You are on page 1of 18

Endometriosis AYATULLAH KHOMAINI (08171029) Univ.

Abulyatama Aceh

2012

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Endometriosis merupakan penyakit yang hanya diderita kaum perempuan. Prevalensi endometriosis cenderung meningkat setiap tahun, walaupun data pastinya belum dapat diketahui. Menurut Jacoeb (2007), angka kejadian di Indonesia belum dapat diperkirakan karena belum ada studi epidemiologik, tapi dari data temuan di rumah sakit, angkanya ber kisar 13,6-69,5% pada kelompok infertilitas. Bila persentase tersebut dikaitkan dengan jumlah penduduk sekarang, maka di negeri ini akan ditemukan sekitar 13 juta penderita endometriosis pada wanita usia produktif. Kaum perempuan tampaknya perlu mewaspadai penyakit yang seringkali ditandai dengan nyeri hebat pada saat haid ini.

Penyebab endometriosis dapat disebabkan oleh kelainan genetic, gangguan sistem kekebalan yang memungkinkan sel endometrium melekat dan berkembang, serta pengaruhpengaruh dari lingkungan. Sumber lain menyebutkan bahwa pestisida dalam makanan dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon. Faktor-faktor lingkungan seperti pemakaian wadah plastik, microwave, dan alat memasak dengan jenis tertentu dapat menjadi penyebab endometriosis. Penyakit endometriosis umumnya muncul pada usia reproduktif. Angka kejadian endometriosis mencapai 5-10% pada wanita umumnya dan lebih dari 50% terjadi pada wanita perimenopause. Gejala endometriosis sangat tergantung pada letak sel endometrium ini berpindah. Yang paling menonjol adalah adanya nyeri pada panggul, sehingga hampir 71-87% kasus didiagnosa akibat keluhan nyeri kronis hebat pada saat haid, dan hanya 38% yang muncul akibat keluhan infertil (mandul). Tetapi ada juga yang melaporkan pernah terjadi pada masa menopause dan bahkan ada yang melaporkan terjadi pada 40% pasien histerektomi (pengangkatan rahim). Selain itu juga 10% endometriosis ini dapat muncul pada mereka yang mempunyai r iwayat endometriosis dalam keluarganya.

Endometriosis AYATULLAH KHOMAINI (08171029) Univ.Abulyatama Aceh

2012

BAB II PEMBAHASAN

A. Struktur Organ Reproduksi Wanita


Struktur reproduksi eksternal perempuan adalah klitoris dan dua pasang labia yang mengelilingi klitoris dan lubang vagina. Organ reproduksi internal terdiri dari sepasang gonad dan sebuah duktus dan ruangan untuk menghantarkan gamet dan menampumg embrio dan fetus. Sistem reproduksi perempuan tidak sepenuhnya tertutup, dan sel telur

dilepaskan ke dalam rongga abdomen di dekat pembukaan saluran telur atau tuba Fallopi. Saluran telur manusia mempunyai pembukaan yang mirip corong dan berumbai-umbai yang disebut fimbriae. Silia yang terdapat pada epitelium bagian dalam yang melapisi duktus itu akan membantu menarik sel telur dengan cara menar ik cairan dari rongga tubuh ke dalam duktus tersebut. Silia juga mengir imkan sel telur menuruni duktus sampai di uterus, yang juga dikenal sebagai rahim. Uterus adalah organ yang tebal dan berotot yang dapat

mengembang selama kehamilan untuk menampung fetus dengan bobot hingga 4 kg. Lapisan dalam uterus, yakni endometrium, dialiri oleh banyak pembuluh darah.

