Professional Documents
Culture Documents
jumlah dan mutu yang cukup dan berkesinambungan merupakan kunci utama untuk menuju ketahanan
pangan yang tangguh. Sektor tanaman pangan di Indonesia memiliki posisi yang sangat penting dalam upaya penyediaan masyarakat. Salah satu komoditas tanaman pangan adalah ubikayu (Manihot bahan pangan bagi
serta
bahan
baku
untuk
industri
pangan maupun non pangan. Ditinjau dari aspek budidayanya, penanaman ubikayu cukup menguntungkan karena daya adaptasinya luas (termasuk di lahan yang kurang
subur/marginal), tidak mudah diserang hama dan penyakit , cara budidayanya telah dikenal dan dikuasai oleh petani serta biaya produksi relatif murah dengan hasil per hektar cukup
bervariasi. Contoh perbandingan produksi umbi lokal rata-rata 11 ton/ha, sedangkan untuk varietas unggul
seperti Adira 1 dan Adira 4 produksi umbinya dapat mencapai 25 - 40 ton/ha (Anonim, 2009). Produksi
ubikayu Indonesia sebesar + 23,08 juta ton pada tahun 2010, dan akan terus meningkat sejalan dengan penemuan varietas baru dan penggunaan teknik budidaya yang semakin maju (BPS, 2010). Tanaman ubikayu banyak di-
usahakan oleh petani karena ubikayu banyak manfaat, untuk berbagai keperluan yaitu untuk konsumsi langsung manusia, bahan makanan ternak dan bahan industri. Untuk konsumsi manusia ubikayu dapat diolah menjadi berbagai bentuk produk makanan seperti tape, keripik dan lain-lain. Sebagai bahan makanan ternak, ubikayu terutama diolah men-
jadi gaplek utuh, gaplek irisan (chips), dan gaplek pellet. Permintaan ubikayu terus meningkat seiring dengan beragamnya pemanfaatan ubikayu untuk bahan
baku industri, termasuk bioethanol. Peluang untuk meningkatkan produksi juga masih terbuka lebar dengan teknik budidaya yang tepat dan tersedianya varietas unggul berpotensi hasil tinggi. Keberhasilan ubikayu perlu peningkatan diikuti produksi pe-
dengan
nanganan pasca panen yang baik sehingga dapat mengurangi susut hasil panen ubikayu. dan mempertahankan mutu
Untuk mengurangi susut hasil panen ubikayu dan mempertahankan dilakukan pasca mutu
perlu
teknologi yang
penanganan
panen
didasarkan pada prinsip-prinsip Good Handling Practices (GHP). Oleh karena itu dalam rangka pasca mewujudkan panen ubikayu
penanganan
Dengan pedoman teknologi penanganan pascapanen ubikayu diharapkan para petani dapat melakukan
penanganan pasca-panen berdasarkan prinsip-prinsip yang benar sehingga dapat mengurangi susut hasil panen pada semua tahap kegiatan
penanganan pascapanen ubikayu dan mempertahankan mutu ubikayu serta mendapatkan hasil yang memenuhi persyaratan kualitas.
1.2. Tujuan Tujuan buku teknologi penanganan pascapanen ubikayu sebagai berikut: 1. Bahan panduan bagi petani dan pelaku pascapanen lainnya tentang cara-cara penanganan pascapanen yang Good berdasarkan Handling prinsip-prinsip (GHP)
Practices
sehingga diharapkan dapat : a. Mengurangi hasil ubikayu b. Mempertahankan mutu ubikayu tingkat kehilangan
produk
ubikayu
memenuhi
persyaratan
2. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam melakukan penanganan pascapanen ubikayu, khususnya terkait dengan upaya hasil panen. menurunkan susut
1.3. Ruang Lingkup Ruang lingkup teknologi penanganan pascapanen ubikayu adalah semua kegiatan yang dilakukan sejak ubikayu dipanen sampai menghasilkan produk setengah jadi (intermedidate product) meliputi : 1. Penentuan saat panen
2. Pemanenan 3. Pengupasan 4. Pencucian 5. Perajangan 6. Pengeringan 7. Pengemasan Chips 8. Penyimpanan umbi segar
1.4. Batasan Istilah/Pengertian Istilah dimaksud teknologi atau dan pengertian digunakan yang dalam
penanganan
pascapanen
ubikayu adalah: 1. Pascapanen adalah suatu kegiatan mulai dari pemanenan sampai
produk setengah jadi (intermediate products) seperti gaplek dan atau cassava chips. 2. Panen adalah pemetikan atau
pemungutan umbi di lahan budidaya ubikayu. 3. Pengupasan adalah pelepasan dan pemisahan bagian kulit yang tidak dikehendaki dari bagian umbi secara manual atau menggunakan mesin. 4. Perajangan adalah pengecilan
ukuran umbi segar menjadi bentuk dan ukuran yang relatif lebih kecil agar mempermudah pengeringan. 5. Penjemuran adalah pengeringan
mencapai kadar air tertentu (ditandai oleh bahan kering yang mudah dipatah dengan tangan atau bahan menjadi getas atau rapuh).
