You are on page 1of 5

KREATIVITAS HIJAU

Dutasia dan Igun Gimbal


APRIL, 2013 VOL 1 ISSUE 2

KREATIVITAS HIJAU
Dutasia dan Igun Gimbal

DUTASIA DAN IGUN GIMBAL

KREATIVITAS HIJAU
Dutasia dan Igun Gimbal
APRIL, 2013 VOL 1 ISSUE 2

Profil
Proses berpikir kreatif bisa didapatkan dari mana saja, bahkan di jalanan. Itulah yang terjadi pada seorang tokoh yang bermula dari anak jalanan yang berprofesi sebagai pengamen. Perantauan dari Lampung, Petrus Gunawan atau yang lebih akrab dipanggil Igun Gimbal datang ke Tangerang untuk mencari jati diri.

KREATIVITAS HIJAU
Dutasia dan Igun Gimbal

Mengais rezeki di kota besar tidaklah mudah. Dengan bermodalkan sebuah tas gitar, Igun Gimbal bertahan hidup dengan menjadi seorang pengamen di daerah Cimone, Tangerang. Dalam menjalani pekerjaannya itu, Igun merasa profesinya kurang dihargai. Lalu Igun mulai memperhatikan sekitarnya dan memanfaatkan potensi yang ada. Muncul ide untuk mengolah barang-barang bekas menjadi suatu kreasi. Oleh karena latar belakang pendidikannya adalah seorang lulusan SMEA Akuntansi, maka Igun perlahan-lahan merambah ke dunia bisnis kecil. Ketika penghasilannya lebih baik, jiwa sosialnya tergugah. Berlandaskan kemauan yang kuat, Igun mulai mengumpulkan teman-temannya sesama pengamen di sebuah rumah yang ia sewa dengan harga Rp 30000/bulan. Dan ia berhasil mengumpulkan 12 orang pada waktu itu. Jadi waktu itu saya mikirnya, setiap ada yang merantau dan belum berada, saya tampung walau saya juga masih kurang, ujar Igun Gimbal. 12 orang yang tinggal bersamanya, menjadi motivasi yang besar bagi Igun dalam menggali potensinya. Teman-temannya dibebaskan untuk berkarya mengerjakan apa pun yang mereka sukai. Sosok Igun bukanlah orang yang takut untuk gagal. Bermodalkan uang Rp 5000, ia bereksperimen dengan cat, minyak tanah dan pasir bangunan hasil hibah orang lain. Hasil kreasinya ia jual di pasar kaget yang buka seminggu sekali. Semakin banyak peminat yang membeli hasil karyanya, maka muncul sebuah ide untuk mengikuti lomba. Perjuangan membuka lapak dan mengikuti lomba, membuat Igun mampu membiayai teman-temannya sampai tahun 2008. Beberapa lomba yang pernah ia ikuti misalnya lomba kesenian pahat di Bali sampai pada perlombaan dekorasi di sebuah mall daerah Sidomulyo. Di lomba inilah saya ketemu dengan mahasiswa UPH. Dia tertarik dengan hasil karya saya dan mengajak saya bergabung di yayasan sosial Dutasia, ujarnya.

KREATIVITAS HIJAU
APRIL, 2013

Dutasia dan Igun Gimbal

VOL 1 ISSUE 2

Beliau tertarik pada tawaran tersebut. Tanpa pikir panjang ia kembali ke Tangerang dan mencoba untuk bergabung ke Dutasia sebagai volunteer. Cuma waktu itu mungkin karena penampilan saya yang lusuh, acak-acakan gitu. Gimbal lagi. Mereka ragu. Ya sudah saya buktiin aja kemampuan saya. Walau sempat ditolak, Igun Gimbal yang merasa bahwa Dutasia adalah panggilan hidupnya ini tetap datang ke Dutasia membawa hasil pulungannya dan mengajari anak-anak di sana. Kala itu, Igun masih berjualan ke sana-sini sekadar memenuhi kebutuhan hidupnya. Igun yang sempat pulang ke kampung halamannya di Lampung juga masih memiliki tanggung jawab usaha. Jadilah ia harus bolak-balik Lampung-Tangerang selama 12 bulan. Di Lampung ia berdagang mengumpulkan uang. Di Tangerang ia mencari barang bekas dan mendistribusikannya ke pos-pos belajar Dutasia. Kerja kerasnya pun bersambut, anak-anak begitu antusias setiap kali ia datang. Pak Chandra Martaya selaku ketua pelaksana harian Dutasia pun akhirnya mengakui semangatnya itu. Kini Igun adalah salah seorang pembina di yayasan sosial Dutasia, Komplek Harapan Kita, Karawaci, Tangerang. Di Dutasia, ia khususnya berperan penting dalam bidang pendidikan keterampilan dan kerajinan tangan dari barang bekas. Selain mengajar keterampilan, beliau juga menjadi instruktur musik, teater, dan puisi.

Di rumah singgah Griya Kreasi Dutasia, Igun tinggal bersama Istrinya, Martina Nuni dan puteranya, Eginius Kianta. Di luar pekerjaannya sebagai instruktur seni Dutasia, beliau sering kali juga menerima panggilan mengajar kewirausahaan. Ternyata, selain mahir mengolah barang bekas menjadi barang bernilai jual, Igun juga ahli dalam hitung-hitung soal uang dan bisnis.

KREATIVITAS HIJAU
Dutasia dan Igun Gimbal
APRIL, 2013 VOL 1 ISSUE 2

DUTASIA PRODUCT Produk kreasi ini dibuat dari bahan-bahan ramah lingkungan. Sandalsandal karet bekas diolah sedemikian rupa menjadi
Delete text and place photo here.

tempat sumpit.

KREATIVITAS HIJAU
APRIL, 2013

Dutasia dan Igun Gimbal

VOL 1 ISSUE 4

Kesimpulan dan Penutup


Orang yang mampu berpikir kreatif adalah orang-orang yang berkemampuan mengubah sesuatu yang biasa, yang tidak berharga dan tak dipandang orang menjadi suatu mahakarya yang unik dan bernilai jual tinggi serta mampu menggugah ketertarikan khalayak atau orang lain yang menyaksikannya. Proses berpikir kreatif terjadi sepanjang waktu, dimulai dari hal-hal kecil di sekitar kita untuk kemudian disalurkan kepada sesama.

Place real estate lo

gos here

UTS CREATIVE THINKING

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara 2013

You might also like