya mobil lengkap dengan sopir. Banyaknya contoh dari berbagai macam jenis profesi dan tokoh berhasil dalam profesi itu, telah memancing hasrat kaum muda untuk bisa menjadi seperti mereka. Apalagi seiring dengan keberhasilan mereka telah ditunjukkan pula semua atribut sampingan yang membuat orang kagum atau tergiur. Jadi janganlah terlalu heran kalau karyawan baru yang merupakan anggota generasi manja, ingin cepat-cepat menggantikan posisi Anda. Tidak Mudah Sekarang tentang pertanyaan ketiga, bagaimana menyakinkan mereka bahwa keberhasilan itu bukan hal yang mudah. Sebetulnya jawabannya sudah ada dalam pertanyaan Anda sendiri. Keberhasilan bukanlah hal yang mudah. Termasuk keberhasilan untuk menyakinkan karyawan Anda (yang telah diyakinkan sebaliknya oleh lingkungan hidup mereka). Walaupun tidak mudah, hal itu juga bukan mustahil, terutama bagi Anda yang bukan produk budaya instan. Anda sendiri baru berhasil menduduki posisi seperti sekarang setelah melalui perjalanan yang panjang. Langkah pertama yang bisa Anda lakukan adalah mengajak mereka mengenali proses yang dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah produk, apa pun produk itu. Bahkan kehadiran kopi atau mi instan adalah hasil dari sebuah proses yang panjang. Mula-mula ada gagasan untuk memproduksi mi instan. Sesudah itu ada proses menyakinkan berbagai pihak untuk ikut mendukung gagasan itu. Lalu ada serangkaian penelitian untuk menghasilkan produknya. Setelah itu masih ada proses pemasaran, distribusi, dan lain sebagainya.

Anda harus mampu menunjukkan kepada mereka bahwa semua produk yang dihasilkan di kantor pun harus melalui serangkaian proses. Misalnya lahirnya sebuah berita dalam siaran. Mulanya harus ada perencanaan, ada pembagian tugas peliputan, ada proses peliputannya, ada proses penyuntingan, dan seterusnya. Bahkan setelah berita disiarkan pun masih ada proses pengarsipan dan sebagainya. Setelah menyadari bahwa segalanya perlu proses, mereka akan lebih mudah menyakini bahwa untuk mencapai posisi tertentu pun harus melalui sejumlah proses. Meskipun begitu, tidak semua orang perlu waktu sama panjang karena ada saja orang-orang yang mempunyai bakat lebih dari orang kebanyakan. Keberhasilan dalam menyakinkan mereka akan menjadi lebih mudah kalau Anda berhasil menunjukkan bahwa banyak hal yang tidak atau belum mereka kuasai dan harus dipelajari. @ (Dewi Matindas/Psikolog) http://health.kompas.com/read/2010/01/06/15401763/Budaya.Instan.Generasi.Manja KOMPAS.com - Dengan semakin maraknya peralatan elektronik yang berteknologi tinggi, Andapun semakin dibuat terpukau oleh peralatan - peralatan ini, begitu pula anak Anda yang sekarang sudah tumbuh menjadi seorang remaja. Setiap hari mungkin ia berbicara di telpon bersama teman, SMS seharian, chatting, bermain game di PS2, mendengar lagu di ipod-nya,sibuk dengan iphone-nya atau berjalan di mal bersama Anda sambil sibuk ber-Blackberry! Ia bahkan terlihat sedikit cuek dengan kehadiran Anda dan larut dengan teman-teman barunya di Facebook. Bagaimana kalau Anda tidak mencegah semuanya ia akan terlanjur asik dengan dunianya dan tidak lagi berbagi dengan Anda semua problemnya? Memang di dunia remaja sekarang, mungkin jika tidak memiliki telpon selular, laptop, atau bahkan profil di FB dianggap ketinggalan jaman. Anda semakin bingung karena di jaman Anda dulu mungkin tidak ada yang seperti itu (kalaupun ada, tidak sehebat sekarang). Tidak mungkin memang untuk mengatakan pada mereka tidak boleh menggunakan barang - barang tersebut, bagi remaja jaman sekarang itu seperti mimpi buruk! Mereka akan menentang mati - matian ide Anda bahkan Anda dianggap orangtua yang "kurang gaul". Untuk itu mari kita lihat kira - kira bagaimana solusinya? Berada di tempat yang sama dan memiliki lingkungan pergaulan yang sama dengan teman - teman sangatlah penting bagi para remaja. Mereka bagaikan sekelompok orang yang selalu bersama untuk terlihat eksis di dunia mereka. Jika anak Anda tetap mendapat nilai yang baik di sekolah, mengerjakan apa yang Anda minta tanpa harus berdebat, mengerjakan pekerjaan sehari - harinya di rumah, maka mungkin yang terbaik untuk Anda adalah membiarkannya sedikit berada di "dunia"-nya. Setidaknya dia ada saat Anda minta, saat Anda butuh dan dia masih tahu mana yang harus ia prioritaskan. Akan tetapi jika Anda tetap khawatir, mungkin tips ini bisa mengurangi kekhawatiran Anda : 1. Jika sedang makan malam bersama atau acara keluarga, katakanlah padanya bahwa saat bersama keluarga haruslah fokus untuk keluarga, dilarang ber- SMS ataupun menelpon bersama teman. Buatlah ia mengerti bahwa di meja makan adalah saat Anda sekeluarga bercerita mengenai kegiatan sehari hari kalian dan saling mengomentari apa yang sedang terjadi.

