You are on page 1of 18

BLOK 19 LBM 5 REHABILITATIVE

Anggota Kelompok SGD 3 1. Dewi Oktavianti 2. Febia Astiawati 3. Febri Jayanti 4. Henny Eka P. 5. Karina Wyne S. 6. Laila Fitrotuz Z. 7. Lia Hikmatu S. 8. Paulus Yohanes 9. Sigit Fitri Istanti 10. Thuba Fithriana Tutor SGD : Drg. Prima Agusmawanti, Sp. KGA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS ISLAM SULATAN AGUNG SEMARANG (112080010) (112100132) (112100133) (112100136) (112100142) (112100143) (112100144) (112100157) (112100167) (112100171)

2013 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat, karunia dan petunjukNya, Makalah laporan hasil Small Group Discussion (SGD) LBM 5 BLOK 19 dari kelompok SGD 3 ini telah selesai disusun. Makalah laporan hasil SGD ini memuat mengenai scenario permasalahan, latar belakang masalah serta pembahasan mengenai masalah yang ada diskenario yang diberikan. Dengan disusunnya makalah laporan SGD ini semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, khususnya bermanfaat bagi seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Islam Sultan Agung dan mendapatkan rahmat serta ridho Allah SWT. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Semarang, 28 April 2013 Scriber SGD 3 BLOK 19 LBM 5 Henny Eka Putri

DAFTAR ISI

Halaman judul Kata pengantar Daftar isi Bab I Pendahuluan 3 Bab II Pembahasan .6 Bab III Penutup 16 Daftar Pustaka ..17

BAB I PENDAHULUAN

A. Skenario Kasus Judul Skenario: Gigi tiruanku baunya tidak enak Seorang pasien yang menggunakan gigi tiruan selama 3 tahun datang ke dokter gigi dan mengeluhkan mulutnya yang sangat berbau sete;ah pemakaian gigi tiruan berdasarkan hasil anamnesa, pasien jarang melepas dan mebersihkan gigi tiruannya. Informasi lainnya tentang riwayat penyakit DM yang sudah di derita sejak 5 tahun tetapi pasien tidak rajin kontrol. Dokter gigi kemudian melakukan edukasi dan motivasi kepada pasien tersebut B. Latar Belakang Permasalahan Berdasarkan dari scenario kasus yang telah menjadikan latar belakang dari masalah yang akan kami diskusikan. Kelompok SGD kami setuju dan menyepakati bersama pokok bahasan pada LBM 5 BLOK 19 ini mengenai Halitosis yang di sebabkan akrena pemakaian gigi tiruan yang tidak di lakukan perawatan dan bagaimana perawatan yang di berikan untuk pasien yang mengalami halitosis serta edukasi dan motivasi yang dapat di berikan

Maka dari itu kelompok SGD kami mengajukan beberapa pertanyaan yang dilatar belakangi oleh scenario tersebut , pertanyaan yaitu antara lain : 1. Etiologi Bau Mulut secara umum? 2. Hubungan Bau mulut dengan penyakit DM yang di derita pasien yang menggunakan gigi tiruan? 3. Apa ada hubungan keluhan dengan pasien yang tidak rajin kontrol ? 4. Patofisiologi bau aseton pada penderita Dm ? 5. Apakah ada hubungan keluhan pasien halitosis dengan lama pemakaian gigi tiruan? 6. Apa saja dampak yang terjadi saat pasien jarang melepas dan membersihkan gigi tiruan? 7. Patofisiologi terjadinya bau mulut pada pasien yang menggunakan GTL ? 8. Patofisiologi pemakaian gigi tiruan menyebabkan denture stomatitis ? 9. Pada saat kontrol GTL apa saja pemeriksaan yang di lakukan oleh dokter gigi pada kasus scenario ? 10. Edukasi dan motivasi apa yang di berikan pada pasien yang menggunakan gigi tiruan tersebut. 11. Prosedur perawatan pemeliharaan gigi tiruan ? 12. Bagaimana mencegah bau mulut secara umum dan pada scenario?