Gambar 1. Struktur Organ Reproduksi Wanita

B. Siklus Menstruasi
Istilah siklus menstruasi secara spesifik mengacu pada perubahan yang terjadi dalam uterus. Melalui kesepakatan, hari pertama periode menstruasi perempuan atau hari pertama menstruasi dinyatakan sebagai hari 1 dari siklus tersebut. Fase aliran menstruasi (Menstrual
2

Endometriosis AYATULLAH KHOMAINI (08171029) Univ.Abulyatama Aceh

2012

Flow Phase ) siklus tersebut, saat pendarahan menstruasi (hilangnya sebagian besar lapisan fungsional endometrium) terjadi, umumnya ber langsung beberapa hari. Kemudian sisa

endometrium yang tipis lainnya mulai mengalami regenerasi dan menebal selama seminggu atau dua minggu. Fase ter sebut dinamakan fase proliferasi (Proliferasi Phase) siklus menstruasi. Selama fase berikutnya yaitu fase sekresi (Secretory Phase) yang umumnya berlangsung sekitar dua minggu lamanya, endometrium menebal, mengandung lebih banyak pembuluh, dan mengembangkan kelenjar yang mensekresikan cairan yang kaya glikogen.

Gambar 2. Siklus Reproduksi Wanita

C. Definisi Endomet riosis


Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan mirip dengan dinding rahim (endometrium) ditemukan di tempat lain dalam tubuh. Endometriosis juga dapat berupa suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri dan diluar myometrium. Definisi lain tentang endometr iosis yaitu terdapatnya kelenjar-kelenjar dan stroma endometrium pada tempat-tempat diluar rongga rahim. Implantasi endometriosis bisa terdapat pada ovar ium, ligamen latum, Cavum Douglasi, tuba Falopii, vagina, serviks, pada pusat, paru-paru, dan kelenjar- kelenjar limfa.
3

Endometriosis AYATULLAH KHOMAINI (08171029) Univ.Abulyatama Aceh

2012

D. Teori Penyebab Endometriosis


Ada teori penyebab endometriosis yang dinyatakan oleh para ahli sebagai berikut: 1. Metaplasia Metaplasia yaitu perubahan dari satu tipe jaringan normal menjadi tipe jar ingan normal lainnya. Beberapa jaringan endometrium memiliki kemampuan dalam

beberapa kasus untuk menggantikan jenis jaringan lain di luar rahim. Beber apa peneliti percaya hal ini terjadi pada embrio, ketika pembentukan rahim pertama. Lainnya per caya bahwa beberapa sel dewasa mempertahankan kemampuan mereka dalam tahap embrionik untuk berubah menjadi jaringan reproduksi.

2. Menstruasi Mundur dan Transplantasi Sampson (1920) mengatakan bahwa aliran menstruasi mundur mengalir melalui saluran tuba ( disebut "aliran mundur") dan tersimpan pada organ panggul dan tumbuh menjadi kista. Namun, ada sedikit bukti bahwa sel- sel endometrium dapat benar -benar melekat dan tumbuh ke organ panggul perempuan. Bertahun-tahun kemudian, para peneliti menemukan bahwa 90% wanita memiliki aliran mundur.

3. Predisposisi genetic Penelitian telah menunjukkan bahwa wanita dengan riwayat keluarga menderita endometriosis lebih mungkin untuk terkena penyakit ini. Dan ketika diturunkan maka penyakit ini cenderung menjadi lebih buruk pada generasi berikutnya. Studi di seluruh dunia yang sedang berlangsung yaitu studi Endogene International

mengadakan penelitian berdasarkan sampel darah dari wanita dengan endometriosis dengan harapan mengisolasi sebuah gen endometriosis.

Endometriosis AYATULLAH KHOMAINI (08171029) Univ.Abulyatama Aceh

2012

Gambar 3. Menstruasi Mundur dan Transplantasi

4. Pengaruh lingkungan Beberapa studi telah menunjuk bahwa faktor lingkungan dapat menjadi

kontributor terhadap perkembangan endometriosis, khususnya senyawa- senyawa yang bersifat racun memiliki efek pada hormon-hormon reproduksi dan respon sistem kekebalan tubuh, walaupun teori ini tidak terbukti dan masih

kontroversial.

Hipotesis

ber beda

tersebut

telah ini

diajukan

sebagai

penyebab endometriosis.

