You are on page 1of 5

AIR PUN BUTUH DISELAMATKAN

Oleh : Fitri Nurfatriani, S. Hut. Permasalahan sumber daya air bersifat multi disiplin, lintas sector, lintas wilayah, dan lintas generasi. Oleh karena itu pengelolaan sumber daya air perlu diarahkan untuk mewujudkan keterpaduan yang harmonis antar wilayah, antar sector, dan antar generasi dengan pendekatan partisipatif melalui multi stakeholders dialog, guna membangun konsesus dan komitmen bersama guna menyelamatkan sumber daya air dan lingkungan. Apa dan bagaimana menyikapi hal ini berikut kutipan wawancara Kiprah dengan Direktur Pengelolaan Wilayah Sungai Bengawan Solo, Perum Jasa Tirta (PJT) I, Soetioso Budirahardjo. Pengelolaan sumber daya air mendesak untuk ditangani. Karena, menurunnya daya dukung dan pelayanannya kian dirasakan. Bagaimana tanggapan Bapak mengenai hal ini? Sebetulnya air yang disediakan gratis oleh alam sudah memiliki daur ulang dan siklus secara alami, serta sudah memiliki resistensi sendiri terhadap pencemaran, apabila daya dukung / kandungan polutan tidak melebihi batas ambang yang diperkenankan, khususnya pada musim kemarau karena debit air mengecil dan air merupakan benda terbarukan (renewable) volumenya mendekati tetap setiap tahunnya, namun kebutuhan akan air meningkat dengan adanya pertambahan penduduk dan terutama aktivitasnya dalam menunjang kehidupan telah mengakibatkan terganggunya keseimbangan dan ekosistem yang terdapat di alam. Seperti amanat UU No.7 Tahun 2004, tertulis dengan jelas ada 3 komponen yang harus kita perhatikan dan cermati secara mendalam, agar air benar-benar bermanfaat yang berkelanjuatan (sustainable) untuk lintas generasi, lintas waktu. Komponen tersebut antara lain : 1. Konservasi Sumber Daya Air (SDA). 2. Pendayagunaan Sumber Daya Air (SDA). 3. Pengendalian Daya Rusak Air. Apabila kita terlambat mengantisipasi ke 3 hal tersebut diatas, jangan menyesal kalau dikemudian hari apabila generasi penerus akan benar-benar kekurangan air. Dan air akan menjadi sesuatu yang sulit didapatkan dan akan menjadi malapetaka bagi kehidupan dimasa yang akan dating. Secara singkat akan terjadi bencana akibat kekurangan air, maka langkah konservasi SDA, pendayagunaan SDA dan pengendalian daya rusak air harus benar-benar diantisipasi dengan pengelolaan SDA secara tepat dan professional. Jangan merasa bangga apabila belum menghasilkan sesuatu produk yang bermanfaat secara nyata bagi masa sekarang dan penerus. Sehingga perlu dilakukan konservasi (penyelamatan) air.

Upaya konservasi air itu sendiri terdiri atas tiga unsur, yakni upaya konservasi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain : 1. Strukture dan non structure 2. Pemanfaatan baik dalam penggunaan pengelolaan kembali (recycling) seefisien mungkin ( reduce) dan

3. Menahan air selama mungkin didaratan untuk memperbesar inflitasi air tanah, menghidupkan sumber air, dan mempertahankan base flow sungai yang bermanfaat pada musim kemarau. Terkait dengan pemanfaatan air. Sebetulnya akar permasalahan pokoknya sendiri itu apa Pak ? Air adalah merupakan salah satu unsure kehidupan yang sangat dominan. Permasalahan air yang timbul itu sendiri disebabkan menurunnya kemampuan masyarakat untuk mengakses terhadap air bersih, hal itu dapat disebabkan karena jumlah air bersih yang berkurang dan jumlah penduduk yang bertambah atau dua-duanya. Hal tersebut akan diperparah lagi apabila pengaturan dan pengelolaan serta penggunaan air yang tidak tepat sasaran. Untuk menanggulangi kerawanan air baku harus dikelola secara baik dengan melakukan analisa secara tepat tentang ketersediaan air dan penggunaannya, yaitu dengan membudayakan reduce, reuse, dan recycle, menahan selama mungkin air didarat serta menerapkannya secara efektif dan efisien, adil, dan berkelanjutan. Tindak kongkritnya seperti apa Pak ? Seperti telah kami singgung di atas, fungsi air sekarang telah berubah dari fungsi sosial menjadi sesuatu yang bersifat multidisiplin, lintas sector, lintas wilayah, lintas generasi, dari benda sosial telah menjadi benda ekonomi yang bernilai tinggi. Walaupun mempunyai nilai ekonomi yang tinggi tersebut, nilai sosial tetap harus dikedepankan. Untuk itu perlu konsep dasar yang jelas dan tegas tentang pengeturan dan pengelolaan sumber daya air sebagai pedoman dan arahan bagi para pelaku kepentingan baik itu pemerintah, dunia usaha stakeholders, maupun masyarakat. Konsep dasar itu dilalui dengan pemberdayaan masyarakat melalui forum dialog untuk mendapatkan masukan dan formula yang tepat guna menangani sumber daya air ke depan. Yaitu dengan sikap arif, mengidentifikasi dan memetakan seluruh permasalahan actual di lapangan terkait dengan sumber daya air dan lingkungan. Demikian juga identifidasi terhadap solusi penanganan bencana, ketahanan pangan, dan air baku yang ditinjau dari beberapa aspek. Langkah berikut adalah tindak nyata yang merupakan wujud komitmen dan tekad bersama dalam mengupayakan keterpaduan penyelamatan air secara

