You are on page 1of 25

Journal of Public Economic 80(2001): 225 247 www.elsevier.

nl/locate/econbase

Estimas Pengaruh dari Reformasi Sistem Keuangan Sekolah : Suatu Kerangka Berpikir untuk Sistem Federal Susanna Loeb
Stanford University, Stanford, CA 94305-3084, USA Diterima 30 September 1998, diterima dalam bentuk direvisi 31 Oktober 1999, diterima 31 Januari 2000 Abstrak

Penelitian ini memberikan contoh tentang efek peningkatan keterlibatan negara dalam hal pembiayaan sekolah pada tingkat pengeluaran untuk pendidikan. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang telah mengasumsikan penyortiran sempurna dari para

responden distrik berdasarkan hasil pendapatan, penelitian ini fokus terhadap asumsi tentang permintaan sortir itu sendiri. Oleh Karena itu saya dapat menggunakan ditribusi kekayaan yang sesungguhnya di seluruh distrik untuk mengestimasi perubahan biaya pajak dan untuk memprediksi perubahan tingkat pengeluaran distrik dalam menanggapi perubahan aturan pembiayaan. Saya memberikan perhatian khusus pada 3 macam progam dana negara : dimana distrik menerima satu kumpulan dana untuk tiap-tiap siswa di Negara tersebut dan tidak diperbolehkan untuk mengumpulkan dana tamabahan, wilayah distrik diperbolehkan untuk meningkatkan dana tambahan yang tidak terbatas, dan penambahan dana yang dibatasi. Manfaat nyata dari sistem dengan suplementasi lokal terbatas adalah masih memiliki banyak kontrol lokal atas keputusan pendanaan pada margin sedangkan pengansurasian pada tingkat yang 'cukup' dari pembiayaan untuk semua wilayah distrik mungkin tidak berkelanjutan karena distrik yang memiliki kekayaan tinggi tidak memiliki dorongan untuk mendukung mendukung pendanaan negara.Terlebih lagi sistem tanpa tambahan dana lokal secara politik sangat sulit karena akan memaksa banyak responden lebih memilih untuk menyumbang jauh dari level yang telah mereka tetapkan. Penambahan dana yang dibatasi memberikan sebuah keseimbangan antara kontrol lokal dan pengeluaran yang semestinya (adil).
Kata kunci: Pembiayaan sekolah, suplemen/dana tambahan distrik, belanja Pendidikan

1. Pendahuluan

Sistem keuangan sekolah telah berubah secara dramatis selama 25 tahun terahir . Akibatnya untuk meringankan litigasi dan pajak kekayaan, pemerintah pusat telah

memutuskan kontrol yang lebih besar atas keputusan pendanaan sekolah. Hingga sekarang hanya sedikit diketahui akibat pergeseran dari pendanaan daerah menjadi pendanaan Negara tersebut, dan pentingnya beberapa bentuk sistem pengelolaan keuangan Negara yang dipilih. Beberapa penelitian terhadap pengaruh yang disebabkan oleh beberapa reformasi pada tingkat pengeluaran sekolah menemukan solusi campuran (Downes and Shah, 1995; Hoxby, 1995; Silva and Sonstelie, 1995; Manwaring and Sheffrin,1997; Murray et al., 1998). Karena kurangnya consensus pada konsekuensi pergeseran pada kontrol Negara maka sangatlah penting untuk memahami secara khusus dan mendalam mekanisme yang mempengaruhi tingkat agregrasi dan yurisdikasi internal pengeluaran yang wajar. Penelitian ini mengenalkan pada model yang menyoroti tentang pentingnya struktur dari sistem keuangan Negara dan distribusi dari pajak dasar kekayaan antar distrik sekolah pada penentuan pengaruh dari peningkatan kontrol Negara. Saya memilih untuk menggunakan tingkat pengeluaran distrik sebelum pergeseran pada keuangan Negara menentukan tingkat pendanaan dan tingkat pengeluaran setelah beberapa pergeseran yang terjadi di bawah struktur keuangan menjadi beragam. Saya mendasarkan prediksi tersebut pada 2 asumsi : 1. Ketika sekolah secara lokal dibiayai oleh penduduk yang mendaftarkan dirinya ke distrik dengan meminta pengeluaran untuk biaya sekolah, tetapi 2. Ketika sekolah dibiayai pada tingkat Negara, responden median sangatlah penting dalam menentukan tingkat pendanaan. Saya melihat dengan spesifik pada tiga bentuk dari program keuangan Negara yaitu mereka yang berada pada distrik yang menerima bantuan dana dari Negara per siswanya dan tidak diperbolehkan untuk menambah dana tambahan, kedua mereka yang berada di wilayah distrik yang diperbolehkan untuk menaikkan dana tambahan tanpa batas dan terakhir mereka yang berada pada wilayah distrik dimana suplementasi dibatasi. Kedua model dan simulasinya mengindikasikan bahwa manfaat dari sistem dengan suplementasi daerah tanpa batas sangat membutuhkan kontrol daerah atas keputusan keuangan pada margin, sedangkan menempatkan tingkat keuangan yang sesuai untuk semua distrik mungkin tidak dapat berkelanjutan karena distrik yang memiliki kekayaan tinggi tidak memiliki insentif untuk mendukung keuangan Negara. Terlebih lagi sebuah sistem yang tidak meiliki suplementasi daerah mungkin sulit jika ditinjau secara politik karena hal tersebut memaksa banyak responden menjauh dari tingkat pengeluaran yang mereka inginkan. Saya menemukan bahwa suplementasi terbatas menciptakan keseimbangan antara kontrol daerah dan pengeluaran yang wajar.

Metode yang diperkenalkan tersebut memberikan peningkatkan pada model sebelumnya seperti yang dinyatakan oleh Fernandez dan Rogerson (1995) dan Silva dan Sonstelie (1995) lebih berguna untuk memanfaatkan distribusi kekayaan basis pajak di seluruh distrik yang sebenarnya, dibanding menggunakan asumsi penyortiran sempurna terhadap pendapatan

penduduk yang dialokasikan ke distrik. Karena distribusi pajak dasar ini dan gabungan pajak -pajak lain yang terkait merupakan unsur yang sangat penting untuk menentukan permintaan keperluan publik, model yang mengasumsikan pendapatan sempurna atau penyortiran kekayaan umum yang tidak dapat menangkap pengaruh ekonomi yang sebenarnya pada pergeseran meningkatnya pendanaan Negara untuk sekolah. Terlebih lagi karena model ini langsung menunjukkan data yang dapat diamati yaitu aplikasi empiris yang alamiah. Bagian 2 mengemukakan latar belakang keuangan sekolah dan literaratur yang sudah ada. bagian 3 mengembangkan model daerah dan penentuan pengeluaran Negara. Bagian 4 menerapkan model pada data sekolah Michigan untuk menggambarkan keunggulan dan penerapan. Bagian terakhir adalah ringkasan dan kesimpulan. 2. Latar Belakang Sejumlah faktor mempengaruhi tingkat dan distribusi pendanaan sekolah sebagai akibat dari peningkatan kontrol negara terhadap sistem keuangan sekolah. Pertama, faktor yang cukup penting yaitu politik. Perubahan pengeluaran dapat terjadi hanya dari karena

