You are on page 1of 28

SUBSURFACE GEOLOGY

Dept. of Geological Engineering

GADJAH MADA UNIVERSITY

SUBSURFACE GEOLOGY IN PETROLEUM EXPLORATION

BY SARJU WINARDI DEPT. OF GEOLOGICAL ENGINEERING GADJAH MADA UNIVERSITY

Compiled by Sarju Winardi

A.Evaluasi Cutting
1. Kelebihan dan kekurangan data cutting 2. Bahan dan Alat yang Digunakan 3. Deskripsi Cutting 4. Pengujian Non Petrografis 5. Evaluasi Hidrokarbon di dalam Cutting 6. Pengotoran sampel

B. Analisis ROP C. Mud Logging


2

1. Kelebihan dan Kekurangan Data Cutting


a. Kelebihan
Secara cepat dapat mengetahui ada tidaknya kandungan minyak yang ada pada suatu batuan Pada sumur-sumur eksplorasi (wildcat well), dipergunakan untuk mengetahui spesifikasi urutan batuan secara detail.
Sebagai pegangan pokok untuk kasus-kasus : coring sidewall coring logging Metode ini lebih efisien bila dibandingkan dengan data core karena tidak banyak menghabiskan waktu untuk mencabut dan memasang kembali alat untuk mengambil cutting karena cutting akan keluar kepermukaan bersama-sama dengan keluamya lumpur pemboran. Dapat dilakukan untuk semua formasi batuan yang tertembus mata bor, baik yang lunak maupun yang keras. 3

b. Kekurangan
Sangat sulit untuk mengetahui besarnya porositas dan permeabilitas batuan secara pasti. Secara umum sulit untuk mengetahui struktur sedimen yang ada pada suatu sampel batuan. Tidak dapat mengetahui bentuk, geometri dan penyebaran suatu lapisan karena data yang diperoleh hanya berasal dari satu lubang bor saja. Kemungkinan adanya beberapa data sampel yang hilang pada saat terjadi lost circulation. Kemungkinan dapat terjadi kesalahan dalam interpretasi karena adanya kontaminasi pada sampel oleh lumpur pemboran. Tidak dapat diketahui besarnya kemiringan lapisan batuan yang ditembus oleh mata bor.
4

2. Bahan dan Alat yang Digunakan


a. Bahan untuk Analisa Cutting

b. Peralatan untuk Analisa Cutting

3. Deskripsi Cutting
Keping-keping cutting yang telah dibersihkan, dimasukkan kedalam baki alumunium kecil dan diperiksa dibawah mikroskop binokuler. Perbesaran umumnya 6x, 9x, 12x, atau 36x. Dianjurkan memakai mikroskop binokuler dengan perbesaran 9x. Alasan-alasan untuk mempergunakan perbesaran rendah adalah :
Medan pandang dari mikroskop relatif lebih luas Tegangan terhadap mata lebih minimum. Iluminasi (penerangan) pada obyek yang relatif lebih tinggi Kedalaman fokus yang lebih besar

Dalam deskripsi, penerangan yang dipakai adalah penerangan buatan sehingga keseragaman dijamin pada keseluruhan pemeriksaan. Cahaya matahari, walaupun merupakan cahaya terbaik, tidak dapat dipakai karena kekuatannya berubah-ubah pada siang hari dan sama sekali tidak ada pada malam hari.
7

Metode untuk menentukan litologi cutting

a. Metoda persentasi
Secara visual diperkirakan persentase kepingan dari tiap macam batuan yang ada dalam suatu kantong (biasanya 2 atau 3 macam) dimana serpih (shale) merupakan komponen yang selalu ada. Setelah itu diplot pada log secara grafis maka batas-batas litologi dapat ditentukan.

b. Metoda "yang pertama muncul"


Metoda ini banyak dipakai dalam biostratigrafi yang mempergunakan contoh-contoh cutting. Dalam hal ini diperhatikan litologi baru yang nampak pertama kali pada rentetan sampel cutting.

Deskripsi sampel cutting a. b. c. d. Nama batuan Wama Kekerasan Kandungan mineral utamanya (ukuran butir, bentuk butir, sortasi, kilap dll) Semen/matriks Mineral asesoris, kandungan fosil dan inklusi Porositas Indikasi kandungan hidrokarbon

Penggolongan batuan yang umum di terobos oleh mata bor umumnya terdiri dari 4 kelompok, yaitu :
a. Batuan klastik berukuran kasar (coarse clastic rocks) Batuan klastik berukaran halus (fine clatic rocks) Batuan karbonat Batuan evaporit (LeRoy et al,1977),

e. f. g. h.

b. c. d.

i.

Kenampakan lainnya.

visual (stains, bleeding) direct fluorescence (tingkat, intensitas, warna) cut fluorescence (tingkat, intensitas, warna)
9

a. Batuan klastik berukuran kasar (coarse clastic rocks)


Nama batuan
Cukup sandstone atau konglomerat, jangan mempergunakan klasifikasi Pettijohn yang membagi menjadi orthoquartzite, arkose dan sebagainya.

