You are on page 1of 37

BAB I

A. Latar Belakang Reformasi pemerintahan yang terjadi di Indonesia yang dimulai sejak tahun 1997 telah mengakibatkan terjadinya pergeseran penyelenggaraan pemerintahan yang kemudian melahirkan paradigma baru dari sentralisasi ke desentralisasi. Hal ini ditandai dengan pemberian otonomi yang luas dan nyata kepada daerah dalam waktu seketika. Pemberian otonomi ini dimaksudkan untuk menjadikan daerah lebih mandiri dan lebih memberdayakan masyarakat sehingga lebih leluasa dalam mengatur dan melaksanakan kewenangannya atas prakarsa sendiri. Pemberian otonomi yang luas dan bertanggung jawab dilaksanakan dengan berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, berkeadilan dan memperhatikan potensi serta keanekaragaman daerah dengan titik sentral otonomi pada tingkat wilayah yang paling dekat dengan rakyat, yaitu kabupaten dan kota. Hal yang dipandang lebih esensial dari otonomi daerah adalah semakin besarnya tanggung jawab daerah untuk mengurus tuntas segala permasalahan yang tercakup dalam pembangunan masyarakat didaerahnya, termasuk bidang pendidikan.1 Adanya perubahan paradigma sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi yang ditandai dengan adanya pemberian otonomi yang luas kepada daerah (UU Nomor 22 Tahun 1999) telah membuka peluang bagi masyarakat untuk dapat meningkatkan peran sertanya dalam pengelolaan pendidikan. Dalam rangka pelaksanaan otonomi pendidikan sebagai salah satu bagian dari otonomi daerah makasebagai realisasi dari peran serta masyarakat di bidang pendidikan diperlukan suatu menggali potensi wadah yang dapat mengakomodasi pandangan, aspirasi, dan masyarakat untuk menjamin terciptanya demokratisasi,
1

transparansi, dan akuntabilitas pendidikan. Salah satu wadah tersebut adalah wadah yang bernama generik Dewan Pendidikan di tingkat Kabupaten/Kota dan Komite Sekolah/Madrasah di tingkat satuan pendidikan. Keberadaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah merupakan amanat rakyat yang telah tertuang dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 51 ayat (1) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan diperkuat oleh PP No 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaran Pendidikan. Dewan pendidikan di jelaskan pada pasal 192-196 PP tersebut yg dimaksud PP No 17 tahun 2010. Sedangkan komite sekolah dijelaskan oleh pasal 196-198 dari PP no 17 tahun 2010 tersebut. Partisipasi komite sekolah dan dewan pendidikan juga di dukung UU Nomor 25 Tahun 2000 tentang Progam Pembangunan Nasional (Propenas) tahun 2000-2004, dan sebagai implementasi dari UU tersebut telah diterbitkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Amanat rakyat ini selaras dengan kebijakan otonomi daerah, yang telah memosisikan Kabupaten/Kota sebagai pemegang kewenangan dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan pendidikan di daerah tidak hanya diserahkan kepada Kabupaten/Kota, melainkan juga dalam beberapa hal telah diberikan kepada satuan pendidikan, baik pada jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Dengan kata lain, keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, melainkan juga pemerintah provinsi, Kabupaten/Kota, dan pihak sekolah, orangtua, dan masyarakat atau stakeholder pendidikan. Hal ini sesuai dengan konsep partisipasi berbasis masyarakat (community based participation) dan Manajemen Berbasis Sekolah/MBS (school based management) yang kini dilaksanakan di Indonesia. Inti dari penerapan kedua konsep tersebut adalah bagaimana agar sekolah dan semua yang
2

berkompeten atau stakeholder pendidikan dapat memberikan layanan pendidikan yang berkualitas. Untuk itu diperlukan kerjasama yang sinergis dari pihak sekolah, keluarga, dan masyarakat atau stakeholder lainnya secara sistematik sebagai wujud peran serta dalam melakukan pengelolaan pendidikan melalui Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Komite Sekolah yang dibentuk untuk menunjang

penyelenggaraan pendidikan di sekolah/madrasah berperan meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan. Komite itu dibentuk untuk mewadahi dan meningkatkan partisipasi para stakeholder sekolah untuk turut merumuskan, menetapkan, melaksanakan, dan memonitor pelaksanaan kebijakan sekolah dan pertanggung jawaban yang terfokus pada kualitas pelayanan terhadap peserta didik secara proporsional dan terbuka. Komite juga mewadahi partisipasi para stakeholder untuk turut serta dalam manajemen sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya, berkenaan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program sekolah secara proporsional dalam rangka mewujudkan Masyarakat Sekolah yang memiliki loyalitas terhadap peningkatan mutu sekolah. Oleh karena itu dalam penulisan makalah ini, kami akan mendiskripsikan tentang partisipasi masyarakat dalam pendidikan ( dewan pendidikan dan komite sekolah).

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah peran komite dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah?