Pengeringan dapat juga dilakukan dengan alat pengering buatan (dryer mekanis). 6. Pengangkutan ubikayu dan hasil olahannya diartikan sebagai usaha pemindahan ubikayu dari lahan
pemanenan ke tempat pengolahan atau pemindahan chips kering dari tempat penjemuran atau ke tempat
penyimpanan tepung.
pengolahan
10
panjang masa simpan umbi dan masa tunggu penggunaan produk. 8. Gaplek/chips adalah hasil pengolahan ubikayu setelah dikupas,
dicuci, dirajang dan keringkan. 9. Tepung kasava adalah hasil pengolahan dicuci, digiling. 10. Produk setengah jadi adalah produk yang tidak mengalami perubahan sifat dan komposisi kimia. 11. Rendemen pengupasan merupakan suatu besaran yang digunakan ubikayu disawut, setelah dikupas, dan
dikeringkan
11
meliputi kegiatan penentuan saat panen, pemanenan, pengupasan, pencucian disertai perendaman, perajangan, pengeringan, pengemasan chips dan penyimpanan umbi segar. A. Penentuan saat panen Penentuan saat panen harus
dilakukan berdasarkan deskripsi varietas ubikayu (umur tanaman) dan pengamatan visual (kenampakan fisik). B. Pemanenan Pemanenan ubikayu sebaiknya
dilakukan pada umur yang tepat sesuai dengan karakteristik varietasnya. Pada
12
umumnya umur panen ubikayu berkisar antara umur 8 12 bulan. Panen yang dilakukan terlalu awal akan memberikan hasil produksi dan kandungan pati yang rendah. Apabila ubikayu dipanen
beberapa cara / variasi tergantung adat kebiasaan di suatu daerah masing-masing. Pemanenan sebagai berikut : 1. Pada tanah yang gembur cabut batang dan umbi dengan kedua belah tangan. 2. Namun apabila keadaan tanah agak keras diperlukan alat bantu berupa dilakukan dengan cara
13
pengungkit. Apabila ada umbi yang tertinggal di dalam tanah, maka umbi dapat digali dengan cangkul. Penggalian dilakukan dengan hati-hati agar umbi tidak luka atau patah 3. Pemanenan dengan alat pengungkit relatif lebih efisien (67 jam/ha/orang), bila dibandingkan dengan cara mencabut orang). 4. Panen dengan menggunakan pengungkit susut panennya relatif lebih kecil (1,3%) dibandingkan dengan menggunakan tangan sampai 7 %. 5. Pisahkan umbi dari batang dengan bantuan parang/golok, secara hati-hati agar tidak tertinggal dibatang. dengan tangan (113 jam/ha/
14
6. Kemudian masukkan ke dalam karung dan angkut ke tepi jalan untuk diangkut ke rumah petani dengan sepeda, pedati, lori, pick-up atau truk.
15
C. Pengupasan Pengupasan kulit secara manual merupakan cara pengupasan ubikayu yang terbaik. Cara ini memberikan
rendeman yang tinggi namun memerlukan waktu yang relatif lama dan tenaga kerja yang banyak. Pengupasan kulit dapat dilakukan dengan alat bantu pisau atau alat khusus pengupasan ubikayu. Lendir yang ada pada lapisan ubikayu sebaiknya dihilangkan dengan cara
dikerik. Perlakuan ini dilakukan segera setelah umbi dikupas untuk mengurangi kadar asam biru atau asam sianida (HCN). Pengupasan kulit yang tidak bersih akan menyebabkan kotoran yang masih
16
banyak
melekat
sehingga
mengaki-
kulit
D. Pencucian Ubikayu yang telah dikupas secepatnya dicuci dengan air yang mengalir kalau masih menunggu diproses,
17
ubikayu
kupas
sebaiknya
direndam
sementara dalam air (perhatikan, semua umbi harus tercelup air, bagian yang tidak tercelup akan ber-warna coklat). Bak perendaman ubikayu kupas berukuran panjang x lebar x tinggi = 1m x 1m x 1m untuk kapasitas 1 ton. Bak pencucian terbuat dari semen atau keramik, yang dilengkapi dengan
secara
18
E. Perajangan Proses perajangan ubikayu diartikan sebagai pengirisan / mengecilkan ukuran umbi kupas. Perajangan dapat dilakukan dengan alat atau mesin.