2. Ada baiknya untuk tidak membiarkan anak memiliki komputer sendiri di dalam kamar, selain akan membuat mereka mungkin tidur lebih malam karena keasikan ber-internet, Anda pun bisa mengontrol aktifitas komputer mereka dengan menaruhnya di ruang keluarga atau ruang bersama. Mungkin juga sebaiknya Anda tetapkan peraturan bahwa 1 jam sebelum tidur, mereka harus sudah selesai bermain komputer, dengan begitu mereka akan belajar untuk menghargai waktu tidur, memprioritaskan mana yang penting dan tentu saja menghormati Anda sebagai orangtua. 3. Salah satu cara untuk membatasi pemakaian telpon pada anak remaja Anda yang sedang sibuk di dunianya adalah dengan mengatakan pada dirinya bahwa Anda hanya memberikan jatah tiap bulannya dan jika ia memakai di luar jatahnya maka ia harus membayar sendiri dari uang jajannya agar mereka bertanggung jawab pada pemakaian uangnya. 4. Jangan lupa untuk sekali - sekali mengecek facebooknya atau blog-nya, pastikan ia tidak menaruh hal - hal yang terlalu pribadi disana. Jika perlu masukkan program untuk membatasi anak Anda melihat situs - situs yang belum saatnya ia lihat. Semoga tips ini bisa membantu Anda untuk masuk ke dunia elektroniknya, tetap berkomunikasi dengan dia, mengerti dan memberikan ruang untuk dia bergerak dan berkembang sekaligus mengajarkan ia bertanggung jawab. dr.Intan Airlina Febiliawanti http://health.kompas.com/read/2009/10/12/1037522/Elektronik.Menguasai.Dunia.Remaja KOMPAS.com Segala sesuatu yang berlebihan pastilah menimbulkan dampak negatif. Termasuk juga dalam hal teknologi. Baru-baru ini di Amerika Serikat telah dibuka pusat rehabilitasi bagi para pencandu teknologi dan internet. Pusat rehabilitasi yang bernama ReSTART tersebut diklaim sebagai satu-satunya rumah terapi untuk mengatasi kecanduan internet di Amerika Serikat. Uniknya, pusat terapi ini berlokasi dekat Redmond, kantor pusat Microsoft dan pusat industri teknologi informasi lainnya. Selama 45 hari para peserta rehabilitasi akan mengikuti berbagai program untuk menghilangkan kecanduan mereka dari penggunaan komputer, termasuk kecanduan main video game, SMS, Facebook, eBay, Twitter, dan aplikasi-aplikasi internet lain yang sangat menghabiskan waktu. Salah satu peserta terapi adalah Ben Alexander (19) yang menghabiskan seluruh waktunya, kecuali saat tidur, untuk bermain video game World of Warcraft. Akibatnya, ia kini drop out dari kampusnya di Universitas Iowa, AS. American Psychiatric Association memang belum memasukkan adiksi terhadap internet sebagai bentuk kelainan jiwa. Tetapi, selain di AS, di berbagai negara, seperti China, Korea Utara, dan Taiwan, telah berdiri pusat rehabilitasi sejenis. Para ahli kejiwaan juga mengatakan bahwa kecanduan internet adalah hal yang sangat serius dan berbahaya, sama buruknya dengan kecanduan alkohol atau obat-obatan. Dampak dari kecanduan internet juga tidak main-main. Mulai dari dipecat dari pekerjaan, perceraian, atau kecelakaan mobil akibat menyetir sambil menulis SMS atau chatting. Beberapa

orang juga dilaporkan meninggal gara-gara main video game selama beberapa hari nonstop. Akibat posisi duduk yang tak berubah-ubah, mereka mengalami penyumbatan pembuluh darah. Menurut Hilarie Cash, terapis dan direktur eksekutif ReSTART, pasien di tempatnya akan mengikuti berbagai sesi konseling dan psikoterapi. Mereka juga diajak mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, berkebun, olahraga, serta kegiatan outdoor lainnya. "Kami telah melakukan ini bertahun-tahun. Sampai saat ini tidak ada tempat lain untuk mereka berobat," katanya. Menurut Dr Kimberly Young dari Center for Internet Addiction Recovery, orang yang mulai kecanduan internet merasa internet sangat mengasyikkan, lalu lama-kelamaan durasi berkutat di internet pun bertambah dan tak bisa mengontrol kebiasaannya. Kehidupan mereka pun mulai terganggu karena setiap ada waktu pasti dihabiskan untuk internet. Ciri lain dari orang yang kecanduan internet adalah mencuri-curi waktu untuk memakai internet, memilih untuk melarikan diri dari masalah dan depresi ke internet, serta terjadi perubahan fisik, seperti berat badan berubah serta sering sakit kepala. Kendati demikian, cara untuk mengatasi problem kecanduan teknologi ini masih menjadi perdebatan di kalangan para ahli. Sebagian ahli berpendapat, kecanduan internet bisa jadi gejala dari kelainan mental lainnya, seperti depresi atau gangguan komunikasi sosial seperti autisme. "Kebanyakan dari orang-orang yang kecanduan internet adalah mereka yang mengalami depresi berat, kecemasan, atau orang yang tak bisa bersosialisasi sehingga mereka sulit untuk bertemu muka dengan orang lain secara langsung," kata Dr Ronald Pies, profesor psikiatri dari SUNY Upstate Medical University, New York, AS. Karena belum resmi disebut sebagai kelainan jiwa maka terapi untuk mengatasi kecanduan internet pun belum bisa ditanggung pihak asuransi. "Para ahli jiwa memang bisa mengenali gejala dari pasien yang tidak bisa mengontrol impulsi mereka untuk selalu chatting, main game atau nonton film porno. Yang diperdebatkan adalah bagaimana mengklasifikasikan kelainan itu," kata Dr Jerald Block dari Oregon Health Sciences University, Portland, AS. http://health.kompas.com/read/2009/09/04/11040257/Kecanduan.Internet.Ikut.Rehabilitasi.Saja KOMPAS.com - Gangguan jiwa pun mengikuti perkembangan zaman dan teknologi! Dr Joel Gold, seorang psikiater dan asisten profesor di bidang psikiatri dari New York University, memperkenalkan gangguan kejiwaan yang dinamakan truman show delusion pada 2006. Gejalanya, penderita berpikir bahwa setiap gerakannya direkam dan akan ditayangkan dalam acara reality show! Persis seperti film Truman Show yang dibintangi Jim Carrey. Jenis gangguan jiwa lain yang khas dialami oleh penduduk dunia modern adalah perasaan selalu dibayangi oleh "mata-mata" dari dunia maya yang berasal dari komputer atau Blackberry. Para ahli menyebutnya sebagai "delusi internet". Meski kedengarannya mustahil, seperti dilansir oleh harian New York Post, di Inggris dan Amerika sana, dua jenis gangguan kejiwaan ini kian banyak ditemukan.

