You are on page 1of 6

JOURNAL READING

GANGGUAN ELEKTROLIT DAN HASIL ANALISIS URIN ABNORMAL PADA ANAK-ANAK DENGAN INFEKSI DENGUE

Oleh : Gunalan Krishnan G0007513

Pembimbing I :

Pembimbing II:

dr. H.Rustam Siregar, Sp. A

dr. Riza Kurniawan

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA 2013

Abstrak

Hasil pemeriksaan elektrolit serum dan analisis urin telah dikaji secara retrospektif pada anakanak dengan demam Dengue (DF) ataupun demam berdarah Dengue (DHF). Anak-anak yang memiliki serologi virus Dengue positif dan menjalani pemeriksaan elektrolit sebelum diberikan cairan infus dimasukkan ke dalam penelitian ini. Selama tahun 2004-2007, 73 pasien DF berumur 9,29 3,62 tahun dan 77 pasien DHF berumur 10,04 3,64 tahun mengikuti penelitian ini. Anak-anak tersebut dirawat di rumah sakit rata-rata selama 4,12 1,1 hari untuk febris DF dan 4,25 1,4 hari untuk febris DHF. Prevalensi terjadinya hiponatremia pada pasien anak DF adalah 61%, sedangkan DHF 72% (P= 0,149). Kadar natrium serum rata-rata adalah 133,5 3,52 mEq/ l pada DF dan 133,5 3,20 mEq/ l pada DHF (p = 0,938). Prevalensi hiponatremia pasien DHF pada tingkat ringan (grade I) 70%, sedang (grade II) 77%, dan berat (grade III-IV) 78% (p = 0,729). Kadar natrium serum rata-ratanya adalah ringan 134,1 3,05 mEq/ l, sedang 132,9 3,33 mEq/ l, dan berat 132,5 3,28 (p = 0,189). Prevalensi hipokalemia pasien DF adalah 14% dan pasien DHF adalah 17% (p = 0,588). Berat jenis urin yang tinggi menunjukkan adanya dehidrasi. Hal ini ditemukan 63% pada pasien DF dan 60% pada pasien DHF (p = 0,77). Prevalensi timbulnya hematuria pada pasien DF adalah 18% dan DHF 27% (p = 0,182). Proteinuria dapat timbul 15% pada DF dan 27% pada DHF (p = 0,072). Prevalensi timbulnya hematuria ini tidak jauh berbeda di antara pasien DHF ringan, sedang, dan berat. Tidak ada pasien yang mengalami gross hematuria atau gagal ginjal akut yang membutuhkan dialisis. Hiponatremia ringan merupakan gangguan elektrolit yang sering terjadi. Fungsi ginjal akan terganggu minimal pasien DF dan DHF.

Kata kunci : demam Dengue, demam berdarah Dengue, gangguan elektrolit, analisis urin

Pendahuluan

Infeksi Dengue adalah salah satu infeksi yang sering terjadi dan ditularkan melalui nyamuk. Infeksi Dengue disebabkan oleh virus famili Flaviridae. Demam berdarah Dengue (DHF) lebih berbahaya daripada demam Dengue (DF) karena adanya kebocoran kapiler. Infeksi Dengue pertama kali ditemukan di daerah tropis. Beberapa dekade belakangan ini infeksi Dengue telah ditemukan di banyak tempat di dunia. World Health Organization (WHO) mendapati 2,5 miliar orang tinggal di daerah di mana virus Dengue bisa ditularkan (WHO, 2009). Gangguan dan gagal ginjal pada infeksi Dengue telah ditemukan. Hiponatremia sering terjadi pada DHF, terutama pada pasien yang syok (Varavithya, dkk., 1973). Sebukan kompleks imun glomerulus diduga menjadi patogenesis terjadinya glomerulonefritis pada DHF (Boonpucknavig, dkk., 1976). Sampai sekarang terdapat beberapa penelitian mengenai perbandingan kemungkinan terjadinya gangguan elektrolit dan gagal ginjal antara DP dan DHF. (Futrakul, dkk., 1973; Samosorn, 1994). Penelitian ini membandingkan kadar elektrolit serum dan analisis urin pada pasien dengan DF dan DHF secara retrospektif.

