You are on page 1of 6

Alat yang digunakan adalah alat-alat gelas laboratorium, desikator, penjepit, oven, timbangan analitik, serangkaian alat HPLC,

alat ekstraksi, alat destilasi, alat destruksi, labu Kjeldahl, labu destilat, pemanas, alat penyaring Buchner, gelas arloji, tanur pengabuan (furnace), blender, botol timbang, spatula, cawan porselin, buret, dan corong Buchner.

Bahan yang digunakan yaitu sampel gonad bulu babi, dietil eter, H2SO4 pekat, selenium, CuSO4.5H2O, Na2SO4, NaOH 33%, H3BO30,1 N, H2SO4 0,3 N, HCl 0,1 N, indikator mixture (Bromochresol Green:Metil Red = 2:1), aseton, asetonitril trietilamin, kertas saring, dan natrium asetat 1 M. 60 %, HCl 6 N, metanol,

3.3 Prosedur Kerja 3.3.1 Pengambilan Sampel Pengambilan sampel T. gratilla dan D. setosum dilakukan secara acak saat air laut sedang surut. Lokasi pengambilan sampel yaitu pada perairan Pantai Tanjung Saubeba, Distrik Manokwari Utara. 3.3.2 Preparasi Sampel Sampel T. gratilla dan D. setosum yang telah didapatkan terlebih dahulu dibelah untuk kemudian diambil gonadnya. Sampel gonad tersebut dikeringkan di bawah sinar matahari sampai setengah kering, kemudian dioven pada suhu 45oC sampai kering merata (homogen). Setelah kering gonad dihaluskan dengan menggunakan blender menjadi serbuk. Selanjutnya, sampel yang digunakan dalam pnelitian ini adalah sampel gonad T. gratilla dan D. Setosum yang telah di preparasi menjadi sampel gonad kering. 18

3.3.3 Analisis Proksimat 3.3.3.1 Penentuan Kadar Air Botol timbang dikeringkan dalam oven pada suhu 105o C selama 1 jam. Kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan beratnya ditimbang (X). Sampel ditimbang sebanyak 5 g (Y), masukkan ke dalam botol timbang kemudian dimasukkan ke dalam oven selama 4-6 jam pada suhu 1050C, lalu didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang kembali. Pekerjaan diulang 3 kali sampai diperoleh bobot yang konstan. Untuk mendapatkan kadar air dihitung dengan rumus : Keterangan : X = bobot botol timbang (g) Y = bobot sampel (g) Z = bobot botol timbang + sampel (g) 3.3.3.2 Penentuan Kadar Abu

Cawan porselin kosong dimasukkan dalam oven pada suhu 105 C selama 1 malam. Setelah itu didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian timbang berat cawan porselin kosong (A). Ke dalam cawan porselin dimasukkan 5 g sampel yang telah dihaluskan kemudian dioven pada suhu 100 C selama 24 jam. Cawan porselen dipindahkan ke tungku pengabuan dan temperaturnya dinaikkan secara bertahap sampai suhu mencapai 550 C 5C. Suhu tersebut dipertahankan selama 8 jam/semalam sampai diperoleh abu berwarna putih. Setelah selesai, tungku pengabuan diturunkan suhunya menjadi sekitar 40C, selanjutnya cawan porselin dikeluarkan dengan menggunakan penjepit dan dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit. Setelah dingin, cawan porselin beserta dengan isinya ditimbang berat konstannya (B). Perhitungan: 19

Dimana: A = berat cawan porselin (g) B = berat cawan dengan abu (g) 3.3.3.3 Penentuan Kadar Lemak Labu lemak kosong ditimbang sebagai berat awal (A). Setelah itu ditimbang 5 g sampel yang telah dihaluskan (B) lalu dimasukkan dalam selongsong lemak. Sebanyak 150 mL dietil eter dan beberapa batu didih dimasukkan ke dalam labu lemak. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam alat sokhlet, kemudian dirangkaikan dengan pendingin. Ekstraksi dilakukan pada suhu 60 C selama 8 jam. Campuran lemak dan dietil eter dalam labu lemak diuapkan sampai kering. Labu yang berisi lemak dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105C selama 2 jam untuk menghilangkan sisa pelarut dan uap air. Selanjutnya labu dan lemak didinginkan di dalam desikator selama 30 menit. Setelah dingin, labu yang berisi lemak ditimbang berat konstannya (C). Perhitungan: dengan: A : Berat labu lemak kosong (g) B : Berat contoh (g) C : Berat labu dan lemak hasil ekstraksi (g) 3.3.3.4 Penentuan Kadar Protein Penentuan kadar protein dikerjakan melalui 3 tahap, yaitu: destruksi, destilasi, dan titrasi. Pada tahap destruksi, sampel ditimbang sebanyak 0,5 g (Z), dimasukkan ke dalam labu Kjedahl. Ke dalam labu Kjedahl tambahkan batu didih, 6 g katalis campuran (4 g selenium + 3 g