Makanya, jangan sampai kecanduan Facebook dan Twitter menggantikan ajang sosialisasi Anda di dunia nyata! http://health.kompas.com/read/2009/08/26/10461594/Gangguan.Jiwa.Garagara.Facebook.dan.Blackberry Ibu Sawitri Yth, Menanggapi rubrik Psikologi pada Minggu (5/7) berjudul Berkomunikasi Melalui Fb dan SMS, Eksesifkah? saya ingin menambahkan (ini mungkin kasus ketiga, ya, Bu). Suami saya sudah kecanduan internet, terutama Fb (dulu Fs dan sejenisnya). Ia add perempuanperempuan, ajak kenalan, chat, bahkan minta nomor HP-nya, nanti ketemuanlah dengan dalih barangkali kita bisa bisnis dan banyak lagi. Saya sudah memperingatkan, tetapi dia selalu bilang cuma teman, apa salahnya menambah teman. Tetapi, kok cari teman perempuan sebanyakbanyaknya. Maksudnya apa?? Ingin selingkuh dan menikah lagi??? Apalagi yang dia add mulai dari anak kuliah, wanita karier, janda, istri orang, sampai perempuan yang aneh-aneh, dari yang biasa saja sampai yang body-nya aduhai (diobral foto-foto syurnya di Fb).... Walau dia selalu bilang cuma teman, tetapi saya tidak terima. Hati saya tidak tenang. Dia bisa berjam-jam duduk di depan komputer. Akhirnya saya sering bertengkar dengannya, hubungan kami jadi tidak harmonis, komunikasi tidak lancar, hubungan suami-istri juga jarang karena dia sibuk dengan teman-teman perempuannya. Apalagi Bu, dia bisa menulis begitu mesra, begitu perhatiannya, berbanding terbalik perlakuan dan perhatiannya kepada saya. Dia jarang sekali memuji saya, mengatakan honey, sayang kepada saya, tetapi dengan perempuan yang baru dia kenal di dunia maya, sejumlah kata mesra diobral terus. Saya jadi tidak respek, tidak percaya dia lagi, selalu berpikir negatif, bahkan terpikir melakukan hal sama, tetapi saya bukan orang seperti itu. Apalagi saya selalu ingat anak. Walaupun sampai saat ini tidak pernah terjadi perselingkuhan (feeling saya mengatakan demikian), tetapi hati kecil saya selalu berkata, bukan tidak mungkin suatu saat suami pasti akan selingkuh.... Saya jadi sering mengecek e-mail, telepon, dan SMS dia. Perkawinan saya tidak bahagia (kami sudah menikah sembilan tahun). Saya ingin sekali bercerai, tetapi masih memikirkan masa depan anak saya walau secara keuangan saya mandiri (saya masih bekerja sampai saat ini). Suami saya sudah berubah banyak, Bu. Dulu tidak seperti ini.... Saya ingin sekali konsultasi, curhat, karena sampai detik ini orang mengira perkawinan kami baik-baik saja karena saya tidak pernah menceritakan masalah ini kepada siapa pun. Tetapi, saya bisa gila kalau kondisinya terus demikian. Sebegitu mudahkah laki-laki beristri selingkuh, Bu...? Apa yang harus saya lakukan? Saya sudah cukup sabar, tetapi saya sudah tidak kuat lagi.... Kasus 4 Ibu, perkawinan saya baru berlangsung empat bulan, tetapi sudah menemukan SMS suami yang dikirim kepada seorang perempuan yang aneh di HP suami. Sudah saya tanyakan, dijawab dia hanya bermaksud menambah teman, tetapi ungkapan dalam SMS jawaban dari suami mesra sekali. Kalau saya tanya alasannya, saya tidak mengerti jawaban dia. Biasanya alasan demi alasan yang dia sampaikan baru terus. Kadang suami bilang dia dapat nomor cewek itu dari temannya, kadang dia bilang ceweknya yang menelepon lebih dulu. Ketika saya tanya ke ceweknya, cewek itu bilang suami

