You are on page 1of 40

Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM), DIKTI 2006

PENINGKATAN SISTEM DAN INFRASTRUKTUR


TRANSPORTASI DALAM MENDUKUNG
KONSEP PARIWISATA INDONESIA SEBAGAI
WILAYAH KEPULAUAN

Penulis
NAMA: STANNO YUDHA PUTRA
NIM: 15002133
MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


TAHUN 2006
...bahwa musuh pertama,
terbesar, dan terberat adalah
diri kita sendiri…
LEMBAR PENGESAHAN

LOMBA KARYA TULIS MAHASISWA

PENINGKATAN SISTEM DAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI


DALAM MENDUKUNG KONSEP PARIWISATA INDONESIA SEBAGAI
WILAYAH KEPULAUAN

Penulis:
NAMA: STANNO YUDHA PUTRA
NIM: 15002133

Bandung, 03 Februari 2006


Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Wakil Rektor
Dosen Pembimbing, Bidang Kemahasiswaan,

Ir. Harmein Rahman, MT Dr. Ir. Widyo Sulasdi


Kelompok Keahlian Transportasi

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
TAHUN 2006
i
KATA PENGANTAR

Dalam rangka menjawab tema dari Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) tahun
2006 tentang “Sumberdaya Manusia Indonesia menuju Peningkatan Daya Saing
Bangsa dalam Pembangunan Berkelanjutan”, penulis memilih bidang IPS, yakni
tentang “Pengembangan Pariwisata dan Dampak Sosialnya”. Penulis merasakan
bidang ini memiliki kemampuan pula untuk menjawab tantangan dunia pariwisata
Indonesia ke depan yang erat hubungannya dengan tema yang dimaksud.

Karya tulis ini, pada dasarnya merupakan suatu upaya pembahasan


pengembangan pariwisata di Indonesia dengan melihat salah satu aspek yang
terkait di dalamnya. Aspek yang dimaksud adalah sistem dan infrastruktur
transportasi. Sudah sewajarnya sistem dan infrastrukur transportasi merupakan
unsur penting dalam dunia pariwisata. Daerah-daerah dengan destinasi wisata
yang menarik tidak akan mungkin dikunjungi jika fasilitas tempat persinggahan
sarana transportasi tidak ada. Begitupun sistem yang mengatur jalannya
transportasi menjadi kebutuhan bagi pengunjung untuk merencanakan kunjungan
wisatanya.

Berbicara mengenai sistem dan infrastruktur tersebut tidak lepas dari sarana/moda
transportasi yang berada di dalamnya. Oleh karena itu, karya tulis secara tidak
langsung sedikit akan menyinggung pembahasan tentang sarana/moda transportasi
juga.

Pada kesempatan ini, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada


pihak-pihak yang menjadi referensi bagi penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Harmein Rahman selaku pembimbing, keluarga
tercinta yang telah memberikan dukungan, teman-teman atas bantuan dan waktu
berdiskusinya, dan orang-orang yang telah berjasa atas sumbangsihnya di dunia
pariwisata.

Bandung, 31 Maret 2006

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi
ABSTRAKSI................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Wilayah Studi....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................. 3
1.4 Ruang Lingkup..................................................................................... 3
1.5 Sistematika Pembahasan ...................................................................... 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA..................................................................... 5
2.1 Terminologi Pariwisata ........................................................................ 5
2.1.1 Pariwisata.......................................................................................... 5
2.1.2 Wisatawan......................................................................................... 5
2.1.3 Daerah Tujuan Wisata ....................................................................... 6
2.2 Transportasi ......................................................................................... 7
2.2.1 Transportasi sebagai Sistem............................................................... 8
2.2.2 Karakteristik Moda Transportasi........................................................ 8
2.3 Dampak Sosial ..................................................................................... 11
BAB III METODOLOGI ........................................................................... 13
3.1 Umum .................................................................................................. 13
3.2 Pengumpulan data ................................................................................ 14
3.3 Analisis ................................................................................................ 14
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS ............................................... 15
4.1 Pariwisata Nasional Indonesia .............................................................. 15
4.1.1 Kondisi Eksisting .............................................................................. 15
4.1.2 Daerah Tujuan Wisata di Indonesia ................................................... 16
4.2 Transportasi Pariwisata ........................................................................ 18

iii
4.2.1 Umum ............................................................................................... 18
4.2.2 Kinerja Sistem dan Infrastruktur Transportasi.................................... 19
4.3 Dampak Sosial Pariwisata .................................................................... 24
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ..................................... 26
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 26
5.2 Rekomendasi........................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 29
BIODATA PENULIS..................................................................................... 30

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konsep dasar karakteristik moda transportasi berdasarkan faktor


biaya vs jarak tempuh .................................................................. 10

Gambar 2.2 Strategi pelayanan jalur darat dan laut.......................................... 11

Gambar 3.1 Metodologi Studi ......................................................................... 13

Gambar 4.1 Peta persebaran WTW di Indonesia ............................................ 14

Gambar 4.2 Pie chart panjang landasan bandara-bandara komersial di


Indonesia untuk kelompok <2000 m ........................................... 22

Gambar 4.2 Pie chart panjang landasan bandara-bandara komersial di


Indonesia untuk kelompok 2000 - 3000 m .......................... ........ 22

Gambar 4.2 Pie chart panjang landasan bandara-bandara komersial di


Indonesia untuk kelompok 2000 - 3000 m ......................... ........ 23

Gambar 5.1 Siklus transportasi-pariwisata ............................................. ........ 28

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik moda transportasi ...................................................... 9


Tabel 4.1 Karakteristik wisatawan ke negara Indonesia, Malaysia, dan
Thailand ......................................................................................... 15
Tabel 4.2 Panjang landasan bandara-bandara komersial di Indonesia.............. 21

Tabel 4.3 Penerimaan devisa dari peranan pariwisata ..................................... 24


Tabel 5.1 Indikator kinerja sistem dan prasarana transportasi terhadap
pengembangan pariwisata............................................................... 27

vi
ABSTRAKSI

Ubah!!!!!

Potensi pariwisata Indonesia adalah keanekaragaman budaya dan pemandangan


alamnya. Sementara itu, Indonesia memiliki wilayah dengan karakteristik
geografis berupa kepulauan. Keterpisahan pulau yang satu dengan yang lainnya
berupa lautan telah menjadi salah satu hambatan bagi akses wilayah di negeri ini.
Oleh karena itu, potensi pariwisata tidak akan memiliki daya tarik bagi wisatawan
jika aksesibilitas yang terjadi sangat rendah.

Pemerintah pun telah melakukan upaya pengelompokan wilayah tujuan wisata


(WTW) untuk peningkatan persebaran kunjungan wisatawan. Demikian,
keterhubungan WTW yang satu dengan lainnya sewajarnya ditunjang dengan
akses transportasi yang ada. Peningkatan akses transportasi dilakukan dengan
peningkatan sistem dan infrastruktur transportasi di Indonesia.

Kinerja yang rendah dari sistem dan infrastruktur transportasi di Indonesia


berpengaruh terhadap pengembangan pariwisata di Indonesia. Indikator tersebut
ditunjukkan oleh orientasi investasi pembangunan jalur prasarana, kinerja
pelayanan jalur laut, dan tingkat pelayanan bandara terhadap tipe ukuran pesawat.