peningkatan isu pendidikan selama reformasi atau litigasi (Manwaring dan Sheffrin, 1994, 1997; Figlio dan Downes, 1997). Selain itu, perbedaan dalam bagaimana keputusan dibuat pada tingkat negara bagian dan distrik dapat mempengaruhi perubahan ini. Theobald dan Picus (1991) memiliki hipotesis bahwa meningkatnya persaingan untuk pendananan di negara bagian legislatif akan berdampak secara negatif terhadap pengeluaran rata-rata per siswa. Adanya perbedaan dalam pendanaan karena perbedaan kepercayaan responden lokal terhadap pemerintah negara bagian. Selain karena pengaruh meningkatnya partisipasi negara, perubahan dana secara umum terjadi karena pengaruh harga dan pendapatan. Penelitian sebelumnya telah membandingkan sistem keuangan sekolah negara bagian dan lokal/distrik dalam kerangka kerja keuangan masyarakat yang telah mengasumsikan penyortiran sempurna individu ke distrik dengan pendapatan dalam perkiraan mereka mengenai efek/pengaruh harga dan pendapatan (Fernandez dan Rogerson, 1995, Silva dan Sonstelie, 1995). Penelitian ini akan membahas perubahan rata-rata pengeluaran tiap siswa sebagai akibat dari sentralisasi sistem keuangan sekolah. Efek/pengaruh pendapatan' dalam hal ini berasal dari fakta bahwa permintaan responden yang berada pada kelas tengah menentukan rata-rata pengeluaran ketika dana

ditentukan di tingkat negara sedangkan responden dengan permintaan rata-rata menentukan pengeluaran rata-rata ketika pendanaan ditentukan secara lokal. Jika responden dengan

permintaan rata-rata memiliki pendapatan yang jauh lebih tinggi dibanding responden dengan permintaan nilai tengah, maka efek pendapatan akan menyebabkan pengeluaran yang lebih rendah di tingkat negara. Dengan asumsi bahwa permintaan sebanding dengan pendapatan, maka responden dengan permintaan rata-rata akan menjadi responden dengan pendapatan rata-rata. Karena pendapatan nilai tengah jauh di bawah pendapatan rata-rata di kebanyakan negara, penelitian ini menyatakan efek pendapatan negatif yang besar dari pergeseran dana negara. Pada tahun 1989 di Michigan, sebagai contoh, pendapatan nilai tengah rumah tangga hanya sekitar 80% setinggi pendapatan rata-rata rumah tangga. Namun, pengeluaran nilai tengah per siswa adalah 98% setinggi pengeluaran rata-rata per siswa. Hal ini menunjukkan bahwa baik asumsi penyortiran pendapatan sempurna dan atau asumsi permintaan sebanding terhadap pendapatan adalah tidak konsisten dengan data. Kedua

asumsi tersebut dapat menyebabkan estimasi yang terlalu tinggi terhadap efek pendapatan negative akibat pergeseran dana negara. Efek/pengaruh biaya berasal dari pajak dasar per orang yang tersedia untuk responden. Terlebih lagi karena pendapatan median umumnya lebih rendah dari pendapatan rata-rata secara national maupun lokal sehingga model yang mengasumsikan penyortiran pendapatan sempurna telah ditetapkan yaitu responden median akan melihat biaya yang turun pada pergeseran keuangan Negara. Dana yang turun tersebut meningkatkan permintaan responden median. Pada kenyataaannya, distribusi pajak dasar antar distrik menentukan apakah responden median memiliki pengaruh biaya yang positif ataukah negatif. Sangat mungkin untuk biaya pajak yang berada di bawah keuangan daerah sama dengan biaya pajak dibwah keuangan Negara untuk responden median ( (jika, misalnya, semua distrik memiliki distribusi miring yang identik). Secara alternatif, biaya pajak daerah mungkin lebih tinggi disbanding biaya pajak untuk responden median (jika, misalnya, semua distrik adalah identik kecuali untuk satu distrik dengan ppendapatan yang rendah). Pada akhirnya, biaya pajak daerah mungkin lebih sedikit dari biaya pajak Negara untuk responden median ( jika, contohnya semua distrik dianggap sama kecuali satu distrik dengan pendapatan yang tinggi). Dengan demikian, walaupun pendapatan rata-rata Negara lebih besar daripada pendapatan median, maka responden median tidak akan mendapatkan biya yang menurun ketika keungan Negara bergeser ke tingkat Negara. Secara empiris, distribusi pajak dasar di seluruh distrik dan hubungan antara harga pajak daerah dan negara untuk mayoritas penduduk berbeda dengan negara.

Menurut data Pusat Nasional untuk Statistik Pendidikan Sekolah District, data tersebut telah digunakan di 40 negara dari 44 negara , antara 40 persen dan 60 persen dari penduduk yang usianya diatas 20 tahun tinggal di daerah dengan total pendapatan yang tinggi per orangnya daripada pendapatan agregasi negara per orangnya. walaupun dalam 26 negara

dari 50% responden menemui kondisi dimana pendapatan biaya pajak di distrik lebih tinggi daripada Negara, namun kondisi sebaliknya dialami oleh 18 negara lainnya. Dalam kasus ini sangatlah mungkin responden median di negara bagian akan memiliki tingkat biaya pajak yang lebih tinggi disbanding mereka yang berada di daerah. Data tersebut menunjukkan bahwa asumsi dari penyortiran pendapatan sempurna akan menimbulkan estimasi yang bias pada pengaruh biaya dan pendapatan terkait dengan pergeseran menuju keuangan Negara yang dialokasikan untuk sekolah karena hal tersebut tidak mencirikan secara efektif sumberdaya distribusi di semua Negara. Keunggulan dari asumsi yang disortir berdasarkan permintaan, dengan menggabungkan keberagaman pendapatan dan preferensi, yang memungkinkan penggunaan distribusi sumber daya yang aktual untuk memperkirakan permintaan pengeluaran untuk biaya sekolah. 2.1 Sistem Keuangan Sekolah Dalam rangka untuk menilai efek biaya dan pendapatan yang terkait dengan pergeseran pada pendanaan negara, kita perlu mengetahui rincian struktural mekanisme keuangan yang dipilih. Negara yang berkontribusi pada pendanaan sekolah baik melalui program-program hibah yayasan, dimana mereka menyediakan satu set dana per orang untuk masing-masing distrik, atau melalui kekuatan skema pemerataan, di mana distrik memilih tingkat mereka pendanaan sendiri dan negara melengkapi distrik yang miskin sehingga basis pajak efektif per siswa setidaknya sama besar dengan jumlah sasaran. Beberapa Negara mengabungkan kedua system tersebut. Daya pemerataan memiliki keunggulan dari kontrol lokal yang berkesinambungan dan menyediakan bantuan Negara untuk distrik yang lebih miskin. Namun karena distrik yang lebih kaya dikenai pajak yang sama seakan menuntut lebih dalam pengeluaran untuk tiap orang daripada untuk distrik yang lebih miskin. Walaupun system yang lengkap dari pemerataan kekuasaan tidak menuntun pada pemerataan dana ataupun untuk menghapus korelasi positif antara distrik yang kaya dan pengeluaran sekolah. Sistem keuangan dengan suplementasi lokal juga tidak menuntun pada penyamarataan dana antar distrik. Nechyba (1995) menggunakan model equilibrium umum yang dapat dikomputasikan yang pada kenyataannya memprediksi sementara kekuatan penyamarataan dan system keuangan yang terjamin dengan suplementasi daerah akan meningkatkan