saya justru yang kontak duluan. Jadi, saya harus bagaimana, Bu, atau saya minta cerai saja? Saran solusi Dari kedua kasus tersebut di atas, kita semua dapat merasakan betapa pedihnya hati kedua perempuanistri tersebut sebagai korban suami yang kecanduan relasi Fb dan SMS yang gegap gempita oleh rayuan, puja-puji antara dua manusia lain jenis yang pada dasarnya tidak saling kenal baik, walaupun terkadang ada janji bertemu dengan dalih peluang bisnis. Akibat eksesifnya adalah relasi suami-istri akhirnya penuh kemarahan, kejengkelan, dan kecemburuan berlanjut. Hati kedua perempuan istri tersebut diliputi kecurigaan, waswas, cemas, penuh amarah, sehingga menyiratkan keinginan bercerai. Padahal, perceraian membawa konsekuensi psikologis lebih kompleks serta eksesif pula terhadap pasangan maupun anak-anak. Yang juga menyedihkan adalah kasus 4 yang pernikahannya baru berlangsung empat bulan. Suami mereka waktu, perhatian, dan kasihnya disita oleh teman lain jenis di dunia maya. Untuk itu hendaknya para suami menyadari dan berupaya mengingat istri bukan hanya sekadar bagian dari diri mereka, tetapi tetap pribadi yang sangat membutuhkan pengayoman emosional bersifat personal dan penuh kasih demi terciptanya iklim keluarga yang hangat serta kondusif bagi perkembangan jiwa anak-anak secara optimal. Jadi, gunakanlah relasi di dunia maya dengan penuh kendali. Bagi para perempuan yang juga kecanduan relasi melalui Fb dan SMS, berkenalan melalui Fb dan SMS memang mengasyikkan. Tetapi, pertimbangkanlah eksesnya bagi kehidupan keluarga Anda (bila sudah menikah) dan keluarga teman di dunia maya tersebut. Janganlah membiarkan relasi berkembang ke arah cumbu rayu tanpa arah serta perselingkuhan pikiran dan batin yang pasti akan menyakitkan perasaan pasangan perkawinan Anda dan pasangan perkawinan teman baru tersebut. Tanpa Anda sadari, Anda menyakiti hati sesama jenis Anda sendiri. Tegakah?! Sawitri Supardi Sadarjoen, psikolog http://health.kompas.com/read/2009/08/16/11494679/Sekali.Lagi.Selingkuh.karena.Fb.dan.SMS Melanjutkan tulisan Ibu Sawitri minggu lalu mengenai penggunaan internet, berikut adalah masalah seorang bapak, SW, mengenai istrinya yang terus terobsesi dan terbius karena menemukan excitement tersendiri dalam melakukan cybersex dengan PIL-nya. Saya sudah menikah 15 tahun dengan dua anak laki-laki yang sehat. Sekitar 10 bulan yang lalu istri saya bertemu dengan teman satu SMA di internet dan sering chatting. Hubungan mereka akhirnya terbongkar sekitar 1,5 bulan lalu. Saya memergoki hubungan mereka karena komputer rumah telah saya sadap. Istri saya mengakui bahwa mereka memang saling suka. Istri saya mengatakan mereka tetap tahu batas. Saya bahkan telah dua kali menelepon si PIL untuk memperingatkan. Dia berjanji akan mengingatkan istri saya untuk menghentikan hubungan mereka. Ternyata mereka berdua tetap saling berhubungan, bahkan pembicaraan di chatting telah menjurus ke arah yang negatif. Intinya mereka juga melakukan cybersex, tapi maaf tak bisa diuraikan di sini. Istri saya dan PILnya sudah banyak berbohong kepada saya. Istri saya dan si PIL memang tinggal terpisah di dua kota berbeda.

Saya terus berusaha sabar dengan berdoa karena saya sangat sayang sekali kepada istri dan rela menunggu kesadarannya untuk kembali. Istri mengatakan kalau langsung harus melupakan si PIL, hatinya akan hancur. Tampaknya istri saya sudah telanjur cinta. Jika dia tidak mendengar kabar dari si PIL akan terlihat murung. Bahkan kalau istri saya kangen dengan si PIL, saya mengizinkan dia untuk telepon. Saya mengizinkan karena saya merasa di zaman modern sekarang ini, saya tak akan bisa menghalangi mereka berkomunikasi, sementara saya sendiri tidak akan bisa setiap waktu berada di sampingnya. Ibu, tolong segera bantu permasalahan saya. Saya benar-benar bingung dan saya sangat-sangat mencintai istri saya. Dunia maya Tampaknya perlu sedikit dijelaskan mengapa seseorang bisa menjadi kecanduan chatting dan berhubungan melalui dunia maya. Menurut Rona Subotnik (2005), dunia internet dapat menjadi enigma, sesuatu yang membingungkan dan misterius. Internet menjadi tempat untuk para pencinta cyber bertemu meskipun jelas-jelas secara fisik tidak ada. Mereka merasa tidak akan terlihat bersama di tempat umum, mereka pikir perselingkuhan bisa tetap dijaga kerahasiaannya. Banyak terasa pertentangan dalam berkomunikasi melalui dunia maya ini. Di satu pihak para pencinta cyber saling merasa kesepian, tapi di lain hal mereka bisa merasakan hanya mereka berdualah yang ada di dunia ini. Hal ini menyebabkan perasaan romantis yang kuat, perasaan romantis yang paradoks, karena kenyataannya mereka tidak ada secara fisik. Perasaan kedekatan yang dialami sebenarnya adalah keintiman yang semu. Mereka mungkin ingin bertemu tatap muka, tapi biasanya kekecewaan banyak dirasakan setelahnya. Kejujuran juga sangat rentan, mudah bagi mereka untuk saling berbohong. Kalaupun ada ungkapan pribadi yang berasosiasi pada sesuatu yang ekspresif, semua itu sangat mudah dimanipulasi. Kata-kata tertulis dipikirkan lebih punya kredibilitas dan reliabilitas ketimbang ucapan lisan. Nada suara atau cara bicara, kontak mata dan bahasa tubuh yang bisa berpengaruh pada makna dan emosi yang mengiringi kata/kalimat, juga hilang dalam komunikasi melalui chatting. Fantasi-fantasi dapat membimbing hubungan jarak jauh antara dua orang pencinta cyber, yang sebenarnya tidak saling tahu satu sama lain. Meskipun demikian, perselingkuhan melalui internet bisa merupakan perselingkuhan yang nyata (virtual affair), yang juga merusak dan menghancurkan keharmonisan keluarga. Bagi orang-orang yang tidak stabil emosinya, mudah terpengaruh dan terbawa oleh sesuatu yang dianggap menyenangkan, atau memang tengah mengalami kekecewaan atau ketidakpuasan hidup, tentunya akan mudah sekali terbawa oleh dampak negatif dari hubungan dengan dunia maya ini. Saran penyelesaian Memang tak mudah bila upaya penyelesaian hanya sepihak, berasal dari suami saja. Sementara istri belum mau (menurut saya) diajak berkonsultasi ke konselor ataupun ke psikolog. Biasanya, seseorang yang sadar dan merasa bersalah memang tak nyaman diajak berkonsultasi. Ia pasti takut akan diinterogasi lagi atau disalahkan oleh pihak luar.