Sayangnya, tak satu

pun dari teori-teori

sepenuhnya terbukti juga tidak sepenuhnya

menjelaskan semua mekanisme yang berhubungan dengan perkembangan penyakit. Dengan demikian, penyebab endometriosis masih belum diketahui. Sebagian besar peneliti, ber pendapat bahwa endometriosis ini diperparah oleh estrogen. Selanjutnya, sebagian besar pengobatan untuk endometriosis saat ini hanya berupaya untuk mengurangi produksi estrogen dalam tubuh wanita untuk meringankan gejala.

E. Faktor Risiko Wanita yang ber esiko terkena penyakit endometriosis, yaitu: 1. Wanita yang ibu atau saudara perempuannya pernah mender ita endometriosis 2. Memiliki siklus menstruasi kurang atau lebih dari 27 hari
5

Endometriosis AYATULLAH KHOMAINI (08171029) Univ.Abulyatama Aceh

2012

3. Menarke(menstruasi yang pertama) terjadi pada usia relatif muda (< 11 thn) 4. Masa menstruasi ber langsung selama 7 har i atau lebih 5. Orgasme saat menstruasi

F. Gejala Endometriosis Rasa sakit sering berkorelasi dengan siklus menstruasi, namun seorang wanita dengan endometriosis juga dapat mengalami rasa sakit pada waktu lain selama siklus bulanan. Bagi banyak wanita, tapi tidak semua, rasa sakit endometriosis dapat menjadi begitu parah dan berdampak signifikan dengan hidupnya. Nyeri yang dir asakan saat

endometriosis terjadi sebelum, selama, dan setelah menstruasi, selama ovulasi, dalam usus selama menstruasi, ketika buang air kecil, selama atau setelah hubungan seksual, dan didaerah

punggung bawah serta gejala lain mungkin dapat terjadi adalah diare atau sembelit (khususnya dalam kaitannya dengan menstruasi), perut kembung (sehubungan dengan menstr uasi) , perdar ahan berat atau tidak teratur, dan kelelahan.

Namun perlu ditekankan disini bahwa rasa sakit pada saat menstruasi atau dysmenorrhea tidak selalu berhubungan dengan gejala endometriosis. Kadar hormone prostaglandin yang tinggi akan cenderung menyebabkan terjadinya dysmenorrhea. F. Patologi Organ yang biasa terkena endometriosis adalah ovarium, organ tuba dan salah satu atau kedua ligamentum sakrouterinum, Cavum Douglasi, dan permukaan uterus bagian belakang dapat ditemukan satu atau beberapa bintik sampai benjolan kecil yang berwarna kebiru-biruan.

Gambar 4. Kista cokelat yang pecah pada ovarium sebelah kiri


6

Endometriosis AYATULLAH KHOMAINI (08171029) Univ.Abulyatama Aceh

2012

G. Penyebab endometriosis Ada beberapa teori yang diutarakan oleh beberapa ahli mengenai penyebab endometriosis yaitu: a. Endometriosis mungkin disebabkan oleh faktor keturunan, atau beberapa anggota keluarga mempunyai sifat yang membuat mereka terlihat seperti endometriosis. b. Tumbuhnya jar ingan endometrium dibagian tubuh yang lain selain uterus melalui sistem peredaran darah atau sistem limfa. c. Endometriosis dapat disebabkan adanya ganguan pada sistem imunitas endometriosis juga dapat menjadi kanker ovarium. d. Hormon estrogen dapat menjadi pemicu pertumbuhan endometriosis Beberapa

penelitian memandang hal ini sebagai penyakit sistem endokrin, sistem kelenjar, hormon, dan sekr esi lain dari tubuh. e. Jaringan endometrium juga dapat ditemukan pada bekas luka abdominal dan mungkin ditemukan di tempat tersebut akibat kesalahan sewaktu pembedahan. f. Sejumlah kecil jaringan saat pembentukan embrio yang kemudian berubah menjadi endometriosis. g. Penelitian terbaru menunjukan adanya hubungan antara paparan dioksin dan

endometriosis. Dioksin adalah senyawa yang bersifat toksik yang berasal dari pembuatan pestisida dan pembakaran sampah plastik. h. Jaringan endometriosis dapat berada di abdomen melewati tuba Falopii saat

menstruasi. Transplantasi jar ingan ini tumbuh diluar uterus.