Perlu dilakukan evaluasi terhadap sistem dan infrastruktur transportasi di


Indonesia. Evaluasi tersebut berupa peningkatan bagi sistem dan infrastruktur
transportasi. Peningkatan sistem dan infrastruktur transportasi kemudian akan
berperan bagi peningkatan pengembangan pariwisata di Indonesia.

Adanya peningkatan pengembangan pariwisata akan menimbulkan dampak sosial


ekonomi dengan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 1991, pariwisata memperoleh perhatian utama untuk tumbuh menjadi
industri penting dan besar di dunia. Sedangkan di Indonesia, dinamisasi dan arah
gerak pariwisata juga telah mengalami banyak perubahan dalam masalah kegiatan
promosi pariwisata Indonesia ke dunia luar. Namun, hingga saat ini kontribusi
pariwisata masih menunjukkan hasil yang belum optimal bagi pertumbuhan
industri di negara kita. Pada dasarnya, pariwisata seharusnya mampu menjadi
peran dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Brand pariwisata kita
contohnya, “Ultimate in Diversity”, merupakan upaya untuk mempromosikan
kegiatan pariwisata yang ada di negeri ini. Hal ini terkait dengan potensi
keragaman nuansa alam dan budaya yang kita miliki. Hal tersebut menjadi upaya
untuk mengoptimalkan industri pariwisata serta dalam rangka peningkatan daya
saing bangsa dalam pembangunan berkelanjutan.

Lantas, apakah itu pariwisata? Pariwisata secara umum merupakan bentukan


kegiatan berupa waktu luang dan bersantai dengan cara pengenalan kepada cagar
budaya dan menikmati keindahan alam suatu daerah tertentu. Pada hakikatnya,
melakukan pariwisata adalah kebutuhan dan hak setiap manusia. Oleh karena itu,
kegiatan pariwisata telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan
sosial ekonomi masyarakat.

Dalam hubungan ini, pariwisata akan memberikan dampak sosial bagi


masyarakat. Dampak sosial tersebut diharapkan memberikan output yang
baik/positif. Untuk memperoleh dampak yang baik tersebut, pariwisata salah
satunya harus mampu menjadi perangkat dalam peningkatan suatu kesejahteraan.
Peningkatan kesejahteraan pun akan tercipta melalui mekanisme untuk
membangun dan mengembangkan pariwisata sebagai basis sumber pendapatan
masyarakat.
2

Selain itu, kegiatan pariwisata juga tidak dapat dipisahkan dengan masalah
pergerakan manusia. Kebutuhan pergerakan berkembang sebagai bentuk
perjalanan wisata yang dilakukan manusia. Perjalanan wisata sebagai bentuk
kegiatan pariwisata tersebut tentu membutuhkan sarana dan prasarana.
Keterkaitan sarana dan infrastruktur/prasarana tersebut sehingga menghasilkan
suatu kerja yang baik membentuk sebuah sistem. Atau sebaliknya, sistemlah yang
membuat bekerjanya sarana dan prasarana dengan baik. Jadi, perencanaan sistem
dan infrastruktur di bidang transportasi harus menjadi apek penting dalam dunia
kepariwisataan.

Jadi, dalam hal pengembangan pariwisata, keterpisahan berbagai aspek


pembangun pariwisata tidak mungkin bisa berdiri sendiri-sendiri. Sumber daya
manusia dan sumber daya alam terangkum sebagai aspek umum yang berada
dalam tataran peningkatan potensi suatu kegiatan pariwisata. Termasuk ke
dalamnya, transportasi sebagai aspek penting bagi dunia pariwisata di Indonesia.
Sejauh apa efektifitas bentuk pelayananan transportasi melalui sistem dan
infrastruktur yang ada demi menunjang akses wilayah Indonesia?

Sedangkan negara, melalui pemerintahannya memiliki peran dalam


mengakselerasi pertumbuhan kesejahteraan masyarakat. Termasuk perhatian
kepada bidang pengembangan pariwisata sebagai faktor penting untuk
peningkatan kehidupan ekonomi masyarakat dan peningkatan sistem dan
infrastruktur transportasi sebagai kebutuhan pergerakan pariwiata.

Oleh karena itu, dalam karya tulis ini kita akan membahas masalah
pengembangan pariwisata di Indonesia dengan sistem dan infrastruktur
transportasi sebagai komponen pengembangannya.

1.2 Wilayah Studi

Dalam penulisan karya tulis ini, wilayah studi yang akan dibahas adalah wilayah
geografis Indonesia. Tidak ada kasus tertentu yang dibicarakan untuk penulisan
ini. Pemilihan wilayah studi karena Indonesia merupakan wilayah kepulauan.
Faktor kondisi geografis ini akan kita lihat sebagai potensi pengembangan
pariwisata Indonesia. Kegiatan pariwisata melalui konsep pariwisata kepulauan.
3

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah:


1. Merumuskan hubungan antara pengembangan pariwisata dengan kinerja
sistem dan infrastruktur transportasi di Indonesia.
2. Memberikan gambaran orientasi pembangunan infrastruktur transportasi
Indonesia untuk menunjangan pengembangan pariwisata.
3. Memperkenalkan kinerja indikator sistem dan infrastruktur sebagai faktor
pengembangan pariwisata Indonesia.
4. Memperkenalkan perangkat penyusunan prioritas pengembangan jalur
transportasi dalam kaitannya terhadap peningkatan kegiatan pariwisata.
5. Mendorong peningkatan daya saing bangsa melalui peningkatan potensi
pariwisata Indonesia.

1.4 Ruang Lingkup

Indonesia merupakan negara dengan kondisi geografis berupa wilayah kepulauan.


Keterhubungan antara pulau-pulau yang ada membutuhkan sarana dan prasarana
berupa alat dan infrastruktur transportasi. Peningkatan akses wilayah melalui
ketersediaan infrastruktur ini berdampak kepada berbagai bidang, salah satunya
bidang Pariwisata Indonesia. Oleh karena itu, karya tulis ini membahas dalam
ruang lingkup indikator kinerja sistem dan infrastruktur transportasi dalam
kaitannya sebagai upaya pengembangan pariwisata di Indonesia.

1.5 Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut.

Bab 1 merupakan bab pendahuluan. Berisi uraian umum tentang latar belakang
penulisan, wilayah studi yang dikaji, tujuan penulisan, ruang lingkup pembahasan,
serta uraian tentang sistematika penulisan yang digunakan dalam karya tulis
ilmiah ini.
4

Bab 2 merupakan bab kajian pustaka. Berisi uraian yang menunjukkan


terminologi yang umum digunakan dalam pariwisata, landasan teori dan konsep-
konsep yang relevan dengan masalah pengembangan pariwisata Indonesia.

Bab 3 merupakan bab metodologi. Berisi uraian tentang cara atau prosedur yang
dilakukan dalam pengumpulan data, pembahasan menurut data eksisting, data
kualitatif, serta uraian singkat tentang analisis yang digunakan dalam pengolahan
data.

Bab 4 merupakan bab pembahasan dan analisis. Berisi uraian tentang analisis
pengembangan pariwisata berkaitan dengan indikator kinerja transportasi dengan
orientasi pariwisata dan analisis menurut budget constraint.

