You are on page 1of 9

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA DAN NILAI TUKAR US DOLLAR TERHADAP INFLASI DI INDONESIA TAHUN

20022012

RAHMA CHAIRUNISA (Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta/Semester 4/ Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan/ Fakultas Ekonomi dan Bisnis) Email : rahma_chairunisa@yahoo.co.id

Dosen Pembimbing: Tony S. Chendrawan, ST., SE., M.Si

Abstract Inflation is a process of rising prices in general and constantly associated with the market mechanism and the decline in currency values continuously. Inflation is a crucial macro issues, so the purpose of this study was to analyze the effect of interest rates on bank certificates of Indonesia, the exchange rate of the dollar against inflation simultaneously. Regression results performed in this study can be seen that the interest rate of Bank Indonesia Certificates (SBSBI) and U.S. Dollar exchange rate effect on inflation. Results of regression relationships between interest rate of Bank Indonesia Certificates (SBSBI) and Exchange Rate U.S. Dollar against inflation is positive that every 1% increase in interest rate of Bank Indonesia Certificates, would cause an increase in value of inflation at 85.5%. So, when there is a 1% increase in the dollar exchange rate, the inflation increased by 0.1%. Keyword: Interest Rate Certificate Of Indonesian Banks, The Dollar Exchange Rate And Inflation I. PENDAHULUAN Awal mula terlahirnya ilmu ekonomi makro adalah adanya permasalahan ekonomi jangka pendek yang tidak dapat diatasi oleh teori ekonomi klasik. Masalah jangka pendek ekonomi tersebut salah satunya yaitu inflasi. Munculnya ekonomi makro dimulai dengan terjadinya depresi ekonomi Amerika Serikat pada tahun 1929. Depresi merupakan suatu malapetaka yang terjadi dalam ekonomi di mana kegiatan produksi terhenti akibat adanya inflasi yang tinggi dan pada saat yang sama terjadi pengangguran yang tinggi pula. Inflasi (inflation) adalah gejala yang menunjukkan kenaikan tingkat harga umum yang berlangsung terus menerus. Dari pengertian tersebut

maka apabila terjadi kenaikan harga hanya bersifat sementara, maka kenaikan harga yang sementara sifatnya tersebut tidak dapat dikatakan inflasi. Semua negara di dunia selalu menghadapi permasalahan inflasi ini. Oleh karena itu, tingkat inflasi yang terjadi dalam suatu negara merupakan salah satu ukuran untuk mengukur baik buruknya masalah ekonomi yang dihadapi suatu negara. Bagi negara yang perekonomiannya baik, tingkat inflasi yang terjadi berkisar antara 2 sampai 4 persen per tahun. Tingkat inflasi yang berkisar antara 2 sampai 4 persen dikatakan tingkat inflasi yang rendah. Selanjut tingkat inflasi yang berkisar antara 7 sampai 10 persen dikatakan inflasi yang tinggi. Namun demikian ada negara yang menghadapai tingkat inflasi yang lebih serius atau sangat tinggi, misalnya Indonesia pada tahun 1966 dengan tingkat inflasi 650 persen. Inflasi yang sangat tinggi tersebut disebut hiper inflasi (hyper inflation). Didasarkan pada faktor-faktor penyebab inflasi maka ada tiga jenis inflasi yaitu: 1) inflasi tarikan permintaan (demandpull inflation) dan 2) inflasi desakan biaya (cost-push inflation) 3) inflasi karena pengaruh impor (imported inflation). Inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation) atau inflasi dari sisi permintaan (demand side inflation) adalah inflasi yang disebabkan karena adanya kenaikan permintaan agregat yang sangat besar dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Karena jumlah barang yang diminta lebih besar dari pada barang yang ditawarkan maka terjadi kenaikan harga. Inflasi tarikan permintaan biasanya berlaku pada saat perekonomian mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh dan pertumbuhan eko-nomi berjalan dengan pesat (full employment and full capacity). Dengan tingkat pertumbuhan yang pesat/tinggi mendorong peningkatan permintaan sedangkan barang yang ditawarkan tetap karena kapasitas produksi sudah maksimal sehingga mendorong kenaikan harga yang terus menerus (kutipan Jurnal Prof.Dr.H. Amri Amir,
SE., MS Guru Besar Fak.Ekonomi Uni. Jambi, Jurusan IESP: Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran di Indonesia).

