You are on page 1of 11

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasir Cetak.

Pasir cetak merupakan suatu campuran antara pasir bahan pengikat dan air dalam perbandingan tertentu yang dicampur dalam suatu pencampur (mixer) yang efisien. Dalam pemilihan pasir untuk membuat cetakan, harus dipilih pasir yang sesuai agar didapatkan cetakan seperti yang di harapkan. Ada beberapa klasifikasi untuk pemilihan tersebut. 2.1.1. Jenis - jenis Pasir Cetak. Adapun jenis - jenis pasar cetak adalah sebagai berikut : 1. Pasir Alam. Syarat pasir cetak alam adalah bahan-bahan yang dibutuhkan harus mengandung silika,lempung dan air yang semuanya terdapat di alam. 2. Pasir Tiruan. Pasir tiruan yaitu pasir dengan campuran bahan lain yang dibuat manusia, seperti pasir silika. 2.2. Metode Pengepresan Kebanyakan alat pres dan forming yang ada, terbentuk sebagai seperangkat punches and dies, dimana dalam prakteknya punch berfungsi sebagai penekan pada material yang akan dibentuk. Sedangkan dies berfungsi sebagai landasan (cetakan) atau statis letaknya pada landasan tekan. Cetakan ini mempunyai alur yang akan dilewati oleh gerkan punch, dimana keduanya harus benar-benar presisi dan sempurna untuk setiap operasi.

Forming merupakan aplikasi dan pengembangan dari sistem punch and dies, dimana benda yang akan dibuat terbentuk dalam sekali proses. Pada proses ini tenaga yang digunakan sebagai tenaga penggerak temasuk proses pengerjaan dingin, dimana pada pembentukan material tidak diberikan penambahan suhu atau pemanasan baik pada material atau cetakannya. Tegangan dan tekanan yang diberikan oleh sistem pada material yang akan dibentuk harus dibawah kekuatan maksimal, sehingga tidak merusak material dan sistem material itu sendiri.

2.3. Sistem Hidrolik Hidrolik dapat dinyatakan sebagai alat yang dapat memindahkan tenaga dengan mendorong sejumlah cairan tertentu (minyak). Komponen pembangkit minyak bertekanan disebut pompa, dan komponen yang mengubah tekanan fluida (minyak) menjadi gerak mekanik disebut elemen kerja. Aliran energi melaju melalui instalasi hidrolik berlangsung sebagai berikut: 1. Penukaran energi mekanis menjadi energi hidrolik melalui pompa hidrolik (pembangkit tekanan). Energi hidrolik dapat diartikan energi potensial ataupun kinetik dari suatu medium (minyak hidrolik). 2. pemindahan energi hidrolik oleh arus minyak bertekanan dari pompa melalui unsur pengatur dan unsur kendali (katup-katup) ke silinder kerja yang bergerak bolak-balik. 3. Pengubahan energi hidrolik menjadi energi mekanis melalui silinder kerja (pemakai minyak tekan).

Secara diagram, gerak perpindahan minyak hidrolik adalah terlihat pada gambar 2.1, berawal dari energi listrik atau panas menjadi energi hidrolik hingga energi mekanik. Sebagai penggerak pompa dapat digunakan motor listrik atau motor bakar sebagai penggerak utamanya. Setelah minyak hidrolik dipompa pada tekanan tertentu, kemudian disalurkan ke katup pengarah yang bertugas mengatur kemana cairan hidrolik itu harus pergi. Hal ini dapat dijelaskan pada diagram aliran sistem hidrolik 2.1

Energi listrik

Power Unit

Pompa Hidrolik

Katup katup

Actuator

Tool

Gambar 2.1 Diagram Perpindahan Energi Pada Sistem Hidrolik

2.3.1. Bagian-bagian Sistem Hidrolik 1. Power Unit Unit pembangkit hidrolik terdiri dari motor listrik, pompa, pressure relief valve dan tangki. Peralatan tersebut memberikan sumber tenaga hidrolik dengan menyalurkan energi mekanik dari motor listrik.