13. Kandungan denture solution ? 14. Management halitosis dalam penggunaan gigi tiruan ? Dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh seluruh anggota SGD kami, maka kami akan menjawab dan membahas semua pertanyaan tersebut yang akan diuraikan pada bab pembahasan.

BAB II PEMBAHASAN Pengertian Halitosis Pengertian Halitosis (Bau Mulut), Bau mulut merupakan keluhan yang umum dan populer di kenal sebagai nafas yang berbau. Halitosis adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan bau yang mempunyai sumber di dalam rongga mulut atau di luar rongga mulut. Etiologi Terjadinya Halitosis Halitosis dapat disebabkan oleh faktor-faktor fisiologis dan patologis yang berasal dari rongga mulut atau intra oral dan faktor- faktor sistemik atau ekstra oral. Faktor Fisiologis Intra Oral Dalam rongga mulut seseorang, terdapat substrat-substrat protein eksogen (sisa makanan) dan protein endogen (deskuamasi epitel mulut, protein saliva dan darah) yang banyak mengandung asam amino yang mengandung sulfur (S). Selain itu halitosis juga dihasilkan oleh bakteri yang secara normal hidup di permukaan lidah dan dalam kerongkongan yang membantu proses pencernaan makanan dengan

memecah protein. Spesies bakteri yang terdapat pada permukaan oral dapat bersifat sakarolitik, yaitu menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi. Spesies lain bersifat asakarolitik atau proteoliti, yaitu menggunakan protein, peptida, asam amino sebagai sumber utamanya. Kebanyakan bakteri gram positif bersifat sakarolitik dan bakteri gram negatif bersifat proteolitik. Menurut penelitian yang dipelopori oleh Prof. Dr. Joseph.Tozentich dari Universitas of British Columbia, Vancouver, berhasil mendeteksi bahwa terdapat suatu senyawa sulfur yang mudah menguap dan berbau tak sedap sebagai hasil produksi penguraian protein oleh bakteri anaerob gram negatif di dalam mulut. Senyawa sulfur yang mudah menguap ini disebut sebagai Volatile Sulfur Compounds (VSCs) yang mengandung Hidrogen sulfida (H2S), Methil mercaptan (CH3SH) dan Dimetil sulfida (CH3SCH3) yang merupakan penyebab utama halitosis yang berasal dari rongga mulut. Kondisi mulut yang dapat memicu terjadinya bau mulut ialah kurang atau berhentinya flow (aliran) saliva, meningkatnya bakteri gram negatif anaerob, meningkatnya jumlah protein makanan, pH rongga mulut yang lebih bersifat alkali dan meningkatnya jumlah sel-sel mati dan sel epitel nekrotik di dalam mulut. Walaupun penyebab halitosis belum diketahui sepenuhnya, sebagian besar penyebab diketahui berasal dari sisa makanan yang tertinggal di dalam rongga mulut yang diproses oleh flora normal rongga mulut. Beberapa faktor rongga mulut yang perlu mendapat perhatian khusus karena mempunyai peranan serta pengaruh besar terhadap

timbulnya halitosis pada seseorang diantaranya adalah saliva, lidah, ruang interdental, dan gigi geligi. Faktor Fisiologis Ekstra Oral Beberapa jenis masakan dan substansi makanan yang dikonsumsi sehari-hari juga dapat menimbulkan bau nafas yang kurang sedap. Makanan yang digoreng dan dan banyak mengandung bumbu seperti bawang dapat menimbulkan bau yang bertahan di mulut selama 10-12 jam. Faktor Patologis Intra Oral Faktor penyebab halitosis yang paling sering terlihat adalah disebabkan karena kurang terjaganya kebersihan dan kesehatan rongga mulut. Pada pasien yang oral higienenya buruk cenderung terjadi pembusukan sisa-sisa makanan yang menumpuk di sela-sela gigi oleh bakteri yang ada di dalam rongga mulut. Keadaan ini akan bertambah parah pada pasien yang memiliki kecenderungan untuk membentuk kalkulus dengan cepat. Gingivitis dan periodontitis adalah penyakit inflamasi yang paling umum terjadi dan memicu terjadinya halitosis disebabkan bakteri gram negatif seperti veilonella, fusobacterium nucleatum dan porphyromonas gingivalis tersembunyi di dalam jaringan periodontal yang sakit dan menimbulkan gas yang bau