Jadi, seyogianya jangan memaksa, apalagi seperti kata-kata Bapak akan menyeretnya ke psikolog. Secara bertahap, teruslah mencari orang yang bisa ia percaya, mampu mengerti dirinya, dan dapat memberinya saran untuk berhenti berhubungan dengan si PIL. Tampaknya sikap Bapak juga agak mendua menghadapi istri. Bapak mudah bingung antara ingin membuka kesalahannya ke orangtua istri yang baru sembuh atau akan membeberkan rahasia PIL ke keluarganya, tapi takut istri akan marah besar atau dia akan nekat melakukannya di luar kendali Bapak. Atau kondisi-kondisi lain seperti yang telah saya uraikan di surat Bapak. Saya berharap Bapak lebih tegas dalam bersikap, saya paham Bapak takut kehilangan istri yang sangat Bapak cintai, tapi bila terus demikian, istri tak akan belajar mengendalikan dirinya dan menjadi lebih dewasa. Semua keputusan pasti ada risikonya, terimalah risiko tersebut dengan besar hati. Saya juga berpikir, sebenarnya yang patut marah besar adalah Bapak sebagai orang yang terkhianati bukan? Oh, ya, kita juga perlu belajar bahwa tidaklah baik bila kita terlalu mencintai seseorang, siapa pun dia, sehingga sangat ketakutan akan kehilangannya. Kita perlu menyiapkan diri bila sewaktu-waktu harus kehilangan dia, bukan? Dari surat Bapak, saya tangkap Anda sudah terus mengupayakan perbaikan diri. Memang Bapak masih perlu terus berintrospeksi agar memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam hubungan interpersonal dengan istri dan lebih memerhatikan kebutuhan dia yang rupanya justru diperoleh dari si PIL. Saya juga salut dan sangat menghargai bahwa Bapak tidak hanya terbawa emosi marah dan dendam, atau justru cepat membuat ultimatum untuk menceraikannya. Selamat berupaya terus, saya doakan. Agustine Dwiputri, Psikolog http://health.kompas.com/read/2009/07/13/10014119/Perselingkuhan.Melalui.Chatting. MAGELANG, KOMPAS.com Sebanyak 34,5 persen dari sekitar 120.000 pernikahan di Indonesia dilakukan oleh remaja usia dini. Mayoritas dari mereka berada dalam rentang usia 12-18 tahun. Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Hadi Supeno mengatakan, sekitar 40 persen dari pernikahan dini tersebut terjadi di Jawa Timur. Selain karena perintah agama, pernikahan ini juga seringkali dilatarbelakangi oleh masalah tradisi lingkungan sekitar, yaitu menikah muda. "Karena takut dicap sebagai perawan tua, maka orangtua pun buru-buru menjodohkan dan menikahkan putrinya begitu beranjak remaja," ujarnya, dalam acara seminar di Hotel Puri Asri, Kota Magelang, Rabu (24/6) malam. Hadi mengatakan, faktor penyebab lainnya yang kerap muncul adalah masalah ekonomi. Hal ini banyak melatarbelakangi pernikahan dini di lima kabupaten di Jawa Barat, di antaranya di Kabupaten Cirebon, Karawang, dan Indramayu. Biasanya, anak gadis dari sebuah keluarga dinikahkan dengan keluarga kaya sebagai upaya untuk membayar utang atau mendongkrak perekonomian keluarga. Hadi mengatakan, berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, batas usia menikah adalah 16 tahun. Namun, dalam UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,

mereka yang berada dalam rentang usia 0-18 tahun masih termasuk dalam kategori anak-anak. "Dengan begitu, pernikahan yang dilakukan oleh mereka yang berusia di tidak lebih dari 18 tahun, tetap saja disebut sebagai pernikahan dini atau pernikahan anak di bawah umur," ujarnya. Pernikahan dini ini pada akhirnya akan menimbulkan berbagai hal buruk. Selain memicu terjadinya baby booming, dan tingginya angka kematian ibu dan bayi. Emosi mereka yang belum cukup dewasa, seringkali juga menimbulkan ketidakharmonisan keluarga hingga akhirnya berakibat perceraian. "Dengan begitu, anak-anak atau generasi yang dilahirkan dari mereka kurang berkualitas dan tidak mendapatkan cukup perhatian dari kedua orangtuanya," katanya. Penanggung jawab Kelompok Kerja (Pokja) Pengaduan KPAI Satriyandayaningrum mengatakan, kasus perceraian akan menimbulkan konflik baru antarsuami istri tersebut yaitu masalah perebutan hak asuh anak. "Bahkan, konflik bisa terjadi berkepanjangan karena putusan pengadilan belum tentu dipatuhi oleh kedua belah pihak," ujarnya. Pada beberapa contoh kasus, hak asuh anak yang diputuskan dikuasakan pada si ibu, justru diabaikan karena si anak terus diasuh ayahnya, atau demikian sebaliknya. Hal ini pada akhirnya membuat kondisi kejiwaan anak semakin gamang dan depresi. http://health.kompas.com/read/2009/06/25/18484377/Wah.Banyak.Remaja.Menikah.di.Usia.Dini