Bab 5 merupakan kesimpulan dan rekomendasi. Berisi uraian tentang


kesimpulan akhir dari penulisan karya tulis ilmiah beserta rekomendasi bagi
pihak-pihak terkait dalam hal pengembangan pariwisata, terutama yang berkaitan
dengan upaya peningkatan daya saing bangsa dan pembangunan berkelanjutan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Terminologi Pariwisata

Pengertian-pengertian atau istilah-istilah dalam pariwisata di sini akan dibahas


menurut lingkupnya. Melalui peristilahan di bidang kepariwisataan, propaganda
dalam melakukan pengembangan pariwisata kepada pemerintah dan masyarakat
dapat dilaksanakan. Penyerbarluasan pengertian pun diharapkan dapat
meningkatkan wawasan dan titik pangkal ide dalam mencari keterkaitan
pengembangan pariwisata terhadap aspek-aspek lainnya.

2.1.1 Pariwisata

Pariwisata adalah suatu proses berpergian seseorang atau sekelompok orang


menuju tempat lain di luar wilayah tempat tinggalnya dalam jangka waktu
tertentu dan bersifat sementara.

Motivasi orang dalam melakukan perjalanan wisata antara lain:


- mendapatkan kenikmatan dari waktu luang/santai
- memenuhi hasrat keingintahuan terhadap sesuatu hal yang baru di luar
lingkungannya
- melihat kebudayaan orang asing/negara luar
- melihat cagar budaya/objek wisata
- menikmati pemandangan alam
- kepentingan kegiatan olahraga
- kepentingan kesehatan
- kepentingan keagamaan
- keperluan mencari peluang usaha/kerja
- dll.

2.1.2 Wisatawan

Bidang kepariwisataan memberikan batasan pengertian terhadap wisatawan


(tourist) dan pelancong (excursionist).
6

1. Wisatawan adalah orang-orang yang melakukan suatu kegiatan


berpariwisata dengan tinggal sementara sekurang-kurangnya 24 jam pada
suatu daerah. Wisatawan dibagi lagi menjadi:
- wisatawan asing, yakni wisatawan yang berasal dari luar negeri atau
dari suatu negara ke negara lain
- wisatawan domestik, yakni wisatawan yang berasal dari satu daerah ke
daerah lain yang masih dalam administrasi penduduk satu negara

2. Pelancong adalah pengunjung sementara yang yang tinggal di suatu


daerah/negara yang dikunjungi dalam waktu kurang dari 24 jam.

2.1.3 Daerah Tujuan Wisata

Unsur pokok dalam pelaksanaan pengembangan pariwisata mencakup kepada


aspek perencanaan, pelaksanaan, pembangunan, dan pembangunan. Aspek-
aspek tersebut dipenuhi melalui unsur-unsur sebagai berikut:
1. Daya tarik wisata
Daya tarik wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran
wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Daya tarik wisata
dikelompokkan ke dalam: daya tarik wisata alam, budaya, dan wisata
minat khusus. Pada saat ini Indonesia masih mengandalkan daya tarik
wisata melalui keindahan alam dan ciri khas budaya yang ada.
2. Prasarana wisata
Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan buatan yang dibutuhkan di
daerah tujuan wisata. Prasarana tersebut bisa berupa jalan, jembatan, air,
listrik, telekomunikasi, dan sebagainya. Pembangunan akan menyesuaikan
kondisi objek wisata yang bersangkutan.
3. Sarana wisata
Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata untuk
melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya.
Sarana bisa berupa pengadaan alat-alat pendukung prasarana itu sendiri.
4. Infrastruktur penunjang aksesibilitas
Infrastruktur penunjang wisata sendiri merupakan tata laksana dalam
mendukung fungsi daerah wisata secara keseluruhan, baik berupa sistem
7

maupun bangunan fisik yang ada. Aksesibilitas dan mobilitas wisatawan


ke daerah tujuan wisata akan sangat didukung oleh ketersediaan
infrastruktur transportasi. Infrastruktur tersebut merupakan akses bagi
wisatawan untuk kemudahan menuju daerah tujuan wisata.
5. Masyarakat dan lingkungan
Masyarakat dan lingkungan merupakan unsur penting dalam
keberlangsungan daya tarik wisata itu sendiri. Masyarakat yang bersahabat
dan lingkungan yang nyaman menjadi pilar utama dalam
menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan
pariwisata.

Oleh karena itu, titik tekan pada karya tulis ini terkait dengan ketersediaan
infrastruktur aksesibiltas destinasi wisata yang ada di Indonesia. Perencanaan
strategis dan pelaksanaan pengembangan pembangunan sistem dan
infrastruktur tersebut perlu mendapat perhatian guna pengembangan pariwisata
di Indonesia.

2.2 Transportasi

Transportasi merupakan perpindahan barang atau orang dengan menggunakan


kendaraan dari satu tempat ke tempat lainnya yang terpisah secara geografis.
Dalam pengertian yang lebih kontemporer, transportasi akan terlaksana jika ada
kendaraan, infrastruktur, dan sistem pengaturannya. Kebutuhan akan transportasi
turut didorong oleh keinginan manusia dalam hal mencari tahu suatu daerah
tujuan di luar daerah tempat tinggalnya.

Ini berarti, keterkaitan antara pariwisata dan transportasi merupakan suatu


hubungan yang mutlak terjadi. Pergerakan pariwisata oleh manusia yang
dilakukan dari daerah/negara satu ke daerah/negara lain melibatkan transportasi
sebagai sistem untuk mewujudkannya. Keterpisahan daerah-daerah oleh lautan
membutuhkan sarana dan prasarana angkutan laut dan udara. Sedangkan
keterpisahan daerah-daerah oleh hambatan geografis berupa daratan juga
membutuhkan sarana dan prasarana angkutan darat.
8

2.2.1 Transportasi sebagai Sistem

Sistem transportasi mencakup kepada tiga hal:


1. Sub sistem prasarana
Sistem prasarana merupakan suatu hubungan yang saling terkait yang
terjadi antara prasarana-prasarana transportasi dan simpul prasarana.
Prasarana dan simpul prasarana kemudian membentuk jaringan
transportasi. Prasarana meliputi lintasan jalan, rel, lintasan penerbangan,
dan lintasan transportasi laut. Sedangkan simpul prasarana berupa
terminal, stasiun, bandara, dan pelabuhan.

2.. Sub sistem sarana


Sistem sarana merupakan hubungan dari alat-alat transportasi yang
menggunakan sistem prasarana yang ada. Sistem ini memisahkan antara
keterbatasan-keterbatasan moda transportasi dalam pergerakannya. Sarana
angkutan darat tidak akan mungkin menggunakan prasarana lintasan
pelayaran laut tanpa ditunjang dari sarana angkutan lautnya. Kecuali itu,
perkembangan teknologi saat ini yang telah menembus batasan-batasan
kemampuan moda/sarana transportasi untuk bergerak di darat, laut,
maupun udara.

3. Sub sistem pengendalian/pengaturan


Sistem pengendalian/pengaturan menjadi suatu perangkat untuk
memungkinkan terjadinya pergerakan yang efisien, lancar, aman, dan
teratur. Sistem ini bisa berupa manajemen lalu lintas untuk jalan, navigasi
bagi pelayaran, dan navigasi bagi penerbangan.