Faktor Patologis Ekstra Oral Keadaan septik hidung dan struktur-struktur yang berhubungan dengannya menimbulkan ozena atau rinitis atropik yang ditandai dengan rasa kering dan atrofi membrane sehingga rongga hidung menjadi besar, bergerak, dan menimbulkan bau. Mekanisme Terjadinya Halitosis pada pasien yang menggunakan gigi tiruan Mekanisme terjadinya halitosis sangat dipengaruhi oleh penyebab yang mendasari keadaan tersebut. Pada halitosis yang disebabkan oleh makanan tertentu, bau nafas berasal dari makanan yang oleh darah ditransmisikan menuju paru-paru yang selanjutnya dikeluarkan melalui pernafasan. Secara khusus, bakteri memiliki peranan yang penting pada terjadinya bau mulut yang tak sedap atau halitosis. Bakteri dapat berasal dari rongga mulut sendiri seperti plak, bakteri yang berasal dari poket yang dalam dan bakteri yang berasal dari lidah memiliki potensi yang sangat besar menimbulkan halitosis VSC (Volatile Sulfur Compounds) merupakan unsure utama penyebab halitosis. VPC merupakan hasil produksi dari akrivitas bekteri-bakteri anaerob di dalam mulut yang berupa senyawa berbau yang tidak sedap dan mudah menguap sehingga menimbulkan bau yang mudah tercium oleh orang lain disekitarnya. Di dalam aktivitasnya di dalam mulut, bakteri anaerob bereaksi dengan protein-protein yang ada, protein di dalam mulut dapat diperoleh dari sisa-sisa makanan yang mengandung

10

protein, sel-sel darah yang telah mati, bakteri-bakteri yang mati ataupun sel-sel epitel yang terkelupas dari mukosa mulut. Seperti yang telah diketahui, di dalam mulut banyak terdapat bakteri baik gram positif maupun gram negatif. Kebanyakan bakteri gram positif adalah bakteri sakarolitik artinya di dalam aktivitas hidupnya banyak memerlukan karbohidrat, sedangkan kebanyakan bakteri gram negatif adalah bakteri proteolitik dimana untuk kelangsungan hidupnya banyak memerlukan protein. Protein akan dipecah oleh bakteri menjadi asam-asam amino Sebenarnya terdapat beberapa macam VSC serta senyawa yang berbau lainnya di dalam rongga mulut, akan tetapi hanya terdapat 3 jenis VSC penting yang merupakan penyebab utama halitosis, diantaranya metal mercaptan (CH3SH), dimetil mercaptan (CH3)2S, dan hidrogen sulfide (H2S). Ketiga macam VSC tersebut menonjol karena jumlahnya cukup banyak dan mudah sekali menguap sehingga menimbulkan bau. Sedangkan VSC lain hanya berpengaruh sedikit, seperti skatole, amino, cadaverin dan putrescine Selain itu pada kasus di scenario yang merupakan penyebab halitosis di sebabkan karena pasien yang jarang melepas dan membersihkan gigi tiruannya dan penyakit Diabetes Meliitus yang di derita oleh pasien Mekanisme penyakit DM mempengaruhi terjadinya halitosis di karenakan pasien DM terjadi penurunan aliran saliva sehingga pasien dengan riwayat DM memilki keluahan xerostomia sehingga self cleansing saliva kurang dan ciri khas