ketertarikan dari komunitas dengan pendapatan yang lebih rendah karena pengaruh yang diturunkan seakan memicu meningkatnya yurisdikasi internal yang wajar (adil). Sebuah system keuangan yang terjamin denagn suplementasi daerah menjamin pengeluaran yang sama rata namun akan menghapus semua kontrol daerah yang ada. Sejak program keuangan terjamin menjadi reformasi baru yang umum dan terstandar akan dibahas selanjutnya akan mengupas lebih dalam system ini. Titik fokusnya berada pada tiga bentuk system keuangan yang terjamin yaitu 1. mereka yang berada pada distrik yang menerima hibah per orangnya dari Negara dan tidak memperbolehkan adanya peningkatan dana tambahan ( sebuah system pendekatan di California), 2. Mereka yang berada pada wilayah distrik diperbolehkan untuk meningkatkan dana tambahan tanpa batas (Illinois), 3. Mereka yang berada pada suplementasi terbatas (Michigan). Pendekatan yang sama mungkin dapat diterapkan dengan baik pada sistem keuangan. 3. Sebuah model ketetapan pembiayaan di tingkat distrik dan negara Kerangka berpikir ini didasarkan pada sebuah model sederhana dari pilihan konsumen. ketika biaya yang dianggarkan untuk pendidikan telah ditetapakan secara lokal, setiap sekolah menyortir anggaran mereka sendiri untuk diajukan ke distrik sesuai dengan kebutuhan anggaran sekolah tersebut. Ketika anggaran tersebut telah ditetapkan di tingkat negara dengan jelasbagaimanapun para penduduk masih tetap menyumbang dana pada tingkat pembiayaan sehingga responden kalangan menengah dimulai dengan asumsi bahwa kebutuhan individu tergantung pada selera mereka masing-masing, serta konsumsi barangbarang non-sekolah dan kualitas sekolah. karena hubungan antara kualitas sekolah dan

pengeluaran sekolah cenderung bervariasi di seluruh distrik dan sekolah, untuk analisis ini saya berasumsi bahwa kualitas dapat diukur oleh pengeluaran sekolah. Mari kita asumsikan individu i pada distrik k lebih cenderung menyukai untuk member berdasarkan pada oleh fungsi utilitas U (X, E), dimana X adalah konsumsi yang tidak termasuk publik sekolah dan E adalah pengeluaran sekolah umum di kabupaten k. hasilnya beragam pada tiap-tiap invidu sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh subscript pada U (? )individu I akan lebih menyukai jika k membuat pengeluaran per siswa yang

memaksimalkan U (X, E), yang menjadi subjek pada batasan adalah anggaran, i ik k X 1p E 5Y ; di mana p adalah biaya pajak individu I dari pengeluaranmurid setiap ik ik k ik ik , Y pendapatan individui , dan biaya konsumsi swasta dinormalkan menjadi 1. Selama U (?)

memiliki quasi-konkaf yang tegas pada X dan E, perbandingan i ik k yang dipilih memuncak dan maksimalisasi tersebut akan menghasilkanpermintaan optimal pembiayaan sekolah, E*( p , Y ) (Black, 1958). yang unik pada

Saya akan mengasumsikan bahwa semua pengeluaran untuk sekolah di distrik k berasal dari pendapatan yang dibangkitkan baik di tingkat distrik atau tingkat negara. Kita umpamakan S adalah pengeluaran biaya di distrik k (diukur dalam dolar) yang berasal dari pendapatan negara yag dibesarkan, dan misalkan D menjadi k yang merupakan pengeluaran biaya per siswa yang berasal dari distrik mengangkat pendapatan. selama pengeluaran biaya sebanding dengan pendapatan, E 5S 1D. samahalnya jika kita mengumpamakan s sebagai individu i dengan biaya pajak k k k ik untuk pengeluaran (dihitung dengan dolar) per murid yang berasal dari Negara mengangkat pendapatan dan d menjadi individu i dengan harga pajak (dihitung dengan dolar) untuk pengeluaran per murid yang berasal dari distrik meningkatkan pendapatan. Pertama mempertimbangkan sistem keuangan sekolah yang berada di bawah pendanaan lokal yurisdikasi. kita namai system A. Hanya distrik biaya pajak adalah relevan karena semua pendapatan meningkat secara lokal. Individu i meninginkan untuk D memaksimalkan U Y 2d D , D ). k i ik ik k k.. Misalkan DA* ;E*(d , Y ). i berada pada tingkat optimal pendanaan. Jika menyortir ik ik ik ik ke distrik sekolah, semua warga akan menerima tingkat optimal pengeluaran sekolah pada harga pajak yang diberikan, sehingga kita dapat menggunakan data pengeluaran distrik untuk mengidentifikasi permintaan individu untuk biaya pendidikan (Tiebout, 1956).

Kemudian kita anggap bahwa kasus dimana pendanaan telah diselesaikan pada level Negara (sistem B). Untuk kasus ini biaya pajak Negara relevan. Mari kita umpamakan SB* ;E*(s , Y ) adalah optimalisasi ik ik ik ik dari individu I pada level pengeluaran tiap-tiap sekolah.selama fungsi permintaan untuk pengeluaran sekolah E*( p , Y ), cenderung miring ke bawah, permintaan untuk pembiayaan akan menjadi ik ik ik yang lebih rendah pada System A dibanding pada Sistem B untuk semua orang dengan kondisi biaya pajak yang lebih tinggi daripada Negara. Sekarang mari kita letakkan tempat pembatasan tambahan pada permintaan bahwa selama rentang pajak harga dan pendapatan yang bersangkutan permintaan setiap orang dapat diperkirakan dengan harga konstan dan elastisitas pendapatan. mari kita jadikan a sebagai elastisitas harga dari permintaan dan b menjadi elastisitas pendapatan dari permintaan. Hal ini menjadikan fungsi permintaan sebagai berikut : E* 5g pa Yb,dimana g adalah individu ganda yang khusus.spesifikasi ik ik ik ik ik mengasumsikan bahwa penyubang dana berbeda dalam

pendapatan dan pengalaman dalam pembiayaan pendidikan. Dalam system lokal kontrol yang lengkap, fungsi permintaan turun menjadi D* 5g da Y. Untuk mempermudah, asumsikan bahwa pajak dinaikkan dengan pajak proporsional atas penghasilan baik di tingkat lokal dan negara. seorang individu yang dikenai biaya pajak, pendapatannya dibagi dengan pendapatan total per orang. Jika n adalah jumlah siswa sekolah umum di distrik dan N adalah jumlah total murid di negara bagian, (N 5o n) ,kemudian d 5Y n /o Y dan s 5Y N/o o Y . asumsikan bahwa tidak ada dukungan financial sekolah yang datang dari donasi pribadi dan jika jika ada dana dari distrik ke negara, orang-orang cenderung tidak berpindah distrik dan nilai kekayaan tidak berubah menjadi hasil dari pendanaan tingkat negara yang dibutuhkan. Terakhir, asumsikan sebuah tingkat pendanaan negara di bawah Sistem B dapat ditulis sebagai fungsi dari tingkat pendanaan Sistem A.

Tingkat optimal dari pendanaan Negara sama untuk tiap penduduk pada distrik k sejak rasio dari pajak Negara menuju distrik adalah sama. Tingkat pendanaan yang actual kemudian menjadi permintaan median untuk semua responden yang berada di wilayah negara.