2.2.2 Karakteristik Moda Transportasi

Transportasi dikelompokkan menurut tempat pergerakannya, yakni:


- transportasi darat
- transportasi laut
- transportasi udara
9

Dalam melakukan perjalanan seringkali penggunaan transportasi tidak cukup


dilayani oleh sarana/moda tunggal. Keterlibatan dua atau lebih moda telah
menyebabkan terjadinya interaksi yang kemudian membentuk sistem jaringan
transportasi.

Oleh karena itu, setiap jenis pergerakan tentunya akan memiliki


karakteristiknya masing-masing. Aspek-aspek yang terlibat dalam
pembentukan karakteristik moda transportasi yang dibahas meliputi:
aksesibilitas, mobilitas, efisiensi, jenis kendaraan, dan pelayanan. Karakteristik
moda transportasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Karakteristik moda transportasi

PELAYANAN
SISTEM AKSESIBILITAS MOBILITAS EFISIENSI MODA
PENUMPANG
Jalan Raya - Jumlah - Kecepatan - Bahan - Bus Antar kota dan
penduduk terbatas bakar - Mobil lokal
sangat tinggi oleh faktor rendah - Sepeda
yang memiliki manusia dan - motor/sepeda
akses langsung batasan Keselamatan
ke jalan kecepatan rendah
- Rute langsung - Kapasitas
terbuka oleh tata per
guna lahan kendaraan
- Investasi tinggi rendah,
untuk jalan dgn tetapi
pembebanan ketersediaan
tonase tinggi kendaraan
cukup
banyak

Jalan Rel - Dibatasi oleh Kapasitas Biasanya - Kereta - Jarak rata-


investasi tinggi dan tinggi - Monorail rata <450 km
untuk struktur kecepatan - Kereta - Sub urban
jalannya dapat lebih cepat/MRT - Antar kota
besar dari
jalan raya

Transportasi - Biaya bandara - Kecepatan Biaya Pesawat - Regional dan


udara mereduksi sangat tinggi operasi komersial jarak rata-rata
aksesibilitas - Kapasitas rendah dari >450 km
- Peluang bagus per sisi energi - Antar kota
untuk rute kendaraan
langsung terbatas
10

Transportasi Rute langsung - Kecepatan - Biaya - Kapal - Lintas sungai


air/laut aksesibilitas rendah rendah - Hovercraft - Lintas
terbatas oleh - Kapasitas - Tingkat - Jet Foil samudera
ketersediaan per keamanan - Kapal
jalan air yang kendaraan bervariasi pesiar
dilewati dan sifat sangat tinggi
pelabuhan yang
aman
Sumber: Pengantar Manajemen Infrastruktur, 2005

Selain itu, karakteristik moda transportasi dapat digambarkan melalui suatu


kurva dengan tinjauan faktor biaya per unit kendaraan dan jarak yang
ditempuh. Berikut ini kita memiliki kurva tersebut yang membandingkan
antara jalur jalan, rel, dan laut.

Gambar 2.1 Konsep dasar karakteristik moda transportasi berdasarkan faktor


biaya vs jarak tempuh

Untuk kinerja pelayanan, jalur laut memiliki jenis pelayanan tidak langsung.
Dengan karakteristik tersebut, peran simpul prasarana pelabuhan adalah
sebagai pengumpul moda-moda transportasi darat. Dengan bentuk pelayanan
ini, jalur laut memiliki ciri dengan biaya optimum. Berbeda pada jalur darat
(jalan dan rel), dengan ciri pelayanan langsung membutuhkan biaya tinggi.
Pada gambar 2.2 memperlihatkan jaringan pelayanan oleh jalur darat dan laut
tersebut.
11

Pelayanan langsung, biaya tinggi Pelayanan tidak langsung, biaya optimum

Gambar 2.2 Strategi pelayanan jalur darat dan laut

2.3 Dampak Sosial

Pariwisata secara langsung melibatkan masyarakat sehingga membawa berbagai


dampak terhadap masyarakat itu sendiri. Khusus yang akan kita bahas secara luas
adalah dampak sosial yang diklasifikasikan ke dalam dampak sosial ekonomi.
Menurut pengertiannya, dampak sosial ekonomi adalah akibat-akibat yang
ditimbulkan oleh pengaruh-pengaruh tertentu terhadap kehidupan ekonomi
masyarakat, dalam hal ini, pengaruh berupa kegiatan pariwisata.

Delapan kelompok besar yang dikategorikan ke dalam dampak sosial ekonomi


(Cohen, 1984) adalah:
1. Dampak terhadap penerimaan devisa
2. Dampak terhadap pendapatan masyarakat
3. Dampak terhadap kesempatan kerja
4. Dampak terhadap harga-harga
5. Dampak terhadap distribusi manfaat/keuntungan
6. Dampak terhadap kepemilikan dan kontrol
7. Dampak terhadap pembangunan pada umumnya
8. Dampak terhadap pendapatan pemerintah
12

Dampak sosial yang ditimbulkan bisa berupa dampak positif ataupun negatif.
Pada umumnya, apa yang telah menjadi konsep dari pengembangan pariwisata
suatu daerah adalah upaya untuk memperoleh dampak postif terhadap kehidupan
sosial ekonomi masyarakat setempat. Berikutnya, dampak postif tersebut akan
mengarah kepada peningkatan-peningkatan pada poin-poin yang tercantum di
atas. Peningkatan tersebutlah yang kemudian akan mendorong kepada
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan negara secara umum.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Umum

Metodologi yang dilakukan dalam penyusunan karya tulis ini adalah melalui
analisis kondisi di lapangan berdasarkan data sekunder yang diperoleh.
Pendekatan kualitatif pembahasan dan analisis masalah menjadi kekuatan bagi
transfer gagasan terhadap topik pilihan karya tulis ini, yakni pengembangan
pariwisata dan dampak sosialnya.

Metodologi studi karya tulis ini tersaji pada gambar berikut ini.

PENGUMPULAN DATA
SEKUNDER

ANALISIS

KONDISI PARIWISATA INDONESIA DENGAN KONDISI INFRASTRUKTUR


INDONESIA GEOGRAFIS KEPULAUAN TRANSPORTASI INDONESIA

PENINGKATAN
INFRASTRUKTUR BUDGET CONDITION
TRANSPORTASI LAUT DAN ANALYSIS
UDARA

PENINGKATAN KINERJA
SISTEM DAN
INFRASTRUKTUR
TRANSPORTASI

PENINGKATAN
PENGEMBANGAN
PARIWISATA

Gambar 3.1 Metodologi Studi


14

3.2 Pengumpulan data

Dalam karya tulis, pengumpulan data dilakukan berdasarkan perolehan data


sekunder. Data-data tersebut mencakup kepada:
- Karakteristik kunjungan wisatawan ke Indonesia
- Lay out peta Indonesia dengan distribusi persebaran wilayah tujuan wisata
(WTW)
- Kinerja bandara-bandara komersial di Indonesia dengan parameter panjang
landasan
- Penerimaan devisa negara melalui peran pariwisata

Selain itu, pennyajian data secara kualitatif banyak dilakukan untuk pembahasan
dan analisis kondisi-kondisi eksisting pariwisata Indonesia. Pembahasan pada
intinya adalah mencari faktor keterkaitan pengembangan pariwisata melalui
peningkatan sistem dan infrastruktur transportasi di Indonesia.

