You are on page 1of 9

Laporan Kasus Demam Berdarah Dengue derajat II

6:58 PM Agus Haryono No comments STATUS PENDERITA

I.Anamnesis Identitas Nama Lengkap : Tn. B Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 15 th Suku Bangsa : jawa A g a m a : islam Pekerjaan : Pelajar Alamat : Kota gajah Tanggal masuk : 13 Desember 2009 Pukul : 18.50 wib Riwayat Penyakit Keluhan utama : Keluar darah dari hidung Keluhan tambahan : Badan panas, nyeri ulu hati, kurang nafsu makan, dan sakit kepala Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang lewat UGD RSUAY dengan keluhan keluar darah dari hidung 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Perdarahan terjadi 1 kali, darah berwarna merah kehitaman dan kental, jumlahnya sendok teh. Keluhan ini baru pertama kali dialami, dan tidak ada riwayat kepala terkena benturan serta mengorek-ngorek hidung. 3 hari sebelumnya pasien mulai mengalami badan panas. Panas dirasakan mendadak tinggi yang terus-menerus, siang sama dengan malam, tidak disertai menggigil, batuk, dan sesak nafas. Selain itu pasien juga mengeluh sakit di bagian ulu hati, mual, kurang nafsu makan dan sakit kepala. Dua hari setelah timbul panas, timbul bintik bintik merah di kulit yang tidak terasa gatal pada tangan dan kaki. Keluhan pegal-pegal, sakit pada otot badan dan sendi dirasakan pasien namun tidak begitu hebat. Belum BAB sejak 3 hari yang lalu, BAK tidak ada keluhan. 2 hari sejak timbul panas, pasien berobat ke dokter umum dan diberi 3 macam obat (tidak diketahui jenisnya). Setelah minum obat, panas badan menurun kemudian panas timbul kembali. Karena tiba-tiba keluar darah dari hidung, pasien langsung dibawa ke RSUAY. Pasien baru pertama kali menderita sakit seperti ini. Riwayat perdarahan lama, mudah berdarah, dan mudah memar tidak ada. Riwayat minum obat-obatan tertentu (sakit kepala, panas badan) dalam waktu lama tidak ada. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien belum pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga Dalam keluarga tidak ada yang menderita sakit seperti ini. II.Pemeriksaan Fisik (Tanggal 14 Desember 2009) Status Present - Keadaan umum : Tampak sakit sedang - Kesadaran : Compos mentis - Tekanan darah : 100/70 mmHg - Nadi : 80 x/menit - Respirasi : 24 x/menit - Suhu : 37,8 STATUS GENERALIS KEPALA - Bentuk : Normal, simetris - Rambut : Hitam, lurus, distribusi merata, tidak mudah dicabut - Muka : Bulat, simetris - Mata : Konjungtiva ananemis, sklera anikterik, reflek cahaya (+/+), - Telinga : Liang telinga lapang, serumen (-), sekret (-) - Hidung : Septum tidak deviasi, pernapasan cuping hidung (-),sekret (-) - Mulut : Bibir tidak kering, sianosis (-), lidah tidak kotor, gusi tidak ada perdarahan, faring tidak hiperemis LEHER - Trakhea : Di tengah - KGB : Tidak membesar - JVP : Tidak meningkat THORAKS - Bentuk : Normal, simetris - Retraksi suprasternal : (-) - Retraksi interkostal : (-) JANTUNG - Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat - Palpasi : Iktus kordis teraba sela iga IV garis midlavikula kiri - Perkusi : Batas atas sela iga II garis parasternal kiri - Batas kanan sela iga IV garis parasternal kanan - Batas kiri sela iga IV garis midklavikula - Auskultasi : Bunyi jantung I II normal, reguler, murmur (-) PARU - Inspeksi : Bentuk dan pergerakan hemitoraks kiri sama dengan kanan - Palpasi : Fremitus taktil dan vokal hemitoraks kiri sama dengan kanan - Perkusi : Sonor - Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