Sedangkan kondisi Indonesia saat ini dengan adanya perubahan asumsi makro inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi antara lain pertumbuhan ekonomi yang tadinya diasumsikan 6,8 persen dalam APBN 2013 turun menjadi 6,2 persen dalam RAPBNP 2013, inflasi dari 4,9 persen menjadi 7,2 persen, serta nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dari Rp 9.300 menjadi Rp 9.600 maka perbankan harus menyikapinya dengan menaikkan suku bunga simpanan dan deposito agar orang mau menabung dan otomatis menekan tingkat konsumsi, sehingga membantu menurunkan inflasi. Oleh karena itu bank harus pandai mengambil sikap saat BBM bersubsidi benar-benar naik agar orang-orang mau menabungkan uangnya dan tidak menarik dana untuk melakukan investasi di instrumen keuangan lain seperti membeli obligasi atau emas. II. KERANGKA TEORITIS 2.1 Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) Harga yang di keluarkan debitur untuk mendorong seorang kreditur memindahkan sumber daya langka (uang)

mereka, akan tetapi, uang yang dikeluarkan debitur mempunyai kemungkinan adanya kerugian berupa risiko tidak diterimanya tingkat bunga tertentu (Teori Keyness). Menurut Sunariyah (2004:80), Suku bunga adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur. Suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang dipinjam pada periode waktu tertentu. Suku bunga dapat dibedakan menjadi dua yaitu suku bunga nominal dan suku bunga riil. Dimana suku bunga nominal adalah rasio antara jumlah uang yang dibayarkan kembali dengan jumlah uang yang dipinjam. Sedang suku bunga riil lebih menekankan pada rasio daya beli uang yang dibayarkan kembali terhadap daya beli uang yang dipinjam. Suku bunga riil adalah selisih antara suku bunga nominal dengan laju inflasi (Lipsey, Ragan, dan Courant (1997 : 471, 99-100). 2.2 Nilai Tukar (Kurs) Menurut teori Paritas suku bunga (IRP) kurs forward suatu mata uang terhadap mata uang lain akan mencakup premi (diskon) yang ditentukan oleh perbedaan suku bunga di antara kedua negara. Akibatnya, arbitrase perlindungan suku bunga akan menghasilkan pengembalian yang tidak lebih tinggi

dibandingkan investasi domestik. Kurs spot suatu mata uang terhadap mata uang lain akan berubah sebagai reaksi dari perbedaan tingkat inflasi di antara kedua negara. Karenanya, daya beli konsumen saat membeli produk di negara mereka sendiri akan sama dengan daya beli saat mengimpor barang dari negara asing (Paritas daya beli (PPP)). Kurs spot suatu mata uang terhadap mata uang lain akan berubah sesuai dengan perbedaan suku bunga antara kedua negara terkait. Karenanya, pengembalian dari sekuritas pasar uang asing yang tidak dilindungi (uncovered) secara rata rata tidak akan melebihi pengembalian atas sekuritas pasar uang domestik dari sudut pandang investor di negara asal (Dampak Fisher internasional (IFE)). 2.3 Inflasi Keynes mengasumsikan bahwa perekonomian sudah berada pada tingkat full employment. Menurut Keynes kuantitas uang tidak berpengaruh terhadap tingkat permintaan total, karena suatu perekonomian dapat mengalami inflasi walaupun tingkat kuantitas uang tetap konstan. Jika uang beredar bertambah maka harga akan naik. Kenaikan harga ini akan menyebabkan bertambahnya permintaan uang untuk transaksi, dengan demikian akan menaikkan suku bunga. Hal ini akan mencegah pertambahan permintaan untuk investasi dan akan melunakkan tekanan inflasi. Analisa

Keynes mengenai inflasi permintaan dirumuskan berdasarkan konsep inflationary gap. Menurut Keynes, inflasi permintaan yang benar-benar penting adalah yang ditimbulkan oleh pengeluran pemerintah, terutama yang berkaitan dengan peperangan, program investasi yang besar-besaran dalam kapital sosial. Dengan demikian pemikiran Keynes tentang inflasi dapat dirumuskan menjadi: Inflasi = f(jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah, suku bunga, investasi). Teori ini berpendapat bahwa, inflasi disebabkan oleh kebijaksanaan moneter dan fiskal yang ekspansif, sehingga jumlah uang beredar di masyarakat sangat berlebihan. Kelebihan uang beredar di masyarakat akan menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan barang dan jasa di sektor riil. Menurut golongan moneteris, inflasi dapat diturunkan dengan cara menahan dan menghilangkan kelebihan permintaan melalui kebijakan moneter dan fiskal yang bersifat kontraktif, atau melalui kontrol terhadap peningkatan upah serta penghapusan terhadap subsidi atas nilai tukar valuta asing. Sehingga teori inflasi menurut Moneterisme dapat dinotasikan sebagai berikut : Inflasi = f(kebijakan moneter ekspansif, kebijakan fiskal ekspansif) (Teori Inflasi Moneterisme). Menurut Dornbusch, bahwa pelaku ekonomi membentuk ekspektasi laju inflasi berdasarkan ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional. Ekspektasi rasional adalah