Material dan Metode

Penelitian ini mengkaji ulang data rekam medis pasien dengan infeksi Dengue selama tahun 2004 2007 di bagian pediatrik rumah sakit Pharmongkutklao, Bangkok, Thailand secara retropektif. Penelitian ini disetujui oleh institusi penelitian bagian pengkajian rekam medis rumah sakit Pharmongkutklao. Pasien dengan DF dan DHF ditentukan derajatnya dengan menggunakan sistem pengelompokan World Health Organization (WHO, 1997). Diagnosis ditegakan saat ditemukan antibodi Dengue yang didapat dari pemeriksaan oleh Armed Forces Research Insitute of Medical Sciences (AFRIMS), Bangkok, Thailand. Kriteria inklusi yang dipakai adalah semua anak-anak berusia 0 18 tahun terdiagnosis DF atau DHF yang dirawat dan telah diperiksa elektrolit serumnya sebelum diberikan cairan infus IV. Anak-anak dengan riwayat penyakit ginjal merupakan kriteria eksklusi penelitian ini. Pasien DHF dikelompokan berdasarkan derajatnya, yaitu derajat I sebagai DHF ringan, derajat II sebagai DHF sedang, dan derajat III IV sebagai DHF berat. Dinyatakan sebagai Hiponatremia bila kadar natrium serum < 135 mEq/ l, hipokalemia bila kadar kalium serum < 3,5 mEq/ l, dan asidosis metabolik bila kadar bikarbonat serum < 18 mEq/ l. Berat jenis urin spesifik > 1,020 tanpa glukosuria dianggap sebagai dehidrasi. Urin yang mengandung > 5 sel darah merah/ luas lapang besar setelah disentrifugasi dinyatakan sebagai hematuria. Urin berberat jenis spesifik > 1,015 dengan ditemukan protein 2+ pada tes strip urin dinyatakan sebagai proteinuria. Ketonuria dinyatakan setelah ditemukan keton pada tes strip urin. Uji chi square dipakai dalam membandingkan prevalensi timbulnya gangguan elektrolit, dehidrasi, hematuria, dan proteinuria antara pasien DF dan DHF. Perbandingan rata-rata dari parameter-parameter tersebut dihitung dengan tes T independen. Analisis ANOVA digunakan dalam menghitung perbandingan parameter-parameter tersebut antara pasien DF dan DHF. Nilai p < 0,05 dianggap secara statistik signifikan.

Hasil Selama tahun 2004 2007 terdapat 73 pasien DF dengan usia tengah 9,29 3,62 tahun dan 77 pasien DHF dengan usia tengah 10,04 3.64 tahun yang masuk ke dalam penelitian. Terdapat 42 pasien DHF ringan, 26 pasien DHF sedang, dan 9 pasien DHF berat. Nilai tengah dari lamanya perawatan febris di rumah sakit 4,12 1,1 untuk pasien DF dan 4,25 1,4 untuk pasien DHF. Analisis urin dilakukan 67/ 73 pasien DF dan 73/ 76 pasien DHF. Hasil rata-rata elektrolit serum, prevalensi terjadinya gangguan elektrolit, hematuria, proteinuria, dan ketonuria pada pasien DF dan DHF telah terangkum pada tabel 1. Perbandingan berbagai parameter di antara pasien dengan DHF derajat ringan, sedang, dan berat ditunjukkan pada tabel 2. Tidak ditemukan adanya gross hematuria di dalam penelitian. Semua pasien di kedua kelompok sembuh dan tidak ada satupun yang mengalami gagal ginjal akut yangmembutuhkan dialisis.