ABDOMEN - Inspeksi : Datar, simetris - Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-) - Perkusi : Timpani - Auskultasi : Bising usus (+) normal GENITALIA EKSTERNA - Kelamin : Laki-laki, tidak ada kelainan EKSTREMITAS - Superior : Akral hangat, uji tourniqet (+), petekie (+) - Inferior : Akral hangat III. Laboratorium (Tanggal 14 Desember 2009) Darah Rutin - Hb : 15,3 gr% ( 12 - 16 gr/dl ) - Ht : 47,9 % ( 38 47 %) - LED : 50 mm/jam ( 0 - 20 mm/jam) - Leukosit : 5700 /l ( 4.500 - 10.700/l ) - Diff. count : Lymfosit : 31,8 % Monosit : 14,0 % Granulosit : 54,2 % - Trombosit : 34.000 /l (150.000-400.000/l )

RESUME Anamnesis - Pasien datang lewat UGD RSUAY dengan keluhan keluar darah dari hidung 1 jam SMRS. sebanyak 1 kali, darah berwarna merah kehitaman dan kental, jumlahnya lebih kurang sendok teh. - Panas 3 hari, mendadak tinggi yang terus-menerus, siang sama dengan malam, menggigil (-), batuk (-), sesak nafas (-). - Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati, sakit kepala, mual, dan kurang nafsu makan. - Hari ke-2 panas,timbul bintik-bintik merah di kulit yang tidak terasa gatal pada tangan dan kaki. - Belum BAB sejak 3 hari yang lalu, BAK tidak ada keluhan. - Keluhan pegal-pegal, sakit pada otot badan dan sendi (+) - Riwayat pengobatan (+) namun keluhan tidak membaik. - Riwayat perdarahan lama, mudah berdarah, dan mudah memar tidak ada. - Pasien baru pertama kali menderita sakit seperti ini. - Dalam keluarga tidak ada yang menderita sakit seperti ini. Pemeriksaan Fisik - Keadaan umum : Tampak sakit sedang - Kesadaran : Compos mentis - Nadi : 80 x/menit - Respirasi : 24 x/menit

- Suhu : 37,8 C Status generalis - Mata : Konjungtiva ananemis, Sklera anikterik - Mulut : Bibir tidak kering, sianosis (-), lidah tidak kotor, gusi tidak ada perdarahan, faring tidak hiperemis - Leher : Dalam batas normal - Toraks : Cor dan pulmo dalam batas normal - Abdomen : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-) - Ekstremitas : Akral hangat, uji tourniqet (+), petekie (+) - Genitalia : Laki-laki, tidak ada kelainan Laboratorium Darah rutin - Hb : 15,3 gr % - Ht : 47,9 % - LED : 50 mm/jam - Leukosit : 5700/mm3 - Diff. Count : Lymfosit : 31,8 % Monosit : 14,0 % Granulosit : 54,2 % - Trombosit : 32.000/ uL DIAGNOSIS KERJA Demam Berdarah Dengue derajat II DIAGNOSIS BANDING 1. Chikungunya haemorragic fever 2. Idiopathic thrombocytopenic purpura 3. Demam tifoid 4. Malaria PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan serologis Dengue Blot 2. Pemeriksaan titer chikungunya 3. Widal 4. Malaria PENATALAKSAAN 1. Non Medikamentosa Tirah baring Minum banyak , jenis minuman : air bening, teh manis, sirup, jus buah, susu, oralit Diet tinggi kalori tinggi protein Observasi tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, frekuensi pernafasan) Awasi perdarahan Periksa Hb, Ht, trombosit tiap 6-12 jam

2. Medikamentosa Infus IVFD RL : D5% xx tpm Cefotaxime 2x1gr iv/12 jam Ranitidine 2x1 amp iv/12 jam Ondansentron 2x1 amp iv/12 jam Paracetamol 3x500 mg Neurodex 2x1tab Kalnex 3x500 mg

PROGNOSA - Quo ad vitam : dubia ad bonam - Quo ad functionam : dubia ad bonam - Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

FOLLOW UP

TANGGAL Keluhan - Demam - Nyeri ulu hati - Epistaksis - BAB hitam - Nafsu makan Keadaan umum

