You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny Z DENGAN DIAGNOSA MEDIS SIPHILIS DI RSUD JOMBANG

OLEH ALFAN CHOIRON ADDHANI TEGUH P. DWI ESTU A. EVI WARDATIL H. FEBRI EKO W. M. MABRUR SEPTIAN N.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG PRODI S-1 KEPERAWATAN 2012

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN OSTEOSARKOMA

A. KONSEP DASAR I. DEFINISI Sifilis adalah penyakit infeksi oleh treponema pallidum dengan perjalanan penyakit yang kronis, adanya remisi dan eksasarbasi, dapat menyerang semua organ dalam tubuh terutama sistem kardiovaskuler, otak dan susunan saraf, srta dapat terjadi sifilis kongenital. Sifilis merupakan penyakit infeksi kronik sistemik vaskuler yang disebabkan oleh treponema pallidum/spiroketa, dikarakteristikkan dalam tingkat atau tahapan yang berbeda-beda.

II. KLASIFIKASI 1. Menurut WHO a. Sifilis Dini Dapat menularkan penyakit karena terdapat treponema pallidum pada lesi kulitnya. b. Sifilis Lanjut Tidak menular karena Treponema pallidum tidak ada.
2.

Secara Klinis a. Sifilis Kongenital

Penularan intrauterin setelah pembentukan plasenta (bulan ke V kehamilan) tidak berakibat keguguran awal / prematur, tetai dapat menyebabkan bayi lahir mati. b. Sifilis Akuisita Penularan dengan senggama, melalui luka mikroskopik, karena kuman tidak menembus kulit / mukosa setelah masuk jaringan, segera melakukan pembiakan dan masuk saluran limfatik sehingga dalam 24 jam sudah didapati dalam kelenjar limfatik regional. 1. Stadium I Terjadi 7 hari sampai 3 bulan setelah invasi kuman, berupa nodulsoliter pada penis, vulva, serviks atau ekstragenital, yang kemudian membentuk ulkus durum dengan tepi meninggi dan tidak dirasa nyeri. 2. Stadium II Terjadi 2 sampai 12 minggu setelah ulkus durum, sebagai lesi mukokutan yang menyeluruh tubuh disertai limfa denopati generalisata, demam, rasa lesu dan sekita kepala. 3. Stadium III Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3 7 tahun setelah infeksi.
c.

Sifilis Kardiovaskuler Biasanya disebabkan oleh nekrosis aorta yang berlanjut ke arah katup. Tanda-tanda sifiliis kardiovaskuler adalah insufisiensi aorta atau aneurisma berbentuk kantong pada arota torakal. Umumnya bermanifestasi 10 20 tahun setelah interaksi, seumlah 10 % pasien sifilis akan mengalami fase ini. Pria dan orang denga kulit warna lebih

banyak terkena, jantung pembuluh darah, yang terkena terutama yang besar. Kematian pada sifilis terjadi akibat kelainan sistem ini.
d.

Neurosifilis Umumnya bermanifestasi dalam 10 20 tahun setelah terinfeksi. Kelainan ini lebih banyak didapat pada orang kulit putih. Neurosifilis dibagi menjadi : 1) Neurosifilis Asimtomatik Pemeriksaan serologi reaktif tidak ada tanda dan gejala kerusakan susunan saraf pusat. Pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukkan kenaikan sel, protein total, dan tes serologi reaktif. 2) Neurosifilis Meningovaskuler Terdapat tanda dan gejala kerusakan susunan saraf pusat, berupa kerusakan pembuluh darah serebrum, infark dan ensefalomalasia dengan tanda-tanda adanya fokus neurologis sesuai dengan ukuran dan lokasi lesi. Pemeriksaan sumsum tulang beakang menunjukkan kenaikan sel, protein total, dan tes serologi reaktif.
3) Neurosifilis Parenkimatosa, yang terdiri dari paresis dan tabes dorsalis.

i.

Paresis : Tanda dan gejala paresis sangat banyak dan selalu menunjukkan penyebaran kerusakan parenkimatosa perubahan sifat diri dapat terjadi, mulai dari yang ringan hingga psikotik. Terdapat tanda-tanda fokus neurologis. Pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukkan kenaikan sel, protein total, dan tes serologi reaktif

ii.

Tabes dorsalis : Tanda dan gejala pertama tabes dorsalis akibat degenerasi kolumna posterior adalah parestesia, ataksia, arefleksia,

gangguan kandungan kemih impotensi, dan perasaan nyeri seperti dipotong-potong, pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang abnormal pada hampir semua penderita dan pemeriksaan serologis sebagian menunjukkan reaktif.

III. ETIOLOGI Bentuk dari treponema pallidum adalah spiral dengan panjang antara 6-15 um, lebar 0,15 um dan terdiri atas 8-24 lekukan, gerakannya berupa rotasi. Penularan penyakit ini dapat melalui: a. Berhubungan dengan orang yang terinfeksi dan hubungan seksual yang tidak aman. b. Transfusi darah c. Plasenta (ibu yang terinfeksi ke janin)

IV. PATOFISIOLOGI

Hubungan sexual,transfusi darah,placenta ibu hamil

Treponema

Selaput lendir yang utuh / kulit dengan lesi.