Menurut Sumilat penyebab dari penyakit ini belum diketahui secara pasti, para ahli mengatakan bahwa banyak faktor yang menyebabkan penyakit endometriosis, dapat berasal dari aliran menstruasi mundur dan implantasi, metaplasia, predisposisi genetik, dan pengaruh lingkungan. Orgasme saat menstruasi dapat menimbulkan aliran menstruasi mundur dan endometriosis dapat menurun ke wanita yang ibu atau saudara perempuan mender ita endometriosis karena terjadi penurunan imunitas pada penderita endometriosis, hal ini sesuai teori predisposisi genetik yang dikemukakan oleh Dmoski. Sumilat juga berpendapat bahwa gangguan system imun juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini, menurut penelitian J.A Hill
7

tahun 1988

mendapatkan adanya

Endometriosis AYATULLAH KHOMAINI (08171029) Univ.Abulyatama Aceh

2012

kegagalan dalam sistem peluruhan darah haid oleh makrofag dan fungsi sel NK yang menurun pada endometriosis. Sehingga keturunan selanjutnya memiliki r esiko terkena

endometriosis lebih besar.

H. Senyawa kimia yang dapat menimbulkan endometriosis Menurut Sumilat, penyebab penyakit ini berasal dari pengaruh lingkungan, hal ini dikarenakan adanya perubahan gaya hidup maupun terpengaruh dari paparan polutan.

Ruhendra (1997) dan Tangri (2003) menyebutkan bahwa ada beberapa senyawa kimia yang dapat menyebabkan endometriosis, namun sampai saat ini masih diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh senyawa tersebut terhadap tubuh khususnya terhadap kista endometriosis. Jenis-jenis senyawa tersebut adalah: 1. Dioksin Insinerator, pembakaran bahan plastik 2. Klorin Proses pemutih kertas dan pembuatan produk kertas 3. Kolesterol Makanan cepat saji dan daging ham 4. Kafein Teh, kopi, dan cokelat

Dioksin adalah produk sampingan hasil berbagai proses kimia, misalnya dari proses insinerator sampah (terutama plastik), pengilangan logam pembakaran bensin yang

mengandung timbal dalam otomobil, pembuatan produk-produk kertas, pembuatan herbisida, dan pembakaran sampah organic yang mengandung klorin (Ruhendra, 1999).

Dioksin yang terbentuk selama pembakaran sampah, masuk ke udara bersama abu, kemudian mengendap pada tanaman pangan, kemudian dikonsumsi oleh ternak dan terakumulasi pada sel lemak dan muncul pada daging dan susu yang akhir nya dikonsumsi manusia. Dioksin dapat menyebabkan gangguan kesehatan secara luas, termasuk gangguan kulit, sistem reproduksi, hormonal, sistem kekebalan, diabetes, kanker, dan pertumbuhan.

Sumber klorin dapat berasal dari proses industri yang menggunakan klorin sebagai pemutihan kertas dari hasil daur ulang kertas. Dampak klorin terhadap tubuh manusia sama dengan dioksin karena klorin merupakan hasil samping dar i pembentukan dioksin.

Endometriosis AYATULLAH KHOMAINI (08171029) Univ.Abulyatama Aceh

2012

Penelitian Rier et al menyebutkan faktor lingkungan juga memberikan pengaruh pada perkembangan endometr iosis, khususnya berhubungan dengan zat toksik yang mempunyai efek pada hormon r eproduksi dan respon pada sistem imun. Pada percobaan ini 79% dari kera-kera yang terpapar dioksin menyebabkan endometriosis pada tubuhnya.