2. Bagaimanakah peran dewan pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah? C. Tujuan 1. Mengetahui peran dan fungsi komite dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. 2. Mengetahui peran dan fungsi dewan pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

BAB II PEMBAHASAN A. Dewan Pendidikan


4

Dewan pendidikan adalah suatu badan yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di kabupaten kota. Tugas dewan pendidikan adalah menjembatani pola hubungan legeslatif dan eksekutif memenuhi kebutuhan sekolah yang berkedudukan pada pemerintah distrik atau semacam Kabupaten/ kota. Unsur dewan pendidikan terdiri dari masyarakat didukung oleh staft ahli bidang manajemen pendidikan. Ketentuan-ketentuan, fungsi dan wewenang dewan pendidikan diatur oleh anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang terdaftar dalam pemerintah. Bentuk dewan sekolah dikatakan Hunt memiliki minimal 5 kelompok anggota terdiri dari laki-laki dan perempuan, mereka ini terdiri dari, kelompok bussinnesman, kelompok profesional, kelompok skilled dan unskilled. Dewan pendidikan merupakan persetujuan sebagai pelayanan masyarakat (public service) oleh karena itu fungsi dan tugas dewan pendidikan menservis atau melayani tanpa konpensasi. Secara umum dewan sekolah sebenarnya tidak dibayar oleh sekolah ( sagala, 2004). Seseorang dapat menjadi anggota dewan pendidikan adalah atas seleksi masyarakat bagi mereka yang dapat memberikan perhatian terhadap pendidikan dengan membuat suatu program yang menarik dalam pendidikan tersebut. Anggota dewan pendidikan seharusnya perwakilan masyarakat yang memiliki motivasi untuk melayani anak-anak dari seluruh warga. Sebagai perbandingan di Amerika serikat bentuk formal organisasi bord school dilegalisasi secara hukum yang mencakup bentuk dan desain program, perkantoran, metode seleksinya, tata cara pemilihanya dan lain-lain. Pada
5

umumnya dewan dipilih dari kalangan mereka sendiri dengan jabatan sebagai presiden, wakil presiden, sekretaris dan bendahara. Board of Education menurut Easmond biasanya memiliki wewenang memformulasikan peran dan aturan untuk mengontrol dan mengelola sekolah yang berada di bawah hukum mereka seperti hubungan keberadaan aturan daerah yang memiliki kesamaan kekuatan dan pengaruh kekuatan. Tanggung jawab mereka melaporkan kepada masyarakat kemajuan board school seperti administrasi kantor, orang yang dipekerjakan, kegiatan kelompok dan individu, sebagainya atas dasar kebijakan dan keputusan dari masyarakat. Fungsi tugas Board School harus memberikan pengertian dan penekanan pada kekuatan kebutuhan dari masyarakat sekolah atau keinginan anggota masyarakat pada umumnya yang memiliki dukungan dan interst terhadap peningkatan mutu sekolah. Evaluasi board terhadap pemerintah harus secara berkesinambungan untuk mendukung kegiatan sekolah serta mengatasi permasalahannya yang berdampak pada kemajuan. Board mengunjungi sekolah di luar dan di dalam distrik mengamati, mendiskusi isu, dan menanyakan sebagai pertannyaan mereka sehingga dapat menggambarkan standar sekolah yang membuat lebih bagus dan membantu mereka membuat kebijakan lebih lanjut. Dalam konteks indonesia dewan pendidikan yang ditawarkan untuk memperdayakan sekolah ialah menanggapi disentralisasi dimaksudkan untuk menjembatani pemenuhan kenbutuhan sekolah. Melalui kebijakan legelatif dan eksekutif. Pada tingkat kabupaten funsi dewan sesuai dengan kebutuhan.

Karena keterbatasan dari segi waktu dan kemampuan negosiasi untuk mengakses semua kebutuhan jenis dan jenjang sekolah yang berada di kabupaten/ kota,maka diperlukan wadah dewan pendidikan yang efektif atau mampu membuka akses pada pihak legeslatif dan eksekutif. Model dewan yang ada di indonesia tidak harus mesti sama dengan yang ada di mancanegara, tetapi model-model tersebut dapat dijadikan inspirasi untuk mendesaian model yang sesuai dengan iklim Indonesia. Jika model ini dapat disetujui sebagai model keikutsertaan masyarakat dalam membina pendidikan. Maka dapat diatur fungsi tugas dan kedudukannya yang relevan dengan kultur kebudayaan Indonesia. Aturan sebagai dasar yuridis dapat berupa beraturan pemerintah atau melalui peraturan daerah, sedangkan mekanisme kerjanya diatur dalam sebuah anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Sehingga kedudukan dewan maupun program dan semua aktivitas mempunyai kekekuatan hukum (sagala, 2002). Alur posisi dan interaksi. Fungsi, tugas dan tanggung jawab maupun kedudukan dewan pendidikan dan komite sekolah tampak pada gambar 1. Dalam struktur kantor pendidikan kota.

Gambar 1 Pola Kerja Hubungan dewan Sekolah KABUPATEN KOTA


7

DPRD KAB/ KOTA

DEWAN PENDIDIKAN

SLTA (SMA. SMK, MA)

Produk

PRODUK

PRODUK

PERDA EKSEKUTIF

Negosiasi Pada DPRD II, Eksekutif, SLTP (SMP, MTs) Layanan Belajar M A S Y A Terpenuhi Kebutuhan R A

Produk

dan Instansi Lainya.

Kebijakan KANTOR PENDIDIKAN

Produk

Sekolah SD, Mi Lulusan Kompetitif

Pelayanan Pendidikan

Prestasi Siswa

Sumber: Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat Spesifikasi tugas dan tanggung jawab setiap komponen dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1. Legeslatif yang diperankan DPRD memiliki produk perda yang mengatur sistem pendidikan.

