You are on page 1of 13

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air Tanah Air tanah sering disebut air tawar karena tidak berasa asin. Berdasarkan lokasi air, maka air tanah dapat dibagi dalam 2 (dua) bagian yaitu air permukaan tanah dan air jauh dari permukaan tanah. a. Air permukaan tanah Air permukaan tanah sangat tergantung pada air hujan. Yang termasuk air permukaan tanah adalah sungai, rawa-rawa, danau, waduk (buatan). Air permukaan tanah sering dicemari oleh sampah keluarga, kotoran hewan, limbah industri dan limbah domestik. Berdasarkan hasil penelitian/analisis,

elemen/mineral yang terkandung di dalam air permukaan adalah : Hardness (120mg/l sebagai CaCO 3 ), Calsium (80 Mg/L sebagai CaCO 3 ), magnesium (40 Mg/L sebagai CaCO 3 ), Sodium dan Potasium (19 Mg/L sebagai Na), Bicarbonat (106 Mg/L sebagai CaCO 3 ), Chlorida (23 Mg/L sebagai Cl), Sulfat (38 Mg/L sebagai SO 4 ), Nitrate (0,44 Mg/L sebagai N), Besi (0,3 Mg/L sebagai Fe), Silica (13 Mg/L sebagai SiO 2 ) Karbon dioksid (4 Mg/L sebagai CaCO 3 ) dan pH 7,8 (Gabriel, 2001). b. Air bawah tanah Air bawah tanah sering disebut dengan air tekanan yaitu air yang tersimpan dalam lapisan tanah. Air bawah tanah adalah air sumur gali dan air sumur bor (Gabriel, 2001).

Universitas Sumatera Utara

c. Mata Air Mata air adalah tempat dimana air tanah keluar kepemukaan tanah, keluarnya air tanah tersebut secara alami dan biasanya terletak di lereng- lereng gunung atau sepanjang tepi sungai. Berdasarkan munculnya kepermukaan air tanah terbagi atas 2 (dua) yaitu : 1. Mata air mengalir (graviti spring) yaitu air mengalir dengan gaya berat sendiri. Pada lapisan tanah yang permukaan tanah yang tipis, air tanah tersebut menembus lalu keluar sebagai mata air. 2. Mata air artesis berasal dari lapisan air yang dalam posisi tertekan. Air artesis berusaha untuk menembus lapisan rapat air dan keluar ke permukaan bumi. Ditinjau dari sudut kesehatan, ketiga macam air ini tidaklah selalu memenuhi syarat kesehatan, karena ketiga-tiganya mempunyai kemungkinan untuk tercemar. Embun, air hujan dan atau salju misalnya, yang berasal dari air angkasa, ketika turun ke bumi dapat menyerap abu, gas, ataupun meteri-materi yang berbahaya lainnya. Demikian pula air permukaan, karena dapat terkontaminasi dengan pelbagai zat-zat mineral ataupun kimia yang mungkin membahayakan kesehatan (Gabriel, 2001).

2.2. Sumur Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah- rumah perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi melalui rembesan. Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat

Universitas Sumatera Utara

merupakan sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik, bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam sumur. Sumur gali ada yang memakai dinding sumur dan ada yang tidak memiliki dinding sumur. Syarat konstruksi pada sumur gali meliputi dinding sumur, bibir sumur, lantai sumur, serta jarak dengan sumber pencemar (Gabriel, 2001). Sumur bor adalah jenis sumur dengan cara pengeboran lapisan air tanah yang lebih dalam ataupun lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai sehingga sedikit dipengaruhi kontaminasi. Umumnya air ini bebas dari pengotoran mikrobiologi dan secara langsung dapat dipergunakan sebagai air minum. Air tanah ini dapat diambil dengan pompa tangan maupun pompa mesin (Depkes RI, 1985).

2.1.1. Syarat Lokasi atau Jarak Sumur Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepage pit), dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada

keadaan serta kemiringan tanah. Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir sehingga tidak ada genangan air. Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran (Gabriel, 2001).