Dioksin diduga sebagai penyebab endometr iosis. Dugaan ini dirumuskan pada tahun 1994 berdasar hasil obser vasi langsung terhadap kasus peningkatan penyakit endometriosis pada pr imata yang dipapar dengan dioksin. Total radiasi pada tubuh ber hubungan dengan meningkatnya prevalensi endometriosis pada primata. Pada manusia, bukti- bukti penelitian mengenai pengaruh dioksin masih kurang. Peristiwa polusi yang terjadi di Seveso, Italia, ditemukan prevalensi endometriosis tidak meningkat. Juga pada bayi yang masih menyusui yang kemungkinan terpapar dioksin lewat air susu ibu, prevalensi endometriosis saat berumur dewasa rendah.

Daging ham dan makanan cepat saji mengandung kolesterol. Mengkonsumsi daging ham dan makanan cepat saji dapat berdampak pada jaringan endometrium di uterus dan di luar uterus dan dapat menimbulkan nyeri saat menstruasi. Hal ini dikarenakan sel stroma pada uterus menghasilkan estradiol yang diperoleh dar i kolesterol yang selanjutnya menghasilkan estrogen yang berpengaruh terhadap jaringan endometrium.

Menurut David dan Bulun, kafein dan kolesterol tidak dapat dijadikan sebagai penyebab endometr iosis karena kafein dan kolesterol mempengaruhi peningkatan kadar estrogen, hal ini hanya memperparah kista endometriosis karena jar ingan endometr ium yang ada di uterus maupun yang di luar uterus mengalami penebalan sehingga menekan ke tempat perlekatannya Saat kadar estrogen menurun sel-sel ini tidak dapat keluar sehingga menyebabkan nyer i dan perlekatan di tempat yang sama sehingga menimbulkan lesi atau kista keriput dan berwar na cokelat atau biru kehitaman yang menandakan pendarahan yang tidak dapat keluar. Pembentukan ini disebut pseudokist.

Endometriosis AYATULLAH KHOMAINI (08171029) Univ.Abulyatama Aceh

2012

I. Gejala endometriosis Menurut American Fertility Society, gejala endometriosis dapat berupa: a. Nyeri haid Banyak wanita mengalami nyer i pada saat haid normal. Bila nyeri dirasakan berat maka disebut dysmenorrhea dan mungkin menjadi penyebab endometriosis atau tipe lain dalam patologi pelvik seperti uteri fibroid atau adenomiosis. Nyeri berat juga dapat menyebabkan mual- mual, muntah, dan diare. Dysmenorrhea primer terjadi pada saat awal terjadinya menstruasi kemudian cenderung meningkat selama masa reproduktif atau setelah masa reproduktif. Dysmenorrhea sekunder terjadi setelah kehidupan selanjutnya dan mungkin akan terus meningkat dengan umur . Ini mungkin menjadi sebuah tanda peringatan dar i endometr iosis, walaupun beberapa wanita dengan endometriosis tidak merasa nyeri.

b. Nyer i saat berhubungan Endometriosis dapat menyebabkan rasa nyeri selama dan setelah berhubungan, kondisi ini diketahui sebagai dyspareunia. Penetrasi dalam dapat menghasilkan rasa nyeri di batasan ovar ium dengan jar ingan otot di bagian atas vagina. Rasa nyer i juga disebabkan adanya nodul lunak endometriosis di belakang uterus atau pada ligamen latum, yang ber hubungan dengan serviks.

J. Gambaran kista endometriosis Penampakan kasar endometriosis dapat berupa suatu penebalan atau kista yang berisi darah baru, merah atau biru hitam. Semakin lama lesi- lesi tersebut berubah menjadi rata dan berwar na coklat tua. Struktur kista besar bisa tetap berisi darah tua dan disebut kista cokelat. Lesi- lesi yang sudah lama bisa tampak pucat, tersebar, dan mengerutkan jar ingan setempat. Ukuran lesi bervariasi dari kecil kurang dar i 1 mm sampai dengan kista besar ber ukuran lebih dari 10 cm.