2. Eksekutif yaitu kepala daerah atas nama daerah mempunyai produk kebijakan berupa responnya terhadap perda maupun aturan lainnya telah ditetapkan. 3. Kantor dinas Pendidikan pada daerah kabupaten/ kota maupun propinsi sebagai aparat pemerintah daerah memberi produk pelayanan kebutuhan satuan pendidikan. 4. Sedangkan dewan pendidikan mempunyai produk negosiasi kepada legeslatif agar diterbitkan peraturan yang memenuhi aspirasi

masyarakat dalam melakukan negosiasi dengan pihak eksekutif agar diterbitkan kebijakkan sesuai kebutuhan satuan pendidikan dan masyarakat akan mutu pendidikan. 5. Satuan pendidikan pada semua jenjang dan jenis produknya adalah kualitas pelayanan belajar yang berimplikasi pada kualitas lulusan. Ketegasan implementasi kebijakan kewenangan dan manajemen pendidikan masing-masing level pengelolaan dan pemberdayaan masyarakat membentuk wadah dewan pendidikan untuk tingkat kabupaten/ kota dan komite sekolah untuk sekolah melalui peraturan pemerintah dan peraturan daerah amat diperlukan. Dewan pendidikan mengunjungi sekolah di dalam Kabupaten/ kota setempat mereka berada mengamati, mendiskusi isu dan menanyakan berbagai pertanyaan mereka sehingga dapat mengembangkan standar sekolah tersebut yang lebih bagus dan mereka membantu pemerintah daerah dalam membuat kebijakan lebih lanjut. Karena itu masyarakat belajar

menurut Sergeovanni dan Strrat (1983) harus dilibatkan dalam masyarakat umum yang besar melalui keterlibatan orang tua, dengan menggunakan
9

masyarakat umum sebagai laboratorium belajar, secara efektif mendiskusikan masalah dengan masyarakat umum, dan meningkatkan cita-cita layanan masyarakat yang dapat dipersembahkan oleh sekolah. Sekolah dan masyarakat saling membutuhkan dimana kekuatan dan keterbatasan masingmasing saling melengkapi menjadi satu kekuatan keefektifan manajemen sekolah. B. Komite Sekolah Dasar hukum utama pembentukan Komite Sekolah/Komite Maderasah adalah Sedangkan komite sekolah dijelaskan oleh pasal 196-198 dari PP no 17 tahun 2010 dan dijelaskan Undang-Undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas), Rumusan Propenas tentang pembentukan Komite Sekolah kemudian dijabarkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 044/U/2002 yang merupakan acuan utama pembentukan Komite Sekolah. Disebutkan sebagai acuan karena

pembentukan Komite Sekolah di berbagai satuan pendidikan atau kelompok satuan pendidikan disesuaikan dengan kondisi di masing-masing satuan pendidikan atau kelompok satuan pendidikan. Demikian pula sebutan Komite Sekolah dapat berbeda di setiap satuan pendidikan atau kelompok satuan pendidikan. Namun demikian ada prinsip yang harus difahami dalam pembentukan Komite Sekolah. 1. Pengertian Partisipasi yang berlaku pada masyarakat kita, masih belum diartikan secara universal. Para perencana pembangunan mengartikan partisipasi sebagai dukungan terhadap rencana atau proyek pembangunan yang
10

direncanakan dan ditentukan oleh pemerintah. Ukuran partisipasi masyarakat diukur oleh berapa besar sumbangan yang diberikan masyarakat untuk ikut menanggung biaya pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga yang diberikan kepada pemerintah. Partisipasi yang berlaku secara universal adalah kerja sama yang erat antara perencana dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan, dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Sebagai konsekuensi perluasan makna partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, maka perlu dibentuk suatu wadah untuk menampung dan menyalurkannya yang diberi nama Komite Sekolah. Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah. Komite Sekolah merupakan suatu badan atau lembaga non profit dan non politis, dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para stakeholder pendidikan pada tingkat satuan pendidikan sebagai representasi dari berbagai unsur yang bertanggungjawab terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan. Ditinjau dari perspektif sejarah persekolahan pada tingkat SD, SLTP, dan SMU/SMK di Indonesia, masyarakat sekolah, khususnya orang tua siswa, telah memerankan sebagian fungsinya dalam membantu penyelenggaraan

pendidikan. Sebelum tahun 1974 masyarakat orang tua siswa di lingkungan masing-masing sekolah telah membentuk Persatuan Orang Tua Murid dan Guru (POMG).
11

Sesuai

dengan

perkembangan

tuntutan

masyarakat

terhadap

penyelenggaraan pendidikan jalur sekolah semakin meningkat, maka POMG pada awal tahun 1974 dibubarkan dan dibentuk suatu badan yang dikenal dengan Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3). Pasang surut perkembangan penyelenggaraan pendidikan jalur dan jenis sekolah, tidak dapat dilepaskan dari partisipasi masyarakat, khususnya orang tua peserta didik termasuk keberadaan BP3. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan dan hasil pendidikan yang diberikan oleh sekolah, dan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional melalui upaya peningkatan mutu, pemerataan, dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan, dan tercapainya demokratisasi pendidikan, perlu adanya dukungan dan peran serta masyarakat untuk bersinergi dalam suatu wadah yang lebih sekedar lembaga pengumpul dana pendidikan dari orang tua siswa. Pada saat ini, selain adanya BP3 dibentuk pula Komite Sekolah (di beberapa sekolah yang memperoleh program khusus), beranggotakan kepala sekolah sebagai ketua dan salah seorang guru, ketua BP3, ketua LKMD dan tokoh masyarakat sebagai anggota. Pembentukan komite dimaksudkan untuk menangani pelaksanaan rehabilitasi bangunan sekolah (SD dan MI), dan pembangunan unit sekolah baru (SLTP dan MTs), sedangkan di SMK, selain terdapat BP3 dibentuk juga Majelis Sekolah yang mempunyai peran

menjembatani sekolah dengan industri dalam pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG), dan Bursa Kerja Khusus (BKK) yang merupakan kerja sama sekolah dengan Depnaker dalam pemasaran lulusan.