Dengan mengingat tingkat pendanaan di setiap kabupaten di bawah sistem kontrol lokal, kita bisa memprediksi tingkat pendanaan negara di bawah sistem pembiayaan dalam keadaan murni. Pendekatan tersebut akan bekerja untuk mekanisme pilihan sosial yang lebih kompleks juga karena memberikan perkiraan kebutuhan setiap individu. Hal ini berguna untuk berpikir tentang keuntungan dan kerugian utilitas terkait dengan pergeseran ke pembiayaan negara. Ada dua efek yang timbul yaitu efek biaya pajak yang disebut 'Off- kurva' efek permintaan. Jika seseorang yang dikenai biaya pajak Negara yang lebih tinggi dari tingkat biaya pajak distrik, dia akan selalu merasa buruk jika berhenti dari pembiayaan tingkat Negara. Namun jika dia dapat memilih tingkat pengeluaran biaya yang dia inginkan sebagai biaya pajaknya, dia akan lebih memilih berhenti (off) dengan distrik daripada dengan pendanaan tingkat negara karena biaya pajak distrik lebih rendah dari biaya pajak negara.

Jika dia tidak dapat memilih tingkat pengeluaran per siswa di tingkat negara, ia cenderung untuk pergi kurva permintaan nya dan bahkan lebih buruk daripada perubahan harga yang sederhana yang akan ditunjukkan. Menggunakan argumen yang sama, jika pemilih negara tingkat harga pajak lebih rendah dari dia. Harga pajak tingkat kabupaten dia mungkin lebih atau kurang mampu dengan tingkat negara pendanaan dibandingkan dengan pendanaan tingkat kabupaten, tergantung pada apakah efek harga atau efek 'off-demand-kurva' lebih kuat. Jika level pengeluaran Negara cukup dekat dengan optimalisasi di harga pajak negara maka ia adalah lebih baik off dengan pendanaan tingkat negara . Namun jika tingkat

pendanaan Negara dirasa jauh dari cukup untuk memenuhi tingkat yang diinginkan, dia lebih baik , dia lebih baik off dengan pendanaan tingkat distrik meskipun harga pajak nya lebih rendah dibanding pada tingkat negara. Sekarang mari kita perpertimbangkan dua sistem alternatif pembiayaan sekolah yang menggabungkan peningkatan pendapatan negara dan distrik. Mekanisme pertama disebut system C yang terdiri dari dua langkah. Pada langkah pertama sebuah mekanisme pilihan sosial digunakan untuk menentukan tingkat pendanaan disetiap distrik secara keseluruhan. Pada langkah kedua distrik diperbolehkan untuk menambah dana Negara dengan pendapatan yang meningkat secara lokal. Seperti kebanyakan permainan multi-tahap, hal tersebut berguna untuk bekerja mundur. berapa banyaknya tambahan dana lokal yang ingin seorang responden berikan jika ada S dolar untuk biaya tiap distrik yang disediakan oleh Negara? Dia akan mengambil dana Negara yang diberikan dan masih berada pada margin biaya pajak yang relevan yaitu biaya pajak di distriknya sendiri. Pendanaan Negara akan dikurangi dengan adanya ketersediaan pendapatan dari tagihan pajak non-marjinal. Terlebih lagi pengeluaran optimalnya untuk distrik disebut DC*, yang mana akan dibatasi dibawah nol. Dengan menggunakan asumsi model ik kita dapat menggambarkan permintaan untuk tambahan dana sebagai fungsi dari permintaan dibawah system A.

Perhatikan bahwa d adalah harga pajak marjinal dan Y 1 (d 2s) bukan merupakan total pendapatan ik ik ik ik , namun pendapatan yang diratakan oleh pengeluaran dolar nonmarjinal untuk biaya sekolah pada biaya pajak Negara i . pemasukan pada biaya pajak dapat dituliskan sebagai berikut :

Semua penduduk dari satu distrik tertentu akan memiliki permintaan yang sama untuk suplementasi distrik dan dengan demikian semua responden akan berada di kurva permintaan mereka sesuai dengan dana tambahan yang diberikan. Pada tahap pertama, masing-masing orang, mengetahui jumlah tambahan dana yang akan dihasilkan oleh distrik c yang

memberikan level pada tahap Negara yang kemudian akan dimaksimalkan untuk fungsi kebutuhanya lebih dari S ke C untuh mendapatkan dana Negara dengan tingkat optimal, SC*. Pertama harus dipahami bahwa semua pendapatan penduduk yang lebih tinggi di tiap distrik dengan biaya pajak harus lebih rendah dari biaya pajak Negara. Semua responden disemua distrik ini akan off lebih baik memilih untuk off dengan dibandingkan dengan tidak ada dana Negara di tingkat positif pendanaan karena pengeluaran distrik dinilai kurang mahal dan karena tingkat pengeluaran distrik sudah dianggap optimal untuk semua penduduk sementara tingkat pengeluaran negara mungkin tidak optimal karena permintaan yang

beragam. responden dengan pendapatan yang lebih rendah di tingkat distrik dimana biaya pajak distrik lebih besar disbanding dengan biaya pajak Negara dapat menimbulkan efek yang baik ataupun buruk dengan pendanaan negara yang positif tergantung pada hubungan antara mereka Efek kurva permintaan off-untuk dana negara dan penurunan harga dolar negara. Jika tidak ada dana negara, suplementasi distrik akan sama dengan tingkat

pendanaan di bawah Sistem A. Jika dana negara lebih besar dari nol tetapitidak cukup untuk penambahan dana yang lebih besar dari no, maka penduduk tersebut lebih baik karena adanya efek pendapatan positif dari pengeluaran non-marjinal. Keuangan Negara menyediakan manfaat yang maksimum ketika jumlah peyumbang dana menghendaki permintaan di bawah Sistem B. Tingkat optimal dana negara untuk semua distrik kemudian akan menjadi sama seperti pengeluaran distrik yang optimal di bawah Sistem B. Sementara beberapa responden untuk s ataupun d mungkin akan lebih baik off dengan pendanaan lokal sekolah ketika tingkat dana negara jauh dari kuantitas permintaan mereka, mereka tidak memiliki insentif untuk menunjukkan pemintaan mereka dalam proses pembuatan keputusan. Jika tambahan dana Negara lebih rendah dari permintaan mereka maka responden dapat menyederhanakan tambahan keuangan Negara dengan peningkatan pendapat lokal dan lebih baik masih tetap off daripada mereka memilih melengkapi dana tambahan distrik karena mereka menerima dana dari negara ketika biaya pajak lebih rendah. Siapapun

yang memiliki permintaan lebih rendah dari tingkat Negara mungkin akan kurang terlalu senang dengan keungan Negara dibanding dengan keuangan distrik walaupun biaya pajak mereka lebih rendah. Namun, responden tersebut tidak akan menjadi penting karena mereka bukan merupakan peyumbang dana median ( responden median ditentukan dengan asumsi pada kurva permintaan nya) dan mereka yang tidak merubah permintaan lebih dari median menjadi kurang dari median. Selain itu Karena mereka melakukan permintaan lebih rendah dikedua kasus tersebut dan tidak memiliki insentif untuk menunjukkan permintaanya yang dengan demikian :