Peredaran darah / semua organ tubuh

Masa inkubasi ( 3 minggu)

Makula

Papula

Ulkus yang berisi jaringan nekrotik.

Sifilis

infeksi

G3 Integritas Kulit

Peningkatan suhu tubuh

G3 Rasa Nyaman Nyeri

Peradangan

V. MANIFESTASI KLINIS 1. Tukak - Demam


2.

Lesi

3. Pada pria selalu disertai pembesaran kelenjar limfe ingunal medial unilateral / bilateral
4.

Terjadi kelainan kulit yaitu timbul berupa makula, postul dan rupia

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Test diagnostic a. Treponema Pallidum Dengan cara mengambil dari kulit dan limpa nodus kemudian dilihat pergerakannya dengan mikroskop lapangan gelap yang dilakukan 3 kali berturut-turut b. Test nontreponemal serologic misalnya: - Veneral disease research laboratory (VDRL) - Rapid plasma regain (RPP) - Automated regain test (RST) c. Treponemal serologi test - Florescent treponema antibody absorption (FTA-ABS)

- Microrohemagglutination Assay (MHA-TP) - Treponema Pallidum hemaggulation assay (TPHA-TP) d. Neorosifilis: Test CSF - WBC - VDRL Positif Treponema Pallidum pada tahap primer dan sekunder namun tidak ditemukan pada tahap laten dan tersier Digunakan untuk konfirmasi screening test positif, meningkatnya antibody non spesifik 1-3 minggu timbulnya chancre atau 4-6 minggu. Kembali negative pada 6-12 bulan setelah penatalaksanaan sifilis primer, dan 12-18 bulan setelah pengobatan sifilis sekunder.

Digunakan untuk screening positif yang dilaporkan seperti reaktif lebih cepat pada tahap primer dan tetap reaktif lebih lama pada sifilis laten serta akan tetap reaktif sampai sesudah pengobatan dan hasilnya tak berubah dengan aktifitas penyakitnya.> 5 WBC mm3 diagnostic neorosifilis jika hasilnya positif

VII. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Medikamentosa A. Sifilis Primer dan Sekunder 1) Penisilin benzatin 6 dosis 4,8 juta unit injeksi intramuskular (2,4 juta unit / kali) dan diberikan satu kali seminggu, atau. 2) Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi intramuskular sehari selama 10 hari, atau 3) Penisilin prokain + 2 % aluminium monostearat, dosis 4,8 juta unit, diberikan 2,4 juta unit / kali sebanyak 2 kali seminggu.

B. Sifilis Laten 1) Penisilin Benzatin 6 dosis total 7,2 juta unit, atau 2) Penisilin 6 prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit (600.000 unit sehari) atau 3) Penisilin prokain + 2 % aluminium monostearat, dosis total 7,2 juta unit (diberikan 1,2 juta unit / kali, 2 kali seminggu). C. Sifilis Stactom III 1) Penisilin benzatin 6 dosis total 9,6 juta unit, atau 2) Penisilin 6 prokain dalam aqua denga dosis total 18 juta unit (600.000 unit sehari) atau 3) Penisilin prokain 2 % aluminium monostearat, dosis total 9,6 juta unit (dibeirkan 1,2 juta unit / kali, 2 kali seminggu). 4) Untuk pasien sifilis I dan II yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan :Tetrasiklin 5000 mg per oral 4 kali sehari selama 15 hari, atau.Eritromisin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 15 hari, atau. 5) Untuk pasien sifilis laten lanjut (71 tahun) yang alergi terhadap penisilin, dapat dierikan :Tetrasiklin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 30 hari, atauEritrmisin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 30 hari Pemantauan Serologik dilakukan pada bulan I, II, VI, dan XII tahun pertama \, dan setiap 6 bulan per tahun kedua. 2. Keperawatan Memberikan pendidikan kepada px dengan menjelaskan hal-hal sebagai beriut :

1. 2. 3.

Bahaya PKTS dan Komplikasinya Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan. Cara penularan PKTS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.

4.

Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tak dapat menghindarkan lagi.

5.

Cara-cara menghindari infeksi PKTS di masa datang.

VIII. KOMPLIKASI Tanpa pengobatan, sifilis dapat membawa kerusakan pada seluruh tubuh. Sifilis juga meningkatkan resiko infeksi HIV, dan bagi wanita, dapat menyebabkan gangguan selama hamil. Pengobatan dapat membantu mencegah kerusakan di masa mendatang tapi tidak dapat memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. 1. Benjolan kecil atau tumor Disebut gummas, benjolan-benjolan ini dapat berkembang dari kulit, tulang, hepar, atau organ lainnya pada sifilis tahap laten. Jika pada tahap ini dilakukan pengobatan, gummas biasanya akan hilang. 2. Masalah Neurologi Pada stadium laten, sifilis dapat menyebabkan beberapa masalah pada nervous sistem, seperti:
a.