10

Endometriosis AYATULLAH KHOMAINI (08171029) Univ.Abulyatama Aceh

2012

Gambar 5. Kista cokelat pada ovarium

Gambar 6. Lesi merah pada berbagai organ


11

Endometriosis AYATULLAH KHOMAINI (08171029) Univ.Abulyatama Aceh

2012

K. Klasifikasi endometriosis Berdasarkan visualisasi rongga pelvis dan volume tiga dimensi dari endometriosis dilakukan penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman invasi, keterlibatan ovarium dan densitas dari perlekatan. Dengan perhitungan ini didapatkan nilai-nilai dar i skor ing yang kemudian jumlahnya berkaitan dengan derajat klasifikasi endometriosis. Nilai 1-4 adalah minimal (stadium I), 5-15 adalah ringan (stadium II), 16-40 adalah sedang (stadium III) dan lebih dari 40 adalah berat (stadium IV).

Skema klasifikasi berdasarkan beratnya penyakit endometr iosis menurut American Fertility Society ( 2007) dapat dilihat pada gambar dibawah:

12

Endometriosis AYATULLAH KHOMAINI (08171029) Univ.Abulyatama Aceh

2012

Gambar 7. Skema klasifikasi stage 1 sampai stage 3

Gambar 8. Skema klasifikasi stage 3 sampai stage 4

L. Diagnosa Visualisasi endometriosis diperlukan untuk memastikan diagnosis. Cara- cara yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis adalah dengan melakukan pemer iksaan laparoskopi untuk melihat lesi. Diagnosa laparoskopi dilakukan setiap hari dar i siklus menstruasi dengan pasien dibawah pengaruh anesthesia (obat bius). Diagnostik endometriosis dibutuhkan untuk melihat keberadaan dari satu atau lebih lesi kebiru-biruan atau hitam. Stadium endometriosis menurut revisi klasifikasi dar i Amer ican Fertility Society (R- AFS) . Implantasi pada peritoneum atau ovarium nilainya ditentukan dari diameter dan

endometriosis

kedalaman, yang mana nilai perlekatan digunakan dalam lampiran catatan kepadatan dan der ajat. Total R-AFS nilai (implan dan perlekatan) berurutan dari 1-5, 6-15, 16-40, dan 41150 dapat disamakan dari minimal (stadium I ), ringan ( stadium II), sedang (stadium III) , dan berat (stadium IV) endometriosis.

Pendapat klinik saat ini bahwa prosedur pembedahan seperti laparoskopi dibutuhkan untuk menentukan diagnosa endometriosis. Laparoskopi dilakukan untuk melihat keber adaan endometr iosis. Pemeriksaan riwayat dan pemeriksaan badan dapat menemukan nyeri pelvik kronik dan dysmenorrheal, pemunduran uterus, penebalan ligamen uterosakral tidak sama.
13

Endometriosis AYATULLAH KHOMAINI (08171029) Univ.Abulyatama Aceh

2012

Gambar 9. Gambar laparoskopi organ reproduksi internal wanita

Gambar 12. Diagnosa laparoskopi

Dokter laparoskopi.

mungkin Dilakukan

akan

memutuskan kecil

untuk tambahan

mengobati untuk

endometriosis selama bedah.

pembedahan

memasukan alat

Endometriosis mungkin jadi menggumpal, menguap, terbakar atau dipotong, dan jar ingan otot atau kista ovarium mungkin dikeluarkan. Selama laparoskopi, dokter memutuskan membuka dan memasukan alat tersebut lewat tuba Falopii untuk melihat serviks di dalam uterus.