12

Kondisi nyata tersebut dalam memasuki era Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) perlu dibenahi selaras dengan tuntutan perubahan yang dilandasi kesepakatan, komitmen, kesadaran, dan kesiapan membangun budaya baru dan profesionalisme dalam mewujudkan Masyarakat Sekolah yang memiliki loyalitas pada peningkatan mutu sekolah. Untuk terciptanya suatu masyarakat sekolah yang kompak dan sinergis, maka Komite Sekolah merupakan bentuk atau wujud kebersamaan yang dibangun melalui kesepakatan. Komite Sekolah adalah nama badan yang berkedudukan pada satu satuan pendidikan, baik jalur sekolah maupun luar sekolah, atau beberapa satuan pendidikan yang sama di satu kompleks yang sama. Nama Komite Sekolah merupakan nama generik. Artinya, bahwa nama badan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing satuan pendidikan, seperti Komite Sekolah, Komite Pendidikan, Komite Pendidikan Luar Sekolah, Dewan Sekolah, Majelis Sekolah, Majelis Madrasah, Komite TK, atau nama lainnya yang disepakati. Dengan demikian, organisasi yang ada tersebut dapat memperluas fungsi, peran, dan keanggotaannya sesuai dengan panduan ini atau melebur menjadi organisasi baru, yang bernama Komite Sekolah. Peleburan BP3 atau bentuk-bentuk organisasi lain yang ada di sekolah, kewenangannya akan berkembang sesuai kebutuhan dalam wadah Komite Sekolah. 2. Kedudukan dan Sifat 1. Kedudukan Komite Sekolah berkedudukan di satuan pendidikan, baik sekolah maupun luar sekolah. Satuan pendidikan dalam berbagai jenjang, jenis, dan jalur pendidikan, mempunyai penyebaran lokasi yang amat beragam. Ada sekolah tunggal dan ada sekolah yang berada dalam satu kompleks. Ada sekolah negeri
13

dan ada sekolah swasta yang didirikan oleh yayasan penyelenggara pendidikan. Oleh karena itu, maka Komite Sekolah dapat dibentuk dengan alternatif sebagai berikut: 1. Komite Sekolah yang dibentuk di satu satuan pendidikan. Satuan pendidikan sekolah yang siswanya dalam jumlah yang banyak, atau sekolah khusus seperti Sekolah Luar Biasa, temasuk dalam ketegori yang dapat membentuk Komite Sekolah sendiri.

14

2. Kedua, Komite Sekolah yang dibentuk untuk beberapa satuan pendidikan sekolah yang sejenis. Sebagai misal, beberapa SD yang terletak di dalam satu kompleks atau kawasan yang berdekatan dapat membentuk satu Komite Sekolah. komite Sekolah yang dibentuk untuk beberapa satuan pendidikan yang berbeda jenis dan jenjang pendidikan dan terletak di dalam satu kompleks atau kawasan yang berdekatan. Sebagai misal, ada satu kompleks pendidikan yang terdiri dari satuan pendidikan TK, SD, SLB, dan SMU, dan bahkan SMK dapat membentuk satu Komite Sekolah.Komite Sekolah yang dibentuk untuk beberapa satuan pendidikan yang berbeda jenis dan jenjang pendidikan milik atau dalam pembinaan satu yayasan penyelenggara pendidikan, misalnya sekolah-sekolah di bawah lembaga pendidikan Muhammadiyah, Al Azhar, Sekolah Katholik, Sekolah Kristen, dsb.Sifat Komite Sekolah merupakan badan yang bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan sekolah maupun lembaga pemerintah lainnya. Komite Sekolah dan sekolah memiliki kemandirian masing-masing, tetapi tetap sebagai mitra yang harus saling bekerja sama sejalan dengan konsep manajemen berbasis sekolah (MBS). 3. Tujuan Dibentuknya Komite Sekolah dimaksudkan agar adanya suatu organisasi masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas sekolah. Komite Sekolah yang dibentuk dapat dikembangkan secara khas dan berakar dari budaya, demografis, ekologis, nilai kesepakatan, serta kepercayaan yang dibangun sesuai potensi masyarakat setempat. Oleh karena itu, Komite Sekolah yang dibangun harus merupakan pengembangan kekayaan filosofis masyarakat secara kolektif.
15

Artinya, Komite Sekolah mengembangkan konsep yang berorientasi kepada pengguna (client model), berbagai kewenangan (power sharing and advocacy model) dan kemitraan (partnership model) yang difokuskan pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan. Adapun tujuan dibentuknya Komite Sekolah sebagai suatu organisasi masyarakat sekolah adalah sebagai berikut. 1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan. 2. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. 3. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan. 4. Peran dan Fungsi a. Peran Keberadaan Komite Sekolah harus bertumpu pada landasan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, pembentukannya harus

memperhatikan pembagian peran sesuai posisi dan otonomi yang ada. Adapun peran yang dijalankan Komite Sekolah adalah sebagai berikut. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan. 1. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
16

2. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. 3. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan. b. Untuk Fungsi menjalankan perannya itu, Komite Sekolah memiliki fungsi

sebagaiberikut. 1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. 2. Melakukan kerja sama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/ dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. 3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat. 4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai:

Kebijakan dan program pendidikan; Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS); Kriteria kinerja satuan pendidikan; Kriteria tenaga kependidikan; Kriteria fasilitas pendidikan; dan Hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan.

5. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.

17

6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. 7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,

penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Komite Sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya, melakukan akuntabilitas sebagai berikut. 1. Komite Sekolah menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program sekolah kepada stakeholder secara periodik, baik yang berupa keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran program sekolah. 2. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban bantuan masyarakat baik berupa materi (dana, barang tak bergerak maupun bergerak), maupun non materi (tenaga, pikiran) kepada masyarakat dan pemerintah setempat.

5. Organisasi a. Keanggotaan Komite Sekolah Keanggotaan Komite Sekolah berasal dari unsur-unsur yang ada dalam masyarakat. Di samping itu unsur dewan guru, yayasan/lembaga penyelenggara pendidikan, Badan Pertimbangan Desa dapat pula dilibatkan sebagai anggota. Anggota Komite Sekolah dari unsur masyarakat dapat berasal dari komponen-komponen sebagai berikut: 1. Perwakilan orang tua/wali peserta didik berdasarkan jenjang kelas yang dipilih secara demokratis. 2. Tokoh masyarakat (ketua RT/RW/RK, kepala dusun, ulama, budayawan, pemuka adat).

18

3.

Anggota masyarakat yang mempunyai perhatian atau dijadikan figur dan mempunyai perhatian untuk meningkatkan mutu pendidikan.

4.

Pejabat pemerintah setempat (Kepala Desa/Lurah, Kepolisian, Koramil, Depnaker, Kadin, dan instansi lain).

5. lain-lain). 6.

Dunia usaha/industri (pengusaha industri, jasa, asosiasi, dan

Pakar pendidikan yang mempunyai perhatian pada peningkatan mutu pendidikan.

7. 8.

Organisasi profesi tenaga pendidikan (PGRI, ISPI, dan lain-lain). Perwakilan siswa bagi tingkat SLTP/SMU/SMK yang dipilih secara demokratis berdasarkan jenjang kelas.

9.

Perwakilan forum alumni SD/SLTP/SMU/SMK yang telah dewasa dan mandiri. Anggota Komite Sekolah yang berasal dari unsur dewan guru,

yayasan/lembaga penyelenggara pendidikan, Badan Pertimbangan Desa sebanyak- banyaknya berjumlah tiga orang. Jumlah anggota Komite Sekolah sekurang-kurangnya 9 (sembilan) orang dan jumlahnya harus gasal. Syaratsyarat, hak, dan kewajiban, serta masa keanggotaan Komite Sekolah ditetapkan di dalam AD/ART. b. Kepengurusan Komite Sekolah Pengurus Komite Sekolah ditetapkan berdasarkan AD/ART yang

sekurang-kurangnya terdiri atas seorang ketua, sekretaris, bendahara, dan bidang-bidang tertentu sesuai dengan kebutuhan. Pengurus komite dipilih dari dan oleh anggota secara demokratis. Khusus jabatan ketua komite bukan berasal dari kepala satuan pendidikan. Jika diperlukan dapat diangkat
19

petugas khusus yang menangani urusan administrasi Komite Sekolah dan bukan pegawai sekolah, berdasarkan kesepakatan rapat Komite Sekolah. Pengurus Komite Sekolah adalah personal yang ditetapkan berdasarkan kriteria sebagai berikut. 1. Dipilih dari dan oleh anggota secara demokratis dan terbuka dalam musyawarah Komite Sekolah. 2. Masa kerja ditetapkan oleh musyawarah anggota Komite Sekolah. 3. Jika diperlukan pengurus Komite Sekolah dapat menunjuk atau dibantu oleh tim ahli sebagai konsultan sesuai dengan bidang keahliannya. Mekanisme kerja pengurus Komite Sekolah dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Pengurus komite Sekolah terpilih bertanggungjawab kepada musyawarah anggota sebagai forum tertinggi sesuai AD dan ART. 2. Pengurus Komite Sekolah menyusun program kerja yang disetujui melalui musyawarah anggota yang berfokus pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan peserta didik. 3. Apabila pengurus Komite Sekolah terpilih dinilai tidak produktif dalam masa jabatannya, maka musyawarah anggota dapat memberhentikan dan mengganti dengan kepengurusan baru. 4. Pembiayaan pengurus Komite Sekolah diambil dari anggaran Komite Sekolah yang ditetapkan melalui musyawarah.

c.