11

pada penderita DM bau aseton. Bau aseton yang di sebabkan karena adanya keton asidosis yang di sebabkan karena defisiensi insulin sehingga timbul keton asidosis. Pasien juga jarang kontrol pada dokter mengenai penyakit diabetes

meliitusnya sehingga xerostomia memperparah keluhan pasien DM akibat kadar gula darah yang tinggi , sehingga timbul keluhan halitosis pada pasien tersebut. Dimana karena adanya kadar gula darah yang tinggi sel sel di dalam tubuh tidak bisa melawan bakteri bakteri yang di dalam rongga mulut sehingga bakteri tersebut terus berkembang dan menginfeksi rongga mulut Akan tetapi adanya halitosis ini dapat di sebabkan karen pemakaian gigi tiruan yang telah lama yang di pengaruhi yaitu Rajinnya menjaga OH Rajin kontrol

Karena dalam pemakaian gig tiruan perlunya menjaga gigi tiruan dengan cara rajin membersihkan dan melepasnya karena apabila tidak akan terjadi masalah di dalam rongga mulut yaitu Iritasi jaringan karena jika pemakaian terlalu lama dan terus terusan di gunakan dapat terjadi perubahan pada fitting surface gigi tiruan sehingga terjadi Akumulasi plak lalu invasi jaringan di bawah nya dan terjadi lah denture stomatitis. Denture stomatitis adalah peradangan pada mukosa dimana tempat fitting surface gigi tiruan menempel yang terjadi akibat pemakaian gigi tiruan yang tidak di

12

ebrsihkan dan di sebabkan karena infeksi akibat akumulasi plak , rendahnya PH saliva , adanya porositas pada gigi gigi tiruan dan di sebabkan juga karena infeksi candida albicans Waktu melepas selama 4 8 jam agar mukosa dapat beristirahat dan Pada saat malam hari pasien di instruksikan untuk melepaskan gigi tiruannya Apabila kita dapatkan pasien dengan pemakai gigi tiruan dan memiliki riwayat DM seharusnya kita menyarankan pasien tersebut untuk kontrol ke dokter penyakit dalam dan ke dokter gigi . Pemeriksaan pada saat Kontrol GTL retentive dan stabilisasi jaringan sekitarnya adanya iritasi atau tidak di Tanya apakah ada keluhan lain

dan tak lupa menjelaskan kepada pasien mengenai cara perawatan

Edukasi yang dapat kita berikan pada pasien tersebut adalah diinstruksikan untuk membersihkan gigi tiruan , jangan menggunakan bahan pembersih yang mengandung bahan abrasive , merendamnya air biasa(air matang) , air hangat untuk membersihkan , gunakan sikat yang halus , bersihkan mukosa, Serta Motivasi berupa memberikan dukungan agar si pasien tetap terus menjaga gigi tiruan . Prosedur perawatan pemeliharaan gigi tiruan antara lain
13

a. Di instruksikan cara melepas dan menggunakan gigi tiruan b. Di instruksikan melepas GTL saat tidur dan di simpan pada air biasa atau menggunakan sinar ultra violet . jangan menggunakan air panas dapat merubah dimensi pada gigi tiruan c. Cara pembersihan dengan menyikat GTL setelah makan dan sebelum tidur dengan menggunakan sikat gigi yang halus , agar tidak menyebabkan kerusakan pada polishing surface d. Pembersihan dengan menggunakan alas baskom agar gigi tiruan apabila jatuh tidak patah. e. Pembersihan menggunakan dental floss . Saat ini semakin berkembangnya zaman kita kebal deture solution yaitu larutan yang di gunakan untuk membersihkan gigi tiruan sehingga memudahkan pasien dalam membersihkan . Kandungan yang terdapat dalam larutan itu adalah Sodium Bicarbonate , Citric Acid , Sodium Carbonate , Potassium Monopersulfate , Sodium Perborate , Sodium Benzoate , PEG 180 , TAED , Sodium Lauryl Sulfoacetate , VP VA Copolymer , Aroma , Subtilisin A , Blue 1 Aluminum Lake , Blue 2 Lake , Yellow 5 Aluminum Lake , Yellow 5 Hal hal yang dapat kita instrusikan kepada pasien untuk mencegah bau mulut adalah sebagai berikut Sikat gigi 2x sehari
14