SURABAYA, KOMPAS.com - Industri pornografi melaporkan 20-30 persen remaja di dunia yang berusia 8-17 tahun mengakses situs porno. "Itu laporan NRC Report yang dirilis pada 2002, tentu sekarang lebih banyak lagi," kata Staf Khusus Menkominfo, Son Kuswadi, di Surabaya, Minggu. Ketika berbicara dalam talk show "Internet Sehat" di Universitas Surabaya (Ubaya), ia mengatakan 90 persen remaja semula mengklik situs porno secara tidak sengaja. "Itu berarti industri pornografi cukup canggih dalam menjebak remaja, karena itu kita perlu mewaspadainya dengan melakukan filter," katanya. Menurut ahli informatika dari ITS Surabaya itu, internet tidak perlu dihindari, karena masih banyak manfaat dari internet, terutama bagi pengembangan iptek dan pendidikan. "Yang penting adalah bagaimana menciptakan filter untuk dampak negatif dari internet itu, seperti yang dilakukan China, Iran, Arab Saudi, Eropa, dan Amerika sendiri," katanya. Berbagai penangkalan dampak negatif internet antara lain blok situs porno melalui cara berlangganan provider (ISP) yang memiliki filter, teladan orangtua, letak layar komputer yang mudah diawasi, dan ajak anak mencari informasi yang bagus. "Semuanya perlu dilakukan di tingkat pribadi, keluarga, kantor, sekolah, warnet, dan provider (ISP)," katanya. Ia menambahkan pemerintah sendiri mengupayakan melalui "payung hukum" seperti UU Telekomunikasi, UU ITE, UU Pronografi, dan Peraturan Menteri Konten Multimedia. "Pemerintah juga segera membentuk Tim Internet Sehat Nasional yang dapat menerima laporan masyarakat untuk melakukan tindakan secara teknologi, hukum, dan evaluasi provider," katanya.

http://health.kompas.com/read/2009/03/30/00010366/20-30.Persen.Remaja.Dunia.Akses.Situs.Porno WINA, KOMPAS.com Perlu untuk menjauhkan anak-anak dari permainan komputer yang berkaitan dengan kekerasan. Demikian dikatakan tiga ahli ilmu jiwa Austria berdasarkan temuan penelitian paling akhir mereka. Menurut laporan yang disiarkan Jumat di media Austria, dalam penelitian paling akhir mereka dengan judul "Kekerasan dan Pencegahan Kekerasan", tiga ilmuwan dari Departemen Psikologi di University of Vienna, Austria, itu menyarankan sikap "tanpa toleransi" mesti diterapkan dalam menangani pemuda yang bermain game kekerasan di komputer. Pemuda mesti dijauhkan dari permainan kekerasan tersebut karena semua itu "tak baik dan hanya menimbulkan kerugian". Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa pemuda yang sering kali memainkan games yang berkaitan dengan kekerasan di komputer cenderung menjadi lebih agresif dibandingkan dengan mereka yang hanya bermain games yang kurang atau tidak berisi kekerasan. Untuk itu, para ilmuwan tersebut menjelaskan permainan yang berisi kekerasan bukan hanya cenderung ditiru, tapi lingkungan permainan itu juga mudah membawa seseorang pada mental reaktif atau imaginer agresif. "Anak-anak yang memainkan game yang berkaitan dengan kekerasan di komputer akan mudah memperlihatkan sifat agresif ketika terganggu, tidak puas, atau marah". Dengan demikian, mereka lebih agresif dibandingkan dengan anak yang tak memainkan game semacam itu. Pada penelitian tersebut juga didapati bahwa di kalangan remaja yang berumur 16 tahun dan secara khusus disurvei, anak laki-laki yang memainkan game komputer dengan isi yang berkaitan dengan tindakan brutal bahkan telah mencapai 60 persen. Oleh karena itu, para ilmuwan tersebut menyarankan orangtua dan guru mesti memulai pendidikan terkait di sekolah dasar guna menjauhkan anak-anak dari permainan komputer yang mengandung kekerasan. Pada 11 Maret, penembakan di kampus yang mengejutkan dunia terjadi di Jerman sehingga 17 orang tewas. Pembunuhnya adalah anak laki-laki berusia 17 tahun yang, menurut penyelidikan, tertarik pada permainan komputer yang mengandung kekerasan. http://health.kompas.com/read/2009/03/24/17375067/Game.Kekerasan.di.Komputer.Bikin.Anak.Makin .Agresif PESATNYA arus globalisasi serta perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)saat ini menuntut perubahan sikap dan pola pikir guru. Sebab, peran guru saat ini makin tersaingi dengan keberadaan internet dan televisi. Sekolah melalui gurunya harus bisa menjadi lembaga yang tidak sekadar transfer ilmu, tetapi juga nilai-nilai luhur. Demikian benang merah imbauan yang disampaikan Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf saat menjadi pembicara keynote dalam Kuliah Umum yang diselenggarakan Majalah Guruku, Selasa (10/3) di Sabuga. Kegiatan yang diadakan cuma-cuma ini diikuti sekitar 1.500 guru se-Bandung Raya.