Gambar 2.2 Simbol Power Unit 2. Fluida Hidrolik Fluida hidrolik yaitu oli (pada sistem hidrolik) adalah sebagai media kerja dari sistem yang melakukan pemindahan dari unit pelayanan menuju silinder (drive section). Fluida hidrolik dalam aplikasinya mempunyai fungsi utama : a. Sebagai penerus (pemindah) gaya b. Pelumas pada bagian hidrolik yang saling bergesekan c. Pengisi celah (seal) yang menyekat antara dua bidang yang bergesekan d. Sebagai pendingin dan penyerap panas yang ditimbulkan akibat gesekan. Oli atau fluida hidrolik juga mempunyai sifat sifat antara lain : a. Tidak termampatkan ( incompresible ). b. Meneruskan tekanan kesegala arah. c. Tidak mempunyai bentuk tersendiri, mengikuti wadahnya. d. Gaya yang diteruskan fluida berbanding lurus dengan luas bidang tekanannya.

Adapun syarat dari oli hidrolik : a. Mampu mencegah pembentukan endapan, getah oli, dan pernis b. Tidak mudah membentuk buih-buih oli. c. Mampu memelihara kestabilan dengan sendirinya, dengan cara demikian akan mengurangi ongkos penggantian fluida. d. Dapat menjaga nilai kekentalan, walaupun dalam perbedaan temperatur yang tinggi. e. Dapat memisahkan kandungan air f. Tidak merusak gasket / karet seal, selang yang dipakai pada sistem 3. Katup Pengatur Arah 4/3 Katup pengatur arah 4/3 merupakan perlengkapan untuk mengontrol ataupun mengatur start, stop, dan arah, juga tekanan perantara dibawah oleh sebuah pompa hidro atau disimpan dalam suatu bejana.

Gambar 2.3 Simbol Katup Pengatur Arah 4/3 4. Silinder kerja Ganda Silinder ganda memungkinkan gaya silinder hidrolik dalam dua arah, fluida masuk kedalam salah satu saluran untuk gerak maju dan masuk saluran lain untuk gerak mundur. Pada silinder ganda denga satu batang torak disebut silinder deferensial , karena luas penampang yang menerima tekanan berbeda. Gaya yang terjadi saat silinsder maju dan mundur berbeda besarnya. Silinder ini didesain untuk gerak lambat bertenaga lebih ketika torak bergerak maju dan sebaliknya.

Penurunan gaya aksial ketika tekanan fluida dihantarkan kesalah satu ujung silinder dalam melawan luas penampang torak,maka torak dengan batangnya bergerak dalam arah aksial dan gaya yang dihasilkan digunakan untuk menggerakkan beban yang dihubungkan ke salah satu batang torak

Gambar 2.4 Silinder Ganda 5. Prinsip dari System Tenaga Hydraulic : Prinsip dari suatu system tenaga hydraulic dapat dilihat pada sket instalasi dibawah ini :

3 4 1 2

Gambar 2.5 Basic Circuit Hydraulic System. Keterangan : 1. Motor penggerak yang dapat berupa mesin motor bakar atau motor 1istrik. 2. Pompa hydraulic yang dihubungkan dengan motor penggerak. 3. Pipa-pipa penghubung. 4. Katub pengaman. 5. Katub pengatur/aliran pengarah. 6. Komponen yang digerakkan. Bisa berupa suatu cylinder atau motor. 7. Fi1ter 8. Tangki hydraulic oil (reservoir) 9. Strainer. Cara bekerjanya instalasi ini adalah sebagai berikut : Pada waktu pompa diputar oleh motor penggerak oli yang berada di tangki akan dihisap oleh pompa dan diteruskan ke system instalasi lewat sisi tekan luar dari pompa, atau juga disebut sisi tekan. Sebelum memasuki katub pengarah,