Diskusi

Hiponatremia merupakan gangguan elektrolit tersering di kedua kelompok, pasien dengan DF dan DHF. Hiponatremia ringan (kadar natrium serum 130 134 mEq/ l) terjadi pada sebagian besar pasien hiponatremik. Kadar natrium serum dan prevalensi timbulnya hiponatremia di tiap kelompok pasien dengan DHF tidak secara signifikan berbeda dengan penelitian sebelumnya (Varavithya, dkk., 1973; Mekmullica, dkk., 2005). Kadar natrium urin < 20 mEq/l ditemukan pada pasien dengan infeksi Dengue, terutama pasien syok. Hal ini diduga timbul sebagai akibat deplesi volume intraseluler dan penurunan ekskresi ginjal (Mekmullica, dkk., 2005). Kebanyakan pasien dalam penelitian ini mengalami dehidrasi, kelaparan, berat jenis spesifik urin tinggi, dan ketonuria. Etiologi hiponatremia ini berasal dari penurunan intake garam, peningkatan reabsorpsi di tubulus ginjal, dan peningkatan sekresi hormon antidiuretik sekunder akibat stres, dan lebih condong akibat demam atau dehidrasi daripada gangguan fungsi tubulus ginjal. Hipokalemia ringan dengan kadar kalium serum antara 3,0 3,5 mEq/ l dan asidosi metabolik terjadi pada beberapa pasien dengan DF dan DHF. Hipokalemia terjadi karena intake kurang dan peningkatan ekskresi ginjal akibat aktivasi sistem renin, angiotensin, dan aldosteron sekunder terhadap deplesi volume. Etiologi asidosis metabolik berasal dari kelaparan, ketoasidosis,

asidosis laktat, atau kompensasi dari alkalosis respiratorik. Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa asidosis metabolik dan alkalosis respiratorik umum terjadi pada pasien DHF, terutama pada kasus berat (Varavithya, dkk., 1973). Hematuria dan proteinuria yang terjadi pada pasien DF dan DHF dalam penelitian ini memiliki angka kejadian yang sama dengan penelitian lainnya (Futrakul, dkk. 1973). Kerusakan glomerolus sekunder akibat deposisi kompleks imunitas dari antigen Dengue merupakan etiologi dari kerusakan ginjal yang terjadi. Proliferasi mesangial ringan; deposisi IgG, IgM, dan C3; serta penebalan membran basalis glomerolus dengan peningkatan konsentrasi partikel sperikal yang terdeposisi terjadi juga pada pasien DHF (Boonpucknavigm dkk., 1976). Karena ukuran kompleks imun lebih kecil dari diameter glomerolus. Kompleks imun diekskresikan paling banyak ke dalam urin atau disaring oleh sistem retikoendotelial (Wiwanitkit, 2005). Manifestasi penyakit DHF ke ginjal biasanya ringan. Kerusakan ginjal berat, seperti gagal ginjal akut telah ditemukan pada pasien DHF; walaupun demikian, masih terdapat banyak faktor predisposisi seperti syok, hemolisis, dan rabdomiolisis yang menjadi etiologi umum terjadinya gagal ginjal akibat adanya deposisi kompleks imun (Tanphaichitr, dkk., 2002; David dan Bourke, 2004). Sebagai kesimpulan : hiponatremia ringan merupakan gangguan elektrolit tersering dan keterlibatan ginjal pada pasien DF dan DHF ringan. Pengawasan terhadap kadar elektrolit (status asam-basa dan fungsi ginjal) yang ketat dan berhati-hati sangat penting. Penelitian lebih lanjut sebaiknya memasukan kasus yang lebih berat, evaluasi kelainan elektrolit lainnya (kalsium, magnesium, dan fosfat), penentuan fungsi tubulus ginjal, dan evaluasi kuantitas proteinuria guna menentukan fungsi ginjal dan etiologi dari gangguan elektrolit.

You might also like