Ukuran butir Warna

Ukuran butirnya berukuran minimal 0,1 mm.

Warna kemungkinan diakibatkan oleh warna yang ada pada mineral penyusunnya. Pemerian warna sebaiknya dengan mempergunakan suatu standar warna.

Bentuk butir

Membundar baik (well rounded) : semua permukaan konveks, hampir equidimensional, sferoidal. Membundar (rounded) : pada umumnya permukaannya bundar, ujung-ujung dan tepi-tepi butiran bundar. Membundar tanggung (subroundecl) : permukaan umumnya datar dengan ujung yang bundar. Menyudut tanggung (subangular) : permukaan pada umumnya datar dengan ujung-ujungnya tajam. Menyudut (angular) : permukaan konkav dengan ujung yang tajam
10

Indurasi (kekerasan)

Tingkat kekerasan batupasir berhubungan dengan resistensi dari sifat fisik agregat batuan dan tidak selalu berhubungan dengan tingkat kekerasan butiran penyusunnya.

Kilap

Istilah-istilah yang dipakai : Coated : zat-zat yang diendapkan diatas permukaan butir, oksidasi besi, kalsium karbonat, sulfat, lempung, pirit dan sebagainya. Pitted : lubang-lubang kecil sebesar ujung jarum pada permukaan butir yang disebabkan karena impak atau larutan. Prosted : terkikis secara ringan. Oily : kilap seperti minyak atau lemak, sangat biasa pada hematit atau magnetit. Vitreous : mengkilap seperti gelas (misalnya kristal kuarsa).

Pemilahan (sorting)

Sortasi batupasir berlubungan dengan porositas dan permeabilitas efektif dari batuannya. Pada poorly sorted sandstone umumnya memiliki porositas dan permeabilitas yang rendah.
11

Sementasi Sifat dan komposisi dari bahan perekat harus diidentifikasikan sedapat mungkin. Material perekat yang umum seperti; kalsit, oksida besi, lempung, dolomit, silika, lanau, sulfat, pirit, siderit. Mineral Asesoris Walaupun jumlahnya sangat sedikit, mineral-mineral ini seringkali di diagnostik untuk lingkungan pengendapannya, unsur diagenesa, sejarah setelah pengendapan dan lainlain. Mineral-mineral ini antara lain; biotit, muskovit, glaukonit, pirit, barit, siderit, batubara, chert, hidrokarbon padat, dan beberapa mineral non logam

Struktur Dalam keping-keping cutting dapat dilihat; Laminasi, Fracture, Banding, Fracture pattern, Nodules, Konkresi
12

Porositas Porositas batupasir pada umumnya adalah promer atau inter-butiran. Jika tidak ada data core, maka pemeriksaan cutting dibawah mikroskop binokuler merupakan jalan satu-satunya untuk mengamati porositas. Seorang Microscopist yang berpengalaman dapat dengan cepat menentukan sifat porositas dan memberikan pendekatan semi-kuantitatif dengan cara menaksir. Istilah-istilah yang dipakai :

13

Permeabilitas Permeabilitas sukar untuk ditentukan dibawah mikroskop. Sebaik mungkin diperkirakan dari porositas. Salah satu metoda pendekatan adalah dengan menempatkan setetes air pada keping (cutting) yang kering dan mengamati kecepatan air merembes. Beberapa ahli geologi yang berpengalaman menaksir permeabilitas dengan meniup keping batuan kemudian ditaksir berapa "berat" atau ringan"-nya udara dapat masuk. Istilah yang dipergunakan :

14

15

b. Batuan klastik berukaran halus (fine clatic rocks) Nama batuan


Golongan ini terdiri dari: lempung (clay), lanau (silt), serpih (shale), napal (marl), batulempung (mudstone), batulanau (siltstone).

Warna
Warna dari batuan golongan ini sangat penting untuk korelasi ataupun untuk interpretasi lingkungan pengendapan. Penentuan warna sebaiknya ditentukan dengan mempergunakan suatu skala yang di standarisasi. Warna-wama yang biasa didapatkan pada batuan golongan ini adalah; Merah cerah (bright red),Merah, Abuabu, Abu-abu cerah, Abu-abu gelap, dan Hitam.