15-12-2009 + + -

15-12-2009 + menurun + + sdkt

15-12-2009 + +

Tampak sakit sedang Compos mentis 80 x/menit 22 x/menit 37,8C

Tampak sakit sedang Compos mentis 82x/menit 24 x/menit 37,4C

Tampak sakit sedang Compos mentis 83 x/menit 22 x/menit 36,1C

Kesadaran Vital sign - Nadi - Pernafasan - Suhu Pemeriksaan fisik

CA -/-, SI -/-

dbn

dbn

- Mata - Paru & jantung - abdomen Terapi

dbn dbn

dbn

dbn

- Tirah baring - Diet TKTP - Infus IVFD RL : D5% xx tpm - Cefotaxime 2x1gr iv - Ranitidine 2x1 amp iv - Ondansentron 2x1 amp iv - Paracetamol 3x500 mg - Neurodex 2x1 tab - Kalnex 3x500 mg

- Tirah baring - Diet TKTP - Infus IVFD RL : D5% xx tpm - Cefotaxime 2x1gr iv - Ranitidine 2x1 amp iv - Ondansentron 2x1 amp iv - Paracetamol 3x500 mg - Kalnex 3x500 mg - Vit B19 3x1 tab

- Tirah baring - Diet TKTP - Infus IVFD RL : D5% xx tpm - Cefotaxime 2x1gr iv - Ranitidine 2x1 amp iv - Ondansentron 2x1 amp iv - Paracetamol 3x500 mg - Kalnex 3x500 mg - Vit B19 3x1 tab

Demam Berdarah Dengue - DBD


Editor's rating Average user rating Views Favoured 18109 171 (0 vote)

Musim hujan, akan merupakan yangdiharaplkan nyamuk untuk berkembang biak dan siap mencari mangsa, terutama nyamuk Aedes Aegity penyebab DBD. Hati- hati..... Dewasa ini penyakit DBD masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia bersifat endemis dan timbul sepanjang tahun disertai dengan epidemi tiap 5 tahunan dengan kecenderungan interval serangan epidemi menjadi tak teratur. Untuk mendiagnosia klinik DBD pedoman yang dipakai adalah yang disusun WHO : Gejala Klinis : 1. Demam tinggi yang bersifat akut. 2. Adanya manifestasi perdarahan (paling sedikit tes tour-niquet positif) 3. Hepatomegali 4. Renjatan

Hasil Test Laboratorium : 1. Trombositopeni (?100.000/uL). 2. Hemokonsentrasi (kenaikan Ht ?20% diatas nilai rata-rata hematokrit penduduk menurut umur dan kelamin). Untuk kehati-hatian kita segeralah ke dokter Rumah sakit agar segera mendapatkan pertolongan, karena siklus DBD biasanya sangat cepat dan kita biasanya lengah. Pada saat epidemi sering sekali penderita menjadi panik dan memaksa untuk dirawat di rumah sakit sehingga fasilitas rawat inap di rumah sakit tidak memenuhi kebutuhan/keinginan penderita untuk dirawat di rumah sakit, dalam keadaan ini seyogyanya hanya penderita yang benar-benar memerlukan pengawasan di rumah sakit saja yang dirawat.

Diagnosis klinis Definisi kasus DBD (case definition) menurut kriteria WHO (1997) harus memenuhi semua keadaan di bawah ini, meliputi: 1) Demam atau riwayat demam akut selama 2-7 hari, kadang-kadang bersifat bifasik. 2) Manifestasi perdarahan bersifat sebagai salah satu di bawah ini: Tes tourniquet positif Petekie, ekimosis purpura Perdarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan atau tempat lain Hematemesis atau melena 3) Trombositopeni (?100.000/uL). 4) Bukti adanya kebocoran plasma karena meningkatnya per-meabilitas vaskuler, bermanifestasi sebagai salah satu di bawah ini: Kenaikan hematokrit ?20% diatas nilai rata-rata hematokrit untuk populasi, umur dan jenis kelamin.