Universitas Sumatera Utara

2.1.2. Dinding Sumur Menurut Gabriel (2001) ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi dalam standart mutu dinding sumur gali, diantaranya adalah: 1. Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali harus terbuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi perembesan air/pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu bata tanpa semen, sebagai bidang perembesan dan penguat dinding sumur. 2. Pada kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur harus dibuat dari tembok yang tidak tembus air, agar perembesan air permukaan yang telah tercemar tidak terjadi. Kedalaman 3 meter diambil karena bakteri pada umumnya tidak dapat hidup lagi pada kedalaman tersebut. Kira-kira 1,5 meter berikutnya ke bawah, dinding ini tidak dibuat tembok yang tidak disemen, tujuannya lebih untuk mencegah runtuhnya tanah 3. Dinding sumur bisa dibuat dari batu bata atau batu kali yang disemen. Akan tetapi yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa beton untuk sumur gali bertujuan untukn menahan longsornya tanah dan mencegah pengotoran air sumur dari perembesan permukaan tanah. Untuk sumur sehat, idealnya pipa beton dibuat sampai kedalaman 3 meter dari permukaan tanah. Dalam keadaan seperti ini diharapkan permukaan air sudah mencapai di atas dasar dari pipa beton. 4. Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan tanah yang mengandung air cukup banyak walaupun pada musim kemarau.

Universitas Sumatera Utara

5.

Bibir sumur gali. Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat antara lain : di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal 70 cm untuk mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek keselamatan dan dinding sumur di atas permukaan tanah kirakira 70 cm, atau lebih tinggi dari permukaan air banjir, apabila daerah tersebut adalah daerah banjir.

2.1.3. Lantai Sumur Menurut Gabriel (2001) lantai sumur gali memiliki syarat kelayakan tertentu beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antara lain : 1. Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air 1,5 m lebarnya dari dinding sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas permukaan tanah, bentuknya bulat atau segi empat. 2. Tanah di sekitar tembok sumur atas disemen dan tanahnya dibuat miring dengan tepinya dibuat saluran. Lebar semen di sekeliling sumur kira-kira 1,5 meter, agar air permukaan tidak masuk. 3. Lantai sumur kira-kira 20 cm dari permukaan.

2.1.4. Saluran Pembuangan Air Limbah Saluran pembuangan air limbah dari sekitar sumur menurut Achmad (2004), dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya 10 m. Sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa, pada dasarnya pembuatannya sama dengan sumur gali tanpa pompa, tapi air sumur diambil dengan mempergunakan pompa. Kelebihan jenis sumur ini adalah kemungkinan

Universitas Sumatera Utara

untuk terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan kondisi sumur selalu tertutup. Penentuan persyaratan dari sumur gali didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: 1. Kemampuan hidup bakteri patogen selama 3 hari dan perjalanan air dalam tanah 3 meter/hari. 2. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara vertikal sedalam 3 meter. 3. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara horizontal sejauh 1 meter. 4. Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat sumur digunakan maupun sedang tidak digunakan. 5. Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur.

2.3. Pencemaran Air Pencemaran air umumnya terjadi oleh tingkah-laku manusia seperti oleh zat-zat detergen, asam belerang dan zat-zat kimia sebagai sisa pembuangan pabrik-pabrik kimia/industri. Pencemaran air juga disebabkan oleh pestisida, herbisida, pupuk tanaman yang merupakan unsur-unsur polutan sehingga mutu air berkurang (Supardi, 2003). Pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor : KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah : masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air sehingga menyebabkan berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh peruses alam sehingga kualitas air

Universitas Sumatera Utara

turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (pasal 1). Pencemaran air terjadi apabila dalam air terdapat berbagai macam zat atau kondisi (panas) yang dapat menurunkan standar kualitas air yang telah ditentukan, sehingga tidak dapat digunakan untuk kebutuhan tertentu. Suatu sumber air dikatakan tercemar tidak hanya karena tercampur dengan bahan pencemar, akan tetapi apabila air tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu. Sebagai contoh suatu sumber air yang mengandung logam berat atau mengandung bakteri penyakit masih dapat digunakan untuk kebutuhan industri atau sebagai pembangkit tenaga listrik, akan tetapi tidak dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga (keperluan air minum, memasak, mandi dan mencuci) (Supardi, 2003).

2.4.

Sumber Polutan Polutan yang memasuki perairan terdiri atas campuran berbagai jenis

polutan. Jika di perairan terdapat lebih dari dua jenis polutan maka kombinasi pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga (Effendi, 2003) : 1. Additive : pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan merupakan penjumlahan dari pengaruh masing-masing polutan. Misalnya, pengaruh kombinasi zinc dan kadmium terhadap ikan. 2. Synergism : pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan lebih besar daripada penjumlahan pengaruh dari masing-masing polutan. Misalnya, pengaruh kombinasi copper dan klorin atau pengaruh kombinasi copper dan surfaktan.