Komposisi
Susunan kimiawi atau mineral dari batuan klastik halus tidak dapat ditentukan secara mudah. Namun, dengan mempergunakan cara pengujian yang relatif mudah, beberapa zat penyusun dapat dibedakan. Zat-zat penyusun tersebut antara lain: Montmorillonite, silika, illite, sulfida, calcite, phosphate, dolomite, dan oksida besi

16

Mineral sekunder Pada umumnya relatif sama dengan mineral asesoris pada golongan batuan klastik kasar. Kilap earthy resinous waxy soapy oily silky velvety sooty : : : : : : : : seperti seperti seperti seperti seperti seperti seperti seperti tanah arpus (damar) lilin sabun minyak sutera beludru harangasu

Indurasi / kekerasan disaggregated (biasanya serpih garaman atau bentonis) compact brittle (biasanya dolomitan atau kersikan) slaty (seperti sabak)

17

Inklusi (inclusions) Inklusi-Inklusi ini biasanya berupa fragmen-fragmen sedimen yang "reworked" dan diendapkan kembali. Fragmen-fragmen tersebut antara lain; shale, chert, pellts of brite, limestone, ironoxide, pyrite, gypsum, dan Nodule. Struktur Massive/ lumpy, splintery, platy, flaky, laminated, jointed, foliated, fractured, dan fissile.

18

c. Batuan karbonat
Secara umum terbagi atas 4 kelompok utama, yaitu :

Limestone Dolomitic-limestone Calcite dolomite Dolomite


Warna Warna-warna yang umum terdapat pada batuan karbonat adalah; abu-abu, putih, kekuningkuningan (buff), coklat.
19

Tekstur
Slabby: berukuran sangat kasar, uneven. Rhombic: berbentuk belah ketupat (rhombic), berukuran sedang-kasar. Sucrosic: berbentuk seperti rhombic, tetapi berukuran lebih halus, kenampakan bentuk kristalnya umumnya friable. Microsucrosic: very finely sugary, umunmya friable (dolomitic limestone) Grainy: kenampakan non-kristalin, umumnya chalky (limestone atau dolomitic limestone). Subciystalline: tersusun dari material gelasan atau resin.

Ukuran butir
Coarse : > 2 mm Medium : 2 - 0,25 mm Fine : 0,25 - 0,05 mm Very fine : < 0,05 mm Dibawah kisaran perbesaran 12 x, terdapat 2 kelas : sublithographic : dullhustre, earthy opaque lithographic : porcellaneotis

20

Jenis butir

Skeletal, contohnya seperti kerangka coral, algal, dan lain-lain.


Fragmental
Pecahan dari gamping dan dari fosil, biasanya cangkang, mikrofosii, oolite, algal, ostracoda, foraminifera, dan lainlain. Klasifikasi dan bentuk pecahan : wellrounded, rounded, subrounded, subangular dan angular.

non fragmental klastis (Ooilitic, peletal, lump) Biasanya dari bentuk dan struktur intern dapat dibedakan :
Oolitic Pellet Lumps Pelloids Intraclast Extraclasts Bioclast

21

Inklusi Kadang-kadang inklusi ini terdapat sebagai chemical replacement, dan terdiri dari bahanbahan non karbonat. Pengenalan terutama dapat dilihat dalam suatu sayatan tipis. Inklusi ini dapat berupa anhidrit, gipsum, chert, dan lain-lain. Porositas Seperti pada batupasir, porositasnya dapat diperkirakan dan dinyatakan sebagai fair", "good", dan sebagainya. Istilah-istilah yang umum antara lain :
Point-point porosity Interstitial Intergranular Vuggy Tabularlvennicular Gavernous Fracture

22

d. Batuan evaporit
Golongan ini terdiri dari batubara dan batuan evaporit. Cara pendeskripsiannya umumnya diseragamkan. Secara umum hampir sama dengan cara mendeskripsi jenis batuan lainnya, hal-hal yang akan dideskripsi meliputi nama batuan, komposisi mineral utamanya, warna, kilap, tekstur (kristalin, amorf, gelas, resinous, fibrous, dan lain-lain), struktur (laminasi, banding, dan lain-lain), serta kekerasannya (indurasi).

23

4. Pengujian Non Petrografis


a. b. Pengujian kekerasan Pengujian kelarutan untuk membedakan kalsit dan dolomit
Dengan menggunakan Alizarin Red S Metoda Fairhank Metoda Nitrat tembaga

c.

Pengujian mineral-mineral lempung


Metode benzidine Metoda violet

d. e. f.

Pengujian felspar kalium dalam batupasir (ortoklas atau mikroklin) Pengujian fosfat Ignition test (pengujian bakar)
24

5. Evaluasi Hidrokarbon di dalam Cutting


a. b. c. d. e. f. g. Analisa Odor (bau minyak) Analisa stainning (noda minyak) Analisa fluoroscence Analisa Oil Cut Pengujian dengan CP Aceton dan aquades karbonatetrachloride atau ether Pengujian hidrokarbon dalam batuan karbonat

25

Klasifikasi Staining

Klasifikasi Warna Fluorescence

26

6. Pengotoran sampel
Sampel cutting dapat terkotori oleh berbagai macam pengotor. Kebanyakan sumber pengotor berasal dari proses caving yang mengakibatkan cutting menjadi tercampur dengan runtuhan batuan hasil pengeboran sebelumnya. Sumber yang lain adalah lumpur pemboran, semen setelah cementing dan kotoran metal akibat efek pemboran.

27

28

You might also like