Persamaan. 5 mengacu pada hasil berikut : tingkat keuangan Negara di bawah system dengan suplementasi lokal tidak akan pernah menjadi lebih tinggi daripada di sistem tanpa adanya suplementasi dan tentunya akan menjadi lebih rendah. Keuangan Negara menjadi lebih rendah karena responden dari distrik dengan kekayaan yang tinggi tidak menyumbang dana. Pada keungan Negara di system ini sementara pada sistem tanpa suplementasi mereka akan memilih pendanaan positif dan, kemungkinan besar, untuk pendanaan yang lebih besar daripada permintaan median. jika mekanisme pilihan sosial lebih dekat pada model

responden rata-rata daripada model responden median ahirnya hal ini menyebabkan turunnya pendanaan karena permintaan dari tiap individu di distrik dengan kekayaan yang tinggi akan turun menjadi nol dari beberapa kuantitas positif. Dengan demikian adanya suplementasi memungkinkan meningkatnya kontrol lokal atas pengeluaran, dalam kesetimbangan hal itu mengurangi beberapa penyetaraan potensial pemerintah Negara. Akhirnya, dengan mempertimbangkan Sistem D sebagai sebuah mekanisme pendanaan alternatif yang menggabungkan peningkatan pendapatan lokal dan Negara. Pada system D, tidak ada dana tambahan distrik yang dapat menghasilkan sebuah kumpulan batas max yang disebut D. disini diasumsikan bahwa batas dana tambahan tidak ditentukan oleh permintaan responden. Sistem ini dicontohkan pada system yang akhir-akhir ini diterapkan di Michigan dimana tingkat keuangan ditentukan oleh pemerintah legislative tiap tahunnya namun dolar tambahan distrik yang telah ditetapkan diperbolehkan untuk Meningkat secara lokal.

Contohnya dalam kasus pemilihan level keungan Negara yang disebut S, seorang individu i akan menentukan permintaanya untuk tambahan dana lokal dengan mengkondisikannya pada tingkat pendanaan Negara. Level optimal dari keungan distrik tergantung pada biaya pajak

distrik dan hasil bersih pendapatan dari pengeluaran dana pada peningkatan pendapatan Negara. Tambahan dana akan menjadi batas max Yang dibatasi oleh D. dengan kata lain, dibawah system D, tiap-tiap permintaan distrik k untuk revenue lokal sama dengan yang terdapat pada system C. namun permintaan max dibatasi untuk D. dengan mengkombinasikan batasan, permintaan tersebut dapat dituliskan :

Dengan mengamati biaya pajak Negara dan lokal, saya menemukan kembali bahwa tingkat suplementasi (dana tambahan) optimal sama rata dengan yang diperuntukkan utuk semua anggota di distrik yang sama.

Karena pada system C, penduduk berada pada kurva permintaan terbatas mereka untuk suplementasi, yaitu mereka yang harga pajak distriknya kurang dari biaya pajak negara yang diinginkan untuk menjadi dana yang sebanyak mungkin sehingga dapat masuk ke wilayah distrik. Di sisi lain, Penduduk dengan biaya pajak Negara dan distrik yang lebih rendah akan menginginkan dana tersebut masuk ke Negara. Dengan demikian permintaan akan sama di bawah system B untuk mereka yang biaya pajak distriknya lebih besar. Namun, mereka yang memiliki biaya pajak Negara yang lebih besar akan menginginkan untuk menekan permintaanya kebawah karena berasumsi bahwa mereka akan menambah dana secara lokal.

Perbandingan pada persamaan (5) dan (7) menunjukkan bahwa semua responden untuk keuangan Negara setidaknya lebih besar jumlahnya dibawah system D sebagaimana yang terdapat pada system suplementasi lokal yang tidak terbatas. Semua penduduk yang berada pada wilayah distrik dengan biaya pajak lebih besar daripada Negara masih melakukan permintaan untuk lkeungan Negara sama dengan yang terdapat pada system B. Tapi tidak semua responden yang dikenai pajak Negara lebih besar akan menuntut adanya pendanaan.

Gambar 1 menunjukkan presentasi grafikal dari hasil ini. Dalam gambar tersebut, titik A adalah optimalisasi bahwa responden dengan biaya pajak Negara lebih besar dibandingkan pajak distrik dapat mencapai suplementasi tak terbatas. Responden lebih memilih peniadaan dana untuk Negara dalam kasus ini. Namun dibawah system D, optimalisasinya adalah titik B. garis dari titik tersebut berisi kendala budget yang efektif dibawah system ini karena menggabungkan supplementasi maximum yang diperbolehkan dengan biaya pajak Negara. Dalam hal ini responden lebih meilih untuk ikut pada pendanaan Negara yang positif ketika system D digunakan. Berdasarkan semua asumsi yang beralasan terkait dengan pendapatan elasrisitas dan biaya pajak, tingkat keungan Negara dituntut oleh individu yang dikenai biaya pajak Negara lebih tinggi dibanding dengan pajak distrik akan menurun sehingga menyebabkan batas suplementasi meningkat. Permintaan akan menjadi paling tinggi ketika titik maximumnya adalah nol, contohnya pada system B, dan menjadi paling rendah ketika titik maximumnya tak terhingga seperti pada system C. olehkarena itu tingkat keungan Negara umumnya akan menjadi lebih tinggi pada system dengan suplementasi yang dibatasi daripada pada system suplementasi tanpa batas, namunn keungan Negara tidak akan setinggi sebagaimana terdapat pada system tanpa suplementasi.

Gambar 1 Model dasar dapat diperluas untuk mencakup pilihan responden untuk memilih menyekolahkan anak mereka ke sekolah swasta dan kemudian menarik minat mereka untuk pembiayaan sekolah umum. Responden dengan permintaan tinggi mungkin akan lebih

memilih opsi untuk menyekolahkan anaknya di sekolah privat ketika mereka dipaksa untuk terlalu menjauh dari kurva permintaan mereka. Gambar 2 mengilustrasikan kondisi dimana system B yang mana tidak memperbolehkan adanya suplemen lokal. Responden di gambar 2 harus membayar pajak Negara untuk sekolah umum sehingga pendapatan mereka terkurangi oleh biaya pajak tersebut. Setelah pendapatan mereka dikurangi, mereka dapat memilih untuk mengirim anaknya ke sekolah umum, dengan hasil pendapatan yang tersisa dan rendahnya level pengeluaran S dari sekolah tersebut. Pilihan lain adalah tidak menggunakan S untuk memilih sekolah privat (swasta) dengan biaya yang sesuai. Gambar 2 menunjukkan kasus dimana pilihan sekolah swasta menuntun pada kebutuhan yang lebih tinggi. System D memungkinkan responden untuk lebih dekat pada tingkat keungan dan mengurangi kemungkinan bahwa mereka akan memilih sebuah alternative privat (swasta).