Universitas Sumatera Utara

3.

Antagonism : pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan saling mengganggu sehingga pengaruh secara kumulatif lebih kecil atau kemungkinan hilang. Misalnya, pengaruh kombinasi kalsium dan timbal atau zinc atau aluminium. Rao (1992) mengelompokkan bahan pencemar di peraiarn menjadi

beberapa kelompok, yaitu : (1) limbah yang mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut (oxygen demanding waste), (2) limbah yang mengakibatkan munculnya penyakit (disease causing agents), (3) senyawa organik sintetis, (4) nutrient tumbuhan, (5) senyawa anorganik dan mineral, (6) sedimen, (7) radioaktif, (8) panas (thermal discharge), dan (9) minyak. Bahan pencemar (polutan) yang masuk ke dalam air biasanya merupakan kombinasi dari beberapa jenis pencemar yang saling berinteraksi.

2.5.

Kebutuhan Air Bersih Air bersih merupakan salah satu hal yang paling penting dan mendapat

prioritas dalam perencanaan kota. Kebutuhan air suatu kota menurut Catanese dan Snyder (1996) dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu: 1. Penggunaan rumah tangga, dipakai di tempat hunian pribadi, rumah, apertemen dan sebagainya untuk minum, masak, mandi, cuci dan penyiraman tanaman dan kebutuhan rumah tangga lainnya. 2. Penggunaan komersil dan industri, digunakan oleh kegiatan komersil seperti toko, rumah makan, salon dan sebagainya serta kegiatan pabrik dan industri. 3. Penggunaan umum, digunakan pada fasilitas umum seperti taman, sekolah, rumah sakit, bangunan pemerintah dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan manusia dan mendapatkan prioritas yang utama untuk pemenuhannya. Kebutuhan air tidak hanya menyangkut kuantitas atau jumlah, tetapi juga

kualitas atau mutunya. Kualitas air yang baik merupakan salah satu alasan sebagian penduduk kota membeli air kemasan untuk konsumsi (minum dan masak) (Soemarwoto, 2001). Jumlah kebutuhan air bersih meningkat seiring dengan meningkatnya status sosial ekonomi dan kualitas hidup masyarakat. Semakin meningkat

kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kualitas hidup seseorang, maka semakin meningkat pula aktivitasnya sehingga kebutuhan air bersih yang diperlukan untuk kehidupannya juga meningkat. Kualitas atau mutu yang disyaratkan untuk air bersih adalah berdasarkan syarat fisik, kimia dan bakteriologik sesuai standart atau baku mutu yang berlaku (Permenkes RI No. 416/Menkes/PER/XI/1990). Untuk mengetahui kualitas air dapat dilakukan dengan uji laboraturium, sedangkan syarat fisik dapat dilakukan pengamatan langsung yang meliputi: Tidak berwarna Tidak berasa Tidak berbau Jernih

Universitas Sumatera Utara

2.6.

Kebijakan Pemerintah dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Air Bawah Tanah

Kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan air bawah tanah pada dasarnya bertujuan untuk melakukan konservasi air bawah tanah. Menurut Keputusan menteri Nomor 1451 K/10/MEM/2000, yang dimaksud dengan konservasi air bawah tanah adalah pengelolaan air bawah tanah untuk menjamin

pemanfaatannya secara bijaksana dan menjaminketersediaannya dengan tetap memelihara serta meningkatkan mutunya tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi dan lingkungan sumberdaya air bawah tanah tersebut. Dalam batas-batas tertentu pengambilan air bawah tanah untuk keperluan air minum dan rumah tangga tidak diperlukan ijin, dengan ketentuan: 1. Pengambilan air bawah tanah dengan menggunakan tenanga manusia dari sumur gali. 2. Pengambilan air bawah tanah dari sumur bor pipa (sumur pasang) bergaris tengah kurang dari 2 (dua) inci atau 5 cm. 3. Pengambilan air bawah tanah untuk rumah tangga bagi kebutuhan kurang dari 100 (seratus meter kubik sebulan) dengan tidak menggunakan sistem distribusi terpusat. Menurut Pratowo (2001) keberhasilan pengelolaan air tanah sangat

tergantung pada fungsi pengawasan dan pengendalian termasuk fungsi pembinaan. Pengawasan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin tegaknya peraturan perundang-undangan pengelolaan air bawah tanah, meliputi pemantauan terhadap air bawah tanah agar dalam pemanfaatannya tidak berakibat negatif terhadap lingkungan serta untuk menjaga ketersediaan dan mutunya.