Stroke Infeksi dan inflamasi membran dan cairan di sekitar otak dan spinal cord (meningitis)

b.

c.

Koordinasi otot yang buruk

d.
e.

Numbness (mati rasa) Paralysis Deafness or visual problems Personality changes Dementia

f. g. h. 3.

Masalah kardiovaskular Ini semua dapat meliputi bulging (aneurysm) dan inflamasi aorta, arteri mayor, dan pembuluh darah lainnya. Sifilis juga dapat menyebabkan valvular heart desease, seperti aortic valve stenonis.

IX.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. 2. Identitas :Sifilis bisa menyerang pada semua usia dan jenis kelamin. Keluhan Utama :Biasanya klien mengeluh demam, anoreksia dan terdapat lesi pada kulit. 3. Riwayat Penyakit Sekarang :Biasanya klien mengeluh demam, anoreksia dan terdapat lesi pada kulit. 4. 5. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga :Riwayat adanya penyakit sifilis pada anggota keluarga lainnya sangat menentukan. B. PEMERIKSAAN FISIK 1. Sistem Pernafasan

2.

Sistem kardiovaskuler :Kemungkinan adanya hipertensi, arteriosklerosis dan penyakit jantung reumatik sebelumnya.

3. 4.

Sistem Neurologis :Biasanya terjadi parathesia. Sistem perkemihan :Biasanya terjadi gangguan pada sistem perkemihan.

5. 6. 7.

Sistem penceranaan :Biasanya terjadi anorexia pada stadium II. Sistem Reproduksi :Biasanya terjadi impotensi. Sistem integumen: biasanya terdapat lesi. Berupa papula, makula, postula.

8.

Kepala dan Leher: Biasanya terdapat nyeri kepala,Pada sifilis kongenital terdapat kelainan pada mata (keratitis inter stisial),Pada stadium III dapat merusak tulang rawan pada hidung dan palatum,Pada sifilis kengenital dapat menyebabkan ketulian,Pada sifilis kongenital, gigi hutchinson (incisivus I atas kanan dan kiri bentuknya seperti obeng),Pada stadium II biasanya terdapat nyeri leher.

9.

Sistem musculoskeletal :Pada neurosifilis terjadi athaxia.

10. pemeriksaan alat kelamin bagian luar ditemukan: a. Ulkus genital: sakit bila disentuh, tepi luka jelas atau tepi mengantong Pembengkakan Kelenjar Inguinal: sakit bila disentuh, bekas luka kelenjar lipat paha b.
c.

Kutil Genital: vulva vagina, anus. Keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus keluar warna tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam, ada daging atau kutil pada alat kelamin

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. 2. 3.

Gangguan integritas kulit sehubungan dengan diagnosa sifilis. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan proses peradangan. Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan infeksi kuman

D. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Gangguan integritas kulit sehubungan dengan diagnosa sifilis. Tujuan :setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan tidak terjadi kerusakan kulit KH : Kembalinya kulit normal,tidak ada lesi

INTERVENSI 1. Anjurkan menggunakan baju katun dan hindari baju ketat. 2. Pertahankan kecukupan masukan cairan untuk hidrasi yang adekuat. 3. Berikan dengan latihan rentang gerak. 4. Kolaborasi dengan tim medis lain.

RASIONAL 1.Menurunkan iritasi 2. Untuk menyeimbangkan cairan. 3. Mencegah kerusakan lebih lanjut. 4. Untuk mempercepat proses penyembuhan.

2.

Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan proses peradangan.

Tujuan :setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pasien tidak merasa nyeri KH : Nyeri berkurang,keadaan umum baik RASIONAL 1. Memberikan penurunan rasa nyeri. 2. Tekhnik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri. 3. posisi yang nyaman dapat meningkatkan relaksasi sehingga membantu menurunkan nyeri 4. Untuk mengetahui rasa sakit akut dan ketidaknyamanan

INTERVENSI 1. Kaji tingkat nyeri 2. Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi. 3. Berikan posisi yang nyaman 4. Kolaborasi dengan tim medis pemberian

3.

Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan infasi kuman Tujuan :setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pasien tidak mngalami peningkatan suhu tubuh KH : suhu tubuh normal :36-37C Akral hangat

INTERVENSI 1. Anjurkan pasien untuk memakai baju tipis 2. Pantau suhu tubuh pasien

RASIONAL 1. Agar terjadi pemindahan panas 2. Mengetahui adanya

3. 4.

Beri pasien kompres hangat. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat anti piretik.

infeksius akut. 3. Untuk menurunkan suhu tubuh. 4. Untuk tubuh mengurangi

demam / menurunkan suhu

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda A., 1999 Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin ,. Jakarta. :FKUI Mansjoer A ; 2000 ; Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid 2 ; Jakarta :Media aesculapius Doenges E. Marillyn ; 1999 ; Rencana Asuhan Keerawtan, Edisi 3 ; Jakarta: EGC http://viethanurse.wordpress.com/2009/03/05/asuhan-keperawatan-klien-dengan-sifilis/ September 2012.pukul 15.00WIB .23

You might also like