3.3 Analisis

Analisis pembahasan yang menjadi kesimpulan keterkaitan sistem dan


infrastruktur transportasi terhadap permasalahan pengembangan pariwisata harus
mempertimbangkan kondisi budget constraint pada alokasi dana pembangunan.
Namun, pembahasan terhadap budget constraint tidak dilakukan secara
mendalam. Analisis dilakukan guna menentukan keberhasilan peningkatan
kegiatan kepariwisataan di Indonesia dengan harapan pengembangan pariwisata
sebagai faktor:
- peningkatan daya saing bangsa
- pembangunan berkelanjutan
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS

4.1 Pariwisata Nasional Indonesia

4.1.1 Kondisi Eksisting

Kondisi alam Indonesia merupakan wilayah kepulauan dengan ketersebaran


pulau-pulau sebanyak 17.000 pulau. Secara geografis ketersebaran pulau-pulau
tersebut berada pada bentangan 6° LU – 11° LS dan 95° BT – 141°BT.

Potensi objek wisata di Indonesia tersebar pada bentang geografis tersebut


sehingga potensi wisata negara kita akan berbeda dari negara-negara lain. Oleh
karena itu, kita perlu mengetahui bagaimana karakteristik wisatawan terhadap
destinasi wisata. Karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Indonesia dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Karakteristik wisatawan ke negara Indonesia, Malaysia, dan Thailand

VARIABEL Indonesia Malaysia Thailand


Pengunjung 1. Singapore (1,45 1. Singapore (7,55 1.Malaysia
Terbesar Juta) Juta) (148.680)
2. Jepang (0,6 Juta) 2. Thailand (1,17 2.Japan (111.336)
3. Taiwan (0,4 Juta) Juta) 3.Cina (107.783)
3. Indonesia (0,77
Juta)

Produk 1. Alam (Pantai, 1. Belanja 1. Budaya &Alam


Laut,Pemandangan) 2. MICE 2. Makanan
2. Ethnic & Budaya 3. Alam 3. Permata & Sutra
4. Sport 4. Belanja
5. MICE

Lama Menetap 1. + 7,9 hari (2002) NA + 7,98 hari (2002)


2. Terlama (Belanda,
19,28 hari)

Sumber:Kompas, 23 Agustus 2004

Melalui data tersebut, diperoleh bahwa produk pariwisata berupa alam dan
ethnic budaya merupakan nilai jual bagi industri pariwisata kita. Sedangkan
Indonesia memiliki beragam ethnic budaya dengan keindahan pemandangan
alam yang tersebar di pulau-pulaunya.
16

4.1.2 Daerah Tujuan Wisata di Indonesia

Potensi pada setiap daerah wisata memiliki perbedaan-perbedaan yang


menciptakan keragaman sebagai daya tarik kegiatan pariwisata Indonesia.
Upaya penyebaran kunjungan wisatawan dilakukan dengan pengelompokan
daerah tujuan wisata ke dalam wilayah tujuan wisata (WTW). WTW
dimaksudkan dengan tujuan akhir pengembangan kepariwisataan oleh
pemerintah. Pengelompokan tersebut adalah sebagai berikut (sumber: Dasar-
dasar Pariwisata, 2004):
1. WTW A, yang terdiri dari D. I. Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan
Riau.
2. WTW B, yang terdiri dari Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu.
3. WTW C, yang terdiri dari Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Dan D. I. Yogyakarta.
4. WTW D, yang terdiri dari Jawa Timur, Bali, Nusata Tenggara Timur.
5. WTW E, yang terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.
6. WTW F, yang terdiri dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi
Tenggara, dan Sulawesi Tengah.
7. WTW G, yang terdiri dari Propinsi Maluku dan Irian Jaya.

Pengelompokan WTW tersebut di atas dapat dilihat pada gambar 4.1.


Pengelompokan dilakukan dengan pendekatan bentuk elips untuk melihat
keterhubungan WTW satu terhadap WTW lain.

Konsep WTW merupakan bentuk pengintegrasian wilayah pariwisata pada


konsep wilayah kepulauan di Indonesia. Demikian, optimalisasi WTW perlu
dilakukan dengan memperhatikan kinerja aksesibilitas dan mobilitas
pergerakan pariwisata di Indonesia. Jadi, peningkatan kepariwisataan dengan
konsep WTW harus didukung oleh ketersediaan sistem dan infrastruktur
transportasi.
17

A
E F
B G
C
D

14
Gambar 4.1 Peta persebaran WTW di Indonesia
18

4.2 Transportasi Pariwisata

4.2.1 Umum

Pada umumnya, seseorang yang akan melakukan kegiatan pariwisata memiliki


waktu yang sangat terbatas. Dengan waktu yang terbatas pula, juga ada
keinginan berwisata untuk menembus batasan-batasan jarak tujuan wisata yang
relatif jauh. Jadi, aspek ketersediaan transportasi dan pendukungngnya akan
memiliki peran penting bagi kegiatan pariwisata. Oleh karena itu, kebutuhan
pergerakan dalam dunia pariwisata memiliki ciri sebagai berikut:
- Aksesibilitas
Kemudahan menuju daerah tujuan wisata menjadi kebutuhan mutlak bagi
kegiatan pariwisata. Akses tersebut terutama bagi wisatawan asing dari
negara lain yang ingin berwisata ke daerah-daerah di Indonesia. Akses
yang baik mendorong peningkatan jumlah kehadiran wisatawan di negeri
ini.
- Mobilitas
Pergerakan merupakan kebutuhan turunan manusia. Kebebasan untuk
berpindah dari satu tempat ke tempat lain membutuhkan sarana dan sistem
transportasi yang tersedia. Tingkat mobilitas tinggi menggambarkan
kinerja yang baik dari komponen-komponen transporstasi.
- Efisiensi
Efisiensi seringkali meliputi waktu yang termanfaatkan menurut kinerja
transportasi yang bekerja. Wisatawan akan senang berpergian dengan
memperhatikan efisiensi waktu yang dilakukan jika mengunjungi suatu
daerah tujuan wisata.
- Jenis kendaraan
Pada dasarnya, jenis kendaraan hanya tergantung kepada jenis pelayanan
pada prasarana yang tersedia. Hal ini membutuhkan perhatian bagi
pengoperasian moda-moda yang ada menurut jalur pergerakannya.
- Pelayanan
Pelayanan akan sejalan berdasarkan tingkat kepuasan wisatawan. Kinerja
transportasi dengan tingkat pelayanan yang optimal mendorong
peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung.
19

4.2.2 Kinerja Sistem dan Infrastruktur Transportasi

Berdasarkan kondisi alam di Indonesia, potensi pengembangan infrastruktur


transportasi yang menghasilkan kinerja yang optimal adalah transportasi
dengan orientasi laut dan udara. Namun, hal yang terjadi selama ini, orientasi
pembangunan infrastruktur transportasi lebih ke arah darat. Hal ini dapat
dilihat pada tabel 4.2. Padahal, dengan melihat karakteristik yang ada,
transportasi laut dan udara memiliki akses langsung dari satu tempat ke tempat
lain dengan ciri perjalanan jarak jauh. Kemampuan pelayanan dari kedua jalur
ini akan berdampak kepada pengembangan potensi suatu daerah. Ini berarti,
penekanan investasi peningkatan infrastruktur transportasi sebaiknya lebih
difokuskan kepada peningkatan prasarana jalur laut dan udara. Peningkatan
infrastruktur transportasi pada kedua jalur tersebut juga akan meningkatkan
pengembangan pariwisata yang berada pada sebaran pulau-pulau di Indonesia..