Proses diagnosa lain dilakukan pada kasus yang lebih khusus, dokter mungkin akan menggunakan teknik pengambilan gambar yang khusus seperti ultrasound, Computerized
14

Endometriosis AYATULLAH KHOMAINI (08171029) Univ.Abulyatama Aceh

2012

Tomography (CT scan), atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk menambah infor masi tentang pelvis. Prosedur ini dapat mengidentifikasi kista dan mengetahui karekteristik cairan dengan kista ovarium kista endometrioma dan kista korpus luteum mungkin serupa kelihatannya. Uji ini digunakan bila menilai seorang wanita infertil atau nyer i pelvis kronis.

M. Penanganan Penanganan endometriosis di bagi menjadi 2 jenis terapi yaitu terapi medik dan terapi pembedahan. 1. Terapi medik diindikasikan kepada pasien yang ingin mempertahankan kesuburannya atau yang gejala ringan. Jenis-jenis terapi medik seperti terlampir di bawah ini:

Terapi pembedahan dapat dilaksanakan dengan laparoskopi untuk mengangkat kista-kista, melepaskan adhesi, dan melenyapkan implantasi dengan sinar laser atau elektrokauter. Tujuan pembedahan untuk mengembalikan kesuburan dan menghilangkan gejala.

Terapi bedah konservatif dilakukan pada kasus infertilitas, penyakit berat dengan per
15

Endometriosis AYATULLAH KHOMAINI (08171029) Univ.Abulyatama Aceh

2012

lekatan hebat, usia tua. Terapi bedah konservatif antar a lain meliputi pelepasan perlekatan, merusak jar ingan endometriotik, dan rekonstruksi anatomis sebaik mungkin.

Penanganan endometriosis menurut Sumilat dapat dilakukan dengan terapi medik seperti pemberian analog general dan obat KB atau dengan terapi pembedahan

menggunakan laparoskopi operatif yaitu pembakaran kista endometriosis dengan menggunakan laser.

16

Endometriosis AYATULLAH KHOMAINI (08171029) Univ.Abulyatama Aceh

2012

BAB III KESIMPULAN

Penyebab utama endometriosis belum dapat dipastikan, akan tetapi kemungkinan dapat disebabkan oleh aliran menstruasi mundur, predisposisi genetik, metaplasia, maupun pengaruh dari pencemaran lingkungan. Gejala endometriosis yang dapat dirasakan oleh

penderita yaitu antara lain berupa nyeri haid (dysmenorrhea) dan nyeri saat berhubungan (dyspareunia). Penanganan endometriosis dapat dilakukan dengan terapi medik seperti pember ian progestin, danazol, GnRH agonis, dan microguinon. Sedangkan terapi

pembedahan dilakukan dengan laparoskopi melalui pelepasan perlekatan, merusak jar ingan endometriotik, rekonstruksi anatomis sebaik mungkin, mengangkat kista, dan melenyapkan implantasi dengan sinar laser atau elektrokauter.

17

Endometriosis AYATULLAH KHOMAINI (08171029) Univ.Abulyatama Aceh

2012

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah, N. 2009. Endometriosis dan Infert ilit as. Jurnal Medika Nusantara. vol.25 No.2:1-7. 2004. (http://med.unhas.ac.id /index.php?option =com

content&task=category&sectionid=12&id=101&Itemid=48/1index.php, diakses pada tanggal 30 Desember 2009). 7 hal. 2. Campbell, Neil A., J. B. Reece, L. G. Mitchell. 2004. BIOLOGI Edisi Kelima Jilid 3. Penerbit Erlangga. Jakarta. 3. David, L. O., and L. B. Schwartz. 1993. Endometriosis. The New England Journ. Of Medicine. Vol.328 No.24: 1759-1769. ( http://content.nejm.org/cgi/

content/full/328/24/1759, diakses pada tanggal 30 Desember 2009). 10 hal. 4. Guyton, A. C. dan Jhon E. H. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. EGC Medical Publisher. Jakar ta. Hal 1065-1078. 5. http://www.scribd.com/doc/40213985/Makalah-endometriosis 6. http://www.endometriosis.org/endometriosis.html 7. http://www.endometriosis.org/symptoms.html

18

You might also like