Tahapan proses yang penting dan cukup menentukan mutu tepung kasava yang dihasilkan adalah pada saat pembuatan gaplek dan chips kering. Gaplek
berbentuk gelondong, sedangkan chips bentuk cacah atau bentuk irisan tipis (slicer) atau bentuk sawut (shrudding). 1. Gaplek yaitu dibuat dengan cara umbi yang telah dikupas dibelah dua kemudian dicuci dan dilakukan
19
putih dan tidak berjamur, umbi terlebih dahulu dilakukan perendaman selama lima menit atau penyemprotan umbi dengan 4 % larutan garam atau 0,2 % sodium bisulfit.
Gambar 5. Proses perendaman ubikayu setelah dirajang 2. Chips Untuk merajang ubikayu menggunakan alat perajang sederhana /
20
manusia atau tangan. Untuk mengoperasikan alat tersebut dibutuh-kan 1 orang untuk operator. Alat tersebut berkapasitas olah 200 kg/jam.
21
a. Tebal irisan. Tebal irisan yang baik adalah 0,5-1,0 cm karena pada waktu kering akan menyusut menjadi 0,3-0,7 cm. Disamping itu, ketebalan irisan 0,5-1,0 cm akan yang mempermudah hanya akan
penjemuran
penyawut bertenaga mesin dengan mesin penggerak 2-3 HP yang dapat melakukan penyawutan sampai 500600 kg umbi kupas/jam. Ukuran
22
Gambar 7. Proses Perajangan ubikayu secara Mekanis kapasitas 500-600 kg/jam Keuntungan menggunakan alat penyawut besar ini, semua umbi dapat terajang. Sedangkan dengan penyawut kecil bagian pangkal umbi ada sedikit yang yang tidak tidak terajang. ini
Bagian
terajang
23
F.
lakukan dengan cara yang baik dan menggunakan sarana yang baik pula. Agar pengeringan chips/ sawut lebih cepat dan menurunkan kandungan
asam biru terutama pada ubikayu yang pahit maka dilakukan pemerasan sawut (alat press atau alat spiner) sampai kadar air sawut basah 45 %. Sawut yang tidak diperas (kadar air 60 %)
membutuhkan waktu penjemuran 14-16 jam, sedang yang diperas (kadar air 45
24
%) hanya 6-8 jam. Pemerasan dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Sawut basah dimasukkan ke dalam silinder pengepres yang sebelumnya telah dilapisi kantung / karung lain. 2. Pengungkit atau dongkrak dioperasikan (pengepres sistem hidrolik),
dapat juga menggunakan tangan dengan sistem ulir. 3. Air perasan akan keluar melalui lubang-lubang ngepres. 4. Pengepresan diakhiri apabila air yang keluar mulai bening. pada silinder pe-
25
Sawut basah, baik yang telah dipres segera dijemur menggunakan alas dari anyaman bambu, terpal plastik dengan tebal penjemuran 2-3 cm,
hingga kadar air sekurang-kurangnya 14%. Pengeringan atau penjemuran tidak dilakukan langsung di atas tanah,
26
melainkan menggunakan sistem rak penjemuran. Sedapat mungkin hindari dari binatang, debu dan kotoran lain. Pengeringan dapat dilakukan
dengan cara sistem curah dan sistem rak. Pengeringan sistem curah dilakukan dengan menggunakan alat pengering box (flat bad dryer) bila bahan bakar minyak dengan sistem pengering tidak langsung (indirect), tetapi bila bahan bakar secara gas dapat digunakan (direct). sistem Tebal
langsung
pengeringan 20 cm, suhu pengering maksimal 550C, lama pengeringan 5 - 7 jam. Sedangkan pengeringan sistem rak, tebal pengeringan 7 10 cm, suhu
27
28
G. Pengemasan Chips Pengemasan merupakan proses mempertahankan mutu chips/sawut selama 6 bulan. Tahapan yang dapat dilakukan adalah : 1. Kadar air chips/sawut yang akan disimpan kurang dari 12 % setelah dijemur. 2. Segera didinginkan setelah pen-
jemuran dan segera dimasukkan ke dalam wadah penyimpanan. 3. Wadah pengemasan yang paling baik adalah karung pelastik yang bagian dalamnya dilapisi oleh karung pelastik ( karung rangkap/double layer bag).
29
H. Penyimpanan Umbi Segar Penyimpanan sementara umbi segar menunggu bersifat waktu
sambil
yang tepat untuk dijual atau diolah lebih lanjut. Penyimpanan umbi segar harus dilakukan dengan menggunakan sarana yang baik. Beberapa cara penanganan penyimpanan umbi segar yang dapat dilakukan antara lain :
30
1.