Gambar 2 3.1 Mengkaji ulang asumsi penyortiran sempurna Asumsi penyortiran yang sempurna dengan pendapatan, lazim dalam literatur sebelumnya, yang jelas dilanggar. Mengestimasikan permintaan dari keungan Negara C yang diletakkan pada asumsi dari penyortiran sempurna dengan permintaan yang cenderung bias ke bawah. Bias ini meningkat karena beberapa anggota permintaan yang tinggi dalam distrik yang memiliki pajak lebih tinggi daripada Negara mungkin akan lebih memilih membayar untuk keuangan Negara dibandingkan responden median di distrik mereka. mereka

menyadari bahwa distrik mereka akan memilih untuk menambah uang negara dengan mengangkat pendapatan distrik menjadi lebih mahal. Samahalnya dengan distrik dengan kekayaan yang tinggi, responden rendah membayar lebih rendah daripada permintaan median untuk keungan Negara karena permintaan tersebut sudah nol. tergantung pada distribusi permintaan. Saya menggunakan asumsi penyortiran permintaan yang sempurna karena hal ini memungkinkan saya untuk memperkirakan perubahan permintaan di tingkat distrik dengan menggunakan data yang tersedia. Selain itu juga karena ada sedikit data tingkat individual yang tersedia pada nilai pendapatan dan properti yang memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi kondisi distrik tempat tinggal, yang sangat penting untuk digunakan mengestimasi karakteristik individu yang berasal dari distrik mengukur pendapatan median dan nilai kekayaan median. Pada simulasi selanjutnya saya akan mengasumsikan rasio. Harga pajak adalah sama untuk semua penduduk dari satu distrik tertentu. Sebuah analisis dari potensi bias yang timbul dari asumsi menyarankan bahwa estimasi level keunagan Negara dibawah system tanpa suplementasi yang mungkin akan meremehkan tingkat aktual ketika tidak adanya permintaan penyortiran sempurna. Arahan pada system bias D akan menentukan tingkat pendanaan Negara menjadi tidak jelas. Bagaimanapun estimasi suplementasi distrik untuk kedua system C dan system D yang diterapkan pada tingkat keungan Negara tidak boleh menjadi bias karena responden distrik median tetaplah sama. 4. Michigan Sejauh ini jurnal ini telah memperkenalkan sebuah model untuk memperkirakan permintaan individu untuk anggaran pengeluaran biaya sekolah di distrik dan negara bagian dengan tiga alternatif sistem pembiayaan negara. Berdasarkan analisis jelas terlihat bahwa distribusi pajak pokok antar distrik memainkan peran penting dalam menentukan perubahan tingkat pendanaan di setiap distrik yang dihasilkan dari peningkatan peran pemerintah negara bagian dalam keputusan pembiayaan sekolah. Karena pentingnya distribusi sumber daya, sulit untuk membuat prediksi jangka panjang mengenai pengaruh kebijakan pembiayaan sekolah tanpa informasi tentang distribusi sumber daya di negara tertentu. Dalam hal ini saya menggunakan model untuk memperkirakan tingkat ekuilibrium pendanaan negara bagian dan lokal di Michigan dengan tiga sistem pendanaan yang telah dibahas di atas. Dalam menggunakan model untuk memprediksi anggaran belanja masa depan saya memerlukan informasi tentang permintaan untuk pengeluaran di bawah sistem kontrol lokal. Sebelum tahun pelajaran 1994/1995 sistem tersebut ada di Michigan. Sebuah sistem terjadinya bias kembali

pemerataan kekuasaan yang menyediakan dana negara untuk distrik yang kekayaannya lebih

rendah tanpa membatasi kekuasaan lokal dalam mengambil keputusan. Saya menggunakan informasi tentang pengeluaran dengan sistem pemerataan kekuasaan untuk memperkirakan pengeluaran yang akan terjadi dalam sistem keuangan lokal secara lengkap dan dari sana memprediksi pengeluaran tiga negara bagian yang ditentukan. Pembahasan berikut

memperluas model awal dengan memulai dengan sistem pemerataan kekuasaan dan dengan asumsi bahwa dana diambil melalui pajak properti di tingkat lokal. Persamaan yang dihasilkan identik dengan persamaan yang diturunkan dalam Section 3 kecuali untuk dua perbedaan ini. 4.1 Kontrol Lokal Sistem pemerataan kekuasaan menyediakan kesetaraan pajak pokok per siswa, yang disebut G, untuk setiap distrik yang memiliki pajak pokok yang sebenarnya per siswa, sebut saja AK, kurang dari G. Sebagian besar distrik lainnya tidak menerima dana negara untuk pengeluaran umum. Untuk tahun pelajaran 1993/1994, persamaan bantuan sekolah untuk distrik k adalah aidk= max (0, $ 400+millsk($ 102 5002 A)), di mana millsk adalah tingkat Millage untuk belanja operasional di distrik k. Negara memberikan setiap distrik $ 400 ditambah tarif Millage mereka dikali perbedaan pajak pokok per siswa dan potongan pajak pokok oleh negara sebesar $ 102 500 per siswa. Distrik yang pajak pokok per siswa lebih besar dari ini , mereka ambil $ 400 sampai total hibah dari negara adalah nol. Setelah itu, distrik yang tidak menerima dana negara dan disebut 'keluar dari persamaan. Pada

pendanaan sekolah tingkat lokal dinaikkan melalui pajak properti tingkat dasar di kedua bisnis perumahan dan properti. Maka total pajak pokok per siswa adalah jumlah nilai properti yang telah disetarakan negara (SEV), dimana Michigan adalah setengah nilai pasar, dari semua properti di distrik. Ak= (rk + j Pjk)/nk dimana rk adalah total non-perumahan SEV di distrik k untuk perumahan warga yang tidak menanggung beban pajak properti dan Pjk adalah SEV disebabkan oleh person j di distrik k (termasuk semua properti yang i kenakan secara tidak langsung). Untuk penyewa, Pjk merupakan nilai properti yang warga bayar sebagi pajak melalui sewa ditambah properti lain yang mereka tanggung bebannya secara tidak langsung. Harga pajak untuk individu i dalam sebuah distrik k bawah rencana pemerataan kekuasaan adalah Pik/max (Ak, G). Dalam pemerataan kekuasaan, pendapatan disesuaikan untuk pengeluaran non-marjinal akan menjadi pendapatan individu i dikurangi jumlah pajak yang dia bayar sehingga negara dapat mendanai sekolah. Asumsikan pajak negara dibayar sebanding dengan pendapatan. Kemudian, pemabayaran i ke negara akan menjadi Yik/ik j Yjl(l SlPE nl), dimana SlPE adalah penerimaan negara per siswa untuk distrik l di bawah sistem pemerataan kekuasaan.

Menentukan DikPE menjadi setiap permintaan i untuk pengeluaran per siswa di bawah sistem ini. Sesuai dengan model yang telah dibahas di atas :

Persamaan ini tidak dalam bentuk tereduksi karena tingkat pendanaan negara di distrik k secara parsial merupakan fungsi permintaan untuk pendanaan person i. Namun, untuk

analisis saya akan menganggap bahwa total dana negara diberikan dan tidak dapat dipengaruhi oleh permintaan individu. Karena baik pengaruh individu i terhadap tingkat pendanaan distrik dan kontribusi penerimaan negara untuk satu distrik terhadap total jumlah dana negara yang kecil, maka ini bukan penyederhanaan yang masuk akal. Misalkan F adalah total dana negara di bawah sistem pemerataan kekuasaan : F=lSlPEnl 4.2 Kontrol Negara Mengetahui bahwa penduduk memisahkan diri mereka sendiri ke distrik sehingga mereka ada pada kurva permintaan mereka sendiri untuk pengeluaran pendidikan di bawah sistem pemerataan kekuasaan, DkPE=DikPE*, dimana DkPE adalah tingkat pengeluaran di distrik k di bawah sistem pemerataan kekuasaan. Kemudian, jika pajak tingkat distrik dinaikkan melalui pajak properti tarif dasar baik properti perumahan dan non-perumahan sedangkan dana negara dinaikkan melalui pajak penghasilan pribadi, maka persamaan permintaan untuk pendanaan negara di bawah sistem B adalah:

Menambahkan asumsi tambahan bahwa perbandingan Yik terhadap Pik adalah sama dengan perbandingan pendapatan rata-rata untuk nilai properti rata-rata untuk semua penduduk di distrik k:

Untuk sistem C di mana pelengkap tak terbatas diperbolehkan, besarnya pajak distrik yang relevan adalah Ak dan bukan nilai maksimum G maupun Ak sebagai penyebut karena pemerataan kekuasaan tidak lagi relevan.