Gunakan flossing Pemakaian obat kumur Di sarankan untuk scaling Restorasi gigi yang berlubang Hilangkan kebiasaan buruk seperti merokok Xerostomia di berikan obat perangsan saliva Kunjungan terapi setiap 6 bulan sekali

Sedangkan untuk masalah scenario yang kita lakukan adalah Edukasi untuk bagaimana cara merawat gigi tiruan ( melepas , membersihkan , kontrol penyakit sistemik , makan makanan yang berserat ) Management halitosis dalam pasien dengan pengguna gigi tiruan adalah dengan Pemberian obat kumur , Pemberian antibiotic atau anti jamur apabila terdapat anug dan denture stomatitis, Penggunaan denture solution, Kontrol DM guna mengetahui kadar gula darah pasien sehingga mengurangi resiko resiko penyakit DM yang dapat mempengaruhi kesehatan rongga mulut.

15

BAB III PENUTUP Konsep mapping


Jarang melepas GTL Pasien menggunakan GTL Kurang dalam menjaga OH halitosis makanan Kebiasaan buruk Aktivtas MO Penyakit Sistemik 16 Eksternal Management Aliran saliva DM

Xerostoom ia

Edukasi & motivasi internal

a. Kesimpulan Halitosis atau lebih kita kenal dengan bau mulut di sebabkan karena faktor fisiologi dan faktor patologis serta faktor intra oral dan ekstra oral. Pada pengguna gigi tiruan halitosi di sebabkan karena kurangnya terjaga nya dan perawatan pada gigi tiruan tersebut akibatnya sisa sisa makanan dan bakteri melekat pada permukaan gigi tiruan dengan menghasilkan bau mulut. Dan tak lupa sebaiknya kita harus menanyakan kepada pasien mengenai riwayat sistemik yang di miliki pasien tersebut , karena pada pasien penderita DM memiliki resiko terhadinya halitosis yang di sebabkan karena adanya bau aseton yang di hasilkan nya dan resiko terjainya xerostomia yang memperparah keadaan rongga mulut penderita. Dengan itu sebaiknya kita instruksikan kepada pasien agar kontrol mengenai GTL dan kadar gula darahnya untuk mengurangi resiko terjadinya halitosis. Sedangkan pada pasien yang telah terjadi halitosis kita dapat meberikan edukasi seperti cara perawatan GTL , dan kapan pasien harus melepaskan gigi tiruannya dan motivasi agar pasien tetap terus menjaga
17

gig tiruan serta OH rongga mulutnya. Dan management yang kita lakukan pada penderita halitosis dalam pasien dengan pengguna gigi tiruan adalah dengan Pemberian obat kumur , Pemberian antibiotic atau anti jamur apabila terdapat anug dan denture stomatitis, Penggunaan denture solution, Kontrol DM guna mengetahui kadar gula darah pasien sehingga mengurangi resiko resiko penyakit DM yang dapat mempengaruhi kesehatan rongga mulut.

DAFTAR PUSTAKA James,W. Little. 2008. Dental Management of The medically compromised patient Soratur, SH. 2006, Essential of Prosthodontics, Ed 1, New Delhi, Jaypee Brothers Medical Publisher Zarb, G.A et.all. 2002, Buku Ajar Prostodonsi untuk pasien Tak berigigi Menurut Boucher, Ed.1 , Jakarta, EGC www.repository.usu.ac.id Hickley , JC.1980. Boucher Prosthodontic Treatment for Edentolous Patient,8th Ed, The CV Mosby Co.St Louis, Toronto, London

18

You might also like