Universitas Sumatera Utara

Adanya kunjungan petugas untuk melaksanakan pengawasan dan pengendalian. Semakin sering dilakukan kunjungan semakin baik karena masyarakat menjadi lebih sering diperingatkan dan dibina agar memanfaatkan air bawah tanah sesuai dengan kaidah yang berlaku.

2.7.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Air Bawah Tanah Secara teoritis, meningkatnya jumlah dan aktivitas penduduk akan

meningkatkan jumlah kebutuhan air bersih (demand). Kebutuhan air bersih tersebut harus diimbangi dengan persediaan (supplai) yang cukup. Ditinjau dari sisi kualitas, kuantitas dan biaya air bawah tanah merupakan alternatif yang banyak dipilih. Mengingat air bawah tanah memiliki karakteristik yang baik serta mudah diperoleh dan murah biaya memanfaatkannya, maka masyarakat lebih cenderung memanfaatkan air bawah tanah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Soemarwoto, 2001). Menurut Pratowo (2001) pemakaian air tanah yang melebihi potensi akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan yang berakibat pada

berkurangnya cadangan bagi generasi mendatang serta terjadinya kerusakan lingkungan yang akan sangat berpengaruh pada perkembangan kota dan penduduk kota itu sendiri. Untuk itu diperlukan peran pemerintah di dalam pemanfaatan air bawah tanah, khususnya untuk keperluan rumah tangga, utamanya dalam melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan air bawah tanah adalah: 1. 2. Pemanfaatan air bersih. Ketersediaan air bawah tanah yang meliputi kuantitas, kualitas, biaya pemanfaatan serta cara memperoleh air bawah tanah.

Universitas Sumatera Utara

3.

Kebijakan pemerintah tentang pemanfaatan air bawah tanah.

2.8.

Penelitian Terdahulu Menurut Mawardi (2012) sumur gali menyediakan air yang berasal dari

lapisan air tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, yang mudah terkontaminasi oleh rembesan, sehingga berpotensi mengalami penurunan kualitas air. Kontaminasi paling umum adalah karena limpasan air dari sarana pembuangan kotoran manusia atau hewan, yang berasal dari sepsitank WC yang kurang permanen. Pada Wilayah Puskesmas I Denpasar Selatan menunjukkan bahwa pada bulan pebruari BOD, Fe dan total Coliform melampaui baku mutu, dan bulan April 2008 DO, BOD, Fe dan total Coliform melampaui baku mutu air kelas I juga baku mutu air minum. Hal ini disebabkan karena kondisi sumur yang tidak sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan. Untuk memperbaiki kualitas air sumur masyarakat diharapkan memperbaiki kondisi lingkungan fisik sumur seperti menutup kembali sumur setelah mengambil air, menghindarkan air tergenang disekitar sumur, menjaga lantai dan dinding sumur tetap kedap air dan meningkatkan perilaku hidup sehat, agar kualitas air sumur aman untuk air bersih dan air baku air minum. Mawardi (2012) menyatakan kualitas air sumur di Wilayah Kartasura secara fisik hasilnya baik, tetapi kualitas unsur Mangan (Mn) dan Besi (Fe) melebihi ambang batas. Kualitas air yang sehat harus memenuhi syarat-syarat kesehatan yang meliputi syarat fisik, kimia dan mikrobiologis. Berdasarkan penelitian warna air sumur berwarna jernih biru kehitaman. Warna dalam air ini disebabkan oleh adanya zat-zat yang terkandung di dalamnya, seperti pembuangan limbah industri, material, humus. Selain warna bau pada air sumur ini juga beraoma amis. Bau ini disebabkan oleh kadar Besi (Fe) yang sangat

Universitas Sumatera Utara

tinggi. Temperatur air yang tinggi juga menyebabkan meningkatnya daya atau tingkat toksisitas bahan kimia atau bahan pencemar dalam air dan pertumbuhan mikroba.

Universitas Sumatera Utara

You might also like