Menurutnya, internet dan televisi sebetulnya merupakan alternatif sumber belajar. Namun, pada kenyataannya, tidak jarang ini menggeser peran guru sebagai penyampai ilmu. "Saya terkejut anak saya yang baru berumur 8 tahun sudah pandai buka-buka website. Ditanya dia ikut les atau tidak, ternyata dia jawab tidak," tuturnya. Dari pengalaman ini muncul pesan, internet dalam wadah TIK merupakan sumber yang luas untuk belajar. Jika guru tidak memutakhirkan dirinya terhadap perkembangan TIK, ucapnya, maka daya saing bangsa akan kian tertinggal. "Ke depan kan bakal banyak guru-guru asing mengajar di Indonesia, khususnya Jabar. Yang saya khawatirkan, justru mereka berasal dari Negara Jiran. Ini adalah tantangan." Fenomena situs jaringan pencari kawan macam Friendster dan Facebook, ucapnya makin menegaskan fenomena masyarakat digital. Dalam konsep ini, masyarakat bagaikan sebuah keluarga besar yang melintasi batas wilayah dan saling aktif bertukar informasi. Sekolah, ucapnya, merupakan benteng untuk menyaring budaya global yang tidak sesuai budaya lokal. Di sinilah sekolah berperan sebagai lembaga transfer nilai. Dalam kuliah umum, Kepala Subbidang Penghargaan dan Perlindungan Guru Direktorat Jenderal Depdiknas RI Dian Mahsnah mengatakan, guru sejatinya tetap kunci dalam proses pembelajaran. Namun, sebagai agen perubahan, guru dituntut harus mampu melakukan validasi-memperbaharui kemampuannya, sesuai dengan tuntutan zaman agar tidak tertinggal. Krisis guru idola Menyinggung soal masih banyaknya guru yang gagap teknologi, menurutnya, hal ini lebih disebabkan karena faktor individu, enggan memperbaiki diri. Dengan adanya KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), guru sebetulnya dituntut lebih memberdayakan TIK untuk proses pembelajaran bermutu. Demikian diucapkannya. Hal yang tidak kalah penting adalah membiasakan mengajar dengan menyenangkan. Dengan demikian, pembelajaran menjadi semakin menarik bagi siswa. Berdasarkan survei yang disampaikannya, saat ini tengah terjadi krisis guru idola di Indonesia. Tingkat kepanutan guru di mata siswa hanya 58 persen. Kalah jauh dibandingkan tingkat panutan orangtua (90 persen), bahkan sesama teman sebaya (88 persen). Menurut Pemimpin Redaksi Majalah Guruku Ismed Hasan Putro, guru merupakan penentu peradaban suatu bangsa, ujung tombak pendidikan. Selayaknya, anggaran 20 persen untuk pendidikan, 40 persennya diarahkan untuk perbaikan kesejahteraan guru. Demikian dikatakan Ketua Masyarakat Profesional Madani ini. http://health.kompas.com/read/2009/03/10/20241954/Pak.Guru.Siapkah.Bersaing.dengan.Internet JAKARTA, KOMPAS.com Berita tewasnya seorang bayi akibat tertimpa bantal saat sang ibu asyik menggunakan Blackberry Messenger (BBM) menimbulkan kehebohan di dunia maya. Tidak sedikit pengguna internet yang meragukan keaslian cerita yang disampaikan Titi, seorang Kompasianer yang sehari-hari bekerja sebagai perawat di sebuah klinik di Baturaden, Banyumas. Lewat akunnya di Kompasiana, Titi membantah anggapan banyak orang yang menuduhnya menyebar berita bohong atau hoax. "Sesuai petunjuk dan arahan dari pimpinan di klinik tempat saya bekerja, saya diperintahkan membuat tulisan lagi untuk mengklarifikasi dan menjelaskan tujuan awal dari penulisan itu. Sungguh tidak ada tujuan untuk membuat HOAX," tulis Titi di Kompasiana.

Dia juga tidak bermaksud membuka sebuah musibah yang dialami pasiennya, tetapi murni hanya bertujuan untuk mengingatkan orang lain terhadap dampak negatif dari penggunaan gadget. Hal ini juga disampaikan agar setiap orang lebih berhati-hati dan lebih bijak dalam menggunakannya. "Jadi, sekali lagi, tulisan itu murni untuk mengimbau pembaca dan masyarakat luas agar bisa memetik sebuah pelajaran yang sangat berarti sehingga ke depannya hal ini tidak perlu terjadi lagi dan kalau bisa jangan terulang lagi," lanjutnya. Hingga saat ini, tulisan berjudul "Satu lagi Kejadian Menyedihkan, Seorang Ibu Asyik BBM-an, Bayi Mati Akibat Tertimpa Bantal" yang ditayangkan di Kompasiana sejak Jumat (30/9/2011) sudah dibaca lebih dari 220.000 orang. Cerita ini menyebar lewat layanan BBM, dan hampir tiga ribu orang menyebarkannya lewat Facebook dan Twitter. Saat dihubungi lewat telepon dan SMS, Titi mengaku tidak bisa memberikan keterangan apa pun karena terikat oleh kode etik profesinya sebagai perawat. Semua keterangan terkait hal itu sudah dipaparkan lewat blognya di Kompasiana. Penjelasan lengkap Titi bisa dibaca di sini. http://tekno.kompas.com/read/2011/10/01/2118068/Bayi.Tewas.karena.Ibu.Asyik.BBM.Bukan.Berita.B ohong BANYUMAS, KOMPAS.com Keasyikan chatting lewat BlackBerry Messenger (BBM) memang sering menyita waktu dan membuat banyak orang yang lupa diri. Bahkan, bisa berakibat fatal kalau sampai membuat lalai dengan keadaan di sekitarnya. Di Baturaden, Banyumas, saat asyik ber-BBM ria, seorang ibu melalaikan bayinya sehingga tewas tertimpa bantal. Peristiwa tragis ini diceritakan oleh seorang Kompasianer dengan nama pena Titi dalam tulisannya di Kompasiana, Jumat (30/9/2011) siang tadi. Menurut cerita Titi, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 11.45 tadi. Saat bapak dari bayi tersebut pulang dari tempat kerja untuk melaksanakan shalat Jumat, ia mendapati sang bayi sudah lemas dan tak bersuara seperti biasa. Sementara sang ibu tengah asyik menggunakan BlackBerry-nya di ruang tamu. Seketika itu juga sang bapak melarikan bayinya ke klinik untuk memeriksakan keadaan bayinya. Namun malang, bayi itu sudah tidak bernyawa lagi walau masih terasa hangat. Hasil pemeriksaan dokter, jantung bayi itu tak lagi berdetak, tidak ada suara paru, serta dipastikan pupil dari kedua matanya yang sudah melebar atau midriasis dan tidak adanya refleks cahaya dari pupil mata itu. Ini adalah salah satu tanda pasti kematian karena rileksnya otot siliaris pupil dalam bola mata. "Saat datang ke klinik kami, bapak ini membopong bayinya didampingi sang ibu yang masih menggenggam BlackBerry-nya itu. Setelah dokter menjelaskan semua keadaan yang ada, spontan sang bapak merampas BB istrinya itu dan melemparkan ke tembok klinik hingga hancur berantakan," tulis Titi. Cerita miris tersebut langsung mendapat banyak tanggapan dari pembaca Kompasiana. Hanya dalam hitungan jam sejak diunggah sekitar pukul 12.00, tulisan itu sudah dibaca lebih dari 60.000 kali dan ada 75 komentar sampai pukul 22.00. Rata-rata dari komentar itu mengingatkan kembali kepada semua orang agar tidak lalai menggunakan teknologi. Ada yang menyalahkan sang ibu. Tetapi, ada juga yang tetap bersimpati dengan peristiwa yang menimpa keluarga tersebut. Bagaimana trauma psikologis sang ibu saat disalahkan oleh suami sebagai penyebab kematian anaknya. "Inalilahi wa innailaihi rojiun. Semoga ayahnya diberi ketabahan dan ibunya mendapat pelajaran yang berharga...," demikian salah satu komentar.