ramalan optimal mengenai masa depan dengan menggunakan semua informasi yang ada. Pengertian rasional adalah suatu tindakan yang logik untuk mencapai tujuan berdasarkan informasi yang ada. Artinya secara sederhana teori ekspektasi dapat dinotasikan menjadi : Inflasi = f(ekspektasi adaftif,ekspektasi rasional) (Teori Ekspektasi). 2.4 Kerangka Pemikiran Kesimpulan dari beberapa teori menjelaskan pengaruh Suku Bunga SBI (Sertifikat Bang Indonesia) terhadap nilai tukar ialah, harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang dipinjam pada periode waktu tertentu. Sedangkan Suku bunga riil adalah selisih antara suku bunga nominal dengan laju inflasi, dengan kata lain adanya pengaruh antara Suku Bunga SBI, Nilai Tukar terhadap Inflasi.
Suku Bunga SBI (Teori: Lipsey, Ragan, dan Courant) Inflasi (Teori: Inflasi Moneterisme) Nilai Tukar (Teori: Dampak Fisher internasional (IFE))

2.5 Hipotesis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Dan Nilai Tukar US Dollar Terhadap Inflasi di Indonesia, Hipotesis yang diajukan adalah: Hipotesis: Sertifikat SBI dan Nilai Tukar US Dollar

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Inflasi di Indonesia : = =0 Tidak ada pengaruh positif dan signifikan dari Suku Bunga SBI dan Nilai tukar US Dollar terhadap Inlasi. : = 0 Adanya pengaruh yang positif dan signifikan dari Suku Bunga SBI dan Nilai tukar US Dollar terhadap Inlasi.

(Sertifikat Bank Indonesia)

III.

METODOLOGI PENELITIAN Sumber data penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia adapun data dan objek penelitian yang diteliti adalah Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Nilai Tukar US Dollar dan Inflasi periode tahun 2002-2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Regresi Linier Berganda (Multiple Linear Regression). Regresi linier berganda adalah analisis hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,.Xn) dan variabel dependen (Y) dengan Ordinary Least Square (OLS). Persamaan regresi adalah sebagai berikut:
= + + +
2. Nilai Tukar US Dollar

Keterangan:

Inflasi = Nilai Inflasi SBSBI = Nilai Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia NTD = Nilai Tukar US Dollar Tabel 3.1 Operasional Variabel
Variabel Suku Bunga SBI Deskripsi (Konseptual) Suku bunga adalah harga yang

No. 1.

Skala Rasio

dibayarkan untuk satuan mata uang yang dipinjam pada periode waktu tertentu. Suku bunga dapat dibedakan menjadi dua yaitu suku bunga nominal dan suku bunga riil. Dimana suku bunga nominal adalah rasio antara jumlah uang yang dibayarkan kembali dengan jumlah uang yang dipinjam. Sedang suku bunga riil lebih menekankan pada rasio daya beli uang yang dibayarkan kembali terhadap daya beli uang yang dipinjam. Suku bunga riil adalah selisih antara suku bunga nominal dengan laju inflasi Kurs spot suatu mata uang terhadap mata uang lain akan berubah sesuai dengan perbedaan suku bunga antara kedua negara terkait. Karenanya, pengembalian dari sekuritas pasar uang asing yang tidak dilindungi (uncovered) secara rata rata tidak akan melebihi pengembalian

Rasio

atas sekuritas pasar uang domestik dari sudut pandang investor di negara asal

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Inflasi Perkembangan Inflasi di Indonesia selama tahun 2002-2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

3.

Inflasi

inflasi disebabkan oleh kebijaksanaan moneter dan fiskal yang ekspansif, sehingga jumlah uang beredar di masyarakat sangat berlebihan. Kelebihan uang beredar di masyarakat akan menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan barang dan jasa di sektor riil. Menurut golongan moneteris, inflasi dapat diturunkan dengan cara menahan dan menghilangkan kelebihan permintaan melalui kebijakan moneter dan fiskal yang bersifat kontraktif, atau melalui kontrol terhadap peningkatan upah serta penghapusan terhadap subsidi atas nilai tukar valuta asing.