Tabel 4.2 Alokasi Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut Program


(Pengembangan Sub Infrastruktur Transportasi), RAPBN 2006
ITEM PROGRAM JUMLAH
Darat
Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan 1,391,657,968
Program Peningkatan/Pembangunan Jalan dan Jembatan 4,318,405,501
Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas LLAJ 160,953,976
Program Peningkatan Aksesibilitas Pelayanan Angkutan LLAJ 52,127,800
Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ 1,280,000
Sub Total 5,924,425,245
Laut
Program Pembangunan Transportasi Laut 620,217,180
Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Transportasi Laut 136,878,855
Program Restrukturisasi Kelembagaan dan Peraturan Transportasi Laut 673,429
Program Pembangunan Prasarana dan Sarana ASDP 299,113,030
Program Rehabilitasi Prasarana Dermaga Sungai, Danau dan
Penyeberangan 22,999,982
Program Restrukturisasi dan Reformasi Kelembagaan ASDP 15,836,531
Sub Total 1,095,719,007
Udara
Program Pembangunan Transportasi Udara 1,392,477,987
Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Transportasi Udara 113,916,627
Program Restrukturisasi Kelembagaan dan Peraturan Transportasi Udara 239,135,128
Program Pengembangan dan Pembinaan Meteorologi dan Geofisika 198,374,000
Sub Total 1,943,903,742
TOTAL 8,964,047,994
20

Transportasi darat

Transportasi darat memiliki kemampuan pelayanan untuk jalur pergerakan di


daratan. Orientasi pembangunan kepada jalur ini terlihat pada hal-hal berupa
pembangunan dan pemeliharaan jalan jarak jauh dengan beban tonase tinggi.
Hal ini sangat merugikan jika melihat potensi jalur lain yang lebih efektif,
yakni terutama jalur air. Oleh karena itu, pembangunan jalan yang seharusnya
dilakukan adalah pembangunan jalan dengan beban tonase rendah. Jalan
tersebut memiliki biaya pemeliharaan yang juga rendah. Dan pariwisata, salah
satunya termasuk ke dalam pergerakan di darat dengan beban tonase rendah.

Transportasi laut

Pelabuhan merupakan simpul prasarana transportasi. Pelabuhan penumpang


dikembangkan dengan mempertimbangkan akses masuk wisatawan dan jalur
pelayaran yang dilaluinya. Di Indonesia., daerah-daerah tujuan wisata yang
memiliki pelabuhan sebagai pintu gerbang masuk bagi wisatawan harus
menjadi perhatian utama guna peningkatan jumlah kunjungan wisatawan.

Pelabuhan Sekupang, berlokasi di kota Batam, merupakan pelabuhan yang


memiliki potensi kunjungan wisatawan dari daerah Singapura dan Malaysia.
Dengan jenis pelayanan jarak yang relatif pendek antara Singapura dan Batam
(waktu tempuh ±1 jam), Batam berkontribusi terhadap kunjungan wisatawan
dengan tingkat siklus jumlah pergantian wisatawan per waktu yang tinggi.
Artinya, lalu lintas pengangkutan penumpang melalui pelabuhan ini harus
menjadi pertimbangan bagi peningkatan fasilitas dan pelayanan pelabuhan.
Daerah pun akan mampu menambah daya tarik wisata yang mungkin masih
bisa dikembangkan.

Begitu pula pertimbangan bagi peningkatan infrastruktur jalur laut, dengan


memperhatikan potensi daya tarik wisata selama melakukan perjalanan.
Prinsipnya, pengemasan pariwisata dilakukan pada satu atap, dengan
memadukan pelayanan yang eksklusif bagi wisatawan, daya tarik wisata alam,
dan transportasi sebagai akses menuju daerah wisata lainnya.
21

Transportasi udara

Potensi kewilayahan yang dipisahkan oleh lautan sudah bukan hambatan bagi
pergerakan yang melewati jalur udara. Penerbangan pada saat ini mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Kemampuan pelayanan dari jalur ini adalah
waktu tempuh yang relatif cepat dibandingkan jalur pergerakan air/laut. Untuk
wilayah penerbangan di Indonesia, jaringan penerbangan yang
menghubungkan antara satu kota dengan kota lain dan antara satu pulau
dengan pulau lain sudah diatur oleh Departemen Perhubungan. Pengoptimalan
pergerakan pada jalur udara ditekankan kepada peningkatan pelayanan simpul
prasarana transportasi, yakni bandar udara (bandara). Karakteristik utama bagi
moda transportasi yang menggunakan bandara, yaitu pesawat, dilihat dari
efektifitas panjang landasan bandara terhadap ARFL yang dimiliki oleh
pesawat.

ARFL (Aeroplane Reference Field Length) adalah panjang minimum yang


disyaratkan bagi pesawat untuk melakukan lepas landas berdasarkan kondisi-
kondisi tertentu. ARFL merupakan besaran tertentu yang dimiliki oleh sebuah
pesawat. ARFL akan menentukan kemudian panjang landasan yang dibutuhkan
oleh suatu bandara berdasarkan pesawat yang direncanakan akan beroperasi
pada bandara tersebut.

Panjang landasan bandara-bandara komersial di Indonesia tercantum pada tabel


berikut ini:

Tabel 4.3 Panjang landasan bandara-bandara komersial di Indonesia

PANJANG PANJANG
NAMA BANDARA KOTA LANDASAN LANDASAN
(Feet) (m)
Abdul Rahman Saleh Malang 6398 1951
Achmad Uani Semarang 5414 1651
Adi Sumarmo Solo 5905 1801
Adisutjipto Yogyakarta 6070 1851
Atambua Atambua 2838 866
Husein Sastranegara Bandung 6519 1988
Ngurah Rai Denpasar 8858 2702
Juanda Surabaya 9843 3002
Halim Perdana Kusuma Jakarta 9843 3002
Soekarno-Hatta Intl Jakarta/Banten 12000 3660
22

Polania Medan 9715 2963


Hang Nadim Batam 8202 2502
Padangkemiling Bengkulu 5905 1801
Mahmud Badaruddin II Palembang 7216 2201
Hasanudin Ujung Pandang 8202 2502
Samratulangi Manado 8202 2502
Sepingan Balikpapan 5905 1801
Supadio Pontianak 5430 1656
Sjamsudin Noor Banjarmasin 6135 1871
Selaparang Mataram 5249 1601
Eltari Kupang 6070 1851
Blang Bintang Banda Aceh 6070 1851
Simpang Tiga Pekanbaru 7054 2151
Pattimura Ambon 6070 1851
Rendani Manokwari 4593 1401
Sumber: www.world-airport-codes.com (up-date Maret 2006)

Dari tabel tersebut, visualisasi data-data dilakukan ke dalam pie chart untuk
melihat distribusi panjang landasan berdasarkan pelayanan tipe ukuran pesawat
yang ada. Pie chart tersaja pada gambar 4.2 berikut ini.