nasional. Untuk itu diperlukan payung regulasi yang jelas serta payung hukum yang mengatur dan melindungi kepentingan umum. Aspek-aspek apa saja untuk mendukung tekad itu ? Karena masalah sumber daya air sangat kompleks, maka perlu dihimpun masukkna dari berbagai kalangan dan disiplin ilmu, menyangkut aspek kebudayaan, penguatan sumber daya manusia, kelembagaan dan koordinasi, penataan ruang maupun penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain aspek pendanaan. Terhadap konsesus yang telah berjalan dimungkinkan untuk dilakukan koreksi sebagian atau bahkan total apabila ditemukan hal-hal yang tidak cocok di lapangan, untuk mendapatkan pembaruan yang diperlukan, secara rasional dan tidak emosional. Hal ini sejalan dengan semangat demokratisasi, desentralisasi, dan keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. Bapak tadi menyebutkan forum dialog. Bukankan sudah ada lembaga Forum Air Indonesia (FAI) yang tugasnya antara lain memfasilitsi terselenggaranya dialog antar pelaku ? Itu bagus, dan perlu dikembangkan untuk diimplementasikan secara nyata di lapangan dan sebagai bahan menyusun pola dasar pengaturan dan pengelolaan SDA yang berwawasan lingkungan dan sustainable. Sebab dalam forum tersebut berlangsung curah pendapat, musyawarah dan diskusi dialog para insan pelaku, pengguna, pemerhati, pengatur, dan ilmuwan bidang sumber daya air untuk menghasilkan suatu kesepakatan / konsensus dan tekad / komitmen bersama mengenai strategi pengelolaan sumber daya air Indonesia di masa depan yang sesuai dengan kenyataan yang dibutuhkan. Forum ini sebaiknya agar dimasyarakatkan ke daerah-daerah dan tidak hanya dilaksanakan sesaat kemudian hilang tak tahu hasilnya dan kelanjutannya. Tanggapan Bapak tentang Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA) yang dicanangkan oleh Presiden, atau pencanangan gerakan serupa sebelumnya ? Prinsip, gerakan ini sangat bagis dan menyentuh pokok permasalahan konservasi SDA harus kita dukung dan dilaksanakan bersama secar nyata, karena merupakan penyatuan tekad dan pembaruan komitmen dalam upaya keterpaduan penyelamatan air atas dasar prinsip kemitraan. Namun, gerakan ini akan berhasil jika konservasi air tidak lagi hanya sekedar penyelamatan terhadap air, tetapi harus juga dibarengi dengan koreksi yang fundamental terhadap hal-hal yang terkait dengan konservasi antara lain pembangunan yang kurang atau mengabaikan konservasi lahan air serta lingkungan. Contohnya, adanya kegiatan eksplorasi yang tidak terkendali, eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan hingga penguasaan sumber daya alam yang kelewat batas. Kegiatan-kegiatan pemerkosaan terhadap sumber daya alam itu sudah