Tingkat suplemen suatu distrik adalah:

Untuk sistem D, tingkat dana negara optimal untuk individu I adalah:

, dan kemudian jumlah suplemen yang optimal adalah

Saya menggunakan persamaan di atas untuk memprediksi hasil pelaksanaan sistem pendanaan tersebut. 4.3 Data Saya memperoleh data yang diperlukan dari National Center for Education Statistics (NCES),School District Data Book (SDDB), dan dari Database Terpadu di Kependidikan Michigan. Secara historis, hambatan untuk memperkirakan permintaan pendidikan adalah karena kurangnya data yang cocok mengenai informasi karakteristik individu dengan informasi tentang sekolah di distrik mereka tinggal. SDDB membuat ini menjadi lebih mudah. Ini berisi data sosial, ekonomi dan administrasi untuk masing-masing 15 274 sekolah

umum di distrik seluruh Amerika Serikat. Sebagian besar data berasal dari tahun 1990 Census School District Tabulation. Informasi tambahan mengenai guru, sekolah, dan siswa berasal dari NCES 1989-1990 Common Core of Data, dan informasi keuangan tambahan pada sekolah distrik berasal dari 1989-1990 Survei Keuangan Distrik Sekolah yang

dikeluarkan oleh Biro Sensus untuk Departemen Pendidikan. Terdapat keterbatasan dalam kumpulan data. Secara khusus, sementara SDDB menyediakan distribusi karakteristik

individu (misalnya pendapatan atau nilai properti) di setiap distrik, hal ini tidak dapat memberikan informasi pribadi. Keterbatasan ini memotivasi untuk lebih fokus terhadap cara menggunakan informasi tingkat distrik untuk memperkirakan dampak dari perubahan kebijakan. Tabel 1 menyediakan rata-rata dan standar deviasi untuk variabel tingkat distrik yang digunakan dalam simulasi baik yang terhitung dan tidak terhitung dengan jumlah responden di setiap distrik. Dari database terpadu di Kependidikan Michigan, saya menggunakan 1995 pendaftaran distrik, negara menyamakan nilai properti per siswa pada tahun 1995, persen dari nilai properti yang properti rumahan, tingkat Millage tahun 1994, dan pada tahun 1994 pengeluaran operasional distrik/kota. Dari SDDB, saya menggunakan jumlah responden di distrik (didefinisikan sebagai jumlah orang dengan usia 20 tahun atau lebih),

Tabel 1. Rata-rata dan standar deviasi untuk 555 distrik Michigan, 1994

pendapatan rata-rata rumah tangga dan nilai properti, pendapatan per kapita, dan populasi distrik12 4.4. Hasil Pembahasan Persentase responden dengan distrik lebih besar dari harga pajak negara mempengaruhi relatif, sebagaimana mutlak, tingkat pengeluaran di bawah sistem keuangan negara yang dijelaskan di atas. Sebagaimana disebutkan di Section 2, persentase responden dengan harga pajak distrik yang lebih tinggi ditentukan oleh distribusi kekayaan di seluruh distrik dan spesifik untuk masing-masing negara bagian. Mengingat pajak penghasilan baik di tingkat negara bagian dan distrik, persentase ini sangat mudah diukur. Berdasarkan penduduk yang berusia 20 tahun atau lebih (perwakilan yang digunakan sebagai responden untuk analisis ini) dan pajak penghasilan yang sesuai untuk tingkat negara dan distrik, 54.63% dari responden di Michigan memiliki harga pajak distrik yang lebih tinggi dibandingkan pajak negara. Namun setelah pajak properti diperkenalkan di tingkat distrik, persentase ini menjadi lebih sulit untuk memperkirakan karena tergantung pada keadaan pajak properti non-perumahan. Sebagai

contoh, selama rentang dari penduduk distrik menegaskan tidak ada beban sampai penduduk distrik menegaskan beban semua poperti non-perumahan di distrik mereka, persentase warga negara dengan rentang harga pajak distrik lebih tinggi dari pada pajak negara berkisar 44,19% sampai 65,48%. Perkiraan ini mengasumsikan bahwa di antara beban warga yang ditanggung sebanding dengan pendapatan. Saya menggunakan penuh rentang nilai yang mungkin dalam simulasi, berkonsentrasi pada persentase penduduk dengan harga pajak distrik lebih tinggi dari pada pajak negara sekitar 50% baik karena ini adalah titik potong untuk Sistem C dan karena sebagian besar negara cenderung dekat dengan kisaran ini. Tabel 2 merangkum hasil simulasi menggunakan elastisitas pendapatan dari 0,6 dan elastisitas harga dari -0,3. Di bawah sistem pemerataan kekuasaan yang berada di sebelum tahun akademik 1994/1995 di Michigan, rata-rata pendapatan per siswa adalah $ 5.215 dengan standar deviasi $1.085 (semua pendapatan yang diberikan dalam 1944 dollar)

Rata-rata distrik menerima $ 4.894 dengan standar deviasi $ 1111, menunjukkan bahwa tingginya pengeluaran distrik cenderung semakin luas distrik. Tabel 2 menunjukkan bahwa di bawah sistem pendanaan negara tanpa dana tambahan (suplemen) distrik pendapatan per siswa untuk semua distrik akan berkurang antara $ 4.648 dan $ 5.111 tergantung pada

persentase penduduk dengan harga pajak negara lebih rendah dari harga pajak distrik. Persentase ini meningkat demikian juga tingkat pendapatan yang sesuai karena banyak responden mengalami penurunan harga pajak setelah pergeseran dana negara. Pada