Abdul Rahman Saleh


Achmad Uani
Adi Sumarmo
Adisutjipto
Atambua
Husein Sastranegara Bandung
Padangkemiling
Sepingan
Supadio
Sjamsudin Noor
Selaparang
Eltari
Blang Bintang
Pattimura
Rendani

Gambar 4.2 Pie chart panjang landasan bandara-bandara komersial di Indonesia


untuk kelompok <2000 m
23

Ngurah Rai

Polania

Hang Nadim

Mahmud Badaruddin II

Hasanudin

Samratulangi

Simpang Tiga

Gambar 4.2 Pie chart panjang landasan bandara-bandara komersial di Indonesia


untuk kelompok 2000 - 3000 m

Juanda

Halim Perdana Kusuma

Soekarno-Hatta Intl

Gambar 4.2 Pie chart panjang landasan bandara-bandara komersial di Indonesia


untuk kelompok 2000 - 3000 m

Idealnya, untuk beroperasinya pesawat dengan tipe berukuran sedang, rata-rata


panjang landasan adalah 2200 m. Ini berarti banyak bandara di Indonesia masih
memiliki kinerja panjang landasan di bawah rata-rata. Jika, kita asumsikan
penerbangan potensial berasal dari penerbangan mancanegara (wisatawan
masuk ke Indonesia), artinya kemampuan infrastrukrtur transportasi kita belum
pada tahap meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Perlu perhatian bagi
peningkatan kinerja bandara untuk pelayanan pesawat tipe berukuran sedang.
24

Oleh karena itu, dalam upaya pengembangan pariwisata suatu daerah, akses
daya tarik masuk dengan faktor transportasi, perlu mengalami peningkatan.
Peningkatkan kinerja suatu bandara dilakukan dengan mempertimbangkan
potensi pelayanan bandara terhadap daerah pengaruhnya (hinterland), berupa
daerah tujuan wisata tersebut.

Pada dasarnya, pelayanan bandara memiliki variabel-variabel yakni:


1. Jarak tempuh bandara
2. Akses dan sarana menuju bandara

Untuk itu, setiap WTW (Wilayah Tujuan Wisata) yang direncanakan harus
memiliki beberapa bandara dengan fokus utama meningkatkan jumlah
pengunjung. Bandara ini nantinya yang melayani lalu lintas pergerakan
pariwisata dari dalam negeri maupun luar negeri.

4.3 Dampak Sosial Pariwisata

Menurut latar belakang yang telah dibahas pada bab I, bahwa pariwisata telah
tumbuh menjadi industri penting dan besar. Reposisi Indonesia pada sektor
pariwisata perlu dilakukan dengan mempertimbangkan dampak sosial ekonomi
bagi masyarakat Indonesia secara umum. Pada kenyataannya sektor ini belum
begitu mendapat perhatian utama selam ini. Terlihat pada tabel 4.3, peran
pariwisata bagi penerimaan devisa belum mengalami peningkatan, bahkan
cenderung menurun. Melalui peran pemerintah, kebijakan investasi bagi
pengembangan pariwisata di negeri ini sudah seharusnya mempertimbangkan
proyeksi peningkatan devisa dari industri pariwisata.

Tabel 4.3 Penerimaan devisa dari peranan pariwisata


Penerimaan Devisa
Tahun (dalam juta dollar AS)
1996 6.307,69
1997 5.321,46
1998 4.331,09
1999 4.710,22
2000 5.748,80
2001 -
2002 4.496,00
2003 4.037,00
25

Orientasi peningkatan sistem dan infrastruktur transportasi yang selama ini lebih
memprioritaskan kepada pengembangan transportasi darat sudah sewajarnya
melakukan reorientasi kepada pengembangan transportasi laut dan udara.
Pembangunan simpul prasarana pada jalur laut dan udara lebih menjawab
kebutuhan pergerakan yang efektif dari bentuk kondisi alam di Indonesia. Pada
akhirnya evaluasi terhadap orientasi pembangunan infrastruktur secara berbanding
lurus diupayakan bagi peningkatan pengembangan pariwisata Indonesia.

Selain itu, bagi beberapa daerah dengan kekayaan sumberdaya alam mineralnya
yang sangat minim, sektor pariwisata jelas dapat menjadi sektor andalan bagi
pembangunan. Daerah-daerah seperti Jogjakarta, Bali, dan Lombok, memiliki
potensi nilai jual wisata yang masih dapat ditingkatkan pendapatan daerahnya.
Objek wisata berupa pertunjukan budaya dan panorama alamnya memiliki daya
tarik bagi wisatawan, baik dalam negeri maupun luar negeri.

Pembangunan pariwisata dilaksanakan dengan mendayagunakan dan


meningkatkan sumber/potensi sehingga memberikan dampak positif bagi kegiatan
sosial ekonomi masyarakat. Hasilnya berupa perluasan dan pemerataan
kesempatan berusaha/bekerja bagi masyarakat pada daerah wisata setempat.
Sektor pariwisata menjanjikan bagi pertumbuhan ekonomi dalam sektor
perdagangan barang dan jasa, seperti penjualan merchandise/cinderamata,
agen/biro wisata, perusahaan penerbangan, transportasi, restoran, hoten dan
bermacam-macam pelayanan akomodasi, dan sebagainya.

Dampak sosial ekonomi di atas secara tidak langsung pula berpengaruh terhadap
peningkatan ketahanan nasional. Di samping itu, sektor pariwisata akan berperan
dalam mereduksi arus urbanisasi. Peran tersebut mewujudkan pembinaan di
bidang pertahanan dan keamanan.

Intinya, peningkatan akses melalui infrastruktur transportasi laut dan udara adalah
dalam rangka memajukan pembangunan pariwisata tanah air. Potensi pariwisata
Indonesia yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang beraneka ragam
macamnya tak akan habis terjual, dengan catatan pelestariannya juga dilakukan.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Skala pengembangan pariwisata ke depan di Indonesia masih memiliki potensi


untuk ditingkatkan. Industri pariwisata bisa menjadi sektor andalan bagi
peningkatan devisa negara di samping sektor migas. Dengan memperhatikan
peningkatan sistem dan infrastruktur di bidang transportasi sebagai aspek penting
guna pengembangan pariwisata, potensi wisata yang tersebar pada pulau-pulau
dan hambatan lautan/perairan dapat ditingkatkan aksesnya. Berarti, peningkatan
kunjungan wisatawan dapat dilakukan menurut kinerja pelayanan pada aspek ini.

Secara umum, peningkatan sistem dan infrastruktur transportasi mencakup kepada


hal-hal sebagai berikut:
- Arah investasi bagi pembangunan dan pemeliharaan jalan dengan beban
tonase rendah.
- Peningkatan pelayanan melalui perbaikan fasilitas pada pelabuhan dan
optimalisasi moda transportasi laut bagi pengemasan kegiatan pariwisata
perjalanan di lautan lepas.
- Perluasan bandara dan peningkatan panjang landasan dengan tujuan
peningkatan pelayanan kepada pesawat bertipe ukuran sedang.