saatnya harus ditinjau kembali, karena tidak diimbangi dengan upaya-upaya pelestarian dan diganti kebijaksanaan yang lebih mendasar dan disesuaikan antar kebutuhan riil pembangunan dan kelestarian lingkungan. Memang ini bukan pekerjaan gampang. Terlebih jika menyangkut kepentingan pihak-pihak pemilik modal kuat yang hanya mementingkan sendiri tanpa menghiraukan rusaknya lingkungan, konservasi SDA, dll. Karena itu, hampir dipastikan penyelesaian permasalahan konservasi air itu akan terbentur pada permasalahan tersebut apabila tidak ada langkah-langkah yang tegas dalam penerapan peraturan perundangan. Kendala lain menyangkut masalah koordinasi, karena banyaknya pihak dan departemen yang terkait. Sebagai contoh timbulnya peraturan daerah yang mewajibkan adanya sumur imbuhan (resapan) bagi setiap bangunan, namun dalam kenyataannya tidak berjalan lancar, karena kurangnya koordinasi. Dan masih banyak contoh-contoh kegagalan lain, seperti gerakan Hemat Air, Reboisasi, dan Penghijauan, dll. Untuk itu, GNKPA maupun Gerakan Indonesia Menanam (GIM) yang sangat diharapkan Bapak Presiden harus menjadi komitmen seluruh anak bangsa, maka untuk itu semua pihak harus konsisten mendukung anjuran yang mulia ini. Masalah koordinasi, sepertinya gampang diucapkan tapi sulit dilaksanakan. Padahal air merupakan sumber kehidupan dan manusia membutuhkan akan air. Bagaimana ini Pak ? Dibutuhkan kesadaran, kearifan, kesabaran dan disertai rasa syukur semua pihak. Sebetulnya alam sudah memiliki system sendiri untuk memenuhi kebutuhan manusia akan air. Namun, yaitu tadi, tingkah laku yang bersifat merusak manusia telah mengganggu kestabilan alam itu. Kesannya, alam saat ini tidak lagi bersahabat dengan manusia karena manusia telah merusak alam itu sendiri. Hal ini secara kasat mata bisa dilihat dari tindakan manusia yang bertentangan dengan alam seperti maraknya kegiatan eksplorasi, eksploitasi dan penguasaan terhadap sumber daya alam termasuk air yang berlebihan bahkan cenderung merusak tadi, telah mengakibatkan menurunnya daya dukung sumber daya alam dan lingkungan. Jadi jangan selalu menyalahkan alam, bila terjadi bencana antara lain terjadinya infiltrasi air laut ke pedalaman, menurunnya permukaan tanah, dan pencemaran air, ini merupakan bukti tak terbantahkan bahwa telah terjadi tindakan kesewenang-wenang terhadap alam. Hal ini disebabkan sebagai akibat kurangnya koordinasi antara instansi serta belum diberdayakannya masyarakat dan Stakeholders lainnya yang menyangkut masalah konservasi SDA. Masing-masing pihak mementingkan programnya sendiri.

Soal bencana Pak, dewasa ini makin kerap terjadi bencana alam yang terkait dengan air dan lingkungan dimana kecenderungannya semakin meningkat intensitasnya. Bagaimana tanggapan Bapak ? Itu semua juga merupakan bukti tindak keserakahan dan kesombingan manusia yang bertindak tanpa memperhitungkan lingkungan dan kufur nikmat. Padahal dalam kitab suci Al Quran, Allah menjanjikan bahwa ia menurunkan air ke bumi dalam jumlah yang cukup dan bersih. Bencana yang terjadi itu bukan karena Allah tidak menepati janji, tetapi karena kecerobohan kita mengelola apa yang sudah dikaruniakan itu. Terhadap resiko bencana, perlu dikelola secara benar dengan menginventarisasi akan masalah dan resikonya yaitu dengan menyusun tanggap darurat, mitigasi dalam penanggulangan bencana serta pemulihan akibat bencana baik secara struktur maupun non struktur berdasarkan kondisi alam dan lingkungan serta budaya yang ada. Fenomena alam ini perlu diwaspadai. Bencana banjir dan tanah longsor kini semakin meluas. Pencemaran air pun terjadi dimana-mana. Indikasinya, daerah yang sebelumnya tak pernah mengalami banjir dan longsor kini justru terjadi, bahkan intensitas dan perioditasnya semakin meningkat dan meluas. Perlu aksi nyata dan tidak cukup hanya direnungkan. Semua pendapat dan perubahan ini semata didasari agar apa yang sering kita ucapkan tentang ketersediaan air yang sustainable dapat direalisasikan. Dan apabila kenyataan yang terjadi ini tidak diantisipasi sedini mungkin dan secara jelas serta terarah maka apa yang kita sering ucapkan Konservasi SDA secara berkelanjutan akan menjadi wacana yang tak ada hasilnya. Komitmen seluruh anak bangsa harus dituangkan dalam satu tekad dalam penyelamatan konservasi SDA demi generasi dan bangsa Indonesia yang tercinta demi generasi penerus. Semoga Allah SWT mengetuk hati setiap insan untuk menyadari kesalahankesalahan yang telah diperbuat.

Ir. Sutioso Budirahardjo, Dipl. HE. Direktur Pengelolaan PJT I Bengawan Solo

You might also like