CuSO4.5H2O + 190 g Na2SO4), dan 20 mL H2SO4pekat. Selanjutnya campuran tersebut didestruksi selama 1 1,5 jam sampai larutan berwarna hijau kekuningan jernih. 20 Pada tahap berikutnya didinginkan dan dilanjutkan dengan proses destilasi. Pada saat destilasi, hasil destruksi diencerkan dengan aquades sampai volumenya 300 ml dan dilakukan pengocokan agar larutan homogen. Larutan dimasukkan ke dalam labu destilasi, ditambahkan batu didih dan dijadikan basa dengan menambahkan kira-kira 100 mL NaOH 33% dan selanjutnya labu dipasang pada alat destilasi. Sebuah erlenmeyer disiapkan pada pendingin sebagai penampung destilat yang telah diisi dengan 50 ml H 3BO3 0,1 N, 100 ml air dan 3 tetes indikator campuran (Bromochresol Green:Metil Red = 2:1). Destilasi diakhiri setelah destilat mencapai 200 ml (2/3 dari campuran dalam labu penyuling telah menguap). Larutan blanko dibuat dengan prosedur yang sama dengan prosedur preparasi sampel, hanya posisi sampel diganti dengan H 2O dan didestilasi dengan cara seperti di atas. Pada tahap titrasi, hasil destilasi dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai timbul perubahan warna, volume HCl dicatat (Y). Dilakukan juga titrasi untuk blanko, titer blangko sebagai X. Selanjutnya kadar protein kasar dihitung dengan rumus: Kadar protein kasar = (X-Y) x N x 0,014 x 6,25 x100% Z Keterangan : X = Jumlah titrasi sampel (ml)

Y = Jumlah titrasi blanko (ml) Z = Bobot sampel (g) N = Normalitas HCl 3.3.3.5 Penentuan Kadar Serat

Sampel ditimbang sebanyak 2 g (X), dimasukkan ke dalam beaker glass 500 mL, ditambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N, lalu dipanaskan hingga mendidih selama 30 menit. Setelah itu, ke dalam beaker glass, ditambahkan 25 ml NaOH 1,5 N dan didihkan selama 30 menit. Sebuah kertas saring ditimbang (A), kemudian cairan tersebut disaring menggunakan corong buchner yang berisi kertas saring yang telah ditimbang tersebut. Sisa penyaringan dicuci berturut-turut dengan 50 mL air panas, 50 mL H2SO4 0,3 N, 50 mL air panas, dan 25 mL aseton. Kertas saring dan isinya dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105oC selama 1 malam. Kemudian didinginkan dalam desikator selama 1 jam, dan ditimbang 21 setelah dingin (Y). Selanjutnya kertas saring dan isinya dipijarkan dalam tanur pada suhu 550 600oC, sampai berwarna putih seluruhnya (bebas karbon). Hasil pembakaran dikeluarkan dan didinginkan pada desikator. Bila sudah dingin kemudian ditimbang (Z). Kadar serat kasar dihitung dengan rumus: Keterangan : X = Bobot sampel awal (g) Y = Bobot sampel setelah dioven 105oC (g) Z = Bobot sisa pembakaran 550-600oC (g) A= Berat kertas saring (g) 3.3.3.6 Penentuan Kadar Karbohidrat Untuk menentukan kadar karbohidrat dilakukan dengan metode carbohidrat by difference. Yaitu 100% dikurangi kadar air, abu, protein, lemak

dan serat. (Nugroho, 1999). Kadar karbohidrat ini diukur pada sampel gonad kering. Kadar Karbohidrat = 100 % - (kadar air + abu + protein + lemak + serat)

You might also like