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Komite Sekolah wajib memiliki AD/ART. Anggaran Dasar sekurangkurangnya memuat:


20

1. Nama dan tempat kedudukan. 2. Dasar, tujuan, dan kegiatan. 3. Keanggotaan dan kepengurusan. 4. Hak dan kewajiban anggota dan pengurus. 5. Keuangan. 6. Mekanisme kerja dan rapat-rapat. 7. Perubahan AD dan ART, serta pembubaran organisasi. Anggaran Rumah Tangga sekurang-kurangnya memuat: 1. Mekanisme pemilihan dan penetapan anggota dan pengurus Komite Sekolah. 2. Rincian tugas Komite Sekolah. 3. Mekanisme rapat. 4. Kerja sama dengan pihak lain. 5. Ketentuan penutup. d. Pembentukan Komite Sekolah Prinsip Pembentukan Pembentukan Komite Sekolah harus dilakukan secara transparan, akuntabel, dan demokratis. Dilakukan secara transparan adalah bahwa Komite Sekolah harus dibentuk secara terbuka dan diketahui oleh masyarakat secara luas mulai dari tahap pembentukan panitia persiapan, proses sosialisasi oleh panitia persiapan, kriteria calon anggota, proses seleksi calon anggota, pengumuman calon anggota, proses pemilihan, dan penyampaian hasil pemilihan. Dilakukan secara akuntabel adalah bahwa panitia persiapan hendaknya menyampaikan laporan pertanggung jawaban kinerjanya maupun
21

penggunaan dana kepanitiaan. Dilakukan secara demokratis adalah bahwa dalam proses pemilihan anggota dan pengurus dilakukan dengan

musyawarah mufakat. Jika dipandang perlu pemilihan anggota dan pengurus dapat dilakukan melalui pemungutan suara. Mekanisme Pembentukan Pembentukan komite Sekolah diawali dengan pembentukan panitia persiapan yang dibentuk oleh kepala satuan pendidikan dan/atau oleh atau oleh masyarakat. Panitia persiapan berjumlah sekurang-kurangnya 5 (lima) orang yang terdiri atas kalangan praktisi pendidikan (seperti guru, kepala satuan pendidikan, penyelenggara pendidikan), pemerhati

pendidikan (LSM peduli pendidikan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dunia usaha dan industri), dan orang tua peserta didik. Panitia persiapan bertugas mempersiapkan pembentukan Komite Sekolah dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Mengadakan forum sosialisasi kepada masyarakat (termasuk

pengurus/anggota BP3, Majelis Sekolah, dan Komite Sekolah yang sudah ada) tentang Komite Sekolah menurut keputusan ini. 2. Menyusun kriteria dan mengidentifikasi calon anggota berdasarkan usulan dari masyarakat; 3. Menyeleksi anggota berdasarkan usulan dari masyarakat; 4. Mengumumkan nama-nama calon anggota kepada masyarakat; 5. Menyusun nama-nama anggota terpilih; 6. Memfasilitasi pemilihan pengurus dan anggota Komite Sekolah; 7. Menyampaikan nama pengurus dan anggota Komite Sekolah kepada kepala satuan pendidikan.
22

8. Panitia Persiapan dinyatakan bubar setelah Komite Sekolah terbentuk. 5. Penetapan Pembentukan Komite Sekolah Calon anggota Komite Sekolah yang disepakati dalam musyawarah atau mendapat dukungan suara terbanyak melalui pemungutan suara secara langsung menjadi anggota Komite Sekolah sesuai dengan jumlah anggota yang disepakati dari masing-masing unsur. Komite Sekolah ditetapkan untuk pertama kali dengan Surat Keputusan kepala satuan pendidikan, dan selanjutnya diatur dalam AD dan ART. Misalnya dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga disebutkan bahwa pemilihan anggota dan pengurus Komite Sekolah ditetapkan oleh musyawarah anggota Komite Sekolah.

DEWAN PENDIDIKAN

STRUKTUR ORGANISASI KOMITE SMK/SMA DAN DISKRIPSI TUGAS KOTA/KAB...... KEPENGURUSAN PRIODE ................ ..........
KETUA
KEPALA SEKOLAH

K BENDAHARA SEKRETARIAT 23

Bidang

Bidang

Bidang

Bidang

Bidang

Bidang

Aa A

b B

BIDANG A : Penggalian Sumber Daya Sekolah BIDANG B : Pengelolaan Sumber Dana Sekolah BIDANG C : Pengendalian Kualitas Pelayanan Pendidikan BIDANG D : Jaringan Kerja Sama dan Sistem Informasi BIDANG E : Sarana Prasarana BIDANG F : Usaha

Ketua Komite

Sekretaris

..

PENGURUS KOMITE SEKOLAH KETUA KOMITE 1. Bersama sama pengurus lain dan anggota menyusun rencana program kerja komite sekolah; 2. Mengesahkan rencana program kerja komite sekolah; 3. Melaksanakan keputusan hasil musyawarah yang ditetapkan oleh anggota melalui rapat rapat;
24

4. Mengundang rapat rapat harian komite sekolah kepada kepala sekolah; 5. Mengkomunikasikan hasil rapat komite sekolah kepada kepala sekolah; 6. Mengundang rapat pihak sekolah atas undangan kepala sekolah; 7. Menghadiri rapat dinas sekolah atas undangan kepala sekolah; 8. Menerima klarifikasi sumber pembiayaan sekolah yang berasal pemerintahan dan kebutuhan sekolah; 9. Menerima klarifikasi persoalan yang dihadapi sekolah; 10. Memberikan edaran, himbauan dan atau bentuk lain kepada stakeholders 11. Mengesahkan segala keputusan komite sekolah dan atau keputusan bersama dengan sekolah, melalui penandatanganan yang disyahkan dengan cap resmi; 12. Mengadakan pertanggungjawaban keuangan yang dititipkan masyarakat kepada sekolah 13. Mengesahkan pemberian penghargaan komite sekolah kepada kepala sekolah, guru, staf TU yang berprestasi; 14. Memberikan perintah kepada bendahara untuk mengeluarkan / memberikan sejumlah dana atas pengajuan sekolah; 15. Memberikan sanksi kepada anggota pengurus yang tidak dapat menunaikan tugas dengan baik; 16. Mengevaluasi program kerja komite sekolah; SEKRETARIS KOMITE