Tabel 4.1 Perkembangan Inflasi di Indonesia Periode Tahun 20022012 (dalam persen) Rasio Tahun Nilai Inflasi (%) 10.00 2002 5.10 2003 6.06 2004 10.43 2005 6.60 2006 7.40 2007 11.10 2008 2.8 2009 7.00 2010 3.8 2011 4.30 2012 Sumber: Bank Indonesia, data diolah Pada Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa tingkat Inflasi mengalami fluktuasi sepanjang tahun 2002-2012. 4.2. Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar Dollar Pada tabel berikut memperlihatkan perkembangan Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar US Dollar (terhadap rupiah) periode tahun 2002-2012: Tabel 4.2 Perkembangan Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar Dollar di Indonesia
Suku Bunga SBI (%) Nilai Tukar Dollar (kurs tengah dalam rupiah) 8940 8465 9290 9830

Tahun

2002 2003 2004 2005

12.93 8.31 7.43 12.75

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Sumber: Bank Indonesia, data diolah

9.75 8.00 10.83 6.49 6.60 5.04 4.80

9020 9419 10950 9400 8991 9068 9670

Suku Bunga SBI

.855

.184

Nilai Tukar a. Dependent Variable: Inflasi

.001

.001

Tabel 4.2 menunjukkan kecenderungan nilai Suku Bunga SBI mengalami penurunan, sedangkan pada Nilai Tukar US Dollar cenderung mengalami peningkatan pada periode tahun 2002-2012. 4.3. Pengujian Statistik 4.3.1. Persamaan Regresi Data dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia, untuk regresi linier berganda data di atas maka telah dilakukan pengregresian dengan SPSS dan diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Inflasi = 13.512+0.855SBSBI+0.001 NKD Dari persamaan regresi linier berganda diatas diketahui nilai konstantanya adalah 1 3 . 5 1 2 dan apabila ada kenaikan 1% SBSBI, maka Inflasi meningkat 85.5%. Begitu juga apabila ada kenaikan 1% NKD, maka Inflasi meningkat 0.1%.

4.3.2. Koefisien Determinasi (R2) Dari hasil regresi linier berganda yang diperoleh dari penelitian pada tabel Model Summaryb menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) pada kolom R square sebesar 0,788. Artinya besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Dollar terhadap Inflasi di Indonesia tahun 2002-2012 secara bersama-sama adalah sebesar 78.8%. Sedangkan sisanya sebesar 21.2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Model Summary

Model
Unstandardized Coefficients

R .888
a

R Square Coefficientsa .788

Model

Std. Error

a. Predictors: (Constant), Nilai Tukar, Suku Bunga SBI b. Dependent Variable: Inflasi

(Constant)

-13.512

6.964

4.3.3. Uji F-Statistik Berdasarkan hasil uji Fstatistik pada tabel ANOVAb diperoleh nilai F hitung sebesar 14,902 dengan sig = 0,002. Oleh karena nilai F hitung > F tabel, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima pada = 5% dan karena sig kurang dari 0,05 artinya nilai tersebut signifikan. Maka, dapat disimpulkan bahwa Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Dollar secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Inflasi di Indonesia.
ANOVA Model 1 Regression Residual Total a. Predictors: (Constant), Nilai Tukar, Suku Bunga SBI b. Dependent Variable: Inflasi
b

Sig. .002
a

V.

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji pengaruh variabel suku bunga sertifikat Bank Indonesia, nilai tukar US Dollar terhadap Inflasi di Indonesia tahun 20022012. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji koefisien determinasi (R2) suku bunga sertifikat Bank Indonesia,

nilai tukar US Dollar terhadap Inflasi di Indonesia tahun 2002-2012 menunjukkan bahwa besarnya nilai R2 pada kolom R square cukup tinggi yaitu 0,788 yang artinya besarnya pengaruh yang diberikan oleh suku bunga sertifikat Bank Indonesia, nilai tukar US Dollar terhadap Inflasi di Indonesia tahun 2002-2012 sebesar 78,8%. 2. Berdasarkan uji F regresi diketahui bahwa F-hitung > Ftabel, sehingga hasil yang diambil adalah menerima Ha dan menolak Ho. Dengan kata lain, hipotesis yang berbunyi Ada pengaruh antara variabel suku bunga sertifikat Bank Indonesia, nilai tukar US Dollar terhadap Inflasi di Indonesia, diterima pada = 5%. 3. Berdasarkan uji koefisien determinasi dan uji F- statistik, dapat disimpulkan bahwa Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar US Dollar mempunyai pengaruh signifikan terhadap Inflasi di Indonesia. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian ini diajukan saran

yaitu karena suku bunga sertifikat Bank Indonesia dan nilai tukar US Dollar mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Inflasi di Indonesia, sehingga diharapkan pemerintah daerah dapat mengambil kebijakan yang bijak dalam menentukan kebijakan moneter. VI. Referensi Bank Indonesia. Berbagai tahun. Nilai Suku Bunga SBI. Jakarta: Bank Indonesia Bank Indonesia. Berbagai tahun. Nilai Tukar US Dollar

Terhadap Rupiah. Jakarta: Bank Indonesia Bank Indonesia. Berbagai tahun. Nilai Inflasi Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia Amir, Amri. Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran di Indonesia. Jambi: Fakultas Ekonomi Universitas Jambi. Google.co.id
http://thoifursholahudin.blogspot.com /2013/03/teori-tingkat-sukubunga.html

You might also like