Penurunan nilai hematokrit ?20% dari nilai dasar setelah pengobatan cairan untuk mengatasi hipovolemi. Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, ascites dan hipoproteinemi. Berdasarkan kriteria tersebut untuk diagnosis klinik harus dipenuhi kriteria kenaikan hematokrit ?20% sebagai bukti ada-nya kebocoran plasma. Laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang penting ialah hemokonsentrasi ( Nilai Hematokrit ) dan trombositopeni ( jumlah trombosit menurun). Hemokonsentrasi sesuai dengan patokan WHO baru dapat dinilai setelah penderita sembuh. Penderita DBD yang sepenuhnya memenuhi kriteria klinis WHO yaitu trombosit ?100.000/uL dan hemokonsentrasi ?20% hanya berjumlah 20%. Bila patokan hemokonsentrasi dan trombositopeni menurut kriteria WHO dipakai secara murni maka banyak penderita DBD yang tidak terjaring dan luput dari pengawasan. Dalam kenyataan di klinik tidak mungkin mengukur kenaikan hemokonsentrasi pada saat penderita pertama kali datang sehingga nilai hematokritlah yang dapat dipakai sebagai pegangan. Penelitian pada penderita DBD berkesimpulan nilai hematokrit ?40% dapat dipakai sebagai petunjuk adanya hemokonsentrasi dan selanjutnya diperhatikan kenaikannya selama pengawasan. Radiologi Pencitraan dengan foto paru dapat menunjukan adanya efusi pleura dan pengalaman menunjukkan bahwa posisi lateral dekubitus kanan lebih baik dalam mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.

Ultrasonografis Pencitraan USG pada anak lebih disukai dengan pertimbangan dan yang penting tidak menggunakan sistim pengion (sinar X) dan dapat diperiksa sekaligus berbagai organ dalam perut. Adanya ascites dan cairan pleura pada pemeriksaan USG sangat membantu dalam penatalaksanaan DBD. Pemeriksaan USG dapat pula dipakai sebagai alat diagnostik bantu untuk meramalkan kemungkinan penyakit yang lebih berat misalnya dengan melihat penebalan dinding kandung empedu dan penebalan pankreas .

Serologik Diagnosis pasti DBD ditegakkan dengan pemeriksaan serologis (tes hemaglutinasi inhibisi, fiksasi komplemen, tes netralisasi, Elisa IgM dan IgG, PCR) serta isolasi virus. Tes baku yang dianjurkan WHO ialah tes hemaglutinasi inhibisi (HI). Untuk konfirmasi dilakukan pemeriksaan hemaglutinasi inhibisi (HI) dari sampel darah akut saat masuk dirawat, sampel darah saat keluar, rumah sakit dan penderita diminta untuk kontrol kembali setelah 1 minggu pulang sekalian diambil sampel darah ketiga. Dari pengalaman hanya sekitar 50% penderita kembali untuk pengambilan darah ketiga, akan tetapi hal ini sangat berarti dalam penilaian hasil serologik.

PATOFISIOLOGI Kelainan utama pada DBD ialah (1) bertambahnya per-meabilitas vaskuler yang menyebabkan terjadinya kebocoran plasma dan terjadinya hipovolemi

intravaskuler, (2) gangguan hemostasis (angiopati, trombositopeni dan koagulopati). Pemulihan volume cairan intravaskuler secara dini dan adekuat Koagulasi Intravaskuler Diseminata (KID). Secara teoritis tahapan perubahan pada permeabilitas dinding vaskuler dan pengaruhnya terhadap perbedaan tekanan onkotik cairan intravaskuler dan ekstravaskuler . Pada saat terjadi kebocoran plasma, albumin, air dan elektrolit keluar dari kompartemen intravaskuler kedalam kompartemen ektravaskuler . Dengan adanya protein dalam kompartemen ektravaskuler tekanan osmotik cairan ekstravaskuler meningkat dan perbedaan (gradien) tekanan osmotik infra dan ektra vaskuler menurun dengan akibat penarikan masuk air dan elektrolit pada sisi kapiler venus menurun. Berkurangnya cairan yang masuk kembali ke kompartemen intravaskuler menyebabkan terjadinya hipovolemi intravaskuler, hemokonsentrasi, viskositas darah meningkat, aliran darah menurun, perfusi jaringan berkurang dan mungkin terjadi renjatan dengan komplikasi yang berat yaitu KID yang dapat menyebabkan intravaskuler menyebabkan terkumpulnya cairan di kompartemen ektravaskuler yang dapat bermanifestasi se-bagai cairan pleura, ascites dan cairan pada dinding organ di perut.

Referensi : Cermin Dunia Kedokteran.

You might also like