25

1. Membuat agenda kerja bersama sama ketua dan bidang yang ada; 2. Menyusun administrasi ( personil, sarana dan prasarana) serta hal yang dipandang penting; 3. Membuat dan mengedarkan undangan rapat rapat dibantu oleh staf yangdi tunjuk; 4. Membuat laporan laporan kepada pihak yang terkait; 5. Membuat notulen rapat rapat; 6. Mengagendakan surat masuk dan keluar dibantu oleh staf yang ditunjuk.

BENDAHARA KOMITE 1. Menerima , membukukan, mengamankan dana yang diperoleh dari bantuan masyarakat setelah memperoleh pengesahan komite sekolah

2. Mengeluarkan dan membukukannya pengeluaran dana kepada sekolah atas persetujuan komite sekolah 3. Melaporkan keadaan keuangan kepada anggota komite sekolah dan masyarakat atas persetujuan ketua komite sekolah BIDANG BIDANG A. BIDANG PENGGALIAN SUMBER DAYA SEKOLAH

1. Bersama sama pihak sekolah menganalisa potensi sumber daya sekolah, pada lingkup kewilayahan , sosial ekonomi masyarakat, instansi diwilayah setempat;

26

2. Mengklarifikasi hasil analisis masyarakat sekolah menyangkut SDM dan bentuk lain yang dianggap sebagai potensi yang diduga kuat dapat membantu sekolah; 3. Mendaftar dan memetakan potensi yang diduga kuat dapat membantu sekolah; 4. Melaksanakan penarikan dana dan menyerahkan kepada pengelola dana masyarakat; 5. Melaksanakan pemikiran, ide dan gagasan masyarakat untuk dijadikan bahan pertimbangan kebijakan komite sekolah untuk kepentingan sekolah; 6. Melaksanakan penarikan SDM kependidikan yang dianggap strategis dan dibayar oleh masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah B. BIDANG PENGELOLAAN DANA MASYARAKAT 1. Atas persetujuan ketua komite sekolah menyerahkan dana masyarakat kepada bendahara untuk dibukukan; 2. Mendistribusikan perolehan dana masyarakat sesuai dengan kebutuhan yang diajukan oleh pihak sekolah; 3. Bersama sama bendahara membukukan penerimaan dan pengeluaran dana masyarakat; 4 Atas persetujuan ketua komite memberikan laporan keadaan keuangan kepada stakeholders C. BIDANG PENGENDALIAN KULITAS PELAYANAN PENDIDIKAN 1. Bersama sama sekolah menyusun standar pelayanan pendidikan, seperti jumlah guru, fasilitas / sarana dan prasarana, kurikulum dan ekstrakurikuler
27

2. Bersama sama sekolah menyusun target pencapaian hasil belajar siswa, harian semester dan akhir tahun dan ujian nasional 3. Bersama sama sekolah menetapkan salah satu unggulan prestasi sekolah baik yang bersifat akademis maupun non akademis. 4. Bersama sama sekolah mengangkat tenaga ahli yang dapat membantu peningkatan kualitas pendidikan 5. Mengundang pengawas sekolah untuk melakukan dialog dan tindak lanjut hasil pengawasan professional yang dapat dijadikan bahan pertimbangan komite sekolah 6. Bersama sama komite sekolah lain melakukan kolaborasi system pengendalian kualitas pelayanan baik sekolah sejenis setingkat maupun tidak sejenis dan tidak setingkat, misalnya SD dengan SLTP, SLTP dengan SMA / SMK dalam satu wilayah atau luar wilayah

D. BIDANG JARINGAN KERJASAMA DAN SISTEM INFORMASI 1. Bersama sama sekolah menyusun program kerjasama dengan pihak luar masyarakat sekolah ( Instansi non pendidikan , dunia usaha dan dunia industri ). 2. Bersama sama sekolah ikut membantu memberikan, mencarikan informasi yang dapat mendukung rencana dan program sekolah. 3. Bersama sama sekolah melaksanakan kerjasama dengan pihak luar sekolah.
28

E. BIDANG SARANA DAN PRASARANA 1. Bersama sama dengan pengurus lain menyusun program kerja komite sekolah; 2. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua komite atau hasil keputusan musyawarah komite sekolah. F. BIDANG USAHA 1. Bersama sama dengan pengurus lain menyusun program kerja komite sekolah; 2. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua komite atau hasil keputusan musyawarah komite sekolah; 3. Memberikan saran terobosan cara mencari sumber dana sekolah. Pengurus dan anggota komite terpilih dilaporkan kepada pemerintah daerah dan dinas pendidikan setempat. Untuk memperoleh kekuatan hukum, Komite Sekolah dapat dikukuhkan oleh pejabat pemerintahan setempat. Misalnya Komite Sekolah untuk SD dan SLTP dikukuhkan oleh Camat dan Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan; SMU/SMK dikukuhkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota dan Bupati/Walikota.