persentase sama dengan dengan distribusi pendapatan untuk Michigan (54,63%), tingkat pengeluaran akan menjadi lebih sedikit $ 4.800 per siswa. Hal ini menunjukkan penurunan sekitar $ 400 pada tingkat rata-rata pengeluaran dibandingkan dengan sistem pemerataan kekuasaan, tetapi penurunan yang cukup besar, ke nol, dari variasi antar distrik. Hasil ini tergantung pada elastisitas harga permintaan. Semakin kecil (dalam nilai absolute) elastisitas harga, semakin tinggi permintaan yang diperkirakan untuk pendanaan. Sebagai contoh untuk elastisitas harga -0,1, perkiraan permintaan berkisar dari $ 5057 sampai $ 5.183, sedangkan untuk elastisitas harga -0,5 kisaran dari $ 4.253 sampai $ 4.969. Pada 54,63% penduduk dengan harga pajak lokal lebih tinggi dari harga pajak negara kisaran mendekati $ 4500 (untuk elastisitas harga -0,5) sampai $ 5095 (untuk elastisitas harga -0,1) menunjukkan bahwa di manapun penurunan $ 100 sampai $ 700 disetiap pengeluaran rata-rata per siswa merupakan akibat dari pergeseran keuangan negara. Sekali lagi, standar deviasi sampai angka nol. Warga dari distrik yang memiliki pengeluaran tinggi sebelumnya dengan dari distrik belanja sebelumnya jelas jauh dari kurva permintaan mereka untuk pengeluaran di bawah sistem ini. Simulasi untuk Sistem C menampilkan model yang diharapkan dalam pendanaan negara turun sampai nol ketika lebih dari setengah dari responden memiliki pajak negara yang lebih tinggi daripada pajak distrik. Dalam hal ini, tingkat pengeluaran adalah pembiayaan distrik murni tanpa pemerataan kekuasaan. Dengan asumsi bahwa warga tidak menanggung beban pajak untuk properti non-perumahan di distrik mereka, rata-rata belanja per siswa akan menjadi $ 4.821 dengan standar deviasi yang besar $ 1.264. Dalam hal ini tidak akan ada hibah negara dan belanja distrik akan berkisar dari $ 2.600 menjadi $ 13 703. Sebagai perbandingan, di bawah Sistem B tingkat hibah negara adalah $ 4.648 untuk semua distrik yang tidak memiliki dana tambahan (suplemen). Untuk kasus di mana warga menanggung semua beban pajak properti non-perumahan, dan dengan demikian akan memiliki pajak distrik lebih tinggi daripada pajak negara, tingkat dana negara dengan sistem C adalah $ 4.459 dengan total pengeluaran rata-rata $ 5.088,57. Pengeluaran akan berkisar dari $ 4.459 sampai $ 13 379 dengan 57 persen distrik memilih tidak memberi tambahan dana. Tingkat dana/hibah sistem B adalah $ 5.111. Perlu diketahui bahwa tidak hanya standar deviasi saja yang lebih besar dalam sistem C, tapi tingkat pengeluaran/belanja rata-rata sebenarnya juga lebih rendah dibandingkan dalam sistem B.

Hasil ini tidak mendukung secara kuat untuk variasi elastisitas harga permintaan. Namun, secara umum rata-rata pengeluaran dalam Sistem B dan C adalah sama (biasanya agak lebih besar dalam sistem C), sedangkan varians jauh lebih besar bila dana tambahan (suplemen) tak terbatas diperbolehkan. Akhirnya, dengan mempertimbangkan hasil simulasi Sistem D dengan dana tambahan distrik yang maksimal sebesar $ 1000 per siswa. Seperti yang diharapkan, hibah/dana negara cenderung jauh lebih tinggi dan tingkat pengeluaran rata-rata sedikit lebih rendah daripada di Sistem C. Dalam semua kasus, standar deviasi jauh lebih rendah daripada di Sistem C, dengan suplementasi/dana tambahan mulai dari 0 sampai $ 1000. Tabel 3 merangkum hasil simulasi yang memungkinkan suplementasi/dana tambahan maksimum yang bervariasi dari $ 1000 sampai $ 5000. Suplementasi /dana tambahan yang tinggi dapat menutupi dan cocok dengan dana hibah/pembiayaan negara yang lebih rendah dan standar deviasi yang lebih besar dalam pengeluaran. Dalam semua kasus, tingkat dana/hibah negara setidaknya sama besar seperti dalam sistem C, dan untuk dana tambahan yang rendah dan presentase penduduk yang rendah dengan harga pajak distrik lebih tinggi daripada harga pajak negara, secara substansial lebih besar. Rata-rata pengeluaran/belanja cukup tidak berubah dengan kenaikan tingkat suplementasi/dana tambahan yang diperbolehkan, tetapi standar deviasi meningkat secara drastis. Saya melakukan simulasi menggunakan rentang elastisitas berdasarkan hasil penelitian sebelumnya memperkirakan parameter ini (lihat Bergstorm et al., 1982 untuk review). Besarnya pengaruh pendapatan cukup kecil untuk variasi elastisitas pendapatan untuk memperkecil perbedaan tingkat pengeluaran yang telah diprediksi. Di sisi lain ukuran elastisitas harga permintaan memang memiliki pengaruh yang penting. Dalam semua kasus, nilai absolute dari elastisitas harga meningkat, tingkat prediksi dana negara menurun. Penurunan ini mungkin karena distribusi kekayaan tidak merata di distrik Michigan dan hubungan positif antara kekayaan dan pengeluaran per siswa. Akibatnya, harga pajak berubah karena sentraslisasi paling besar terhadap distrik dengan pengeluaran/kekayaan yang tinggi dan permintaan di distrik ini akan merosot dibandingkan dengan distrik yang kekayaannya rendah sehingga akan menaikkan hasil pergeseran dana negara. Peningkatan nilai absolute dari elastisitas harga permintaan meningkatkan pengaruh ini. Seperti yang diharapkan, penurunan hibah/dana negara dari peningkatan elastisitas harga secara substansial berkurang sebagai persentase responden yang harga pajak distrik lebih tinggi disbanding harga pajak negara meningkat, karena banyak responden mengalami efek harga pajak positif.

Sebagaimana tercatat dalam tabel 2 dan 3, saya menggunakan elastisitas harga -0.3 dan elastisitas pendapatan 0.6. Model yang sama juga elastisitas yang lain.

5. Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa diskusi sebelumnya meneliti tentang alokasi dana sekolah dibawah keberagaman system keuangan atau system keuangan murni dengan batas suplementasi lokal. Hal ini memperbaiki metode sebelumnya dengan mengkaji ulang penyortiran dengan asumsi pendapatan dan menggunakan distribusi kekayaan actual melalui distrik tertentu. Dalam prosesnya saya mampu menuntukan variance sebagaimana tingkat rata-rata dari pengeluaran dibawah tiap-tiap program keuangan. Hasil dari analisis ini mengindikasikan bahwa sistem keuangan negara sering disebutsebut dengan suplementasi lokal terbatas, sementara memungkinkan kontrol lokal maksimum atas keputusan pendanaan, dapat memberikan sedikit pemerataan antar distrik. Dengan

menggunakan data tentang sekolah Michigan dapat menunjukkan bahwa sistem ini cenderung menghasilkan varians substansial yang lebih besar pada tingkat pendanaan sekolah dan minimum yang lebih rendah disbanding dua system yang telah digunakan dan dipertimbangkan, tanpa peningkatan yang berarti dalam pengeluaran rata-rata pengeluaran per siswa dalam negara. System dengan tipe ini juga memiliki keuntungna politik dalam perbandingan dari sebuah system keuangan Negara, karena hal tersebut memungkinkan pengeluaran yang lebih tinggi pada distrik dengan permintaan tinggi yang mungkin member kepuasan secara khusus ketika dipaksa untuk mengeluarkan sedikit lebih banyak biaya untuk sekolah disbanding untuk mencapai tingkat optimal mereka.

Analisis diatas menambah model sebelumnya yang melihat efek dari pergeseran wilayah lokal menuju keuangan Negara untuk pendidikan umum, elemen yang mungkin berguna untuk menambah adanya mekanisme pilihan alternative sosial, pengaruh umum kesetimbangan dari kapitalisasi dan migrasi antar distrik dan perluasan fungsi kebutuhan (utilitas). Hasil dasar dari analisis ini akan mengarah pada bentuk-bentuk system implementasi keuangan Negara yang tidak hanya peningkatan pada peranan Negara namun juga mempengaruhi pengeluaran biaya pendidikan dengan kuat. Lebih spesifiknya lagi sebuah system keuangan yang terjamin memungkinkan adanya batasan suplementasi lokal mungkin mengakhiri penyediaan dana substansial yang lebih merata dari yang dapat diperoleh melalui system suplementasi tanpa batas yang lebih mengutamakan kontrol distrik dibanding kesiapan untuk membentuk sebuah system keuangan yang murni.

You might also like