aliran oli akan melewati katub pengaman. Katub ini bertugas sebagai pelindung system dari keadaan beban lebih atau kejutan-kejutan beban. Setelah melewati katub pengaman oli akan memasuki katub pengarah. Katub ini akan mengarahkan aliran oli ke salah satu bagian inlet port dari cylinder/motor. Oli dari cylinder motor mengalir kembali ke katub pengarah dan diteruskan ke tangki lewat filter. Pada waktu terjadi beban lebih atau kejutan-kejutan beban oleh katub pengaman, oli tidak diteruskan ke katub pengarah tetapi dibuang atau dibelokkan kembali ke tangki. Sangat sederhana sekali. Prinsip ini umumnya yang banyak dijumpai pada hydraulic alat-alat besar umumnya. Ada 2 faktor pokok yang menentukan kerja suatu system hydraulic yaitu : 1. Aliran oli (flow) Aliran oli dinyatakan dalam liter/menit atau gallon per menit (gpm) 2. Tekanan (Pressure) yang dinyatakan dalam ks/cm2 atau psi (pound per square inch). Kedua faktor tersebut memberikan indikasi sendiri-sendiri, flow (aliran) memberikan indikasi kecepatan. Kalau flow bertambah tentu kecepatan cylinder atau motor akan bertambah pula, dan saat flow berkurang kecepatan cylinder berkurang. Tekanan (pressure) akan memberikan indikasi kecepatan atau gaya/tenaga. Jadi kalau tekanan oli yang diperlukan tidak cukup, tentu tenaga yang diperlukan akan berkurang pula.

2.4. Tegangan Dan Regangan Konsep tegangan dan regangan dapat digambarkan dengan meninjau sebuah bidang. Sebuah bidang yang memiliki penampang yang sama pada keseluruhan panjangnya diberi beban gaya aksial P. Gaya aksial tersebut akan menimbulkan suatu tekanan sama rata pada permukaan tersebut dan tegangan yang terjadi yaitu tegangan tekan. L P P

Gambar 2.5 Bidang yang mengalami tekan Dengan menganggap bahwa tegangan terdistribusi merata pada permukaan penampang bidang dan gaya aksial P bekerja melalui titik berat dari luas penampang A, maka diperoleh : (E.P. Popov,1987; 8 )
=
P A

Dimana :

= Intensitas gaya yang tegak lurus atau normal terhadap irisan


dan P= A= sering disebut gaya normal (N/m2)

Gaya tegak lurus terhadap material yang ditekan (N) Luas bidang material yang ditekan (m2)

2.4.1. Tegangan Ijin dan Faktor Keamanan

Besarnya tegangan ijin dibuat lebih rendah dari tegangan maksimum, hal ini penting untuk berbagai pertimbangan, dimana besar gaya yang bekerja pada kondisi kerja yang jarang diketahui pasti, serta bahan yang diketahui tidak seluruhnya sama. Dari uraian di atas bahwa hasil kali tegangan dan luasan menghasilkan gaya, maka tegangan ijin dan tegangan maksimum dapat diganti dalam bentuk gaya atau beban maksimum yang mampu ditahan oleh suatu benda. Didapat perbandingan : (E.P. Popov,1978 ; 24) Teganngan maksimum =
Beban maksimum tegangan ijin

Dimana perbandingan ini sering disebut faktor keamanan yang besarnya lebih dari satu. 2.4.2. Tegangan Geser Rata-rata Suatu penampang mempunyai luas A harus dapat memindahkan gaya F, maka gaya F itu berbagi rata dan teratur pada penampang, tegangan yang didapat
F A

adalah

dan sering disebut tegangan geser ( g ) dan besarnya tegangan

tersebut tidak boleh lebih dari tegangan geser yang dijinkan, maka hal ini dirumuskan :
g =

F A

Dimana ; A = Luas bagian kritis yang menahan beban A =xD xt

Sedangkan tegangan geser yang dijinkan adalah : (Juzt ; 1966, 74)


g = s x ijin

Dimana ;

s = Koefisien gesek statis baja (0,57 - 0,74)


ijin

= Tegangan ijin suatu bahan


tegangan tarik suatu bahan faktor keamanan

ijin =

2.4.3 Tegangan Beban Bengkok Akibat dari beban tekuk, batang torak dengan panjang langkah tertentu akan mengalami defleksi. Untuk menghindari defleksi terlalu besar harus diberi beban kerja yang tidak boleh melebihi beban maksimum tertentu yang dihubungkan dengan panjang langkah dan diameter batang torak. Pada pembebanan ini digunakan rumusan dari Euller, yaitu : K=

2 xExI
sk 2

Dimana ; K : Beban Kritis ( kg ) Sk : Panjang Langkah ( mm ) E : Modulus Elastisitas I : Inersia

You might also like