Peningkatan sistem dan infrastruktur transportasi juga tidak lupa


mempertimbangkan konsep wilayah kepulauan sebagai kondisi geografis
Indonesia. Selanjutnya, orientasi pembangunan infrastruktur adalah
pengembangan pada prasarana-prasarana jalur air/laut dan udara. Pada jalur ini
efisiensi pelayanan tinggi pada daerah dengan kondisi alam seperti Indonesia.

Untuk pengembangan pada jalur udara, panjang landasan pada beberapa bandara
yang rata-rata (mayoritas) masih berada <2000 m perlu mengalami peningkatan
panjang landasan hingga 2200 m untuk menampung pesawat berukuran tipe
sedang.
27

Menurut data yang diperoleh, bahwa pemerintah masih menitikberatkan


pengembangan program pembangunan infrastruktur pada jalur darat. RAPBN
2006 menyajikan untuk program transportasi jalur darat memperoleh alokasi
sebesar Rp 5,924,425,245, sedangkan untuk jalur laut dan udara masing-masing
sebesar Rp 1,095,719,007 dan Rp 1,943,903,742. Jadi, orientasi pengembangan
sistem dan infrastruktur transportasi masih pada jalur darat. Sementara untuk total
keseluruhan alokasi tersebut adalah Rp 8,964,047,994.

Bagaimanapun, pembangunan pariwisata membutuhkan modal! Berdasarkan


parameter budget constraint (dana terbatas) bagi alokasi dana pembangunan,
rencana induk (masterplan) bagi peningkatan sistem dan infrastruktur transportasi
dengan pertimbangan pengembangan kepariwisataan, akan dilakukan dengan
konsep “pengembangan bertahap”. Tujuan akhirnya adalah kegiatan pariwisata
Indonesia dapat dioptimalkan dengan peningkatan kunjungan wisatawan melalui
pintu gerbang transportasi yang terencana.

Dengan indikator pelayanan kinerja transportasi yang ada, Indonesia perlu


melakukan evaluasi terhadap kegiatan pariwisatanya. Formulasi kebijakan perlu
dievaluasi untuk menetapkan sasaran pengembangan dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan sektor pariwisata itu sendiri. Peningkatan pariwisata inilah yang
akan menjadi modal utama bagi peningkatan daya saing bangsa di dunia
internasional. Jadi, pembangunan pariwisata tercipta sebagai komponen
pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

Sedangkan indikator kinerja transportasi terangkum pada tabel berikut:

Tabel 5.1 Indikator kinerja sistem dan prasarana transportasi terhadap


pengembangan pariwisata

ITEM BESARAN KUANTITATIF


Pembangunan dan pemeliharaan jalan
dengan tonase rendah
Pembangunan dan pemeliharaan jalan
dengan tonase tinggi
Kinerja pelayanan pelabuhan

Peningkatan panjang landasan


28

Sedangkan melalui siklus transportasi terhadap kegiatan pariwisata berikut ini kita
akan melihat bagaimana pengaruh yang terjadi terhadap peningkatan
pengembangan pariwisata akibat peningkatan kinerja transportasi.

Gambar 5.1 Siklus transportasi-pariwisata

5.2 Rekomendasi

Karya tulis ini lebih banyak melakukan pembahasan secara kualitatif. Sedangkan
secara kuantitatif, analisis dilakukan sebatas analisis permukaan saja. Pada
dasarnya, analisis kualitatif tersebut dilakukan guna melihat gambaran secara
makro dampak dan pengaruh kinerja sistem dan infrastruktur transportasi terhadap
penyelenggaraan kegiatan pariwisata di Indonesia.

Harapan penulis, indikator kinerja yang dibicarakan dapat menampilkan angka-


angka berdasarkan parameter yang diukur. Pengembangan karya tulis berupa
penelitian lanjutan dapat menjadi sumbangan berikutnya bagi pengembangan
pariwisata di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

-----------------. 1977. Airport Planning Manual, Part 1 Master Planning.


International Civil Aviation Organization.

-----------------. 2004. Wisata Alam Indonesia. Jakarta: Penerbit Restu Agung.

Bagyono. 2005. Pariwisata dan Perhotelan. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Kodoatie, Robert J. 2005. Pengantar Manajemen Infrastruktur. Yogyakarta:


Penerbit Pustaka Pelajar.

Naisbitt, John. 1994. Global Paradox. Jakarta: Penerbit Binarupa Aksara.

Pitama, I Gde dan Putu G. Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta:


Penerbit ANDI.

Sedarmayanti. 2005. Membangun Kebudayaan dan Pariwisata. Bandung:


Penerbit mandar Maju.

Suwantor, Gamal. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

http://72.14.203.104/search?q=cache:QGn5VoDphLYJ:www.investorindonesia.c
om/news.html%3Fid%3D1102458450+data+runway+bandara+Indonesia&h
l=en&ct=clnk&cd=4&client=firefox-a

http://books.google.com/books?ie=UTF-
8&vid=ISBN0309070066&id=DDpuRfLFSh8C&dq=tourism+AND+transp
ortation+infrastructure&lpg=PA1&pg=PA1&sig=uJU6c2pnjNk8EYYNAe5
kaFqleVM

http://jkt.detik.com/kolom/rhenald/bbisnis/200409/20040923-140434.shtml

http://kolom.pacific.net.id/ind/setyanto_p._santosa/artikel_setyanto_p._santosa/m
engenali_daya__saing_pariwisata_indonesia.html

http://kompas.com/kompas-cetak/0408/07/Fokus/1192027.htm

http://news.jogja.com/?VHcvQmFWQVJCL01yWWhObEp3dQ%3D%3D=

http://supreme.indonesia.nl/articles.php?rank=32&art_cat_id=43&status=archive

http://www.bappenas.go.id/index.php?module=ContentExpress&func=display&ce
id=31

http://www.djapk.depkeu.go.id/APBN/NK%20RAPBN%202006.pdf

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0601/11/teropong/2354834.htm
30

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0603/13/Jabar/411.htm

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0406/15/otonomi/1081476.htm

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0603/24/opini/2536020.htm

http://www.lin.go.id/news.asp?kode=140803LIHT0003

http://www.photius.com/countries/indonesia/economy/indonesia_economy_infrast
ructure_and_s~25.html

http://www.sinarharapan.co.id/feature/wisata/2003/0508/wis04.html

http://www.sinarharapan.co.id/feature/wisata/2003/024/wis02.html

http://www.suaramerdeka.com/harian/0310/14/dar11.htm

http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2004/08/02/brk,20040802-20,id.html

http://www.world-airport-codes.com/alphabetical/country-abbreviations/i.html#ID

30
BIODATA PENULIS

Nama : Stanno Yudha Putra


NIM : 15002133
Program studi : Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan
Lingkungan
Tempat/
tanggal lahir : Koba – Bangka, 21 Maret 1984
Agama : Islam
Karya tulis : Dampak On-Street Parking pada Akhir
Pekan di Koridor Jalan Ir. H. Djuanda,
Bandung (Dago Utara), Tahun 2006

You might also like