Dengan Perlakuan Fungisida dalam Kantong Plastik. a. Penyimpanan /pengawetan umbi segar segera dilakukan paling
lambat 3 jam setelah panen. b. Pilih umbi yang baik atau sedikit mengalami luka. c. Kemasan yang digunakan
kantong plastik secara vertikal dengan menghadap disemprot bagian ke dengan pangkal atas, lalu
fungisida
31
Mertec 450 EW dengan konsentrasi 0,4 % . e. Sisa-sisa air (larutan fungisida) harus dikeluarkan melalui lubang kecil yang dibuat pada bagian dasar kantong plastik untuk
mencegah pertumbuhan jamur. f. Tutup kantong plastik dengan rapat dengan cara melipat
beberapa kali lalu ditutup rapat. g. Dengan cara ini umbi dapat disimpan sampai 15 hari tanpa
mempengaruhi sifat sensorisnya setelah dimasak. 2. Dengan Media Sekam Lembab a. Siapkan sekam padi kering
32
umbi segar lalu direndam dalam air bersih selama satu malam. b. Kemudian ditiriskan dan dikering anginkan sampai kadar 50-55%. c. Untuk penyimpanan umbi
diperlukan kotak kerangka kayu berukuran 60 cm x 60 cm x 40 cm yang mampu memuat 30-40 Kg umbi segar. d. Dinding dan alasnya terbuat dari bambu yang dibelah dua dan diatur berderet dengan selang 12cm. e. Bagian dalam kotak diberi alas dengan lembaran plastik ke-
33
kanan dan kiri, tepat disela-sela bambu udara untuk panas mengeluarkan dengan suhu di tujuan dalam
menurunkan kotak.
f. Bagian dasar kotak diberi sekam lembab dengan tebal 2 cm, kemudian di atasnya disusun rapat umbi segar yang telah disortasi. Diatas umbi segar
tersebut ditaburi sekam lembab setebal 2cm, demikian seterusnya sampai kotak terisi penuh dengan sekam lembab di bagian paling atas. g. Tutup kotak dengan lembaran plastik yang sudah diberi dua
34
buah lubang, kemudian dimasukkan ke dalam gudang dengan ventilasi yang baik. h. Pertahankan suhu ruangan sekitar 300C agar proses curing dapat berlangsung baik. i. Penyimpanan dengan cara ini umbi dapat disimpan hingga 90 hari, 71 % diantaranya masih cukup baik untuk dipasarkan (tekstur umbi masih keras,
bagian dalam berwarna putih, tidak berbau dan umbi masih mengeluarkan patahkan). getah bila di-
Untuk
mencegah
35
digunakan terlebih dahulu direndam dengan larutan garam dengan konsentrasi 1,8 3 % dari umbi segar yang akan
diawetkan.
Gambar 12. Penyimpanan umbi segar dengan media sekam lembab. 3. Dengan Media Serbuk Gergaji a. Bagian dalam kotak kayu yang akan digunakan dilapisi dengan lembaran plastik yang diberi
36
lubang kecil pada bagian dasar dan keempat sisinya. b. Serbuk gergaji lembab ( kadar air 50 %) digunakan secara berlapislapis yakni serbuk gergaji umbi segar serbuk gergaji umbi segar dan seterusnya. c. Kondisi serbuk gergaji yang
basah menyebabkan kelembaban dalam media simpan menjadi tinggi sehingga memungkinkan proses curing pada umbi segar, sekaligus menghambat proses
37
d. Dengan tertutupnya umbi oleh serbuk gergaji, reaksi oksidasi yang menyebabkan pewarnaan pada umbi juga dapat dihindari. e. Penyimpanan dengan cara ini umbi dapat disimpan selama satu bulan, 75-85 % umbi dapat dipasarkan. masih
38
mewujudkan
penanganan pasca panen ubikayu yang baik, perlu adanya pedoman teknologi penanganan pascapanen ubikayu. Dengan adanya pedoman teknologi penanganan pascapanen petani dapat ubikayu diharapkan para
melakukan berdasarkan
penanganan prinsip-prinsip
pascapanen
yang benar sehingga dapat mengurangi susut hasil panen pada semua tahap
39
kegiatan penanganan pascapanen ubikayu dan mempertahankan mutu ubikayu serta mendapatkan hasil yang memenuhi
persyaratan kualitas.
40
DAFTAR PUSTAKA
Erliana,Teknologi Penanganan Pascapanen Ubikayu Untuk Menekan Kehilangan Hasil. 2011. Materi Pertemuan Metodologi Menekan Susut Hasil Pascapanen Ubikayu, 13-15 April 2011 Bandung. Suismono,Teknologi Menekan Kehilangan Hasil Pascapanen Ubikayu. 2011. Materi Pertemuan Metodologi Menekan Susut Hasil Pascapanen Ubikayu, 1315 April 2011 Bandung. Suismono, Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Pangan Lokal berbasis Umbi-umbian. Artikel Edisi No. 52/XVII/Okober-Desember /2008
41