29

DAFTAR PUSTAKA Asmani, J M, (2012) Tips Aplikatif Manajemen Sekolah,Jogjakarta, Diva Press. Fakhrudin Arbah, (2012), Silabus Mata Kuliah Manajemen Berbasis Sekolah, Program Pasca Sarjana UNJ, Jakarta. Fiske, E B (1996),Decentralization of Education:Politics and Concensus,

Washington DC: The World

Bank.

Hadiyanto, (2004), Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia, Jakarta, Rineka Cipta Hunt, H (1963), Educational Administration and Finance in Becoming an Educator, Boston:Houghton Mifflin Company. 30

Mulyasa, (2011), Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta, Bumi Aksara. Mulyasa, (2011), Manajemen Berbasis Sekolah, Rosda Karya, Bandung Sergiovanni, T J (1987), The Principleship: A Reflective Practice Persfective, Boston and Bacon Inc.

LEMBAR KERJA SIMULASI PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PERAN DEWAN PENDIDIKAN DALAM MBS
Dosen Pengampu Kelompok Penyaji : Dr. Fahrudin Arbah :Kelompok 8 Andi B Fransiska, S.Si Indah Herawati, S.Pd Kelompok : SEKOLAH

SkenarioDiskusi 31

Sebentar lagi akan dilakukan rapat Pertemuan Dewan Pendidikan untuk mengambil keputusan dalam rencana membangun sarana MCK yang layak dan memadai di beberapa titik di lingkungan sekolah yang anda pimpin lengkap dengan outsourcing pelaksana kebersihannya agar menjamin mutu dan kualitas layanan menjadi lebih baik. Untuk merealisasikan program ini, dibutuhkan kontribusi dana yang Cukup besar, yaitusebesar 250.000/ siswa per bulan.

Silahkan memimpin dan melakukan pemaparan dan argumentasi program tersebut berjalan dengan baikdan mendapat persetujuan dari Pihak-pihak lain.

agar

Diskusi dilaksanakan selama 15 menit. Silahkan menentukan peran peran yang diperlukan dalam kelompok saudara (misalnya : kepalasekolah, wakasek, Pembina, guru, dll)

LEMBAR KERJA SIMULASI PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PERAN DEWAN PENDIDIKAN DALAM MBS
Dosen Pengampu : Dr. Fahrudin Arbah : Kelompok 8 Andi B Fransiska, S.Si Indah Herawati : KOMITE Kelompok SEKOLAH KelompokPenyaji

32

SkenarioDiskusi

Sebentar lagi akan dilakukan rapat Pertemuan Dewan Pendidikan untuk mengambil keputusan dalam rencana yang akan disampaikan oleh Pihak Manajemen Sekolah. Silahkan mendampingi Sekolah dalam melakukan pemaparan dan argumentasi agar program tersebut dapat berjalan dengan baik dan mendapat persetujuan dari Pihak-pihak lain.

Diskusi dilaksanakan selama 15 menit. Silahkan menentukan peranperan yang diperlukan dalam kelompok saudara (misalnya : Kepala Komite, sekretaris, anggota,dll)

LEMBAR KERJA SIMULASI PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PERAN DEWAN PENDIDIKAN DALAM MBS
Dosen Pengampu Kelompok Penyaji : Dr. Fahrudin Arbah : Kelompok 8 Andi B Fransiska, S.Si Indah Herawati Kelompok : MASYARAKAT YANG PRO

Skenario Diskusi 33

Sebentar lagi akan dilakukan rapat mengambil keputusan

Pertemuan Dewan Pendidikan untuk

dalam rencana yang akan disampaikan oleh Pihak Manajemen Sekolah. Anda diminta mencermati, aspek-aspek mendukung, dan positif dalam pemaatan tersebut, bersikap

memberikan argumentasi positif dalam berjalannya rapat. Diskusidilaksanakanselama 15 menit.

LEMBAR KERJA SIMULASI PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PERAN DEWAN PENDIDIKAN DALAM MBS
Dosen Pengamp u Kelompok Penyaji : Dr. Fahrudin Arbah Kelompok : MASYARAKAT YANG KONTRA

: Kelompok 8 Andi B Fransiska, S.Si Indah Herawati

34

SkenarioDiskusi Sebentar lagiakan dilakukan rapat Pertemuan Dewan Pendidikan untuk mengambil keputusan dalam rencana yang akan disampaikan oleh Pihak Manajemen Sekolah. Anda diminta mencermati, aspek-aspek negative dalam pemaparan tersebut, bersikap menolak, dan memberikan argumentasi negatif dalam berjalannya rapat. Diskusi dilaksanakan selama 15 menit.

LEMBAR KERJA DISKUSI PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PERAN DEWAN PENDIDIKAN DALAM MBS
DosenPengampu :Dr. FahrudinArbah Kelompok Anggota Fasilitator : Kelompok 8 Andi B Fransiska, S.Si Indah Larasanti : : 35

1. Menurut Anda, Partisipasi masyarakat seperti apa yang diharapkan oleh sekolah dalam menunjang Peningkatan kinerja sekolah ?

2. Siapa sajakah yang harus terlibat dalam Dewan Pendidikan?

3. Bagaimana seharus peran Komite sekolah dalam sekolah Berbasis masyarakat ?

4. Menurutanda, bagaimana skema ideal tentang hubungan dan peran komponen masyarakat, Sekolah, Komite dan Dewan Pendidikan. Gambarkan dalam bentuk skema/bagan sederhana?

36

37

You might also like