Di antara pembaca, ada pula yang menyangsikan cerita Titi, bahkan menuding sebagai hoax karena tidak disertai rincian lokasi kejadian dan korban. Namun, menurut Titi, menjadi hak tempatnya bekerja untuk merahasiakan data pasien, kecuali untuk kepentingan penyelidikan hukum. Adapun Titi merupakan salah satu penulis di Kompasiana yang akunnya terverifikasi. Silakan baca berita selengkapnya di Kompasiana. http://tekno.kompas.com/read/2011/09/30/2214196/Ibu.Asyik.dengan.BBM.Bayi.Meninggal.Tertimpa. Bantal

Komunikasi internet di Indonesia berkembang pesat


Jakarta (ANTARA News)- Komunikasi internet di Indonesia telah berkembang pesat dan merubah kehidupan masyarakat, karena itu dengan meningkatnya jumlah pengakses internet maka bandwith menjadi sebuah aset yang sangat penting. CEO Huawei Indonesia, Li Wenzhi mengatakan, pesatnya perkembangan internet di dalam negeri memicu perusahaan meluncurkan jaringan arsitektur Ultra Broadband (U2Net). U2Net adalah sebuah arsitektur jaringan generasi terbaru untuk aplikasi IP Vido dan aplikasi komputansi awan yang diadaptasi secara khusus untuk memenuhi kebutuhan dari dua evolusi utama di Jaringan Broadband pada tingkat global dan di Indonesia, katanya. Dengan perkembangan teknologi internet yang pesat, menurut Li Wenzhi, layanan video berbasis internet sekarang bisa memberikan sebuah pengalaman layanan yang lebih baik kepada para pelanggan. Ia mengatakan, dengan aplikasi yang terpadu ke komputasi awan, arsitektur dari jaringan dasar juga harus mengalami perubahan drastis agar bisa menghadirkan layanan dan memenuhi permintaan aplikasi-aplikasi berbasis komputasi awan. Ia mengatakan dengan meningkatnya penetrasi broandband di Indonesia yang disertai dengan minat yang tinggi dalam layanan video, sebuah teknologi baru diperlukan untuk memastikan evolusi broandband berjalan secara lancar. "U2Net merupakan satu dari berbagi teknologi yang dikembangkan Huawei untuk memenuhi tuntutan akan layanan video di sebuah negara yang pada akhirnya juga mendorong perkembangan teknologi di Indonesia," ucapnya. (CS) Editor: Desy Saputra COPYRIGHT 2011

http://www.antaranews.com/berita/279062/komunikasi-internet-di-indonesia-berkembang-pesat

http://www.boldsky.com/health/disorders-cure/2012/signs-of-nomophobia-031482.html 25 Nop 2012

Nomophobia: 7 Signs You Have It!


Published: Thursday, November 15, 2012, 15:25 [IST]

Posted by: Anwesha


Ads by Google

Ayo pakai Gmail


Gmail Cerdas, Praktis dan Asyik Dipakai. Cobalah, Mudah dan Gratis!
www.google.com

Aneka Hewan Peliharaan


Terlengkap utk hewan peliharaan Mampir segera disini!
www.Tokobagus.com/hewan-peliharaan

Nomophobia, you must be wondering what is this new kind of phobia. To put it simply, any kind of unnatural or unreasonable fear is termed as phobia. The fear of losing one's mobile phone or being without it is called nomophobia. In the last few years, this has become one of the most common phobias amongst the all. The other common phobias are fear of spiders and public speaking! So that gives us an idea how technology dependent our lives have become. We are totally dependent on certain gadgets to go through our lives and mobile phones tops the list. That is why, even the thought of losing our mobile phones, sends a shiver down our spine. A recent survey by SecurEnvoy, says that 66 percent of people who have mobile phones are nomophobic.

Are you one of the people who have this common phobia? Check for these signs to know if you have nomophobia. 1. You Dream About Losing Your Cellphone: Do you get nightmares in which you lose you mobile phone and wake up in panic to grab your cellphone? Dreams are a mirror of our innermost thoughts. They show us thoughts that we hardly knew existed. 2. Do You Sleep With Your Phone: So people just cannot go to sleep without their phone under their pillow or next to them. If you are one of them, see a doctor; you really need help. 3. Anxiety Attacks If You Can't Find It: Suppose you keep your phone on your bed and it gets lost under a pile of clothes. When you realise it is missing, do you break into cold sweat or feel a deep sense of helplessness? Being a little upset is normal but an anxiety attack is a cause of concern. 4. Do You Take Your Mobile To The Bathroom: Whatever important calls you are expecting can wait for your loo break. Until and unless there is an emergency life and death situation, this kind of behavior classifies as nomophobic. 5. Keeping two mobile phones: Some people keep two mobile phones so that just in case they lose their mobile phone, there will a spare one ready. It is alright to have 2 phones but being so anxious about keeping a spare one is obnoxious. 6. Low Battery Low Mood: Many people get into a snappy mood when their phone shows a low battery signal. They get irritated or depressed because they are totally panicking about their phone running out of battery. 7. Flight Mode: Are you the first person to switch on the phone as soon as your flight lands? This shows that you hate being disconnected or out of network.

If you display atleast 4 of these 7 signs, you probably have nomophobia. Try to get it treated by therapy because any kind of unnatural fear is not good. Topics:disease, health, bizarre

You might also like